Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ANTROPOLOGI SOSIAL

OLEH:

1.KRISTIN VALERIA BR BARUS (012019002)

2.THERESA PASARIBU. (012019008)

3.DEARNI SULASTRI MALAU (012019009)

PJMK:NASIPTA,SKM,S.Kep.,Ns,M.Pd

TIM. :MERIATI PURBA,SST,MKM

STIKES SANTA ELISABETH MEDAN

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelasaikan makalah ini.Dalam makalah ini
akan membahas tentang "ANTROPOLOGI SOSIAL".Dengan adanya makalah ini diharapkan
dapat membantu proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna,oleh karena itu kami sangat
mengharapkan adanya kritikan dan saran yang bersifat positif yang diberikan pembaca,semoga
makalah ini menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan,26 Agustus 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dan Sejarah Antropologi
2.2 Ruang Lingkup Antropologi Sosial,Kebudayaan Dan Kultur Peradaban Dan Unsur
Kebudayaan.
2.3 Unsur Kebudayaan Masyarakat Dan Dinamika Kebudayaan.
2.4 Sejarah Perkembangan Sosiologi.
2.5 Beberapa Pendekatan Sosiologi
2.6 Skenario Kasus Dari Antropologi Sosial
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Antropologi merupakan ilmu penting dalam perjalanan manusia. Beberapa orang mungkin mempunyai
ide-ide tentang Antropologi yang didapat melalui berbagai media baik media cetak maupun media
elektronik. Beberapa orang lagi bahkan mungkin sudah pernah membaca literature-literature atau
tulisan-tulisan tentang Antropologi. Antropologi membahas tentag ilmu-ilmu tentang benda-benda
masa lalu, namun pada masa ini antropologi juga mulai membahas mengenai tingkah laku manusia. Ilmu
antropologi memiliki berbagai ruang lingkup yang meliputi asal muasal manusia, perkembangan struktur
fisik, serta ruang lingkupnya di lingkungan sekitar. Ilmu antropologi pun tidak berdiri sendiri, ilmu
antropologi juga memiliki kaitan dengan ilmu-ilmu lain, seperti Ilmu Geografi, Sosiologi, Psikologi, ilmu
Sejarah, Ekonomi, dan Ilmu Hayat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah

1.Apakah Pengertian Dan Bagaimanakah Sejarah Antropologi Sosial?

2.Bagaimanakah Ruang Lingkup Antropologi Sosial?

3.Bagaimanakah Unsur Kebudayaan Masyarakat Serta Dinamika Kebudayaan Tersebut?

4.Bagaimanakah Sejarah Perkembangan Sosiologi?

5.Bagaimanakah Beberapa Pendekatan Sosiologi?

6.Bagaimakah Contoh Skenario Kasus Dari Antropologi Sosial?

C.Tujuan

1.Menjelaskan Pengertian Dan Sejarah Antropologi Sosial.

2.Menjelaskan Ruang Lingkup Antropologi Sosial.

3.Menjelaskan Unsur Kebudayaan Dan Dinamika Kebudayaan.


4.Menjelaskan Sejarah Perkembangan Sosiologi.

5.Menjelaskan Beberapa Pendekatan Sosiologi.

6.Memberikan Contoh Skenario Kasus Dari Antropologi Sosial.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dan Sejarah Antropologi Sosial

-Pengertian Antropologi

Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti “manusia”, dan logos yang berarti ilmu.
Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi adalah
salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis
tertentu.

Pengertian Antropologi Menurut Para Ahli

Berikut dibawah ini terdapat beberapa pengertian dari antropologi menurut para ahli, antara lain:

1. Menurut Koentjaraningrat

Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka
warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.

2. Menurut William A. Haviland

Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat
tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia.

3. Menurut David Hunter

Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.

4. Menurut E. A. Hoebel

Antropologi adalah suatu studi tentang manusia dan kerjanya.

-Sejarah Antropologi Sosial

.Cabang ilmu ini mulai diperkenalkan pada awal abad ke-20. James George Frazer menjadi salah seorang
pelopor penggunakan antropologi sosial. Lewat proyek evolusionis, James merekonstruksi masyarakat
primitif asli dan mencatat perkembangnnya melalui berbagai tingkat peradaban. Pada tahun 1920-an di
bawah pengaruh Bronislaw Malinowski dan A.R Radecliffe-Brown, penekanan pada antropologi sosial
Inggris (sekolah dominan) bergerak menjadi studi komparatif masyarakat kontemporer. Radecliffe-
Brown menyatakan bahwa inilah yang secara mendasar disebut sebagai sosiologi komparatif.
Antropologi sosial sekarang sangat berbeda dengan antropologi kultural, seperti yang dipraktikkan
khususnya di Amerika Serikat, yang menunjukkan etnohistori, difusi kultural, bahasa, isu-isu budaya, dan
kepribadian.[1]

Aliran Inggris atau dikenal dengan istilah British School sebenarnya tertarik secara khusus pada ilmu
sosiologi. Durkheim dan Mauss, yang menjadi pelopor aplikasi sistematis teori sosiologi samapai pada
laporan etnogarfis masyarakat non-Barat. Garis batas antara sosiologi dan antropologi sosial dapat
ditempuh, dan ketika akhirnya sosiologi ditetapkan sebagai sebuah disiplin ilmu universitas di Inggris,
beberapa posisi penting beralih ke para ilmuwan antropologi sosial. Beberapa figur modern seperti
Pierre Bourdieu, Fredrik Barth, dan Ernest Gellner bergerak melampui batas-batas disiplin ilmu.

2.2 Ruang Lingkup Antropologi Sosial,Kebudayaan Dan Kultur Peradaban Dan Unsur Kebudayaan.

Ruang lingkup antropologi sendiri terbagi menjadi dua konsep dasar, yaitu antropologi fisik dan
antropologi budaya.

1. Antropologi Fisik

Antropologi fisik mengacu pada bagian secara sitematik terhadap manusia sebagai organism biologis.
Dalam ruang lingkup ini terbagi menjadi dua pokok persoalan, yaitu Paleontropologi dan Somatologi.

1.Paleontropologi adalah bagian dari antropologi fisik yang mempelajari asal-usul dan termasuk juga
evolusi manusia berdasarkan bukti fosil yang ditemukan.

2.Somatologi adalah bagian dari antropologi fisik yang mempelajari keanekargaman manusia yang
dipandang dari sudut ciri-ciri fisik.

2. Antropologi Budaya

Dalam ilmu antropologi juga dikenal istilah Antropologi Budaya. Ruang lingkup pada antropologi budaya
mempelahari tentang asal dan sejarah kebudayaan manusia, evolusi kebudayaan dan pembangunannya
termasuk bentuk dan fungsi kebudayaan manusia.Terkait dengan ruang lingkup antropologi budaya
yang mempelajari kegiatan manusia secara luas, maka secara tradisi dibagi lagi menjadi tiga cabang,
yaitu:

1.Arkeologi Prehistory, arkeologi ini mempelajari kebudayaan purba serta menghubungkannya dengan
peradaban modern.

2.Etnologi, ini berkenaan dengan cara pendeskripsian sifat-sifat khusus kebudayaan dan kelompok-
kelompok manusia yang sangat beranekaragam. Akan tetapi Etnologi memiliki batasan sebagai teori
ilmu kebudayaan.

3.Etnolinguistik, ilmu ini mengkaji bagian tentang bahasa yang digunakan manusia kuno dan
Modern.Caranya dengan mempelajari bahasa dari orang yang telah mempunyai tulisan dan orang yang
tidak mempunyai tulisan.

2.3 Unsur Kebudayaan Masyarakat Dan Dinamika Kebudayaan


Berikut ini akan diuraikan 7 unsur kebudayaan universal yang terdapat dalam masyarakat.

1. Sistem Bahasa

7 unsur kebudayaan universal yang pertama adalah bahasa. Bahasa merupakan sarana bagi manusia
untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam
ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik.

manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang
diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada
bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.

Selain mempelajari mengenai asal usul suatu bahasa tertentu, ditinjau dari kerangka bahasa dunia,
dalam antropologi linguistik juga dipelajari masalah dialek atau logat bahasa yang digunakan dalam
berkomunikasi antara berbagai masyarakat yang tinggal di satu rumpun atau satu daerah seperti Jawa.
Dalam bahasa Jawa terdapat bahasa Jawa halus seperti bahasa Jawa dialek Solo dan Yogyakarta,
sedangkan dialek bahasa Jawa yang dianggap kasar seperti dialek bahasa Jawa Timur.Perbedaan bahasa
menurut lapisan sosial dalam masyarakat disebut tingkat sosial bahasa atau social levels of speech.

2. Sistem Pengetahuan

7 unsur kebudayaan universal yang kedua adalah pengetahuan. Sistem pengetahuan dalam kultural
universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat
abstrak dan berwujud di dalam ide manusia.

Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai
unsur yang digunakan dalam kehidupannya. Namun, yang menjadi kajian dalam antropologi adalah
bagaimana pengetahuan manusia digunakan untuk mempertahankan hidupnya.

Misalnya, masyarakat biasanya memiliki pengetahuan akan astronomi tradisional, yakni perhitungan
hari berdasarkan atas bulan atau benda-benda langit yang dianggap memberikan tandatanda bagi
kehidupan manusia.

Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan,
binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya. Setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan
mengenai, antara lain;

a. alam sekitarnya;

b. tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah tempat tinggalnya;

c. binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya;

d zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;

e. tubuh manusia;
f. sifat-sifat dan tingkah laku manusia;

g. ruang dan waktu.

3.Sistem Organisasi Sosial

7 unsur kebudayaan universal yang ketiga adalah organisasi sosial. Unsur budaya berupa sistem
kekerabatan dan organisasi sosial merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia
membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial.

Tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai
macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari.

Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabat, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat
yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatan-tingkatan lokalitas geografis untuk
membentuk organisasi sosial dalam kehidupannya.

Kekerabatan juga berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat karena
perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau organisasi sosial.

4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

7 unsur kebudayaan universal yang keempat adalah peralatan hidup dan teknologi. Manusia selalu
berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau
benda-benda tersebut.

Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi
yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan
bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan
yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.

pada masyarakat tradisional terdapat delapan macam sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik yang
digunakan oleh kelompok manusia yang hidup berpindah-pindah atau masyarakat pertanian, yaitu;

1.Alat-Alat Produktif

2.Senjata

3.wadah

4.Alat-Alat Menyalakan Api

5.Makanan, Minuman, Bahan Pembangkit Gairah, dan Jamu-jamuan

6.Pakaian dan Tempat Perhiasan

7.Tempat Berlindung dan Perumahan


8.Alat-Alat Transportasi

5.Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian Hidup

7 unsur kebudayaan universal yang kelima adalah ekonomi atau mata pencaharian. Mata pencaharian
atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting etnografi.

Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian
suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain;

1.berburu dan meramu;

2.beternak;

3.bercocok tanam di ladang;

4.menangkap ikan;

5.bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi.

Lima sistem mata pencaharian tersebut merupakan jenis mata pencaharian manusia yang paling tua dan
dilakukan oleh sebagian besar masyarakat pada masa lampau dan pada saat ini banyak masyarakat yang
beralih ke mata pencaharian lain.

Mata pencaharian meramu pada saat ini sudah lama ditinggalkan karena terbatasnya sumber daya alam
karena semakin banyaknya jumlah penduduk.

6.Sistem Religi

7 unsur kebudayaan universal yang keenam adalah unsur religi atau keagamaan. Kajian antropologi
dalam memahami unsur religi sebagai kebudayaan manusia tidak dapat dipisahkan dari religious
emotion atau emosi keagamaan.

Emosi keagamaan adalah perasaan dalam diri manusia yang mendorongnya melakukan tindakan-
tindakan yang bersifat religius. Emosi keagamaan ini pula yang memunculkan konsepsi benda-benda
yang dianggap sakral dan profan dalam kehidupan manusia.

Dalam sistem religi terdapat tiga unsur yang harus dipahami selain emosi keagamaan, yakni sistem
keyakinan, sistem upacara keagamaan, dan umat yang menganut religi itu.

Secara evolusionistik, religi manusia juga berkembang dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang
kompleks. Perhatian utama para ahli antropologi pada awalnya adalah mengenai bentuk religi atau
keyakinan yang bersifat alami.

Misalnya, kepercayaan menyembah pada suatu kekuatan gaib di luar diri manusia, berupa gunung,
angin, hutan, dan laut. Kepercayaan tersebut berkembang pada tingkatan yang lebih tinggi, yakni
kepercayaan kepada satu dewa saja (monotheism) dan lahirnya konsepsi agama wahyu, seperti Islam,
Hindu, Buddha, dan Kristen.

7.Kesenian

7 unsur kebudayaan universal yang ketujuh adalah kesenian. Perhatian ahli antropologi mengenai seni
bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi
yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat
unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan.

Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan seni rias.
Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi.
Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran
maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan
seni modern adalah film, lagu, dan koreografi.

Dalam kajian antropologi kontemporer terdapat kajian visual culture, yakni analisis kebudayaan yang
khusus mengkaji seni film dan foto. Dua media seni tersebut berusaha menampilkan kehidupan manusia
beserta kebudayaannya dari sisi visual berupa film dokumenter atau karya-karya foto mengenai aktivitas
kebudayaan suatu masyarakat.

-Dinamika Kebudayaan

Kebudayaan muncul bersamaan dengan munculnya manusia di permukaan bumi. Di dalam


perjalanannya, kebudayaan mengalami bermacam-macam proses. Berbagai perubahan kebudayaan
yang terjadi pada kelompok-kelompok manusia tidak muncul dengan sendirinya dan tiba-tiba, melainkan
mengalami bermacam-macam proses. Proses yang terjadi tersebut memerlukan waktu yang cukup
lama. Kurun waktu yang diperlukan untuk mengubah suatu kebudayaan dapat berbeda-beda. Ada yang
berlangsung beberapa tahun saja, ada yang puluhan tahun, bahkan ada yang hingga beberapa abad. Hal
tersebut sangat bergantung dengan individu-individu yang terdapat di dalam kelompok manusia yang
bersangkutan.

Konsep-Konsep Dinamika Kebudayaan

Budaya sebagai hasil budi daya manusia tidak selalu statis, namun bergerak sesuai dengan perubahan
zaman dan kebutuhan manusia. Itulah yang dimaksud dengan dinamika. Jadi, sesungguhnya dinamika
adalah suatu kekuatan dari dalam suatu materi yang memiliki tenaga atau semangat untuk bergerak
sehingga terjadi suatu perubahan. Dalam hal ini, materi yang memiliki kekuatan untuk bergerak adalah
sekelompok manusia atau sekelompok individu. Sekelompok manusia atau individu sangat berperan
aktif menentukan terjadinya suatu perubahan. Seorang individu belum tentu dapat melakukan
perubahan. Sekalipun dapat melakukan suatu Proses perubahan budaya hingga membentuk suatu
dinamika budaya berlangsung dalam waktu yang lama. Dalam antropologi dinamika kebudayaan
berlangsung dalam beberapa proses yaitu evolusi, difusi, asimilasi, inovasi.
1.Evolusi Kebudayaan

Dalam hal ini, evolusi merupakan suatu bentuk pergeseran atau perubahan kebudayaan dari bentuk
yang sederhana menjadi bentuk yang makin lama makin kompleks.

2.Difusi

Difusi adalah proses penyebaran kebudayaan melalui perpindahan bangsa-bangsa. Kebudayaan tersebar
dikarenakan terbawa oleh bangsa-bangsa yang melakukan migrasi.

3.Akulturasi

Akulturasi adalah suatu bentuk perubahan karena adanya pengaruh dari kebudayaan asing yang lambat
laun diterima tanpa kehilangan kepribadian kebudayaan aslinya.

4.Asimilasi

asimilasi adalah bertemunya dua kebudayaan atau lebih kemudian masing-masing kebudayaan tersebut
mengalami perubahan, baik dalam sifat maupun wujud unsur-unsurnya dan berbaur menjadi satu
kebudayaan yang baru.

5.Inovasi

Menurut Koentjaraningrat, inovasi adalah suatu proses perubahan kebudayaan yang tidak terjadi karena
adanya pengaruh langsung dari unsur-unsur kebudayaan asing, tetapi karena di dalam kebudayaan itu
sendiri terjadi pembaruan yang mengalami penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan modal,
pengaturan tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semuanya akan menyebabkan
dihasilkannya produk baru.

Kebudayaan barat yang sudah mulai merambah ke indonesia telah membuat masyarakat Indonesia
melupakan kebudayaan sendiri.Kebudayaan sendiri dapat di artikan sebagai nilai-nilai yang dianut oleh
masyarakat terhadap berbagai hal. Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang
mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan, dimana hal-hal tersebut terwujud dalam
kesenian tradisional kita. Oleh karena itu nilai-nilai berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau
psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Dalam kehidupan sehari-hari , kita mengenal
budaya sebagai peninggalan sejarah yang bersifat tradisional.Seperti tarian daerah ,alat musik daerah
,senjata tradisional ,bahasa daerah,dan lain sebagainya.Di negara kita,hampir setiap propinsi memiliki
kebudayaan tradisional sendiri.oleh sebab itu kita di juluki negara kaya akan budaya. Perubahan budaya
yang terjadi di dalam masyarakat tradisional ,yakni perubahan dari masyarakat yang dulunya tertutup
menjadi masyarakat yang terbuka,nilai dan norma sosial juga termasuk yang mengalami perubahan
.akibat adanya globalisasi telah mengubah dunia secara mendasar.komunikasi dan transportasi
internasional telah mengubah batas-batas budaya setiap bangsa.Dengan adanya hal seperti ini
masyarakat indonesia lebih menyukai hiburan-hiburan dari menonton tayangan televisi,bermain
hp,menggunakan layanan internet bahkan ke diskotik,tempat hiburan malam di bandingkan menonton
kesenian tradisional,bermain permainan tradisional. Di sisi lain,ada beberapa seni pertunjukan yang
tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan fungsi.Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan
mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan
masyarakat,misalnya saja kesenian tradisional “ketoprak” yang di populerkan ke layar kaca oleh
kelompok srimulat.kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki
penggemar sendiri ,terutama ketoprak yang di sajikan dalam bentuk siaran televisi,bukan ketoprak
panggung.Dari segi bentuk pementasan atau penyajian ,ketoprak termasuk kesenian tradisional yang
telah terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Budaya nasional yang seharusnya menjadi
kebanggaan dan harusnya di pertahankan sekarang mulai hilang di karenakan masuknya budaya asing
(modern).Kita sebagai warga negara indonesia yang mempunyai hak penuh atas kebudayaan tersebut
seharusnya melestarikannya bukan malah mengesampingkannya dengan berbagai alasan seperti takut
di bilang ketinggalan jaman,kupper,katrok ,dan lain sebagainya.

2.4 Sejarah Perkembangan Sosiologi

Sejarah perkembangan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan modern dimulai pada abad 19 di Eropa Barat
pasca Revolusi Politik di Perancis dan Revolusi Industri di Inggris. Namun sebelum menelisik sejarah
perkembangan sosiologi lebih jauh, perlu ditegaskan terlebih dahulu bahwa ilmu pengetahuan tentang
masyarakat telah ada berabad-abad lamanya sebelum istilah ’sosiologi’ itu sendiri ditemukan.

1.Sejarah Perkembangan Sosiologi Di Masa Lalu

Filsuf besar era Yunani Kuno, Plato dan Arostoteles telah menulis buku tentang bagaimana mendesain
masyarakat yang adil dan bahagia. Ilmuwan dari Timur Ibnu Khaldun menulis tentang integrasi sosial
(Asabiyah) dan peradaban manusia pada abad 14, sebelum Eropa memasuki era Renaisans. Pada
periode awal era Pencerahan di Eropa Barat, Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean Jacques Rouseau
telah menulis tentang bagaimana mengorganisir masyarakat agar hidup harmonis dalam satu sistem
pemerintahan melalui istilah yang dikenal dengan ’kontrak sosial’. Dengan demikian, jika sosiologi
dipahami sebagai studi tentang

, maka sosiologi sudah ada sejak zaman Yunani Kuno. Artinya, ’sosiologi’ sudah ada sebelum istilah
sosiologi ada.

2.Sejarah perkembangan sosiologi abad 19

Sejarah perkembangan sosiologi yang sering diajarkan adalah sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
modern yang saintifik atau ilmiah. Istilah ilmiah sendiri baru muncul pada abad pencerahan di perancis.
Pencerahan memiliki konotasi rasional dan empiris. Ilmu pengetahuan bersifat rasional ketika berasal
dari pikiran manusia, bukan metafisik dan teologis. Ilmu pengetahuan bersifat empiris ketika bisa
dicercap oleh indra untuk diuji kebenarannya. Maka sosiologi sebagai ilmu pengetahuan ilmiah adalah
sosiologi yang rasional dan empiris.
Sebagai ilmu pengetahuan sosial yang rasional dan empiris, sosiologi berusia relatif lebih muda ketibang
ilmu sosial lainnya. Auguste Comte, tokoh intelektual Perancis dalam bukunya ”Course de philosophie
positive” (1838) mencetuskan istilah sosiologi yang saat itu memiliki konotasi fisika sosial. Hukum tiga
tahap yang dielaborasikan Comte menegaskan bahwa sosiologi atau fisika sosial adalah ilmu yang
berada pada tahap positif. Positif artinya rasional, empiris, dan bisa diteliti dengan hukum-hukum ilmiah
seperti pada ilmu alam. Berada di tahap positif artinya meninggalkan unsur teologis dan metafisis.
Dengan demikiran sejarah perkembangan sosiologi modern pada awal mula ditemukannya adalah ilmu
pengetahuan yang positif. Metodologinya mengikuti hukum-hukum dalam ilmu alam oleh karena itu
dinamakan fisika sosial.

Pada tahun 1876, intelektual Inggris Herbert Spencer menulis buku pertama yang menggunakan istilah
’sosiologi’ di judulnya ”Principle of Sociology”. Spencer adalah orang yang percaya pada teori evolusi
Darwin. Ia menerapkan hukum evolusi biologi pada sosiologi. Spencer mengenalkan teori besar tentang
evolusi sosial yang diterima secara luas beberapa tahun kemudian. Pada tahun 1883, intelektual
Amerika Lester F. Ward menulis buku berjudul ”Dynamic Sociology”. Buku tersebut dianggap sebagai
buku pertama tentang desain tindakan sosial yang harus dilakukan masyarakat untuk menuju kemajuan.
Berikutnya, pada 1895, Email Durkheim menerangkan secara detail metodologi ilmiah sosiologi dalam
bukunya ”The Rules of Sociological Mehod”

Sosiologi berkembang pesat di Eropa Barat pada abad 19. Perkembangan tersebut banyak dipengaruhi
oleh Revolusi Politik dan Revolusi Industri yang mengubah tatanan kehidupan sosial secara dramatis.
Minat kaum intelektual untuk mengetahui perubahan sosial masyarakat saat itu menjadi poin penting
dalam sejarah perkembangan sosiologi. Salah satu tokoh berpengaruh dalam sosiologi adalah intelektual
Inggris Karl Marx. Marx tidak pernah mengklaim dirinya secara spesifik sebagai sosiolog. Ia studi dampak
politik ekonomi dari perubahan sosial di Eropa. Teorinya tentang perjuangan kelas memengaruhi
perkembangan teori sosiologi bahkan sampai hari ini. Teori-teori Marx melahirkan aliran Marxisme
dalam sosiologi. Perubahan sosial, dengan demikian menjadi faktor utama kelahiran sosiologi sebagai
ilmu pengetahuan modern.

3.Sejarah perkembangan sosiologi abad 20


Memasuki abad 20, terjadi ’migrasi tradisi ilmiah’ sosiologi dari Eropa Barat ke Amerika Serikat. Sosiologi
pada abad 20 berkembang pesat di Amerika Serikat. Perlu diperhatikan pula konteks Amerika Serikat
pada abad awal 20. Saat itu, industrialisasi dan urbanisasi terjadi secara besar-besaran di perkotaan di
Amerika Serikat. Akibat dari industrialisasi ini adalah perubahan sosial dengan ekskalasi yang besar.
Masyarakat desa dan kota terlihat mencolok perbedaannya. Kondisi demikian memantik kaum
intelektual Amerika untuk mengkaji gejala-gejala sosial yang timbul akibat perubahan sosial. Sosiologi
menjadi salah satu studi ilmu sosial yang paling diminati.

Sejarah perkembangan sosiologi di Amerika Serikat pada periode sebelum Perang Dunia pertama
sampai dengan kisaran 1930an didominasi oleh aliran Chicago School dengan tokoh utamanya Albion W.
Small, yang sekaligus menjadi inisiator jurnal sosiologi paling prestisius di dunia sampai saat ini,
American Journal of Sociology. Pada fase berikutnya, perkembangan Chicago School melahirkan tokoh
besar Pitrim Sorokin yang banyak berkontribusi memperluas aspek metodologi sosiologi. Sejumlah ahli
sosiologi pasca Ward muncul di Amerika Serikat, antara lain: W. I. Thomas, Robert E. Park, Charles
Horton Cooley, George Herbert Mead, Jane Addams, Charlotte Perkins Gilman, Anna Julia Cooper,
Marianne Webber, Beatrice Potter Webb, dan W. E. B. du Bois.

Perlu ditegaskan pula di sini, migrasi tradisi ilmiah sosiologi ke Amerika Serikat tidak lantas membuat
sejarah perkembangan sosiologi di Eropa Barat berhenti. Intelektual Jerman Max Weber mengkritik
metode ilmiah sosiologi yang muncul pada abad 19. Weber berpendapat, metode ilmu alam tidak
relevan diterapkan pada ilmu sosial. Ilmu sosial menjadikan manusia sebagai subjeknya, sehingga
terkandung unsur subjektivitas dalam ilmu sosial. Hal ini berbeda dengan ilmu alam yang
mengedepankan unsur objektivitas. Weber mengusulkan, alih-alih menjadikan masyarakat sebagai objek
penelitian, sosiologi seharusnya meneliti tindakan-tindakan sosial yang bersifat subjektif.

Secara kontras, unsur objektivitas sosiologi justru berkembang di Amerika Serikat melalui karya

tokoh besar Talcott Parsons. Pada 1937 Parsons menerbitkan buku ”The Structure of Social Action” yang
secara signifikan berpengaruh pada perkembangan teori sosiologi. Parsons banyak dipengaruhi oleh
Dukheim dan Weber, tanpa menaruh perhatian sama sekali pada Marx. Interpretasinya terhadap
masyarakat Amerika Serikat mempengaruhi perkembangan teori sosiologi Amerika beberapa tahun
kemudian. Implikasinya, teori Marxisme terkekslusi dari legitimasi ilmiah sosiologi Amerika. Parsons
banyak mengelaborasikan teori fungsionalisme struktural dalam menganalisis sistem sosial. Sosiologi
yang berkembang di Amerika pada periode Parsonian adalah sosiologi makro.

Perdebatan antara objektivitas-subjektivitas, agensi-struktur, dan mikro-makro dalam sosiologi


berlangsung sejak abad 20 sampai hari ini. Sejumlah aliran pemikiran ekstrem yang condong pada
subjektivitas mengkritik keras sosiologi pada awal berdirinya. Sosiologi positivistik yang dicetus oleh
Comte belakangan mulai ditinggalkan. Salah satu aliran pemikiran paling keras yang mengkritik sosiologi
Comte adalah The Frankfurt School, yang terdiri dari intelektual kritis dari Jerman. The Frankfurt School
menapaki periode popularitasnya pada pertengahan abad 20. Kritik paling pedas yang dilontarkan
adalah sosiologi positivistik tidak berkontribusi apa-apa pada sejarah manusia karena mengabaikan
aspek transformatif dan emansipatoris yang seharusnya menjadi agenda sosiologi. Ilmu sosial tidak bisa
netral, melainkan harus berpihak cita-cita transformasi sosial.

4.Sejarah perkembangan sosiologi era kontemporer

Menjelang abad 21, sosiologi sebagai ilmu pengetahuan modern mendapat serangan bertubi-tubi dari
aliran-aliran sosiologi yang menyandang label post-, seperti postmodernisme, poststrukturalisme,
postpositivisme, postkolonialisme, dan lain sebagainya. Memasuki abad 21, sejarah perkembangan
sosiologi menuju variasi aliran pemikiran dan disiplin yang semakin banyak. George Ritzer telah
memformulasikan sebelumnya sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berparadigma multiple.
Artinya, cara pandang sosiologi tidak tunggal sehingga sosiologi secara historis adalah ilmu pengetahuan
yang luas cakupannya. Abad millenium menandai sosiologi sebagai ilmu yang sangat cair dan luas. Objek
kajian tidak sebatas pada perubahan struktur sosial dalam konteks industrialisasi, urbanisasi, perdesaan
dan perkotaan, melainkan juga sampai pada aspek dinamika masyarakat yang sifatnya kekinian. Seperti
misalnya, sosiologi pada masyarakat informasi. Sosiologi abad 21 adalah sosiologi kontemporer.

Indikasi semakin meluasnya ruang lingkup sosiologi bisa dilihat dari berkembang biaknya subdisiplin
yang menjadi cabang sosiologi. Beberapa diantaranya yang bisa disebutkan adalah Sosiologi Digital,
Sosiologi Turisme, Sosiologi Pemuda, Sosiologi Kesehatan, Sosiologi Olah Raga, Sosiologi Sastra, Sosiologi
Hukum, Sosiologi Ekonomi, Sosiologi Gender, dan Sosiologi kontemporer lainnya. Kecenderungan lain
yang bisa diidentifikasi adalah semakin menjauhnya sosiologi dari tradisi positivisme. Sejarah
perkembangan sosiologi di era kontemporer cenderung menolak relevansi hukum-hukum alam pada
ilmu sosial. Saat ini, fakultas-fakultas ilmu sosial di seluruh dunia mulai mengajarkan sosiologi terlepas
dari bapak pendirinya. Tak heran, tokoh-tokoh seperti Michel Foucault, Pierre Bourdieu dan Slavoj Zizek
lebih diminati

ketimbang Auguste Comte dan Emile Durkheim yang memang makin usang.

2.5 Beberapa Pendekatan Sosiologi

Setidaknya terdapat beberapa pendekatan dari perspektif sosiologi yang dapat digunakan dalam
menganalisis permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam bidang pendidikan. Di antaranya seperti
yang disampaikan oleh Abu Ahmadi dalam bukunya ‘Sosiologi Pendidikan’ yaitu pendekatan individu,
sosial, interaksi dan teori medan.

A. Pendekatan Individu (The Individual Approach)

Dalam pendekatan individu titik penekanannya adalah tingkah laku individu. Setidaknya ada dua faktor
yang mempengaruhi pendekatan individu ini yakni faktor internal yang meliputi faktor-faktor biologis
dan faktor eksternal yang meliputi faktor-faktor lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

Dalam pendekatan individual ini titik tekannya adalah faktor-faktor biologis yang menguasai tingkah laku
individu daripada faktor-faktor psikologis, namun kedua faktor ini tetaplah faktor primernya sedangkan
faktor lingkungan sekitar fisik dan lingkungan sosial merupakan faktor sekunder. Hal ini dikarenakan
pendekatan individu berasumsi bahwa individu adalah primer dan masyarakat adalah sekunder.
1. Faktor Biologis Pada Tingkah Laku Manusia

Perbedaan antara faktor biologis dan psikologis pada tingkah laku manusia adalah pada faktor biologis
manusia dipandang sebagai organisme yang murni dan sederhana, sedangkan pada faktor psikologis
manusia dipandang sebagai organisme yang cerdas dan mempunyai kecerdasan (inteligen). Kemudian
yang menjadi problem terbesar pada biologi adalah usaha untuk menemukan elemen-elemen tingkah
laku mana yang dapat diwariskan secara biologis dan elemen-elemen tingkah laku mana yang
disebabkan oleh lingkungan sekitar dan apakah elemen tingkah laku inheritas (keturunan biologis/
hereditas) itu dapat diubah atau tidak?, kalau dapat diubah sejauh mana perubahan dapat terjadi.

2. Faktor Psikologis Pada Tingkah Laku Manusia

Sebenarnya perbedaan antara faktor psikologis dan biologis tidak begitu ekstrim, tajam dan statis.
Seiring dengan kemajuan-kemajuan penelitian ilmiah maka dapat diketahui bahwa sebenarnya
hubungan psikologi dan biologi sifatnya timbal-balik, bahkan justru keduanya saling melengkapi di dalam
mempelajari tingkah laku manusia. Bukti dari ini adalah munculnya penelitian-penelitian psikologi
mengenai konsep insting (instinct).

Singkatnya dapat disimpulkan bahwa pendekatan individu belumlah lengkap untuk menerangkan semua
gejala tingkah laku manusia mengingat bahwa individu-individu adalah hidup dengan dan dalam
masyarakat. Jadi faktor masyarakat itupun harus diakui peranannya sebagai pembentuk tingkah laku
anggota masyarakatnya.

B. Pendekatan Sosial (The Societal Approach)

Titik tekan pendekatan ini adalah masyarakat dengan berbagai lembaga, kelompok, organisasi dan
aktivitasnya. Secara kongkrit pendekatan sosial ini membahas aspek-aspek atau komponen dari
kebudayaan manusia, seperti keluarga, tradisi, adat-istiadat, dan sebagainya. Jadi segala sesuatu yang
dianggap produk bersama adalah milik bersama atau milik masyarakat. Jadi jelas di sini yang menjadi
gejala primer adalah kelompok masyarakat, sedangkan individu merupakan gejala sekunder saja.

Secara ekstrim, pendekatan sosial ini berasumsi bahwa tingkah laku individu-individunya secara mutlak
ditentukan oleh masyarakat dan kebudayaan masyarakat, sehingga individualitas tenggelam di dalam
sosialtas manusia. Tingkah laku yang demikian ini dapat ditemukan dalam masyarakat yang benar-benar
homogen yang kuat tradisi dan tata caranya. Sehingga inidividu-individu yang menyimpang dari pola
tingkah laku masyarakat dianggap abnormal dan pasti dikeluarkan dari masyarakatnya.

Kalau diperhatikan secara seksama, prinsip dari pendekatan sosial ini tak dapat disangkal kebenarannya,
tetapi secara ekstrem dan absolut, pendekatan sosial ini menunjukkan kelemahan-kelemahannya, sebab
betapapun homogennya dan kuatnya tata cara hidup masyarakat di situ masih juga didapati perilaku
individualitas pada anggota masyarakat. Mengapa demikian? Karena setiap individu mempunyai watak
dan kepribadiannya masing-masing. Bahkan tidak jarang keseragaman tingkah laku pada masyarakat
dianggap sebagai paksaan yang membelenggu kreatifitas individu tersebut. Karena pada dasarnya pola
tingkah laku individu manusia selalu didapati sifat-sifat kreatif dan dinamis
C. Pendekatan Interaksi (The Interaction Approach)

Di dalam pendekatan interaksi ini perhatiannya adalah penggabungan dari pendekatan individu dan
pendekatan sosial melalui interaksi. Sebab pada kenyataannya menurut pendekatan interaksi ini,
individu dan masyarakat itu saling mempengaruhi dan memiliki hubungan timbal balik. Jadi antara
individu dan masyarakat itu mempunyai daya kekuatan yang saling membentuk dan saling
menyempurnakan.

Kesimpulannya pendekatan ini ingin menjelaskan bahwa untuk mengetahui tingkah laku manusia harus
dilihat dari individu dan masyarakat. Jadi sosiologi pendidikan tidak semata-mata hanya mempelajari
individu atau masyarakat saja tetapi harus kedua-duanya.[8]

D. Teori Medan (field theory)

Teori medan adalah teori yang diperkenalkan oleh Dr. Kurt Lewin dari bidang psikologi yang kemudian
dikembangkan oleh J.F Brown dalam psikologi sosial. Inti dari teori medan adalah meneliti struktur
medan hidup (life space) beserta pribadi (Person) dan medan sosial (life space sosial) nya. Medan hidup
ini merupakan kondisi-kondisi, syarat-syarat dan situasi-situasi kongkrit yang menyertai gerak individu
pribadi tadi. Obyeknya adalah organisme manusia. Cara bekerjanya teori medan itu mempergunakan
metode hipotetis- deduktif. Ciri khas lain dari teori medan adalah menggunakan bahasa genotype. Dan
lagi bahwa dalam teori medan digunakanlah konsep-konsep dan gambar-gambar mathematis.

2.6 Skenario Kasus

Sebelumnya kita harus kembali paham bahwa antropologi sosial biasanya berisikan/menceritakan
tentang suku bangsa atau suatu masyarakat yang biasanya diceritakan yaitu mengenai kebudayaan suku
atau masyarakat tersebut.Gejolak di Manokwari, Papua Barat sudah terjadi sejak 1965. Masalah
tersebut bukanlah hal baru dan bagian dari bentuk akumulasi kekecewaan yang membuat semangat
kolektif.Pemerintah sebenarnya bisa menyelesaikan kasus Papua dengan cara pendekatan antropologi
dan budaya.Hal tersebut cocok karena Papua memiliki budaya heterogen. pendekatan tersebut
sebelumnya sudah dibicarakan bersama Luhut Binsar Panjaitan yang sebelumnya menjabat Menko
Polhukam. Pembicaraan tersebut pun sudah beberapa kali dilakukan."Pemikiran menyelesaikan Papua
secara holistik dengan pendekatan antropologi dan budaya," Pembicaraan tersebut sudah pada pihak
stakeholder Papua dan Papua Barat. Hingga tahap mengimplementasikan. Tetapi rencana pendekatan
tersebut tidak ada kelanjutan konsep paling baik, pendekatannya harus antropologi karena Papua ini
sangat heterogen budaya. Nah ini jadi konsep secara holistik dengan pendekatan antropologi dan
sosiologi budaya karena relatif singkat dan setiap pertemuan dua jam sampai, pertemuan dengan
masyarakat kemudian jedah dengan hasil-hasil itu. Kemudian karena ini dibawah Polhukam ada
panglima. Tak Akan Seperti Timor Timur, Papua tidak akan sama dengan Timor Timur yang merdeka
pada 2002. Untuk Itu meminta agar Organisasi Papua Merdeka (OPM) menghentikan pendekatan
bersenjata."OPM hentikan pendekatan bersenjata. Papua bagian sah dari Indonesia. Papua, tak bisa
disamakan dengan Timor Timur atau Timor Leste.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya
masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang
Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.
Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase. Antropologi lebih memusatkan pada
penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal
daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada
masyarakat dan kehidupan sosialnya. Di antara ilmu-ilmu sosial, dan alamiah, antropologi memiliki
kedudukan, tujuan, manfaat yang unik karena bertujuan dan bermanfaat dalam merumuskan
penjelasan-penjelasan tentang perilaku manusia yang didasarkan pada studi atas semua aspek biologis
manusia dan perilakunya di semua masyarakat. Objek kajian sosiologi adalah masyarakat manusia
terutama dari sudut hubungan antar manusia dan proses- proses yang timbul dari hubungan manusia
dalam masyarakat. Dalam antropologi budaya mempelajari gambaran tentang perilaku manusia dan
konteks sosial budayanya.

3.2 Saran

Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam makalah ini,
tentunya banyak kelemahan dan kekurangan karenaterbatasnya pengetahuan, kurangnya rujukan dan
referensi yang kami peroleh hubungannya dengan makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Green, E.C 1986 Practicing Development Anthropology. Boulder and London: Westview

Leonard Seregar. 2002. Antorpologi dan Konsep Kebudayaan. Universitas Cendrawasih Press. Jayapura.

Masinambow, E.K.M (Ed) 1997 Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia, Jakarta: Asosiasi
Antropologi Indonesia dan Yayasan Obor Indonesia.

Rhoades, R.E 1986 Breaking New Ground: Agricultural Anthropology. Dalam: Green Ed.

Suparlan, Pasurdi 1995 Antropologi dalam Pembangunan. Jakarta: UI Press

Anda mungkin juga menyukai