Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PIPS

Tentang
“Antropologi”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Pengantar Ilmu Pengetahuan
Sosial

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Ibnu Jamaludin Muskim


Lavenia Sandra Mustika 145010012
Riani Dwi Lestari 1450100
Rafika Khoirunnisa
Rizki Fakhrur Rozi 145010018
Sigit Trias Abrianto

Sovi Nurbayani
Sri Rahayu 145010019
Tivo Sofianto 145010017

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PRODI PPKn
UNIVERSITAS PASUNDAN
2014
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbilalamin.Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada
Allah SWT juga Shalawat serta salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta yakni Nabi Muhammad SAW yang telah menolong saya dalam
menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan.Tanpa pertolongan-NYA
mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Pengetahuan Sosial.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
“Antropologi” yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.Makalah ini memuat tentang “Antropologi”” yang terbilang masalah
paling tinggi. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki
detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengantar Ilmu
Pengetahuan Sosial yang telah mendorong saya dalam mengerjakan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
mohon untuk saran dan kritiknya.Terimakasih.

Bandung,30 November 2014

Penyusun

i
DAFTAR ISI
 KATA PENGANTAR i
 DAFTAR ISI ii
 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3Tujuan 2

1.4 Manfaat 2

 BAB II ISI

A. Pengertian Antropologi 3
B. Fase-fase Perkembangan Antropologi 4
C. Subdisiplin antropologi menurut Koentjaraningrat 6
D. Metode Pendekatan Antroplogi 7
E. Metode Penelitian Antropologi 7
F. Tujuan dan Kegunaan Antropologi 8
G. Hubungan Antropologi dengan Ilmu Sosial lainnya 9
H. Konsep-konsep Antropologi 11
I. Teori-teori Antropologi 12

 BAB III PENUTUP


4.1Kesimpulan

4.2Saran

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antropologi adalah ilmu tentang manusia, masa lalu dan kini, yang
menggambarkan manusia melalui pengetahuan ilmu sosial dan ilmu alam, dan juga
humaniora. Antropologi berasal dari kata Yunani anthropos yang berarti manusia atau
orang, dan logos yang berarti wacana (dalam pengertian "bernalar", "berakal") atau secara
etimologis antropologi berarti ilmu yang memelajari manusia.

Antropologi bertujuan untuk lebih memahami dan mengapresiasi manusia sebagai


spesies homo sapiens dan makhluk sosial dalam kerangka kerja yang interdisipliner dan
komprehensif. Oleh karena itu, antropologi menggunakan teori evolusi biologi dalam
memberikan arti dan fakta sejarah dalam menjelaskan perjalanan umat manusia di bumi
sejak awal kemunculannya. Antropologi juga menggunakan kajian lintas-budaya dalam
menekankan dan menjelaskan perbedaan antara kelompok-kelompok manusia dalam
perspektif material budaya, perilaku sosial, bahasa, dan pandangan hidup.

Dengan orientasinya yang holistik, antropologi dibagi menjadi empat cabang ilmu
yang saling berkaitan, yaitu: antropologi biologi, antropologi sosial budaya, arkeologi, dan
linguistik. Keempat cabang tersebut memiliki kajian-kajian konsentrasi tersendiri dalam
kekhususan akademik dan penelitian ilmiah, dengan topik yang unik dan metode penelitian
yang berbeda.

Antropologi lahir atau berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa pada ciri-ciri
fisik, adat istiadat, dan budaya etnis-etnis lain yang berbeda dari masyarakat yang dikenal
di Eropa. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat
tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, memiliki
ciri fisik dan bahasa yang digunakan serupa, serta cara hidup yang sama.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian dari Antropologi?
b. Bagaimana fase-fase perkembangan Antropologi?
c. Pembagian subdisiplin antropologi menurut Koentjaraningrat?
d. Metode Pendekatan Antroplogi?

1
e. Metode Penelitian Antropologi?
f. Tujuan dan Kegunaan Antropologi?
g. Hubungan Antropologi dengan Ilmu Sosial lainnya?
h. Konsep-Konsep Antropologi?
i. Teori-Teori Antropologi?

1.3 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah salah satunya untuk memenuhi salah satu
tugas dari mata kuliah Pengantar IPS. Selain itu pembuatan makalah ini agar pembaca
mengetahui tentang apa itu ilmu antropologi, cabang ilmu antopologi, metode pendekatan
dan penelitian antropologi, tujuan dan kegunaan antropologi, hubungan antropologi dengan
ilmu social lainnya, dan semua yang berkenaan dengan ilmu antropologi.

1.4 Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi terhadap


pembaca mengenai ilmu antropologi, metode pendekatan dan penelitian antropologi, tujuan
dan kegunaan antropologi, hubungan antropologi dengan ilmu social lainnya, cabang ilmu
antropologi, dan semua yang berkenaan dengan ilmu antropologi.

2
BAB II

ISI

A. Pengertian Antropologi

Istilah antropologi berasal dari kata Yunani anthropos yang berarti manusia dan
logos yang berarti ilmu atau teori. Jadi bila digabungkan menjadi antropologi bisa diartikan
sebagai ilmu tentang manusia. Antropologi merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang
mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Ilmu antropologi pertama kali
muncul karena ketertarikan bangsa Eropa yang melihat ciri fisik, adat istiadat, budaya
masyarakat yang berbeda dengan apa yang selama ini dikenal dan dilakukan di Eropa.
Pengertian antropologi menurut para ahli bisa lebih bervariasi dan lebih luas lagi.
Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal,
tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip
dengansosiologitetapi pada sosiologi lebih menitikberatkan pada masyarakat dan
kehidupan sosialnya. Berdasarkan lapangan penyelidikannya, antropologi dibagi menjadi
dua, yakni antropologi. Adapun pengertian antropologi menurut para ahli dipaparkan
sebagai berikut.
a. Menurut David Hunter, antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan
yang tidak terbatas tentang umat manusia.
b. Menurut Tulian Darwin, antropologi ingin membuktikan asal mula dan
perkembangan manusia dengan melakukan berbagai penelitian terhadap kera
dan monyet di seluruh dunia.
c. Menurut Koentjaraningrat, antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat
manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik
masyarakatserta kebudayaan yang dihasilkan.
d. Menurut Ralfh L. Beals dan Harry Hoijen, antropologi adalah ilmu yang
mempelajari manusia dan semua apa yang dikerjakannya.
e. Menurut Rifhi Siddiq, antropologi adalah ilmu yang mengkaji segala aspek
yang terdapat pada manusia yang terdiri dari berbagai macam konsepsi
kebudayaan, tradisi, ilmu pengetahuan, teknologi, norma, kelembagaan, seni,
linguistik dan lambang.

3
f. Menurut William A. Havilland, antropologi adalah studi tentang umat manusia,
berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan
perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia.
Dari beberapa pengertian ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa antropologi
adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang segala aspek dari manusia yang
terdiri atas aspek fisik dan nonfisik berupa warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata,
kebudayaan, aspek politik, dan berbagai pengetahuan tentang corak kehidupan
lainnya yang bermanfaat.

B. Fase-fase Perkembangan Antropologi

Antropologi adalah salah satu bidang disiplin ilmu yang jenis keilmuannya murni
dan juga praktis. Sejarah munculnya keilmuan ini, berawal dari bangsa Yunani dan
Romawi. Bapak sejarah Herodotus menulis 50 bahasa, seni, macam adat perkawinan serta
menganggap masyarakat saat itu melakukan perbandingan diantara budaya-budaya
masyarakat. Mereka memilki sikap dan pandangan meremehkan pada masyarakat dan
budaya-budaya lain. Diabad 1 M Tacitus menulis tentang suku-suku di Jerman. Fase
perkembangan Antropologi terbagi menjadi empat bagian:

1. Fase pertama (sebelum 1800)

Selama empat abad berselang, dimulai sejak abad 15 hingga permulaan abad ke 16
bangsa Eropa menularkan pengaruh besar terhadap berbagai suku, bangsa, masyarakat
hingga budaya setempat. Mereka melakukan penjajahan di tiga benua, afrika, asia dan
amerika. Ketika bangsa Eropa menemukan suatu hal yang aneh, suatu hal-hal yang baru di
tempat jajahannya. Mereka mencurahkan pengalaman-pengalaman yang mereka dapat ke
sebuah tulisan. Kumpulan-kumpulan tulisan itu disebut Etnographi. Terdapat beberapa
pendapat dalam segi sudut pandang seseorang dalam memaknainya. Mulai dari
beranggapan mereka (bangsa yang dijajah) adalah makhluk liar hingga sebutan-cebutan
keturunan iblis dilontarkan. Ada juga yang mencoba mengumpulkan barang-barang antik
lalu mengumpulkannya untuk diperlihatkan ke semua orang.

4
2. Fase kedua (sekitar abad ke 19)

Pada pertengahan abad ke 19 ini, antropologi lebih condong digunakan untuk


mengklasifikasikan tingkat-tingkat budaya dengan meneliti sejarah penyebaran
kebudayaan-kebudayaan di muka bumi. Orang Eropa menganggap kebudayaan bangsa-
bangsa diluar Eropa adalah bangsa yang kuno. Dengan mempelajarinya sama halnya
mereka mencari tahu sejarah penyebaran kebudayaan manusia. Karangan-karangan
etnografi berdasarkan cara berfikir evolusi masyarakat. Maknanya masyarakat dan
kebudayaan manusia berevolusi dengan sangat lambat hingga memerlukan waktu yang
sangat lama.

3. Fase ketiga (permualaan abad ke 20)

Pada permulaan abad ke-20, bahan-bahan etnografi lebih difahami lagi demi
mengetahui seluk-beluk suatu bangsa, mempelajari kelemahan-kelemahannya lalu
menaklukannya. Masa ini memperlihatkan bahwa disiplin ilmu Antropologi berperan aktif
sebagai ilmu terapan. Tujuannya hanya untuk mengetahui pengertian masyarakat masa kini
yang kompleks dan berfungsi untuk menundukkan bangsa-bangsa lain seperti benua
Amerika, Asia dan juga Afrika yang sudah ada dalam genggaman Eropa barat.

4. Fase keempat (sesudah kira-kira 1930)

Pada masa ini perkembangan antropologi bertambah pesat dan luas. Bertambahnya
pengetahuan yang lebih teliti dan ketajaman dalam metode ilmiahnya sangat mengesankan.
Adanya perkembangan yang pesat ini mengakibatkan hilangnya sedikit demi sedikit
masyarakat primitif dan kebudayaan-kebudayan kuno. Antropologi dimasa ini berperan
dalam dua hal yakni, dalam bidang akademik dan juga tujuan praktis. Tujuan dalam bidang
akademiknya berusaha untuk mencapai pengertian manusia dengan mempelajari
keragaman bentuk fisik, masyarakat dan kebudayaannya. Sedangkan tujuan praktisnya
adalah mempelajari, memahami dan membangun masayarakat suku bangsa.

5
C. Subdisiplin antropologi menurut Koentjaraningrat

PALEOANTROPOLOGI

ANTROPOLOGI
FISIK
ANTROPOLOGI
BIOLOGIS

ANTROPOLOGI
ANTROPOLOGI
PREHISTORIS

ANTROPOLOGI ENTOLOGI dalam


ETNOLINGUISTIK arti KHUSUS
BUDAYA

ETNOLOGI ANTOPOLOGI
SOSIAL

 Antropologi Fisik: Cabang Antropologi ini mengkaji hubungan antara kebudayaan


dan manusia secara biologis. Di masa lalu, kajian Antropologi fisik lebih
ditekankan pada usaha untuk membandingkan manusia dengan primata lain,
seperti simpanse, gorilla, dan orang utan. Antropologi fisik juga mencari hubungan
antara manusia modern (Homo Sapiens) dengan nenek moyang kita seperti Homo
Erectus.
 Paleoantrologi adalah ilmu yang mempelajari asal usul manusia dan evolusi
manusia dengan meneliti fosil-fosil.
 Antropologi biologis, merupakan sebuah disiplin ilmu yang mempelajari variasi
biologis dan budaya manusia, makhluk pritama lainnya, evolusi manusia
pembandingan anatomi, dan Hominini
 Antropologi Budaya: Cabang ini adalah yang terbesar dalam ilmu Antropologi.
Antropologi budaya meliputi keanekaragaman kebudayaan, upaya mencari unsur-
unsur kebudayaan universal, mengungkapkan hubungan antara struktur sosial
masyarakat dengan kebudayaannya, bahkan juga membahas mengenai interpretasi
simbolik.

6
 Prehistori adalah ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan perkembangan
budaya manusia mengenal tulisan.
 etnoliinguistik: Cabang Antropologi yang mengkaji tentang keanekaragaman
bahasa. Namun, ruang lingkupnya jauh lebih kecil dari ilmu
linguistik. Antropologi linguistik melihat bahasa dalam konteks latar belakang
kebudayaan masyarakat penuturnya.
 Arkeologi: Cabang ini seringkali dianggap sebagai ilmu tersendiri yang terpisah
dari Antropologi. Namun, menurut sebagaian besar ahli Antropologi, Arkeologi
sebenarnya adalah sebuah cabang ilmu dari Antropologi. Tugas Arkeologi adalah
menunjukkan hubungan antara manusia masa lampau dengan habitat hidupnya
beserta struktur sosial dan kebudayaan masyarakatnya.
 Etnologi: Cabang Antropologi yang secara khusus mempelajari sejarah
perkembangan kebudayaan manusia.

D. Metode Pendekatan Antroplogi

 pendekatan kuantitatif (positivistic)


menekankan pada makna & pemahaman dari dalam ( verstehen ),penalaran,
definisi suatu situasi tertentu ( dalam konteks terntentu ), lebih banyak meneliti
hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
 Pendekatan kualitatif ( naturalistic)
Mementingkan adanya variabel-variabel sebagai objek penelitian dan variable-
variabel tersebut harus didefinisikan masing-masing.

Menurut Kapplan dan Manners

 Pendekatan relativistic memandang bahwa setiap kebudayaan merupakan konfigurasi


unik yang memiliki cita rasa khas, gaya, serta kemampuan sendiri
 Pendekatan komperativis berpendapat bahwa suatu institusi, proses, kompleks, atau
ihwal sesuatu hal, haruslah terlebih dahulu di copot dari matriks budaya yang lebih
besar dengan cara tertentu

E. Metode Penelitian Antropologi


 Deskriptif
Yaitu jenis penelitian yang bertujuan memberikan gambaran yang lebih detail
mengenai suatu fenomena.

7
 Komperatif
Yaitu metode pengamatan dengan membandingkan bermacam masyarakat serta
bidangnya untuk memperoleh persamaan ataupun perbedaan serta petunjuk
tentang perilaku suatu masyarakat pada masa lampau dan masa mendatang.
 Studi khusus
Yaitu Metode pengamatan tentang sesuatu keadaan kelompok masyarakat,
lembaga-lembaga, ataupun individu-individu dengan menggunakan
wawncara,quisoner, dan keterlibatan peneliti dalam masyarakat yang diteliti.
 Etnografis
Yaitu metode untuk mengumpulkan data tentang masyarakat dan budaya
masyarakat, yang dilakukan melalui pengamatanpartisipan, wawancara, yang
mana hal inibertujuan menjelaskan keadaan masyarakat yang dipelajari.
 Survei
Yaitu penelitian yang digunakan untuk mengambil suatu kesimpulan yang khusus
ke berlaku umum dari suatu pengamatan masyarakat.

F. Tujuan dan Kegunaan Antropologi

Secara akademis, Antropologi berusaha mencapai sebuah pemahaman tentang


manusia secara fisik, manusia dalam masyarakatnya, dan manusia dengan kebudayaannya.
Secara praktis, Antropologi berusaha membangun suatu pandangan bahwa perbedaan
manusia dan kebudayaannya merupakan suatu hal yang harus dapat diterima, bukan
sebagai sumber konflik tetapi sebagai sumber pemahaman baru, agar secara terus-menerus
manusia dapat merefleksikan dirinya. Secara praktis, kajian ilmu Antropologi dapat
digunakan untuk membangun masyarakat dan kebudayaannya tanpa harus membuat
masyarakat dan kebudayaan itu, kehilangan identitas atau tersingkir dari peradaban.
Sedangkan menurut Koentjaraningrat, Antropologi mempunyai dua tujuan, yaitu (1) tujuan
akademis dan (2) tujuan praktis. Tujuan akademisnya adalah untuk mencapai pengertian
tentang makhluk manusia pada umumnya dengan memperlajari berbagai bentuk fisiknya,
masyarakatnya, maupun kebudayaannya. Karena dalam kenyataan antropologi umumnya
mempelajari masyarakat suku bangsa, maka tujuan praktisnya adalah mempelajari manusia

8
dalam beragam masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa
tersebut.

G. Hubungan Antropologi dengan Ilmu Sosial lainnya

Antropologi dengan ilmu-ilmu bagiannya mempunyai hubungan yang sangat


banyak dengan ilmu-ilmu sosial yang lain. Hubungan ini pada umumnya bersifat timbal-
balik. Antropologi memerlukan bantuan ilmu-ilmu itu, dan sebaliknya ilmu-ilmu sosial
yang lain juga memerlukan antropologi dalam memecahkan masalah yang dikajinya.

1. Hubungan Antropologi dengan Sosiologi

Sepintas antropologi dan sosiologi mempunyai banyak persamaan, missalnya saja


tentang obyek kajiannya yaitu ilmu yang mempelajari tentang manusia, bedanya sudut
pandang yang digunakan. Antropologi lebih ke pendekatan asal-usul manusia dan
kebudayaan yang dihasilkan, sedangkan sosiologi lebih memusatkan perhatian kepada
umsur-unsur gejala khusus dalam masyarakat, dengan menganalisa kelompok-kelompok
social yang khusus (social groupig) dan hubungan antar kelompok-kelompok atau
individu-individu (social relation) (Koentjoroningrat, 2000: 29). Karena banyak kesamaan
dari kedua ilmu tersebut, maka tidak jarang apabila para sosiolog banyak meminjam
konsep-konsep dan pendekatan-pendekatan antropologin dalam penelitian yang
merekalakukan. Setelah memasuki abad ke-20 pemikiran para antropolog semakin
berkembang, obyek kajian mereka juga semakin luas sehingga tidak jarang kajian bidang
ilmu sosiologi juga menjadi kajian dalam antropologi. Misalnya saja kajian tentang
dampak-dampak dari globalisasi dalam masyarakat.

2. Hubungan Antropologi dengan Psikologi

Psikologi merupakan ilmu tentang jiwa (Bimo Walgito, 2003:1). Dapat dikatakan
bahwa psikologi lebih menekankan pada pendekatan internal, yaitu dari dalam diri
seseorang, sedangkan antropologi lebih menekankan pada aspek eskternalnya, yaitu
lingkungan. Kedua unsur ini saling terkait dan tidak dapat dipisahkan dala membentuk
sebuah kebudayaan. Untuk memahami pola-pola kebudayaan dalam masyarakat, seorang
antropolog harus memperhatikan interaksi yang terjadi antara kedua unsur tersebut.

9
Sedangkan seorang psikolog juga harus memperhatikan unsur eksternal yang membentuk
sifat seseorang.

3. Hubungan Antropologi dengan Sejarah

Terkadang latar belakang suatu peristiwa sejarah sulit diketahui hanya dari fakta-
fakta yang ada di lapangan. Antropologi memberi bahan prehistoris sebagai sumber bagi
setiap penulis sejarah (Koentjoroningrat, 2000: 35). Kosep-konsep tentang kehidupan
masyarakat yang terjadi saat peristiwa sejarah berlangsung, yang dikaji melalui pendekatan
antropologi akan memberi pengertian banyak bagi seorang sejarawan untuk mengetahui
latar belakang peristiwa tersebut. Selain itu banyak peristiwa sejarah yang dapat
dipecahkan melalui pendekatan antropologi. Misalnya saja dalam mengkaji sistem
kepercayaan dan sejarah lokal dalam suatu masyarakat Antropolog juga sangat
memerlukan sejarah, terutama untuk menganalisa tentang kebudayaan suatu suku bangsa.
Seorang antropolog terkadang menggunakan metodemetode sejarah untuk merekontruksi
sejarah dari rangkaian permasalahan yang timbul dalam kebudayaan. Misalnya saja untuk
menganalisa sebuah masyarakat yang mengalami pengaruh dari kebudayaan luar. Seorang
antropolog harus mengetahui asal-usul dari pengaruh tersebut dan bagaiaman proses
masuknya kebudayaan asing tersebut.

4. Hubungan Antropologi dengan Geografi

Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumibeserta isinya. Isi dari bumi
itu sendiri adalah flora, fauna, manusia dan bentang alam yang ada dipermukaan bumi.
Melihat obyek kajian dari geografi yang juga menyebut manusia yang beraneka warna
disetiap daerah, maka tidak bisa dipungkiri lagi kalau geografi memerlukan antropologi
dalam kajiannya. Karena antropologi mempelajari tentang berbagai warna manusia, baik
dari segi suku bangsa, etnis, maupun ras (Koentjoroningrat, 2000: 36). Sebaliknya,
antropologi juga memerlukan geografi untuk memepelajari tentang bentang alam. Karena
salah satu yang mempengaruhi kebudayaan manusia adalah keadaan lingkungan fisik
tempat mereka hidup.

10
5. Hubungan Antropologi dengan Ekonomi

Kekuatan, proses dan hukum-hukum ekonomi yang berlaku dalam aktivitas


ekonomi masyarakat sangat dipengaruhi oleh keadaan masyarakatnya. Seorang ahli
ekonomi yang akan membangun perekonomian di suatu Negara tentu memerlukan
pengetahuan mengenai berbaga unsur kemasyarakatan dalam Negara tersebut. Untuk
mengumpulkan keterangan tersebut ilmu antropologi sangat dibutuhkan oleh seorang
ekonom.Perubahan dalam bidang ekonomi sendiri mempunyai
andil yang sangat besar dalam perubahan kebudayaan masyarakatnya. Semakin maju
perekonomian suatu masyarakat, maka kebudayaannya pun ikut berubah. Terkadang untuk
menganalisa perubahan kebudayaan dalam masyarakat, antropolog juga memerlukan
pendekatan ekonomi.

H. Konsep-konsep Antropologi

 Kebudayaan (culture)
Konsep paling esensial dalam antropologi adalah konsep kebudayaan. Pada
tiap disiplin ilmu sosial terdapat konsep kebudayaan, yang didefinisikan
menurut versi yang berbeda-beda. Kebudayaan adalah konsep yang paling
esensial dalam antropologi budaya dan semua konsep-konsep yang lain
dalam antropologi budaya pasti berkaitan dengan kebudayaan. Oleh karena
itu konsep kebudayaan perlu mendapat perhatian khusus.
 Enkultrasi
Adalah proses dimana individu belajar untuk berperan serta dalam
kebudayaan masyarakatnya sendiri.
 Daerah Kebudayaan (culture area)
Adalah suatu wilayah geografis yang penduduknya berbagi (sharing)
unsur-unsur dan kompleks-kompleks kebudayaan tertentu yang sama.
 Difusi Kebudayaan
Adalah proses tersebarnya unsur-unsur kebudayaan dari suatu daerah
kebudayaan ke daerah kebudayaan lain.
 Akulturasi
Adalah pertukaran unsur-unsur kebudayaan yang terjadi selama dua

11
kebudayaan yang berbeda saling kontak secara terus –menerus dalam waktu
yang panjang.
 Etnosentrisme
Adalah sikap suatu kelompok masyarakat yang cenderung beranggapan
bahwa kebudayaan sendiri lebih unggul dari pada semua kebudayaan yang
lain.
 Tradisi
Pada tiap masyarakat selalu terdapat sejumlah tingkah laku atau
kepercayaan yang telah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat yang
bersangkutan ddalam kurun waktu yang panjang disebut dengan tradis.
 Relativitas Kebudayaan
Tiap kebudayaan mempunyai ciri-ciri yang unik, yang tidak terdapat pada
kebudayaan lainnya, maka apa yang dipandang sebagai tingkah laku normal
dalam kebudayaan mungkin dipandang abnormal dalam kebudayaan yang
lain.
 Ras dan Kelompok Etnik
Ras dan etnik adalah dua konsep yang berbeda, tetapi sering dikacaukan
penggunaannya. Ras adalah sekelompok orang yang kesamaan dalam unsur
biologis atau suatu populasi yang memiliki kesamaan unsur-unsur fisikal
yang khas yang disebabkan oleh keturunan (genitik) sedangkan etnik adalah
sekumpulan individu yang merasa sebagai satu kelompok karena kesamaan
identitas, nilai-nilai sosial yang dijunjung bersama, pola tingkah laku yang
sama, dan unsur-unsur budaya lainnya yang secara nyata berbeda
dibandingkan kelompok-kelompok lainnya.

I. Teori-teori Antropologi
1. Teori Orientasi Nilai Budaya (Kluckhohn)

Strodtbeck dalam
judul Variations in Value Orientation (1961).Menurut teori tersebut soal-
soal yang paling tinggi nilainya dalam hidupmanusia dalam
tiap kebudayaan minimalnya ada lima hal, yaitu;
a) Human Nature atau soal makna hidup manusia;
b) Man Nature, atau soalmakna dari hubungan manusia dengan alam
sekitarnya;

12
c) Time; yaitupersepsi manusia mengenai waktu;
d) Activity; yaitu masalah makna daripekerjaan, karya dan
amal dari perbuatan manusia;
e) Relational, yaitusoal hubungan manusia dengan sesama manusia. Lima
masalah inilah yang disebut value orientations atau
“orientasi nilai budaya”.

2. Teori Evolusi Sosiokultural => (Paralel, Konvergen, Divergen,


Sahlins dan Harris)

Istilah “evolusi” yang merupakan gagasan bahwa bentuk-bentuk kehidupan


yang berkembang dari satu bentuk ke bentuk lain melalui mata rantai transformasi
dan modifikasi yang tak pernah putus. Terkenalnya memang oleh Charles Darwin
yang ditulis dalam buku Origin Species (1859), walaupun kata-kata itu sudah
dikenal sebenarnya sejak zaman Yunani kuno, dan sejumlah pemikir sejak masa
itu telah membuat postulat yang bersifat evolusioner.
Beberapa penganut evolusionisme berpendapat bahwa arah kecenderungan
utama dalam evolusi sosiokultural adalah bertambanhnya kompleksitas masyarakat
(Parson, 1966, 1977; Carneiro, 1972). Menurut dua antropolog (yang sebetulnya
tidak bersatu) yakni Marshall Sahlins (1960) dan Marvin Harris (1968) bahwa:

a) Evolusi sosiokultural meliputi seluruh sistem sosiokultural maupun


komponen-komponen terpisah dari sistem tersebut. Biasanya terjadi bahwa
perubahan berawal dari suatu komponen (atau sub-komponen) dan
perubahan ini menimbulkan perubahan-perubahan pada komponen yang
lain. Seluruh mata-rantai sebab dan akibat bergerak sehingga akhirnya
menghasilkan transformasi pada seluruh sistem sosiokultural.
b) Evolusi sosiokultural bukanlah proses tunggal, unitary, yang terjadi dengan
cara yang sama pada seluruh masyarakat. Sebagaimana evolusi biologis,
evolusi sosiokultural mempunyai karakter “ganda” (Sahlin, 1960). Pada
suatu sisi ia merupakan proses yang meliputi transformasi menyeluruh pada
masyarakat manusia. Ia memperlihatkan suatu karakter umum dan pola
terarah dalam semua masyarakat yang mengalaminya. Proses ini bisanya
disebut “evolusi umum” atau general evolution (Sahlins, 1960). Namun di

13
sisi lain evolusi sosiokultural memperlihatkan divesifikasi adaptif yang
mengikuti banyak garis yang berbeda-beda dalam banyak masyarakat.
Rincian-rincian spesifik dari perubahan evolusioner umumnya berbeda dari
suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Polaperubahan ini secara
tipikal disebut evolusi spesifik atau specific evolution (Sahlin, 1960).
c) Pembedaan tersebut dapat dirinci sebagai berikut: Evolusi Paralel; Evolusi
Konvergen; dan Evolusi Divergen.
d) Evolusi Paralel; adalah merupakan evolusi yang terjadi dalam dua atau lebih
sosiobudaya atau masyarakat yang berkembang dengan cara yang sama dan
dengan tingkat yang pada dasarnya sama. Dalm hal ini dapat diambil contoh
masyarakat pada zaman prasejarah; di zaman berburu dan meramu yang
kemudian meningkat ke zaman memelihara binatang dan bercocok tanam.
Kalaupun terjadi perubahan, namun pada umumnya mereka memiliki
pola-pola kehidupan yang serupa.
e) Evolusi Konvergen; adalah terjadi ketika berbagai masyarakat yang semula
berbeda perkembangannnya namun mengikuti pola yang serupa
kemajuannya. Contohnya sebut saja beberapa negara industri seperti Jepang
dan Amerika mulanya mempunyai sejarah peradaban yang jauh berbeda,
namun akhirnya memiliki banyak persamaan kemajuan yang serupa.
f) Evolusi Divergen; adalah terjadi ketika berbagai masyarakat yang
semula mengikuti banyak persamaan yang serupa, namun akhirnya
mencapai tingkat perkembangan yang jauh berbeda. Dalam hal ini Geertz
(1963) memberi contoh Indonesia dengan Jepang, mulanya memiliki
banyak persamaan pola sampai abad ke tujuh belas. Akan tetapi dalam
perkembangannya belakangan ini jauh berbeda, dimana Jepang melampaui
Indonesia sebagai negara maju dengan standar hidup yang tinggi, sedangkan
Indonesia hampir tetap seperti dahulu dan termasuk “negara berkembang”
kalau bukan terbelakang.

3. Teori Evolusi Kebudayaan => (Lewis H. Morgan)


Lewis H. Morgan (1818-1881) adalah seorang perintis antropolog Amerika
terdahulu di mana sebagai karir awalnya adalah seorang ahli hukum yang

14
banyak melakukan penelitian atas suku Indian di hulu Sungai St. Lawrence
dekat kota New York. Karya terpentingnya berjudul Ancient Society (1987)
yang memuat delapan tahapan tentang evolusi kebudayaan secara universal.
Adapun dari delapan tahapan tersebut adalah;

a) Zaman Liar Tua; merupakan zaman sejak adanya manusia sampai


menemukan api, kemudian manusia menemukan kepandaian meramu,
mencari akar-akar tumbuh- tumbuhan liar.
b) Zaman Liar Madya; merupakan zaman di mana manusia menemukan
senjata busur-panah; pada zaman ini pula manusia mulai mengubah mata
pencahariannya dari meramu menjadi pencari ikan di sungai-sungai sebagai
pemburu.
c) Zaman Liar Muda; pada zaman ini manusia dari persenjataan busur-panah
sampai mendapatkan barang-barang tembikar, namun masih berburu
kehidupannya.
d) Zaman Barbar Tua; pada zaman ini sejak pandai membuat tembikar
sampai mulai beternak maupun bercocok tanam.
e) Zaman Barbar Madya; yaitu zaman sejak manusia beternak dan bercocok
tanam sampai kepandaian membuat benda-benda/alat-alat dari logam.
f) Zaman barbar Muda; yaitu zaman sejak manusia memiliki kepandaian
membuat alat-alat dari logam sampai mengenal tulisan.
g) Zaman Peradaban Purba, menghasilkan beberapa peradaban klasik zaman
batu dan logam.
h) Zaman Peradaban masa kini; sejak zaman peradaban tua/klasik sampai
sekarang.

4. Teori Evolusi Animisme dan Magic => (Taylor dan Frazer)

Edward Burnett Taylor (1832-1917) dan Sir James George Frazer


(1854-1941) adalah seroang perintis antropologi sosial-budaya di Inggeris
(Taylor) dan seorang lagi ahli folklor Skotlandia yang banyak menggunakan
bahan etnografi yang sekaligus termasuk kelompok evolusionisme (Frazer).

15
Jika Taylor terkenal seorang otodidak yang produktif dengan karyanya
Research into the Early History of Mankind and the Development of
Civilization (1865), kemudian Primitive Culture: Research into the
Development of Mythology, Philosophy, Religian, Language, Art, and
Custom (1871) yang menempatkannya sebagai ahli teori evolusi budaya dan
religi, sedangkan Frazer, dua karyanya yang terkenal adalah Totemism, and
Exogamy (1910) dan The Golden Bough (1911-1913). Karya yang kedua
inilah yang banayak berhubungan dengan teori agama, magi, dan sihir, yang
secara garis besar inti teorinya sebagai berikut:

a) Animisme adalah suatu kepercayaan pada kekuatan pribadi yang hidup


dibalik semua benda, dan animisme merupakan pemikiran yang sangat tua
dari seluruh agama (Pals, 2001: 41).
b) Asal –mula religi adalah kesadaran manusia akan adanya jiwa, yang
disebabkan dua hal, yaitu: (1) perbedaan yang tampak pada manusia antara
hal-hal yang hidup dan mati. Di sinilah mausia menyadari pentingnya jiwa
dari rasa takut atau hantu; (2) Peristiwa mimpi, di mana ia melihat dirinya
di tempat yang lain (bukan tempat ia tidur atau mimpi) yang menyebabkan
manusia membedakan antara tubuh jasmani dan rohani/jiwa (Taylor,
1871/1903; 429).
c) Manusia memecahkan beberapa persolan hidupnya selalu dengan akal dan
sistem pengetahuannya. Tetapi karena kemampuan akal dan sistem
pengetahuan tersebut terbatas, maka ia juga menggunakan magic atau ilmu
gaib. Dalam pandangan Frazer adalah semua tindakan manusia untuk
mencapai maksud melalui kekuatan-kekuatan yang ada dalam alam, serta
seluruh kompleks yang ada dibelakangnya.
d) Ilmu gaib mulanya hanya untuk mengatasi pemecahan masalah hidup
manusia yang berada di luar kemampuan akal dan sistem pengetahuannya,
dan saat itu agama (religi) belum ada.
e) Karena penggunaan magic tidak selalu berhasil (bahkan kebanyakan
gagal) maka mulailah ia yakin bahwa alam semesta didiami oleh mahluk-
mahluk halus yang lebih berkuasa daripada manusia. Dari anggapan ini

16
kemudian berasaha menjalin hubungan dengan mahluk halus itu dan
timbullah agama (Koentjaraningrat, 1987: 54).
f) Antara agama dan magic itu berbeda. Agama sebagai “cara mengambil hati
untuk atau menenangkan kekuatan yang melebihi kekuatan manusia, yang
menurut kepercayaan membimbing dan mengendalikan nasib dan
kehidupan manusia (Frazer, 1931: 693). Sedangkan magic dilihatnya
sebagai usaha untuk memanipulasikan “hukum-hukum” alam tertentu yang
dipahami. Jadi magic semacam ilmu pengetahuan semu (pseudo-science),
bedanya dengan ilmu pengetahuan modern karena konsepsinya yang salah
tentang sifat dasar hukum tertentu yang mengatur urutan terjadinya
peristiwa.
g) Magic memiliki dua prinsip utama. Pertama, like produce like (persamaan
menimbulkan persamaan) disebutnya sebagai magic simpatetis. Misal di
Burma pemuda yang ditolak cintanya, ia akan memesan boneka yang mirip
dengan rupa pacarnya kepada tukang sihir. Jika boneka itu dilempar ke
dalam air yang diserta dengan guna-guna tertentu, si gadis penolak akan
gila. Dengan demikian nasib si gadis akan serupa atau sama dengan nasib
siboneka sebagai tiruannya. Prinsip kedua, adalah prinsip magic senggol
(contagious magic), yaitu bahwa benda atau manusia yang pernah saling
berhubungan, sesungguhnya dapat saling mempengaruhi, kendatipun hanya
seutas rambut, kuku, gigi, dan sebagainya. Sebagai contoh suku Basuto di
Afrika Selatan akan hati-hati mencabut giginya jangan sampai kesenggol
oleh orang lain yang dapat menyalahgunakan maksudnya.

5. Teori Evolusi Keluarga => (J. J. Bachoven)

J.J. Bachoven adalah seorang ahli hukum Jerman yang banyak


mempelajari etnografi berbangsa bangsa (Yunani, Romawi, Indian,
termasuk juga Asia Afrika). Karya monumentalnya ditulis dengan judul Das
Mutterrecht atau ”Hukum Ibu” (1967). Inti dari teori Evolusi Keluarga dari
Bachoven tersebut bahwa ”Seluruh keluarga di seluruh dunia mengalami
perkembangan melalaui empat tahap, yakni :

17
1) Tahap Promiskuitas; di mana manusia hidup serupa sekawan binatang
berkelompok, yang mana laki-laki dan perempuan berhubungan dengan
bebas dan melahirkan keturunannya tanpa ikatan. Kelompok-kelompok
keluarga inti belum ada pada waktu itu. Keaadaan tersebut merupakan
tingkat pertama dalam proses perkembangan masyarakat manusia.
2) Lambat-laun manusia sadar akan hubungan antara si ibu dengan anaknya
sebagai suatu kelompok keluarga inti dalam masyarakat. Oleh karena itu
pada masa ini anak-anak mulai mengenal ibunya belum mengenal ayahnya.
Di sinilah peran ibu merangkap sebagai sebagai kepala keluarga atau rumah
tangga. Pada masa ini pula hubungan/perkawinan antara ibu dengan anak
dihindari, dengan demikian timbul adat exogami. Pada sistem masyarakat
yang makin luas demikian dinamakan sistem matriarchate, di mana garis
keturunan ibu sebagai satu-satunya ynng diperhitungkan.
3) Tingkat berikutnya adalah sistem patriarchate, di mana ayah menjadi kepala
keluarga. Perubahan dari matriarchate ke partrirchate tersebut setelah kaum
pria tidak puas dengan keadaan sosial yang mengedepankan peranan
perempuan (ibu). Ia kemudian mengambil calon-calon istri dari kelompok
yang bebeda untuk dibawa ke kelompoknya sendiri. Dengan demikian
keturunan yang mereka dapatkan juga tetap tinggal dalam kelompok
pria.Kejadian itulah yang secara lambat laun mengubah tradisi matrarchate
ke patriarchate.
4) Pada tingkat yang terakhir, di mana terjadi perkawinan tidak selalu dari luar
kelompok (exogami) tetapi bisa juga dari dalam kelompok yang sama
(endogami), memungkinkan anak-anak-anak secara langsung mengenal dan
banyak berhubungan dengan ibu dan ayahnya. Hal ini lambat laun sistem
patriarchate mengalami perubahan/hilang menjadi suatu bentuk keluarga
yan dinamakan ”parental”.

18

Anda mungkin juga menyukai