Anda di halaman 1dari 21

ARTIKEL ANTROPOLOGI

1. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KAJIAN ANTROPOLOGI


2. ANTROPOLOGI: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI, AKSIOLOGI
3. SEJARAH ANTROPOLOGI
4. ANTROPOLOGI BUDAYA
5. KESIMPULAN DAN ANALISIS KRITIS

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Antropologi

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Rezal Fadlirrozak


NIM : L1C020085
Fakultas&Prodi : Sosiologi
Semester : 1(Satu)

PROGRAM STUDI …
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
terstruktur mata kuliah Antropologi ini

Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
atas segala rasa nikmat dan kesehatan yang diberikan kepada kita semuad (Untuk
yang beragama Islam)

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Antropologi ini

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat di kemudian hari bagi saya dan
kita semua.

Penyusun, Mataram,13-oktober-2020

Nama : Rezal Fadlirrozak


NIM : L1C020089
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian Antropologi
BAB II. Antropologi: Ontologi, Epistimologi, Aksiologi ..
BAB III. Sejarah Antropologi ..
BAB IV. Antrologi Budaya ..
BAB V. Kesimpulan dan Analisis Kritis ..
DAFTAR PUSTAKA ..

LAMPIRAN

 BAB I. Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian Antropologi


o Pengertian Antropologi
o Ruang Lingkup Kajian Antropologi
 BAB II. Antropologi: Ontologi, Epistimologi, Aksiologi
o Ontologi
o Epistologi
o Aksiologi
 BAB III. Sejarah Antropologi
o Sejarah Antropologi
o Berkembangnya Ilmu Antropologi
 BAB IV. Antrologi Budaya
o Pengertian Antropologi Budaya
o Teori-teori Kebudayaan
o Klasifikasi Kebudayaan
 BAB IV. Antrologi Budaya
o Kesimpulan
PEMBAHASAN

BAB 1

A.Pengertian Antropologi

Apa yang dimaksud dengan antropologi (anthropology)? Secara bahasa,


pengertian antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia, baik dari segi
budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain sebagainya.

Kata antropologi sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu “Anthropos” yang berarti
manusia dan “Logos” yang berarti wacana. Sehingga secara etimologis, arti
antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia termasuk kajian-kajian di
dalamnya.Dalam melakukan kajian tentang manusia, antropologi mengedepankan dua
konsep yang penting, yakni komparatif dan holistik. Karena di dalam mengkaji
antropologi lebih memperhatikan pada aspek sejarah serta melalui penjelasan
menyeluruh untuk menggambarkan manusia melalui ilmu pengetahuan seperti ilmu
sosial, ilmu hayati dan humaniora.

Pada awalnya ilmu antropologi berawal karena ketertarikan orang Eropa pada ciri
fisik, adat istiadat dan budaya etnis lain yang berbeda-beda dengan masyarakat Eropa.
Sehingga pada awalnya kajian antropologi lebih fokus pada penduduk sebagai
masyarakat tunggal, dalam artian kelompok masyarakat yang hidup di lingkungan yang
sama namun memiliki ciri khas yang berbeda-beda.

Akan tetapi dalam perkembangannya, ilmu antropologi kemudian tidak hanya


mempelajari kelompok manusia tunggal yang mendiami suatu wilayah yang sama.
Antropologi lebih dalam mengkaji tentang isu-isu migrasi, misalnya melahirkan
penelitian etnografis multi situs.

Agar lebih memahami apa arti antropologi, maka kita dapat merujuk pada
pendapat beberapa ahli berikut ini:

1. David Hunter

Menurut David Hunter, pengertian antropologi adalah suatu ilmu pengetahuan


yang lahir dari adanya keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.

2. William A. Haviland

Menurut William A. Haviland, pengertian antropologi adalah suatu ilmu yang


mempelajari tentang umat manusia secara umum dengan mempelajari warna fisik,
bentuk fisik, dan kebudayaan yang dihasilkan oleh masyarakat.
3. Conrad Phillip Kottak

Menurut Conrad Phillip Kottak, arti antropologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari mengenai keragaman umat manusia secara holistik, meliputi aspek sosial
budaya, biologis, bahasa, dan lingkungannya dalam dimensi waktu masa lalu, saat ini,
dan masa depan.

4.Tulian Darwin

Menurut Tulian Darwin, antropologi adalah ilmu yang berasal dari keinginan
manusia untuk membuktikan asal mula dan perkembangan yang terjadi pada manusia
dengan melakukan bermacam-macam penelitian mengenai monyet dan kera yang ada
di seluruh penjuru dunia.

5. Koentjaraningrat

Menurut Koentjaraningrat, pengertian antropologi adalah ilmu yang mempelajari


tentang umat manusia pada umumnya, dengan mempelajari bentuk fisik, warna kulit,
serta kebudayan yang dihasilkan oleh suatu masyarakat.

6. Rifhi Siddiq

Menurut Rifhi Siddiq, pengertian antropologi adalah ilmu yang mengkaji segala
aspek yang ada dalam kehidupan manusia yang terdiri dari segala macam konsepsi
tradisi, norma, seni, kebudayaan, ilmu pengetahuan, kelembagaan, lambang, linguistik,
dan juga teknologi.

Ruang Lingkup Antropologi

Berikut dibawah ini terdapat beberapa ruang lingkup dari antropologi, antara lain:

Masalah sejarah asal dan perkembangan manusia dilihat dari ciri-ciri tubuhnya
secara evolusi yang dipandang dari segi biologi;

Masalah sejarah terjadinya berbagai ragam manusia dari segi ciri-ciri fisiknya.

Masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya beragam kebudayaan di


dunia;
Masalah sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai macam bahasa
di seluruh dunia.

Masalah mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan


masyarakat-masyarakat suku bangsa di dunia.

Manfaat Antropologi

Berikut dibawah ini terdapat beberapa manfaat dari antropologi, antara lain:

Dapat mengetahui pola prilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat


secaraUniversal maupun pola prilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat (suku
bangsa).

Dengan mempelajari Antropologi akan memperluas wawasan kita terhadap


tatapergaulan umat manusia diseluruh dunia yang mempunyai kekhususan-
kekhususanyang sesuai dengan karakteristik daerahnya sehingga menimbulkan
toleransi yangtinggi.

Dapat mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat serta


memilikikepekaan terhadap kondisi-kondisi dalam masyarakat baik yang
menyenangkanserta mampu mengambil inisiatif terhadap pemecahan permasalahan
yang munculdalam lingkungan masyarakatnya.

Dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sesuai
denganharapan warga masyarakat dari kedudukan yang kita sandang.

Manfaat antropologi terhadap Administrasi Negara, yaitu:

Ilmu antropologi untuk mempelajari badan-badan nasional.

Ilmu antropologi memberi pertimbangan dalam pembuatan kebijakanpublik.

Antropologi dapat mempelajari tentang tingkah laku partai politik.

Antropologi budaya banyak memberikan bahan-bahan, pandangan, teori,


pendapatsehingga dapat secara metodis menghadapi segala gejala yang timbul
dalammasyarakat yang terus berkembang.

Antropologi dapat mengarahkan pembanganan bangsa dan negara secara baik.

Antropologi budaya memberikan pengetahuan tentang perkembangannya baik


sebagai ilmu dan penerapannya dalam penelitian dari segi kehidupan manusia.

Membantu kita (manusia) untuk mengenal kebudayaan dan sejarah dari bangsa
lain.

B. Ruang Lingkup Antropologi


Dalam buku "Anthopology", William A. Haviland (1985:12) membahas antropologi yang
secara garis besar terdiri empat cabang yaitu:

1. Antropologi Fisik

Dari keempat bagian tersebut Haviland kemudian menjabarkannya ke dalam


berbagai bagian yang meliputi :

Evolusi Biologi Umat Manusia

Evolusi Kultural Umat Manusia,

serta Kebudayaan dengan segala macam aspeknya seperti komunikasi,


pengasuhan anak, pola penghidupan, sistem perekonomian, perkawinan dan keluarga,
kekerabatan dan keturunan, organisasi politik dan pengendalian social, agama,
kesenian, dan perubahan kebudayaan.

Antropologi Fisik

• Antropologi fisik (antropologi ragawi) adalah bagian dari antropologi yang


memusatkan perhatiannya kepada manusia sebagai organisme biologis yang
berkembang dan hendak ditentukan bagaimana dan apa sebabnya bangsa-bangsa
berbeda menurut keadaan fisiknya.

• Salah satu yang menjadi perhatian antropologi fisik adalah evolusi manusia
(Haviland, 1985:12 dan Ihromi, 1994:5).

• Dua pertanyaan yang menyolok dari cabang antropologi fisik adalah:

a. Tentang munculnya manusia, dan perkembangannya kemudian


(paleontology manusia)

b. Mengenai bagaimana dan apa sebabnya manusia masa kini secara biologis
berbeda (variasi manusia)

BAB II
A.Antropologi ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM
PENGETAHUAN FILSAFAT

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa mencari kebenaran. Filsafat


juga disebut sebagai induk dari ilmu pengetahaun, banyak ilmu pengetahuan yang
terlahir dari filsafat. Imanuel Kant mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan yang
menjadi pokok pangkal segala pengetahuan yang di dalamnya tercakup empat
persoalan yakni apa yang dapat diketahui? (jawabnya metafisika), apa yang
seharusnya di ketahui? (jawabnya etika), sampai dimana harapan kita? (jawabnya
agama) apa itu manusia? (jawabnya antropologi). (Ahmad Tafsir, 2001 : 11). Disisi lain,
filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada baik bersifat
abstrak maupun riil meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta. Sehingga untuk
paham betul semua masalah filsafat sangatlah sulit tanpa adanya pemetaan-pemetaan
dan mungkin kita hanya bisa menguasai sebagian dari luasnya ruang lingkup filsafat.

Sedangkan, pengetahuan adalah persepsi subyek (manusia terhadap obyek (riil


dan gaib) atau fakta. Dan ilmu pengetahuan itu sendiri adalah kumpulan pengetahuan
yang benar disusun dengan sistem dan metode untuk mencapai tujuan yang berlaku
niversal dapat diuji/diverifikasi kebenaranya.Ilmu pengetahuan tidak hanya satu,
melaikan banyak (plural) bersifat terbuka berkaitan dalam memecahkan masalah. Jadi,
Pengetahuan filsafat mempelajari esensi atau hakikat ilmu pengetahuan tertentu
secara rasional.

Dalam hal ini berkaitan sekali dengan cabang – cabang ilmu filsafat. Cabang –
cabang ilmu filsafat di antaranya Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi. Ontologi adalah
cabang ilmu yang membahas hakikat segala sesuatu yang ada. Epistimologi adalah
cabang ilmu menjelaskan tentang bagaimana mencari pengetahuan dan seperti apa
pengetahuan tersebut. Aksiologi membahas tentang untuk apa ilmu itu
digunakan.Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal
dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret.
Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales,
Plato, dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara
penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai
pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula
segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali
segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa
dianggap ada berdiri sendiri).

Hakikat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua
macam sudut pandang:
kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau
jamak?

Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut


memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga
mawar yang berbau harum.

Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni Monisme, Dualisme, Materialisme,


Idealisme, Agnostisisme

Monisme: aliran yang mempercayai bahwa hakikat dari segala sesuatu yang ada
adalah satu saja, baik yang asa itu berupa materi maupun ruhani yang menjadi sumber
dominan dari yang lainnya. Para filosof pra-Socrates seperti Thales, Demokritos, dan
Anaximander termasuk dalam kelompok Monisme, selain juga Plato dan Aristoteles.
Sementara filosof Modern seperti I. Kant dan Hegel adalah penerus kelompok
Monisme, terutama pada pandangan Idealisme mereka.

Dualisme: kelompok ini meyakini sumber asal segala sesuatu terdiri dari dua
hakikat, yaitu materi(jasad) dan jasmani(spiritual). Kedua macam hakikat itu masing-
masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama abadi dam azali. Perhubungan antara
keduanya itulah yang menciptakan kehidupan dalam alam ini. Contoh yang paling jelas
tentang adanya kerja sama kedua hakikat ini ialah dalam diri manusia.

Materialisme: aliran ini menganggap bahwa yang ada hanyalah materi dan bahwa
segala sesuatu yang lainnya yang kita sebut jiwa atau roh tidaklah merupakan suatu
kenyataan yang berdiri sendiri. Menurut pahan materialisme bahwa jiwa atau roh itu
hanyalah merupakan proses gerakan kebendaan dengan salah satu cara tertentu.

Idealisme: idealisme merupakan lawan dari materialisme yang juga dinamakan


spiritualisme. Aliran menganggap bahwa hakikat kenyataan yang beraneka warna itu
semua berasal dari roh (sukma) atau yang sejenis dengan itu. Intinya sesuatu yang
tidak berbentuk dan yang tidak menempati ruang. Menurut aliran ini materi atau zat itu
hanyalah suatu jenis daripada penjelmaan roh. Alasan yang terpenting dari aliran ini
adalah “manusia menganggap roh lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari materi bagi
kehidupan manusia. Roh dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya, sehingga materi
hanyalah badannya, bayngan atau penjelmaan saja.

Agnostisisme: pada intinya Agnostisisme adalah paham yang mengingkari bahwa


manusia mampu mengetahui hakikat yang ada baik yang berupa materi ataupun yang
ruhani. Aliran ini juga menolak pengetahuan manusia tentang hal yang transenden.
Contoh paham Agnostisisme adalah para filosof Eksistensialisme, seperti Jean Paul
Sartre yang juga seorang Ateis. Sartre menyatakan tidak ada hakikat ada (being)
manusia, tetapi yang ada adalah keberadaan (on being)-nya.

Istilah istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah:


yang-ada (being)

kenyataan/realitas (reality)

eksistensi (existence)

esensi (essence)

substansi (substance)

perubahan (change)

tunggal (one)

jamak (many)

Epistimologi Pengetahuan Filsafat

Epistimologi filsafat membicarakan tiga hal, yaitu objek filsafat (yaitu yang
dipikirkan), cara memperoleh pengetahuan filsafat dan ukuran kebenaran
(pengetahuan) filsafat. Istilah Epistemologi di dalam bahasa inggris di kenal dengan
istilah “Theory of knowledge”. Epistemologi berasal dari asal kata “episteme” dan
”logos”. Epistime berarti pengetahuan, dan logos berarti teori. Dalam rumusan yang
lebih rinci di sebutkan bahwa epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang
mengkaji secara mendalan dan radikal tentang asal mula pengetahuan, structure,
metode, dan validitas pengetahuan.

Di samping itu terdapat beberapa istilah yang maksudnya sama dengan


epistemologi ialah:

Gnosiologi

Logikal material

Criteriologi

Keseluruhan istilah tersebut di atas di dalam bahasa Indonesia pada umumnya


disebut filsafat pengetahuan. Dalam rumusan lain di sdebutkan bahwa epistemologi
adalah cabang filsafat yang mempelajari soal tentang watak,batas –batas dan
berlakunyailmu pengetahuan: demikian rumusan yang di ajukan oleh J.A.N. Mulder.
Sebenarnya banyak ahli filsafat (filosof) maupun sarjana filsafat yang merumuskan
tentang epistemologi atau filsafat pengetahuan. Apabila keseluruhan rumusan tersebut
di renungkan maka dapat di fahami bahwa prinsipnya epistemologi adalah bagian
filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan,
asal mula pengetahuan, batas – batas, sifat metode dan keahlian pengetahuan. Oleh
karena itu sistematika penulisan epitemologi adalah terjadinya pengetahuan,teori
kebenaran, metode – metode ilmiah dan aliran – aliran teori pengetahuan.

kata aksiologi bukanlah kata asli dari bahasa Indonesia, melainkan berasal dari
bahasa Yunani yaitu "axion" yang berarti nilai dan ditambahkan dengan "logos" yang
bermakna teori. Sehingga jika didefinisikan secara istilah, "aksiologi" merupakan suatu
cabang ilmu filsafat yang mempelajari tentang hakikat nilai dan teori. Nilai yang
dimaksud di sini adalah ide atau konsep tentang apa yang difikirkan manusia atau
dianggap penting oleh manusia. Jadi, aksiologi adalah aspek dalam ilmu filsafat yang
membahas tentang nilai atau moral yang berlaku dalam kehidupan manusia.

Menurut Theodore Brameld, seorang tokoh filusuf klasik, aksiologi dibagi menjadi
3 bagian:

Pertama adalah moral, etika atau tindakan manusia. Peran utama aksiologi ini
adalah memberi arah pada manusia untuk melakukan suatu tindakan yang lebih baik.
Kedua adalah ekspresi keindahan. Di sini aksiologi berperan sebagai pembimbing
dalam diri manusia untuk berekspresi yang melahirkan suatu keindahan dalam dirinya.
Ketiga yaitu sosial politik. Pada tingkatan ini, aksiologi berperan sebagai sarana proses
sosialisasi manusia.

Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana


manusia menggunakan ilmunya.[1] Jadi yang ingin dicapai oleh aksiologi adalah
hakikat dan manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan.[2]

Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti teori
tentang nilai.Aksiologi menyangkut nilai-nilai berkualitas atau tidak, dalam devinisi lain
aksiologi merupakan suatu pendidikan yang di emplementasikan serta untuk menguji
dalam kepribadian anak.

A. Ontologi

Ontologi berasal dari kata "Onthos" yang berarti berada dan "Logos" berarti ilmu. Jadi
bisa disimpulkan bahwa ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat sesuatu
yang ada sehingga sesuatu tersebut bisa dipercaya masyarakat. 

Aspek Ilmu pengetahuan dalam hal ini ditentukan oleh metodis, sistematis (saling
berkaitan), dan rasional (berdasarkan fakta). Seperti Benda mati, Benda hidup, manusi
individu, dan lain sebagainya. 

Contoh Ontologi Pendidikan yaitu: Apa hakikatnya Pendidikan yang di dirikan


pemerintah.

B. Epistemologi
Epistimologi berasal dari yunani, yaitu "Episteme" berarti pengetahuan dan "logos"
berarti pemikiran. Jadi Epistemologi adalah cabang ilmu filsafat yang membahas
tentang ilmu pengetahuan dari Sesuatu yang ada di dalam pendidikan. Epistemologi ini
mengarah pada pengetahuan atau teori ilmu pengetahuan. 

Dalam hal ini kita membahas bagaimana Ilmu pengetahuan itu diperoleh, dan
bagaimana kita mengetahui apa yang kita ketahui. Banyak sekali perdebatan
mengenai ilmu pengetahuan. 

Unsur-unsul Ilmu pengetahuan antara lain; mengetahui, diketahui, kesadaran


mengenai sesuatu yang diketahui. Dalam hal pendidikan, epistimologi berkaitan
dengan metode yang diberikan oleh guru. 

Contohnya, Kita harus tahu kenapa pendidikan itu harus didirikan, dan apa yang
melatar belakangi pendidikan di negara ini.

C. Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata "axios" yang berarti nilai dan "logos" berarti pemikiran. Jadi
aksiologi adalah Ilmu pengetahuan yang membahas hakikat nilai yang ditinjau dari
kefilsafatan. 

Inti aksiologi ada dua yaitu Etika (bersumber dari al Qur'an dan Hadis) dan Estetika
(doktinnya dari agama). 

Contohnya, Apa nilai yang terkandung dalam pendidikan tersebut.

BAB III
A.Sejarah Antropology

Sejarah Kelahiran Antropologi

Antropologi merupakan salah satu displin ilmu yang berkembang sebagai dampak
penjajahan bangsa Eropa di seluruh du

nia. Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang
budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi muncul berawal dari ketertarikan
orang-orang Eropa yang melihat ciri-cirii fisik, adat-istiadat, budaya yang berbeda dari
apa yang dikenal di Eropa.

Banyak ahli Antrpologi berpendapat bahwa antropologi muncul sebagai suatu


cabang ilmu yang jelas batasannya pada sekitar abad ke 19. Antropologi pada abad ke
19 sampai abad ke 20 berkembang ke arah yang lebih sistemastik dan menggunakan
metodologi ilmiah.

Koentjaraningrat menyusun perkembangan antropologi menjadi 4 fase:

Fase pertama (sebelum tahu. 1800-an

Pada akhir abad ke 15,.bangsa Eropa mulai menjelajah ke berbagai benua seperti
Asia, Afrika, dan Amerika. Dari para penjelajah tersebut terkumpul buku-buku kisah
perjalanan, yang berisi bahan pengetahuan berupa deskripsi tentang adat istiadat,
susunan masyarakat, bahasa, dan ciri-ciri fisik dari bermacam-macam suku bangsa di
Asia, Afrika, Oseania, dan Amerika. Kemudian bahan pengetahuan tadi disebut bahan
etnografi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.

Fase Kedua (Tahun 1800-an)

Pada fase ini, muncul karangan-karangan yang menyusun bahan etnografi


berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. Pada fase kedua ini
perkembangan antropologi bertujuan akademis, yaitu mempelajari masyarakt,
kebudayaan, dan masyarakat primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman
tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
Fase Ketiga (awal tahun 1900-an)

Pada fase ini, antropologi menjadi ilmu praktis dengan tujuan mempelajari
masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan
pemerintah kolonial dan untuk memahami kebudayaan masyarakat modern yang
kompleks.

Fase keempat (tahun 1930-an)

Pada ini Antropologi mengalami masa perkembangan yang paling pesat karena
terjadi perubahan yang besar. kebudayaan asli bangsa-bangsa pribumi hilang akibat
pengaruh kebudayaan Eropa. Selain itu, setelah perang dunia ke II muncul kebencian
terhadap negara-negara penjajah. proses-proses tersebut menyebabkan perhatian
ilmu antropoogi tidk lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar ERopa, tetapi
juga kepada suku bangsa di daerah pedesaan Eropa.

Berkembangnya Ilmu Antropologi

Dalam arti tertentu, praktik antropologi dimulai begitu manusia mulai berfikir
tentang masyarakat dan keyakinan-keyakinan mereka, dan secara sadar memutuskan
untuk membandingan diri mereka sendiri dengan masyarakat-masyarakat lain yang
melakukan kontak dengan mereka.

Ahli sejarah Yunani, Herodotus (484-425 SM) menghabiskan bertahun-tahun


untuk melakukan perjalanan di Asia, Mesir dan Yunani, dan menuliskan gambaran
terperinci tentang pakaian, panen, etiket dan ritual dari orang-orang yang ia jumpai. Ibn
Khaldun (13326-1406) adalah seorang ahli politik dan sejarah yang tinggal beberapa
tahun. Ia menghasilkan karya ilmiah yang menakjubkan, karena mengelompokkan
orang-orang yang diamatinya menjadi dua kelompok masyarakat, yaitu suku Bedouin
yang dianggap liar, nomaden serta agresif, dan masyarakt kota yang menetap,
berpendidikan dan kadang-kadang korup, yang menggantungkan hidup mereka pada
pertanian lokal.

Antropologi mengemuka setelah melewati serangkaian perkembangan yang


kompleks, dan saat ini mencakup minat-minat dan bidang-bidang ilmu yang sangat
beragam. Kita akan meninjau beberapa diantaranya untuk memahami bagaimana
antropologi sampai saat pada perkembangannya saat ini.

Setidaknya sejak abad kelima belas, dengan dilengkapinya pe;ayaran-pelayaran


besar untuk menemukan dan menaklukan wilayah baru, muncul berbagai perdebatan
tentang sifat dan adat istiadat orang-orang biadab yang digambarkan oleh orang pelaut
dan pedagang. Di akhir abad keenam belas sastrawan Perancis, Michael De
Montaigne (1533-1529), memadukan pengetahuannya tentang karya-karya penulis
klasik seperti Xenophon, Lucretius dan virgil dengan penjelajahan-penjelajahan dunia
baru.
Selama zaman pertengahan, makhluk didunia dikelompokkan kedalam beberapa
ordo yang statis, diciptakan oleh tuhan yang disebut rantai kehidupan (chain of being).
Pada abad ketujuh belas dan delapan belas ‘Rantai’ tersebut kerat teramati dalam
kondisi-kondisi yang lebih dinamis. Dengan demikian, kebudayaan dapat dianggap
sebagai kemajuan, dengan masyarakat eropa sebagai titik puncak perkembangan,
baik secara moral maupun cultural.

Antropologi menjadi sebuah subjek akademis yang berdiri sendiri pada abad
kesembilan belas, sebagian besar memusatkan perhatian pada penelitian sifat-sifat
fisik, bahasa dan budaya masyarakat yang belum beradab. Sir Edward Tylor menjadi
dosen antropologi di Oxford pada tahun 1884, maka mulai disinilah antropologi
dikembangkan diberbagai Negara. Hampir disepanjang abad kesembilan belas, status
pasti antropologi mencakup segala hal, mulai dari mengukur bentuk dan ukuran kepala
sampai mengumpulkan artefak untuk mengisi museum-museum dikota-kota yang
kaitannya dengan sains, terutama zoology dan biologi.

Goerge Stocking, seorang ahli antropologi sejarah dari Amerika membedakan


perilaku banyak warga Inggris Victoria dengan masyarakat non Eropa, secara jelas
gambaran yang dimunculkan adalah gambaran seorang yang bukan saja terasing
secara geografis, tapi juga kebalikan dari gambaran ideal dari seorang pria Victoria;
berkulit putih, menarik bersih (sifat ini bisa dikatakan mendekati sifat saleh). Gagasan
itu jelas menggambarkan evolusi budaya, sebuah gagasan yang berhasil menjadi
sebuah teori dominan di abad kesembilan belas.

Gagasan ini didukung oleh hasil penelitian beberapa disiplin ilmu, bukti-bukti
geologi menunjukan bahwa bumi lebih tua daripada yang diungkapkan oleh injil,
sementara penemuan-penemuanarkeologi seperti peralatan yang ditemukan di tanah
berlumpur Denmark dianggap mendukungteori yang menyatakan bahwa umat manusia
telah melewati berturut-turut, zaman-zaman batu, perunggu, dan besi.
BAB IV

A. Antropology Budaya

Antropologi Budaya merupakan salah satu cabang ilmu-ilmu sosial, yang


berupaya untuk memberi jawaban atas berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan
manusia dalam posisi atau kedudukannya sebagai makhluk sosial. Jawaban yang
diberikan tersebut menguraikan seluk-beluk realitas fundamental tentang manusia
yang dikonstruksikan sebagai intersubjektivitas atau ketentuan dunia nyata, yang
merupakan dasar kebudayaan manusia.

Antropologi Budaya

Antropologi budaya melihat atau mempelajari manusia yang berkaitan dengan


materi-materi kebudayaan seperti misalnya, alat-alat hidup, perumahan, kesenian,
norma, perilaku dan lain sebagainya yang ada dalam masyarakat.

Adapun yang termasuk dalam antropologi budaya antara lain:

1. Arkeologi: Bagian dari antropologi budaya yang mempelajari tentang


sejarah manusia dan penyebarannya melalui obyek penelitian artefak (benda-benda
peninggalan).

2. Etnolinguistik: Bagian dari antropologi budaya yang mempelajari


Timbulnya bahasa, bagaimana terjadinya variasi dalam bahasa serta penyebaran
bahasa umat manusia di dunia.

3. Etnografi: Ilmu ini mempelajari mengenai berbagai kebudayaan pada suatu


masyarakat secara mendetail pada suatu kenyataan berupa aktivitas nyata
masyarakat.

4. Etnologi: Bagian dari antropologi budaya yang mencoba menelusuri asas-


asas manusia dengan meneliti seperangkat pola kebudayaan suatu suku bangsa yang
menyebar di seluruh dunia. Obyek penelitiannya adalah pola kelakuan masyarakat
(adat istiadat, kekerabatan, kesenian, dsb) serta dinamika kebudayaan (perubahan,
pelembagaan dan interaksi).

Dalam kebudayaan terdapat subsistem yang paling penting yaitu foci yang
menjadi kumpulan pola perilaku yang menyerap banyak waktu dan tenaga. Apabila
suatu kebudayaan makin terintegrasi maka fokus tersebut akan makin berkuasa
terhadap pola perilaku dan makin berhubungan fokus tersebut satu dengan yang
lainnya dan begitu pula sebaliknya. Kebudayaan akan rusak dan bahkan bisa hancur
apabila perubahan yang terjadi terlalu dipaksakan, sehingga tidak sesuai dengan
keadaan masyarakat tempat kebudayaan tersebut berkembang. Perubahan tersebut
didorong oleh adanya tingkat integrasi yang tinggi dalam kebudayaan. Apabila tidak
terintegrasi maka kebudayaan tersebut akan mudah menyerap serangkaian inovasi
sehingga dapat menghancurkan kebudayaan itu sendiri.Klasifikasi Kebudayaan

Menurut R. Linton, kebudayaan dapat diklasifikasikan atas:


1. Universals: pemikiran-pemikiran, perbuatan, perasaan dan artefak yang
dikenal bagi semua orang dewasa dalam suatu masyarakat.

2. Specialisties: gejala yang dihayati hanya oleh anggota kelompok sosial


tertentu.

3. Alternatives: gejala yang dihayati oleh sejumlah individu tertentu seperti


golongan profesi.

Sifat Kebudayaan:

1. Kebudayaan yang berkembang pada masyarakat memiliki sifat seperti:

Bersifat organik dan superorganik karena berakar pada organ manusia dan juga
karena kebudayaan terus hidup melampaui generasi tertentu.

2. Bersifat terlihat (overt) dan tersembunyi (covert) terlihat dalam tindakan dan
benda, serta bersifat tersembunyi dalam aspek yang mesti diintegrasikan oleh tiap
anggotanya.

3. Bersifat eksplisit dan implisit berupa tindakan yang tergambar langsung


oleh orang yang melaksanakannya dan hal-hal yang dianggap telah diketahui dan hal-
hal tersebut tidak dapat diterangkan.

4. Bersifat ideal dan manifest berupa tindakan yang harus dilakukannya serta
tindakan-tindakan yang aktual.

5. Bersifat stabil dan berubah yang diukur melalui elemen-elemen yang relatif
stabil dan stabilitas terhadap elemen budaya.

Teori-teori Kebudayaan

Ada tiga pandangan tentang kebudayaan, yakni:

1. Superorganik

Kebudayaan adalah realitas super dan ada di atas dan di luar pendukung
individualnya dan kebudayaan memiliki hukum-hukumnya sendiri. Inti pandangan
superorganik adalah kebudayaan merupakan sebuah kenyataan sui generis, karena itu
mesti dijelaskan dengan hukum-hukumnya sendiri. Kebudayaan tidak mungkin
diterangkan dengan menggunakan sumbernya sebagaimana sebuah molekul
dimengerti hanya dengan jumlah atom-atomnya, sumber-sumber bisa menjelaskan
bagaimanan kebudayaan muncul, tetapi bukan kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan
lebih daripada hasil kekuatan-kekuatan sosial dan ekonomi dan kebudayaan
merupakan realitas yang menyebabkannya mungkin ada.

2. Konseptualis
Kebudayaan bukanlah suatu entitas sama sekali, tetapi sebuah konsep yang
digunakan antropolog untuk menghimpun/meunifikasikan serangkaian fakta-fakta yang
terpisah-pisah. Menurut kaum konseptualis, pada akhirnya semua kebudayaan mesti
diterangkan secara sosial psikologis. Kebudayaan bukan dihasilkan dari kekuatan
super human karena kebudayaan mendapatkan semua kualitas dari kepribadian dan
interaksi dari kepribadian.

3. Realis

Kebudayaan adalah kedua-duanya, yaitu sebuah konsep dan entitas empiris.


Kebudayaan adalah konsep dimana ia bangunan dari Antropologi dan kebudayaan
sebuah entitas empiris yang menunjukkan cara mengorganisir fenomena-fenomena.
Beberapa antropolog mempertahankan bahwa kebudayaan merupakan konsep dan
realita yang berbentuk konstruk, bukan sebagai satu entitas yang bisa diamati tapi
nyata karena tidak berbeda dalam mengamatinya.

 UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN.
 2.System Pengetahuan.
 System Kekerabatan dan Organisasi Sosial.
 System Peralatan Hidup dan T eknologi.
 Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian Hidup.
 System Religi.
 Kesenian.

Klasifikasi antropologi kebudayaan

Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dari sudut


kebudayaannya. Kebudayaan merupakan hasil kreasi manusia, yang dimanifestasikan
dalam bentuk sistem bahasa, agama, teknologi, mata pencaharian, kesenian, ilmu
pengetahuan, dun organisasi sosial.

BAB V
A.Kesimpulan dan Analisis

A.Kesimpulan

Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang


mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau
muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat
istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu
antropologi dengan melalui beberapa fase. Antropologi lebih memusatkan pada
penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan
masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi
pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya. Di
antara ilmu-ilmu sosial, dan alamiah, antropologi memiliki kedudukan, tujuan, manfaat
yang unik karena bertujuan dan bermanfaat dalam merumuskan penjelasan-
penjelasan tentang perilaku manusia yang didasarkan pada studi atas semua aspek
biologis manusia dan perilakunya di semua masyarakat. Objek kajian sosiologi adalah
masyarakat manusia terutama dari sudut hubungan antar manusia dan proses- proses
yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat. Dalam antropologi budaya
mempelajari gambaran tentang perilaku manusia dan konteks sosial budayanya.

B. Saran
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, tentunya banyak kelemahan dan kekurangan karenaterbatasnya
pengetahuan, kurangnya rujukan dan referensi yang kami peroleh hubungannya
dengan makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-antropologi.html

https://pendidikanmu.com/2020/04/ruang-lingkup-antropologi.html

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2012/11/28/ontologi-epistimologi-dan-
aksiologi-dalam-pengetahuan-filsafat/

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/21/epistimologi-ontologi-aksiologi-
pengetahuan-filsafat-2/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Aksiologi

https://www.kompasiana.com/intanislamiyah1211/5e6c77b7097f36043c39b012/pe
ngertian-filsafat-modern-antropologi-epistimologi-aksiologi

https://www.kompasiana.com/hayyulalkhusna/5df04761d541df5ffa6ad822/arti-
dan-fungsi-aksiologi-dalam-kajian-filsafat

http://blog.unnes.ac.id/maulida12/2017/10/23/materi-antropologi-kelas-x-sejarah-
kelahiran-antropologi/

Lestyasari, Siany Indria. 2013. Antropologi 1 untuk Kelas X SMA dan MA. Solo: PT
Wangsa Jatra Lestari

http://www.lilandcloe.com/perkembangan-antropologi/

https://www.myedisi.com/citraaditya/20465/antropologi-budaya

http://ezyzurriyati.blogspot.com/2014/03/antropologi-budaya.html?m=1

http://maristiaerning.blogspot.com/2016/10/makalah-antropologi.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai