Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ANTROPOLOGI SASTRA

Dosen Pembimbing:
Bapak Helmi Wicaksono S.Pd., M.Pd.
Tugas Kelompok XII:
Bunga Riska Agustya (22101071091)
Mohammad Okky Tri Hartanto (22101071090)

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS SASTRA INDONESIA
MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah serta
inayah - Nya sehingga pada kesempatan ini penulis masih diberikan kesehatan dan
mampu untuk menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Shalawat bermutiarakan
salam senantiasa tercurahkan pada beliau Nabi Muhammad SAW. Pembimbing
kearah terang benderang dan pembawa suri tauladan bagi umat manusia.

Makalah yang bertemakan  ”Antropologi Sastra”, disusun berdasarkan buku –


buku dan informasi yang berkaitan secara langsung dengan pembahasan. Disamping
itu, makalah ini bertujuan untuk memenuhi Tugas mata kuliah Apresiasi Sastra
Indonesia yang merupakan salah satu komponen mata kuliah umum yang wajib
dipenuhi oleh penulis. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada:

1. Bapak Helmi Wicaksono S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing, yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan makalah
ini.
2. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan makalah dan telah
memberikan semangat dan juga dorongan kepada penulis.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari


kesempurnaan. Suatu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
tercapainya kesempurnaan yang hakiki. Dan semoga makalah ini senantiasa
bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis

Malang, 22 September 2021

Penulis       
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI .......................................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang........................................................................................................................4

I.2  Rumusan Masalah..................................................................................................................4

I.3 Tujuan......................................................................................................................................5

BAB II.......................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.......................................................................................................................6

2.1 Pengertian Antropologi..........................................................................................................6

2.1.1    Pengertian Antropologi dari Segi Ilmu Sastra........................................................7

2.2      Konsep Antropologi Sastra ..................................................................................................8

2.3     Fungsi Antropologi Sastra.....................................................................................................9

2.4  Ruang Lingkup Antropologi Sastra....................................................................................10

2.5  Proses Analisis Antropologi Sastra....................................................................................11

BAB III....................................................................................................................................12

PENUTUP...............................................................................................................................12

3.1      Kesimpulan............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antropologi sebagai salah satu cabang ilmu sosial mempunyai bidang kajian
sendiri yang dapat dibedakan dengan ilmu sosial lainnya, seperti sosiologi, ilmu
ekonomi, ilmu politik, kriminologi dan lain-lainnya. Antropologi juga dapat
dikelompokkan ke dalam cabang ilmu humaniora karena kajiannya yang terfokus
kepada manusia dan kebudayaannya. Sebagaimana sudah dijelaskan bahwa, secara
umum dapat dikatakan antropologi merupakan ilmu yang mempelajari manusia dari
segi keragaman fisiknya, masyarakatnya, dan kebudayaannya. Seperti yang pernah
diungkapkan Koentjaraningrat bahwa ruang lingkup dan dasar antropologi belum
mencapai kemantapan dan bentuk umum yang seragam di semua pusat ilmiah di
dunia.
Menurutnya, cara terbaik untuk mencapai pengertian akan hal itu adalah
dengan mempelajari ilmu-ilmu yang menjadi pangkal dari antropologi, dan
bagaimana garis besar proses perkembangan yang mengintegrasikan ilmu-ilmu
pangkal tadi, serta mempelajari bagaimana penerapannya di beberapa negara yang
berbeda. Konsentrasi Antropologi menurut Koentjaraningrat:
1. Sejarah terjadinya dan perkembangan manusia sebagai mahlu ksosial
2. Sejarah terjadinya aneka warna perbedaan ciri- ciri fisik manusia
3. Penyebaran dan perbedaan bahasa manusia
4. Perkembangan & penyebaran kebudayaan manusia
5. Dasar-dasar perbedaan budaya manusia

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Antropologi sastra?
2. Apa tujuan dari Konsep Antropologi Sastra?
3. Apa fungsi Antropologi sastra?
4. Apa ruang lingkup dari Antropologi sastra?
5. Apa Proses Analisis Antropologi Sastra?
1
1.

1.3. Tujuan
1. Mahasiswa Mampu Memahami maksud dari Antropologi Sastra.
2. Mahasiswa Mampu Memahami Konsep Antropologi Sastra.
3. Mahasiswa Mampu Memahami Fungsi Antropologi Sastra.
4. Mahasiswa Mampu Memahami Ruang Lingkup Antropologi Sastra
5. Mahasiswa Mampu Memahami Proses Analisis Antropologi Sastra.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Antropologi

Antroplogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu anthropos yang berarti manusia,


dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari menusia sebagai makhluk
biologis, sekaligus makhluk sosial. Ada beberapa pengertian mengenai antropologi,
yaitu sebagai berikut:

a)      Antropologi merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari


budaya masyarakat etnis tertentu, yang berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa
dengan melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, dan budaya yang berbeda yang dikenal
Eropa.

b)      Antropologi lebih memusatkan pada penduduk sebagai masyarakat tunggal,


yaitu kesatuan masyarakat yang tinggal di daerah yang sama. Antropologi hampir
identik dengan sosiologi. Akan tetapi, sosiologi menitikneratkan pada masyarakat dan
kehidupan sosialnya, sedangkan antropologi menitikberatkan pada unsure budaya,
pola piker, dan pola kehidupannya.

c)      William A. Havilland (1998:6) mengatakan bahwa antropologi adalah studi


mengenai umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat
tentang manusia dan perilakunya, serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap
tentang keragaman manusia.

d) David Hunter (1979:9) mengatakan bahwa antropologi adalah ilmu yang


muncul dari keingintahuan yang tidak terbatas mengenai umat manusia.

e) Koentjaraningrat mengatakan bahwa antropologi adalah ilmu yang


mempelajari umat manusia pada umummnya dengan mempelajari berbagai warna,
bentuk fisik, masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan (Koentjaningrat, 1989:13).
Dari semua pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa antropologi adalah ilmu
yang mempelajari manusia dari segi keragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara
berperilaku, tradisi-tradisi, dan nilai-nilai) yang dihasilkan, sehingga setiap manusia
satu dengan lainnya berbeda. Antroplogi mempelajari seluk-beluk yang terjadi dalam
kehidupan manusia, pada masa dahulu hingga masa sekarang, sebagai fenomena yang
terjadi di tengah kehidupan kultural masyarakat dewasa ini.

2.1.1 Pengertian Antropologi dari Segi Ilmu Sastra


Antropologi sastra berasal dari dua istilah, yaitu antropologi dan
sastra.Antropologi dan sastra adalah dua disiplin ilmu yang berbeda. Walaupun dua
disiplin ilmu itu berbeda, sebenarnya disiplin ilmu tersebut adalah disiplin keilmuan
yang membahas tentang manusia. Menurut Endraswara (2013:1) hal yang menjadi
bahan penelitian antropologi sastra adalah sikap dan perilaku manusia lewat fakta-
fakta sastra dan budaya.
Antropologi adalah suatu disiplin ilmu yang membahas tentang pola hidup
masyarakat. Pola hidup masyarakat dapat terwujud dalam ide maupun aktivitas yang
biasa disebut adat istiadat. Sastra adalah suatu disiplin ilmu yang membahas dan
mempelajari tentang sebuah karya sastra. Karya sastra yang dimaksud dalam konteks
ini adalah novel. Merujuk dari penjelasan tersebut, maka antropologi sastra adalah
suatu disiplin ilmu yang menelaah tentang pola-pola kehidupan masyarakat yang
terdapat dalam teks sastra (novel). Hubungan antara antropologi dengan sastra
menjadi lebih jelas ketika diketahui bahwa sastra merefleksikan kehidupan suatu
masyarakat. Refleksi yang dimunculkan adalah hasil endapan dan kontemplasi yang
dimunculkan kembali oleh pengarang.
Sebagaimana umumnya sebuah ilmu, kajian antropologi juga semakin luas.
Antropologi yang bercirikan kajian tentang bangsa primitif kini telah berubah.
Antropologi pun belakangan tidak hanya mempelajari manusia secara nyata, tetapi
juga membaca sastra (Endraswara, 2013:2). Antropologi membahas tentang fakta-
fakta kehidupan bermasyarakat. Sementara itu, karya sastra adalah hasil dari
pengimajinasian sebuah fakta dan/fiktif. Sastra yang mengimajinasikan fakta tentu
memuat fakta yang dapat ditelusuri kebenarannya. Kebenaran yang berkaitan dengan
kehidupan bermasyarakat kiranya dapat ditelusuri dengan ilmu antropologi. Pada
konteks inilah karya sastra berkaitan erat dengan antropologi.
Adanya konsep tentang antropologi sastra, didasarkan atas kenyataan, pertama,
adanya hubungan antara ilmu antropologi dengan bahasa. Kedua, dikaitkan dengan
tradisi lisan, baik antropologi maupun sastra sama-sama mempermasalahkannya
sebagai objek yang penting. Antropologi sastra bukanlah aspek antropologi ‘dalam’
sastra melainkan antropologi ‘dari’ sastra (Ratna, 2011b:64).

Antropologi sastra adalah aspek antropologi dari sastra, dalam hal ini sastra
membentuk budaya-budaya sendiri yang kadang berbeda dengan dunia nyata. Dengan
kata lain hal ini juga berarti budaya yang diteliti adalah budaya-budaya yang terdapat
dari dalam sastra itu sendiri.

2.2 Konsep Antropologi Sastra.


Konsep antropologi sastra dapat dirunut dari kata antropologi dan sastra. Kedua
ilmu itu memiliki makna tersendiri. Masing-masing sebenarnya merupakan sebuah
disiplin keilmuan humanistis. Yang menjadi bahan penelitian antropologi sastra
adalah sikap dan perilaku manusia lewat fakta-fakta sastra dan budaya. Terlebih lagi
jika pembaca mendalami sastra ajaran (niti), tentu dapat menyelami budayanya.
Membatasi sastra memang tidak mudah. Pandangan klasik memang selalu mengajak
agar pembaca mendefinisikan sastra sebagai ekspresi ajaran budaya leluhur. Definisi
klasik ini rasanya memang perlu dipugar, dilakukan redefinisi.

Antropologi adalah penelitian terhadap manusia (Keesing, 1999:2). Yang


dimaksud dengan manusia adalah sikap dan perilakunya. Menurut Haviland (1984:7)
antropologi adalah penelitian tentang umat manusia yang berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat bagi manusia untuk menuntun perilaku dan untuk
memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman budaya. Pendapat ini
memang masih tergolong klasik sebab awalnya antropologi memang sering membuat
generalisasi.

Konsep penting antropologi sastra adalah seperti yang dinyatakan Benson


(1993:250) tentang anthropological poetry, artinya wawasan antropologis terhadap
cipta puisi. Biarpun dia belum menyebutkan istilah antropologi sastra, melainkan
istilah antropologi puisi, jelas cukup beralasan kalau ilmu itu dipelajari lewat
antropologi sastra. Antropologi sastra tampaknya merupakan
pengembangan anthropology experience yang digagas Turner dan Bruner (Benson,
1993:46). Pandangan ini tampaknya terusik oleh gagasan etnografi fiksi yang
berkembang di era posmodernisme. Jagat posmodernisme sastra dan antropologi telah
berlari jauh ke depan. Sastra bukan hanya sebuah artefak yang penuh estetika,
melainkan juga memuat sebuah budaya yang berisi etika.

Antropologi sastra dalam pandangan Poyatos (1988:331-335) adalah ilmu yang


mempelajari sastra berdasarkan penelitian antarbudaya. Penelitian budaya dalam
sastra tentu diyakini sebagai sebuah refleksi kehidupan. Memang harus diakui bahwa
penelitian yang dimaksud itu sering berkembang pesat menjadi tiga arah, yaitu

(1) penelitian terhadap budaya sastrawan yang disebut antropologi pengarang,


ditelaah sisi antropologisnya dengan mewawancarai dan mengamati kehidupan
budaya pengarang;

(2) penelitian teks sastra yang meneliti refleksi sastra sebagai pantulan budaya;

(3) penelitian terhadap antropologi pembaca yang secara reseptif memiliki andil
penting dalam pemaknaan sastra.

2.3 Fungsi antropologi Sastra


Menurut Ratna (2011: 68) antropologi sastra berfungsi untuk;
1) Melengkapi analisis ekstrinsik di samping sosiologi sastra dan psikologi
sastra,
2) Mengantisipasi dan mewadahi kecenderungan-kecenderungan baru hasil
karya sastra yang di dalamnya banyak dikemukakan masalah-masalah
kearifan local,
3) Diperlukan dalam kaitannya dengan keberadaan bangsa indonesia, di
dalamnya terkandung beraneka ragam adat kebiasaan seperti; mantra,
pepatah, motto, pantun, yang sebagian besar juga dikemukakan secara estetis
dalm bentuk sastra,
4) Wadah yang sangat tepat bagi tradisi dan sastra lisan yang selama ini menjadi
wilayah perbatasan disiplin antropologi sastra,
5) Mengantisipasi kecenderungan kontemporer yaitu perkembangan
multidisiplin baru.
2.4 Ruang Lingkup Antropologi Sastra

Penelitian antropologi sastra adalah celah baru penelitian sastra. Penelitian


yang mencoba menggabungkan dua disiplin ilmu ini tampaknya masih jarang
diminati, padahal sesungguhnya banyak hal yang menarik dan dapat digali dari model
ini. Maksudnya, peneliti sastra dapat mengungkap berbagai hal yang berhubungan
dengan kiasan-kiasan antropologis. Peneliti juga dapat mengadakan interdisipliner
kedua bidang itu secara leluasa karena baik sastra maupun antropologi sama-sama
berbicara tentang manusia.
Penelitian semacam itu perlu dilakukan, tetapi tidak berarti peneliti sastra
tergolong serakah. Namun, banyak hal dalam karya sastra yang memuat aspek-aspek
etnografi kehidupan manusia dan sebaliknya, tidak sedikit karya etnografi yang
memuat kiasan-kiasan sastra. Jadi, penelitian antropologi sastra dapat menitikberatkan
pada dua hal. Pertama, meneliti tulisan-tulisan etnografi yang berbau sastra untuk
melihat estetikanya. Kedua, meneliti karya sastra dari sisi pandang etnografi, yaitu
untuk melihat aspek-aspek budaya masyarakat.
Penelitian karya-karya etnografi estetis yang bersifat literer dapat diteliti
dengan paradigma penelitian sastra. Peneliti dapat memusatkan pada tokoh-tokoh dan
gaya hidup mereka serta kehidupannya secara menyeluruh. Budaya masyarakat yang
tergambar dalam karya etnografi tersebut diungkap melalui teori resepsi (cermin).
Tampaknya memang penelitian semacam ini mengada-ada, tetapi jika peneliti dapat
sampai pada sarana estetika yang digunakan seorang etnografer, jelas akan lebih
berharga. Hal ini akan membuktikan bahwa penulis etnografi pun tidak akan lepas
dari bahasa sastra. Apalagi etnografi yang estetis dan berbau posmodern, jelas akan
mampu didekati dari dunia sastra. Bahkan, Bruner (1993:1) menyugestikan bahwa
makna sebuah fenomena penelitian budaya maupun sastra bersifat secara radikal akan
bersifat plural, terbuka, dan kadang-kadang memang bersifat politis.
Dalam kaitan itu, antropolog Edward Sapir dan Ruth Benedict pernah
mempublikasikan etnografi realisme dan puisi subjektifnya ke dalam jurnal
antropologi dan ke dalam jurnal sastra. Hal ini berarti batas antropologi dan sastra
memang tipis ibarat selembar uang yang berbeda permukaan, tetapi esensinya sama.
Karena itu, kerja sama dalam penelitian antropologi dan sastra memang suatu
aktivitas yang sulit terelakkan. Seperti halnya dasar penulisan drama Sophocles
(Bruner, 1993:16) yang berjudul Antigone adalah adanya pertentangan antara individu
dengan negara. Hal semacam ini pun sering terjadi pada dunia sastra kita, yaitu para
pengarang memberikan kritik tajam melalui karyanya. Buktinya, ketika beredar di era
Orde Baru, karya-karya Pramoedya Ananta Toer sering dipandang “berbahaya”.
Akibatnya, ia sampai dimasukkan ke penjara.
Penelitian ke arah demikian akan memandang karya etnografi sebagai teks
estetis. Namun, peneliti memang perlu hati-hati karena karya sastra seringkali bersifat
fiktif dan etnografi ada yang realis. Etnografi adalah fakta, sedangkan karya sastra
bersifat imajinasi. Baik sastra maupun etnografi, kadang-kadang batasnya juga kabur
atau abstrak. Karena itu, ada etnografi yang estetis dan atau bernilai sastra dan
sebaliknya, ada karya sastra yang bersifat etnografis. Itulah sebabnya titik temu
keduanya amat menarik dalam penelitian antropologi sastra.

2.5 Proses Analisis Antropologi Sastra

Fokus dan proses analisis antropologi sastra boleh berjalan liar. Artinya,
peneliti boleh mengembara lewat imajinasi untuk memaknai fenomena kultural dalam
sastra. Titik puncak dari fokus dan proses itu, menurut Richard Reed (dalam Spradley,
1997:9), adalah membuat kesimpulan budaya. Ketika ingin melukiskan kisah orang
terjun payung, peneliti boleh mengimajinasikan bagaimana mereka meloncat dari
udara. Peneliti tidak harus menjadi penerjun payung, tetapi dapat memahami apa yang
dirasakan penerjun lewat imajinasi.

Antropologi sastra termasuk ke dalam pendekatan arketipal, yaitu penelitian


karya sastra yang menekankan pada warisan budaya masa lalu. Warisan budaya
tersebut dapat terpantul dalam karya-karya sastra klasik dan modern. Karenanya,
peneliti antropologi sastra dapat meneliti keduanya dalam bentuk paparan etnografi.

Pada umumnya, penelitian antropologi sastra, menurut Bernard (1994:118-


120) lebih bersumber pada tiga hal, yaitu (a) manusia/orang, (b) artikel tentang sastra,
(c) bibliografi. Ketiga sumber data ini sering dijadikan pijakan seorang peneliti sastra
untuk mengungkap makna di balik karya sastra. Ketiga sumber data tersebut
dipandang sebagai documentation resources. Hal ini memang patut dipahami karena
karya sastra sebenarnya juga merupakan sumber informasi.

Yang paling dipentingkan dalam fokus analisis antropologi sastra adalah


menukik pada persoalan budaya. Budaya menjadi roh sastra. Kedalaman analisis
dapat dilakukan manakala peneliti menghayati tiruan kehidupan yang dilukiskan
secara simbolis. Getaran bahasa-bahasa kias itulah yang harus ditafsirkan peneliti.
Kunci proses analisis antropologi sastra adalah mendeskripsikan budaya lewat
fenomena sastra. Sastra menyajikan fakta kultural sehingga harus dipahami sebagai
kekayaan hidup.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Antropologi sastra adalah analisis terhadap karya sastra yang di dalamnya


terkandung unsur-unsur antropologi. Dalam hubungan ini jelas karya sastra
menduduki posisi dominan, sebaliknya unsur-unsur antropologi sebagai pelengkap.

2.      Hal terpenting dalam menentukan atau mengategorikan sebuah karya sastra,


apakah termasuk dalam sosiologi sastra, psikologi sastra ataupun antropologi sastra
yaitu dengan ciri-ciri yang lebih kuat yang muncul dalam pembahasan isi karya sastra
itu sendiri.

3.      Sebagai sebuah pendekatan baru dalam dunia sastra, maka antropologi sastra
memiliki tugas yang sangat penting untuk mengungkapkan aspek-aspek kebudayaan,
khususnya kebudayaan masyarakat tertentu. Karya sastra, dalam bentuk apapun,
termasuk karya-karya yang dikategorikan sebagai bersifat realis tidak pernah secara
eksplisit mengemukakan muatan-muatan yang akan ditampilkan, ciri-ciri antropologi
yang terkandung di dalamnya
DAFTAR PUSTAKA

http://semuamakalahpembelajaran.blogspot.com/2017/06/makalah-antropologi.html

file:///C:/Users/Admin/Downloads/TEORI%20ANTROPOLOGI%20SASTRA%20(PENGERTIAN%20DAN
%20JENIS%20FOKUS).pdf

https://www.rijalakbar.id/

https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2017/12/28/antropologi-sastra-dalam-penelitian/

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131872518/penelitian/metodologi-antropologi-sastra.pdf

Anda mungkin juga menyukai