Anda di halaman 1dari 7

MAMACA :

SASTRA LISAN MASYARAKAT


MADURA

Nama Anggota Kelompok :


 Salma Kholifah Az-zahro
 Widya Trisna Safitri
 Andini Nadia Kamal
 Tiara Anggun Lestari
SASTRA LISAN MAMACA
Sastra lisan mamaca Masyarakat madura mewarisi tradisi sastra lisan
yang sampai saat ini masih di pertahankan, yakni tradisi mamaca.
Mamaca adalah salah satu seni tradisi yiang hidup dalam masyarakat
madura sejak lama, kemungkinan sejak masuknya islam ke Jawa dan
Madura. Istilah mamaca berasal dari Bahasa Madura yang memiliki arti
membaca dan memiliki kedekatan makna dengan istilah macapat di
Jawa .

Mamaca merupakan sebuah kegiatan membaca teks berupa puisi atau


cerita dengan cara dilagukan / dinyanyikan dalam bentuk tembang
(thembang ), dan dijelaskan diinterpretasi ( thegges ) dalam Bahasa
Madura. Teks yang dibacakan biasannya ditulis menggunakan huruf
arab melayu dan ada juga dengan menggunakan pegon.

Jenis – jenis teks mamaca:


1. Nor bhuwwat yang berisi kisah kanjeng nabi Muhammad.
2. Phandaba berisi kumpulan cerita pandawa
3. Ju war manik untuk acara hiburan
SENI PERTUNJUKAN MAMACA
Seni pertunjukan mamaca pada dasarnya seni yang
menonjolkan aspek suara (vokal). Pertunjukan mamaca tidak
menggunakan aspek visual apapun. Semua tergantung pada
kekuatan imajinasi yang diaktualitaskan oleh gaya tutur kedua
peran pelaku yaitu tokang maca dan juru ulas.

Bentuk pertunjukan mamaca ada bermacam-macam. Bentuk


yang paling sederhana ialah melakukan memaca tanpa iringan
musik instrumental, artinya hanya ada peran tokang maca dan
juru ulas.

Beberapa tembang yang dijadikan pedoman dalam melagukan


teks mamaca Madura adalah tembang Kasmaran, Sènom,
Salangèt, Pangkor, Artatè, dan Pucung. Bentuk yang paling
lengkap dalam pertunjukan mamaca dikenal dengan istilah
ghendiran.
SYIAR ISLAM LEWAT MAMACA

Melalui tradisi mamaca ini kita dapat melihat bagaimana


peran syiar Islam Wali Sanga melalui kultur lokal. Menurut
beberapa pelaku mamaca di Situbondo, mamaca
merupakan kesenian yang lahir dari proses akluturasi
budaya Jawa, Madura, dan Arab. Mereka meyakini
mamaca merupakan warisan para Wali Sangan. Mereka
melalukan syiar islam tanpa menghilangkan esensi
utamanya.
SENJAKALA TRADISI MAMACA
Seperti nasib seni tradisi pada umumnya, mamaca pada saat ini
juga tinggal menanti waktu untuk benar-benar hilang digilas zaman.
Mengapa demikian? Sejauh pengamatan penulis hamoir semua
kelompok mamaca di situbondi putus regenerasi, bahkan beberapa
pelaku sudah menibggal dunia tanpa meninggalkab pewaris atau
penerusnya.

Berikut beberapa persoalan yang membuat kesenian ini mulai


ditinggalkan:

1. Perkembangan media informasi dan teknologi yang cepat tanpa


di imbangi pemahaman yang seimbang.
2. Berkembangnya wacana pemurnian (puritanisme) Islam.
3. Tingkat kerumitan (kesulitan) yang tinggi.
4. Kurangnya perhatian pemerintah.
KESIMPULAN
Tradisi mamaca merupakan warisan budaya Madura yang
mengandung nilai-nilai kearifan dan keluhuran manusia.
Sebagai produk budaya, ia menjadi penting untuk dilestarikan
supaya nilai-nilai keluhurannya tetap hidup dalam masyarakat.

Tujuan dari kesenian mamaca sendiri adalah mengajarkan dan


menyebarkan nilai² keagamaan melalui bacaan dan musik.

Sastra Lisan Masyarakat Madura ini mengandung pesan moral


bahwa kita harus menghormati budaya daerah, dan bisa
mengambil juga menyeleksi budaya asing yang sesuai dengan
budaya daerah sehingga akan memudahkan kearifan antara
budaya daerah dengan budaya asing.
Sumber :
Mamaca-Buletin Sastra.pdf
Sastra Lisan Masyarakat Madura
Panakajaya Hidayatullah

Anda mungkin juga menyukai