PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Sumatera Utara mempunyai tradisi lisan yang penuh dengan cerita, lagu, dan pantun
yang diwariskan secara turun temurun. Tradisi ini mencerminkan akar budaya yang
dalam dan mencerminkan sejarah, nilai-nilai dan kearifan lokal masyarakat
Sumatera Utara. Esai ini mengeksplorasi kekayaan tradisi lisan ini, mengeksplorasi
maknanya, dan mempertimbangkan tantangan serta pentingnya pelestariannya di
tengah gejolak perubahan dari waktu ke waktu. Jika kita memikirkan warisan lisan
yang sangat berharga ini, kita memahami bahwa tradisi ini bukan hanya bagian dari
sejarah kita, tetapi juga merupakan landasan identitas budaya yang harus
dilestarikan.
Sumatera Utara memiliki sejumlah tradisi lisan yang kaya dan beragam, salah
satunya adalah cerita rakyat atau legenda yang turun temurun disampaikan secara
lisan dari generasi ke generasi. Beberapa contoh cerita rakyat dari Sumatera Utara
antara lain:
➢ Raja Batak: Legenda mengenai asal-usul suku Batak di Sumatera Utara, yang
sering kali mengisahkan petualangan dan perjuangan para pahlawan dalam
membentuk komunitas mereka.
➢ Asal-usul Danau Toba: Cerita ini menceritakan tentang asal-usul Danau
Toba yang terbentuk dari legenda cinta antara seorang pangeran dan seorang
putri dari langit.
➢ Si Jampang: Cerita yang mengisahkan tentang seorang pahlawan yang
memiliki kekuatan luar biasa dan berjuang melawan kejahatan.
➢ Asal-usul Suku Karo: Legenda ini menceritakan asal-usul suku Karo yang
berkaitan dengan mitos dan kepercayaan mereka.
➢ Legenda Bukit Barisan: Cerita yang mengisahkan tentang keindahan alam
Bukit Barisan yang diselamatkan oleh para dewa.
➢ Legenda Gunung Sibayak dan Sinabung: Mengisahkan tentang dua gunung
yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di Sumatera Utara.
➢ Cerita Hikayat Malim Deman: Legenda yang berkisah tentang keberanian
dan petualangan seorang tokoh bernama Malim Deman.
Dalam cerita tersebut, nenek moyang suku Nias diturunkan ke daratan Pulau
Nias dari tempat yang disebut "Teteholi Ana'a" di langit. Beberapa nama yang
disebutkan sebagai nenek moyang suku Nias adalah Hia Walangi Adu, Gozo
Helaheladano, Daeli Bagambololangi, Hulu Borodano, dan Luowemona
Silogu.
Hia Walangi Adu, yang merupakan salah satu nenek moyang suku Nias,
memiliki keistimewaan seperti tinggal dalam kandungan ibunya selama
sembilan tahun dan dapat berbicara sebelum lahir. Setelah dewasa, Hia
Walangi Adu menikah dan memiliki sembilan orang anak laki-laki. Hia
Walangi Adu dan isterinya turun ke Pulau Nias bersama sejenis kayu yang
disebut Tora'a Langi, yang diyakini menjadi sumber sembilan bahan pokok
seperti emas, babi, padi, kelapa, pinang, sirih, tembakau, ayam, dan ubi.
Pohon berhala Fosi di Selatan dilayani oleh para imam yang disebut Mbela.
Beberapa imam yang terkenal adalah Ama Zato, Ama Hia, dan Wakhoi.
Mereka mengajarkan ajaran-ajaran palsu tentang asal-usul dan kuasa pohon
berhala Fosi tersebut. Para imam ini mengklaim bahwa Fosi adalah sumber
berkat bagi segala tanaman. Mereka juga mengklaim memiliki kekuatan
magis, seperti menyebabkan gempa bumi jika tombak mereka ditancapkan
ke tanah atau mengalihkan arah aliran sungai jika ujung keris mereka
menggores batang sungai.
Penggunaan bahasa kiasan dalam tuturan lisan Cakap Lumat oleh Kalimbubu
tampak pada tuturan sebagai berikut:
❖ Bujur kataken kami man kam kerina keluarga si enggo er meriah ukur ndahi
kerja peradaten kempu, bebere, permen ntah pe impal ndu enda. Ija er
mengkah kel ukur kami, ibas kerehenndu kerina, Dibatalah simasu-masu
kerina pendahin ndu, apai kurang akap ndu pendudurken isap ras kampil
man bandu ula tama sangkut ukur ndu, sebab bas kami Kalimbubu ndu pe
melala denga kekurangen.
(Kami mengucapkan terima kasih kepada semua keluarga yang sudah
dengan sukacita/gembira menghadiri pernikahan adat cucu, keponakan,
menantu ataupun impal kalian. Kami sangat bahagia atas kehadiran kalian
semua. Tuhanlah yang memberkati semua pekerjaan kalian, sekiranya
menurut kalian ada kekurangan kami dalam menanggapi/menyambut kalian,
jangan sakit hati sebab kami sebagai Kalimbubu kalian masih banyak
kekurangan.)
Penggunaan bahasa kiasan tuturan lisan Cakap Lumat oleh Senina sebagai berikut:
❖ Mejuah-juah Senina, mari Senina arenda inganta, ras ise ndaikam reh?
(Salam Senina, mari kesini Senina, ini tempat kita. Kalian datang dengan
siapa?)
Penggunaan bahasa kiasan tuturan lisan Cakap Lumat oleh Anak Beru sebagai
berikut:
❖ Kam kerina Anak Beru sembiring mari kam ku jenda, enda amak ndu gelah
benaken rungguta. Adi enggo kam pulung enda tanda-tandana. Dung kari
lebe kerja maka kam baci lawes .
(Untuk semua Anak Beru Sembiring, mari ke sini, ini tikar tempat duduk
kalian agar kita memulai pertemuan. Itu artinya kalian semua sudah
berkumpul. Setelah selesai kerja adat, baru kalian bisa pulang.)
Secara keseluruhan, tradisi lisan Sumatera Utara memberikan landasan yang kuat
bagi keberlangsungan identitas budaya dan masyarakat. Melalui tradisi lisan,
dongeng, lagu daerah, dan cerita rakyat, terjalin benang-benang yang
menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Tradisi ini tidak hanya
mencerminkan kekayaan warisan nenek moyang, namun juga berfungsi
memperkuat identitas masyarakat.
Dengan memahami dan membina tradisi lisan tersebut, masyarakat
Sumatera Utara dapat menjamin nilai-nilai budaya dan kearifan lokalnya tetap
hidup, tercipta rasa persatuan, dan tetap terjaga jati dirinya di tengah era
globalisasi.
Penting untuk disadari bahwa tradisi lisan bukan sekedar nostalgia, namun
merupakan sumber kearifan yang dapat menjadi pedoman dalam menghadapi
tantangan zaman. Dalam konteks Sumatera Utara, tradisi lisan tidak hanya sekedar
alat bercerita, tetapi juga sarana transmisi nilai-nilai moral, norma sosial, dan
kearifan lokal yang menjadi landasan kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, upaya melestarikan dan mengembangkan tradisi lisan di
Sumatera Utara tidak hanya menjadi tanggung jawab masyarakat setempat, tetapi
juga merupakan investasi berharga bagi keanekaragaman budaya Indonesia secara
keseluruhan.