1442 H/2021 M
KATA PENGANTAR
Bismillahirrrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah dan
Ruang Lingkup Ilmu Antropologi.” Makalah ini telah kami susun dengan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami dengan tangan terbuka menerima saran dan kritik untuk
perbaikan makalah ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Akhir kata, kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari ilmu antropologi
2. Untuk mengetahui sejarah ilmu antropologi
3. Untuk mengetahui ruang lingkup ilmu antropologi
1
Rasimin, ANTROPOLOGI PENDIDIKAN: Pendekatan Sosial Budaya (Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2014), Hal
2-3
2
Adri Febrianto, Antropologi Ekologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Kencana, 2016), Hal. 1-5
1
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Definisi Ilmu Antropologi
Antropologi berasal dari dua akar kata Yunani: anthropos, artinya “orang” atau
“manusia” dan logos artinya “ilmu/nalar”. Menurut kamus anthropology dapat
diartikan sebagai suatu ilmu yang berusaha mencapai pengertian tentang makhluk
manusia dengan mempelajari aneka warna, bentuk, fisik, kepribadian, masyarakat,
serta kebudayaannya.3 Antropologi merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang
mempelajari budaya masyarakat etnis tertentu, yang berawal dari ketertarikan orang-
orang Eropa dengan melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, dan budaya yang berbeda
dengan budaya yang dikenal di Eropa.
3
Gunsu Nurmansyah dkk, Pengantar Antropologi Sebuah Ikhtiar Mengenal Antropologi, (Bandar Lampung: Aura
Publisher, 2019), Hal. 1
4
Winny Puspasari Thamrin dkk, Antropologi, (Depook: Universitas Gunadarma, 2013), Hal. 4
2
kebudayaan (cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi, dan nilai-nilai) yang dihasilkan
sehingga setiap manusia itu berbeda-beda.5
3
c. Ada yang tertarik akan adat-istiadat yang aneh, dan mulai mengumpulkan
benda-benda kebudayaan dari suku-suku bangsa di Afrika Asia, Oseania dan
Amerika pribumi tadi itu. Kumpulan kumpulan pribadi tadi ada yang
dihimpun menjadi satu, supaya dapat dilihat oleh umum, dengan demikian
timbul museum-museum pertama tentang kebudayaan-kebudayaan bangsa-
bangsa di luar Eropa.
Pada permulaan abad ke-19 perhatian terhadap himpunan pengetahuan
tentang masyarakat, adat-istiadat dan ciri-ciri fisik bangsa-bangsa di luar
Eropa dari pihak dunia ilmiah menjadi sangat besar, demikian besarnya
sehingga timbul usaha-usaha pertama dari dunia ilmiiah untuk
mengintegrasikan seluruh himpunan bahan pengetahuan nografi tadi menjadi
satu.7
B. Fase Kedua (Pertengahan Abad ke-19)
Pertengahan abad 19, mulai ada usaha untuk mengintegrasikan bahan-bahan
etnografi untuk disusun menjadi sebuah karangan-karangan. Penyusunan bahan
Etnografi tersebut berdasarkan cara berfikir evolusi masyarakat, yaitu
perkembangan masyarakat dan kebudayaan sangatlah lambat. Di mulai dari
tingkat terendah melalui beberapa proses, yang akhirnya sampai di tingkat
tertinggi.
Masyarakat yang masih ada di tingkat rendah dari kebudayaan manusia zaman
dahulu, mereka adalah salah satu contoh masyarakat primitif, sedangkan untuk
masyarakat yang ada di tingkat tinggi adalah bangsa Eropa sendiri. Sekitar tahun
1860 muncul karangan yang mengklasifikasikan aneka kebudayaan di dunia ke
dalam tingkat evolusi tertentu, maka muncullah ilmu antropologi.
Dengan meneliti bangsa-bangsa di luar Eropa, diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang sejarah penyebaran kebudayaan manusia di dunia. Tujuan
antropologi pada fase kedua ini adalah akademis, yaitu mempelajari masyarakat8
dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang
tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
C. Fase Ketiga (Permulaan Abad Ke-20)
7
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), Hal.1-2
8
Winny Puspasari Thamrin dkk, Antropologi, (Depok: Universitas Gunadarma, 2013), Hal. 5
4
Dalam fase ketiga ini, ilmu antropologi menjadi ilmu yang praktis, yang
bertujuan mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar
Eropa guna kepentingan pemerintah kolonial dan guna mendapat pengertian
tentang masyarakat masa kini yang semakin kompleks. Dalam hal ini, ilmu
antropologi sangat penting karena menyangkut juga tentang pentingnya dalam
mempelajari kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa, yang masih mempunyai
masyarakat yang belum kompleks. Ilmu antropologi berkembang di negara-
negara penjajah, terutama Inggris, bahkan berkembang juga di Negara Amerika
Serikat, yang bukan merupakan negara kolonial.9
D. Fase Keempat (Setelah Tahun 1930 an)
Pada fase ini, ilmu antropologi telah berkembang secara sangat pesat. Selain
karena bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti dan ketajaman
metode ilmiah dalam penelitiannya, faktor lain yang mempengaruhi adalah:
- Timbulnya antipati terhadap kolonialisme sesudah perang dunia ke II
- Cepat hilangnya bangsa-bangsa primitif (dalam arti bangsa-bangsa asli dan
terpencil dari pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika)10 yang sekitar tahun
1930 mulai hilang, dan sesudah perang dunia II memang hampir tak ada lagi
di muka bumi.11
Kedua proses tersebut menyebabkan hilangnya lapangan ilmu antropologi ini
sehingga timbul keinginan memperluas dengan tujuan baru. Para ilmuwan dan
tokoh antropologi di berbagai negara Amerika dan Eropa (termasuk Uni Soviet)
mengadakan symposium merumuskan pokok tujuan dan ruang lingkup ilmu
antropologi sehingga para peneliti mengembangkan ilmu antropologi yaitu tidak12
hanya mempelajari suku bangsa primitive namun beralih ke manusia pedesaan
baik di Eropa maupun di luar Eropa, yang ditinjau dari ragam fisik, masyarakat
dan kebudayaannya. Tetapi warisan dari fase pertama, kedua dan ketiga tidak
dibuang begitu saja namun sebagai landasan perkembangan yang baru.13
9
Winny Puspasari Thamrin dkk, Antropologi, (Depok: Universitas Gunadarma, 2013), Hal. 5
10
Gunsu Nurmansyah dkk, Pengantar Antropologi Sebuah Ikhtiar Mengenal Antropologi, (Bandar Lampung: Aura
Publisher, 2019), Hal. 19-20
11
Winny Puspasari Thamrin dkk, Antropologi, Hal. 5
12
Gunsu Nurmansyah dkk, Pengantar Antropologi Sebuah Ikhtiar Mengenal Antropologi, Hal. 19-20
13
Gunsu Nurmansyah dkk, Pengantar Antropologi Sebuah Ikhtiar Mengenal Antropologi, (Bandar Lampung: Aura
Publisher, 2019), Hal. 19-20
5
Adapun bahan-bahan etnografi yang terdapat dalam fase pertama, kedua
maupun yang ketiga tidak dihilangkan begitu saja melainkan dijadikan sebagai
landasan bagi perkembangannya yang baru. Pada fase keempat ini antropologi
memiliki dua tujuan utama, yaitu tujuan akademis untuk mencapai pemahaman
tentang manusia berdasarkan bentuk fisiknya, masyarakatnya, maupun
kebudayaannya. Tujuan praktis untuk mempelajari manusia dalam berbagai
masyarakat suku bangsa guna membangun suku bangsa tersebut.14
14
Winny Puspasari Thamrin dkk, Antropologi, (Depok: Universitas Gunadarma, 2013), Hal. 6
15
Gunsu Nurmansyah dkk, Pengantar Antropologi Sebuah Ikhtiar Mengenal Antropologi, Hal. 4
16
William A, Haviland, Antopologi, Jilid 1, Alih Bahasa: R.G. Soekadijo, (Jakarta: Erlangga, 1999), hal. 13
6
di muka bumi ini dapat digolongkan berdasarkan ciri fisiknnya. Ilmu antropologi
fisik biasa disebut juga dengan somatologi.17
2) Antropologi Budaya (Cultural Antropology)
Antropologi budaya memfokuskan perhatiannya kepada kebudayaan manusia
ataupun cara hidupnya dalam masyarakat. menurut Haviland cabang antropologi
budaya ini dibagi-bagi lagi menjadi tiga bagian, yakni arkeologi, antroplogi
linguistic, dan etnologi. Kemudian dikembangkan lagi menurut Koentjaraningrat
ada beberapa cabang dalam antropologi Budaya, Antropologi budaya juga
merupakan studi tentang praktik-praktik sosial bentuk-bentuk ekspresif dan
penggunaan bahasa, dimana makna diciptakan dan diuji sebelum digunakan oleh
masyarakat manusia.18
Antropologi budaya meliputi etnologi, linguistik, dan arkeologi yang
ketiganya akan dibahas satu-persatu. Etnologi atau ilmu bangsa-bangsa menurut
Koentjaraningrat, 1990 (dalam Saebani, 2012) adalah ilmu yang memcoba
mencapai pengertian mengenai asas-asas manusia, dengan mempelajari
kebudayaan-kebudayaan dalam kehidupan manusia dari berbagai suku bangsa
yang tersebar di dunia pada masa sekarang. Tugas etnologi adalah
mengklasifikasikan bangsa-bangsa atas dasar ras dan kebudayaan, menjelaskan
penyebarannya pada saat sekarang dan pada masa lampau, serta tentang difusi
kebudayaan.
Antropologi Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa-bahasa.
Bahanbahan dari linguistik yang berupa daftar kata-kata, pelukisan dari ciri-ciri
dan pelukisan tentang tata bahasa dari bahasa-bahasa lokal yang tersebar di
berbagai tempat di muka bumi ini, berkumpul bersama-sama dengan etnograf.
Arkeologi menurut Haviland (1985:14) adalah cabang antropologi budaya yang
mempelajari19 benda-benda dengan maksud untuk menggambarkan dan
menerangkan perilaku manusia. Sebagian besar perhatiannya dipusatkan kepada
masa lampau, karena apa yang tertinggal di masa lampau seringkali hanya berupa
17
Winny Puspasari Thamrin dkk, Antropologi, (Depok: Universitas Gunadarma, 2013), Hal. 10
18
Gunsu Nurmansyah dkk, Pengantar Antropologi Sebuah Ikhtiar Mengenal Antropologi, (Bandar Lampung: Aura
Publisher, 2019), Hal. 5
19
Winny Puspasari Thamrin dkk, Antropologi, Hal. 10
7
benda dan bukan gagasan. Arkeologi memberikan bahan-bahan tentang cara tipe
kebudayaan yang baru mengganti tipe kebudayaan lama. 20
20
Winny Puspasari Thamrin dkk, Antropologi, Hal. 10
8
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Antropologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang manusia dan tentang hidup
mereka. Antropologi juga mempelajari manusia sebagai makhluk biologis dan sebagai
makhluk sosial. Adapun fase-fase perkembangan ilmu antropologi, diantaranya ada fase
pertama (sebelum 1800 M), fase kedua (pertengahan abad ke-19), fase ketiga (permulaan
abad ke-20), dan fase keempat (setelah tahun 1930 an). Adapun yang menjadi ruang
lingkup ilmu antropologi adalah antropologi fisik (Physical Antropology/Antropo-
biologi) dan antropologi budaya (Cultural Antropology).
3.2 Saran
Demikian pembahasan materi dari kami tentang sejarah dan ruang lingkup
antropologi. Kami harap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu
kritik dan saran kami harapkan dari pembaca untuk memperbaiki tugas kami selanjutnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Febrianto, Adri. 2016. Antropologi Ekologi Suatu Pengantar. Jakarta: Kencana
Haviland, William A. 1999. Antopologi. Jilid 1. Alih Bahasa: R.G. Soekadijo. Jakarta: Erlangga
Nurmansyah, Gunsu dkk. 2019. Pengantar Antropologi Sebuah Ikhtiar Mengenal Antropologi.
Bandar Lampung: Aura Publisher
10