Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

oleh :

SRI AYU NATALIA SIHOMBING 012019001

PUTRI AGUSTINA HUTABARAT 012019013

ELSI ERISA BR TARIGAN 012019014

STIkes SANTA ELISABETH MEDAN

D3 KEPERAWATAN

2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Keperawatan Medikal Bedah II” dengan tepat waktu.

Makalah disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II .
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang Maternitas .

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu selaku Dosen Mata
Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II .Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan makalah ini.

Medan,04 Agustus 2021

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................2

DAFTAR ISI ...............................................................................................3

BAB I PENDHALUAN ..............................................................................4

1.1 Latar Belakang ......................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................4

1.3 Tujuan ....................................................................................................5

BAB II KAJIAN TEORITIS .......................................................................6

2.1 Amnesa/Pengkajian Gangguan Metabolic Endokrin ............................6

2.2 Pemeriksaan Fisik ..................................................................................7

2.3 Masalah Keperawatan Dengan Gangguan Endokrin .............................8

2.4 Persiapan Pasien Dengan Pemeriksaan GTT Dan FBS .......................17

2.5 Tindakan Keperawatan ........................................................................18

BAB III PENUTUP ...................................................................................26

3.1 KESIMPULAN ...................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................27

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Gangguan endokrin adalah penyakit yang terkait dengan kelenjar endokrin pada tubuh.
Sistem endokrin adalah jaringan kelenjar yang menghasilkan hormon yang merupakan sinyal
kimia yang dikeluarkan melalui aliran darah.

Sistem endokrin mengatur dan mempertahankan fungsi tubuh dan metabolisme tubuh, jika
terjadi ganguan endokrin akan menimbulkan masalah yang komplek terutama metabolisme
fungsi tubuh terganggu salah satu gangguan endokrin adalah Diabetes Melitus yang disebabkan
karena defisiensi absolute atau relatif yang disebabkan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein (Maulana. 2008).

Di Indonesia penderita Diabetes Melitus ada 1,2 % sampai 2,3 % dari penduduk berusia
diatas 15 tahun, sehingga Diabetes Melitus (DM) tercantum dalam urutan nomor empat dari
prioritas pertama adalah penyakit kardiovaskuler, kemudian disusul penyakit selebrolaskuler dan
katarak (Depkes RI,2008).

Di Jawa Tengah berdasarkan atas pola penyakit penderita puskesmas dan rumah sakit dari
berbagai tingkat umur, jumlah kasus Diabets Melitus menempati nomor dua. Setelah penyakit
neoplasma ganas, sedangkan berdasarkan data pola kematian menurt penyakit penyebab
kematian pasien dirawat di rumah sakit Jawa Tengah DM menempati urutan ke 16 dengan
jumlah 430 orang dari jumlah kematian 37.279 orang dengan kematian penyakit lainnya (Dinkes
Jateng,2006).

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana amnesa/pengkajian gangguan metabolic endokrin?
2) Bagaimana pemeriksaan fisik?
3) Apa masalah keperawatan dengan endokrin?

4
4) Bagaimana persiapan pasien dengan pemeriksaan GTT dan FBS ?
5) Bagaimana tindakan keperawatan merawat luka gangren,pemberian obat sesuai program
serta insulin ?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui amnesa/pengkajian gangguan metabolic endokrin
2) Untuk mengetahui pemeriksaan fisik
3) Untuk mengetahui masalah keperawatan dengan endokrin
4) Untuk mengetahui persiapan pasien dengan pemeriksaan GGT dan FBS
5) Untuk mengetahui tindakan keperawatan merawat luka gangren,pemberian obat sesuai
program serta insulin

5
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Amnesa/Pengkajian Gangguan Metabolic Endokrin

Pengkajian sistem endokrin

a. Riwayat penyakit

Pengkajian tentang riwayat penyakit dapat diperoleh dari data demografi,riwayat kesehatan
keluarga, riwayat kesehatan klien, riwayat diit, status social ekonomi, dan keluhan utama. Data
demografi terdiri dari usia dan jenis kelamin yang merupakan data dasar yang sangat penting
dalam pengkajian sistem endokrin.Beberapa gangguan sistem endokrin muncul pada usia
tertentu. Tempat tinggal juga perlu dikaji khususnya daerah dataran tinggi, dataran rendah, dan
daerah berpolusi.

b.Riwayat kesehatan keluarga

dilakukan untuk mengkaji kemungkinan anggota keluarga lain yang mengalami gangguan
hormonal atau gangguan lain yangmemicu terjadinya gangguan hormonal seperti obesitas,
gangguan tumbuh kembang, kelainan kelenjar tiroid, diabetes mellitus dan infertilitas.

c.Riwayat kesehatan klien dilakukan perawat dengan mengkaji kondisi yang pernah dialami
klien diluar gangguan yang dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah
berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya namun karena
tidak mengganggu aktivitas klien.

d. Pengkajian lain seperti penggunaan obat-obatan yang mengandung hormone atau merangsang
sktifasi hormone tertentuseperti hidrokortison, kontrasepsi dan obat antihipertensi.

e. Riwayat diit meliputi perubahan status gizi atau gangguan saluran cerna dapatmencerminkan
gangguan endokrin tertentu dan kebiasaan makan atau pola makan yang salah dapat menjadi
faktor penyebab gangguan endokrin. Kaji adanya nausea muntah, nyeri abdomen, perubahan
berat badan yang drastic, perubahan selera makan, pola makan dan minum serta kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu fungsi endokrin seperti makanan yang bersifat

6
goitrogenik terhadap kelenjar tiroid. Status sosial ekonomi dilakukan dengan mengkaji
bagaimana klien dan keluarga memperoleh makanan sehat dan bergizi serta upaya pengobatan
apabila anggota keluarga ada yang sakit.

Perawat dalam mengkaji keluhan utama difokuskan pertanyaan pada hal-hal yang menyebabkan
klien mencari bantuan kesehatan seperti gejala yang dirasakan dan perubahan fisik yang
mengganggu klien seperti perubahan tingkat energy, perubahan dalam pola eliminasi dan
keseimbangan cairan, perubahan dalam pertumbuhan dan perkembangan, dan perubahan dalam
seksual serta reproduksi.Banyak manifestasi dari penyakit endokrin adalah penyakit yang sering
disebabkan oleh penyebab nonendokrin atau tidak diketahui. Hal ini termasuk kelelahan,
malaise, kelemahan, nyeri kepala, anoreksia, depresi, kehilangan atau pertambahan berat badan,
memar, sembelit, dan banyak yang lainnya. Beberapa penyakit endokrin yang umum keluhan
utama terutama dapat disebabkan oleh penyebab non-endokrin.

2.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik umum infeksi atau perubahan bentuk amati lidah client:

1.kelainan bentuk, penebalan, ada tidaknya tremor pada saat diam atau bila digerakkan.

2 Di daerah leher: Apakah tampak membesar, simetris atau tidak, atau tidaknya distensi Vena
jugularis 3.amati warna kulit atau hiperpigmentasi atau hipopigmentasi apakah merata dan di
mana lokasinya,

adanya kelainan kulit dan jenisnya:

1.infeksi jamur, penyembuhan luka yang lama, bersisik lebih sering dijumpai pada klien dengan
hiperfungsi adrenokortikal hiperpigmentasi pada jari siku dan lutut dijumpai pada klien
hipofungsi kelenjar adrenal

- vitiligo tampak pada hipofungsi kelenjar adrenal hipopigmentasi biasa terjadi di wajah leher
dan ekstremitas.

- Buffalo neck atau leher atau punuk kerbau terjadi pada klien hiperfungsi adrenokortikal

7
-amati bentuk dan ukuran dada, pergerakan dan simetris tidaknya. -Perubahan tanda seks
sekunder: dan rambut aksila dan dada

- pada buah dada amati bentuk dan ukuran, simetris tidaknya, pigmentasi dan adanya
pengeluaran cairan. -Pada buah dada atau abdomen sering dijumpai pada hiperfungsi
adrenokortikal.

-Bentuk abdomen cembung akibat penumpukan lemak sentripetal dijumpai pada hiperfungsi
adrenokortikal. -Pada pemeriksaan genetalia, amati kondisi skrotum, penis, klitoris dan labia
terhadap kelainan bentuk.

-Pemeriksaan fisik umum lainnya adalah palpasi: -hanya bisa dilakukan pada kelenjar tiroid dan
testis.

Pada kondisi normal

- kelenjar tiroid tidak teraba.

2.3 Macam Masalah Keperawatan Dengan Endokrin


 Diabetes Mellitus (DM)

Merupakan penyakit kronis yang terjadi akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau
tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif (WHO, 2017). Secara
umum, terdapat dua kategori utama DM, yaitu DM tipe 1 dan tipe 2. DM tipe 1 ditandai dengan
kurangnya produksi insulin sedangkan DM tipe 2 disebabkan penggunaan insulin yang kurang
efektif oleh tubuh (Pusdatin Kemenkes RI, 2014).DM tipe 2 banyak ditemukan (>90%)
dibandingkan dengan DM tipe 1. DM tipe 2 timbul setelah umur 30 tahun sedangkan DM tipe1
biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun (Tahitian, 2008). Menurut IDF (2017), sekitar 87%
sampai 91% dari semua pasien yang menderita DM di seluruh dunia yakni DM tipe 2. Faktor
risiko yang dapat menyebabkan terjadinya DM tipe 2 diantaranya usia > 45 tahun, berat badan
lebih (BBR > 110% atau IMT > 25 kg/m2, hipertensi (>140/90 mmHg), ibu dengan riwayat
melahirkan bayi >4000 gram, pernah diabetes sewaktu hamil, riwayat keturunan DM, kolesterol
HDL < 35 mg/dl atau trigliserida > 250 mg/dl, dan kurang aktivitas fisik .

8
DM sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21.
Word Health Organization (WHO) mempekirakan bahwa pada tahun 2025, jumlah penderita DM
akan membengkak menjadi 300 juta orang (Sudoyo, 2006). Menurut Internasional Diabetes
Federation (IDF), pada tahun 2015 terdapat 415 juta (8,8%) penderita DM di seluruh dunia,
kemudian pada tahun 2017 mencapai 425 juta dan diprediksikan angka tersebut akan terus
bertambah menjadi 629 juta penderita DM tahun 2045. Sedangkan jumlah estimasi penyandang
DM di Indonesia diperkirakan sebesar 10,3 juta yang menempatkan Indonesia dalam urutan ke-6
tertinggi di dunia bersama China, India, United States, Brazil, Rusia, dan Meksiko, Egypt,
Germany, Pakistan (IDF, 2017).

 Ulkus peptikum

adalah keadaan terputusnya kontinuitas mukosa yang meluas di bawah epitel atau kerusakan
pada jaringan mukosa, sub mukosa hingga lapisan otot dari suatu daerah saluran cerna yang
langsung berhubungan dengan cairan lambung asam-pepsin Penyakit ini terjadi dengan frekuensi
paling besar pada individu antara usia 40 dan 60 tahun. Tetapi, relative jarang pada wanita
menyusui, meskipun telah di observasi pada anak-anak dan bahkan pada bayi. Pria terkenal lebih
sering dari pada wanita, karna dari faktor gaya hidup pria seperti kebiasaan minum-minuman
yang mengandung kafein, merokok dan stress tapi terdapat beberapa bukti bahwa insiden pada
wanita hampir sama dengan pria. Setelah menopause, insiden ulkus peptikum pada wanita
hampir sama dengan pria.

Diperkirakan bahwa 5% sampai 15% dari populasi di Amerika Serikat mengalami ulkus, tetapi
hanya kira-kira setengahnya yang diketahui. Insiden ini telah menurun sebanyak 50% selama 20
tahun terakhir (Smeltzer, 2013).Ulkus peptikum tersebar di seluruh dunia dengan prevalensi
berbeda tergantung pada sosial, ekonomi, dan demografi. Di Inggris sekitar 6-20% penduduk
menderita ulkus terutama pada usia 55 tahun, sementara di Amerika Serikat terdapat 4 juta
pasien gangguan asam-pepsin dengan angka kematian 15.000 jiwa pertahun dan menghabiskan
dana 10 milyar setiap tahun (Tarigan, 2009). Sekitar 500.000 warga Amerika Serikat setiap tahun
menderita penyakit ini, dan sebanyak 70% terjadi antara usia 25-64 tahun (Ramakrishnan,
2007).Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (BPPK) Depkes (2008) menyatakan
bahwa pada tahun 2005-2008, ulkus peptikum di Indonesia menempati urutan ke-10 dalam
kategori penyebab kematian pada kelompok umur 45-54 tahun pada laki-laki (2,7%). Prevalensi

9
ulkus peptikum di Indonesia sebanyak 14% Dampak dari ulkus peptikum dapat terjadi
perdarahan jika ulkus menyebabkan erosi arteri atau vena di usus. Hal ini dapat menyebabkan
hematemesis (muntah darah), atau melena (keluarnya darah dari saluran gastrointestinal atas
melalui feses). Apabila perdarahannya hebat dan mendadak, dapat timbul gejala syok. Apabila
perdarahannya lambat, dapat terjadi anemia (Corwin, 2009).

Beberapa gejala dari ulkus peptikum seperti nyeri pada abdomen yang biasanya terletak di area
tengah epigastrium, dapat menyebar ke punggung atau bahu. Nyeri yang terjadi ketika lambung
kosong, yang terjadi segera atau setelah makan. Nyeri sering terjadi setiap hari selama beberapa
minggu kemudian menghilang sampai periode perburukan selanjutnya (Corwin,

2009).

Penanganan pada ulkus peptikum biasanya dengan menghindari makanan yang dapat
menyebabkan sekresi asam hidroklorida berlebih, menghindari minum-minuman alkohol dan
kafein dapat meredakan gejala serta meningkatan proses penyembuhan ulkus yang sudah
ada.Penderita ulkus akibat helicobacter pylori dapat ditangani dengan penambahan antibiotik.

Penatalaksanaan stress, teknik relaksasi, atau sedative dapat di gunakan untuk mengatasi
pengaruh psikologis Konsep Masalah Keperawatan.

 KEHAMILAN

Setiap ibu hamil kemungkinan besar akan mengalami perubahan pada tubuhnya. Bukan hanya
perut, janin yang dikandung dapat membuat beberapa bagian tubuh lainnya seperti membengkak.
Hal ini dapat terjadi karena peningkatan asupan yang dipicu oleh nafsu makan yang lebih besar.
Memang penting memenuhi asupan tubuh karena kebutuhan gizi untuk dua orang.

Perubahan yang cepat selama kehamilan memang terjadi untuk perkembangan anak. Namun,
bukan tidak mungkin ibu mengalami ketidakseimbangan hormon yang disebabkan oleh
gangguan sistem endokrin selama kehamilan. Penting untuk setiap ibu hamil mengetahui
penyebab gangguan sistem endokrin agar beberapa dampak buruk dapat dicegah. Berikut ulasan
lengkapnya!

10
Gangguan sistem endokrin adalah penyakit yang berhubungan dengan kelenjar endokrin pada
tubuh yang berfungsi untuk menghasilkan hormon. Tubuh manusia membutuhkan hormon untuk
mengatur berbagai proses penunjang kehidupan, seperti pernapasan, nafsu makan, keseimbangan
cairan, pengendalian berat badan, dan hal lainnya.

Hampir semua bagian jaringan pada tubuh manusia akan merespons hormon endokrin, jika
terganggu maka akan banyak gangguan yang terjadi. Diabetes mellitus dan penyakit tiroid adalah
contoh penyakit yang umum terjadi pada ibu hamil. Maka dari itu, penting untuk mengetahui
penyebab dari gangguan sistem endokrin agar dapat dihindari. Berikut penyebabnya:

1. Hormon Tidak Seimbang

Salah satu hal yang dapat menjadi penyebab gangguan sistem endokrin pada ibu hamil adalah
hormon pada tubuh yang tidak seimbang. Hal ini terjadi karena kelenjar yang menghasilkan
terlalu banyak atau terlalu sedikit hormon endokrin yang berpengaruh pada fungsi tubuh.
Beberapa penyakit berbahaya mungkin saja terjadi saat kelainan ini menyerang.

Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko tersebut pada ibu hamil.
Beberapa faktor tersebut adalah kurang aktif secara fisik, mengidap penyakit gangguan
autoimun, kadar kolesterol yang tinggi, hingga riwayat keluarga yang pernah terserang penyakit
ini. Jika ada salah satu risiko tersebut yang pernah terjadi, baiknya langsung memeriksakan diri
ke dokter.

2. Diabetes

Ibu juga dapat mengalami diabetes saat mengidap gangguan sistem endokrin. Penyakit ini
memang terbilang berbahaya ketika terjadi pada ibu hamil, yang mampu menyebabkan
keguguran, kelahiran prematur, preeklampsia, dan cacat lahir. Hal ini terjadi ketika tubuh
mengalami peningkatan gula darah saat hamil, sehingga dapat menyebabkan persalinan dini atau
berat lahir berlebihan.

Penyebab Gangguan Sistem Endokrin

Gangguan endokrin biasanya dikelompokkan dalam dua kategori, meliputi:Kelenjar


menghasilkan terlalu banyak atau terlalu sedikit hormon endokrin yang disebut

11
ketidakseimbangan hormon,Pembentukan luka (seperti bintil atau tumor) pada sistem endokrin
yang dapat atau tidak memengaruhi kadar hormon.

 Gejala Gangguan Sistem Endokrin

1. Diabetes

Gangguan endokrin yang paling umum adalah diabetes mellitus yang terjadi ketika pankreas
tidak menghasilkan insulin yang cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang
tersedia dengan optimal. Gejala diabetes dapat meliputi:

a) Haus atau lapar yang berlebih,


b) Kelelahan,
c) Sering buang air kecil,
d) Mual dan muntah,
e) Kenaikan atau penurunan berat badan yang tidak disertai alasan,
f) Perubahan pada penglihatan.

Akromegali

Akromegali adalah gangguan ketika kelenjar pituitari menghasilkan hormon pertumbuhan yang
berlebih. Ini menyebabkan pertumbuhan yang berlebih, terutama pada tangan dan kaki. Gejala
akromegali biasanya meliputi:

a) Ukuran bibir, hidung, atau lidah yang terlalu besar,


b) Tangan atau kaki yang terlalu besar atau bengkak,
c) Perubahan struktur tulang muka,
d) Nyeri pada tubuh dan sendi,
e) Suara yang dalam,
f) Kelelahan dan kelemahan,
g) Sakit kepala,
h) Pertumbuhan tulang dan kartilago yang berlebih serta penebalan kulit,
i) Disfungsi seksual, termasuk penurunan libido,
j) Sleep apnea,Gangguan pada penglihatan.

12
Penyakit Addison

Penyakit Addison ditandai dengan penurunan produksi kortisol dan aldosteron akibat kerusakan
kelenjar adrenal. Gejala penyakit Addison biasanya meliputi:

a) Depresi,
b) Diare,Kelelahan,Sakit kepala,
c) Hiperpigmentasi pada kulit,
d) Hipoglikemia,
e) Nafsu makan rendah,
f) Tekanan darah rendah,
g) Periode menstruasi yang terlewat,
h) Mual dengan atau tanpa muntah,
i) Ingin mengonsumsi garam,
j) Penurunan berat badan,Kelemahan.

Sindrom Cushing

Sindrom cushing disebabkan oleh kelebihan kortisol yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal.
Gejala dari sindrom cushing biasanya, meliputi:

a) Buffalo hump (lemak di antara bahu, seperti punuk).


b) Diskolorasi kulit seperti memar,
c) Kelelahan,
d) Merasa sangat haus,
e) Penipisan dan melemahnya tulang (osteoporosis),
f) Sering buang air kecil,
g) Gula darah tinggi (hiperglikemia),
h) Tekanan darah tinggi (hipertensi),
i) Mudah marah dan perubahan mood,
j) Obesitas pada bagian atas tubuh,

13
k) Wajah bundar,Kelemahan.

Penyakit Graves

Penyakit graves merupakan salah satu jenis hipertiroidisme yang mengakibatkan produksi


hormon tiroid. Gejala penyakit graves biasanya meliputi:

a) Mata menonjol,
b) Diare,
c) Kesulitan tidur,
d) Kelelahan dan kelemahan.
e) Goiter (pembesaran kelenjar tiroid),
f) Intoleransi terhadap panas,
g) Detak jantung yang tidak teratur,
h) Mudah marah dan perubahan mood,
i) Detak jantung berdebar cepat (takikardia)
j) Kulit yang tebal atau merah pada betis Tremor
k) Penurunan berat badan.

Hashimoto’s Thyroiditis

Hashimoto’s thyroiditis adalah suatu kondisi ketika tiroid diserang oleh sistem imun yang
menyebabkan hipotiroidisme dan produksi hormon tiroid yang rendah. Gejalanya meliputi:

a) Intoleransi terhadap dingin,


b) Konstipasi,
c) Rambut kering dan rontok,
d) Kelelahan,
e) Goiter (pembesaran kelenjar tiroid),
f) Nyeri sendi dan otot,
g) Periode menstruasi yang terlewat.
h) 'Detak jantung yang melambat.
i) -Pertambahan berat badan.

14
Hipertiroidisme

Hipertiroidisme adalah kondisi yang ditandai dengan kelenjar tiroid yang overaktif. Gejala
umum dari hipertiroidisme meliputi:

-Diare.

-Kesulitan tidur.

-Kelelahan.

-Goiter.

-Intoleransi terhadap panas.

-Mudah marah dan perubahan mood.

-Detak jantung yang cepat (takikardia)

-Tremor.

-Penurunan berat badan tanpa penyebab.

-Kelemahan.

Hipotiroidisme

Hipotiroidisme merupakan kondisi ketika tiroid underaktif dan menghasilkan terlalu sedikit
hormon tiroid. Gejala umum dari hipotiroidisme meliputi:

-Intoleransi terhadap dingin.

-Sembelit.

-Menurunnya produksi keringat.

-Rambut kering.

15
-Kelelahan.

-Goiter.

-Nyeri pada sendi dan otot.

-Periode menstruasi yang terlewat.

-Detak jantung yang melambat.

-Muka membengkak.

-Kenaikan berat badan.

Prolaktinoma

Prolaktinoma muncul apabila kelenjar pituitari yang disfungsional menghasilkan hormon


prolaktin berlebih yang berguna dalam produksi ASI. Prolaktin berlebih dapat menyebabkan
berbagai gejala, seperti:

-Disfungsi ereksi.

-Kemandulan.

-Kehilangan libido.

-Periode menstruasi yang terlewat.

-Produksi ASI tanpa penyebab.

Diagnosis Gangguan Sistem Endokrin

-Tes darah dan urine untuk memeriksa kadar hormon dapat membantu dokter untuk menentukan
apakah seseorang memiliki gangguan endokrin.

Tes imaging juga dapat dilakukan untuk membantu menunjukkan lokasi bintil atau tumor.

-Komplikasi Gangguan Sistem Endokrin

16
Terdapat beberapa komplikasi gangguan endokrin tertentu, meliputi:

-Kegelisahan atau insomnia (pada banyak kondisi tiroid)

-Koma (pada hipotiroidisme)

Depresi (pada banyak kondisi tiroid)

-Penyakit jantung

-Kerusakan saraf

-Kerusakan atau gagal pada organ

-Kualitas hidup yang tidak baik.

2.4 Persiapan Pasien Dengan Pemeriksaan GTT Dan FBS


1. GTT (glucose tolerance test)

GTT (glucose tolerance test) adalah pemeriksaan guna mengeahui fungsi tubuh dalam
metabolisme glukosa, pemeriksaan dilakukan dengan mengambil darah sebelumd ans esudah
makan/konsumsi gula dalam rentang waktu tertentu

Persiapan

1. Tiga hari sebelum pemeriksaan glukosa darah tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari dan
tetap melakukan aktivitas seperti biasa.

2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan.

3. Minum air putih selalu dianjurkan, sedangkan minuman lain seperti teh dan kopi, meskipun
tanpa gula tetap tidak dibolehkan.

4. Bagi perokok, hentikan merokok setidaknya 8 jam sebelum pemeriksaan (bersamaan waktu


puasa) karena akan memengaruhi hasil pemeriksaan.

17
2. FBS(flasting blood sugar)

FBS(flasting blood sugar)adalah mengukur gula darah setelah Anda puasa selama 8 jam. Tes ini
biasa dilakukan pertama kali untuk mengecek apakah Anda mengalami prediabetes atau diabetes

1. Pasien harus puasa minimal selama 10 jam sebelum pengambilan darah, kecuali untuk
pemeriksaan glukosa puasa minimal 8 jam. Untuk pemeriksaan trigliserida, sebaiknya pasien
puasa selama 12 jam.

2. Selama puasa, pasien tidak diperbolehkan makan dan minum, kecuali air putih.

3. Hindari merokok, makan permen karet, minum kopi dan teh (tanpa gula), alkohol, addictive
drugs (seperti amphetamine, morphine, heroin, cannabis) karena akan memengaruhi hasil
pemeriksaan.

4. Jangan berpuasa lebih dari 14 jam.

5. Jangan melakukan aktivitas berat seperti berolahraga sebelum pengambilan darah.

6. Pengambilan darah sebaiknya dilakukan pagi hari, antara pukul 07.00 - 09.00, karena pagi hari
merupakan keadaan basal tubuh di mana pada umumnya belum melakukan banyak aktivitas.

Terkadang sebagian pasien masih mengabaikan anjuran tersebut, baik karena lupa, terlalu sulit
dilakukan, ataupun karena kesibukan yang tidak memungkinkan pasien mengikuti anjuran
tersebut. Padahal, persiapan pemeriksaan ini dibuat berdasarkan berbagai pertimbangan yang
fokus pada keselamatan pasien (patient safety)

2.5 Tindakan Keperawatan Merawat Luka Gangren,Pemberian Obat Sesuai Program


Serta Insulin
 PERAWATAN LUKA GANGREN

Persiapan Alat :

A. Alat dan Bahan Steril

18
1. Bak Instrument 1 buah

2. Pinset Anatomi 1 buah

3. Pinset Chirurgis 1 buah

4. Gunting 1 buah

5. Handschoon 1 pasang

6. Kasa, deppers

7. Korentang dalam tempatnya.

B. Alat dan Bahan tidak steril

1. Skort

2. Bengkok

3. Handschoon tidak steril

4. Tempat sampah

5. Plester

6. Gunting Verbant C

Persiapan Perawat dan Lingkungan

Mengatur lingkungan dengan nyaman dan aman untuk pasien Mempersiapkan alat – alat dan
mendekatkan pasien Memperkenalkan diri pada pasien dan keluarga Menjelaskan maksud dan
tujuan Memberitahu pasien bahwa pasien perlu diberikan obat analgesik untuk mencegah sakit
saat dirawat lukanya ±30 menit sebelum dilakukan perawatan

19
Pelaksanaan Prosedur

1. Perawat memakai skort dan masker


2. Perawat cuci tangan dan memakai handschoon tidak steril
3. Mendekatkan alat – alat ke pasien Membasahi balutan luka dengan cairan isotonis
4. Membuka balutan luka perlahan – lahan, jika masih terdapat perlengketan, pada luka basahi
kembali dengan cairan isotois.
5. Buang kassa kotor pada tempatnya (bengkok atau kresek tempat sampah)
6. Melepas sarung tangan kotor dan mengganti dengan sarung tangan steril
7. Mengkaji kondisi luka
8. Membersihkan luka dengan cairan isotonis
9. Mengeringkan luka dengan kassa steril
10. Jika luka kotor, berikan kompres metronidasole infus.
11. Diberikan beberapa saat (kurang lebih 5 – 10 nmenit) - Bersihkan dengan cairan isotonis
sampai bersih
12. Membersihkan luka dengan kassa steril
13. Jika luka bersih tutup luka dengan tulle dan tutup dengan kassa steril serta difiksasi.
14. Merapikan tempat tidur dan merapikan pasien.
15. Mencucci alat, merapikan dan menyimpan kembali alat – alat dan bahan pada tempatnya.
16. Mempersiapkan alat rawat luka set untuk disteril.
17. Perawat mencuci tangan.
18. Perawat mendokumentasikan tindakan perawatan luka dan menjelaskan kondisi luka pada
catatan keperawatan.

Evaluasi Pasien :

1. Luka terawat dengan aseptik

2. Pasien tidak kesakitan

3. Pasien mengatakan puas dengan perawatan yang dilakukan.

20
Lingkungan :

1. Sketsel dikembalikan ke tempat semula.

2. Lingkungan kembali rapi, tidak terdapat kassa tercecer di ruang perawatan. Peralatan dan
Bahan : .1. Alat dan bahan dikembalikan ke teampat semula.

2. Peralatan siap dikirim ke CSSD untuk disterilkan

 Pemberian Obat Injeksi Insulin

Prinsip tindakan Prosedur Pelaksanaan

Persiapan alat :

- insulin

-Kapas + alkohol / alcohol swab.

-Handscoen bersih

- Daftar / formulir obat klien.

1.Tahap Pra Interaksi

- Melakukan verifikasi program terapi

- Mencuci tangan

-Memakai sarung tangan

- Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

21
2.Tahap orientasi

- Memberikan salam dan menyapa nama pasien

- Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien

- Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

3.Tahap kerja

-Menjaga privasi

-Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas

- Mengambil obat insulin yang sudah disiapkan sesuai terapi yang diberikan

- Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya terdapat kebiruan, inflamasi,
atau edema

Mempermudah melakukan tindakan

-Mengecek kebenaran pasien yang akan dilakukan tindakan

- Mencegah infeksi kuman

- Mencegah penularan

- Memudahkan dalam melakukan tindakan

- Menerapkan komunikasi terapeutik

-Memberikan informasi tindakan yang akan dilakukan

-Menurunkan kecemasan pasien

22
- Memberikan privasi dan menurunkan mikroorganisme yang berasal dari udara

- Memudahkan perawat melakukan tindakan

- Mengurngi kesalahan dalam pemberian obat

- Mempermudah melakukan penusukan

- Mencegah terjadinya infeksi dan menjaga kebersihan sebelum dilakukan tindakan

- Agar klien tidak merasa sakit dan Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas
alcohol/alcohol swab, dimulai dari bagian tengah secara sirkuler ± 5 cm.

- Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang kurus dan regangkan kulit pada klien
yang gemuk dengan tangan yang tidak dominan.mempermudah melakukan penusukan

- Agar klien tidak terlalu merasa sakit Agar obat bekerja dengan baik

- Menjaga kebersihan dan kenyamanan klien

-Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan tangan yang dominan secara lembut dan
perlahan.

- Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage, hanya dilalukan penekanan pada area
penyuntikan dengan menggunakan kapas alkohol. - Merapikan pasien

4.Tahap terminasi

- Melakukan evaluasi tindakan tindakan yang dilakukan - Berpamitan dengan klien

- Membereskan alat-alat

- Mencuci tangan

- Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

23
-Mengetahui keberhasilan tindakan

-Menerapkan komunikasi terapeutik

-Mempermudah membawa alat untuk tindakan selanjutnya

- Mencegah infeksi mikroorganisme

-Sebagai dokumentasi keperawatan

Tujuan tindakan

-Mengontrol kadar gula darah dalam pengobatan diabetes mellitus

-Bahaya yang mungkin terjadi akibat tindakan tersebut dan cara pencegahannya :

Bahaya :

1. penurunan gula darah secara mendadak setelah pemberian obat insulin jika tidak disesuaikan
dengan kadar gula darah sebelum penyuntikan

2. klien merasa pusing akibat penurunan gula darah (hiperglikemi) secara tiba-tiba

3. dapat juga mengakibatkan hipoglikemi

Pencegahannya :

1. Lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan

2. lakukan persiapan yang teliti sebelum pemberian insulin

Analisa sintesa : -hiperglikemia rasa haus berlebihan, sering berkemih dan lemas

terhadinya diabetes melitus dilakukan pemberian obat injeksi insulin

24
Evaluasi (hasil yang didapat dan maknanya) :

- insulin diberikan dalam jumlah 10 unit sesuai terapi yang ditentukan

- pada daerah penusukan tidak terjadi pendarahan, pembekakan 

25
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh.
Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh.Sistem endokrin
memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis, membatu mensekresikan hormon-hormon yang
bekerja dalam sistem persyarafan, pengaturan pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol
perkembangan seksual dan reproduksi.

26
DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sistem_endokrin

https://www.halodoc.com/kesehatan/gangguan-sistem-endokrin

https://hellosehat.com/?amp

https://www.academia.edu/34666337/Makalah_sistem_endokrin

https://id.scribd.com/document/364820852/PRINSIP-LEGAL-ETIK-PADA-PX-G3ENDOKRIN-docx

27

Anda mungkin juga menyukai