Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN

Disusun Oleh:

Ade Novita Sari 3022019047

Della Aristia Elvana 3022019023

Suci Febriani 3022019060

T. Maulina Azra 3022019041

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puja dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam,
berkat hidayah dan pertolongan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya,
dan para yang setia hingga hari pembalasan.
Dalam melaksanakan tugas ini, tidak sedikit kendala yang penulis hadapi, namun
berkat semangat dan kerja keras penulis serta dorongan berbagai pihak, maka kesulitan
dan hambatan itu dapat diatasi dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Penulis yakin bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat keselahan-
kesalahan, baik secara metodologinya maupun dalam pemaparan kata-kata dan isinya.
Untuk itu, kritik yang membangun dari pembaca selalu penulis harapkan. Segala
kekeliruan dan kesalahan dalam makalah ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab
penulis. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Langsa, Oktober 2021


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
B. Perumusan Masalah............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2
A. Validitas..............................................................................................................2
B. Jenis-jenis Validitas Instrumen Pengukuran Data..............................................3
C. Reliabilitas..........................................................................................................6
D. Jenis-jenis Reliabilitas Instrumen Pengumpulan Data......................................10
BAB III PENUTUP.......................................................................................................15
Kesimpulan..................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................17

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Reliabilitas Konstrak dengan SPSS.....................................................................8


Tabel 2. Reliabilitas Butir Pernyataan dengan LISREL....................................................9
Tabel 3. Reliabilitas Kostrak (Variabel) dengan LISREL...............................................10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Validitas dan reliabilitas instrumen tidak serta-merta ditentukan oleh instrumen itu
sendiri. Menurut Sugiyono, faktor-faktor yang mempengaruhi validitas dan reliabilitas
suatu alat ukur (instrumen) selain instrumen adalah pengguna alat ukur yang melakukan
pengukuran dan subjek yang diukur. Namun, faktor-faktor tersebut dapat diatasi dengan
jalan menguji instrumen dengan uji validitas dan reliabilitas yang sesuai. Pengujian
dilakukan untuk menjaga validitas dan reliabilitasnya.
Selain itu, untuk mengatasi pengaruh dari pengguna alat ukur, maka pengguna
harus meningkatkan kemampuannya dalam menggunakan alat ukur tersebut. Satu faktor
lagi yang tidak kalah penting yang mempengaruhi validitas dan reliabilitas instrumen
adalah faktor subjek yang diukur. Untuk mengatasi hal tersebut, maka peneliti harus
dapat mengendalikan subjek. Meskipun suatu instrumen telah terstandard dan reliabel,
tetapi hal itu tidak langsung membuat instrumen tersebut dapat digunakan dimana saja,
kapan saja, kepada subjek siapa saja. Instrumen perlu diuji coba kembali setiap kali
akan digunakan.1

B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian validitas dan reliabilitas instrumen?
2. Apa saja jenis-jenis validitas dan reliabilitas instrumen?

1
Febrianawati Yusup, “Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Kuantitatif”, dalam
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 7 No. 1. p-ISSN: 2088-6991 e-ISSN: 2548-8376 (17-
23) Januari – Juni 2018, h. 18.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Validitas
Azwar menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti
sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam
melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila
alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang
sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari
pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau
keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur.2
Suryabrata menyatakan bahwa validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat
fungsi pengukurnya suatu tes, atau derajat kecermatan ukurnya sesuatu tes. Validitas
suatu tes mempermasalahkan apakah tes tersebut benar-benar mengukur apa yang
hendak diukur. Maksudnya adalah seberapa jauh suatu tes mampu mengungkapkan
dengan tepat ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari obyek ukur, akan tergantung
dari tingkat validitas tes yang bersangkutan.3
Sudjana menyatakan bahwa validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian
terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.
Suatu tes yang valid untuk tujuan tertentu atau pengambilan keputusan tertentu,
mungkin tidak valid untuk tujuan atau pengambilan keputusan lain. Jadi validitas suatu
tes, harus selalu dikaitkan dengan tujuan atau pengambilan keputusan tertentu.4
Validitas adalah sutu ukuran yang menunjukkan tingkat ke validan atau kesahihan
suatu instrmen. Suatu instrumen yang valid itu mempunyai validitas yang tinggi dan
sebaliknya bila tingkat validitasnya rendah maka instrumentersebut kurang valid.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabla mampu mengukur apa yang hendak diukur/
diinginkan. Sebuah instrumen dikatan valid apabila bisa mengungkap data dari variabel
yang diteliti. Validitas instrumen terbagi dalam validitas internal,(validitas konstruk
/constract validity dan validitas isi / contect validity) dan validitas eksternal / empiris.5

2
Zulkifli Matondang, “Validitas Dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian” dalam Jurnal
Tabularasa Pps Unimed Vol.6 No.1, Juni 2009, h. 89.
3
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h. 41.
4
Sudjana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Rosda 2004), h. 12.
5
Ridwan dan Sunarto. Pengntar Statistika. (Bandung: Alfabeta, 2013), h, 347.

2
B. Jenis-jenis Validitas Instrumen Pengukuran Data
Menurut Suharsimi, 2003, berdasarkan cara pengujiannya, terdapat dua validitas,
yakni validitas ekternal dan validitas internal, selain itu validitas dikelompokkan
menjadi beberapa kriteria.6
a. Validitas Berdasarkan Cara Pengujiannya, yaitu:
1. Validitas internal, berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan
hasil yang dicapai. Jika dalam desain penelitian dirancang untuk meneliti etos
kerja tenaga kependidikan, maka data yang diperoleh seharusnya adalah data
yang akurat tentang etos kerja tenaga kependidikan.
2. Validitas eksternal, berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian
dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel diambil.
Bila sampel penelitian representatif instrumen penelitian valid, cara
mengumpulkan dan analisis data benar, maka penelitian akan memiliki
validitas eksternal yang tinggi.

b. Validitas Berdasarkan Cara Menetapkannya, yaitu:


1. Validitas Logis
Disebut validitas logis karena cara menetapkan dilakukan dengan
pertimbangan logis: item-item disusun secara logis yang terdiri dari validitas isi,
validitas logis dan validitas tampang. Validitas logis ialah secara logis item-itemnya
diperkirakan akan mengukur apa yang hendak di ukur. Validitas logis bertitik tolak
dari teori. Peneliti menjabarkan faktor-faktor dari teori. Faktor-faktor itu adalah
konstruk-konstruk yang didefinisikan dengan jelas, digunakan sebagai dasar
bekerja dan menjadi ukuran valid tidaknya alat tersebut. Karena itu validitas logis
disebut juga validitas konstruk atau validitas berdasarkan definisi. Alat yang
disusun akan valid bila cocok dengan teori. Konsekuensinya jika teori yang
digunakan sebagai dasar bekerja itu benar maka alat itu valid. Tetapi sebaliknya
pula bila hasil pengukuran dari berbagai alat yang disusun itu berbeda dengan teori
yang dimaksud perlu ditinjau kembali karena validitas teori tersebut diragukan.

6
Suharsimi Arikunto,  Prosedur Penelitian, Suatu Praktek. (Jakarta: Bina. Aksara, 2003), h. 37.

3
2. Validitas Empiris
Menetapkan validitas empiris dilakukan dengan cara membuat perbandingan
empiris antara hasil pengukuran alat yang disusun dengan hasil pengukuran yang
menggunakan alat lain yang valid. Dalam proses perbandingan diperlukan
perhitungan-perhitungan statistik sehingga validitas empiris disebut pula sebagai
validitas statistik.

c. Validitas Berdasarkan Tujuannya, yaitu:


1. Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi ialah validitas yang diperoleh bila alat mengukur suatu kawasan isi
(content area) yang dikehendaki suatu derajat tertentu. Validitas isi antara lain
terdapat di dalam bidang pelajaran. Tes hasil belajar misalnya digunakan untuk
mengukur isi atau tujuan yang telah diajarkan pada siswa. Kerena itu validitas isi
disebut juga validitas kurikuler. Validitas isi dapat terpenuhi bila alat pengukur
benar-benar dapat mengukur kawasan isi itu (validitas tampang), dan bila alat
pengukur berisi item-item yang terdiri dari sampel yang mampu mewakili kawasan
isi tersebut (validitas sampling). Dengan kata lain, validitas isi memerlukan
validitas tampang dan validitas sampling. Misalnya tes mata pelajaran Administrasi
Pendidikan harus berisi pengetahuan administrasi pendidikan, bukan pengetahuan
lain, dan menggambarkan semua aspek-aspek administrasi pendidikan, bukan
hanya beberapa aspek saja. Selain itu tes tersebut berisi item-item yang sesuai
dengan apa yang telah diajarkan. Bila tes tersebut tidak mengukur apa yang telah
diajarkan pada siswa, tes itu tidak valid.
2. Validitas Konstruk (Construc Validity)
Validitas konstruk adalah validitas yang diperoleh bila suatu alat mengukur
suatu alat hipotesis pada suatu derajat tertentu, konstruk bersifat abstrak, tidak
dapat diamati langsung, hanya hasil atau gejalanya secara tidak langsung yang
dapat diamati. Konstruk menjelaskan sesuatu, sehingga “diciptakan” untuk
menjelaskan suatu objek. Misalnya intelegensi adalah konstruk, dimana ia tidak
dapat diamati. Orang dapat mengamati intelegensi melalui IQ yaitu hasil
pengukuran melalui tes intelegensi. Validitas konstruk dapat dicapai bila alat
pengukur yang digunakan mengukur konstruk tersebut valid. Validitas konstruk

4
dari alat suatu alat pengukur diketahui dari sejauh apa tampilan pada pengukuran
itu dapat diinterpretasi dalam pegertian konstruk tersebut.
Dua aspek yang perlu diperhatikan untuk menjaga validitas konstruk adalah
aspek logis dan aspek empiris. Aspek pendekatan logis mencari tahu apakah unsur-
unsur alat pengukur sama dengan unsure-unsur konstruk. Kesamaan unsur
menjamin validitas alat ukur itu. Aspek pendekatan logis juga mencari tahu apakah
item-item alat pengukur memadai untuk mengukur unsur-unsur konstruk. Aspek
pendekatan empiris terhadap validitas konstruk terdiri dari (a) hubungan internal,
yaitu hubungan antara item-item di dalam alat pengukur harus ada atau tidak
bertentangan; (b) hubungan eksternal, yaitu hubungan antara skor yang diperoleh
dari alat pengukur tersebut dengan skor dari alat pengukur lain harus konsisten
dengan konstruk.
3. Validitas Konkuren (Concurrent Validity)
Pengertian concurrent validity adalah validitas yang berkaitan dengan
hubungan (korelasi) antara skor dalam item instrumen dengan kinerja, atau obyek
penelitian yang lain.
Validitas konkuren diperoleh dengan mencari korelasi antara skor pengukuran
dan kriteria ukuran yang telah ada pada waktu yang sama/yang disiapkan dalam
waktu yang hampir bersamaan. Untuk mengukur dan menentukan validitas yang
terjadi bersamaan, digunakan metode hubungan atau metode perbedaan. Dengan
metode hubungan, orang mencari hubungan antara skor hasil pengukuran alat yang
disusun dengan skor hasil pengukuran yang telah pasti. Bila angka korelasi tinggi
berarti alat pengukur tersebut memiliki validitas. Metode perbedaan menentukan
skor hasil tes dengan membedakan subjek-subjek yang mempunyai sifat-sifat dan
yang tidak mempunyai sifat-sifat tertentu atau subjek-subjek yang mempunyai
sifat-sifat yang berbeda tingkatannya.
4. Validitas Prediksi (Predictive Validity)
Validitas prediksi adalah validitas dimana suatu alat pengukur dapat
memprediksi kemampuan satu individu yang bekerja dalam situasi mendatang.
Validitas ini sangat penting untuk memilih atau mengklasifikasi individu-individu.
Tak ada alat pengukur yang mempunyai validitas prediksi yang paling baik. Lebih

5
tepat membuat prediksi dari kombinasi beberapa alat pengukur daripada hanya satu.
Data untuk klasifikasi diperoleh lebih dari satu indikator.
Validitas prediksi diperoleh dengan cara mencari korelasi antara skor
pengukuran dan kriteria pengukuran yang telah ada pada waktu yang lalu. Untuk
mengetahui validitas prediksi digunakan perhitungan hubungan antara skor alat
pegukur yang disusun dengan alat pengukur lain yang telah berhasil digunakan
dalam situasi sebelumnya. Proses menghitung variabel prediksi terdiri dari
beberapa langkah yaitu:
 Mengidentifikasi dan mendefinisi kriteria sehingga menjadi ukuran yang valid
 Menjalankan alat ukur atau variabel prediksi dan menanti sampai tingkah laku
yang diprediksi muncul
 Gunakan ukuran kriteria dan korelasi dua himpunan skor tersebut
Bilangan perhitungan atau koefisien validitas menunjukkan validitas prediksi
dari alat pengukur tersebut. Jika koefisien itu tinggi berarti alat pengukur tersebut
valid memprediksi.

C. Reliabilitas
Reyold menyatakan bahwa reliabilitas mengacu pada kekonsistenan atau kestabilan
hasil penilaian. Namun secara singkat Cohen (menyatakan bahwa reliabilitas sebagai
kestabilan. Mengenai reliabilitas, Ebel & Frisbie menyatakan bahwa jika tesnya
memiliki konsistensi yang tinggi, maka tes tersebut akurat, reproducible, dan
generalizable terhadap kesempatan testing dan instrumen yang sama.
Mehrens & Lehmann menyatakan bahwa reliabilitas merupakan derajat keajegan
(konsisten) di antara dua buah hasil pengukuran pada objek yang sama. Definisi ini
dapat diilustrasikan dengan seseorang yang diukur tinggi badannya akan diperoleh hasil
yang tidak berubah walaupun menggunakan alat pengukur yang berbeda dan skala yang
berbeda. Kaitannya dengan dunia pendidikan, prestasi atau kemampuan seorang siswa
dikatakan reliabel jika sudah dilakukan pengukuran. Kereliabelan ini bermakna hasil
pengukuran akan sama informasinya, walaupun penguji berbeda, korektornya berbeda
atau butir soal yang berbeda tetapi memiliki karakteristik yang sama.7

7
Zaenal Arifin, “Kriteria Instrumen dalam suatu Penelitian”, dalam Jurnal THEOREMS (The
Original Research of Mathematics), Vol. 2 No. 1, Juli 2017, p-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321, h.
30.

6
Dalam hal reliabilitas, Susan Stainback menyakan bahwa; reability is often defined
as the consistency and stability of data or findings. From a positivistic perspective,
reability typically is considered to be synonymous with the consistency of data
produced by observations made by different researchers (e.g interrater reliability), by
the same researcher at different times (e.g test retest), or by spilling a data set in two
parts (split half). Reliabilitas berekenaan dengan derajad konsitensi dan stabilitas data
atau temuan. “Definisi reliabilitas yang lebih komprehensif adalah derajad ketepatan
dan ketelitian atau akurasi yang ditunjukan oleh instrument pengukuran. Istilah-istilah
lain sehubungan dengan reliabilitas adalah stabilitas, dapat dipercaya dan dapat
diramalkan”.8
Dalam pandangan positivistic (kuantitatif), suatu data dinyatakan reliable apabila
dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama, atau
peneliti sama dalam waktu yang berbeda menghasilkan data yang sama, atau
sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukan data yang tida berbeda. Kalau
peneliti satu menemukan dalam obyek berwarna merah, maka peneliti yang lain juga
demikian. Kalau seorang peneliti dalam obyek kemarin menemukan data berwarna
merah, maka sekarang atau besok akan tetatp berwarna merah. Karena reliabilitas
berkenaan dengan derajad konsistensi, maka bila ada peneliti lain mengulangi atau
mereplikasi dalam penelitian pada obyek yang sam dengan metode yang sama maka
akan menghilangkan data yang sama. Suatu data yang reliable atau konsisten akan
cenderung valid, walaupun belum tentun valid. Orang yang berbohong secara konsisten
akan terlihat valid, walaupun sebenarnya tidak valid.
Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa reliabilitas merujuk
kepada ketepatan pengukuran. Reliabilitas adalah syarat yang perlu tetapi tidak
memadai untuk menentukan validitas yang diperoleh. Reliabilitas yang rendah dianggap
membatasi nilai validitas yang diperoleh, tetapi reliabilitas tinggi tidak memberikan
kepastian untuk memperoleh hasil nilai validitas yang tinggi. Jadi reliabilitas hanya
menyediakan ketepatan yang memungkinkan validitas.9
Reliabilitas butir peryataan tidak dapat diperoleh melalui SPSS. Reliabilitas yang
dapat diperoleh adalah reliabilitas konstrak (variabel) atau instrumennya. Sebaliknya,
8
Suwendi, Modul Metode Penelitian, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h. 177.
9
Salma Hayati, “Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Pengetahuan Pembelajaran Aktif, Kreatif Dan
Menyenangkan (Pakem) Menggunakan Model Rasch”, dalam Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, VOL. 16, NO.
2, 169-179, Februari 2016, h. 170-171.

7
reliabilitas butir pernyataan dapat diperoleh melalui LISREL Reliabilitas konstrak
maupun variabel dapat juga diperoleh melalui LISREL tetapi harus dihitung secara
manual. Reliabilitas itu dihitung dengan rumus Wertz, Linn, dan Jöreskog berikut:
2
( Ʃʎ i)
R= 2
(Ʃʎ i) + ƩƟi
Keterangm:
- R = reliabilitast kontraks maupun variabel
- ʎi = muatan faktor (koefisien reliabilitas) tiap butir pertanyaan dan
- Ɵi = residu pengukurannya
Besaran ʎi, maupun Ɵi, itu terdapat dalam hasil analisis dengan menggunakan
program LISREL. Koefisien reliabilitas yang paling sering digunakan adalah alpha
Cronbach, sebagaimana yang juga terdapat pada SPSS. Alpha Cronbach (sebagaimana
dikutip oleh Ferguson dan Takane, 1989) dihitung dengan rumus berikut:
[b / ( b−1 ) ][Vt −∑ Vi]
α=
Vt
Keteragan:
- b = banyaknya butir pernyataan instrumen,
- Vt = variansi skor total, dan
- Vi =variansi butiri.
Hasil peggunaan rumus koefisien reliabilitas Cronbach di atas untuk data pada
Tabel 1 terdapat pada Tabel 4 baris paling bawah, yaitu sebesar 0.8866.
Tabel 1. Reliabilitas Konstrak dengan SPSS

Butir Alpha if Butir Alpha if Butir Alpha if


Item Deleted Item Deleted Item Deleted
P1 .8644 P5 .9237 P9 .8700
P2 .8719 P6 .8872 P10 .8618
P3 .8754 P7 .8554 P11 .8771
P4 .8644 P8 .8990. P12 .8576
Alpha: .8866
Informasi lainnya mengenai reliabilitas pada Tabel 4 yang dapat digunakan adalah
yang terdapat pada kolom Alpha if Item Deleted. Informasi itu berkaitan dengan
koefisien reliabilitas Alpha Cronbah yang akan diperoleh jika suatu butir pernyataan

8
ditiadakan. Misalnya, P5 memiliki Alpha if Item Deleted sebesar 0.9237. Itu berarti
bahwa jika dilakukan analisis kembali tanpa menyertakan P5 maka koefisien reliabilitas
Alpha Cronbach yang akan diperoleh adalah sebesar 0.9237.
Kita perlujuga memperhatika bahwa AlphaifItem Deleted yang terbesar terdapat
pada P5. Hal itu dapat dimengerti karena butir pernyataan P5 memiliki koefisien
validitas konvergen yang paling kecil, sebagaimana terdapat pada Tabel 2. Jika kita
menggunakan LISREL makakoefisien reliabilitas tiap butir pernyataan dapat diperoleh
dan ditunjukkan dengan koefisien determinasi (R?) pernyataan itu (Jöreskog dan
Sörbom, 1993). Koefisien reliabilitas tiap pernyataan pada contoh di atas dengan
menggunakan program LISREL terdapat pada Tabel 5. Dari tabel itu dapat diketahui
bahwa koefisien reliabilitas pernyataan-pernyataan itu bergerak dari 0.11 (P5) sampai
dengan 0.87 (P12). Mengenai besaran koefisien reliabilitas minimal agar dinyatakan
reliabel, berikut ini dikutip beberapa pendapat. Menurut Bagozzi dan Baumgartner
(sebagaimana dikutip oleh Bagozzi, ed., 1994), koefisie reliabilitas minimal suatu butir
pernyataan adalah sebesar 0.4. Dengan menggunakan hasil analisis pada Tabel 5, maka
ada 3 pernyataan yang tidak reliabel, yaitu P5, P6, dan P8.
Tabel 2. Reliabilitas Butir Pernyataan dengan LISREL

Buti R2 Buti R2 Butir R2


r r
P1 .77 P5 .11 P9 .75
P2 .48 P6 .25 P10 .79
P3 .40 P7 .78 P11 .49
P4 .74 P8 13 P12 .87

Koefisien reliabilitas konstrak (dimensi, faktor) minimal sebesar 0.6 agar


dinyatakan reliabel. Koefisien reliabilitas variabel minimal sebesar 0.7 agar disebut
reliabel (Fornell dan Larcker, 1981). Jika dikaitkan dengan hasil SPSS pada Tabel 4
maupun Tabel 5 dapat disimpulkan bahwa skala sikap yang dianalisis tergolong reliabel,
karena koefisien reliabilitas alphanya lebih besar daripada 0.7. Pendapat lainnya
menyatakan bahwa reliabilitas komposit harus berada antara 0.60 dan 0.80 dengan AVE
(Average Variance Extracted) minimal sebesar 0.50 agar disebut reliabel. Pendapat ini
didasarkan pada hasil analisis faktor dalam konteks SEM (Structural Equation

9
Modeling), dan reliabilitasnya dihitung dengan rumus Wertz, Linn, dan Jöreskog; bukan
dengan Alpha Cronbach. Hasil penerapannya pada contoh di atas terdapat pada Tabel 6.
Jadi, skala sikap tersebut tergolong reliabel karena koefisien reliabilitasnya lebih besar
daripada 0.8.
Tabel 3. Reliabilitas Kostrak (Variabel) dengan LISREL

Butir R2 Butir
P1 .88 .23
P2 .69 .52
P3 .64 .60
P4 .86 .26
P5 .-34 .89
P6 .50 .75
P7 .88 .22
P8 .36 .87
P9 .87 .25
P10 ..89 .21
P11 .70 .51
P12 .93 .13
( Ʃʎ )2 /[ ( Ʃʎ )2 + ƩƟi ]=.9191

Sebagaimana dengan uji signifikansi atas koefisien validitas yang telah dijelaskan
di atas, uji signifikansi atas koefisien reliabilitas seharusnya dapat juga dilakukan.
Namun demikian, berdasarkan pengamatan selama ini, hal itu sangat jarang dilakukan
oleh para peneliti.10

D. Jenis-jenis Reliabilitas Instrumen Pengumpulan Data


a. Reliabilitas Tes-Retes
Reliabilitas tes-retes tidak lain adalah derajat yang menunjukkan konsistensi hasil
sebuah tes dari waktu ke waktu. Tes-retes menunjukkan variasi skor yang diperoleh dari
penyelenggaraan satu tes yang dilakukan dua kali atau lebih, sebagai akibat kesalahan
10
Lerbin R., Aritonang R., Validitas Dan Reliabilitas Butir Instrumen, dalam Akademika Jurnal
Pei{Didikaii Universitas Tarumanagara, Volume 10. No.2, ISSN: 1411-2159, Desember 2OO8 h. 168-
172.

10
pengukuran. Dengan kata lain, kita tertarik dalam mencari kejelasan bahwa skor
seseorang mencapai suatu tes pada waktu tertentu adalah sama hasilnya, ketika orang
tersebut dites lagi dengan tes tersebut. Dengan melakukan tes-retes tersebut kita
mengetahui sejauh mana konsistensi suatu tes mengukur dengan apa yang ingin di ukur.
Reliabilitas tes-retes ini penting, khususnya ketika digunakan untuk menentukan
prediktor, misalnya tes kemampuan. Tes kemampuan tidak akan bermanfaat, jika
ternyata menunjukkan hasil yang selalu berubah-rubah secara signifikan saat diberikan
kepada responden. Penentu pemakaian reliabilitas tes-retes ,juga tepat ketika bentuk
alterntif lainnya tidak ada, dan ketika tampak bahwa orang yang mengambil tes kedua
kalinya tidak ingat atas jawaban tes yang pertama. Para pengambil tes pada umumnya
akan terus mengingat jawabannya, jika item-item yang ada banyak mengandung faktor
sejarah, dibanding bentuk jawaban item ilmu pengetahuan aljabar misalnya.
Reliabilitas tes-retes dapat dilakukan dengan cara seperti berikut :
 Selenggarakan tes pada grup yang tepat sesuai dengan rencana.
 Setelah selang waktu tertentu , misalnya satu minggu atau dua minggu, lakukan
kembali penyelenggarakan tes yang sama dengan grup yang sama tersebut.
 Korelasikan hasil tes tersebut.
Tes-retes juga mempunyai beberapa permasalahan. Di antaranya permasalahan
tersebut, yaitu faktor waktu tenggang yang diambil ketika dilakukan tes pertama dengan
tes kedua. Jika interval waktu terlalu pendek maka mahasiswa memiliki kesempatan
untuk mengingat jawaban dalam tes, sehingga tes yang kedua dapat dipastikan lebih
baik, karena faktor resistansi atau sia-sia hafalan yang terjadi pada subjek pelaku. Jika
interval waktu terlalu panjang, kemampuan para pelaku yang mengikuti tes mungkin
bertambah, karena dua kemungkinan, yaitu faktor maturasi atau kedewasaan dan faktor
intervensi dari faktor belajar para subyek.
Faktor-faktor tersebut menjadikan konsistensi tes cenderung artifsial dan rendah.
Mengenai interval waktu yang baik antara tes pertama dengan tes berikutnya diberikan
kepada subjek pelaku pilot study, (Gay, 1983, dalam Sukardi, 2007) memberikan
referensi bahwa satu hari terlalu pendek, sebaliknya satu bulan terlalu panjang. Oleh
karena itu, selisih waktu pemberian tes melalui tes-retes diantara satu atau dua minggu.

11
b. Reliabilitas Bentuk Ekuivalensi
Sesuai dengan namanya, yaitu ekuivalen maka tes yang hendak diukur
reliabilitasnya dibuat identik. Setiap tampilannya, kecuali subtansi item yang ada dapat
berbeda. Kedua tes tersebut sebaiknya mempunyai karakteristik sama. Karakteristik
yang dimaksud termasuk, misalnya: mengukur variabel yang sama, mempunyai jumlah
item sama, struktur sama, mempunyai tingkatan kesulitan dan mempunyai petunjuk,
cara skoring, dan interpretasi yang sama.
Dari semua kondisi yang direncanakan secara ekuivalen di atas idealnya jika grup
yang sama mengambil dua tes tersebut maka rerata skor maupun variabilitas skor yang
dicapai dari kedua tes yang diambil mestinya sama. Jika dikehendaki, sebenarnya kita
dapat memilih, mengambil sampel, dan item yang berbeda dari ranah tingkah laku yang
sama. Yang perlu diperhatikan mestinya adalah dalam hal apakah skor tergantung item
pilihan atau pada penampilan atas item-item yang dapat digeneralisasi pada lainnya.
Jika item terpilih baik dan setiap setnya menggambarkan ranah yang setaraf maka
penggambaran tersebut mestinya benar.
Reliabilitas ekuivalen, pada umumnya juga menggambarkan bentuk konsistensi
alternatif, yang dapat mmenunjukkan variasi skor yang terjadi dari bentuk tes satu
dengan bentuk lainnya. Tetapi juga perlu diingat bahwa pengambilan tes reliabilitas
ekuivalen ini akan dapat mencapai hasil yang tepat, jika pengambilan tes hafal terhadap
jawaban tes yang dibuat dalam sesi pertama, sehingga mereka dapat menjawab kembali
tes yang kedua. Ketika dua bentuk alternatif tes tersedia , yang perlu diketahui dari
kedua tes adalah berapa reliabilitas ekuivalensi. Hal ini perlu diyakinkan kembali agar
terjadi bahwa skor seseorang tidak akan dipengarui oleh cara mengadministrasi tes
tersebut.
Implikasi dari analisis di atas ialah bahwa sebuah tes diberikan lebih dari satu kali
pada grup yang sama. Pertama tes diberikan pada grup sebagai proses dan setelah selang
waktu tertentu diberikannya untuk yang kedua kalinya sebagai post- tes. Hal lain yang
perlu diketahui yaitu bahwa ada kemungkinan pengaruh kegiatan intervening, ketika
mengukur suatu hal yang esensinya sama dengan menggunakan tes sama.
Langkah-langkah proses melaksanakan tes reliabilitas secara ekuivalen yaitu:
 Tentukan subjek sasaran yang hendak dites.

12
 Lakukan tes yang dimaksud kepada subjek sasaran tersebut.
 Administrasi hasilnya secara baik.
 Dalam waktu yang tidak terlalu lama, lakukan pengetesan untuk yang kedua
kalinya pada grup terebut.
 Korelasikan kedua hasil tes skor.
Jika hasil koefisien ekuivalen tinggi, berarti tes memiliki reliabilitas ekuivalen baik.
Sebaiknya apabila ternyata bahwa koefisienya rendah maka reliabilitas ekuivalen tes
rendah. Reliabilitas ekuivalen merupakan salah satu bentuk yang dapat diterima dan
umum dipakai dalam penelitian terutama penelitian pendidikan.yang perlu juga di
ketahui para peneliti adalah bahwa tes ekuivalen mempunyai kelemahan yaitu bahwa
membuat dua buah tes yang secara esensial ekuivalen adalah sulit. Akibatnya akan
selalu muncul terjadinya kesalahan pengukuran.

c. Reliabilitas Belah Tengah


Reliabilitas belah tengah tergolong dalam jenis reliabilitas yang berdasarkan
konsistensi internal dari instrumen pengukuran. Reliabilitas ini diperlukan jika tes
sangat panjang. Prosedur menentukan reliabilitas belah tengah meliputi langkah-
langkah:
 Berikan seluruh tes pada satu kelompok.
 Bagi tes kedalam dua bagian yang sama, dalam bentuk subtes, setengah bagian
pertama berisi item-item yang ganjil, sedangkan item-item yang genap pada
setengah bagian kedua.
 Hitung skors setiap obyek pada kedua sub bagian dimana setiap subjek
mendapat mendapat 2 skor, 1 skor untuk item ganjil, dan 1 skor untuk item
genap.
 Korelasikan 2 skor himpunan itu.
 Hasil korelasi ialah koefisien konsistensi internal, yang bila tingi berarti
instrument itu mempunyai reliabilitas yang tinggi.

d. Reliabiltas Ekuivalen Rasional


Reliabilitas ini tergolong juga dalam reliabilitas berdasarkan konsistensi internal.
Reliabilitas ini diperoleh dengan cara menghitung konsistensi internal dengan

13
menentukan bagaimana semua item-item saling berhubungan dan berhubunga denga tes
secara keseluruhan. Reliabilitas ekuivalen rasional menggunakan rumus Kuder-
Richardson:
2
k st −Ʃ pi qi
r i= { 2
}
(k−1) st
Keterangan:
r i = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir soal
s2t = varians soal
pi = proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir (proporsi subjek yang
mendapat skor 1)
banyaknya subjek yang skor 1
pi =
N
q i = 1- pi

14
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Bila dikaji secara umum, persyaratan minimal yang lazim dimiliki oleh instrumen
yang dibuat adalah alat ukurnya harus memiliki minimal dua keunggulan, yakni
validitas dan reliabilitas. Validitas dan reliabilitas lazim diperlukan bila instrumen yang
dibuat merupakan instrumen baru dan belum pernah digunakan oleh peneliti-peneliti
terdahulu. Karena biasanya instrumen baru secara umum belum memiliki validitas dan
reliabilitas. Validitas dan reliabilitas lazim diujikan jika instrumen baru itu masih belum
memiliki validitas dan reliabilitas yang belum terukur. Dengan demikian, jika alat ukur
yang digunakan mampu memberikan informasi yang sesungguhnya tentang apa yang
kita inginkan untuk diukur dinamakan valid. Atau dengan kata lain, instrumen yang
dipakai dalam penelitian memiliki validitas yang baik.
Pengukuran ialah penetapan bilangan kategori respon atau variable, Instrumen
ialah alat yang dipakai untuk mendeteksi data, mengukur frekuensi dan besarnya
fenomena. Sedangkan validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi
pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Jenis-jenis
validitas yaitu:
 Validitas berdasarkan cara pengujiannya:
a. Validitas internal
b. Validitas eksternal
 Validitas berdasarkan cara menetapkannya:
a. Validitas logis
b. Validitas empiris
 Validitas berdasarkan tujuannya:
a. Validitas isi (content validity)
b. Validitas konstruk (construc validity)
c. Validitas konkuren (concurrent validity)
d. Validitas prediksi (predictive validity)
Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan.
Jenis-jenis reliabilitas yaitu:

15
 Reliabilitas tes-retes
 Reliabilitas bentuk ekuivalensi
 Reliabilitas belah tengah
 Reliabilitas ekuivalensi rasional

16
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal, 2017, “Kriteria Instrumen dalam suatu Penelitian”, dalam Jurnal
THEOREMS (The Original Research of Mathematics), Vol. 2 No. 1, p-ISSN: 2528-
102X e-ISSN: 2541-4321.
Arikunto,  Suharsimi, 2003, Prosedur Penelitian, Suatu Praktek. Bina. Aksara, Jakarta.
Hayati, Salma, 2016, “Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Pengetahuan Pembelajaran
Aktif, Kreatif Dan Menyenangkan (Pakem) Menggunakan Model Rasch”, dalam
Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, VOL. 16, NO. 2, 169-179.
Matondang, Zulkifli. 2009, “Validitas Dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian”
dalam Jurnal Tabularasa Pps Unimed Vol. 6 No. 1.
R., Lerbin, Aritonang R., 2OO8, “Validitas Dan Reliabilitas Butir Instrumen, dalam
Akademika Jurnal Pei{Didikaii Universitas Tarumanagara, Volume 10. No.2,
ISSN: 1411-2159.
Ridwan dan Sunarto. 2013, Pengntar Statistika. Alfabeta, Bandung.
Sudjana, 2004, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Rosda, Bandung.
Suryabrata, Sumadi, 2000,  Metode Penelitian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Suwendi, 2011, Modul Metode Penelitian, FITK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Yusup, Febrianawati, 2018, “Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Kuantitatif”, dalam Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 7 No. 1. p-
ISSN: 2088-6991 e-ISSN: 2548-8376 (17-23)

17

Anda mungkin juga menyukai