Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

VALIDITAS INSTRUMEN
(Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran)

Disusun Oleh:
SANTI WIRDA
20700121089

Dosen Pengampu :
Dr. Nursalam, S.Pd., M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga berbagai nikmat dan kemudahan yang dilalui penulis dalam
menyelesaikan makalah yang berjudul " Validitas” ini. Shalawat beserta salam
selalu tercurahkan kepada nabi kita Rasulullah Muhammad SAW beserta
keluarganya,sahabat sahabatnya dan kita sebagai umatnya hingga akhir zaman.

Saya selaku penulis makalah ini mengucapkan terima kasih yang tidak
terhingga kepada ibu Dr.Nursalam,S.Pd.,M.Si., selaku Dosen pengampu mata
kuliah Evaluasi Pembelajaran atas arahannya hingga penyelesaian makalah ini,
Orang Tua yang selalu mendoakan kelancaran tugas saya.

Dalam penyusunan makalah ini saya menyadari bahwa masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karenanya,diharapkan kritik maupun saran dari para pembaca yang
bersifat membangun sehingga penyusun dapat melakukan penyempurnaan pada
karya selanjutnya. Akhir kata saya ucapan terima kasih semoga Allah swt
senantiasa meridhoi segala usaha kita.Aamiin

Samata, Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan ..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................2
A. Definisi validitas ..........................................................................................2
B. Komponen Validitas .....................................................................................2
C. Cara Menentukan Validitas ..........................................................................7
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Validitas ..............................................8
E. Sumber Fakta Validitas ................................................................................9
BAB III PENUTUP ..............................................................................................14
A. Kesimpulan ................................................................................................14
B. Saran ...........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Data evaluasi yang baik sesuai dengan kenyataan disebut data valid. Agar
dapat diperoleh data yang valid ,maka alat dan instrumennya juga harus valid. Dan
jika pernyataan tersebut dibalik, instrument evaluasi dituntut untuk valid karena
diinginkan dapat diperoleh data yang valid, dengan kata lain instrumen evaluasi
dipersyaratkan valid agar hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi valid. Untuk
mengukur kesesuaian, efisiensi dan kemantapan (consistency) suatu alat penilaian
atau evaluasi dipergunakan bermacam-macam kualitas seperti validitas, keandalan,
objektivitas dan kepraktisan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa definisi dari Validitas?
2. Apa komponen validitas?
3. Bagaimana cara menentukan validitas?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi validitas?
5. Apa saja sumber fakta validitas?

C. Tujuan
Adapun rumusan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu validitas
2. Untuk mengetahui komponen validitas
3. Untuk menentukan validitas
4. Untuk mengetahui faktor -faktor yang mempengaruhi validitas
5. Untuk mengetahui sumber fakta validitas

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan
fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat
tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang
sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur
dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat
fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur.
Validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya
suatu tes, atau derajat kecermatan ukurnya sesuatu tes. Validitas suatu tes
mempermasalahkan apakah tes tersebut benar-benar mengukur apa yang
hendak diukur. Maksudnya adalah seberapa jauh suatu tes mampu
mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari obyek
ukur, akan tergantung dari tingkat validitas tes yang bersangkutan.
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang
dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Suatu tes yang
valid untuk tujuan tertentu atau pengambilan keputusan tertentu, mungkin tidak
valid untuk tujuan atau pengambilan keputusan lain.
Jadi validitas suatu tes, harus selalu dikaitkan dengan tujuan atau
pengambilan keputusan tertentu. Tes masuk di SMA misalnya harus selalu
dikaitkan dengan seberapa jauh tes masuk tersebut dapat mencerminkan
prestasi atau hasil belajar para calon peserta didik baru setelah belajar nanti.

B. Komponen Validitas
Konsep validitas tes dapat dibedakan atas tiga macam yaitu validitas isi
(content validity), validitas konstruk (construct validity), dan validitas empiris
atau validitas kriteria.
1) Validitas isi suatu tes mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes
mengukur tingkat penguasaan terhadap isi atau konten atau materi

2
tertentu yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran.
Dengan kata lain tes yang mempunyai validitas isi yang baik ialah tes
yang benar-benar mengukur penguasaan materi yang seharusnya
dikuasai sesuai dengan konten pengajaran yang tercantum dalam Garis-
garis Besar Program Pengajaran (GBPP).Validitas isi menunjukkan
sejauhmana pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu tes atau instrumen
mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional perilaku sampel
yang dikenai tes tersebut. Artinva tes itu valid apabila butir-butir tes itu
mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang diujikan atau yang
seharusnya dikuasai secara proporsional. Untuk mengetahui apakah tes
itu valid atau tidak, harus dilakukan melalui penelaahan kisi-kisi tes
untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah mewakili atau
mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang seharusnya dikuasai
secara proporsional. Oleh karena itu validitas isi suatu tes tidak
mempunyai besaran tertentu yang dihitung secara statistika tetapi
dipahami bahwa tes itu sudah valid berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Oleh
karena itu, validitas isi sebenarriya mendasarkan pada analisis logika,
tidak merupakan suatu koefisien validitas yang dihitung secara statistika.
2) Validitas konstruk (construct validity) adalah validitas yang
mempermasalahkan seberapa jauh butir-butir tes mampu mengukur apa
yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau
definisi konseptual yang telah ditetapkan. Validitas konstruk biasa
digunakan untuk instrumen yang dimaksudkan mengukur variabel
konsep, baik yang sifatnya performansi tipikal seperti instrumen untuk
mengukur sikap, minat konsep diri, lokus kontrol, gaya kepemimpinan,
motivasi berprestasi, dan lain-lain, maupun yang sifatnya performansi
maksimum seperti instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat),
inteligansi (kecerdasan intelektual), kecerdasan, emosional dan lain-lain.
Untuk menentukan validitas konstruk dilakukan proses penelaahan
teoretik dari suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, mulai dari
perumusan konstruk, penentuan dimensi dan indikator, sampai kepada

3
penjabaran dan penulisan butir-butir instrumen. Perumusan, konstruk
harus dilakukan berdasarkan sintesis dari teori-teori mengenai konsep
variabel yang hendak diukur melalui proses analisis dan komparasi yang
logik dan cermat.
Tujuan lain dalam menentukan validitas konstruk adalah
berhubungan dengan pengembangan dan perbaikan teori pendidikan
dan psikologi. Observasi empiris (pengukuran) memberikan data input
untuk mengklarifikasi dan mendefinisikan teori. Teori yang
mengungkap bahwa frustasimenghasilkan agresi harus memiliki
beberapa cara dalam mengukur frustasi dan agresi tersebut. Jika
perbedaan pengukuran frustasi berhubungan secara positif dan tinggi,
hal ini menunjukkan bahwafrustasiadalah suatu perlakuan tunggal
walaupun diukur denganpendekatan yang berbeda. Dalam beberapa
cara panjangdapat diukur dengan instrumen yang berbeda. Seseorang
menunjukkan tidak frustasi dan juga tidak agresif. Para ahli teori
memperoleh informasi sebanyak mungkin untuk memahami makna
hipotesis konstruk. Peristiwa akan mendukung atau gagal mendukung
konstruk tetapi tidak dapat membuktikan proposisi yang diberikan.
Peristiwa lain diperoleh berdasarkan kondisi yang berbeda dan dengan
subjek yang berbeda dapat diperoleh beberapa modifikasi konstruk.
Tes kepribadian dan intelegensi secara khusus dilakukan untuk
mengukur konstruk teoritik atau perlakuan. Misalnya teori intelektual
dapat memberi dukungan jika tes dikembangkan untuk mengukur
perilaku apa saja dari teori yang diprediksi. J.P. Guilford (1967)
mempunyai hipotesis bahwa intelegensi terdiri dari 120 kecakapan dan
dia telah melakukan penelitian yang luas untuk membuktikan hal
tersebut. Beberapa peristiwa mempunyai korelasi yang rendah, dan
peristiwa lain mencakup perbandingan prestasi siswa sebagai tes
prediksi yang diperoleh dari teori Guilford dan berbagai pertimbangan
teori lain. Dalam penelitian itu IP dan skor pada tes matematika
(aljabar) digunakan sebagai kriteria. Keith Holy dan William Michael

4
(1972) menemukan bahwa tes konstruk berdasarkan teoriGuilford
merupakan prediktor yang konsisten terhadap dua kriteria tersebut dan
menghemat waktu untuk mengadministrasinya. Untuk memperjelas
makna intelegensi beberapa penelitian harus dilakukan menggunakan
tes dan kriteria lain untuk mengukur aspek-aspekyang berbeda.
Umumnya proses validitas konstruk mencakup minimal 6 langkah :
1. Justifikasi eksplisit bahwa konstruk adalah penting dalam
pendidikan atau psikologi. Mengembangkan konstruk yang tidak
berhungan dengan teori atau pengembangan praktek mencakup
tujuan tertentu. Untuk menjustifikasi kebutuhan teori intelektual
Guilford (1959) telah mendemonstrasikan nilai integrasi teori
intelegensi dan menunjukkan implikasi teori tersebut terhadap teori
psikologi, tes kejuruan dan praktek pendidikan.
2. Perbedaan harus dibuat antara hipotesis konstruk dan konstruk lain
walaupun nampak sama. Misalnya Guilford menyebut “kreatifitas”
lebih baik didefinisikan berpikir difergen. Berpikir divergen bukan
berarti mengukur usaha yang dipertahankan tetapi justru lebih
mempertimbangkan hal-hal yang logis. Siswanto 116
3. Hipotesis konstruk harus terukur. Teori Guilford tentang postulat
intelektual bahwa terdapat perbedaan pengukuran antara “bilangan”
dan “simbolik” dalam berpikir divergen. Berpikir divergen bilangan
membutuhkan konstruksi tes yang mengukur variasi dari perbedaan
respons terhadap ukuran, warna, bentuk, lokasi, dan susunan.
Sebaliknya berpikir divergen simbolik membutuhkan penggunaan
huruf, angka, atau simbol-simbol konvensional lain. Tes-tes yang
digunakan untuk mengukur berbagai konstruk hipotesis telah
disusun oleh Guilford.
4. Bukti/keterangan haruslah diperoleh dari sumber yang berbeda,
untuk mendukung konstruk. Biasanya investigator mencoba
mengembangkan tes-tes yang berbeda, yang secara independen
mengukur trait yang sama. Sebagai contoh : Figural divergent

5
thinkingharus bisa diukur oleh tes-tes yang berbeda, yang
mempunyai ukuran, warna, bentuk, lokasi dan tekstur yang sama.
Jika tes-tes yang berbeda semua mengukur konstruk yang sama,
maka konstruk tersebut mempunyaivaliditas convergent(Campbell
& Fiske, 1959).
5. Bukti/keterangan haruslah diperoleh untuk memperlihatkan bahwa
konstruk tidak berkorelasi dengan faktor-faktor yang tidak relevan.
Konstruk harus mempunyai validitasdiscriminant. Sebagai contoh :
Sebuah tes atas pemikiran yang berbeda/ baru, haruslah tidak
berkorelasi dengan kuat/ positif, dengan sebuah pengukuran atas
kekakuan, karena kedua trait tersebut secara logis bertentangan.
Memperlihatkan apa yang tidak digambarkan sebuah konstruk, sama
pentingnya dengan memperlihatkan apa yang digambarkannya.
6. Konstruk dimodifikasi sesuai dengan informasi tambahan. Ketika
bukti/ keteranganbaru terkumpul, investigator harus memodifikasi
sifat-sifat dari konstruk tersebut. Kapan pun konstruk tidak efisien/
gagal memprediksi suatu hipotesa, konstruk tersebut memerlukan
modifikasi. Bukti/ keterangan baru akan memodifikasi harapan-
harapan, yang pada gilirannya menyarankan kepada investigator,
pendekatan-pendekatan baru untuk diikuti. (Siswanto 2014)
3) Validitas empiris sama dengan validitas kriteria yang berarti bahwa
validitas ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internal maupun
kriteria eksternal. Validitas empiris diperoleh melalui hasil uji coba tes
kepada responden yang setara dengan responden yang akan dievaluasi
atau diteliti. Kriteria internal adalah tes atau instrumen itu sendiri yang
menjadi kriteria, sedang kriteria eksternal adalah hasil ukur instrumen
atau tes lain di luar instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria. Ukuran
lain yang sudah dianggap baku atau dapat dipercaya dapat pula dijadikan
sebagai kriteria eksternal. Validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria
internal disebut validitas internal sedangkan validitas yang ditentukan
berdasarkan kriteria eksternal disebut validitas eksternal.

6
C. Cara Menentukan Validitas
Analisis validitas menggunakan Skala Likert. Skala likert adalah skala yang
dapat digunakan untuk mengukur pendapat seseorang tentang suatu variable
(Riduwan, 2009). Teknik analisis validitas produk yang dikembangkan
menggunakan rumus Aiken’s V. Analisis validitas menggunakan Skala Likert
dengan langkah-langkah:
a. Memberikan skor untuk setiap item jawaban sangat setuju (4), setuju(3),
tidak setuju (2), dan sangat tidak setuju (1).
b. Menjumlahkan skor total tiap validator untuk seluruh indikator.
c. Pemberian nilai validitas dengan cara menggunakan rumus Aiken’s V
yaitu:
∑𝑠
𝑉=
[𝑛(𝑐 − 1)]
Dimana :
𝑠 = 𝑟 − 𝐼0
Keterangan:
𝐼0 = Angka penilaian validitas yang terendah (dalam hal ini = 1),
c = Angka penilaian validitas yang tertinggi (dalam hal ini = 4),
r = Angka yang diberikan oleh validator.
n = jumlah responden
Kategori validitas dari buku teks yang dikembangkan dapat dilihat
sebagaimana Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Kategori Validitas
No. Nilai Kriteria

1 ≥ 0,6 Valid

2 < 0,6 Tidak Valid

(Sumber: Azwar, S., 2015)

7
Berdasarkan Tabel 1 diatas, hasil perhitungan dengan teknik penilaian
validitas menggunakan rumus AikenV dapat ditentukan. (Fitria 2019)

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Validitas


Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes evaluasi tidak valid.
Beberapa faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menurut
sumbernya, yaitu faktor internal dari tes, faktor eksternal tes, dan faktor yang
berasal dari responden yang bersangkutan (Sukardi, 2008).
1) Faktor yang berasal dari dalam tes
a. Arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas sehingga dapat
mengurangi validitas tes
b. Kata-kata yang digunakan dalam struktur instrument evaluasi, tidak
terlalu sulit
c. Item tes dikonstruksi dengan jelas.
d. Tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran
yang diterima siswa.
e. Waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini termasuk kemungkinan
terlalu kurang atau terlalu longgar.
f. Jumlah item terlalu sedikit sehingga tidak mewakili sampel
g. Jawaban masing-masing item evaluasi bisa diprediksi respond
2) Faktor yang berasal dari administrasi dan skor tes.
a. Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga responden dalam
memberikan jawaban dalam situasi tergesa-gesa.
b. Adanya kecurangan dalam tes.
c. Pemberian petunjuk dari dari pengawas yang tidak dapat dilakukan
pada semua responden.
d. Teknik pemberian skor yang tidak konsisten.
e. Responden tidak dapat memngikuti arahan yang diberikan dalam tes
baku.
f. Adanya joki (orang lain bukan siswa) yang masuk dalam menjawab
item tes yang diberikan.

8
3) Faktor yang berasal dari jawaban responden.
Seringkali terjadi bahwa interpretasi terhadap item-item tes evaluasi
tidak valid, karena dipengaruhi oleh jawaban responden dari pada
interpretasi item-item pada tes evaluasi.
E. Sumber Fakta Validitas
1. Membuktikan Validitas Isi
Validitas isi ditentukan menggunakan kesepakatan ahli. Kesepakatan ahli
bidang studi atau sering disebut dengan domain yang diukur menentukan tingkatan
validitas isi (content related). Hal ini dikarenakan instrumen pengukuran, misalnya
berupa tes atau angket dibuktikan valid jika ahli (expert) meyakini bahwa bahwa
instrumen tersebut mengukur penguasaan kemampuan yang didefinisikan dalam
domain ataupun juga konstruk psikologi yang diukur. Untuk mengetahui
kesepakatan ini, dapat digunakan indeks validitas, diantaranya dengan indeks yang
diusulkan oleh Aiken (1980; 1985; Kumaidi, 2014). Indeks validitas butir yang
diusulkan Aiken ini dirumuskan sebagai berikut:
∑𝑠
𝑉= . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1.1)
𝑛(𝑐 − 1)
dengan V adalah indeks kesepakatan rater mengenai validitas butir; s skor
yang ditetapkan setiap rater dikurangi skor terendah dalam kategori yang dipakai
(𝑠 = 𝑟 – 𝐼𝑜 , dengan r = skor kategori pilihan rater dan lo skor terendah dalam
kategori penyekoran); n banyaknya rater; dan c banyaknya kategori yang dapat
dipilih rater.
Berdasarkan pendapat tersebut, indeks Aiken V merupakan indeks
kesepakatan rater terhadap kesesuaian butir (atau sesuai tidaknya butir) dengan
indikator yang ingin diukur menggunakan butir tersebut. Jika diterapkan untuk
instrument pengukuran, menurut seorang rater maka n dapat diganti dengan m
(banyaknya butir dalam satu instrumen). Indeks V ini nilainya berkisar diantara 0-
1. Dari hasil perhitungan indeks V, suatu butir atau perangkat dapat dikategorikan
berdasarkan indeknya. Jika indeksnya kurang atau sama dengan 0,4 dikatakan
validitasnya kurang, 0,4-0,8 dikatakan validitasnya sedang, dan jika lebih besar dari
0,8 dikatakan sangat valid.

9
Cara lain membuktikan validitas isi dengan kesepakatan ahli adalah dengan
menggunakan indeks kesepakatan ahli yang disarankan oleh Gregory (2007).
Indeks ini juga berkisar diantara 0-1. Dengan membuat tabel kontingensi pada dua
ahli, dengan kategori pertama tidak relevan dan kurang relevan menjadi kategori
relevansi lemah, dan kategori kedua untuk yang cukup relevan dan sangat relevan
yang dibuat kategori baru relevansi kuat. Indeks kesepakatan ahli untuk validitas isi
merupakan perbandingan banyaknya butir dari kedua ahli dengan kategori relevansi
kuat dengan keseluruhan butir Ada hal lain yang perlu diperhatikan terkait dengan
validitas isi. Keterwakilan indikator dari domain yang akan diukur benar-benar
perlu menjadi perhatian. Beberapa ahli menggolongkan hal ini sebagai validitas
logis. Kebenaran konsep yang dinyatakan dalam instrumen merupakan hal yang
dapat dijadikan kriteria dan bahan pertimbangan untuk mengisi skor dalam format
penilaian. Jika instrumen berbentuk pilihan ganda, maka keberadaan kunci
jawaban, keberfungsian distraktor, format penulisan, keterbacaan butir,dan juga
berfungsinya gambar atau tabel juga dapat dijadikan pertimbangan. Beberapa ahli
mengategorikan ini sebagai validitas kenampakan (face validity).
2. Membuktikan Validitas Konstruk
Cara kedua pembuktian validitas interpretasi skor hasil pengukuran adalah
dengan membuktikan kebermaknaan skor hasil pengukuran (meaningfulness). Cara
ini oleh Popham (1995) disamakan dengan pembuktian construct related validity.
Proses pembuktiannya dapat dilakukan dengan membuktikan bahwa konstruk
instrumen memang ada (exists) dan kemudian dibuktikan hasil pengukurannya
secara empiris. Pendapat tersebut juga didukung Kumaidi (2014). Pendekatan yang
dipilih berupa pembuktian bahwa konstruk yang dihipotesiskan dapat dikonfirmasi
keberadaannya. Analisis yang banyak digunakan antara lain dengan analisis faktor
eksploratori (exploratory factor analysis, EFA) maupun konfirmatori (confirmatory
factor analysis, CFA).
Dalam suatu penelitian, biasanya digunakan instrument yang melibatkan
butir-butir yang banyak. Untuk memahami data seperti ini, biasanya digunakan
analisis faktor. Analisis faktor digunakan untuk mereduksi data, dengan
menemukan hubungan antar variabel yang saling bebas (Stapleton, 1997), yang

10
kemudian terkumpul dalam variable yang jumlahnya lebih sedikit untuk
mengetahui struktur dimensi laten (Anonim, 2001; Garson, 2006) , yang disebut
dengan faktor. Faktor ini merupakan variable yang baru, yang disebut juga dengan
variable latent, variable konstruk dan memiliki sifat tidak dapat diketahui langsung
(unobservable). Analisis faktor dapat dilakukan dengan dua cara, yakni analisis
faktor eksploratori (eksploratory factor analysis) dan analisis faktor confirmatory
(confirmatory faktor analysis).
3. Membuktikan Validitas Kriteria
Membuktikan validitas kriteria merupakan cara ketiga dalam membuktikan
validitas. Validitas ini dibuktikan dengan melihat kebermanfaatan dari interpretasi
skor hasil pengukuran (usefulness). Pendekatan yang dipakai dapat dalam bentuk
criterion-related validation (Popham, 1995). Pada pembuktian validitas dengan cara
ini, diperlukan skor hasil pengukuran menggunakan instrumen lain yang lebih
terstandar. Misalnya ketika membuktikan validitas tes bahasa Inggris, digunakan
tes bahasa Inggris yang lebih terstandar sebagai kriterianya, misalnya TOEFL atau
IELTS yang telah diakui di seluruh dunia. Pendekatan analisisnya sering
menggunakan yakni analisis dengan korelasi, misalnya korelasi product-moment.
Jika kriteria yang telah ada saat skor penilaian diperoleh atau rentang waktu
perolehan kedua data tidak terlalu lama, maka validasinya bersifat konkuren
sehingga sering disebut dengan concurrent validity. Jika kriteria keberhasilan
ditunggu beberapa lama, misalnya kurun waktu tertentu, maka validasinya bersifat
prediktif, sehingga sering disebut dengan predictive validity. Pendekatan korelasi
ini perlu dikoreksi terlebih dahulu, yang dalam psikometri disebut rumus
“correction for attenuation” (Allen & Yenn, 1979). Koreksi atenuasi merupakan
koreksi terhadap ketidakreliabelan pengukuran konstruk dan kriterianya.
Validitas kriteria diketahui dengan mengestimasi korelasi skor tes peserta
dengan skor kriteria. Korelasi ini disebut dengan koefisien validitas (Linn &
Gronlund, 1995), yang menyatakan derajat hubungan antara prediktor dengan
kriteria. Salah satu manfaat dengan adanya validitas kriteria yakni dapat
memprediksikan suatu skor kemampuan ke skor kriteria dalam rangka

11
memprediksikan kemampuan atau performen peserta tes. Prediksi ini dilakukan
melalui persamaan regresi.
Ada dua macam regresi yang dapat digunakan. Model yang pertama yakni
regresi sederhana atau regresi tunggal, dengan prediktor hanya satu variabel saja
(Pedhazur, 1973, Kleinbaum, dkk.,1988; Walpole, dkk., 2002). Model ini dituliskan
dengan
𝑌 ˆ = 𝑏0 + 𝑏1 𝑋 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1.2)
dengan Y ˆ merupakan hasil prediksi, 0 b konstanta, 1 b koefisien prediktor, dan X
merupakan prediktor.
Model yang kedua yakni regresi ganda, dengan prediktor lebih dari satu variabel.
Pada kasus kedua ini, digunakan jika tes terdiri dari beberapa subtes, dan prediktor
merupakan jumlahan skor dari subtes-subtes yang berada dalam seperangkat tes.
Model regresi ganda dengan dua prediktor disajikan pada persamaan 2.
𝑌 ˆ = 𝑏0 + 𝑏1 𝑋1 + 𝑏2 𝑋2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1.3)
dengan 𝑌 ˆ merupakan hasil prediksi, 𝑏0 konstanta, 𝑏1 koefisien prediktor pertama,
𝑋1 prediktor pertama, 𝑏2 koefisien prediktor kedua, dan 𝑋2 merupakan prediktor
kedua. Kedua model ini belum dibandingkan yang paling akurat, untuk
memprediksikan skor kriteria kemampuan peserta tes.
4. Praktek pembuktian validitas yang keliru
Di masyarakat ilmiah, seperti pada laporan penelitian, skripsi, maupun tesis,
ada beberapa praktek pembuktian validitas yang belum memenuhi definisi validitas
yang telah dipaparkan sebelumnya. Kumaidi (2014) menyatakan bahwa
“......banyak praktik pembuktian validitas yang dilakukan oleh mahasiswa atau
peneliti yang sebenarnya belum memenuhi definisi validitas. Pendekatan ini tentu
perlu dipertanyakan dan sebaiknya ditinggalkan dan dihindari. Pendekatan yang
harus dihindari yang dimaksudkan adalah pembuktian validitas yang didasarkan
pada analisis butir (item analysis), terutama pemakaian koefisien korelasi skor butir
dan skor total tes (𝑟𝑖𝑥 ).”
Berdasarkan pernyataan tersebut, membuktikan validita butir dengan
menghitung korelasi butir dengan total perlu dihindari. Lebih lanjut Kumaidi (2004)
menguraikan ketidaktepatan pemakaian korelasi product-moment (𝑟𝑖𝑥 ) ini sebagai

12
indeks validitas butir sebagai sebuah kekeliruan dan perlu dihindari. Alasan yang
dikemukakan 𝑟𝑖𝑥 hanya merupakan (1) indeks daya beda butir; (2) bagian dari
indeks reliabilitas butir; dan (3) homogenitas item (dalam satu set tes atau
instrumen). Alasan 𝑟𝑖𝑥 dipakai sebagai indeks validitas dengan menggunakan
internal criterion dikarenakan kesulitan menemukan external criterion tidak dapat
diterima, karena dengan menggunakan internal criterion 𝑟𝑖𝑥 lebih dekat ke analisis
reliabilitas dibanding kepada analisis validitas.
Terkait dengan pernyataan-pernyataan tersebut, kesalahan pembuktian
validitas yang sering terjadi di dunia akademis maupun penelitian pada umumnya
adalah membuktikan validitas dengan menghitung korelasi butir dengan total.
Demikian pula halnya dengan istilah, yang sering digunakan yakni menguji
validitas. Seharusnya, berdasarkan pendapat ahli, terminologi yang betul adalah
membuktikan validitas, bukan menguji validitas. Adapun caranya, pembuktian
validitas yang sesuai dengan definisi validitas, perlu digarisbawahi terbuktinya
validitas isi, konstruk, dan kriteria. Dalam suatu penelitian, validitas isi dapat
dibuktikan melalui ahli yang menilai relevansi tiap butir instrumen kemudian hasil
penilaian ini digunakan untuk menghitung indeks kesepakatan ahli dengan indeks
Aiken atau indeks Gregory. Validitas konstruk dapat dibuktikan dengan analisis
faktor, baik eksploratori maupun konfirmatori. Validitas kriteria dapat dibuktikan
dengan mengetahui besarnya korelasi antara skor responden yang diperoleh dengan
instrumen tersebut terhadap skor yang dianggap sebagai kriteria.(Retnawati 2015)

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan
fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat
tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang
sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur
dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat
fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur.
Konsep validitas tes dapat dibedakan atas tiga macam yaitu validitas isi
(content validity), validitas konstruk (construct validity), dan validitas empiris
atau validitas kriteria.

B. Saran

Saya sebagai penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat


membangun dari pembaca,guna untuk memperbaiki karya-karya lainnya atau
penulisan makalah yang lain di masa depan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Kesehatan Dunia. (2016). Makalah Uji Validitas (pengertian dll).


https://jawarakesehatan.blogspot.com/2016/12/makalah-uji-validitas-
pengertian-dll.html#

Matondang, Z. (2009). Validitas dan reliabilitas suatu instrumen penelitian. Jurnal


tabularasa, 6(1), 87-97.

Fitria, Radha. 2019. “Pengembangan Bahan Ajar Fisika Validitas, Reliabelitas,


Praktikalitas, Dan Efektifitas Bahan Ajar Non-Cetak.” Proceedings of the
Institution of Mechanical Engineers, Part J: Journal of Engineering Tribology
224 (11): 122–30.

Retnawati, Heri. 2015. “Membuktikan Validitas Instrumen.” Evaluation-Edu.Com.


http://evaluation-edu.com/2014/10/06/membuktikan-validitas-instrumen/.

Siswanto, Siswanto. 2014. “Validitas Sebagai Alat Penentuan Kehandalan Tes


Hasil Belajar.” Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia 6 (1): 107–17.
https://doi.org/10.21831/jpai.v6i1.1795.

15

Anda mungkin juga menyukai