Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

EVALUASI PEMBELAJARAN SD
“ VALIDITAS ”

Dosen Pengampu: Sarwati, M. Pd.

Disusun Oleh Kelompok 8:

1. Septiana Arjunsani (200102114)


2. Zani Isti Hariani (200102320)
3. Novema Muhannah (200102298)
4. Hayatunnisa (200102287)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN (FIP)
UNIVERSITAS HAMZANWADI
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan panulisan
makalah yang berjudul “Validitas” dengan baik dan tepat waktu. Selawat beriringkan salam
juga tidak lupa kita sampaikan kepada Nabi kita Muhammad SAW, karena dengan berkat
kegigihan dan kesabaran beliaulah kita dapat menuntut ilmu pengetahuan seperti sekarang
ini.

Tidak lupa kami juga ucapkan terimakasih kepada Ibu Dosen Pengampu Mata Kuliah
Evaluasi Pembelajaran SD, yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan
maupun isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun sehingga kami dapat berkarya dengan lebih baik di masa
yang akan datang.

Akhirnya dengan satu harapan dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami khususnya dan bagi rekan-rekan pembaca umumnya.

Amiin Yarabbal ‘alamin.

Pancor, 26 Maret 2022

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..…………..i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… ……ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………………...
…….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………...…
2
C. Tujuan ……………………………………………………………………….......……2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Validitas………………………………………………………………...…….3
B. Macam-macam Validitas …………………………………..………………..….……. 4
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Validitas ……………………………….…………
8
D. Fungsi Validitas………………………………………………………………..………9
E. Langkah-langkah Pegujian Validitas Data…………………………….…………..…..9
F. Uji Validitas………………………………………………………………………..…
12
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan………………………………………………………………….………..13
2. Saran……………………………………………………………………………….…13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………..
……………………………….14

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam setiap kegiatan pendidikan maka tidak akan bisa dipisahkan dengan evaluasi.
Tanpa adanya evaluasi maka semua kegiatan pendidikan hanya sia-sia belaka, karena kita
tidak akan pernah mengetahui apakah pendidikan yang dilaksanakan berhasil atau gagal, baik
atau buruk, lulus atau tidak lulus. Evaluasi merupakan kegiatan akhir yang dilakukan oleh
pendidik untuk mengetahui seberapa jauh penguasaan peserta didiknya terhadap materi yang
telah diberikan atau bisa juga evaluasi itu diartikan sebagai sebuah proses untuk menentukan
nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.
Sekolah sebagai sebuah institusi yang menyelenggarakan pendidikan diumpamakan
sebagai sebuah tempat pengolahan di mana calon siswa sebagai bahan mentah yang akan
diolah, maka lulusan sekolah itu diumpamakan sebagai hasil olahan yang siap dipergunakan.
Untuk mengetahui apakah seorang siswa lulus atau tidak lulus maka perlu diadakan evaluasi
sebagai alat penyaring.
Dengan demikian evaluasi menduduki kedudukan yang sangat penting dalam
pendidikan karena hasil evaluasi dapat merupakan pencerminan keberhasilan atau kegagalan
dari pendidikan itu sendiri. Hasil evaluasi ini kemudian akan digunakan untuk mengambil
berbagai keputusan pendidikan.
Namun, tidak semua hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk mengambil keputusan
pendidikan, hanya evaluasi yang baik saja yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan
pendidikan. Evaluasi dapat dikatakan baik apabila memenuhi tiga syarat pokok yaitu validitas
(kesahihan), reliabilitas (kehandalan), dan kepraktisan. Kali ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai validitas.
Persoalan alat ukur yang digunakan evaluator ketika melakukan kegiatan evaluasi
sering dihadapkan pada persoalan akurasi, konsisten dan stabilitas. Sehingga hasil
pengukuran yang diperoleh bisa akurat dan sesuai dengan sesuatu yang sedang diukur.
Instrument ini memang harus memiliki akurasi ketika digunakan. Konsisten dan stabil dalam
arti tidak mengalami perubahan dari waktu pengukuran satu dengan pengukuran lainnya.
Data yang kurang memiliki validitas akan menghasilkan kesimpulan yang bias, kurang sesuai
dengan yang seharusnya dan bahkan bisa saja bertentangan dengan kelaziman. Untuk
membuat alat ukur instrument itu, diperlukan kajian teori, pendapat para ahli serta
pengalaman-pengalaman yang kadang kala diperlukan bila definisi operasioanl variabelnya

1
tidak kita temukan dalam teori. Alat ukur atau instrument yang akan disusun itu tentu saja
harus memiliki validitas agar data yag diperoleh dari alat ukur itu bisa reliable, valid atau
dikenal dengan validitas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Validitas?
2. Apa saja macam-macam Validitas?
3. Apa Fungsi Validitas?
4. Bagaimana cara uji validitas?
5. Apa Faktor-faktor yang mempengaruhi Validitas?
6. Bagaimana langkah-langkah pengujian validitas?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari validitas 
2. Menjelaskan macam-macam validitas 
3. Mengetahui fungsi validitas. 
4. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi validitas
5. Menjelaskan langkah-langkah pengujian validitas
6. Menjelaskan uji validitas

2
BAB II
PENDAHULUAN
A. Definisi Validitas
Validitas berasal dari kata valid (kata sifat) yang berarti tepat, benar, shahih, dan
absah, yang selanjutnya dibendakan menjadi validitas yang mempunyai arti ketepatan,
kebenaran, kesahihan, dan keabsahan.
Di dalam Wikipedia Indonesia validitas diartikan sebagai “kesahihan, kebenaran yang
diperkuat oleh bukti atau data”. Demikian juga dalam Kamus Bahasa Indonesia dapat jumpai
validitas diartikan sebagai “sifat benar menurut bahan bukti yang ada, logika berpikir, atau
kekuatan hukum”.
Dengan demikian, evaluasi yang tidak didukung dengan bukti-bukti konkrit atau
bertentangan dengan kaidah-kaidah dan hukum yang berlaku tidak dapat dikatakan sebagai
evaluasi yang valid.
Sejalan dengan definisi yang dikemukakan di atas, Max Darsono dalam konteks
pendidikan lebih lanjut menyatakan bahwa kevalidan sebuah evaluasi harus didasarkan atas
kesesuaiannya dengan tujuan evaluasi tersebut.
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu
instrument. Jadi, pengujian validitas mengacu pada sejauh mana suatu instrument dalam
menjalankan fungi. Instrument dikatakan valid jika instrument tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang hendak diukur (Menurut Sugiyono).
Sebagai contoh, jika ingin mengukur kemampuan siswa dalam Matematika.
Kemudian, diberikan soal dengan kalimat yang panjang dan berbelit-belit sehingga sukar
ditangkap maknanya. Akhirnya, siswa tidak dapat menjawab akibat tidak memahami
pertanyaannya. Contoh lain, peneliti ingin mengukur kemampuan berbicara, tetapi yang
ditanyakan mengenai tata bahasa atau kesusastraan seperti puisi atau sajak. Pengukur tersebut
tidak tepat (valid). Validitas tidak berlaku universal sebab bergantung pada situasi dan tujuan
penelitian. Instrumen yang telah valid untuk suatu tujuan tertentu belum otomatis akan valid.
Dalam kaitannya dengan tes dan penilaian, Retno mengemukakan tiga pokok
pengertian validitas yang biasa digunakan sebagai berikut.
a. Validitas berkenaan dengan hasil dari suatu alat tes atau alat evaluasi, dan tidak
menyangkut alat itu sendiri. Tes intelegensi sebagai alat untuk melakukan tes kecerdasan
hasilnya valid, tapi kalau digunakan untuk melakukan tes hasil belajar tidak valid.
3
b. Validitas adalah persoalan yang menyangkut tingkat (derajat). Sehingga, istilah yang
digunakan adalah derajat validitas suatu tes, maka suatu tes ada yang bias disebut
validitasnya tinggi, sedang, atau rendah.
c. Validitas selalu dibatasi pada pengkhususannya dalam penggunaan, dan tidak pernah
dalam arti kualitas yang umum. Suatu tes berhitung mungkin tinggi validitasnya untuk
mengukur keterampilan menjumlah angka, tetapi rendah

validitasnya untuk mengukur berpikir matematis, dan sedang validitasnya


untuk meramal keberhasilan siswa dalam pelajaran matematik yang akan datang.
Berikut ini beberapa pendapat dari tokoh-tokoh mengenai validitas :

a. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar 1986).
b. Nitko (1996 : 36) menyatakan bahwa validitas berhubungan dengan interpretasi atau
makna dan penggunaan hasil pengukuran peserta didik.
c. Cohen dkk. (1992: 28) menyatakan bahwa tes yang baik adalah tes yang valid artinya
mengukur apa yang hendak diukur.
d. Messick (1993: 13) menjelaskan bahwa validitas tes merupakan suatu integrasi
pertimbangan evaluatif derajat keterangan empiris yang mendasarkan pemikiran teoritis
yang mendukung ketepatan dan kesimpulan berdasarkan pada skor tes.
B. Macam-macam Validitas
Didalam buku Encyclopedia of Educational Evaluation yang ditulis oleh Scarvia B.
Anderson dan kawan-kawan disebutkan:
A test is valid if it measures what it purpose to measure. Atau jika diartikan lebih kurang
demikian: sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur.
Sebenarnya pembicaraan validitas ini bukan ditekankan pada tes itu sendiri tetapi
pada hasil pengetesan atau skornya.
Contoh:
Skor yang diperoleh dari hasil mengukur kemampuan mekanik akan menunjukkan
kemampuan seseorang dalam memegang dan memperbaiki mobil, bukan pengetahuan dari
orang tersebut dalam hal yang berkaitan dengan mobil. Tes yang mengukur pengetahuan
tentang mobil bukanlah tes yang sahih untuk mekanik.
Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman.
Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis (logical validity) dan hal yang kedua

4
diperoleh validitas empiris (empirical validity). Dua hal inilah yang dijadikan dasar
pengelompokkan validitas tes.
Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas empiris.
a. Validitas logis
Istilah “validitas logis” mengandung kata “logis” berasal dari kata “logika”, yang
berarti penalaran. Dengan makna demikian maka validitas logis untuk sebuah instrument
evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrument yang memenuhi persyaratan valid
berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrument
yang bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada.
Sebagaimana pelaksanaan tugas lain misalnya membuat sebuah karangan, jika penulis sudah
mengikuti aturan mengarang, tentu secara logis karangannya sudah baik. Berdasarkan
penjelasan tersebut maka instrument yang sudah disusun berdasarkan teori penyusunan
instrument, secara logis sudah valid. Dari penjelasan tersebut kita dapat memahami bahwa
validitas logis dapat dicapai apabila instrumen disusun mengikuti ketentuan yang ada.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi
langsung diperoleh sesudah instrument tersebut selesai disusun.
Ada 2 macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrument, yaitu:
validitas isi dan validitas konstrak (construct validity). Validitas isi bagi sebauh instrument
menunjuk suatu kondisi sebuah instrument yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran
yang di evaluasi. Selanjutnya validitas konstrak sebuah instrument menunjuk suatu kondisi
sebuah instrument yang disusun berdasarkan kontrak aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya
dievaluasi. Penjelasan lebih jauh tentang kedua jenis validitas logis ini akan diberikan
berturut-turut dalam membahas jenis-jenis validitas instrument.
b. Validitas empiris
Istilah “validitas empiris” memuat kata “empiris” yang artinya “pengalaman”. Sebuah
instrument dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman.
Sebagai contoh sehari-hari, seseorang dapat diakui jujur oleh masyarakat apabila dalam
pengalaman dibuktikan bahwa seseorang tersebut memang jujur. Contoh lain, seseorang
dapat dikatakan kreatif apabila dari pengalamn dibuktikan bahwa orang tersebut sudah
banyak menghasilkan ide-ide baru yang diakui berbeda dari hal-hal yang sudah ada. Dari
penjelasan dan contoh-contoh tersebut diketahui bahwa validitas empiris tidak dapat
diperoleh hanya dengan menyusun instrument berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas
logis, tetapi harus dibuktikan melalui pengalaman.

5
Ada 2 macam validiatas empiris, yakni ada dua cara yang dapat dilakukan untuk
menguji bahwa sebuah instrument memang valid. Pengujian tersebut dilakukan dengan
membandingkan kondisi instrument yang bersangkutan dengan kriterium atau sebuah ukuran.
Kriterium yang digunakan sebagai pembanding kondisi instrument dimaksud ada dua, yaitu:
yang sudah tersedia dan yang belum ada tetapi akan terjadi di waktu yang akan datang. Bagi
instrument yang kondisinya sesuai dengan kriterium yang sudah tersedia, yang sudah ada,
disebut memiliki validitas “ada sekarang”, yang dalam istilah bahasa Inggris disebut memiliki
concurrent validity. Selanjtunya instrument yang kondisinya sesuai dengan kriterium yang
diramalkan terjadi, disebut memiliki validitas ramalan atau validitas prediksi, yang dalam
istilah bahasa Inggris disebut memiliki predictive validity.
Dari uraian adanya 2 jenis validiats, yakni validitas logis yang ada dua macam, dan
validitas empiris, yang juga ada dua macam, maka secara keseluruhan kita mengenal adanya
empat validitas, yaitu:
1. Validitas isi
2. Vailiditas konstrak
3. Validitas “ada sekarang”, dan
4. Validitas predictive
Penjelasan masing-masing validitas adalah sebagai berikut:
1. Validitas isi (content validity)
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu
yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh karena materi yang
diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering juga disebut validitas
kurikuler. Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan cara
memrinci materi kurikulum atau materi buku pelajaran.
2. Validitas konstruksi (construct validity)
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang
membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam
Tujuan Instruksional Khusus. Dengan kata lain jika butir-butir soal mengukur aspek berpikir
tersebut sudah sesuai dengan aspek berpikir yang menjadi tujuan instruksional. Sebagai
contoh jika rumusan Tujuan Instruksional Khusus (TIK): “Siswa dapat membandingkan
antara efek biologis dan efek psikologis”, maka butir soal pada tes merupakan perintah agar
siswa membedakan antara dua efek tersebut. “Konstruksi” dalam pengertian ini bukanlah
“susunan” seperti yang sering dijumpai dalam teknik, tetapi merupakan rekaan psikologis
yaitu suatu rekaan yang dibuat oleh para ahli Ilmu Jiwa yang dengan suatu cara tertentu
6
“memerinci’ isi jiwa atas beberapa aspek seperti: ingatan (pengetahuan), pemahaman,
aplikasi, dan seterusnya. Dalam hal ini, mereka menganggap seolah-olah jiwa dapat dibagi-
bagi. Tetapi sebenarnya tidak demikian. Pembagian ini hanya merupakan tindakan sementara
untuk mempermudah mempelajari. Seperti halnya validitas isi, validitas konstruksi dapat
diketahui dengan cara memerinci dan memasangkan setiap butir soal dengan setiap aspek
dalam TIK. Pengerjaanya dilakukan berdasarkan logika, bukan pengalaman. Dalam
pembicaraan mengenai penyusunan tes hal ini akan disinggung lagi.
3. Validitas “ada sekarang” (concurrent validity)
Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan
memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika ada istilah “sesuai”
tentu ada dua hal yang dipasangkan. Dalam hal ini hasil tes dipasangkan dengan hasil
pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman
tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang, concurrent).
Dalam membandingkan hasil sebuah tes maka diperlukan suatu kriterium atau alat
banding. Maka hasil tes merupakan sesuatu yang dibandingkan.
Misalnya seorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatif yang disusun sudah valid atau
belum. Untuk ini diperlukan sebuah kriterium masa lalu yang sekarang datanya dimiliki.
Masalnya nilai ulangan harian atau nilai ulangan sumatif yang lalu.
4. Validitas prediksi (predictive validity)
Memprediksi artinya meramal, dengan meramal selalu mengenai hal yang akan
datang, jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memilki validitas prediksi atau
validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi
pada masa yang akan datang.
Misalnya tes masuk Perguruan Tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu
meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti kuliah di masa yang akan datang.
Calon yang tersaring berdasarkan hasil tes diharapkan mencerminkan tinggi tentu menjamin
keberhasilannya kelak. Sebaliknya seorang calon dikatakan tidak lulus tes karena memilki
nilai tes yang rendah jadi diperkirakan akan tidak mampu mengikuti perkuliahan yang akan
datang.
Sebagai alat pembanding validitas prediksi adalah nilai-nilai yang diperoleh setelah
peserta tes mengikuti pelajaran di Perguruan Tinggi. Jika ternyata siapa yang memilki nilai
tes lebih tinggi gagal dalam ujian semester I dibandingkan dengan yang dahulu nilai tesnya
lebih rendah maka tes masuk yang dimaksud tidak memilki validitas prediksi.

7
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Validitas

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil suatu evaluasi sehingga


menjadi bias, menyimpang dari keadaan yang sebenarnya untuk suatu penggunaaan
yang dimaksudkan. Beberapa diantaranya adalah berasal dari dalam alat evaluasi itu
sendiri. Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar matematika, faktor-
faktor ini akan dapat mengurangi fungsi pokok uji sesuai dengan yang diharapkan
sehingga bisa merendahkan validitas alat evaluasi tersebut.
1. Petunjuk yang tidak jelas
2. Perbendaharaan kata dan struktur kalimat yang sukar
3. Penyusunan soal yang kurang baik
4. Kekaburan
5. Derajat kesukaran soal yang tidak cocok
6. Materi tes tidak representatif
7. Pengaturan soal yang kurang tepat
8. Pola jawaban yang dapat diidentifikasi
Menurut Retno, ada beberapa hal yang mempengaruhi validitas alat pengukur,
sebagai berikut :
1. Faktor di dalam tes itu sendiri
a. Petunjuk pengerjaan tes yang tidak jelas.
b. Istilah/kata-kata dan susunan kalimat dalam item (soal) terlalu sukar.
c. Tingkat kesukaran dari item-item tes yang tidak memenuhi syarat .
d. Susunan item tes yang kurang baik.
e. Kekaburan dalam statemen (pernyataan/ungkapan) yang menyebabkan salah tafsir.
f. Kualitas dari item-item tes yang tidak memadai untuk mengukur hasil belajar.
g. Tes terlalu pendek.
h. Cara menyusun item-item tes tidak runtut.
i. Dalam tes obyektif, pola susunannya, urutan jawaban muah ditebak.
2. Faktor berfungsinya isi dan prosedur mengajar
3. Faktor dalam respons siswa, ini terjadi jika :
a. Siswa mengalami gangguan emosional dalam menjawab tes.
b. Siswa hanya cenderung menerka-nerka dalam menjawab tes.
4. Faktor dalam mengadministrasi tes dan pembijian
a. Karena kekurangan waktu
b. Karena Karena siswa mendapat “pertolongan” yang tidak sah.
c. Cara pembijian hasil tes yang tidak reliable.
d. Gangguan situasi sekitar pada saat tes.
5. Status dari kelompok dan kriterium

8
a. Tes yang cukup valid untuk kelompok tertentu belum tentu valid untuk kelompok lain,
karena factor usia, jenis kelamin, tingkat kemampuan, latar belakang pendidikan dan
kebudayaan.
b. Penggunaan kriterium.
Dalam menilai koefisien validitas kita diharuskan mempertimbangkan hakekat
penggunaan kriterium, contoh: tes bakat matematik hanya valid untuk meramal
pencapaian belajar siswa dalam pelajaran fisika yang banyak menuntut perhitungan
angka, dan tidak valid meramal kemampuan/penguasaan bahan fisika yang lain.
D. Fungsi Validitas
Validitas dikatakan tinggi bila alat ukur dapat menjalankan fungsi ukurnya yaitu :
1. Memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran tersebut
2. Dapat memberikan gambaran perbedaan
Pernyataan valid harus diikuti dengan keterangan yang menunjuk kepada tujuan
pengukuran, yaitu :
1. Valid untuk mengukur apa
2. Valid untuk mengukur pada kelompok yang mana
Adapun fungsi validitas adalah untuk mengetahui sejauh mana ketetapan dan
kecermatan suatu instrument pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya agar data yang
diperoleh relevan atau sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran tersebut.
E. Langkah-langkah Pengujian Validitas Data
Ada beberapa langkah atau strategi yang isa dilakukan untuk mencapai validitas
penelitian kualitatif. Strategi menurut Budiastuti & Bandur (2018:140-144) adalah:
1. Uji Kredibilitas (Validitas Internal)
Kredibel maksudnya adalah seorang peneliti dipercaya telah mengumpulkan
data yang real di lapangan serta menginterpretasi data autentik tersebut dengan
akurat. Pada uji kredibilitas ada beberapa poin penting, penjelasannya seperti di
bawah ini.

a. Triangulasi
Triangulasi terdiri atas, triangulasi teknik pengumpulan data, triangulasi sumber
data, triangulasi teori, dan triangulasi peneliti. 
 Triangulasi teknik pengumpulan data digunakan untuk mengecek atau mencari tahu
mengenai keabsahan data dengan berbagai teknik pengumpulan data yang sesuai,
misalnya adalah wawancara, FGDs, dan observasi.
 Triangulasi sumber data digunakan untuk mengecek atau mencari tahu mengenai
keabsahan sumber-sumber yang digunakan untuk penelitian

9
 Triangulasi teori digunakan untuk mengecek atau mencari tahu keabsahan dari teori-teori
yang digunakan dalam suatu penelitian
 Triangulasi peneliti digunakan untuk mengecek atau mencari tahu keabsahan data
berdasarkan pandangan para peneliti-peneliti (ahli) yang sesuai dengan penelitian
tersebut.

b. Feedback
Feedback  sangat penting untuk mengurangi bias personal peneliti. Untuk itu,
peneliti kualitatif perlu mendapatkan masukan dari orang-orang yang familiar dengan
masalah penelitian dan orang-orang lain yang asing dengan penelitian tersebut. Masing-
masing feedback yang diberikan dari kedua kelompok tersebut berbeda, tapi semua itu
akan bernilai untuk validitas penelitian.
c. Member check
Peneliti kualitatif perlu mendapatkan masukan dari orang-orang yang telah diteliti.
Masukan mereka sangat signifikan untuk mengukur apakah analisis sesuai dengan harapan
dan kenyataan yang mereka alami. Pada praktiknya, member check  ini dapat diperoleh
peneliti dengan meminta informan kunci penelitian untuk memberikan masukan terhadap
laporan penelitian yang telah dilaksanakan.
d. Perbandingan hasil penelitian
Studi-studi kualitatif yang berasal dari lingkungan yang berbeda (multi-studies) dan
kasus-kasus yang banyak (multi-case studies) perlu dibandingkan untuk meningkatkan
validitas keutuhan studi tersebut. Kasus-kasus yang diteliti juga perlu dibandingkan
dengan studi-studi lain yang pernah dilakukan orang lain dalam konteks yang berbeda,
sehingga dengan membandingkannya, peneliti dapat memberikan informasi dan hasil
analisis data yang khas sesuai dengan kasus yang didalaminya.
e. Pernyataan kesediaan informasi
Peneliti harus menyertakan beberapa kesepakatan yang berkaitan dengan peran
partisipan dalam penelitian. Pertama, peneliti perlu menjelaskan siapa peneliti dan untuk
apa penelitian tersebut dilakukan. Peneliti juga perlu menyertakan bahwa keikutsertaan
partisipan dalam penelitian adalah bersifat sukarela dan dia berhak untuk mengundurkan
diri tanpa paksaan selama proses pengumpulan data berlangsung. Consent form  dalam
penelitian kualitatif menjadi mutlak dilakukan demi menjaga kejujuran partisipan
penelitian.
f. Memahami setting penelitian
10
Peneliti kualitatif disarankan perlu mengenal setting penelitian dengan baik
sebelum melakukan penelitian, sehingga proses pengumpulan data dapat dilakukan dengan
baik. Oleh karena itu, peneliti dituntut untuk melakukan kontak awal dengan para
informan kunci dalam komunitas atau organisasi yang hendak diteliti.

g. Pertanyaan iterative
Salah satu keahlian yang dituntut bagi seorang peneliti kualitatif adalah
kemampuannya mengajukan pertanyaan-pertanyaan feedback berdasarkan alur tema
diskusi atau wawancara. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan untuk mengonfirmasi
apa yang telah disampaikan informan selama proses wawancara atau FGDs.
h. Kualifikasi dan pengalaman peneliti
Kredibilitas penelitian kualitatif juga dapat ditentukan oleh latar belakang
pendidikan, kualifikasi, dan pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian. Oleh karena
itu, perlu diperhatikan bahwa penelitian pada dasarnya bertujuan untuk memberikan
kontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang tertentu atau demi inovasi
kebijakan dan perbaikan praktik yang sedang berkembang.
i. Temuan yang beda dengan kajian literature
Agar hasil analisis data memiliki validitas internal yang baik, peneliti juga perlu
mencantumkan tema-tema utama yang muncul dari lapangan penelitian, akan tetapi tidak
sesuai dengan kajian literatur atau kerangka teoretis. Yang perlu dijelaskan peneliti di sini
adalah mengapa data-data tersebut muncul dalam setting penelitian dan bagaimana situasi
nyata tema-tema tersebut.
2. Transferability (Validitas Eksternal)
Denzin & Lincoln (2005) menjelaskan bahwa konsep validitas eksternal
atau transferability  berkaitan dengan sejauh mana hasil analisis data penelitian dapat
diaplikasikan pada setting penelitian yang lain.
Peneliti dalam prosesnya mencapai validitas eksternal penelitian kualitatif, perlu
menjelaskan hal-hal mendetail seperti di bawah ini.
 Konteks organisasi/komunitas yang diteliti
 Persyaratan menjadi informan penelitian
 Jumlah partisipan yang berpartisipasi
 Alasan penggunaan metode penelitian tertentu 
11
 Waktu yang dibutuhkan untuk wawancara/FGDs/observasi
 Waktu yang dibutuhkan untuk keseluruhan penelitian tersebut (Shenton, 2004).
3. Dependability
Dependability  dinukil dari indriyani-marifah.blogspot.com, disebut juga dengan
reliabilitas. Penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat
mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif,
uji dependability  dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses
penelitian. Audit dilakukan oleh auditor yang independen atau pembimbing.
4. Conformability
Conformability  dinukil dari indriyani-marifah.blogspot.com,  dalam penelitian
kualitatif disebut dengan objektivitas penelitian. Penelitian dikatakan objektif jika hasil
penelitian tersebut telah disepakati oleh banyak orang.
F. Uji Validitas
Uji validitas menurut Ghozali (2009) dinukil dari qmc.binus.ac.id digunakan untuk
mengukur sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid apabila
pertanyaan pada kuesioner tersebut mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut.
Pengujian kuesioner dikutip dari qmc.binus.ac.id,  dibagi menjadi dua (2), yaitu
validitas faktor dan item. Penjelasannya seperti berikut.
1. Validitas Faktor
Validitas vaktor diukur bila item yang disusun menggunakan lebih dari suatu faktor
(antara faktor-faktor ada kesamaan). Pengukuran validitas faktor ini dengan cara
mengkorelasikan antara skor faktor (penjumlahan item dalam satu faktor) dengan skor
total faktor (total keseluruhan faktor).
2. Validitas Item
Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item
total (skor total), perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item
dengan skor total item. Bila kita menggunakan lebih dari satu faktor berarti pengujian
validitas item dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor faktor, kemudian
dilanjutkan mengkorelasikan antara skor item dengan skor total faktor (penjumlahan dari
beberapa faktor).

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan
suatu instrumen. Prinsip validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsip
keandalan instrumen dalam mengumpulkan data.
Secara garis besar ada dua macam validitas yaitu validitas logis dan validitas empiris :
1. Validitas logis
a. Validitas isi (conten validity)
b. Validitas konstruksi (contruct validity)
2. Validitas empiris
a. Validitas “ada sekarang” (concurrent validity)
b. Validitas prediksi (predictive valydity)
Cara menentukan validitas soal yang menggunakan tes terstandar sebagai kriterium
dilakukan dengan mengalikan koefisien validitas yang diperoleh dengan koefisien validitas
tes terstandar tersebut.
B. Saran
Semoga dengan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, serta
dapat memberikan informasi tentang pentingnya mempelajari evaluasi pembelajaran.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharini. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sugiyono (2003) Statistik Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta.
Winarsunu, Tulus (2004) Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan, Malang:
UMM Press

14

Anda mungkin juga menyukai