Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MATA KULIAH STATISTIK PARAMETRIK


TEORI UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS
Dosen Pengampu : Imam Ariffudin, S.Pd., M.Pd.

OLEH:
Alfin Zawawi 200401010004
Meilisa Eka D 200401010029
M. Vicry Rahman J 200401010020
Raynal Fira R 200401010002
Widya Herawati 200401010005

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI KANJURUHAN MALANG
2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayahNya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul TEORI UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS
dengan tepat waktu guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Statistik Parametrik di
Universitas PGRI Kanjuruhan Malang. Kami berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang Teori uji validitas dan uji reliabilitas.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Imam Ariffudin,


S.Pd., M.Pd.. Semoga tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis
terima demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 12 Oktober 2022

Penulis

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sebuah penelitian dibidang pendidikan pada dasarnya terdapat sebuah
variabel yang harus diukur karakteristiknya. Adapun karakterististiknya misalnya adalah
rata-rata, mean, median, modus, standar deviasi dan lain-lain. Instrument merupakan
sebutan untuk alat ukur yang biasanya digunakan oleh seseorang untuk mengukur
karakteristik sebuah variable dalam penelitian pendidikan.
Nurkancana (1992: 141) mengungkapkan bahwasannya suatu alat pengukur
dapat dikatakan alat pengukur yang valid apabila alat pengukur tersebut dapat mengukur
apa yang hendak diukur secara tepat. Adapun yang mempengaruhi validitas dan
reliabilitas, adalah (1) instrumen, (2) subjek yang diukur, dan (3) petugas yang
melakukan pengukuran. Sedangkan dalam hal pengukuran, terkhusus bidang pendidikan
hal yang terpenting adalah informasi hasil ukur yang tepat. Karena dengan hasil ukur
yang tidak tepat maka akan memberikan informasi yang tidak benar pula, sehingga
kesimpulan yang diambil juga tidak benar.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
1. Bagaimana konsep dasar validitas dan reliabilitas instrument?
2. Bagaimana penerapan validitas dan reliabilitas instrumen dalam penelitian?
3. Bagaimana Praktikum uji validitas dan reliabilitas instrument dengan software
SPSS?
4. Bagaimana Konsep dasar analisis faktor ?
5. Bagaimana Praktikum analisis faktor dengan software SPSS ?
C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dituliskannya makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar uji validitas dan reliabilitas sebuah
intrumen
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan validitas dan reliabilitas instrumen dalam
penelitian
3. Untuk mengetahui bagaimana praktikum uji validitas dan reliabilitas instrumen
dengan software SPSS
4. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar dari analisis faktor
5. Untuk mengetahui bagaimana praktikum analisis faktor dengan software SPSS
BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep Dasar Validitas dan Reliabilitas Instrumen


a. Validitas
Azwar (1987: 173) mengemukakan bahwasannya validitas berasal dari kata
validity yang mempunyai makna sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Dengan kata lain suatu
tes yang memberikan hasil ukur yang tepat dapat diartikan sebagai suatu tes yang
memiliki validitas yang tinggi. Dan dapat dikatakan juga bahwa hasil ukurnya
merupakan besaran yang mencerminkan dengan tepat fakta atau keadaan realita dari
apa yang diukurnya.
b. Reliabilitas

2. Penerapan Validitas dan Reliabilitas Instrumen dalam Penelitian


a. Validitas
Validitas sebuah tes mengacu pada apakah tes tersebut benar-benar mengukur
apa yang dimaksudkan untuk diukur. Pertanyaannya adalah berapa lama tes dapat
secara akurat mengungkapkan karakteristik atau keadaan sebenarnya dari objek
pengukuran, itu tergantung pada tingkat validitas tes. Sudjana (200:12) menyatakan
bahwa validitas mengacu pada ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai
sehingga benar-benar menilai apa yang seharusnya dinilai.
Tes yang valid untuk satu tujuan atau keputusan mungkin tidak valid untuk
tujuan atau keputusan lain. Oleh karena itu, validitas suatu tes harus selalu dikaitkan
dengan tujuan atau pengambilan keputusan tertentu. Misalnya, ujian masuk sekolah
menengah harus selalu dikaitkan dengan seberapa jauh ujian masuk dapat
mencerminkan prestasi atau hasil belajar calon siswa baru nanti setelah studi
mereka.
Konsep validitas tes dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu validitas isi,
validitas konstruk, dan validitas empiris atau validitas kriteria. Validitas isi suatu tes
mengacu pada sejauh mana tes tersebut mengukur penguasaan isi atau isi tertentu
atau penguasaan materi sesuai dengan tujuan instruksional. Dengan kata lain, tes
dengan validitas isi yang baik adalah tes yang benar-benar mengukur penguasaan
materi yang harus dipelajari sesuai dengan isi yang tercantum dalam kurikulum
(GBPP).
Validitas isi mengacu pada sejauh mana pertanyaan, item, atau item dari tes atau
instrumen sepenuhnya dan relatif mewakili perilaku sampel yang diuji. Yang
dimaksud dengan tes adalah valid jika benda uji mencerminkan totalitas isi atau
materi yang diujikan atau harus dikontrol secara proporsional.
Untuk menentukan valid atau tidaknya suatu ujian, harus dilakukan pada
kisi-kisi tes untuk memastikan bahwa soal-soal dalam ujian tersebut mewakili atau
mencerminkan isi atau materi umum yang harus dikuasai secara proporsional. Oleh
karena itu, validitas isi tes tidak memiliki angka tertentu yang dapat dihitung secara
statistik, tetapi dengan memeriksa kisi-kisi tes, dapat dipahami bahwa tes tersebut
sudah valid. Oleh karena itu, validitas isi sebenarnya didasarkan pada analisis logis,
bukan koefisien validitas yang dihitung secara statistik.
Validitas konstruk adalah validitas yang berkaitan dengan seberapa baik
butir tes mampu mengukur apa yang sebenarnya ingin diukur, menurut konsep atau
definisi konseptual yang diberikan. Validitas konstruk umumnya digunakan untuk
instrumen yang dirancang untuk mengukur variabel konseptual, serta untuk
instrumen yang merupakan ukuran kinerja yang khas, seperti sikap, minat konsep
diri, locus of control, gaya kepemimpinan, motivasi berprestasi, dan instrumen
lainnya. yang merupakan kinerja maksimal sebagai ukuran kinerja, bakat (tes
kemampuan), kecerdasan (kecerdasan intelektual), kecerdasan, emosional, dll.
Kajian teoritis dilakukan untuk menentukan validitas konstruk, mulai dari
konsep variabel yang akan diukur, mulai dari perumusan konstruk, penentuan
ukuran dan indikator, hingga penyusunan dan penulisan instrumen. . Desain,
konstruksi harus didasarkan pada sintesis teori-teori konsep variabel yang akan
diukur melalui proses analisis dan perbandingan yang logis dan cermat.
Mengikuti proses telaah teoretis di atas, proses validasi konstruk
instrumen melibatkan tinjauan sejawat atau musyawarah atau panel peninjau yang
terdiri dari orang-orang yang mengontrol isi atau isi variabel yang diukur. Validitas
empiris sama dengan validitas kriteria, artinya validitas ditentukan berdasarkan
kriteria internal dan eksternal. Validitas empiris diperoleh dari hasil uji coba pada
responden yang sesuai dengan responden yang dinilai atau diteliti. Kriteria internal
adalah tes atau instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria, sedangkan kriteria
eksternal adalah hasil dari alat ukur atau tes lain di luar instrumen itu sendiri yang
menjadi kriteria. Ukuran standar atau yang dapat diandalkan lainnya juga dapat
digunakan sebagai kriteria eksternal.
Validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria internal disebut validitas
internal, validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria eksternal disebut validitas
eksternal. Validitas internal (validitas objek) termasuk kelompok validitas kriteria,
yaitu validitas yang diukur dengan jumlah yang menggunakan tes secara
keseluruhan (secara keseluruhan) kriteria untuk menentukan validitas objek yang
diuji. Jadi, validitas internal mempertanyakan validitas suatu item dengan
menggunakan hasil pengukuran tes sebagai salah satu kriteria, sehingga disebut
juga validitas item.
Validitas internal menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran suatu item
sesuai dengan hasil tes secara keseluruhan. Oleh karena itu, validitas butir soal
tercermin dari besarnya koefisien korelasi antara skor butir soal dengan total nilai
tes. Jika koefisien korelasi skor item dengan skor tes total positif dan signifikan,
maka elemen ini valid berdasarkan ukuran validitas internal. Koefisien korelasi yang
tinggi antara skor item dan skor total mencerminkan tingkat kesepakatan yang tinggi
antara skor tes total dan hasil pengukuran item.
Validitas eksternal dapat berupa hasil tes yang dibakukan atau tes yang
dianggap baku, dapat juga berupa hasil pengukuran lain yang sudah ada yang dapat
diandalkan sebagai ukuran konsep atau variabel yang diukur. Validitas eksternal
ditunjukkan dengan besarnya yang merupakan hasil perhitungan statistik.
Ketika menggunakan hasil tes standar sebagai kriteria eksternal,
validitas eksternal dari tes yang kami kembangkan diperoleh dengan
menghubungkan skor tes yang dikembangkan dengan hasil tes standar yang
digunakan sebagai kriteria. Semakin tinggi koefisien korelasi, semakin baik validitas
uji yang dikembangkan. Kriteria yang digunakan untuk menguji validitas eksternal
menggunakan nilai r-tabel.
Jika koefisien korelasi hasil tes yang dikembangkan dan skor hasil tes
standar lebih besar dari r-tabel, maka tes yang dikembangkan valid berdasarkan
kriteria eksternal yang dipilih (hasil pengukuran instrumen standar). Validitas tes
keputusan dalam hal ini adalah valid atau tidaknya tes sebagai satu kesatuan, bukan
validitas butir-butir tes seperti validitas internal.
b. Reliabilitas
Djaali (2000:81) menyatakan bahwa reliabilitas dibagi menjadi dua jenis, yaitu.
keandalan konsistensi respons dan keandalan konsistensi kombinasi item.
Reliabilitas konsistensi tanggapan responden menanyakan apakah tanggapan atau
pengukuran responden terhadap suatu tes atau instrumen itu baik atau konsisten.
Dalam hal ini, jika suatu tes atau instrumen digunakan untuk mengukur benda, maka
pengukuran diulangi pada titik pengukuran yang sama, terlepas dari apakah
hasilnya masih sama dengan pengukuran sebelumnya. Apabila terdapat
ketidaksesuaian pada hasil pengukuran kedua, maka jelas bahwa hasil pengukuran
tersebut tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya dari objek pengukuran.
Untuk mengetahui apakah respon suatu tes atau instrumen seragam, konsisten
atau tidak stabil, dapat dilakukan dengan melakukan tes yang sama beberapa kali
(dua kali) pada objek pengukuran atau responden yang sama. Pengujian dua kali
adalah persyaratan minimum untuk menentukan apakah respons subjek terhadap tes
konsisten atau tidak.
Metode yang berbeda dapat digunakan untuk melakukan pengujian ganda
ini, yaitu dengan menguji dua kali dengan pengujian yang sama untuk objek
pengukuran yang sama atau dengan melakukan satu pengujian dengan dua
pengujian pada objek yang serupa. Jika kita menggunakan tes sekali, kesamaan atau
kesetaraan tes yang digunakan merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi karena
stabilitas atau konsistensi tanggapan subjek.
Dalam teknik pemisahan ini, pengukuran dilakukan pada dua kelompok butir
dengan ukuran yang sama pada waktu yang sama. Karena setiap kelompok sasaran
adalah separuh dari keseluruhan tes, maka kelompok sasaran pertama biasanya
diambil dari butir-butir tes ganjil, sedangkan kelompok sasaran kedua diambil dari
butir-butir tes genap. Perlu diperhatikan bahwa reliabilitas teknik ini sangat relatif,
karena reliabilitas bergantung pada penomoran dan pengelompokan objek yang
ditangkap. Di sini pengukuran dilakukan dengan dua tes yang disamakan kemudian
diberikan kepada responden atau subjek secara bersamaan. Untuk memperoleh
reliabilitas tes, skor kedua kelompok item tes dikorelasikan.
Djaali (2000:81) menyatakan bahwa reliabilitas konsistensi butir soal
komposit mengacu pada kestabilan antar butir soal. Hal ini dapat diungkapkan
dengan pertanyaan, apakah satu benda pada benda ukur yang sama menunjukkan
hasil pengukuran yang sama dengan benda lainnya? Dengan kata lain, apakah hasil
pengukuran suatu benda tidak bertentangan dengan hasil pengukuran benda lain
untuk bagian yang sama dari benda ukur?
Jika dalam hubungannya dengan bagian yang sama dari benda ukur, hasil
pengukuran suatu benda bertentangan atau bertentangan dengan hasil pengukuran
benda lain, maka pengukuran sebagai satu kesatuan tidak dapat dipercaya oleh suatu
alat uji (meter). Dengan kata lain, tidak reliabel dan tidak dapat digunakan untuk
mengungkapkan karakteristik atau kondisi sebenarnya dari objek yang diukur. Jika
hasil pengukuran yang diperoleh dari bagian yang sama dari objek pengukuran
saling bertentangan atau bertentangan, kesalahan tidak harus ditempatkan pada
objek pengukuran, tetapi pada alat ukur (pengujian), yang bersalah menyatakan
bahwa tes tidak. ; objek yang dapat diandalkan. diukur.
Interpretasi terhadap koefisien reliabilitas merupakan intrepretasi relatif, artinya
tidak ada batasan mutlak yang menunjukkan berapa angka koefisien minimal yang
harus dicapai agar suatu pengukuran dapat disebut reliabel. Namun, memberikan
informasi tentang hubungan varians skor teramati dengan varians skor sejati
kelompok individu. Misalnya, diperoleh koefisien reliabilitas sama dengan 0,87.
Koefisien reliabilitas ini dapat diartikan bahwa: (1) 87% varians skor teramati
diakibatkan oleh varians skor sejati kelompok individu, dan (2) korelasi antara skor
teramati dan skor sejati sama dengan 0,87 atau 0,93.
3. Praktikum Uji validitas dan Reliabilitas Intrumen dengan Software SPSS
Uji Validitas merupakan tingkat kesasihan atau keandalah mengenai alat ukur
yang digunakan. Instrumen bisa dikatakan valid jika alat ukur yang dipergunakan untuk
mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
di ukur (Sugiyono, 2004:137).
Instrumen yang terjamin valid merupakan instrumen yang benar tepat untuk mengukur
apa yang hendak di ukur. Dengan kata lain, uji validitas ialah suatu langkah pengujian
yang dilakukan terhadap isi dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur
ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian. Jadi definisi dari
reliabilitas sendiri ialah alat yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh
informasi yang valid dan mengungkapkan informasi sebagai alat pengumpulan data.
a. Uji Validitas dengan SPSS
Dalam SPSS kita bisa gunakan uji pearson produt moment untuk uji validitas
butir, dan kita bisa gunakan corrected item to total correlation. Misal dari uji
coba instrumen pada sampel , soalnya sendiri tediri dari 10 soal dengan 5
pilihan seperti di bawah :
Data uji validitas
1) Buka aplikasi SPSS, dan masukan data seperti diatas,

pada menu klik Analyze, Scale, Reliability Analysis, Kemudian masukkan


semua item ke kotak Items Pada Combobox Model, pilih Alpha (disini
adalah pilihan reliabilitas yang akan digunakan, jika Anda ingin melakukan
uji reliabilitas dengan metode Cronbach Alpha, pilih Alpha. Pilih yang lain
antara lain: Split Half, Guttman, Parallel dan Strict Parallel. Ingat pada Split
Half jumlah item soal anda harus genap).
Langkah Uji Validitas dengan SPSS
2) Klik tombol Statistik, Pada deskriptif Untuk centang Skala jika Item
Dihapus, pada antar item centang Korelasi.
Uji validitas dengan SPSS Corrected Item TO Total Correlation

Uji validitas dengan SPSS Corrected Item TO Total Correlation


3) Klik Continue, kemudian OK. Lihat keluaran!
Output Uji Validitas SPSS
Pada tabel Reliability Statistics, lihat nilai Cronbach’s Alpha Based on
Standardized Items, nilai tersebut merupakan nilai reliabilitas tes secara
keseluruhan, semakin besar nilainya berarti semakin reliabel.
Tabel Inter-Item Correlation Matrix, menunjukkan hubungan atau
korelasi antar item soal.

Output Uji Validitas dengan SPSS


Interpretasi Uji Validitas dengan SPS
Pada Tabel di atas, lihat nilai Scale Corrected Item-Total Correlation, nilai tersebut
adalah nilai Validitas Butir. Sedangkan nilai Croncbach’s Alpha if Item Deleted ialah
nilai Reliabilitas Butir.

Untuk menilai apakah nilai-nilai di atas (Validitas Butir dan Reliabilitas Butir) valid
dan reliabel, bandingkan dengan R Tabel Pada DF=N-2 dan Probabilitas 0,05. Dari tabel
diatas dapat dijelaskan bahwa nilai r hitung > r tabel berdasarkan uji signifikan 0.05, artinya
bahwa item-item tersebut diatas valid.

Reliabilitas berasal dari kata reliability. Reliabilitas adalah konsistensi (Walizer,


1987). Sugiharto dan Situnjak (2006) menyatakan bahwa reliabilitas mengacu pada
pengertian bahwa alat temu kembali informasi yang digunakan dalam penelitian dapat
diandalkan sebagai alat pengumpul data dan dapat mengungkapkan informasi yang
sebenarnya di lapangan. Ghozali (2009) menyatakan bahwa reliabilitas adalah alat untuk
mengukur kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau struktur. Sebuah survei
dikatakan otoritatif atau dapat diandalkan jika dibandingkan dengan survei tersebut konsisten
atau stabil. Keandalan tes mengacu pada tingkat kecepatan, konsistensi, prediktabilitas, dan
akurasi. Pengukuran yang reliabel adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang
reliabel.

b. Langkah pengujian reliabilitas dengan SPSS :


Klik Analyze -> Scale -> Reliability Analysis
1. Masukkan seluruh item variabel X ke Items
2. Pastikan pada model terpilih Alpha
3. Klik Ok

Nilai Cronbach Alpha sebesar 0.981 yang menunjukan bahwa ke-11 pernyataan cukup
reliabel.
Dalam SPSS kita bisa gunakan uji pearson product moment untuk uji validitas butir,
dan kita bisa gunakan corrected item to toral correlalation
4. Konsep Dasar Analisis Faktor
Pada dasarnya, Analisis faktor (AF) merupakan salah satu analisis multivariant
yang dirancang dengan tujuan untuk meneliti sebuah sifat dari hubungan antara beberapa
variabel dalam pola hubungan dan satu perangkat tertentu.
Hardjodipuro, 1988 : 3, mengemukakan bahwa tujuan AF adalah menentukan
apakah satu perangkat variabel dapat digambarkan berdasarkan berdasarkan jumlah
“dimensi” atau “faktor” yang lebih sedikit daripada jumlah variabel. Sedangkan Suryanto
(1988 : 234) mengemukakan bahwa AF adalah kajian tentang kesalingketergantungan
antara variabelvariabel dengan tujuan untuk menemukan himpunan variabel baru yang
lebih sedikit jumlahnya dari variabel semula dan menunjukkan variabel-variabel mana
dari variabel semula tersebut yang merupakan faktor persekutuan.
Kerlinger (1996 : 1000) menyatakan bahwa AF merupakan keiritan upaya ilmiah
yaitu mengurangi kelipatgandaan tes dan pengukuran sehingga jauh menjadi lebih
sederhana dengan jalan memberitahukan hal-hal sebagai berikut : ada butir-butir tes atau
ukuran yang saling dapat serasi atau sama tujuannya dan sejauh mana kesamaan itu,
ukuranukuran apa saja yang mengukur hal yang sama dan seberapa jauhkah ukuran-
ukuran tersebut mengukur hal atau karakteristik yang diukur. Kemudian Kerlinger juga
menambahkan bahwa AF juga membantu menemukan dan mengidentifikasi keutuhan-
keutuhan atau sifat-sifat mendasar yang melandasi tes dan pengukuran.
Hardjodipuro (1988 : 62) mengemukakan bahwa AF merupakan penyederhaan
ilmiah (scientific parsimony) karena analisis tersebut mengurangi kerumitan tes dan
pengukuran menjadi suatu deskripsi ilmiah yang sederhana. Didalamnya, AF membahas
mengenai berbagai tes atau berbagai pengukuran mana yang merupakan satu kelompok
atau mana yang mengukur atau menguji hal-hal yang sama tersebut. AF juga dapat
membantu mengurangi jumlah variabel. AF juga dapat membantu peneliti dapat
menemukan dan mengidentifikasi satuan-satuan atau ciri-ciri yang mendasari suatu tes
dan pengukuran.
Terdapat beberapa istilah teknis yang harus diketahui dalam AF, yakni:
1) Variabel/butir
AF akan menguji apakah setiap butir tersebut mengukur masing-masing
satu dimensi variabel atau beberapa butir sebenarnya mengukur dimensi yang
sama. AF membantu menyederhanakan dengan menyatukan beberapa variabel
bebas yang ternyata mengukur hal yang sama ke dalam faktor, sehingga
variabel terikat tidak dijelaskan oleh terlalu banyak variabel, tapi hanya
beberapa variabel (faktor) saja.
2) Faktor
Faktor adalah sejumlah butir / alasan yang sebenarnya mengerok perspektif
yang arah-arah. Mengukur / menggambarkan alasan memperuntukkan
terlampau berlebihan butir / alasan berperan sulit menangkap perspektif yang
dimiliki alasan. AF membantu membentuk pemendekan tambah mengerahkan
sejumlah butir / alasan yang mengerok perspektif arah-arah berperan tunggal
faktor.
3) Ekstraksi
Menurut arti kamus, ekstraksi (extraction) berarti memeras dan ekstrak
(extract) berarti sari (Echols dan Shadily, 1993 : 227). Beberapa butir /
variabel kemungkinan mengukur / menjelaskan dimensi yang sama atau
memiliki faktor yang sama. Prosedur 160 ekstraksi dilakukan untuk memeras
banyak butir / variabel hingga ditemukan beberapa faktor saja yang menjadi
sarinya.
4) Eigenvalues
Eigenvalues adalah ukuran nilai tertentu dari varians butir agar dapat
dikonstruksi menjadi sebuah faktor. Setiap butir memiliki eigenvalues 1,00
bila digunakan untuk mengukur variabel. Sebuah faktor dimaksudkan untuk
meringkas butir-butir yang mempunyai dimensi sama. Pekerjaan meringkas
berfungsi dengan baik bila faktor berperan lebih baik dibandingkan butirbutir
berdiri sendiri, sehingga faktor harus mempunyai varians di atas 1,00. Oleh
karena itu faktor hanya akan dipertahankan bila memiliki eigenvalues di atas
1,00.
5) Rotasi
Rotasi (rotation) mempunyai arti kamus perputaran (Echols dan Shadily, 1993
: 491). Dalam AF, rotasi dimaksudkan sebagai proses memutar sumbu
mendekati koordinat butir / variabel, sehingga diketahui pengelompokkan dan
sumbangan butir kepada faktor.
6) Communalities
Faktor terbentuk karena adanya varians bersama beberapa butir. Setiap butir
mengandung varians umum, spesifik dan galat. Varians umum (common
variance) merupakan bagian dari varians butir tersebut yang disumbangkan
kepada setiap faktor. Total varians umum yang disumbangkan kepada semua
faktor disebut komunalitas yang dinotasikan dengan h 2 . Bila metode
ekstraksi menggunakan principal component analysis, maka komunalitas akan
selalu 1,00 (satu), karena metode ekstraksi ini tidak memisahkan varians
umum, spesifik dan galat.
7) Factor loadings
Muatan faktor (factor loadings) yang dinotasikan dengan h merupakan
sumbangan varians bersama sebuah butir kepada faktor. Sebuah butir menjadi
muatan sebuah faktor bila memberikan sumbangan yang besar hanya pada
satu faktor tersebut dan tidak pada faktor lainnya.

5. Praktikum Analisis Faktor dengan Software SPSS


Beberapa data diperlukan dalam AF. Data-data tersebut diperoleh dari AF
(analisis faktor) dengan mengikuti prosedur uji. Prosedur uji melibatkan beberapa
langkah. Menurut Norrusis (1988 : 1011 – 1022), langkah-langkah yang harus ditempuh
dalam AF adalah menghitung korelasi matriks, melakukan ekstraksi, melakukan rotasi
dan penamaan atau penafsiran faktor. Sebelum analisis dilakukan beberapa asumsi harus
terpenuhi, sehingga secara keseluruhan langkah-langkah uji AF adalah: (1) menguji
kelayakan analisis, (2) menyajikan matriks korelasi, (3) melakukan ekstraksi, (4)
melakukan rotasi, dan (5) memberikan penamaan faktor. Langkah-langkah tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
1. Menguji kelayakan analisis Menguji kelayakan analisis dilakukan untuk melihat
terpenuhinya asumsi sebagai syarat dapat dilakukan AF. Kriteria untuk
mengetahui apakah suatu data dapat dianalisis faktor ditentukan oleh dua hal yaitu
harga koefisien Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) sampling adequacy dan Bartlett’s
sphericity test. Uji KMO sampling adequacy diperlukan untuk melihat kecukupan
sampel yang dianalisis dan uji Bartlett untuk melihat normalitas data yang akan
dianalisis. Dengan terpenuhinya asumsi maka kesimpulan AF mempunyai
kemampuan generalisasi (generalizability).
2. Menyajikan matriks korelasi Matriks korelasi menyajikan interkorelasi antarbutir.
Matriks diperlukan untuk mengetahui butir-butir yang saling berkorelasi tinggi
dan rendah. Butir yang saling berkorelasi tinggi berarti mengukur dimensi yang
sama dan sebaliknya.
3. Melakukan ekstraksi Proses ekstraksi dilakukan untuk mendapatkan lebih sedikit
faktor (eigenvalues factor) dari sejumlah banyak butir / variabel dan sumbangan
faktor terhadap keseluruhan butir (total variance explained). Terdapat beberapa
metode untuk melakukan ekstraksi. Menurut Paryono (1994 : 316 – 317),
ekstraksi faktor dapat dilakukan menggunakan metode : (1) analisis komponen
utama (principal component analysis), (2) pemfaktoran sumbu utama (principal
axis factoring), (3) pemfaktoran kemiripan maksimal (maximum likelihood
factoring), (4) pemfaktoran alpha (alpha factoring), (5) pemfaktoran citra (image
factoring), (6) kuadrat terkecil tidak dibobot (unweighted least squares), dan (7)
kuadrat terkecil tergeneralisir (generalized least squares).
4. Melakukan rotasi Rotasi adalah proses memutar sumbu mendekati koordinat
titiktitik butir / variabel. Proses ekstraksi hanya menentukan jumlah faktor yang
meringkas keseluruhan butir, namun belum menentukan distribusi butir-butir ke
dalam faktor-faktor yang meringkasnya. Rotasi melakukan proses yang belum
dilakukan oleh prosedur ekstraksi dengan menarik butir-butir ke dalam faktor-
faktor terdekat. Rotasi dapat dilakukan dengan satu dari beberapa metode :
varimax, quartimax, equamax dan oblimin (Paryono, 1994 : 317). Rotasi dapat
dilakukan dengan memutar membentuk sudut 90° (ortogonal) atau tidak.
5. Memberikan penamaan faktor. Langkah terakhir adalah menamai (labeling) faktor
yang terbentuk dari proses ekstraksi dan rotasi. Nama diberikan berdasarkan
kesamaan ciri butir yang menjadi muatan faktor.

Berdasarkan hasil uji AF, interpretasi harus dilakukan. Interpretasi mengacu


kepada hasil analisis dari prosedur uji AF, yaitu : (1) KaiserMeyer-Olkin (KMO)
sampling adequacy, (2) uji normalitas Bartlett (Bartlett’s test of sphericity), (3)
matriks korelasi, (4) eigenvalues, (5) communalities, (6) total variance explained, dan
(7) factor No. 15/VIII/TEKNODIK/DESEMBER/2004 163 loadings. Untuk
memudahkan interpretasi, hasil uji itu dikelompokkan berdasarkan kepentingan
interpretasi yaitu : (1) menguji kelayakan analisis, (2) menyajikan matriks korelasi,
(3) melakukan ekstraksi, (4) melakukan rotasi dan (5) memberi nama faktor.
Beberapa tabel hasil uji AF menggunakan program SPSS for Windows version 10.00
disajikan untuk menjadi bahan yang diinterpretasikan.

Anda mungkin juga menyukai