Anda di halaman 1dari 6

UJI VALIDITAS

OLEH
AFRIANUS JENUDIN (16119013)
JESICA M. APRILIA (16119010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG
2022
A. PENGERTIAN VALIDITAS
Validitas berasal dari bahasa Inggris dari kata validity yang berarti keabsahan atau
kebenaran. Dalam konteks alat ukur atau instrumen asesmen, validitas berarti sejauh mana
kecermatan atau ketepatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas adalah
ketepatan (appropriateness), kebermaknaan (meaningfull) dan kemanfaatan (usefulness) dari
sebuah kesimpulan yang didapatkan dari interpretasi skor tes (Kusaeri, 2012:75). Validitas
mengarah kepada ketepatan interpretasi hasil penggunan suatu prosedur evaluasi sesuai
dengan tujuan pengukurannya. Menurut Sudjana (2004: 12), validitas adalah ketepatan alat
penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.
Menurut Azwar (1987:173), validitas atau validity berarti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes
dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur
secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran tersebut Dari beberapa pendapat menurut para ahli diatas dapat kita analisis
dan buat kesimpulan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat ke
validan atau kesahihan suatu instrmen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang
tinggi dan sebaliknya bila tingkat validitasnya rendah maka instrumen tersebut kurang valid.
Sebuah Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak
diukur/diinginkan. Sebuah instrumen dikatan valid apabila bisa mengungkap data dari variabel
yang diteliti.
B. PRINSIP-PRINSIP VALIDITAS
Terdapat empat prinsip dalam melakukan uji validitas, yaitu sebagai berikut:
1. Interpretasi (interpretation) yang kita berikan terhadap asesmen hanya
valid terhadap derajat yang kita arahkan ke suatu bukti yang
mendukung kecocokan dan kebenarannya.
2. Kegunaan (use) yang bisa kita buat dari hasil asesment hanya valid
terhadap derajat yang kita arahkan ke suatu buktiyang mendukung
kecocokan dan kebenarannya.
3. Interpretasi dan kegunaan dari hasil asesment hanya valid ketika
nilai (values) yang dihasilkan sesuai.
4. Interpretasi dan kegunaan dari hasil asesment hanya valid ketika
konsekuensi (consequences) dari interpretasi dan kegunaan ini
konsisten dengan nilai kecocokan.
C. JENIS-JENIS VALIDITAS
1. Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi menunjukkan sejauh mana pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu tes
atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional perilaku sampel
yang dikenai tes tersebut. Validitas isi mengukur derajat kemampuan tes dalam
mengukur cakupan substansi elemen yang ingin diukur (Azwar, 1997:74). Validitas
isi digunakan untuk mengukur kemampuan belajar, hasil belajar atau prestasi
belajar.
2. Validitas Konstruk (Construct Validity)
Validitas Konstruk adalah validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh butir-butir
tes mampu mengukur apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep
khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan. Validitas konstruk (construct)
berkaitan dengan fenomena dan objek yang abstrak, tetapi gejalanya dapat di amati
dan dapat di ukur (Kusaeri, 2012:81). Validitas Konstruk dapat digunakan untuk
mengukur sikap, minat konsep diri, lokus kontrol, gaya kepemimpinan, motivasi
berprestasi, dan lain-lain, maupun yang sifatnya performa maksimum seperti
instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat), inteligensi (kecerdasan intelektual),
kecerdasan, emosional dan lain-lain.
3. Validitas Kriteria (Criterion-Related Validity)
Validitas kriteria atau validitas empriris ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria
internal maupun kriteria eksternal. Validitas kriteria diperoleh melalui hasil uji coba
tes kepada responden yang setara dengan responden yang akan dievaluasi atau diteliti.
Validitas kriteria merupakan sebuah ukuran validitas yang ditentukan dengan cara
membandingkan skor-skor tes dengan kinerja tertentu pada sebuah ukuran luar atau
yang lain (Sudjana,1999:15). Contoh penggunaan validitas kriteria adalah tes intelijensi
yang berkorelasi dengan rata-rata nilai akademis. Asumsinya, jika intelijensi seseorang
tinggi maka yang terjadi adalah dia akan mendapatkan nilai akademis yang bagus.
4. Validitas Muka (Face Validity) Validitas muka adalahtipe validitas yang paling rendah
signifikasinya karena hanya didasarkan pada penilaian selintas mengenai isi alat ukur.
Apabila isi alat ukur telah tampak sesuai dengan apa yang ingin diukur maka dapat
dikatakan validitas muka telah terpenuhi (Arikunto, 1991:66). Validitas muka bisa
dikatakan juga sebagai validitas rendah dari validitas isi (Content Validity).
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VALIDITAS
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes evaluasi tidak valid. Beberapafaktor
tersebut secara garis besar dapat dibedakan menurut sumbernya, yaitu faktor internal dari
tes, faktor eksternal tes, dan faktor yang berasal dari responden yang bersangkutan (Sukardi,
2008). Dan faktor – faktor tersebut yaitu :
1) Faktor yang berasal dari dalam tes, sebagai berikut:
 Arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas sehingga dapat mengurangi
validitas tes.
 Kata-kata yang digunakan dalam struktur instrumen evaluasi, tidak terlalu sulit.
 Item tes dikonstruksi dengan jelas.
 Tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran yang diterima
siswa.
 Waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini termasuk kemungkinan terlalu kurang
atau terlalu longgar.
 Jumlah item terlalu sedikit sehingga tidak mewakili sampel.
 Jawaban masing-masing item evaluasi bisa diprediksi responden
2) Faktor yang berasal dari administrasi dan skor tes, sebagai berikut:
 Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga responden dalam memberikan jawaban
dalam situasi tergesa-gesa.
 Adanya kecurangan dalam tes.
 Pemberian petunjukdari pengawas yang tidak dapat dilakukan pada semua responden.
 Teknik pemberian skor yang tidak konsisten.
 Responden tidak dapat memngikuti arahan yang diberikan dalam tes baku.
 Adanya joki (orang lain bukan siswa) yang masuk dalam menjawab item tes yang
diberikan.
E. CARA MENGHITUNG VALIDITAS
Untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada butir yang
dimaksud dikorelasikan dengan skor totalnya. Skor tiap butir soal dinyatakan skor X dan skor
total dinyatakan sebagai skor Y, dengan diperolehnya indeks validitas setiap butir soal, dapat
diketahui butir-butir soal manakah yang memenuhi syarat dilihat dari indeks validitasnya
(Arikunto, 1999:78). Tentukan koefisien korelasi antara skor hasil tes yang akan diuji
validitasnya dengan hasil tes yang terstandar yang dimiliki oleh yang sama dengan menggunakan
rumus korelasi produk momen di bawah ini:
 Instrumen valid, jika r-hitung = r-tabel
 Instrumen tidak valid, jika r-hitung < r-tabel

Kategori dari validitas instrument yang mengacu pada pengklasifikasian validitas yang
dikemukakan oleh Guilford (1956:145) sebagai berikut:

0,80 < rxy 1,00 : Validitas Sangat Tinggi (Sangat Baik)

0,60 < rxy 0,80 : Validitas Tinggi (Baik)

0,40 < rxy 0,60 : Validitas Sedang (Cukup)

0,20 < rxy 0,40 : Validitas Rendah (Kurang)

0,00 < rxy 0,20 : Validitas Sangat Rendah (Jelek)

rxy 0,00 : Tidak Valid

Anda mungkin juga menyukai