Anda di halaman 1dari 7

Validitas

Validitas berasal dari kata ’’validity’’ yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur
dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi
ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran
tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan
sebagai tes yang memiliki validitas rendah (Azwar, 1997).
Validitas adalah ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil pengukuran atau evaluasi,
jadi jika data yang dihasilkan dari sebuah instrument valid, maka dapat dikatakan bahwa
instrumen tersebut valid, karena dapat memberikan gambaran tetang data secara benar sesuai
dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya jadi jika data yang dihasilkan oleh instrument
benar atau valid, sesuai kenyataan, maka instrument yang digunakan tersebut juga valid.
Validitas adalah ketepatan (appropriateness), kebermaknaan (meaningfull) dan
kemanfaatan (usefulness) dari sebuah kesimpulan yang didapatkan dari interpretasi skor tes
(Kusaeri, 2012:75). Validitas mengarah kepada ketepatan interpretasi hasil penggunan suatu
prosedur evaluasi sesuai dengan tujuan pengukurannya.
Berikut ini beberapa pengertian validitas menurut beberapa ahli:
1. Menurut Arikunto (1999:65), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kesahihan suatu tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang
hendak diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria,
dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria.
2. Menurut Sudjana (2004: 12), validitas adalah ketepatan alat penilaian terhadap
konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.
3. Menurut Suryabrata (2000:41), validitas adalah derajat fungsi pengukuran suatu tes,
atau derajat kecermatan ukurnya sesuatu tes. Validitas suatu tes mempermasalahkan
apakah tes tersebut benar-benar mengukur apa yang hendak diukur.
4. Menurut Azwar (1987:173), validitas atau validity berarti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu
tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi
ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud
dilakukannya pengukuran tersebut.
Prinsip Validitas
Terdapat empat prinsip dalam melakukan uji validitas, yaitu sebagai berikut:
1. Interpretasi (interpretation) yang kita berikan terhadap asesmen hanya valid terhadap
derajat yang kita arahkan ke suatu bukti yang mendukung kecocokan dan
kebenarannya.
2. Kegunaan (use) yang bisa kita buat dari hasil asesment hanya valid terhadap derajat
yang kita arahkan ke suatu bukti yang mendukung kecocokan dan kebenarannya.
3. Interpretasi dan kegunaan dari hasil asesment hanya valid ketika nilai (values) yang
dihasilkan sesuai.
4. Interpretasi dan kegunaan dari hasil asesment hanya valid ketika konsekuensi
(consequences) dari interpretasi dan kegunaan ini konsisten dengan nilai kecocokan.
Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi
apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai
dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas
rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.
Terkandung di sini pengertian bahwa ketepatan pada validitas suatu alat ukur tergantung
pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.
Suatu tes yang dimaksudkan untuk mengukur variabel A dan kemudian memberikan hasil
pengukuran mengenai variabel A, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas tinggi.
Suatu tes yang dimaksudkan mengukur variabel A akan tetapi menghasilkan data mengenai
variabel A’ atau bahkan B, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas rendah untuk
mengukur variabel A dan tinggi validitasnya untuk mengukur variabel A’ atau B (Azwar: 1997).

A. Validitas Tes
Secara garis besar ada dua macam validitas tes, yaitu validitas logis dan validitas
empiris. Berikut ini akan dijelaskan tentang pengujian Validitas Logika (Logical Validity)
dan Validitas Empiris (Empirical Validity) serta bagian-bagian dari masing-masing validitas
tersebut.
a. Validitas Logika
Validitas Logika adalah validitas yang diperoleh atas dasar hasil pemikiran atau
berpikir secara logis (Anas Sudijono, 1995). Dengan demikian, suatu tes hasil belajar dapat
dikatakan telah memiliki validitas rasional apabila tes hasil belajar itu memang (secara
rasional) dengan tepat telah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas rasional
ataukah belum, dapat dilakukan penelusuran dari dua segi, yaitu dari segi isinya (Content)
dan dari segi susunan atau konstruksinya (Construct).
1. Validitas Isi (Content Validity)
Suatu tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu
yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan (Suharsimi A, 1995:64).
Selanjutnya, juga dikatakan bahwa suatu tes hasil belajar dapat dikatakan valid, apabila
materi tes tersebut betul-betul merupakan bahan-bahan yang representatif terhadap
bahan-bahan pelajaran yang diberikan. Jadi, validitas isi adalah validitas yang dilihat dari
segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar, yaitu : sejauh mana hasil tes
belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili
secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya
diteskan (diujikan).
Cara yang dapat ditempuh agar isi tes hasil belajar representatif terhadap
keseluruhan materi tes adalah memilih konsep-konsep materi yang esensial. Misalnya
menetapkan sejumlah konsep dari setiap pokok bahasan yang ada. Selanjutnya setiap
konsep dikembangkan beberapa pertanyaan tes. Disinilah pentingnya peranan kisi-kisi
sebagai alat untuk memenuhi validitas isi. Dalam hal tertentu untuk tes yang telah disusun
sesuai dengan kurikulum (materi dan tujuan) agar memenuhi validitas isi, dapat pula
dimintakan bantuan ahli bidang studi untuk menelaah apakah konsep materi yang
diajukan telah memadai atau tidak sebagai sampel tes (Nana Sudjana, 1991:14).
Validitas isi dari suatu tes hasil belajar dapat juga diketahui dengan jalan
membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes hasil belajar, dengan tujuan
pembelajaran khusus yang telah ditentukan untuk masing-masing mata pelajaran ; apakah
hal-hal yang tercantum dalam tujuan pembelajaran khusus sudah terwakili secara nyata
dalam tes hasil belajar tersebut ataukah belum (Anas Sudijono, 1998). Jika penganalisisan
secara rasional itu menunjukkan hasil yang membenarkan tentang telah tercerminnya
tujuan pembelajaran khusus itu di dalam tes hasil belajar, maka tes hasil belajar tersebut
dapat dinyatakan sebagai tes hasil belajar yang telah memiliki validitas isi. Misalnya: tes
bidang studi IPS, harus mampu mengungkap isi bidang studi tersebut, pengukuran
motivasi harus mampu mengukur seluruh aspek yang berkaitan dengan konsep motivasi,
dan demikian juga untuk hal-hal lainnya. Menurut Kenneth Hopkin penentuan validitas
isi terutama berkaitan dengan proses analisis logis, dengan dasar ini dia berpendapat
bahwa validitas isi berbeda dengan validitas rupa yang kurang menggunakan analisis
logis yang sistematis, lebih lanjut dia menyatakan bahwa sebuah instrumen yang punya
validitas isi biasanya juga mempunyai validitas rupa, sedang keadaan sebaliknya belum
tentu benar.

2. Validitas Konstruksi (Construct Validity)


Validitas konstruksi dapat diartikan sebagai validitas yang dilihat dari segi
susunan, kerangka atau rekaannya (Anas Sudijono, 1998). Jadi, suatu tes hasil belajar
dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas konstruksi, apabila tes hasil
belajar tersebut, ditinjau dari susunan, kerangka atau rekaannya telah dapat dengan secara
tepat mencerminkan suatu konstruksi dalam aspek-aspek berpikir (kognitif, afektif,
psikomotorik) sebagaimana telah ditentukan dalam tujuan pembelajaran khusus.
Validitas konstruksi dari suatu tes hasil belajar dapat dilakukan penganalisisannya
dengan jalan melakukan pencocokan antara aspek-aspek berpikir yang terkandung dalam
tes hasil belajar tersebut, dengan aspek-aspek berpikir yang dikehendaki untuk diungkap
oleh tujuan pembelajaran khusus. Jika secara logis atau rasional hasil penganalisisan itu
menunjukkan bahwa aspek-aspek berpikir yang diungkap melalui butir-butir soal tes hasil
belajar itu sudah denagn secara tepat mencerminkan aspek-aspek berpikir yang terdapat
dalam tujuan pembelajaran khusus, maka tes hasil belajar tersebut dapat dinyatakan
sebagai tes hasil belajar yang valid dari segi susunannya atau telah memiliki validitas
konstruksi.

b. Validitas Empiris
Validitas empiris adalah validitas yang bersumber atau diperoleh atas dasar
pengamatan di lapangan (Anas Sudijono, 1998). Jadi, tes hasil belajar dapat dikatakan telah
memiliki validitas empiris apabila berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap data
hasil pengamatan di lapangan, terbukti bahwa tes hasil belajar itu dengan secara tepat telah
dapat mengukur hasil belajar yang seharusnya diungkap atau diukur melalui tes hasil belajar
tersebut.
Untuk menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas empiris ataukah
belum, dapat dilakukan penelurusan dari dua segi, yaitu dari segi daya ketepatan
meramalnya (predictive validity) dan daya ketepatan bandingannya (concurrent validity).
1. Validitas Ramalan (Predictive Validity)
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila
mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan
datang (Suharsimi A, 1995:66). Misalnya tes masuk Perguruan Tinggi adalah sebuah tes
yang diperkirakan mampu meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti kuliah
di masa yang akan datang. Sebagai alat pembanding validitas ramalan adalah nilai-nilai
yang diperoleh setelah peserta tes mengikuti perkuliahan di Perguruan Tinggi. Jika ada
mahasiswa yang memiliki nilai tes lebih tinggi, namun gagal dalam mengikuti ujian
semester, dibandingkan dengan mahasiswa yang nilai tes masuk Perguruan Tinggi lebih
rendah maka tes masuk Perguruan Tinggi yang dimaksud tidak memiliki validitas
prediksi.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa untuk mengetahui apakah suatu tes
hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas ramalan atau
belum, dapat ditempuh dengan cara mencari korelasi antara tes hasil belajar yang sedang
diuji validitas ramalannya dengan kriterium yang ada. Jika diantara kedua variabel
tersebut terdapat korelasi positif yang signifikan, maka tes hasil belajar yang sedang diuji
validitas ramalannya itu, dapat dinyatakan sebagai tes hasil belajar yang telah memiliki
daya ramal yang tepat, artinya apa yang telah diramalkan, betul-betul telah terjadi secara
nyata dalam praktek.

2. Validitas Bandingan (Concurrent Validity)


Suatu tes dikatakan telah memiliki validitas bandingan apabila tes tersebut dalam
kurun waktu yang sama dengan secara tepat telah mampu menunuukkan adanya
hubungan yang searah, antara tes pertama dengan tes berikutnya (Anas Sudijono, 1998).
Dalam rangka menguji validitas bandingan, data yang mencerminkan pengalaman
yang diperoleh pada masa lalu, maka tes yang memiliki karateristik sepert iitu dapat
dikatakan telah memiliki validitas bandingan.
Validitas empiris mempunya kriterium yang ada dan inilah yang dimaksud dengan
validitas konkuren (validitas “ada sekarang” atau validitas bandingan). Validitas kokuren
adalah derajat dimana skor dalam suatu tes dihubungkan dengan skor lain yang telah
dibuat. Validitas konkuren ditentukan dengan membangun analisis hubungan atau
perbedaan.
Cara yang digunakan untuk menilai validitas bandingan ialah dengan jalan
mengkolerasikan hasil-hasil yang dicapai dalam tes tersebut dengan hasil-hasil yang
dicapai dalam tes tersebut dengan hasil-hasil yang dicapai dalam tes yang sejenis yang
telah diketahui mempunyai validitas yang tinggi (misalnya tes standar). Tinggi rendahnya
koefisien kolerasi yang diperoleh menunjukkan tinggi rendahnya validitas tes yang akan
kita nilai kualitasnya.Hasil yang dicapai atau koefesien validitas yang muncul
menunjukkan derajat hubungan validitas tes yang baru. Jika koefesiennya tinggi, maka
tes yang baru memiliki validitas konkuren yang baik, begitupun sebaliknya.

Kesimpulan
1. Validitas adalah ketepatan (appropriateness), kebermaknaan (meaningfull) dan
kemanfaatan (usefulness) dari sebuah kesimpulan yang didapatkan dari interpretasi skor
tes
2. Terdapat dua macam validitas tes, yaitu validitas logis dan validitas empiris.
a. Validitas Logika adalah validitas yang diperoleh atas dasar hasil pemikiran atau
berpikir secara logis.
b. Validitas empiris adalah validitas yang bersumber atau diperoleh atas dasar
pengamatan di lapangan

Daftar Pustaka
Riadi, M. 2017. Pengertian, Jenis dan Cara Menghitung Validitas . (Online).
https://www.kajianpustaka.com/2017/04/pengertian-jenis-dan-cara-menghitung-validitas.html .
(Diakses pada tanggal 19 Februari 2020).
Setiawan, S. 2020. Pengertian Validitas Beserta Bentuk dan Jenis. (Online).
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-validitas/ . (Diakses pada tanggal 19 Februari 2020).

Anda mungkin juga menyukai