Anda di halaman 1dari 24

I.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penelitian pada dasarnya merupakan proses untuk melakukan pengukuran.

Oleh karena itu agar kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tidak keliru atau

tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dengan keadaan yang sebenarnya

maka diperlukan alat ukur yang berupa skala atau test yang valid dan reliabel.

Evaluasi memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar yang

dilaksanakan oleh seorang guru. Diantara tujuan dari evaluasi adalah untuk

menilai ketercapaian tujuan pendidikan oleh anak didik, sarana untuk mengetahui

apa yang telah anak didik ketahui dalam kegiatan belajar mengajar, dan

memotivasi anak didik. Untuk mengevaluasi hasil belajar dan proses belajar

siswa, seorang guru menggunakan berbagai macam alat atau instrumen evaluasi

seperti tes tertulis, tes lisan, ceklis-observasi, angket-wawancara, dan

dokumentasi.

Keberhasilan mengungkap hasil dan proses belajar ini sebagaimana

adanya (objektivitas hasil penilaian) sangat bergantung pada kualitas alat

penilainya, di samping itu juga yang tidak kalah pentingnya tergantung pada cara

pelaksanaannya. Suatu alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik

apabila alat tersebut memiliki atau memenuhi dua hal, yaitu validitas (ketepatan)

dan reliabilitas (ketetapan atau keajegan) alat tes terjamin kualitasnya. Alat tes

yang bagaimana dan seperti apa yang dikatakan memiliki validitas dan reliabilias

ini.

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa dan bagaimana yang dimaksud dengan Validitas?

2. Apa dan bagaimana yang dimaksud dengan Reliabilitas?

C. TUJUAN PENULISAN

Memberikan pengetahuan mengenai validitas dan reliabilitas tes, apa saja

jenisnya, faktor yang mempengaruhinya, contoh serta hal-hal lain yang dianggap

perlu untuk diketahui dan di kaji bersama.

2
II. PEMBAHASAN

A. UJI VALIDITAS

a.1 Pengertian

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukam fungsi ukurannya

(Azwar 1986). Selain itu validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan bahwa

variabel yang diukur memang benar-benar variabel yang hendak diteliti oleh

peneliti (Cooper dan Schindler, dalam Zulganef, 2006). Sedangkan menurut

Sugiharto dan Sitinjak (2006), validitas berhubungan dengan suatu peubah

mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas dalam penelitian menyatakan

derajat ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi sebenarnya yang diukur. Uji

validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur

yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur. Ghozali (2009)

menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur sah, atau valid

tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut.

Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika tes tersebut

menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat

sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Suatu tes menghasilkan data

yang tidak relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes

yang memiliki validitas rendah.

Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran.

Suatu alat ukur yang valid dapat menjalankan fungsi ukurnya dengan tepat, juga

3
memiliki kecermatan tinggi. Arti kecermatan disini adalah dapat mendeteksi

perbedaan-perbedaan kecil yang ada pada atribut yang diukurnya.

a.2 Jenis-Jenis Validitas

Terdapat enam jenis dari Vadilitas ini , Diantara ke-enam jenis tersebut

yakni :

1) Validitas Prediktif

Validitas Prediktif merupakan kesesuaian antara ramalan mengenai

perilaku seseorang terhadap perilaku yang nyata diharapkan suatu tes

mempunyai nilai prediktif yang tinggi maksudnya bahwa apa yang

diprerkirakan oleh tes mengenai perilaku seseorang dapat terbukti dilakukan

oleh orang tersebut. Adapun alat pengukur yang dibuat peneliti dimaksudkan

untuk memprediksi/meramalkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan

datang.

2) Validitas Konstruk

Terdapat beberapa sifat yang tidak langsung terlihat perwujudannya

dalam kelakuan manusia, misalnya seperti kepribadian seseorang. Kepribadian

ini terdiri dari beberapa komponen dengan melalui tes kepribadian ini kita

ingin mengetahui aspek manakah yang sebenarnya diukur. Melalui teknik

statistik yang sering sebut dengan analisa faktor bisa diselidiki berbagi

komponen kepribadian tersebut, Tes yang demikian itu dikatakan memiliki

validitas konstruk.

Validitas konstruk dipakai ketika kita menyasikan apakah gejala yang

dites benar-benar hanya mengandung 1 dimensi. Jika ternyata gejala tersebut

mengandung lebih dari 1 dimensi, maka dikatakan validitas tes itu diragukan.

4
Keuntungan validitas konstruk ini adalah agar kita mengetahui komponen

sikap atau sifat yang diukur dengan tes itu.

3) Validitas Isi

Validitas Isi merupakan isi atau bahan yang diuji relevan dengan

pengalaman, kemampuan dan pengetahuan atau latar belakang dari orang yang

tes. Apabila kita uji bahan yang ada diluar yang dipelajari maka tes itu tidak

memiliki validitas isi. Misalnya seperti menguji kemampuan mengenai bahasa

Inggris, maka yang harus dites adalah vocabulary, reading, structure,

grammar, writing, listening, bahkan perlu dilakukan tes pronouncation dan

conversation.

Jadi, validitas isi dihasilkan dengan melalui sampling yang baik yakni

memilih item-item yang representative dari keseluruhan bahan yang berkenaan

dengan hal yang akan di selidiki. Adapun kesulitan yang sering dihadapi

berkenaan dengan validitas isi ini adalah pilihan item yang digunakan biasanya

bersifat subjektif atau berdasarkan logika dari yang meneliti. maka dari itu

harus ada kesesuaian mengenai keseluruhan bahan dengan pilihan-pilihan item

yang representatif.

4) Validitas Eksternal

Pada saat penelitian sosial cukup banyak alat pengukur yang diciptakan

oleh peneliti untuk mengukur gejala sosial, alat pengukur tersebut sudah

memiliki validitas. Validitas eksternal merupakan jenis validitas yang

dihasilkan melalui cara mengorelasikan alat pengukur baru dengan tolak ukur

eksternal yang berupa alat ukur yang valid. Misalnya seperti ketika mengukur

kualitas penduduk dapat dikorelasikan antara angka kelahiran/ harapan hidup

5
dengan angka kematian bayi, Namun jika kedua angka tersebut berkorelasi

secara signifikan maka ke 2 jenis pengukuran tersebut sudah memiliki validitas

eksternal.

5) Validitas Budaya

Validitas budaya sangat penting bagi penelitian yang dilakukan di

negara suku bangsanya yang sangat bervariasi. Selain daripada itu penelitian

dilakukan sekaligus di berbagai negara dengan alat ukur yang sama juga akan

menghadapi masalah validitas budaya. Alat pengukur yang valid ketika

melakukan penelitian di suatu negara, tidak menentukan akan valid jika

digunakan di negara-negara lain yang memiliki budaya yang jelas berbeda.

6) Validitas Rupa

Validitas rupa tidak menunjukkan apakah alat pengukur dalam

mengukur apa yang akan diukur, Tetapi hanya menunjukkan dari segi rupa

suatu alat ukur tampaknya mengukur apa yang akan diukur.

Validitas rupa ini sangat penting dalam segi pengukur dari kemampuan

individu, Misalnya seperti dalam pengukuran kecerdasan, bakat atau

kemampuan serta keterampilan. Hal seperti ini dikarenakan dalam pengukuran

aspek kemampuan seperti itu faktor rupa alat ukur dapat menentukan

bagaimana minat seseorang dalam menjawab pertanyaan dalam alat ukur.

a.3 Prinsip Validitas

Ada beberapa prinsip ketika melakukan uji validitas, yaitu antara lain:

1) Interpretasi yang diberikan pada assesment hanya valid terhadap derajat

yang diarahkan ke suatu bukti yang mendukung kecocokan dan

kebenarannya.

6
2) Penggunaan yang bisa dibuat dari hasil assesment hanya valid terhadap

dejarat yang arahnya ke suatu bukti yang mendorong kecocokan dan

kebenarannya.

3) Interpretasi dan kegunaan dari hasil assesment hanga valid ketika nilai

(values) yang didapatkan sesuai

4) Interpretasi dan kegunaan dari hasil assesment hanya valid ketika

konsekuensi (consequences) dari interpretasi dan kegunaan ini konsisten

dengan nilai kecocokan.

a.4 Kelebihan dan Kekurangan

 Kelebihan

1) Lebih mudah dalam pemenuhan validitas untuk item-item indikator dari

suatu variabel dengan menggunakan uji korelasi product momen Pearson.

2) Apabila item-item indikator dari suatu variabel, maka akan semakin

mempermudah dalam pemenuhan uji reliabilitasnya dimana nilai alpha

cronbach akan semakin besar dan dapat memenuhi batas cut off value

tertentu yaitu 0.6 (Arikunto, Singarimbun dan Yarnest), yang menyebutkan

bahwa item-item indikator dari suatu variable dapat dikatakan valid apabila

mempunyai alpha cronbach >0.6.

3) Akibatnya dianggap lebih mudah dalam pemenuhan validitas item variabel,

karena tidak harus mengolah data menjadi lebih sempurna atau bahkan

terlalu sempurna yang cenderung tidak logis, agar dapat terpenuhi

validitasnya. Dikatakan valid jika nilai signifikansi dari korelasi (r)<0.05,

dan dikatakan reliabel jika nilai alpha cronbach >0.6.

7
 Kekurangan

1) Apabila item indikator dari suatu variabel terlalu sedikit (<5 pertanyaan),

cenderung akan lebih sulit untuk membuat data menjadi valid dengan

tingkat reliabilitas yang tinggi.

2) Membutuhkan dua kali analisis yaitu untuk validitas dengan korelasi

product momen Pearson dan uji reliabilitasnya dengan reliability test.

a.5 Manfaat Validitas

1) Untuk menghindari pertanyaan yang kurang jelas

2) Untuk meniadakan kata-kata yang terlalu asing atau kata-kata yang

menimbulkan kecurigaan

3) Untuk memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas

4) Untuk menambah item yang diperlukan atau meniadakan item yang

dianggap tidak relevan

5) Untuk mengetahui validitas kuesioner tersebut

a.6 Cara Meningkatkan dan Mengembangkan Validitas

1) Mencatat bebas hal-hal penting serinci mungkin (setting,partisipan ataupun

hal-hal terkait).

2) Mendokumentasikan secara lengkap dan rapi data yang terkumpul, proses

pengumpulan data maupun strategi analisisnya.

3) Menyertakan partner saat observasi untuk menghindari subyektifitas

4) Melakukan pengecekan dan pengecekan kembali data, menguji

kemungkinan dugaan-dugaan yg berbeda.

8
a.7 Teknik Pengujian Validitas

Pekerjaan untuk mencari validitas suatu alat ukur disebut validation.

Prinsip dari validation adalah membandingkan hasil-hasil dari pengukuran faktor

dengan suatu kriterium (suatu ukuran yang telah dipandang valid untuk

menunjukkan faktor yang dimaksud). Jadi misalnya suatu alat pengukur hendak

menyelidiki faktor ketelitian kerja, maka harus diambil lebih dahulu suatu

kriterium yang telah dipandang mencerminkan suatu ketelitian kerja. Melalui

kriterium itulah kemudian hasil dari pengukuran faktor ketelitian kerja disoroti,

Jika hasil pengukuran faktor ketelitian kerja menunjukkan besarnya ketelitian

kerja yang sesuai dengan kriterium, maka alat pengukur itu dipandang valid.

Ada dua jenis kriterium yang digunakan untuk menguji kejituan alat pengukur,

yaitu:

1) Kriterium luar (external_criterion)

Yaitu suatu kriterium yang diambil dari luar (external) alat itu sendiri.

Misalnya: suatu tes tentang ketelitian kerja, diuji validitasnya dengan

prestasi kerja yang sesungguhnya sebagaimana ditunjukkan oleh catatan-

catatan hasil kerja atau penilaian pimpinan unit.

2) Kriterium dalam alat (internal_criterion)

Yaitu suatu kriterium yang diambil dari dalam (internal) alat itu sendiri.

Biasanya diambil hasil keseluruhan pengukuran atau total score sebagai

kriteriumnya. Misalnya, kita ingin mengukur intelegensi (yang terdiri dari

faktor-faktor; daya analisa, daya klarifikasi, daya ingatan, daya pemahaman,

daya kritik dan sebagainya), maka untuk menguji apakah sekelompk item

benar-benar mengukur daya analisa, misalnya, jawaban-jawaban terhadap

9
item daya analisa dicocokkan dengan hasil tes secara keseluruhan atau total

score-nya. Antara nilai total harus terdapat korelasi yang positif (tinggi dan

cukup meyakinkan). Kecocokkan antara hasil-hasil dari item yang disangka

mengukur suatu faktor dengan suatu kriterium yang dipandang telah valid

disebut factorial validity atau validitas faktor, di mana besar kecilnya

validitas faktor tergantung kepada besar kecilnya kecocokan itu.

a.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Validitas

Definisi yang jelas mengenai suatu konstrak pengukuran dapat

mempengaruhi validitas (Cook & Beckman, 2006). Selain itu, faktor-faktor yang

juga mempengaruhi yaitu: panjang alat ukur, variabilitas kemampuan kelompok,

instruksi tes yang ambigu, perbedaan sosio-kultural, penambahan item-item yang

tidak tepat.

a.9 Langkah Pengujian Validitas dengan SPSS

Untuk melakukan uji validitas ini menggunakan program SPSS. Teknik

pengujian yang sering digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah

menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson). Analisis ini

dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Skor

total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item-item pertanyaan yang

berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukkan item-item tersebut mampu

memberikan dukungan dalam mengungkap apa yang ingin diungkap à Valid. Jika

r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item

pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid). Langkah-

langkah dalam pengujian validitas ini yaitu :

10
1) Buat skor total masing-masing variabel (Tabel perhitungan skor)

2) Klik Analyze -> Correlate -> Bivariate (Gambar/Output SPSS)

3) Masukan seluruh item variabel x ke Variabels

11
4. Cek list Pearson;Two Tailed ; Flag

5. Klik Ok

Kategori validitas instrumen yang acuannya pada pengklasifikasian

validitas yang dikemukakan oleh Guilford:

 0,80 < rxy 1,00 validitas sangat baik (sangat tinggi)

 0,60 < ryx 0,80 validitas baik (tinggi)

 0,40 < rxy 0,60 validitas cukup (sedang)

 0,20 < rxy 0,40 validitas kurang (rendah)

 0,00 < rxy 0,20 validitas jelek (sangat rendah)

 rxy 0,00 tidak valid

B. UJI RELIABILITAS

b.1 Pengertian

Reliabilitas berasal dari kata reliability. Pengertian dari reliability

(riliabilitas) adalah keajegan pengukuran (Walizer, 1987). Sugiharto dan Situnjak

(2006) menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa

instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi yang

digunakan dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan data dan mampu

mengungkap informasi yang sebenarnya dilapangan. Ghozali (2009) menyatakan

bahwa reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

indikator dari peubah atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau

handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil

dari waktu ke waktu. Reliabilitas suatu test merujuk pada derajat stabilitas,

konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Pengukuran yang memiliki reliabilitas

yang tinggi adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliabel.

12
Realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali –

untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif

konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain, realibitas

menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala yang

sama.

Menurut Suryabrata (2004: 28) reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil

pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel

dalam artian harus memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan. Reliabilitas, atau

keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat

ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan

tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih

subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar

penilai). Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran yang dapat

diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang

seharusnya diukur. Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran

dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek

dan dalam kondisi yang sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila

memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa

diandalkan bila pengukuran yang berulang itu memberikan hasil yang berbeda-

beda.

Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh suatu angka

yang disebut nilai koefisien reliabilitas. Reliabilitas yang tinggi ditunjukan dengan

13
nilai rxx mendekati angka 1. Kesepakatan secara umum reliabilitas yang dianggap

sudah cukup memuaskan jika ≥ 0.700.

Sebuah tes dianggap memiliki reliabilitas yang baik apabila memiliki

karakteristik sebagai berikut:

1. Reliabilitas adalah properti dari serangkaian hasil tes. Ini berarti bahwa

suatu tes dikatakan baik jika dapat memberikan hasil yang akurat. Jika tes

ditugaskan ke kelas tertentu, itu juga dapat memberikan hasil yang

konsisten ketika ditugaskan ke kelas lain atau relatif berbeda jika diberikan

ke kelas yang sama pada waktu yang berbeda.

2. Tes dianggap dapat diandalkan jika dua tes dilakukan pada interval yang

berbeda dan hampir tidak memberikan hasil apa pun.

3. Keandalan dapat diberikan untuk dua atau lebih pengukuran independen

yang diperoleh dari tes yang sama untuk setiap anggota kelompok.

b.2 Jenis-jenis Reliabilitas

Salah satu syarat agar hasil suatu tes dapat dipercaya adalah tes tersebut

harus mempunyai reliabilitas yang memadai. Reliabilitas dibagi menjadi 2 macam

(Jaali dan Pudji 2008), yaitu;

 Reliabilitas Konsistensi tanggapan, dan

 Reliabilitas konsistensi gabungan item

1) Reliabilitas Konsistensi tanggapan

Reliabilitas ini selalu mempersoalkan mengenai tanggapa responden

atau objek terhadap tes tersebut apakah sudah baik atau konsisten. Dalam artian

apabila tes yang telah di cobakan tersebut dilakukan pengukuran kembali

terhadap obyek yang sama, apakah hasilnya masih tetap sama dengan

14
pengukuran sebelumnya. Jika hasil pengukuran kedua menunjukkan

ketidakonsistenan, maka hasil pengukuran tersebut tidak mengambarkan

keadaan obyek yang sesungguhnya. Untuk mengetahui apakah suatu tes atau

instrument tersebut sudah mantap atau konsisten, maka tes/instrument tersebut

harus diuji kepada obyek ukur yang sama secara berulang-ulang.

Ada tiga mekanisme untuk memeriksa reliabilitas tanggapan responden

terhadap tes (Jaali; 2008) yaitu :

 Teknik test-retest ialah pengetesan dua kali dengan menggunakan suatu tes

yang sama pada waktu yang berbeda.

 Teknik belah dua ialah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan

dua kelompok item yang setara pada saat yang sama.

 Bentuk ekivalen ialah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan

menggunakan dua tes yang dibuat setara kemudian diberikan kepada

responden atau obyek tes dalam waktu yang bersamaan.

2) Reliabilitas konsistensi gabungan item

Reabilitas ini terkait dengan konsistensi antara item-item suatu tes atau

instrument.. Apabila terhadap bagian obyek ukur yang sama, hasil pengukuran

melalui item yang satu kontradiksi atau tidak konsisten dengan hasil ukur

melalui item yang lain maka pengukuran dengan tes (alat ukur) sebagai suatu

kesatuan itu tidak dapat dipercaya. Untuk itu jika terjadi hal demikian maka

kita tidak bisa menyalahkan obyek ukur, melainkan alat ukur (tes) yang

dipersalahkan, dengan mengatakan bahwa tes tersebut tidak reliable atau

memiliki reliabilitas yang rendah.

15
Koefisien reliabilitas konsistensi gabungan item dapat dihitung dengan

menggunakan 3 rumus (Jaali: 2008), yakni :

 Rumus Kuder-Richardson, yang dikenal dengan nama KR-20 dan KR-21.

 Rumus koefisien Alpha atau Alpha Cronbach.

 Rumus reliabilitas Hoyt, yang menggunakan analisis varian.

b.3 Prinsip Reliabilitas

1) Panjang test, semakin panjang test evaluasi, semakin banyak jumlah item

materi pembelajaran diukur. Ini menunjukan dua kemungkinan yaitu test

semakin mendekati kebenaran, dan dalam memgikuti test, semakin kecil

siswa menebak. Berarti semakin tinggi koefisien reliabilitas.

2) Penyebaran skor koefisien reliabiltas secara langsung dipengeruhi oleh

bentuk sebaran skor dalam kelompok siswa yang diukur. Semakin tinggi

sebaran semakin tingi estimasi koefisien reliabilitas. Hal ini tejadi karena

posisi skor siswa, secara individual mempunyai kedudukan sama pada tes

retest lain, sebagai acuan.

3) Kesulitan test; test normative yang terlalu mudah atau terlalu sulit, skor

untuk siswa cenderung menghasilkan reliabilitas rendah. Fenomena

tersebut, akan menghasilkan sebaran skor yang cenderung terbatas pada

salah satu sisi. Untuk test yang terlalu mudah skor jawaban siswa akan

mengumpul ada sisi atas, untuk tes terlalu sulit skor jawaban siswa akan

cenderung mengumpul pada ujung bawah. Dua kejadian tersebut

mempunyai kesamaan yaitu bahwa perbedaan di antara individu adalah

kecil dan cenderung tidak relevan

16
4) Objektivitas; yang di maksud objekif yaitu derajat dimana siswa dengan

kompetensi sama mencapai hasil sama. Ketika prosedur test evaluasi

memiliki objektivitas tinggi, maka reliabilitas test tidak dipengaruhi oleh

prosedur teknik pengskoran. Item test objektif yang dihasilkan tidak

dipengaruhi pertimbangan atau opini seorang evaluator.

b.4 Kelebihan dan kekurangan

 Kelebihan

Dalam penelitian ini, uji keandalan setiap variabel diukur dengan

menggunakan Cronbach’s alpha. Ada tiga alasan peneliti menggunakan

uji Cronbach’s alpha. Pertama, karena teknik ini merupakan teknik pengujian

keandalan kuesioner yang paling sering digunakan (Bryman dan Bell, 2007:

176). Kedua, dengan melakukan uji Cronbach’s alpha maka akan terdeteksi

indikator-indikator yang tidak konsisten (Malhotra, 2012: 289). Ketiga, pada

penelitian sebelumnya oleh (Elsingerich dan Rubera: 2010), uji keandalan yang

digunakan dengan menggunakan Cronbach’s alpha.

 Kekurangan

Cronbach’s Alpha merupakan sebuah ukuran keandalan yang memiliki

nilai berkisar dari nol sampai satu (Hair et al., 2010: 92). Nilai tingkat

keandalan Cronbach’s Alpha minimum adalah 0,70. Ada dua alasan peneliti

menggunakan nilai keandalan Cronbach’s Alpha minimum 0,70.

Pertama, Cronbach’s Alpha yang andal (0,70), dapat memberikan dukungan

untuk konsistensi internal. Rata-rata varian dan realibilitas komposit melebihi

ambang batas yang disarankan (Bagozzi dan Yi, 1988). Kedua, karena peneliti

17
mengikuti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eisingerich dan Rubera

(2010: 27).

b.5 Manfaat Reliabilitas

Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam

hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden

yang sama akan menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas

instrumen mencirikan tingkat konsistensi. Banyak rumus yang dapat digunakan

untuk mengukur reliabilitas diantaranya adalah rumus Spearman Brown.

Ket :

r 11 adalah nilai reliabilitas

r b adalah nilai koefisien korelasi

b.6 Tehnik Pengujian Realibilitas

Tiga tehnik pengujian realibilitas instrument antara lain:

1) Teknik Paralel (Paralel Form atau Alternate Form)

Teknik paralel disebut juga tenik ”double test double trial”. Sejak awal

peneliti harus sudah menyusun dua perangkat instrument yang parallel

(ekuivalen), yaitu dua buah instrument yang disusun berdasarkan satu buah

kisi-kisi. Setiap butir soal dari instrument yang satu selalu harus dapat

dicarikan pasangannya dari instrumen kedua. Kedua instrumen tersebut diuji

cobakan semua. Sesudah kedua uji coba terlaksana, maka hasil instrumen

tersebut dihitung korelasinya dengan menggunakan rumus product moment

(korelasi Pearson).

18
2) Teknik Ulang (Test Re-test)

Disebut juga teknik ”single test double trial”. Menggunakan sebuah

instrument, namun dites dua kali. Hasil atau skor pertama dan kedua

kemudian dikorelasikan untuk mengetahui besarnya indeks reliabilitas.

Teknik perhitungan yang digunakan sama dengan yang digunakan pada

teknik pertama yaitu rumus korelasi Pearson. Realibilitas tes-retest adalah

seberapa besat derajat skor tes konsisten dari waktu ke waktu. Realibilitas

diukur dengan menentukan hubungan antara skor hasil penyajian tes yang

sama kepada kelompok yang sama, pada waktu yang berbeda.

b.7 Cara meningkatkan reliabilitas

1) Mengonsep satu variabel dengan jelas.

2) Setiap pengukuran harus merujuk pada satu dan hanya satu konsep/variabel.

Sebuah variabel harus spesifik agar dapat mengurangi intervensi informasi

dari variabel lain.

3) Menggunakan level pengukuran yang tepat. Semakin tinggi atau semakin

tepat suatu level pengukuran, maka variabel yang dibuat akan semakin

reliabel karena informasi yang dimiliki semakin mendetail. Prinsip dasarnya

adalah cobalah melakukan pengukuran pada level paling tepat yang

mungkin diperoleh.

4) Gunakan lebih dari satu indikator. Dengan adanya lebih dari satu indikator

yang spesifik, peneliti dapat melakukan pengukuran dari range yang lebih

luas terhadap konten definisi konseptual.

5) Gunakan Tes Pilot, yakni dengan membuat satu atau lebih draft atau dalam

sebuah pengukuran sebelum menuju ke tahap hipotesis (pretest). Dalam

19
penggunaan Pilot Studies, prinsipnya adalah mereplikasi pengukuran yang

pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu dari literatur-literatur yang

berkaitan. Selanjutnya, pengukuran terdahulu dapat dipergunakan sebagai

patokan dari pengukuran yang dilakukan peneliti saat ini. Kualitas

pengukuran dapat ditingkatkan dengan berbagai cara sejauh definisi dan

pemahaman yang digunakan oleh peneliti kemudian tetap sama.

b.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas

1) Pemilihan aitem. Tes merupakan pemilihan aitem-aitem yang digunakan

untuk mengukur suatu konstrak, dengan demikian pemilihan aitem

tersebut dapat menjadi sumber kesalahan dalam pelaksanaan tes. Untuk

meningkatkan konsistensi dapat memperbanyak pemilihan aitem yang

digunakan (Jacobs: 1991). Dengan demikian akan mengurangi responden

untuk asal tebak dalam menjawab. Namun aitem ini juga harus

dipertimbangkan kualitas pertanyaannya, karena apabila tidak dan aitem

yang diberikan banyak dapat membuat responden kelelahan.

2) Penyusunan aitem. Kalimat yang ambigu atau kurangnya kata dalam suatu

kalimat juga dapat mempengaruhi interpretasi responden sehingga dapat

mempengaruhi reliabilitas.

3) Pemberian administrasi tes. Kalimat instruksi yang kurang jelas atau

suasana yang bising dapat mempengaruhi responden ketika menjawab.

4) Penilaian (scoring), pada tes esai memiliki reliabilitas yang lebih rendah

dibandingkan dengan tes pilihan ganda. Karena pada tes esai, penilai

memiliki interpretasi yang berbeda-beda dalam menilai jawaban

responden sehingga lebih bersifat subyektif.

20
5) Tingkat kesulitan dari suatu tes. Nilai dari suatu tes menunjukkan

reliabilitas yang baik apabila nilai tersebut menyebar dari skala yang

digunakan dengan demikian dapat terlihat perbedaan antar siswa. Faktor

yang terakhir adalah siswa, dimana kelelahan, kecemasan, dan siswa sakit

dapat menyebabkan reliabilitas yang rendah karena mempengaruhi kinerja

mereka dalam mengerjakan tes (Jacobs,1991).

b.9 Langkah pengujian reliabilitas dengan SPSS

Secara khusus, beberapa teknik memerlukan persyaratan tertentu, sehingga

peneliti tidak dapat dengan mudah memilih teknik ini. Beberapa teknik pencarian

reliabilitas yang digunakan adalah:

1. Spearman-Brown

2. Flanagan

3. Rulon

4. Kuder-Richardson (K-R) 20

5. K-R 21

6. Hoyt

7. alpha.

21
Berikut adalah langkah-langkah uji reliabilitas menggunakan SPSS:

1. Klik Analyze -> Scale -> Reliability Analysis

2. Masukan seluruh item variabel X ke Items

\\\\

22
3.Pastikan pada model terpilih Alpha

4. Klik Ok

Nilai Cronbach Alpha sebesar 0.981 yang menunjukan bahwa ke-11 pernyataan

cukup reliabel.

Adapun contoh lain dari reliabilitas, misalnya: seseorang dites (tes apa

saja, karena reliabilitas tidak terlalu peduli dengan isu materi yang diteskan)

kemudian memperoleh hasil sebesar 100. Nah jika tes tersebut reliabel, maka kita

bisa yakin bahwa kapasitas orang tersebut memang 100. Atau dengan kata lain,

angka 100 itu diperoleh bukan karena faktor lain selain kapasitas orang tersebut.

Jika angka 100 ini diperoleh lebih banyak karena faktor lain (faktor lain ini yang

disebut error), maka kita akan berkata bahwa tes tersebut tidak reliabel.

Konsep reliabilitas didasarkan pada asumsi bahwa dalam tiap pengetesan

selalu ada X, skor yang kita peroleh dari hasil pengetesan (skor Tampak)

T, skor yang menggambarkan kapasitas seseorang yang sesungguhnya (skor

Murni).

Faktor lain selain kapasitas yang juga menyumbang terhadap perolehan X

yang disebut juga error. Dan ketiganya terkait satu sama lain dalam

persamaan seperti ini “X=T+e” Ini dapat dibaca seperti berikut: dalam setiap

pengetesan, hasil tes yang kita peroleh merupakan fungsi penjumlahan dari skor

Murni dan error. Tes dapat dikatakan reliabel jika Tes menghasilkan error yang

kecil, sehingga hasil tes makin mencerminkan kapasitas yang sebenarnya (atau X

= T ).

23
III. PENUTUP
A. KESIMPULAN

1. Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika tes tersebut

menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan

akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Suatu tes

menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran

dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.

2. Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh suatu angka

yang disebut nilai koefisien reliabilitas. Reliabilitas yang tinggi ditunjukan

dengan nilai rxx mendekati angka 1. Kesepakatan secara umum reliabilitas

yang dianggap sudah cukup memuaskan jika ≥ 0.700. Sebuah tes dianggap

memiliki reliabilitas yang baik apabila memiliki karakteristik sebagai berikut:

- Reliabilitas adalah properti dari serangkaian hasil tes.

- Tes dianggap dapat diandalkan jika dua tes dilakukan pada interval yang

berbeda dan hampir tidak memberikan hasil apa pun.

- Keandalan dapat diberikan untuk dua atau lebih pengukuran independen

yang diperoleh dari tes yang sama untuk setiap anggota kelompok.

B. SARAN

Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada para pembaca agar

memberikan kritikan guna untuk memperbaiki makalah penulis berikutnya agar

lebih baik lagi dan lebih bermanfaat.

24

Anda mungkin juga menyukai