DISUSUN OLEH
KELOMPOK II
KELAS 5/B
T/A 2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
i
A. Pengertian Validitas
Validitas adalah ketepatan, kebermaknaan dan kemanfaatan dari sebuah
kesimpulan yang didapatkan dari interpretasi skor tes. validitasi mengarah kepada
ketepatan interpretasi hasil penggunaan suatu prosedur evaluasi sesuai dengan tujuan
pengukurannya. Makin tinggi validitas suatu instrumen, berarti makin baik
kesimpulan yang diambil dan makin baik pula tingkat kebermaknaan maupun
kegunaannya. Oleh karena itu, suatu instrumen dikatakan valid kalau instrumen atau
alat ukur tersebut benar-benar mengukur sesuatu yang hendak diukur.1
Menurut beberapa ahli tentang pengertian validitas:
Arikunto (1999:65), Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat kesahihan suatu tes. suatu tes dikatakan valid apabila tes
tersebut mengukur apa yang hendak diukur. tes memiliki validitas yang
tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki
kesejajaran antara tes dan kriteria.
Suryabrata (2000:41), Validitas adalah derajat fungsi pengukuran suatu
tes, atau derajat kecermatan ukurnya suatu tes. validitas suatu tes
mempermasalahkan apakah tes tersebut benar-benar mengukur apa
yang hendak diukur.
Sudjana (2004:12), Validitas adalah ketepatan alat penilaian terhadap
konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya
dinilai.
B. Jenis Validitas
Validitas suatu instrumen atau alat ukur dapat dilihat dari isi atau konsep yang
terdapat pada alat ukur tersebut. di samping itu, dapat pula dilihat dengan
memperhatikan bantuknya atau hubungan dengan instrumen lain secara empirik atau
statistik. sehubungan dengan itu maka validitas dapat dibedakan atas:
1
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. 2016
ini untuk memungkinkan tersusunnya isi instrumen yang tepat dan mewakili
materi yang disampaikan serta diharapkan dikuasai oleh peserta didik. untuk
mendapatkan validitas isi yang tinggi perlu dilakukan suatu diskusi yang
mendalam, yang diikuti oleh orang-orang yang ahli dalam bidang studi yang
bersangkutan serta ahli dalam pengukuran dan penilaian. validitas isi ini
digunakan untuk mengukur kemampuan belajar, hasil belajar, atau prestasi
belajar.
Keterangan:
r xy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
xi : Nilai data ke-i untuk kelompok variabel X
yi : Nilai data ke-I untuk kelompok variabel Y
n : Banyak data
Hitung koefisien validitas instrumen uyang diuji (r-hitung), yang nilainya sama
dengan korelasi-korelasi hasil langkah sebelumnya dikali koefisien validitas
instrumen terstandar. bandingkan nilai koefisien validitas dengan nilai koefisien
korelasi pearson/tabel pearson (r-tabel) pada taraf signifikansi a (biasanya dipilih
0,05) dan n= banyaknya data yang sesuai.3
Kriterianya adalah:
Instrumen valid, jika r-hitung = r-tabel
Instrumen tidak valid, jika r-hitung < r-tabel
2
Azwar, Syaifuddin. Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Pelajar. Yogyakarta, 1997
3
Kusaeri dan Supranato. Pengukuran dan Penelitian Pendidikan. Graha Ilmu. Yogyakarta, 2012
D. Validitas Butir Soal
Tinggi rendahnya validitas soal secara keseluruhan berhubungan erat dengan
validitas tiap butir soal tersebut. Mengapa validitas soal rendah? Lihat validitas
masing-masing butir soal. Mungkin diantara soal yang diberikan ada yang terlalu
buruk, kurang tepat atau terlalu sulit. Validitas butir soal dicari dalam hubungannya
dengan skor total tiap individu yang ikut serta dalam evaluasi.
Langkah yang ditempuh sebagai berikut:
1. Skor suatu instrumen/alat ukur dengan baik dan telitiuntuk individu yang benar
diberi angka 1, sedangkan yang salah diberi angka nol.
2. Jumlahkan skor total untuk tiap individu.
A 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 5
B 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 7
C 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 8
D 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 5
E 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 6
F 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7
G 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 6
H 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 6
I 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 7
J 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 7
Sampel X Y X2 Y2 XY
A 0 5 0 25 0
B 1 7 1 49 7
C 1 8 1 64 8
D 0 5 0 25 0
E 1 6 1 36 6
F 1 7 1 49 7
G 1 6 1 36 6
H 1 6 1 36 6
I 1 7 1 49 7
J 1 7 1 49 7
∑ 𝑌2 ∑ 𝑋𝑌
∑𝑋 = 8 ∑ 𝑌 = 64 ∑ 𝑋2 = 8
= 418 = 54
r xy = 10 x 54 – 8 x 64
√[10𝑥8 − (8)2] [10 x 418 - (64)2
r xy = 540 – 512
√[(80-64) (4180 – 4096)]
r xy = 28
√(16 𝑥 84)
r xy = 28 / 36,66 = 0,76
r xy = 0,76
Keterangan:
r pbis = Koefisien korelasi biserial
Mt = Mean total
Mp = Mean skor dari subjek yang menjawab benar butir soal yang dicari
SDt = Standar deviasi skor total
p = Proporsi peserta didik yang menjawab benar butir soal yang dicari
q = Proporsi peserta didik yang menjawab salah (q = 1 – p).
A 0 5
B 1 7
C 1 8
D 0 5
E 1 6
F 1 7
G 1 6
H 1 6
I 1 7
J 1 7
b. Seleksi dari semua peserta, dan tentukan siapa yang menjawab butir pertama dengan
benar.
Dalam hal ini : B, C, E, F, G, H, I, J
c. Jumlah skor total untuk butir itu dan kemudian cari rata-ratanya.
Mt = 5 +7+8+5+6+7+6+6+7+7
10
= 64
10
Mt = 6,4
d. Jumlahkan skor total dari subjek yang menjawab benar dan kemudian tentukan rata-
ratanya.
Mp = 7+8+6+7+6+6+7+7
= 54 = 8
Mp = 6,75
e. Cari standar deviasi total
SD = ( ∑ 𝑋2) (∑ 𝑋2)
N - N
∑ X2 = 418
∑ X = 64
SDt = √ ( 418 ) - ( 642)
10 10
SD = √ 0,84
SD = 0,916515139
f. Tentukan proporsi peserta didik yang menjawab butir soal tersebut dengan benar dan
yang salah.
p = 8 / 10 = 0,80
q = 1-0,80 = 0,20
g. Masukkan ke dalam rumus
r pbis = M P – M t √ p/q
SD t
r pbis = 6,75 – 6,4 √ 0,80/0,20
0,916515139
r pbis = 0,35 √4
0,916515139
r pbis = 0,38 x 2 = 0,76
Dengan cara yang sama, validitas semua butir soal dalam satu set instrumen
dapat diketahui, sehingga butir soal yang tidak baik harus dibuang.
Selanjutnya Rumus korelasi product moment ada dua macam, yaitu:
r xy = 0 (ax 2) (ay2)
Ket:
x2 = Kuadrat dari x
y2 = Kuadrat dari y
Contoh perhitungan:
Misalnya akan menghitung validitas tes prestasi belajar matematika, sebagai
kriterium diambil rata-rata ulangan yang akan dicari validitasnya, diberi kode X
dan rata-rata nilai harian diberi kode Y. Kemudian dibuat tabel persiapan sebagai
berikut:
No. Nama X Y x y x2 y2 xy
1. Nadia 6,5 6,3 0 -0,1 0,0 0,01 0,0
2. Susi 7 6,8 + 0,5 +0,4 0,25 0,16 +0,2
3. Cecep 7,5 7,2 + 1,0 +0,8 1,0 0,64 +0,8
4. Erna 7 6,8 + 0,5 + 0,4 0,25 0,16 +0,2
5. Dian 6 7 -0,5 + 0,6 0,25 0,36 -0,3
6. Asmara 6 6,2 -0,5 -0,2 0,25 0,04 +0,1
7. Siswoyo 5,5 5,1 -1,0 - 1,3 1,0 1,69 +1,3
8. Jihad 6,5 6 0 -0,4 0,0 0,16 0,0
9. Yanna 7 6,5 +0,5 +0,1 0,25 0,01 +0,05
10. Lina 6 5,9 -0,5 -0,6 0,25 0,36 +0,3
Jumlah 65,0 63,8 3,5 3,59 2,65
X = ∑ 𝑋/ N = 650 / 10 = 6,5
x=X–X
y=Y–Y
Dimasukkan ke rumus
∑ 𝑥𝑦
r xy = = ∑ √(∑2𝑥) (∑2𝑦)
= 2,65 / √12,565
= 2,65 / 3,545
Indeks korelasi antara X dan Y inilah indeks validitas soal yang dicari.
` r xy = 𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
_______________________
= 4173 - 4147
= 26
√35𝑥 34,76
= 26
34,8797
= 0745
Jika perbandingan dengan validitas soal yang dihitung dengan rumus simpangan,
ternyata terdapat perbedaan sebesar 0,003 lebih besar yang dihitung dengan rumus
simpangan. Hal ini wajar karena dalam mengerjakan perkalian atau penjumlahan jika
diperoleh 3 angka di belakang koma dilakukan pembulatan ke atas. Perbedaan ini
sangat kecil sehingga diabaikan.
E. Reliabilitas Tes
Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang
sama. untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran hasil. seperti
halnya beberapa teknik juga menggunakan rumus korelasi product moment untuk
mengetahui validitas, kesejajaran hasil dalam reliabilitas tes.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam menentukan atau mencari
reliabilitas tes. cara yang dapat dipakai sebagai berikut:4
1. Metode Bentuk Paralel (Equivalent)
Tes paralel atau tes equivalent adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan
tujuan, tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda. dengan
metode bentuk paralel ini, dua buah tes yang paralel, misalnya tes Matematika
Seri A yang akan dicari reliabilitasnya dan tes Seri B diteskan kepada
sekelompok siswa yang sama, kemudian hasilnya dikorelasikan. koefisien
korelasi dari kedua hasil tes inilah yang menunjukkan koefisien reliabilitas tes
Seri A. jika koefisiennya tinggi maka tes tersebut sudah reliabel dan dapat
digunakan sebagai alat pengetes yang terandalkan.
4
Suryabrata, S. Metodologi Penelitian. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2000
3. Metode Belah Dua atau Split-half Method
Kelemahan penggunaan metode dua-tes dua kali percobaan dan satu-tes dua kali
percobaan diatasi dengan metode ketiga ini, yaitu metode belah dua. Dalam
penggunaan metode ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes dan dicobakan
satu kali. oleh karena itu, disebut juga singel-test-single-trial method.
Berbeda dengan metode pertama dan kedua yang setelah ditemukannya koefisien
korelasi langsung ditafsirkan itulah koefisien reliabilitas, maka dengan metode
ketiga ini tidak dapat demikian. pada waktu membelah dua dan mengkorelasikan
dua belahan, baru diketahui reliabilitas separo tes. Untuk mengetahui reliabilitas
seluruh tes harus digunakan rumus Spearman-Brown sebagai berikut:
r 11 = 2r ½ ½
(1+ r ½ ½ )
Dimana:
r ½ ½ = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
r 11 = korelasi reabilitas yang sudah disesuaikan
Contoh:
Korelasi antara belahan tes = 0,60
Maka, reabilitas tes = 2 x 0,60 = 1,20 = 0,75
1 + 0,60 1,60
1 A 10 6 8 8 10 10 52 2704
2 B 6 4 4 6 6 5 31 961
3 C 8 2 6 8 7 8 39 1521
4 D 7 3 7 7 6 6 36 1296
5 E 0 5 3 2 4 4 18 324
6 F 2 4 2 8 6 8 30 900
7 G 4 3 6 6 6 6 31 961
8 H 5 5 5 7 7 7 36 1296
9 I 5 5 4 6 8 5 33 1089
10 J 3 6 3 4 6 6 28 784
Perlu didingat kembali rumus varians yang sudah kita kenal, yaitu:
5
Sudjana, Nana. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung. 1999
prinsip pengukuran norma, tes baku pencapaian administrasi dan penampilan baku
normatif dikalkulasi untuk kelompok-kelompok pengambil tes yang bervariasi. skor
yang dihasilkan siswa dalam tes yang sama dibandingkan dengan hasil populasi atau
hasil keseluruhan yang telah dibakukan. guru kelas kemudian mengikuti asas yang
sama, mengukur pencapaian hasil belajar siswa, dengan tepat membandingkan
terhadap siswa lain dalam tes yang sama. seperti evaluasi empiris, guru melakukan
pengukuran, mengadministrasi tes, menghitung skor, merangking skor, dari tes yang
tertinggi sampai yang terendah, menentukan skor rerata menentukan simpang baku
dan variannya.
Persamaan dan Perbedaan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan
Normatif (PAN)
Sudjana, Nana. 1999. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya