Anda di halaman 1dari 18

PENILAIAN ACUAN NORMATIF (PAN)

DAN
PENILAIAN ACUAN PATOKAN (PAP)

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Kimia
Dosen Pengampu
Dr. Suwahono, M. Pd.
Resi Pratiwi, M. Pd.

Disusun oleh:

Asfiyatus Sundusiyah (1808076046)


Elly Dwi Yulianti (1808076053)
Azzafira Syairul F. (1808076060)

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT., Rabb semesta alam. Tidak ada daya
dan upaya selain dari-Nya. Semoga kita selalu dilimpahkan rahmat dan karunia Nya.
Sholawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW., beserta keluarga,
sahabat dan orang orang yang mengikutinya sampai akhir zaman dimanapun mereka berada.
Alhamdulillah dengan izin dan kehendak dari-Nya makalah berjudul “Penilaian Acuan
Normatif (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP)” berhasil penulis selesaikan.
Pada makalah ini dijelaskan mengenai Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian
Acuan Patokan (PAP). Melalui makalah yang kami buat, diharapkan dapat memberikan
pengetahuan baru dari pembaca. Terakhir penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


BAB I ...................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 3
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 4
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 5
A. Penilaian Acuan Normatif (PAN) ............................................................................................... 5
B. Penilaian Acuan Patokan (PAP) ................................................................................................. 5
C. Persamaan serta Perbedaan PAN dan PAP ................................................................................. 7
D. Kelebihan serta Kekurangan PAN dan PAP ............................................................................... 8
E. Contoh Penerapan PAN dan PAP ............................................................................................. 10
BAB III................................................................................................................................................. 14
PENUTUP............................................................................................................................................ 14
A. Simpulan ................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 17

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam proses belajar mengajar pasti akan ada tahap evaluasi untuk mengukur sejauh
mana tingkat keberhasilan dari proses belajar mengajar tersebut. Evaluasi merupakan
sarana untuk mengetahui keberhasilan suatu proses pendidikan, juga dapat dijadikan
pedoman untuk menciptakan kurikulum-kurikulum baru. Dalam proses evaluasi ada
istilah yang disebut penilaian. Secara umum, proses penilaian merupakan proses untuk
mengolah data atau angka-angka dari skor menjadi beberapa kriteria tertentu yang
meliputi baik-buruk, tinggi-rendah, yang mana dari keseluruhan kriteria tersebut
memiliki makna evaluatif.
Hasil dari penilaian dalam evaluasi pembelajaran tersebut tertuang dalam nilai. Nilai
dapat berupa angka dan huruf. Nilai angka atau huruf umumnya merupakan hasil tes atau
ujian yang diberikan guru kepada siswa setelah mereka mengikuti pelajaran selama
jangka waktu tertentu. Bagi para pendidik, masalah penilaian pendidikan adalah masalah
yang selalu implisit dalam pekerjaan pendidikan, sehingga sudah seharusnya menjadi
salah satu bagian penting dalam kelengkapan keahlian seorang pendidik.
Dalam pengolahan nilai, ada kriteria atau acuan tertentu, baik itu Penilaian Acuan
Normatif (PAN) ataupun Penilaian Acuan Patokan (PAP). PAN merupakan penilaian
yang digunakan untuk menentukan derajat prestasi seorang siswa dibanding nilai rata-
rata perkelasnya, seedangkan PAP merupakan penilaian yang diacukan pada tujuan
instruksional yang harus dikuasai oleh siswa.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Penilaian Acuan Normatif (PAN)?
2. Apa pengertian Penilaian Acuan Patokan (PAP)?
3. Apa sajakah persamaan serta perbedaan PAN dan PAP?
4. Apa kelebihan serta kekurangan PAN dan PAP?
5. Bagaimana contoh penerapan PAN dan PAP?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Penilaian Acuan Normatif (PAN).
2. Untuk mengetahui pengertian Penilaian Acuan Patokan (PAP).
3. Untuk mengetahui persamaan serta perbedaan PAN dan PAP.
4. Untuk mengetahui kelebihan serta kekurangan PAN dan PAP.
5. Untuk mengetahui contoh penerapan PAN dan PAP.

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Penilaian Acuan Normatif (PAN)
Penilaian Acuan Normatif (PAN) adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu
pada norma kelompok atau nilai-nilai yang diperoleh siswa dibandingkan dengan nilai-
nilai siswa lain dalam kelompok tersebut. Definisi lain, PAN merupakan sistem penilaian
yang didasarkan pada nilai sekelompok siswa dalam satu proses pembelajaran sesuai
dengan tingkat penguasaan pada kelompok tersebut. Artinya, pemberian nilai mengacu
pada perolehan skor pada kelompok itu.
Tujuan PAN adalah untuk membedakan peserta didik atas kelompok-kelompok
tingkat kemampuan, mulai dari yang terendah sampai dengan tertinggi. Secara ideal,
pendistribusian tingkat kemampuan dalam satu kelompok menggambarkan suatu kurva
normal.
Berikut beberapa ciri-ciri dari PAN:
1. PAN digunakan untuk menentukan status setiap peserta didik terhadap
kemampuan peserta didik lainnya. Artinya, PAN digunakan apabila kita ingin
mengetahui kemampuan peserta didik di dalam komunitasnya seperti di kelas,
sekolah, dan lain sebagainya.
2. PAN menggunakan kriteria yang bersifat relative. Artinya, selalu berubah-ubah
disesuaikan dengan kondisi dan atau kebutuhan pada waktu tersebut.
3. Nilai hasil PAN tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa
tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjuk kedudukan
peserta didik (peringkatnya) dalam komunitasnya (kelompoknya).
4. PAN memiliki kecenderungan untuk menggunakan rentangan tingkat penguasaan
seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa sampai dengan
yang mengalami kesulitan yang serius.
5. PAN memberikan skor yang menggambarkan penguasaan kelompok.
B. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
PAP biasanya disebut juga criterion-refernced test merupakan tes yang digunakan
untuk mengukur penguasaan atau kemampuan peserta didik melalui kriteria tertentu yang
telah ditetapkan sebelumnya oleh evaluator, tanpa membandingkan dengan penguasaan
atau kemampuan peserta didik lainnya. Dalam pengukuran ini siswa dikomperasikan
dengan kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dalam tujuan instruksional, bukan

5
dengan penampilan siswa yang lain. Keberhasilan dalam prosedur acuan patokan
tergantung pada penguasaan materi atas kriteria yang telah dijabarkan dalam item-item
pertanyaan guna mendukung tujuan instruksional.
Melalui PAP setiap individu dapat diketahui apa yang telah dan belum dikuasainya.
Bimbingan individual untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
dapat dirancang, demikian pula untuk memantapkan apa yang telah dikuasainya dapat
dikembangkan. Guru dan setiap peserta didik mendapat manfaat dari adanya PAP.
Melalui PAP berkembang upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
melaksanakan tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Perbedaan hasil tes akhir
dengan tes awal merupakan petunjuk tentang kualitas proses pembelajaran. Pembelajaran
yang menuntut pencapaian kompetensi tertentu sebagaimana diharapkan dan termuat
pada kurikulum saat ini, PAP merupakan cara pandang yang harus diterapkan. PAP juga
dapat digunakan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya kurang
terkontrolnya penguasaan materi, terdapat siswa yang diuntungkan atau dirugikan, dan
tidak dipenuhinya nilai-nilai kelompok berdistribusi normal. PAP ini menggunakan
prinsip belajar tuntas (mastery learning).
Keberhasilan dalam prosedur PAP tergantung pada penguasaan materi atas kriteria
yang telah dijabarkan dalam item-item pertanyaan guna mendukung tujuan instruksional.
Apabila dalam penentuan nilai hasil tes belajar itu digunakan acuan kriterium
(mengggunakan PAP), maka hal ini mengandung arti bahwa nilai yang akan diberikan
kepada siswa harus didasarkan kepada standar mutlak (standar absolute), artinya
pemberian nilai pada siswa itu dilaksanakan dengan jalan membandingkan antara skor
mentah hasil tes yang dimiliki oleh masing-masing individu siswa, dengan skor
maksimum ideal yang mungkin dapat dicapai oleh siswa, kalau saja seluruh soal tes
dapat dijawab dengan benar.
Karena itu maka pada penentuan nilai yang mengacu kepada kriterium atau pada
patokan ini, tinggi rendahnya atau besar kecilnya nilai yang diberikan kepada masing-
masing individu siswa, mutlak ditentukan oleh besar kecil atau tinggi rendahnya skor
yang dapat dicapai oleh masing-masing siswa yang bersangkutan. Itulah sebabnya
mengapa penentuan nilai dengan mengacu kepada kriterium sering disebut sebagai
penentuan nilai secara mutlak atau penetuan nilai secara individual. Disamping itu
karena penetuan nilai seorang siswa dilakukan dengan jalan membandingkan skor
mentah hasil tes dengan skor maksimum idealnya, maka penentuan nilai yang beracuan

6
pada kriterium ini sering juga dikenal dengan istilah penentuan nilai secara ideal, atau
penentuan nilai secara teoritik. Sebagai contoh rumus yang dapat digunakan adalah:

Selanjutnya nilai-nilai yang berhasil dicapai masing-masing siswa ditransfer atau


diterjemahkan menjadi nilai huruf dengan patokan-patokan yang telah disepakati masing-
masing lembaga/institut/universitas. Misalnya:

Nilai 85 ke atas =A
Nilai 75-84 =B
Nilai 65-74 =C
Nilai 55-64 =D
Nilai di bawah 55 =E
(Sutiyono, 2015)

Penilaian beracuan patokan, sangat baik atau sangat cocok diterapkan pada tes-tes
formatif, dimana guru ingin mengetahui sudah sapai sejauh manakah peserta didiknya
telah terbentuk, setelah mereka mengalami pengajaran dengan jangka waktu tertentu.
Dengan menggunakan PAP ini, guru dapat mengetahui beberapa orang siswa yang
tingkat penguasaannya tinggi, sedang maupun rendah, maka guru tersebut akan dapat
melakukan upaya-upaya yang dipandang perlu agar tujuan pengajaran dapat tercapai
secara optimal.

C. Persamaan serta Perbedaan PAN dan PAP


a. Persamaan PAN dan PAP
Penilaian Acuan Norma dan Penilaian Acuan Patokan mempunyai beberapa
persamaan sebagai berikut:
1) Penilaian acuan norma dan acuan patokan memerlukan adanya tujuan evaluasi
spesifik sebagai penentuan fokus item yang diperlukan. Tujuan tersebut
termasuk tujuan intruksional umum dan tujuan intruksional khusus.
2) Kedua pengukuran memerlukan sampel yang relevan, digunakan sebagai subjek
yang hendak dijadikan sasaran evaluasi. Sampel yang diukur mempresentasikan
populasi siswa yang hendak menjadi target akhir pengambilan keputusan.

7
3) Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan tentang siswa, kedua
pengukuran sama-sama memerlukan item-item yang disusun dalam satu tes
dengan menggunakan aturan dasar penulisan instrumen.
4) Keduanya mempersyaratkan perumusan secara spesifik perilaku yang akan
diukur.
5) Keduanya menggunakan macam tes yang sama seperti tes subjektif, tes
karangan, tes penampilan atau keterampilan.
6) Keduanya dinilai kualitasnya dari segi validitas dan reliabilitasnya.
7) Keduanya digunakan ke dalam pendidikan walaupun untuk maksud yang
berbeda.
b. Perbedaan PAN dan PAP sebagai berikut:
1) Penilaian acuan norma biasanya mengukur sejunlah besar perilaku khusus
dengan sedikit butir tes untuk stiap perilaku. Penilaian acuan patokan biasanya
mengukur perilaku khusus dalam jumlah yang terbatas dengan banyak butir tes
untuk setiap individu.
2) Penilaian acuan norma menekankan perbedaan diantara peserta tes dari segi
tingkat pencapaian belajar secara relatif. Penilaian acuan patokan menekankan
penjelasan tentang apa perilaku yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan oleh
setiap peserta tes.
3) Penilaian acuan norma lebih mementingkan butir-butir tes yang mempunyai
tingkat kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang terlalu mudah dan
terlalu sulit. Penilaian acuan patokan mementingkan butir-butir tes yang releva
dengan perilaku yang akan diukur tanpa peduli dengan tingkat kesulitannya.
4) Penilaian acuan norma digunakan terutama untuk survey. Penilaian acuan
digunakan terutama untuk penguasaan.
D. Kelebihan serta Kekurangan PAN dan PAP
a. Kelebihan PAN
1. Kebiasaan penggunaan penilaian berdasarkan referensi norma atau kelompok
di pendidikan tinggi.
2. Diharapkan tinggat kinerja yang sama terjadi pada setiap kelompok
mahasiswa.
3. Bermanfaat untuk membandingkan mahasiswa untuk sejumlah mahasiswa
tertentu.
4. Mendukung tradisional kekukuhan akademis dan menggunakan standar.

8
b. Kekurangan PAN
1. Sedikit menyebutkan kompetensi mahasiswa apa yang mereka ketahui atau
dapat mereka lakukan.
2. Tidak fair karena peringkat mahasiswa tidak hanya bergantung pada tingkatan
prestasi, tetapi juga atas prestasi mahasiswa lain.
3. Tidak dapat diandalkan mahasiswa yang gagal sekarang mungkin dapat lulus
tahun berikutnya.
c. Kelebihan PAP
1. Penilaian lebih transparan dengan menggunakan rubrik atau skema penilaian
(marking scheme).
2. Penilaian lebih dapat diandalkan, karena menggunakan standar dan kriteria
minimal.
3. Nilai dan peringkat lebih dapat dirundingkan.
4. Nilai atau skor dapat dipertanggungjawabkan secara objektif karena
berdasarkan prestasi yang disesuaikan dengan kriteria dan standar yang telah
ditentukan.
5. Lebih adil dan fair, karena siswa/mahasiswa diukur berdasarkan standar
prestasi, bukan dengan membandingkan mahasiswa satu dengan lainnya.
6. Prestasi tergantung pada tingkat kebaikan kinerja yang ditunjukkan
siswa/mahasiswa.
d. Kekurangan PAP
1. Relatif agak rumit, karena perlu waktu untuk menyetujui sebuah kriteria dan
standar.
2. Berisiko mengembangkan daftar nama kriteria yang berlainan.
3. Lebih menekankan hasil daripada proses.
4. Peringkat dapat dinyatakan dengan tidak sebenarnya secara positif/negatif.
5. Kadang akademisi kurang kompeten dan percaya diri untuk membuat
penilaian professional.
6. Tidak mudah bagi akademisi untuk mengubah kebiasaan dari menilai
berdasarkan referensi norma menjadi referensi kriteria.

9
E. Contoh Penerapan PAN dan PAP
1. Contoh Penerapan PAN
Suatu kelompok peserta didik (siswa) terdiri dari 9 orang mendapat skor (nilai
mentah) :

50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, 30

Dari skor mentah ini dapat dibaca bahwa perolehan tertinggi adalah 50 dan perolehan
terendah adalaah 30. Dengan demikian nilai tertinggi diberikan terhadap skor
tertinggi, misalnya 10. Secara proporsional skor diatas dapat diberi nilai

10, 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6.

Cara lain ialah dengan menghitung presentase jawaban benar yang dijawab oleh setiap
siswa. Kemudian kepada siswa yang memperoleh presentase tertinggi diberikan nilai
tertinggi. Jika skor (nilai mentah) diatas didapat dari 60 butir pertanyaan atau skor
maksimalnya 60, maka (perhatikan tabel dibawah ini)!

Tabel 1

Menghitung Nilai dari Skor (Nilai Mentah)

Nilai Mentah
50 45 45 40 40 40 35 35 30
Persentase
jawaban 83,3 75.0 75.0 66,7 66,7 66,7 58,5 58,5 50,0
yang benar
Nilai (1-10) 10 9 9 8 8 8 7 7 6

Untuk mengubah persentase menjadi nilai (1-10) dengan cara bahwa persentase
tertinggi diberi nilai 10, ini berarti bahwa 83,3 % dihargai 10, maka 75,0 % harganya
adalah (75,0 % / 83,3 %) x 10 = 9,0.

Dapat juga dicari faktor pengali terlebih dahulu yaitu :

83,3 % adalah 10 atau (83,3 /100) x n = 10 atau n = 12. Jadi faktor pengalinya adalah
12, sehingga 66,7 % pada nilai (1-10) adalah 66,7 % x 12 = 7,9 atau 8.

10
2. Contoh penerapan PAP

Seorang guru merencanakan tes hasil belajar dalam bidang studi Bahasa Indonesia.
Soal-soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut terdiri atas 75 butir soal tes obyektif
dan 1 butir soal tes uraian dengan rincian sebagai berikut:

Nomor Bentuk Tes/Model Jumlah Bobot Skor


Butir Soal Soal Butir Soal Jawaban Betul
1-10 Tes Obyektif bentuk 10 1 10
True-False
11-20 Tes Obyektif bentuk 10 1 10
Matching
21-30 Tes Obyektif bentuk 10 1 10
Completion
31-40 Tes Obyektif bentuk 10 1 10
MCI model melengkapi
lima pilihan
41-50 Tes Obyektif bentuk 10 1½ 15
MCI model melengkapi
berganda
51-60 Tes Obyektif bentuk 10 1½ 15
MCI model asosiasi
dengan lima pilihan
61-70 Tes Obyektif bentuk 10 2 20
MCI model analisis
hubungan antarhal
71-75 Tes Obyektif bentuk 5 4 20
MCI model analisis
kasus
76 Tes uraian 1 10 10
Skor Maksimum 120

11
Berdasarkan rincian butir-butir soal di atas dapat diketahui bahwa Skor Maksimum
Ideal (SMI) dari tes hasil belajar tersebut adalah 120. Kemudian skor-skor mentah Tes
Hasil Belajar (THB) bidang studi Bahasa Indonesia yang dicapai oleh 20 orang siswa
setelah diubah menjadi nilai standar dengan menggunakan standar mutlak (penilaian
acuan kriterium).
Menggunakan Rumus:

No. Skor Mentah Nilai


1 60 60/120 x 100 = 50
2 40 40/120 x 100 = 33
3 80 80/120 x 100 = 67
4 30 30/120 x 100 = 25
5 75 75/120 x 100 = 62
6 52 52/120 x 100 = 43
7 59 59/120 x 100 = 49
8 71 71/120 x 100 = 59
9 41 41/120 x 100 = 34
10 58 58/120 x 100 = 48
11 61 61/120 x 100 = 51
12 56 56/120 x 100 = 47
13 53 53/120 x 100 = 44
14 63 63/120 x 100 = 52
15 85 85/120 x 100 = 71
16 54 54/120 x 100 = 45
17 60 60/120 x 100 = 50
18 49 49/120 x 100 = 41
19 55 55/120 x 100 = 46
20 43 43/120 x 100 = 36

12
Dari nilai-nilai yang telah diperoleh, maka jika diterjemahkan menjadi nilai huruf
dengan patokan adalah:

Rentang Skor Nilai:

Nilai 85 ke atas =A
Nilai 75-84 =B
Nilai 65-74 =C
Nilai 55-64 =D
Nilai di bawah 55 = E/Tidak lulus
Maka dari 20 orang siswa yang mengikuti tes hasil belajar tersebut tidak ada seorang
pun yang mendapat nilai A dan B, yang mendapat nilai C adalah 2 orang (10%), nilai
D dicapai oleh 1 orang (5%), dan siswa yang mendapat nilai E atau tidak lulus ada 17
orang (85%).

13
BAB III

PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan kajian tentang Penilaian Acuan Normatif (PAN) dan Penilaian Acuan
Patokan (PAP), dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1. PAN adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok
atau nilai-nilai yang diperoleh siswa dibandingkan dengan nilai-nilai siswa lain
dalam kelompok tersebut.
2. PAP adalah penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa terhadap suatu
patokan yang telah ditetapkan sebelumnya.
3. Persamaan serta Perbedaan PAN dan PAP
a. Persamaan PAN dan PAP
1. Penilaian acuan norma dan acuan patokan memerlukan adanya tujuan
evaluasi spesifik sebagai penentuan fokus item yang diperlukan.
2. Kedua pengukuran memerlukan sampel yang relevan, digunakan sebagai
subjek yang hendak dijadikan sasaran evaluasi.
3. Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan tentang siswa, kedua
pengukuran sama-sama memerlukan item-item yang disusun dalam satu tes
dengan menggunakan aturan dasar penulisan instrumen.
4. Keduanya mempersyaratkan perumusan secara spesifik perilaku yang akan
diukur.
5. Keduanya menggunakan macam tes yang sama seperti tes subjektif, tes
karangan, tes penampilan atau keterampilan.
6. Keduanya dinilai kualitasnya dari segi validitas dan reliabilitasnya.
7. Keduanya digunakan ke dalam pendidikan walaupun untuk maksud yang
berbeda.
b. Perbedaan PAN dan PAP adalah sebagai berikut:
1. Penilaian acuan norma biasanya mengukur sejunlah besar perilaku khusus
dengan sedikit butir tes untuk stiap perilaku.
2. Penilaian acuan norma menekankan perbedaan diantara peserta tes dari segi
tingkat pencapaian belajar secara relatif.

14
3. Penilaian acuan norma lebih mementingkan butir-butir tes yang mempunyai
tingkat kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang terlalu mudah
dan terlalu sulit.
4. Penilaian acuan norma digunakan terutama untuk survey. Penilaian acuan
digunakan terutama untuk penguasaan.
4. Kelebihan serta Kekurangan PAN dan PAP
a. Kelebihan PAN
1. Kebiasaan penggunaan penilaian berdasarkan referensi norma atau
kelompok di pendidikan tinggi.
2. Diharapkan tinggat kinerja yang sama terjadi pada setiap kelompok
mahasiswa.
3. Bermanfaat untuk membandingkan mahasiswa untuk sejumlah mahasiswa
tertentu.
4. Mendukung tradisional kekukuhan akademis dan menggunakan standar.
b. Kekurangan PAN
1. Sedikit menyebutkan kompetensi mahasiswa apa yang mereka ketahui atau
dapat mereka lakukan.
2. Tidak fair karena peringkat mahasiswa tidak hanya bergantung pada
tingkatan prestasi, tetapi juga atas prestasi mahasiswa lain.
3. Tidak dapat diandalkan mahasiswa yang gagal sekarang mungkin dapat
lulus tahun berikutnya.
c. Kelebihan PAP
1. Penilaian lebih transparan dengan menggunakan rubrik atau skema
penilaian (marking scheme).
2. Penilaian lebih dapat diandalkan, karena menggunakan standar dan kriteria
minimal.
3. Nilai dan peringkat lebih dapat dirundingkan.
4. Nilai atau skor dapat dipertanggungjawabkan secara objektif karena
berdasarkan prestasi yang disesuaikan dengan kriteria dan standar yang
telah ditentukan.
5. Lebih adil dan fair, karena siswa/mahasiswa diukur berdasarkan standar
prestasi, bukan dengan membandingkan mahasiswa satu dengan lainnya.
6. Prestasi tergantung pada tingkat kebaikan kinerja yang ditunjukkan
siswa/mahasiswa.

15
d. Kekurangan PAP
1. Relatif agak rumit, karena perlu waktu untuk menyetujui sebuah kriteria
dan standar.
2. Berisiko mengembangkan daftar nama kriteria yang berlainan.
3. Lebih menekankan hasil daripada proses.
4. Peringkat dapat dinyatakan dengan tidak sebenarnya secara positif/negatif.
5. Kadang akademisi kurang kompeten dan percaya diri untuk membuat
penilaian professional.
6. Tidak mudah bagi akademisi untuk mengubah kebiasaan dari menilai
berdasarkan referensi norma menjadi referensi kriteria.
5. Penerapan PAN dan PAP
a. Contoh penerapan PAN
Suatu kelompok peserta didik (siswa) terdiri dari 9 orang mendapat skor (nilai
mentah) :

50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, 30

Dari skor mentah ini dapat dibaca bahwa perolehan tertinggi adalah 50 dan
perolehan terendah adalaah 30. Dengan demikian nilai tertinggi diberikan
terhadap skor tertinggi, misalnya 10. Secara proporsional skor diatas dapat
diberi nilai

10, 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6.

b. Penerapan PAP
Gunakan Rumus:

Rentang Skor Nilai


Nilai 85 ke atas =A
Nilai 75-84 =B
Nilai 65-74 =C
Nilai 55-64 =D
Nilai di bawah 55 = E/Tidak lulus

16
DAFTAR PUSTAKA

Bistok, Sirait. 1985. Menyusun Tes Hasil Belajar. Semarang: Semarang Press.

Fauziah, Nurul, dkk. 2016. Assesmen Pembelajaran Menggunakan PAN dan PAP dalam
Pemberian Nilai. Universitas Sriwijaya: Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, https://id.scribd.com/document/333398434/Makalah-
PAN-Dan-PAP, diakses pada 10 Mei 2020.
Rasyid, Harun. 2008. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana Prima.

Sukardi, E dan Maramis, W. F. 1986. Penilaian Keberhasilan Belajar. Jakarta: Erlangga.

Sutiyono, Agus. 2015. Pengembangan Instrumen Evaluasi Hasil Belajar. Semarang: CV.
Karya Abadi Jaya.

17

Anda mungkin juga menyukai