Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING

FORMAT KEGIATAN BIMBINGAN KONSELING

Dosen Pengampu : Freddi Sarman, M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 6

Anggota :

1. Ayu Kartika Sari (A1C314005)


2. Atik Sofiah (A1C315020)
3. Yulia Ningsih (A1C315027)
4. Ririn Melsayanti (A1C315033)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya,
kami segenap tim penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Format Kegiatan
Bimbingan Konseling ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bimbingan Konseling pada Program Studi Pendidikan Fisika di Universitas Jambi.
Makalah ini terdiri atas tiga bab utama yaitu pendahuluan, pembahasan dan penutup.
Pembahasan dalam makalah ini merupakan penjabaran mengenai format pelaksanaan
kegiatan Bimbingan Konseling yaitu meliputi format klasikal, individual, kelompok,
lapangan, jarak jauh dan kolaboratif.
Demikian makalah ini disusun. Akhirnya, kami selaku tim penyusun berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama dalam memahami bagaimana format
kegiatan pelayanan Bimbingan Konseling

Jambi, 25 Maret 2017

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 1


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 3
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Format Kegiatan Bimbingan Konseling ........................................................ 5
2.2 Format Klasikal Bimbingan Konseling ......................................................................... 10
2.3 Format Kelompok Bimbingan Konseling ..................................................................... 14
2.4 Format Individual Bimbingan Konseling ...................................................................... 19
2.5 Format Lapangan Bimbingan Konseling ...................................................................... 21
2.5 Format Jarak Jauh Bimbingan Konseling ..................................................................... 21
2.5 Format Kolaboratif Bimbingan Konseling .................................................................... 21
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 25
3.2 Saran ............................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 26

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi ini, perkembangan peserta didik sangat dipengaruhi oleh banyak
factor, baik factor internal maupun faktor eksternal. Perkembangan siswa ini tentu
memiliki keterkaitan erat dengan kepribadiannya. Berbagai permasalahan pada
mahasiswa akan memicu sikap dan perilakunya. Dalam proses pembelajaran, seharusnya
siswa mampu mengembangkan berbagai kompetensi, baik berwujud maupun tidak
berwujud. Namun hal ini sering tidak terjadi karena adanya masalah baik di dalam
maupun diluar individu siswa
Berdasarkan masalah tersebut perlulah adanya suatu wadah dalam suatu instansi
pendidikan yang khusus menangani masalah pribadi siswa ini. wadah tersebut ialah
berupa suatu layanan atau bantuan yang diberikan oleh pihak sekolah (guru) dalam
menengani masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa dalam proses perkembangannya
atau disebut dengan bimbingan konseling.
Dalam pelaksanaanya terdapat beberapa jenis format pelayanan bimbingan konseling
yang bisa digunakan yaitu meliputi format klasikal, format individual, format kelompok,
format jarak jauh, format lapangan dan format kolaboratif. Penggunaan semua format
tersebut dapat dikombinasikan antara satu dengan yang lain dan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan klien maupun konselor. Format atau strategi kolaboratif dilaksanakan dalam
perencanaan dan persiapan layanan, dan bahkan juga selama pelaksanaannya.
Penggunaan format lapangan dapat dikombinasikan dengan format klasikal, bahkan
format kelompok. Format individual dapat merupakan tindak lanjut dari format lapangan,
klasikal dan atau format kelompok. sebaliknya, format individual juga dapat
ditindaklanjuti dengan format lapangan.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain:
a. Apa pengertian format kegiatan Bimbingan Konseling?
b. Apa yang dimaksud dengan format klasikal Bimbingan Konseling?
c. Apa yang dimaksud dengan format kelompok Bimbingan Konseling?
d. Apa yang dimaksud dengan format individual Bimbingan Konseling?
e. Apa yang dimaksud dengan format lapangan Bimbingan Konseling?
f. Apa yang dimaksud dengan format jarak jauh Bimbingan Konseling?
4
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain untuk mengetahui bagamaimana
format pelayanan kegiatan bimbingan konseling yaitu meliputi format pelaksanaan kegiatan
Bimbingan Konseling yaitu meliputi format klasikal, individual, kelompok, lapangan, jarak
jauh dan kolaboratif.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Format Kegiatan Bimbingan Konseling


Format menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2012) adalah bentuk dan ukuran,
atau juga dapat dikatakan dengan susunan atau pola. Sedangkan Bimbingan Konseling adalah
kegiatan dan proses interaksi antara konselor dengan klien dalam rangka membantu klien
tersebut agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya ataupun dalam memecahkan
masalah yang dialaminya. Dari kedua pengertian diatas dapat diketahui bahwa yang
dimaksud dengan format kegiatan Bimbingan Konseling adalah bentuk pelaksanaan atau
pelayanan yang digunakan saat proses memberikan bantuan dari konselor kepada klien baik
dalam hal mengembangkan potensi maupun dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh
klien.
Format kegiatan Bimbingan Konseling yang dimaksud mencakup permasalahan apakah
kegiatan pelayanan dilakuakn secara langsung (tatap muka) atau secara tidak langsung
(melalui media). Format kegiatan Bimbingan Konseling ini dibedakan atas:
a. Format klasikal
b. Format kelompok
c. Format individual
d. Format lapangan
e. Format jarak jauh
f. Format kolaboratif

2.2 Format Klasikal Bimbingan Konseling


Direktorat jendral peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan dapertemen
pendidikan nasional 2007 (2007 : 40) mengemukakan pendapat bahwa layanan bimbingan
klasikal adalah salah satu pelayanan dasar bimbingan yang dirancang menuntut konselor
untuk melakuka kontak langsung dengan para peserta didik dikelas secara terjadwal, konselor
memberikan pelayanan bimbingan ini kepada peserta didik. Kegiatan bimbingan kelas ini
bisa berupa diskusi kelas atau curah pendapat.
Bimbingan klasikal dapat diartikan sebagai layanan yang di berikan kepada semua siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam dalam proses bimbingan, progam sudah disusun secara
baik dan siap untuk diberikan kepada siswa secara terjadwal, kegiatan ini berisikan informasi
yang diberikan oleh seorang pembimbing kepada siswa secara kontak langsung.
6
Fungsi layanan Bimbingan Konseling antara lain sebagai berikut:
a. Dapat terjadinya interaksi sehingga saling mengenal antara guru bimbingan dan
konseling atau konselor dengan peserta didik atau konseli;
b. Dapat terjalinnya hubungan emosional antara guru bimbingan dan konseling dengan
peserta didik sehingga akan terciptanya hubungan-hubungan yang bersifat mendidik
dan membimbing;
c. Dapat terciptanya keteladanan dari guru bimbingan dan konseling bagi peserta didik
yang dapat berpengaruh terhadap perubahan-perubahan sikap dan perilaku lebih baik
pada peserta didik;
d. Dapat sebagai wadah atau adanya media terjadinya komunikasi langsung antara guru
bimbingan konseling dengan peserta didik, khusus bagi peserta didik dapat
menyampaikan permasalahan kelas atau pribadi atau curhat di kelas;
e. Dapat terjadinya kesempatan bagi guru bimbingan konseling melakukan tatap muka,
wawancara dan observasi terhadap kondisi peserta didik dan suasana belajar di kelas;
f. Sebagai upaya pemahaman terhadap peserta didik dan upaya pencegahan,
penyembuhan, perbaikan, pemeliharaan, dan pengembangan pikiran, perasaan, dan
kehendak serta perilaku peserta didik.
Layanan bimbingan klasikal merupakan layanan dalam bimbingan dan konseling.
Layanan bimbingan klasikal berbeda dengan mengajar. Layanan ini juga memiliki beberapa
ketentuan dalam pelaksannanya. Adapun perbedaannya antara mengajar dan membimbing:
1. Layanan bimbingan klasikal bukanlah suatu kegiatan mengajar atau menyampaikan
materi pelajaran sebagaimana mata pelajaran yang dirancang dalam kurikulum
pendidikan disekolah, melainkan menyampaikan informasi yang dapat berpengaruh
terhadap tercapainya perkembangan yang optimal seluruh aspek perkembangan dan
tercapainya kemandirian peserta didik atau konseli.
2. Materi bimbingan klasikal berkaitan erat dengan domain bimbingan dan konseling
yaitu bimbingan belajar, pribadi, sosial dan karir, serta aspek-aspek perkembangan
peserta didik.
3. Guru mata pelajaran dalam melaksanakan tuganya adalah menyelenggarakan
pembelajaran yang mendidik, dan tugas guru bimbingan dan konseling atau konselor
adalah menyelenggarakan layanan bimbingan konseling yang memendirikan peserta
didik atau konseli.
Untuk dapat melaksanakan bimbingan konseling dalam format klasikal dengan baik terdapat
beberapa langkah yang perlu diperhatikan yaitu:
7
1. Melakukan pemahaman peserta didik (menetukan kelas layanan, menyiapkan
instrument pemahaman peserta didik, pengumpulan data, analisis data, dan
merumuskan pemahaman);
2. Menentukan kecenderungan kebutuhan layanan bimbingan klasikal bagi peserta
didik/konsli atas dasar hasil pemahaman peserta didik;
3. Memilih metode dan teknik yang sesui untuk memberian layanan bimbingan klasikal
(ceramah-diskusi; atau ceramah-simulasi-diskusi, atau ceramah-tugas-diskusi);
4. Persiapan pemberian layanan bimbingan klasikal dapat disiapkan secara tertulis
merupakan suatu bukti administrasi kegiatan, dengan demikian materi layanannya
disajikan secara terencana dengan harapan mencapai hasil yang optimal, sebab
disusun atas dasar kebutuhan dan literature yang relevan;
5. Memilih sistematika persiapan yang dapat disusun oleh guru bimbingan dan konseling
atau konselor, dengan catatn telah mencerminkan adanya kesiapan layanan bimbingan
klasikal dan persiapan diketahui oleh koordinator bimbingan dan konseling dan atau
kepala sekolah;
6. Mempersiapkan alat bantu untuk melaksanakan pemberian layanan bimbingan
klasikal sesuai dengan kebutuhan layanan;
7. Evaluasi pemberian layanan bimbingan klasikal perlu dilakukan untuk mengetahui
bagaimana proses, tepat tidaknya layanan yang diberikan atau perkembangan sikap
dan prilaku atau tingkat ketercapaian tugas-tugas perkembangan;
8. Tindak lanjut, perlu dilakukan segai upaya peningkatan pemberian layanan bimbingan
kelas. Kegiatan tindak lanjut senantiasa mendasarkan pada hasil evaluasi kegiatan
yang telah dilaksanakan.
Adapun media yang dapat digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Bimbingan KOnseling
dengan format klasikal antara lain:
a. Media cetak adalah sejumlah media yang disiapkan dalam kertas, yang dapat
berfungsi untuk keperluan pembelajaran dan penyampaian informasi, contoh media
cetak anatara lain : buku teks, majalah, dan lembar kerja siswa.
b. Media non cetak adalah sejumlah media yang disiapkan tidak pada kertas, yang
berfungsi untuk keperluan pembelajaran dan penyampaian informasi, contoh media
non cetak antara lain: audio (bersifat suara atau bunyi, minsalnya : radio, tape), video
(gambar dan bunyi , minsalnya : film), slide dan komputer.
c. Media display adalah jenis media pembelajaran yang berisi materi tulisan atau
gambaran yang dapat ditampilkan di dalam kelas ataupun di luar kelas, di kelompok
8
kecil atau besar, perorangan tempa menggunakan alat proyeksi, contoh media display
antara lain : chart, poster, peta, foto atau berupa gambar yang nyata secara anatomi
(Bunga, 2013).

2.3 Format Kelompok Bimbingan Konseling


Bimbingan konseling dengan format kelompok merupakan jenis layanan koseling yang
mengikutkan sejumlah peserta dalam bentuk kelompok, dengan konselor sebagai pemimpin
kelompok. Layanan ini mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal
yang berguna bagi pengembangan pribadi dan/atau pemecahan masalah individu yang
menjadi peserta kegiatan kelompok. Jumlah anggota kelompok dapat bervariasi, kelompok
yang ideal maksimal 6 orang , meskipun biasanya berkisar antara 4 sampai 8 orang.
Konseling kelompok mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal
yang berguna bagi pengembangan, pribadi dan atau pemecahan masalah individu yang
menjadi peserta kegiatan kelompok.. Dalam konseling kelompok dibahas masalah pribadi
yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.baik topik umum maupun masalah
pribadi dibahas melalui suasana dinamika kelompok yang intens dan konstruk, yang diikuti
oleh semua anggota di bawah bimbingan pemimpin kelompok (konselor)., Dimanapun
kegiatan Konseling kelompok itu dilakukan, harus terjamin bahwa dinamika kelompok dapat
berkembang dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan layanan.
Tujuan umum layanan konseling kelompokj adalah berkembangnya kemampuan
sosialisasi anggota kelompok, khususnya kemampuan dalam berkomunikasi. Secara khusus
tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Konseling kelompok bertujuan membahas topik-topik tertentu yang mengandung
permasalahan aktual dan menjadi perhatian anggota kelompok. Melalui dinamika
kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan
perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap yang menunjang diwujudkannya
tingkah laku yang lebih efektif. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi, verbal
maupun nonverbal, ditingkatkan;
2. Konseling kelompok terfokus pada pembahasan masalah pribadi salah satu anggota
kelompok secara bergantian. Melalui layanan kelompok yang intensif dalam upaya
pemecahan masalah tersebut para anggota kelompok memperoleh dua tujuan
sekaligus, yaitu
a. Terkembangkannya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap terarah pada
tingkah laku khususnya dalam bersosialisasi/komunikasi;
9
b. Terpecahkannya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan
pemecahan masalah tersebut bagi anggota kelompok yang lain (Louman, 2012).
Dalam pelaksanaannya, tahapan Bimbingan Konseling yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Tahap Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan dan penjajakan, dimana para peserta
diharapkan dapat lebih terbuka menyampaikan harapan keinginan dan tujuan-tujuan yang
ingin dicapai oleh masing-masing anggota.
Berikut ini dikemukakan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan yang seharusnya
dilakukan dalam tahap pembentukan:
a. Menerima secara terbuka dan mengucapkan terima kasih atas kehadiran dan kesediaan
anggota kelompok melaksanakan kegiatan;
b. Berdoa secara bersama, sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-Menjelaskan
pengertian bimbingan kelompok atau konseling kelompok (disesuaikan dengan
kegiatan apa yang direncanakan);
c. Menjelaskan tujuan bimbingan kelompok atau konseling kelompok;
d. Menjelaskan cara pelaksanaan bimbingan kelompok atau konseling kelompok;
e. Menjelaskan asas-asas bimbingan dan konseling yaitu asas kerahasiaan, kesukarelaan,
kegiatan, keterbukaan, kenormatifan;
f. Melaksanakan perkenalan dilanjutkan dengan permainan pengakraban.
2. Tahap Peralihan atau Transisi
Secara operasional hakikat tahap ini merupakan transisi antara tahap pembentukan
dengan tahap kegiatan. Pada tahap ini pemimpin kelompok sekali lagi harus jeli dalam
melihat dan membaca situasi. Apabila masih terlihat gejala-gejala penolakan, rasa
enggan, salah paham, kurang bersemangat dalam melaksanakan kegiatan maka pemimpin
kelompok tidak boleh binggung, apalagi berputus asa.
Tugas pemimpin kelompok menghadapi situasi seperti itu mendorong anggota
kelompok secara sukarela membuka diri untuk mengikuti kegiatan kelompok. Penampilan
pemimpin kelompok yang menggambarkan sikap yang tulus, wajar, hormat, hangat dan
empati akan sangat membantu mencairkan suasana menuju tahap kegiatan.
Tahap peralihan dapat dilaksanakan melalui langkah-langkah berikut:
a. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya
b. Menawarkan sambil mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan
pada tahap selanjutnya (tahap ketiga).
c. Membahas suasana yang terjadi
10
d. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota
3. Tahap Kegiatan
Tahapan kegiatan merupakan tahap inti dari proses suatu kelompok dan merupakan
kehidupan yang sebenarnya dari kelompok. Tahapan kegiatan selalu dianggap sebagai
tahapan yang selalu produktif dalam perkembangan kelompok yang bersifat membangun
(contructive nature) dan dengan pencapaian hasil yang baik (achievement of results)
selama tahapan kerja hubungan anggota kelompok lebih bebas dan lebih menyenangkan.
Hubungan antar anggota berkembang dengan baik (saling tukar pengalaman, membuka
diri secara bebas, saling tanggap dan tukar pendapat, dan saling membantu). Dalam
perkembangan kelompok, tahapan kegiatan merupakan kekuatan therapeutik seperti
keterbukaan terhadap diri sendiri dan orang lain dan munculnya ide-ide baru yang
membangun. Apapun yang menjadi tujuan, suatu kelompok yang sehat akan
menampilkan keakraban, keterbukaan (self disclosure), umpan balik, kerja kelompok,
konfrontasi dan humor. Perilaku-perilaku positif yang dinyatakan dalam hubungan
interpersonal antar anggota akan muncul dalam hubungan sebaya (peer relationships).
Dalam Konseling kelompok tahap ini diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan :
a. Setiap anggota kelompok mengemukakan masalah pribadi yang perlu mendapat
bantuan kelompok untuk pengentasannya;
b. Kelompok memilih masalah mana yang hendak dibahas dan dientaskan pertama,
kedua, ketiga, dst;
c. Klien (anggota kelompok yang masalahnya dibahas) memberikan gambaran yang
lebih rinci mengenai masalah yang dialaminya;
d. Seluruh anggota kelompok aktif membahas masalah klien melalui berbagai cara,
seperti: bertanya, menjelaskan, mengkritisi, memberi contoh, mengemukakan
pengalaman pribadi, menyarankan.
e. Klien setiap kali diberi kesempatan untuk merespon apa-apa yang ditampilkan oleh
rekan-rekan anggota kelompok.
4. Tahap Pengakhiran
Tahap pengakhiran secara keseluruhan merupakan akhir dari serangkaian pertemuan
kelompok. Keseluruhan pengalaman yang diperoleh anggota selama proses kerja ini
memerlukan perhatian khusus dari pimpinan kelompok, terutama ketika kelompok
hendak dibubarkan. Pembubaran kelompok secara keselruhan idealnya dilakukan setelah
tujuan kelompok tercapai. Oleh karena itu kegiatan utama anggota kelompok, menjelang
kelompok dibubarkan adalah:
11
a. Membayangkan kembali pengalaman mereka selama kerja kelompok berlangsung;
b. Memproses kembali ingatannya;
c. Mengevaluasi;
d. Mengakui dan mengakomodasikan perasaan-perasaan anggota kelompok dan
mengakomodasikan perasaan-perasaan anggota yang saling bertentangan;
e. Membantu anggota dalam membuat keputusannya secara kognitif untuk menghadapi
masa depan.
5. Evaluasi Kegiatan
Penilaian terhadap kegiatan konseling kelompok dapat dilakukan secara tertulis
dimana para peserta diminta mengungkapkan perasaannya, harapannya, minat dan
sikapnya terhadap berbagai hal, baik yang telah dilakukan selama kegiatan kelompok
(yang menyangkut isi maupun proses) maupun kemungkinan keterlibatan mereka untuk
kegiatan serupa selanjutnya. Pada tahap ini dilakukan tinjauan terhadap kualitas kegiatan
kelompok dan hasil-hasilnya melalui pengungkapan kesan-kesan peserta. Kondisi UCA
(Understanding Comfort Action) menjadi fokus penilaian hasil-hasil konseling kelompok.
Penilaian dilakukan dalam tiga tahap yaitu penilaian segera dilakukan pada akhir setiap
sesi layanan, penilaian jangka pendek dan penilaian janka panjang.

2.4 Format Individual Bimbingan Konseling


Menurut definisi, konseling individual merupakan salah satu pemberian bantuan secara
perseorangan dan secara langsung. Dalam cara ini pemberian bantuan dilakukan secara face
to face relationship (hubungan muka ke muka,atau hubungan empat mata) antara konselor
dengan individu yang terjadi ketika seorang konselor bertemu secara pribadi dengan seorang
siswa untuk tujuan konseling (Millhayani, 2012).
Konseling individu sebagai pendekatan efektif bagi peserta didik, dimana peserta didik
bebas mengekspresikan diri, pengalaman dan perasaan tanpa beban, sehingga dapat
diharapkan adanya perubahan perilaku ke arah membangun diri dan lingkungan, dimana
peserta didik dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan mampu mengambil
keputusan secara mandiri. Secara menyeluruh dan umum, proses konseling perorangan dari
kegiatan paling awal sampai kegiatan akhir, terentang dalam lima tahap, yaitu:
a. Tahap Pengantaran (introduction)
Proses pengantaran mengantarkan klien memasuki kegiatan konseling dengan
segenap pengertian, tujuan, dan prinsip dasar yang menyertainya. Proses pengantaran ini
ditempuh melalui kegiatan penerimaan yang bersuasana hangat, permisif, tidak
12
menyalahkan, penuh pemahaman, dan penstrukran yang jelas. Apabila proses awal ini
efektif, klien akan termotivasi untuk menjalani proses konseling selanjutnya dengan hasil
yang lebih menjanjikan. Tahap ini terjadi dimulai sejak klien menemui konselor hingga
berjalan sampai konselor dan klien menemukan masalah klien. Pada tahap ini beberapa
hal yang perlu dilakukan, diantaranya :
Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport). Kunci keberhasilan
membangun hubungan terletak pada terpenuhinya asas-asas bimbingan dan konseling,
terutama asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, dan kegiatan.
Memperjelas dan mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling sudah terjalin
dengan baik dan klien telah melibatkan diri, maka konselor harus dapat membantu
memperjelas masalah klien.
Membuat penaksiran dan perjajagan. Konselor berusaha menjajagi atau menaksir
kemungkinan masalah dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan
membangkitkan semua potensi klien, dan menentukan berbagai alternatif yang sesuai
bagi antisipasi masalah.
Menegosiasikan kontrak. Membangun perjanjian antara konselor dengan klien, berisi:
(1) Kontrak waktu, yaitu berapa lama waktu pertemuan yang diinginkan oleh klien
dan konselor tidak berkebaratan; (2) Kontrak tugas, yaitu berbagi tugas antara
konselor dan klien; dan (3) Kontrak kerjasama dalam proses konseling, yaitu
terbinanya peran dan tanggung jawab bersama antara konselor dan konseling dalam
seluruh rangkaian kegiatan konseling.
b. Tahap Penjajagan (insvestigation)
Sasaran penjajagan adalah hal-hal yang dikemukakan klien dan hal-hal lain perlu
dipahami tentang diri klien. Seluruh sasaran penjajagan ini adalah berbagai hal yang
selama ini terpendam, tersalahartikan dan/atau terhambat perkembangannya pada diri
klien.
c. Tahap penafsiran (interpretation)
Apa yang terungkap melalui panjajagan merupakan berbagai hal yang perlu diartikan
atau dimaknai keterkaitannya dengan masalah klien. Hasil proses penafsiran ini pada
umumnya adalah aspek-aspek realita dan harapan klien dengan bebagai variasi dinamika
psikisnya. Dalam rangka penafsiran ini, upaya diagnosis dan prognosis, dapat
memberikan manfaat yang berarti.
d. Tahap pembinaan (intervention)

13
Proses pembinaan ini secara langsung mengacu kepada pengentasan masalah dan
pengembangan diri klien. Dalam tahap ini disepakati strategi dan intervensi yang dapat
memudahkan terjadinya perubahan. Sasaran dan strategi terutama ditentukan oleh sifat
masalah, gaya dan teori yang dianut konselor, serta keinginan klien. Dalam langkah ini
konselor dan klien mendiskusikan alternatif pengentasan masalah dengan berbagai
konsekuensinya, serta menetapkan rencana tindakannya.
e. Tahap penilaian (inspection).
Upaya pembinaan melalui konseling diharapkan menghasilkan terentaskannya
masalah klien. Ada tiga jenis penilaian yang perlu dilakukan dalam konseling perorangan,
yaitu penialaian segera, penilaian jangka pendek, dan penialaian jangka panjang.
Penilaian segera dilaksanakan pada setiap akhir sesi layanan, sedang penialaian pasca
layanan selama satu minggu sampai satu bulan, dan penialian jangka panjang
dilaksanakan setelah beberapa bulan. Fokus penilaian segera diarahkan kepada
diperolehnya informasi dan pemahaman baru (understanding), dicapaianya keringanan
beban perasaan (comfort), dan direncanakannya kegiatan pasca konseling dalam rangka
perwujudan upaya pengentasan masalah klien (action). Penilaian pasca konseling, baik
dalam jangka pendek (beberapa hari) maupun jangka panjang mengacu kepada
pemecahan masalah dan perkembangan klien secara menyeluruh.
Setiap penilaian, baik penilaian segera, jangka pendek, maupun jangka panjang, perlu
diikuti tindaklajutnya demi keberhasilan klien lebih jauh. Tindak lanjut itu dapat berupa
pemelihara Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :
1. Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling.
2. Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang
telah terbangun dari proses konseling sebelumnya.
3. Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera).
4. Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya
Pada tahap akhir ditandai beberapa hal, yaitu :
a. Menurunnya kecemasan klien
b. Perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamis.
c. Pemahaman baru dari klien tentang masalah yang dihadapinya, dan
d. Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas sesuai
kondisi seperti konseling lanjutan, penerapan teknik lain, atau berupa alih tangan
kasus.

14
2.5 Format Lapangan Bimbingan Konseling
Format lapangan yaitu kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani kepentingan
kliennya melalui kegiatan diluar kelas atau lapangan.

2.6 Format Jarak Jauh Bimbingan Konseling


Format jarak jauh merupakan format kegiatan Bimbingan Konseling yang melayani
kepentingan siswa melalui media dan/atau saluran jarak jauh, seperti surat dan sarana
elektronik ataupun media internet. Layanan bimbingan jarak jauh ini biasa disebut cyber
conseling (Prisca, 2012).
Adapun kelebihan menggunakan strategi layanan bimbingan dan konseling berbasis cyber
counseling yaitu:
a. Layanan konseling dapat berlangsung di luar jam sekolah maupun di sekolah. Apabila
ada konseli/siswa yang dirasa kurang mendapatkan pelayanan kosneling di sekolah
karena alasan kurangnya waktu, maka bisa melanjutkan di luar jam sekolah atas
kesepakatan yang sudah ditetapkan oleh konselor dengan siswa di sekolah.
b. Dapat menghemat waktu. Melalui cyber counseling, konselor dapat melakukan
layanan dimana saja walaupun tempatnya berjauhan, terutama bagi ssiwa yang
membutuhkan layanan saat itu juga.
c. Menghemat biaya. Khususnya bagi konselor yang menggunakan model
videoconference untuk berkomunikasi antar konselor, bisa langsung bertatap muka
secar virtual, sehingga dengan fasilitas ini akan dapat menekan biaya bila tempat antar
konselor berjauhan.
d. Dapat meningkatkan kualitas konselor dan siswa terutama dalam penguasaan
teknologi khususnya internet dan komputer di zaman yang semakin berkembang.
e. Sekolah atau perguruan tinggi yang menjalankan cybercounseling sudah tentunya
memiliki nilai lebih dalam aspek strategi layanan bimbingan dan konseling berbasis
teknologi.
f. Bagi mereka yang belum mengenal internet, dengan adanya sosialisasi cyber
counseling maka konselor yang masih awam akan bisa mempelajarinya. Dengan
demikian tidak ada istilah ketinggalam jaman atau gagap teknologi. Sudah tentunya
hal tersebut diimbangi dengan usaha dan kemauan keraas untuk menguasai teknologi
tersebut, dan lain sebagainya.
Sedangkan kelemahan pelaksanaan bimbingan konseling jarak jauh ini antara lain:
15
a. Biaya awal untuk mempersiapkan cyber counseling yang cukup besar, seperti
komputer dan aplikasinya, internet dan perangkatnya;
b. Profesionalitas kemampuan konselor dalam penguasaan teknologi. Bagi konselor
maupun siswa/atau konseli yang awam dengan internet sudah tentunya tidak bisa
menjalankan program ini, sehingga perlulah diadakan pelatihan khusus;
c. Tinggi rendahnya sinyal internet. Besar kecilnya sinyal internet akan sangat
mempengaruhi kecepatan konseksinya, terutama dalam menjalankan videoconference
yang membutuhkan sinyal internet yang baik;
d. Upaya memanajemen strategi layanan. Bagaimana pihak konselor memanajemen
layanan ini akan menentuka keberhasilan tujuan yang akan dicapainya;
e. Keikhlasan konselor untuk memberikan layanan secara non formal. Bagi konseli yang
membutuhkan layanan di luar jam sekolah/non formal, dibutuhkan keikhlasan
tersendiri;
f. Pemanfaatan internet untuk tindakan yang negatif. Supaya tidak memberikan
pengaruh negative pada siswa dari belajar internet, maka sejak dini siswa diajarkan
pula dasar budi pekerti sebagai landasan untuk mengetahui baik buruknya suatu
tindakan yang dilakukan;

2.7 Format Kolaboratif Bimbingan Konseling


Format pendekatan khusus ini yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang
melayani kepentingan klien melalui pendekatan pada pihak-pihak yang dapat memberikan
kemudahan dalam penuntasan masalah Dengan strategi ini perencanaan dan persiapan
layanan dipermudah dan pelaksanaannya dipelancar, sehingga hasil-hasil layananan menjadi
optimal.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Format kegiatan Bimbingan Konseling adalah bentuk pelasanaan atau pelayanan yang
digunakan saat proses memberikan bantuan dari konselor kepada klien baik dalam hal
mengembangkan potensi maupun dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh klien.
Format kegiatan BK terdiri atas:
a. Format klasikal, yaitu Format klasikal yaitu suatu kegiatan bimbingan dan konseling
yang melayani klien dalam satu kelas;
b. Format kelompok, yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani
sejumlah klien dalam bentuk kelompok melalui dinamika kelompok tersebut;
c. Format individual, yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani
klien secara perorangan;
d. Format lapangan, yaitu kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani kepentingan
kliennya melalui kegiatan diluar kelas atau lapangan;
e. Format jarak jauh, yaitu format kegiatan BK yang melayani kepentingan
siswa melalui media dan/atau saluran jarak jauh, seperti surat dan sarana elektronik;
f. Format kolabotatif, yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani
kepentingan klien melalui pendekatan pada pihak-pihak yang dapat memberikan
kemudahan dalam penuntasan masalah.
Pelaksanaan suatu pelayanan Bimbingan Konseling dapat menggunakan kombinasi
format-format di atas. Format atau strategi kolaboratif dilaksanakan dalam perencanaan
dan persiapan layanan, dan bahkan juga selama pelaksanaannya. Penggunaan format
lapangan dapat dikombinasikan dengan format klasikal, bahkan format kelompok. Format
individual dapat merupakan tindak lanjut dari format lapangan, klasikal dan atau format
kelompok. sebaliknya, format individual juga dapat ditindaklanjuti dengan format
lapangan

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami dan
melaksanakan kegiatan Bimbingan Konseling berdasarkan format pelayanan sesuai dengan
kebutuhan klien (siswa).

17
DAFTAR PUSTAKA

Bunga, Atalewo. 2013. Layanan Bimbingan Klasikal. http://atalewobunga.blogspot.co.id


/2013/08/layanan-bimbingan-klasikal.html. 26 Maret 2017 (12:04).

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2012. Pengertian Format. Kbbi.web.id/format. 26 Maret


2017 (11:39).

Louman. 2012. Kegiatan Bimbingan Kelompok. http://makalah-terbaru.blogspot.co.id


/2012/01/kegiatan-bimbingan-kelompok.html. 25 Maret 2017 (22:10).

Prisca, Kezia. 2012. Konseling Jarak Jauh. http://keziaprisca.blogspot.co.id


/2012/06/konseling-jarak-jauh.html. 26 Maret 2017 (14:05).

Tion, Aris. 2016. Format Layanan PBK. https://makalahiainibpadang.blogspot.co.id


/2016/12/format-layanan-pbk.html. 26 Maret 2017 (15:31).

18
FORMAT KEGIATAN BK

Teman, apakah kau tau format kegiatan bk?


Ku akan beri tau format kegiatan bk
Kau harus tau apa itu format kegiatan bk
Format kegiatan bk itu ada 6 buah
Pertama klasikal, yang kedua kelompok
Ketiga individual, yang keempat lapangan
Kelima jarak jauh, dan keenam kolaboratif

musik by : armada (Asal Kau Bahagia)

19

Anda mungkin juga menyukai