Anda di halaman 1dari 7

KONSEP MICROLEARNING

DALAM MEMBUAT MEDIA PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan

Pendidikan jarak jauh(PJJ) merupakan salah satu inovasi yang dilakukan dalam
melaksanakan proses pembelajaran di masa pandemi covid-19. Tujuan pendidikan
jarak pendidikan jarak jauh memastikan peserta didik belajar dan terus belajar. Salah
satu hal yang mendasar dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh ketersediaannya
materi pembelajaran atau konten-konten pembelajaran digital baik dalam bentuk
audio, video, multimedia, maupun flatform hypermedia. Konten-konten pembelajaran
digital disusun dan dikembangkan sesuai dengan karakteristik media dan karakteristik
peserta didik. Konten-konten digital tersebut dikembangkan sesuai dengan
kedalaman dan cakupan keluasan sebuah materi pembelajaran. Sekarang ini konten-
konten pembelajaran digital dibuat dan disusun terutama untuk flatform video tidak
harus memiliki durasi yang panjang-panjang bahkan cukup dikembangkan maksimal
15 menit. Berikut ini digambarkan bagaimana keterlibatan penonton dalam menonton
sebuah video secara umum terhadap lamanya durasi (waktu).

Gambar 1. Keterlibatan penonton video terhadap durasi waktu


Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin lama durasi video
yang ditonton maka keterlibatan penonton dalam menonton sebuah video tersebut
akan semakin berkurang. Hal ini kemungkinan berlaku juga jika videonya berupa video
pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk
mengatasi hal tersebut saat ini dikenal dengan konsep Microlearning. Apa itu
microlearning, karakteristiknya seperti apa microlearning dan bagaimana cara
menggunakannya dalam pembelajaran.

B. Definisi Microlearning

Meskipun secara resmi microlearning tidak didefinisikan secara jelas, pada materi ini
saya coba jelaskan konsep mikrolearning. Microlearning terdiri dari dua kata
(Micro/Mikro : ukuran kecil) dan (Learning : kegiatan belajar) sehingga dapat diartikan
sebagai kegiatan belajar dengan skala yang kecil. Microlearning merupakan sebuah
strategi dalam merancang konten-konten belajar menjadi segmen-segmen kecil dan
terfokus. Microlearning merupakan sebuah unit pembelajaran kecil dalam waktu yang
singkat. Konten-konten tersebut dapat memiliki berbagai bentuk dari teks sampai ke
multimedia lengkap. Konten-konten tersebut dikemas sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan efek yang sangat mudah diterima oleh peserta didik. Dengan
konten-konten digital yang dikemas dalam unit-unit pembelajaran kecil peserta didik
dapat mengatur rencana belajar dan menggunakan unit-unit tersebut sesuai dengan
keinginan mereka.
Berikut beberapa contoh format/bentuk konten pembelajaran mikro:
• Teks (frase, paragraf pendek)
• Gambar (foto, ilustrasi)
• Video (dari variasi pendek)
• Audio (cuplikan singkat pidato atau musik)
• Tes dan Kuis
• Game
• infografis

Saat ini perkembangan aplikasi yang mendukung konsep microlearning dalam


berbagai macam format/bentuk dan flatform sangat banyak yang berpadu dengan
perkembangan teknologi smartphone atau ponsel pintar yang semakin canggih.
Format microlearning tersebut dapat disampaikan melalui Flatform media sosial
seperti Whatsapp, twitter, facebook, tiktok dan lain-lain. Pembelajaran mikro atau
mikrolearning tidak terlepas dari kegiatan pembelajaran jarak jauh baik menggunakan
media online ataupun offline. Penerapan pembelajaran mikro pada pembelajaran
jarak jauh terutama dalam hal pembuatan dan pengembangan konten-konten digital
yang dikemas dalam unit-unit pembelajaran dengan duriasi waktu yang singkat. Salah
satu contoh penerapan pembelajaran mikro adalah video tutorial menanam cabai,
tutorial menggunakan jilbab yang baik dan benar, tutorial menggunakan alat praktikum
dan lain-lain. Semua video tersebut disampaikan dalam bentuk video pembelajaran
mikro yang ditransmisikan melalui media tiktok, facebook, twiter, dan youtube dengan
durasi waktu yang pendek atau singkat. Saat ini Peserta didik lebih mudah menerima,
mengingat, dan memahami sebuah unit-unit materi pembelajaran mikro yang
disampaikan melalui konten digital dengan durasi yang pendek dibandingkan durasi
yang panjang. Contohnya peserta didik zaman now mungkin ketika kita berikan
sebuah pepatah “Air Susu di balas dengan air….” Maka mereka akan menjawab
dengan berbagai kemungkinan jawaban. Tetapi ketika kita berikan sebuah kuote
“Semongko….” Maka peserta didik otomatis akan menjawab “Tarik sis”. Kita sebagai
guru mau tidak mau harus bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi saat ini,
dengan kata lain kita harus sama-sama belajar memahami konsep mikrolearning
dalam mengembangkan konten-konten digital. Pembuatan konten-konten digital
dikembangkan ke dalam unit-unit pembelajaran skala kecil. Pengembangan konten-
konten digital yang dibuat dalam unit-unit pembelajaran skala kecil ini disesuaikan
dengan bentuk atau formatnya. Jika unit-unit tersebut dibuat dalam bentuk video
pembelajaran maka durasi waktu dalam video pembelajaran tersebut dibuat tidak
terlalu panjang dengan materi terfokus pada sebuah topik ataupun subtopik tertentu.
Jika unit-unit pembelajaran dibuat dalam bentuk teks, maka konten digital dapat
disampaikan dalam bentuk infografis, handout ataupun format lainnya yang
memungkinkan peserta didik dapat secara cepat memahami sebuah topik ataupun
subtopik tertentu.

C. Karakteristik Microlearning

1. Lebih Cepat Untuk Ditransmisikan


Karena format dari konten-konten digital unit pembelajaran mikro tersebut dikemas
dalam durasi yang singkat atau tidak terlalu panjang maka konten-konten digital unit
pembelajaran mikro tersebut dapat dikirim dan ditransfer melalui berbagai media
transmisi dengan lebih cepat dibandingkan konten-konten digital yang memiliki durasi
waktu yang panjang. Kita dapat membuat puluhan konten-konten unit pembelajaran
mikro yang dikirim melalui media whatssapp, youtube, tik-tok dan lain-lain.

2. Terjangkau

Unit-unit pembelajaran mikro yang kita buat jauh lebih murah untuk diproduksi, hal ini
dikarenakan dalam pembuatan unit pembelajaran mikro tidak memerlukan sarana-
prasarana atau insfrastruktur yang serba mahal. Dengan menggunakan smartphone
berbasis android kita dapat membuat sebuah konten digital unit pembelajaran mikro
yang baik. Selain itu kita sebagai guru tidak harus menyewa seorang instruktur untuk
membuat konten digital unit pembelajaran mikro.

3. Fleksibel

konten digital Unit pembelajaran mikro yang kita produksi dengan menggunakan
konsep microlearning lebih fleksibel, karena konten digital unit pembelajaran mikro
yang kita buat disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan karakter peserta didik di
masing-masing sekolah.

4. Lebih Menarik Bagi Peserta didik

Mikrolearning adalah metode penyampaian sebuah materi pembelajaran yang


dikemas dalam unit-unit pembelajaran skala kecil yang pecah menjadi topik atau
subtopik tertentu. Bagi peserta didik yang terbiasa dengan ponsel pintarnya merasa
lebih menarik menggunakan unit pembelajaran mikro dalam melaksanakan sebuah
pembelajaran.

5. Meningkatkan Pengulangan Pengetahuan

Menurut penelitian tentang microlearning, ketika kita mempelajari sesuatu berulang


kali dan melihatnya kembali di saat kita hampir melupakannya, melakukan
pengulangan-pengulangan dalam pembelajaran seperti itu sangat cocok dengan unit
pembelajaran mikro karena skalanya kecil, mandiri, dan mudah digunakan kembali.
6. Memberi Peserta didik Lebih Banyak Kebebasan

Konten digital yang dikemas dalam unit pembelajaran mikro memungkinkan memberi
lebih banyak kebebasan kepada peserta didik untuk menikmati kegiatan
pembelajarannya kapanpun dan dimanapun, karena unit pembelajaran mikro dapat
diakses dan dibuka baik secara online maupun offline.

D. Keterbatasan Microlearning

Walaupun konsep pembelajaran mikro merupakan sebuah inovasi tetapi bukan berarti
konsep pembelajaran mikro lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensional,
karena semua tergantung dari pokok bahasan atau topik yang dibahas, secara umum
pembelajaran mikro memiliki keterbatasan sebagai berikut:

1. Tidak Cocok digunakan untuk materi yang kompleks

Unit pembelajaran mikro sangat bagus untuk menyampaikan informasi sederhana


tetapi belum tentu paling sesuai untuk konsep yang kompleks. meskipun masih
memungkinkan tetapi akan membutuhkan usaha yang lebih banyak. Misalnya, Anda
perlu memecah konsep menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana.
2. Tidak cocok digunakan untuk materi yang memerlukan pemahaman yang
mendalam
Jika Anda memiliki topik yang membutuhkan pemahaman yang mendalam,
microlearning mungkin bukan pendekatan terbaik untuk diimplementeasikan.
Misalnya, Kita dapat menggunakannya untuk mempelajari hubungan arus dan
tegangan dengan sebuah video presentasi singkat, tetapi tidak untuk mempelajari
adanya arus atau tegangan kecuali dicoba melalui praktikum.

E. Praktik Terbaik Microlearning

Dibandingkan dengan pembelajaran konvesional, microlearning lebih mudah untuk


dibuat dan lebih cepat diselesaikan. Tentu saja, kita masih harus mengikuti beberapa
contoh praktik terbaik supaya dapat melakukannya dengan benar:

1. Periksa Apakah materi yang disampaikan sudah tepat

Jika materi pelajaran terlalu rumit, memerlukan studi yang mendalam, atau perlu
disampaikan melalui tatap muka atau tatap maya, maka pembelajaran mikro melalui
media konten digital unit pembelajaran mikro yang kita buat mungkin bukan pilihan
yang tepat. Meskipun begitu kita bisa gunakan unit pembelajaran mikro sebagai
strategi tambahan dalam kegiatan pembelajaran.

2. Tuliskan Esensi dari Materi yang disampaikan

Tuliskan esensi dari materi-materi yang akan disampaikan. Konten yang kita
sampaikan singkat dan terfokus sehingga peserta didik dapat menangkap esensi dari
materi yang disampaikan melalui konten digital dari unit pembelajaran mikro yang kita
kembangkan.

3. Gunakan Multimedia

Teks saja akan membuat peserta didik cepat bosan. Tambahkan aset multimedia
yang relevan seperti video, foto, ilustrasi, dan animasi untuk menarik minat mereka.
Pemilihan aset multimedia tidak hanya mempercantik atau memperindah tampilan tapi
harus mendukung materi yang disampaikan.

4. Gamifikasi Untuk Meningkatkan Keterlibatan

Jika platform microlearning Anda mendukung gamifikasi atau permainan, tambahkan


beberapa elemen ke konten digital dari unit pembelajaran mikro yang kita
kembangkan. Contohnya menyisipkan dengan teka-teka silang.

5. Gunakan Penilaian Mikro Untuk Menilai Kemajuan peserta didik

Gunakan tes singkat dengan menggunakan kuis atau tes soal singkat untuk
memastikan peserta didik memahami konten-konten digital dari unit pembelajaran
mikro yang dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

F. Aplikasi Powtoon dalam mengembangkan unit pembelajaran mikro

Format konten digital yang dikembangkan menggunakan aplikasi powtoon berupa unit
pembelajaran mikro dalam bentuk video presentasi dengan durasi tidak lebih dari 3
menit. Alasan penggunaan lama durasi karena kita menggunakan akun yang gratis,
jika menggunakan akun yang berbayar maka durasi unit pembelajaran mikro yang kita
kembangkan bisa lebih dari 3 menit. Untuk itu dalam mengembangkan media
pembelajaran video presentasi berbasis powtoon ini bapak/ibu dapat memilih topik
ataupun subtopik tertentu. Unit pembelajaran mikro dalam bentuk video presentasi
yang bapak/ibu buat diharapkan digunakan dalam kegiatan belajar yang dilaksanakan
di kelasnya masing-masing. Media transmisi dari unit pembelajaran mikro berbasis
aplikasi powtoon menggunakan channel youtube. Penggunaan media whiteboard
animasi dalam kegiatan pembelajaran juga diharapkan dapat diteliti apakah memiliki
dampak yang baik terhadap hasil belajar peserta didik bapak/ibu dikelasnya masing-
masing.

G. Referensi :

https://dipa14.web.id/2020/11/11/microlearning-vs-e-learning/
https://animasistudio.com/apakah-durasi-video-itu-penting/

Anda mungkin juga menyukai