Anda di halaman 1dari 17

Resiko Berkemah Di Alam Terbuka

Di susun oleh :
Desy Ramazani (1806104040044)
Hayatzul Fitri (1806104040051)
Rika Melisa (1806104040024)

Dosen Pembimbing :

Drs. Said Darnius, M.Si

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2020/2021
KATA PENGANTAR

  Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Resiko
Berkemah Di Alam Terbuka.
            Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Banda Aceh, 30 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------------

1. Latar Belakang..............................................................................................
2. Rumusan Masalah..........................................................................................
3. Tujuan Penulisan............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN--------------------------------------------------------------------

1. Pengertian berkemah dan alam terbuka...........................................................


2. Perencanaan kegiatan di alam bebas...............................................................
3. Persiapan perbekalan dan perlengkapan..........................................................
4. Manajemen resiko...........................................................................................

BAB III PENUTUP---------------------------------------------------------------------------

1. Kesimpulan.....................................................................................................
2. Saran...............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan dialam terbuka sebagai salah satu unsur metode kepramukaan, merupakan cara
yang efektif dalam proses pembentukan watak dan kepribadian, pemantapan mental/ moral/
spiritual, pisik, intelektual, emosional dan social peserta didik sebagai individu dan sebagai
anggota masyarakat. Karena itu kegiatan dialam terbuka dalam kepramukaan merupakan suatu
kegiatan yang penting. Berkemah merupakan salah satu bentuk kegiatan penerapan metode
kepramukaan yang mendorong peserta didik untuk introspeksi sehingga menyadari tentang diri
pribadinya yang berkaitan dengan Pinsip Dasar Kepramukaan dan Kode Kehormatan Pramuka.
Hidup dalam perkemahan di Alam Terbuka yang jauh dari tempat tinggal dan kota yang penuh
kemudahan, kemewahan, ketergantungan, mendorong peserta didik/ kaum muda untuk
menyadari tentang apa yang perlu dan nyata dalam hidup ini. Dewasa ini kaum muda dihadapkan
pada dunia yang sukar untuk membedakan antara apa yang penting dan apa yang berkelebihan,
apa yang perlu dan apa yang dapat ditunda, apa yang asli dan apa yang palsu, apa yang riil dan
apa yang ilusi. Dengan berkemah atau hidup dalam perkemahan peserta didik dapat menghargai
kesederhanaan hidup di alam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu berkemah dan alam terbuka?


2. Apa saja perencanaan kegiatan di alam terbuka?
3. Apa saja perbekalan dan perlengkapan yang harus dipersiapkan?
4. Bagaimana manajemen resiko di alam terbuka?
1.3 Tujuan Penulisan

Dalam tujuan pembahasan makalah ini diharapkan dapat mengetahui dan memahami:

1. Pengertian berkemah dan alam terbuka,


2. Perencanaan kegiatan di alam terbuka,
3. Perbekalan dan perlengkapan yang harus dipersiapkan,
4. Manajemen resiko di alam terbuka.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Berkemah dan Alam Terbuka

Berkemah adalah sebuah kegiatan rekreasi di luar ruangan. Kegiatan ini umumnya
dilakukan untuk beristirahat dari ramainya perkotaan, atau dari keramaian secara umum, untuk
menikmati keindahan alam. Berkemah biasanya dilakukan dengan menginap di lokasi
perkemahan, dengan menggunakan tenda, di bangunan primitif, atau tanpa atap sama sekali.
Berkemah merupakan salah satu bentuk kegiatan penerapan metode kepramukaan yang
mendorong peserta didik untuk introspeksi sehingga menyadari tentang diri pribadinya yang
berkaitan dengan Pinsip Dasar Kepramukaan dan Kode Kehormatan Pramuka. Dengan berkemah
atau hidup dalam perkemahan peserta didik dapat menghargai kesederhanaan hidup di alam.

Yang dimaksud alam (nature) seisinya adalah hutan/rimba, gunung/pegunungan, bukit,


sungai, padang rumput, padang pasir, lautan, pulau, berbagai tumbuh-tumbuhan, dan binatang,
dll. Alam seisinya dilihat dari sudut pendidikan merupakan referensi yang sangat sarat dan kaya
dengan materi pendidikan. Karena itu Baden Powell menyebutnya sebagai buku alam (Nature
Book) ciptaan Tuhan yang bernilai tinggi, harganya murah, praktis, tidak ada tamatnya, tidak ada
mula dan akhirnya bagi pendidikan dan kehidupan manusia.

Alam itu penuh dengan berbagai kemungkinan yang sangat bermanfaat bagi pembinaan
totalitas peserta didik melalui berbagai macam kegiatan, dalam alam, dingin, panas, hujan, angin,
basah, kering, gelap, terang merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari seseorang tetapi
seseorang harus berusaha menyesuaikan diri dan berusaha mengatasi rintangan, inilah
tantangannya.

2.2 Perencanaan Perjalanan kegiatan di alam terbuka

Kita harus dibekali dengan kemampuan untuk memilih, mengatur, serta menggunakan
perlengkapan dan perbekalan ; kemampuan teknis menggunakan alat bantu perjalanan, seperti
peta dan kompas ; kemampuan berkemah (camp craft) seperti membuat bivak dan api.
Penguasaan keterampilan ini akan membantu kita mengatur teknik berjalan di gunung hutan,
menebas dengan efektif, maupun mengatur konsumsi makan dan minum.

Diperlukan kemampuan fisik yang baik, sehingga selain diperlukan kondisi tubuh yang sehat,
juga diperlukan latihan fisik yang sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan. Misalnya untuk
pendakian gunung, latihan fisik naik turun bukit dapat dilakukan dalam persiapan perjalanan,
selain itu juga latihan mengangkat beban (ransel).

Diperlukan mental yang siap untuk menghadapi kegiatan berat di alam. Hal ini tidak dapat
diajarkan oleh pelatih, namun harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri. Penguasaan yang baik
pada tiga ketrampilan lainnya akan sangat membantu.

Diperlukan pemahaman yang baik terhadap kondisi alam yang akan dihadapi dan mencakup
bagaimana memilih waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan dan bagaimana cara
mengantisipasi kesulitan yang mungkin terjadi.

 Keselamatan (Safety)

Faktor keselamatan (safety) harus dijadikan kerangka berfikir dalam berkegiatan di alam terbuka.
Untuk keadaan berbahaya, dapat dilakukan penggolongan faktor penyebabnya, yaitu bahaya
subyektif dan bahaya obyektif.

Bahaya subyektif adalah potensi bahaya yang berada dibawah kendali manusia yang melakukan
kegiatan. Contohnya, pemilihan alat yang salah, cara penggunaan peralatan yang tidak dikuasai
dengan baik dan lain-lain. Bahaya obyektif adalah bahaya yang berada di luar kendali manusia,
misalnya badai, banjir, panas, dan lain-lain. Semakin subyektif suatu bahaya maka akan semakin
dapat diperkirakan terjadinya dan dapat dihindarkan. Sebaliknya, semakin obyektif suatu bahaya
maka akan semakin sulit diperkirakan dan sulit dihindarkan.

 Faktor Perencanaan Perjalanan

Faktor yang dapat dijadikan acuan dalam perjalanan adalah sebagai berikut :

Faktor Alam, mencakup pemahaman mengenai lokasi tujuan, medan yang akan dihadapi, iklim
daerah yang dituju, dan hal-hal berkaitan dengan lingkungan. Pengantisipasiannya adalah dengan
melakukan studi ontrol yang baik, analisa, informasi dari pemerintah setempat, dan lain-lain.
Faktor Peserta, mencakup pemilihan personil, kepemimpinan (leadership), hierarki,deskripsi
kerja, dan tanggung jawab peserta perjalanan, serta kemampuan dari setiap peserta perjalanan.

Faktor Penyelenggara, mencakup permasalahan faktor teknis dan faktor non-teknis. Pada
perjalanan yang besar (ekspedisi), ada faktor semi-teknis. Faktor

Teknis adalah daya upaya operasi yang berhubungan langsung dengan tingkat kesulitan medan.
Faktor Non-teknis adalah permasalahan daya dukung operasi yang tidak berhubungan langsung
dengan tingkat kesulitan medan. Faktor Semi-teknis untuk ekspedisi besar dan kompleks adalah
permasalahan daya dukung operasi yang berhubungan langsung dengan tingkat kesulitan medan,
namun bersifat non-teknis (komunikasi, base-camp team, advance-team, take in& out team,
rescue team, delivery team) faktor ini berada daiantara faktor teknis dan non-teknis.

 Tabel Jadwal Kegiatan

Rencana yang baik akan membagi kegiatan menjadi sejumlah tahapan yang mengacu pada waktu
yang tersedia dan cakupan pekerjaan. Tabel skedul membantu kita berpikir logis tentang tahapan
kegiatan. Biasanya untuk kegiatan-kegiatan besar, perlu disusun tabel, namun untuk perjalanan-
perjalanan yang biasa dilakukan dan tidak terlalu rumit, tahapan ini otomatis akan kita lakukan.

 Etika Perjalanan

Dalam perjalanan ontrol terbuka, kita akan melalui daerah serta lokasi di mana terdapat adat
istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan penduduk setempat yang terkadang terasa aneh oleh kita
yang tidak terbiasa, tergantung bagaimana kita menyikapai adat tersebut, apakah akan diterima
atau ditolak, namun hal-hal seperti itu dapat dijadikan informasi awal untuk mendapatkan
gambaran sekilas mengenai daerah tersebut. Selain itu, ketika melakukan perjalanan di suatu
daerah, sebaiknya melapor kepada aparat setempat yang berwenang.

2.3 Perbekalan dan Perlengkapan Yang Harus Dipersiapkan

Keberhasilan suatu kegiatan di alam terbuka juga ditentukan oleh perencanaan


perlengkapan dan perbekalan yang tepat. Dalam merencanakannya, beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu :

 Mengenal jenis medan yang akan dihadapi (ontro : hutan, rawa, tebing, dll)
 Menentukan tujuan perjalanan (ontro : penjelajahan, pelatihan, penelitian,
kemanusiaan/SAR, dll)
 Mengetahui lamanya perjalanan
 Mengetahui keterbatasan kemampuan fisik untuk membawa
 Memperhatikan hal-hal khusus (ontro : P3K atau obat-obatan tertentu, dsb)

Setelah mengetahui hal-hal tersebut, kita dapat memilih perlengkapan dan perbekalan yang
sesuai dan selengkap mungkin, tetapi bebannya tidak melebihi kemampuan membawanya.
Perhitungan beban total untuk perorangan sebaiknya tidak melebihi sepertiga berat badan (15-
20kg).

Dari kegiatan penjelajahan, kita mengenal beberapa jenis perjalanan yang disesuaikan dengan
medannya, yaitu :

 Pendakian gunung
 Perjalanan menempuh hutan rimba
 Penyusuran pantai, sungai atau rawa
 Penyusuran gua
 Pelayaran
 Perjalanan ilmiah
 Perjalanan kemanusiaan

Dari tiap kegiatan tersebut, kita mengelompokkan perlengkapan yang dibawa sebagai berikut :

Perlengkapan dasar, meliputi : perlengkapan untuk pergerakan, ; perlengkapan untuk memasak,


makan, minum ; perlengkapan untuk Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) ; perlengkapan pribadi

Perlengkapan Khusus, meliputi : perlengapan penelitian (ontro: kamera, buku, dan alat-alat
khusus lainnya) ; perlengkapan penyusuran sungai (ontro : perahu, dayung, pelampung, dll) ;
perlengkapan pendakian tebing (ontro : tali, carabiner, chock, piton, dsb)

Perlengkapan tambahan perlengkapan ini dapat dibawa atau tidak, ontro : semir, kelambu, gaiter,
dll

2.4 Manajemen Resiko Di Alam Terbuka


Hal-hal yang harus dilakukan untuk menerapkan manajamen risiko di alam terbuka:
1. Membuat Perencanaan
Kegiatan alam bebas memerlukan perencanaan yang matang untuk mencegah insiden serta
respon yang harus dilakukan bila insiden benar- benar terjadi. Dokumen-dokumen mengenai
rencana kegiatan, teknis pelaksanan dan manajemen risiko bisa dipakai untuk panduan dan bahan
pelatihan. Untuk menyiapkan hal tersebut harus telaten dan rajin, karena semua hal menyangkut
kegiatan serta pelaksanan tindakan darurat harus tertulis.

Dalam manajemen risiko, semua staf harus ikut pelatihan tentang manajemen risiko. Semua
perencanaan darurat harus tertulis dan harus diimplementasikan. Rencana yang harus disusun
antara lain:

1.1. Rencana manajemen risiko


Rencana manajemen risiko dibuat untuk mengidentifikasi sumber bahaya yang mungkin timbul
pada kegiatan yang akan dilaksanakan dan langkah yang diambil. Manajemen risiko harus
mengidentifikasi semua sumber bahaya yang ada di lapangan dengan jelas (lingkungan, alat,
manusia) dan dampak terhadap bisnis bila insiden tersebut terjadi.
Setelah diidentifikasi, harus dibuat strategi untuk menghindari insiden yang ditimbulkan risiko
dan membuat ceklist.

a. Sumber bahaya di lapangan – contohnya berupa; 


 Lingkungan yang ekstrim
 Longsor
 Gelap
 Terbakar matahari
 Sengatan lebah
 Angin
 Kerusakan mekanik
 Kendaran lain yang ugal – ugalan
 Kondisi tali pengaman 
b. Sumber bahaya karena kelalaian manusia, dibagi dalam sudut pandang individual, kelompok
dan pemimpin – contohnya berupa; 
 Individual (peserta) Pemimpin Kelompok
 Tidak sadar akan kondisi bahaya
 Tidak memiliki skill menghindari bahaya
 Pembangkang
 Bertindak kurang bertanggung jawab
 Bersikap sok jagoan
 Lemah/stamina kurang
 Takut 
 Tidak punya pengetahuan yang cukup
 Kesalahan dalam menilai risiko
 Skill mengelola kelompok yang kurang
 Manajemen yang kurang efektif
 Kesadaran akan keselamatan kerja yang lemah
 Latar belakang budaya, cara menilai orang
 Tidak bisa bekerja sama
 Gesekan antar anggota
 Kompetisi internal yang berlebihan
 Adanya tekanan untuk berprestasi
 Sikap yang kurang peduli akan keselamatan
 Adanya blok/geng dalam kelompok

1.2. Rencana perjalanan


Rencana perjalanan yang tertulis dan terpetakan membuat staf dan instrktur mampu untuk
mengartikulasikan perjalanan sesuai dengan rute yang akan dilalui. Rencana perjalanan
merupakan manajemen risiko yang lebih spesifik. Identifikasi sumber bahaya sesuai dengan rute
yang dilalui dan tindakan pencegahan yang dilakukan. Para instruktur harus paham dengan
rencana perjalanan yang harus mereka pimpin dan memastikan bahwa rencana tersebet
terdokumentasi dengan baik. Dokumen – dokumen perjalanan terdahulu bisa digunakan sebagai
panduan bila kan melakukan kegiatan/perjalanan yang sama.

1.3. Rencana tanggap darurat


Rencana perjalanan dibuat sesuai dengan suatu kegiatan yang dilakukan dalam suatu program.
Rencana ini dibuat untuk sebagi panduan bertindak dalam jangka pendek bila terjadi insiden.
Semua pendukung kegiatan – instruktur, fasilitator,staf – harus paham dengan rencana tanggap
darurat.

1.4. Membuat SOP untuk instruktur


SOP untuk instruktur berupa arahan tertulis mengenai program yang dibuat oleh manajer
program. Berisi mengenai penjelasan tentang tingkat kecelakaan, bagaimana mengelolanya dan
sampai batas kondisi seperti apa (jumlah kerugian,tingkat cedera dll) seorang instruktur bisa
membuat keputusan.

1.5. Review keselamatan


Dalam review keselamatan, para instruktur, para manajer program dan para spesialis bergabung
membentuk sebuah tim. Mereka mengumpulkan data melalui interview, survey lapangan dan
mempelajari laporan untuk menilai ontroln manajemen keselamatan yang dilakukan. Hasil
review ini berupa rekomendasi – rekomendasi. Hal yang dibahas dalam review ini meliputi;
 Screening peserta
 Pengetahuan akan keselamatan dari staf

 Kualifikasi staf

 Sistem pengelolaan risiko

 Program kegiatan

 Prosedur tindakan darurat

 Logistik dan fasilitas

 Peralatan
 Kesesuaian program dengan peserta

Review keselamatan bukanlah pengadilan terhadap sebuah program. Review ini memiliki
keuntungan jangka pendek dan jangka panjang terhadap sebuah program. Review ini bisa
menjadi sebuah ajang pelatihan keselamatan berkegiatan, karena forum ini merupakan forum
diskusi dan saling membagi pengalaman dalam melaksanakan suatu kegiatan alam bebas.
Kebijakan mengenai keselamatan dalam kegiatan alam bebas lebih banyak dilakukan
berdasarkan pengalaman – pengalaman pelaksana kegiatan tersebut. Dengan review tersebut,
bisa diperoleh prespektif lebih luas tentang keselamatan suatu kegiatan, sehingga kebijakan yang
diterapkan lebih merupakan pengembangan dari pola – pola yang telah ada.

1.6. SAR
Dalam pelaksanaan kegaitan alam bebas, SAR memerankan titik sentral dalam manajemen
risiko. Pengetahuan akan lokasi dan posisi tim SAR serta bagiamana menghubungi mereka
dalam kondisi darurat akan menentukan kondisi insiden selanjutnya. Keberadaan tim SAR juga
akan meningkatkan kondisi psikologis peserta bahwa mereka berkegiatan dalam kondisi aman.

2. MENERBITKAN STANDART MINIMUM KESELAMATAN DALAM OPERASIONAL


Setiap kegiatan yang akan dilaksanakan harus memiliki standar operasional minimum. Hal ini
merupakan standar minimum kebutuhan yang harus dipenuhi dan dilaksanakan sehingga
kegiatan tersebut layak untuk dilakukan.

Proses – proses dalam tahap ini adalah :


1. Mengidentifikasi tentang ontr dan peraturan yang terlibat dalam kegiatan :
Hukum yang berlaku terkait penggunaan peralatan – penggunaan kendaraan i.e trike, mengemudi
truk Ijin penggunaan lahan kegiatan – ijin ini bisanya dikeluarkan oleh pemilik lahan yang
dipakai kegiatan, termasuk area yang bisa digunakan dan area yang terlarang
Peraturan ontr terkait dengan pengamanan personel – peraturan tentang kesehatan personel,
tindakan yang mungkin melanggar aturan ontr
2. Mengidentifikasi dan melaksanakan teknik pelaksanaan yang sesuai untuk tiap aktivitas.
Panduan – bisa menggunakan dari berbagai sumber
Standar nasional pelaksanaan suatu kegiatan – ontro untuk untuk kegiatan selam dengan melihat
dokumen POSSI, paralayang melihat dokumen PLGI

3. Menentukan standar minimum manajemen risiko, cek dengan pertanyaan :


Filosofi kegiatannya apa?
Pasar kegiatannya siapa?
Apa outcome kegiatannya?
Skill dan pengetahuan pesertanya tentang kegiatan yang akan dilaksanakan?
Institusi yang terlibat?
Level kegiatan yang mungkin bisa untuk dilaksanakan dengan kondisi yang ada?

3. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO


Semua hal diatas adalah dokumen tentang keselamatan serta sistem manajemen, implementasi
dilapangan menjadi panggung demonstrasi ketrampilan staf, instruktur dan manajer program.
Mereka bertanggungjawab akan terlaksananya sistem keselamatan ini di lapangan.

Beberapa hal yang harus diaplikasikan dalam pelaksanaan kegiatan adalah;

3.1. Briefing tentang risiko dan keselamatan (safety talks)


Beberapa insiden yang terjadi dalam kegiatan alam bebas diakibatkan oleh kegagalan instruktur
menyampaikan risiko insiden yang bisa terjadi, sumber bahaya yang menyertai kegiatan tersebut,
perlengkapan yang digunakan serta apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Untuk
menghindari pembicaraan yang panjang, buatlah catatan, safety talk haruslah singkat dan
mengandung informasi sebanyak mungkin. Safety talk lebih baik dilaksanakan secara berkala.

Perkenalan
Perkenalan komponen pantia yang terlibat beserta tugasnya
Meminta perhatian – keselamatan adalah tanggung jawab bersama, termasuk peserta
Program
Penjelasan rencana perjalanan – kondisi geografi, cuaca
Kemungkinan bahaya – pingsan, dehidrasi dll
Penjelasan tentang peralatan yang akan dipakai
Beri contoh tentang pemakaian alat yang benar
Penjelasan apa yang harus dilakukan bila terjadi insiden ( i.e seseorang tersesat, hanyut disungai,
terperosok tebing )
Penjelasan apa yang tidak boleh dilakukan selama kegiatan berlangsung

Tangggung jawab peserta


Jelaskan tentang kondisi fisik yang harus dihadapi
Tanyakan pada mereka tentang kemampuan mengikuti kegiatan ini
NO smoking and NO ontrol selama kegiatan
Minta peserta untuk memperhatikan bila ada peralatan yang kurang baik/terjadi kerusakan
Melaporkan sesegera mungkin bila terjadi insiden

Pentupan

Pastikan semua peserta telah bersedia ikut kegiatan ( bila perlu beri form tertulis)
Tanyakan apa ada hal yang ingin mereka sampaikan
Pastikan semua peserta mengerti isi briefing

3.2. Sistem komunikasi


Perkembangan teknologi informasi memberikan banyak pilihan berkomunikasi. Telepon satelit
memiliki banyak kelebihan untuk membuat koneksi walaupun ditempat yang terpencil sekalipun.
Namun sistem komunikasi harus disesuaikan dengan medan yang akan dipakai dan yang paling
penting adalah kemampuan sumber daya ontrol untuk membiayai sistem komunikasi yang
dipakai.
Rentang pemilihan teknologi komunikasi tidak hanya meliputi telepon maupuan radio
UHF/VHF, tidak tertutup kemungkinan menggunakan LAN ( Local Area Network) ontrol
sehingga proses komunikasi yang dilakukan memiliki bukti tertulis dalam melakukan suatu
tindakan.
Sistem komunikasi yang handal mampu menjamin ketersedian informasi dan ontrol terhadap
seluruh wilayah kegiatan. Insiden yang terjadi akan lebih mudah dimonitor dengan sistem
komunikasi yang bagus. Respon terhadap kondisi darurat pun akan lebih cepat.

3.3. Riwayat kesehatan


Peserta yang akan mengikuti kegiatan harus telah dimonitor kesehatan dan kondisi fisiknya oleh
panitia. Screening peserta sebelum mengikuti kegiatan harus dilakukan, meliputi pemeriksaan
riwayat penyakit, alergi serta tingkat kebugaran. Peserta yang tidak dalam kondisi kesehatan
prima serta tidak memiliki tingkat kebugaran seperti yang telah disyaratkan harus tidak boleh
mengikuti kegiatan.

3.4. Pengenalan medan


Kegiatan alam bebas memiliki kemungkinan yang cukup banyak untuk diskenariokan, utamanya
bila dilaksanakan dilokasi yang baru. Pengenalan terhadap medan kegiatan akan membantu para
instruktur untuk membawakan kegaitan dan mengawal peserta dengan aman. Untuk mengenal
medan yang akan dipakai, survey secara komprehensif harus dilakukan, dengan membuat
simulasi ketika kegiatan dilaksanakan. Termasuk menghitung rentang waktu dan lokasi yang
akan digunakan untuk tinggal.
Hasil surevey didokumentasikan dengan penjelasa lengkap sumber – sumber bahaya yang ada
dalam satipa aktifitas serta tindakan pencegahan yang harus dilakukan. Bila memiliki dokumen
dari survey kegiatan terdahulu, maka bisa dilakukan perbandingan tentang kondisi lingkungan
serta sumber bahaya yang ada

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Melalui kegiatan pramuka dan berkemah di alam terbuka merupakan cara yang efektif
dalam proses pembentukan watak dan kepribadian, pemantapanmental/ moral/ spiritual, pisik,
intelektual, emosional dan social peserta didik sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.
Hidup dalam perkemahan di Alam Terbuka yang jauh dari tempat tinggal dan kota yang penuh
kemudahan, kemewahan, ketergantungan, mendorong peserta didik/ kaum muda untuk
menyadari tentang apa yang perlu dan nyata dalam hidup ini. Dewasa ini kaum muda dihadapkan
pada dunia yang sukar untuk membedakan antara apa yang penting dan apa yang berkelebihan,
apa yang perlu dan apa yang dapat ditunda, apa yang asli dan apa yang palsu, apa yang riil dan
apa yang ilusi. Dengan berkemah atau hidup dalam perkemahan peserta didik dapat menghargai
kesederhanaan hidup di alam.

Dalam melakukan kegiatan perkemahan di alam terbuka, kita harus membuat perencanaan
kegiatan di alam bebas, persiapan perbekalan dan perlengkapan, dan manajemen resiko terlebih
dahulu.

3.2 Saran

Dengan terbatasnya sumber pustaka,  sudah tentu makalah sederhana ini belum mampu
menjabarkan resiko berkemah di alam terbuka seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, kritik
dan saran pembaca sangat kami harapkan.

Anda mungkin juga menyukai