Anda di halaman 1dari 16

PELATIH PEMBINA PRAMUKA

DAN
METODE KEPRAMUKAAN

OLEH
MOHD. SANI B. BIN PETROS, S.Pd
NTA.

GERAKAN PRAMUKA
KWARTIR CABANG LEMBATA
KWARTIR DAERAH NUSA TENGGARA TIMUR
2017
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR....................................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................................................4

1.1. LATAR BELAKANG ...........................................................................................................4

1.2. RUMUSAN MASALAH ...............................................................................................5

1.3. TUJUAN PENULISAN........................................................................................................5

BAB II. PEMBAHASAN................................................................................................................6

2.1. PELATIH PRAMUKA YANG BERKUALITAS........................................................................6

2.2. PENGERTIAN DAN TUJUAN KONSEP PENDIDIKAN ORANG DEWASA .............................7

2.3. METODE PEMBELAJARAN DALAM GERAKAN KEPRAMUKAAN ......................................7

A. PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN...................................................................................8
B. METODE KEPRAMUKAAN.......................................................................................11
C. KODE KEHORMATAN..............................................................................................12
D. PERAN PELATIH PEMBINA PRAMUKA ....................................................................13
2.4. PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH................................13

BAB III. PENUTUP ....................................................................................................................15

3.1. KESIMPULAN................................................................................................................15

3.2. SARAN ..........................................................................................................................15

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya

sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan artikel ini dengan judul “Pelatih

Pembina Pramuka dan Metode Kepramukaan”.

Artikel ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti Kursus

Pelatih Dasar (KPD). Dalam artikel ini mengulas tentang peranan Pelatih Pembina

Pramuka serta metode kepramukaan yang harus digunakan sebagai Pembina Pramuka.

Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah membantu dalam menyelesaikan artikel ini. Penulis juga berharap agar

semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis

harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan

artikel ini agar di lain kesempatan dapat memperbaikinya.

Lewoleba, Juni 2017

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Gerakan Pramuka Indonesia adalah nama organisasi pendidikan nonformal
yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan. Gerakan Pramuka sejak masih
termuat dalam Keppres 238 tahun 1961dilakukan tidak terlalu dianggap penting
dalam mengubah generasi muda. Dari perkembangan itu maka Presiden Republik
Indonesia ke-6 Bapak Dr. Susilo Bambang Yudhoyono memasukan Gerakan Pramuka
dalam UU Nomor 12 tahun 2010 yang dalam meningkatkan Gerakan Pramuka
sebagai wadah yang wajib dikembangkan dalam dunia pendidikan masa ini.
Pramuka merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka yang meliputi
Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega.
Kelompok anggota yang lain yaitu Pembina Pramuka, Andalan Pramuka, Korps
Pelatih Pramuka, Pamong Saka Pramuka, Staf Kwartir dam Majelis Pembimbing
Pramuka. Sedangkan yang dimaksud Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar
sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik,
menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka
dengan menggunakan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang
sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi perketi luhur. Kegiatan
kepramukaan merupakan kegiatan yang menggunakan out door activity /kegiatan di
alam terbuka dengan harapan kegiatan kepramukaan akan mempunyai dua nilai,
yaitu : (1) Nilai formal, atau nilai pendidikan yakni pembentukan watak
(character building). (2). Nilai materiil, yaitu nilai kegunaan praktisnya.
Kepramukaan sebagai proses pendidikan sepanjang hayat menggunakan
tata cara rekreatif dan edukatif dalam mencapai sasaran dan tujuannya. Kegiatan
harus dirasakan oleh peserta didik sebagai sesuatu yang menyenangkan, menarik,
menantang dan tidak menjemukan, sehingga diharapkan pada peserta didik akan
berkembang kecerdasan spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisiknya
(SESOSIF).

4
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
yang dapat penulis rumuskan adalah sebagai berikut:
1. Apakah peran pelatih Pembina Pramuka masa kini dalam konteks pendidikan
orang dewasa?
2. Bagaimana mengembangkan metode pembelajaran pramuka?
1.3.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan artikel ini adalah:
1. Tujuan Khusus
a. Memperdalam pengetahuan penulis tentang gerakan pramuka
b. Sebagai salah satu syarat mengikuti Kursus Pelatih Dasar Gerakan Pramuka
c. Untuk mengetahui peran pelatih Pembina Pramuka masa kini dalam
kaitannya dengan pendidikan orang dewasa
2. Tujuan Umum
a. Untuk menghasilkan Pembina yang berkualitas serta memajukan Gerakan
Pramuka.
b. Untuk mengetahui Metode Pembelajaran Pramuka yang modern
c. Untuk mengetahui tugas pokok pramuka

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pelatih Pramuka yang Berkualitas


. Gerakan Pramuka sebagai salah satu wadah untuk mendidik karakter
generasi muda Indonesia memiliki peran vital di tengah-tengah masyarakat. Dalam
setiap kegiatannya dituangkan dalam suatu proses pendidikan Kepramukaan yang
mengandung nilai-nilai luhur. Proses pendidikan yang dimaksud disini adakah cara
menata dan mengatur kegiatan yang berkaitan dan berkesinambungan.
Kemudian Tim Esensi Gerakan Pramuka menjelaskan bahwa pendidikan non
formal, Gerakan Pramuka menggunakan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode
Kepramukaan. Proses pendidikan Kepramukaan pada hakikatnya berbentuk kegiatan
menarik yang mengandung pendidikan, bertujuan pendidikan, dilandasi nilai-nilai
pendidikan, dilaksanakan di luar lingkungan pendidikaan sekolah.
Pendidikan Kepramukaan sesuai dengan gagasan penciptanya, Lord Boden
Powell yang mula-mula dituangkan dalam buku Scouting For Boys, pada dasarnya
ditujukan kepada pembinaan anak-anak dan pemuda, bukan untuk orang dewasa.
Namun untuk menunjang keberhasilan pembinaan peserta didik, perlu adanya
pendidikan untuk orang dewasa, yang akan bertindak sebagai pamong dengan sikap
sesuai dengan sistem among, membawa peserta didik kepada tujuan Gerakan
Pramuka. Dengan demikian maka fungsi pendidikan Kepramukaan akan berbeda
yaitu untuk anak-anak dan pemuda berfungsi sebagai permainan atau kegiatan yang
menarik, sedangkan bagi orang dewasa merupakan pengabdian dari para
sukarelawan. Maka, untuk menunjang proses pendidikan Kepramukaan berjalan
sebagaimana mestinya, dibutuhkan pembina-pembina Pramuka berkualitas di setiap
satuan atau Gugusdepan. Pembina Pramuka berkualitas tersebut dapat terwujud
dengan dukungan pelatih Pembina yang berkualitas pula. Oleh karenanya, dalam
artikel ini akan dibahas peran-peran pelatih Pembina Pramuka masa kini dalam
meningkatkan kualitas pendidikan Kepramukaan bagi Pembina Pramuka khususnya,
dan bagi kegiatan Pramuka pada umumnya. Sehingga artikel ini disusun dalam
konteks global yang berkaitan dengan pendidikan orang dewasa

6
2.2.Pengertian dan Tujuan Konsep Pendidikan Orang Dewasa
Konsep pendidikan orang dewasa atau dengan kata lain sering disebut
dengan andragogi, merupakan sebuah konsep yang tepat dalam implementasi
pendidikan dan pelatihan Pembina Pramuka. Pelatih Pembina dapat mengadopsi
atau berpedoman pada konsep andragogi ketika melaksanakan pendidikan pelatihan
Kepramukaan bagi Pembina Pramuka.
Andragogi berasal dari bahasa Yunani “Andros” artinya orang dewasa, dan
“Agogus” artinya memimpin. Istilah lain yang kerap kali dipakai sebagai
perbandingan adalah “Pedagogi” yang ditarik dari kata “Paid” artinya anak dan
“Agogus” artinya memipin. Maka secara harafiah pedagogi berarti seni atau
pengetahuan mengajar anak, maka apabila memakai istilah pedagogi untuk orang
dewasa jelas kurang tepat, karena mengandung makna yang bertentangan.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa andragogi
merupakan cara untuk belajar secara langsung dari pengalaman yang bermakna
suatu proses pendidikan kembali yang dapat mengurangi konflik-konflik sosial,
melalui kegiatan-kegiatan antar pribadi dalam kelompok belajar. Selain itu,
andragogi juga merupakan juga merupakan suatu proses belajar yang diarahkan
sendiri, dimana kita secara terus menerus dapat menilai kembali kebutuhan belajar
yang timbul dari tuntutan situasi yang selalu berubah.
Tujuan pendidikan orang dewasa adalah untuk membantu mereka
melakukan penyesuaian psikologis dengan kondisi sosial. Kemudian andagogi dapat
melangkapi keterampilan yang diperlukan orang dewasa untuk menemukan dan
memecahkan masalah yang menekankanpemecahan dengan keterampilan. Hal
penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam penerapan konsep pendidikan orang
dewasa dalam Gerakan Pramuka adalah filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara
dimana Pembina merupakan teladan bagi sesame Pramuka. Pelatih Pembina sebagai
orang dewasa memiliki peran-peran diantaranya: (1) sebagai pelopor, (2) sebagai
mediator, dan (3) sebagai motivator.
2.3.Metode Pembelajaran dalam Gerakan Kepramukaan
Pembelajaran merupakan bagian penting dari sebuah “mesin pendidikan”
yang disebut sekolah. Mengapa penulis menyebut sekolah sebagai sebuah “mesin
pendidikan”, ini karena di sebuah sekolah terdapat komponen-komponen yang

7
dapat kita analogikan sebagai sebuah mesin. Komponen yang dimaksud adalah:
komponen input, komponen proses, dan komponen output.
Komponen input adalah siswa dengan berbagai latar belakang dan
kebiasaan yang berbeda yang mereka bawa dari lingkungan mereka. Komponen
proses adalah kegiatan belajar dan mengajar (KBM) yang berlangsung di sekolah,
dalam hal ini juga terkandung unsur lainnya seperti pendidik (guru), sarana
prasarana, metode dan pendekatan. Komponen output adalah lulusan yang
merupakan hasil proses pendidikan di sekolah.
Pembelajaran sebagai komponen proses akan memberikan warna dalam
pembentukan karakter siswa (character builder), meningkatan kemampuan siswa
baik dalam ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Pembelajaran seharusnya
memberikan proporsi yan seimbang dalam ketiga ranah tersebut. Selain itu
pembelajaran juga harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat baik
secara fisik maupun secara psikologis. Keterlibatan siswa secara utuh akan
meningkatkan motovasi siswa dalam sebuah proses pembelajaran. Siswa yang
menyukai suatu proses pembelajaran akan lebih mudah mencapai tujuan dari
pembelajaran tersebut, sebaliknya jika tidak suka maka akan sulit bagi siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran atau bahkan tidak mampu sama sekali mencapainya.
Pendidikan kepramukaan dengan metode kepramukaannya mampu
menciptakan suasana pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa untuk
terlibat secara fisik dan psikologis. Menurut penulis, seharusnya pendidikan
kepramukaan dalam kegiatan pramuka dapat digunakan untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa di sekolah. Walaupun pramuka di sekolah-sekolah hanya
merupakan sebuah kegiatan ekstrakurikuler, sebenarnya pelatih pramuka/guru
dapat menggunakan kegiatan ini untuk memotivasi belajar anak didik mereka saat
pembelajaran di sekolah. Dalam makalah ini penulis mencoba melemparkan
beberapa ide yang berkaitan dengan memotivasi belajar siswa di sekolah dengan
menggunakan kegiatan pramuka.
A. Pendidikan Kepramukaan
Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan merupakan ciri khas yang
membedakan kepramukaan dari pendidikan lain. Prinsip Dasar Kepramukaan
dan Metode Kepramukaan merupakan dua unsur proses pendidikan terpadu

8
yang harus diterapkan dalam setiap kegiatan. Prinsip Dasar Kepramukaan dan
Metode Kepramukaan dilaksanakan sesuai dengan kepentingan, kebutuhan,
situasi, dan kondisi masyarakat.

a. Prinsip Dasar Kepramukaan


Prinsip Dasar Kepramukaan adalah:
a) Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b) Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya;
c) Peduli terhadap diri pribadinya;
d) Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka.
Prinsip Dasar Kepramukaan sebagai norma hidup seorang
anggota Gerakan Pramuka, ditanamkan dan ditumbuhkembangkan
melalui proses penghayatan oleh dan untuk diri pribadinya, bagi peserta
didik dibantu oleh pembinanya, sehingga pelaksanaan dan
pengamalannya dilakukan dengan penuh kesadaran, kemandirian,
kepedulian, tanggungjawab serta keterikatan moral, baik sebagai pribadi
maupun anggota masyarakat. Menerima secara sukarela Prinsip Dasar
Kepramukaan adalah hakekat pramuka, baik sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa, makhluk sosial, maupun individu yang menyadari bahwa
diri pribadinya:
Mentaati perintah Tuhan Yang Maha Esa dan beribadah sesuai
tata-cara dari agama yang dipeluknya serta menjalankan segala
perintahNya dan menjauhi laranganNya. Mengakui bahwa manusia
tidak hidup sendiri, melainkan hidup bersama dengan makhluk lain yang
juga diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, khususnya sesama manusia
yang telah diberi derajat yang lebih mulia dari makhluk lainnya. Dalam
kehidupan bersama didasai oleh prinsip peri kemanusiaan yang adil dan
beradab. Diberi tempat untuk hidup dan berkembang oleh Tuhan Yang
Maha Esa di bumi yang berunsurkan tanah, air dan udara yang
merupakan tempat bagi manusia untuk hidup bersama, berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan rukun dan damai.
Memiliki kewajiban untuk menjaga dan melestarikan lingkungan sosial
serta memperkokoh persatuan, menerima kebhinnekaan dalam Negara

9
Kesatuan Republik Indonesia. Memerlukan lingkungan hidup yang bersih
dan sehat agar dapat menunjang/memberikan kenyamanan dan
kesejahteraan hidupnya. Karena itu manusia wajib peduli terhadap
lingkungan hidupnya dengan cara menjaga, memelihara dan
menciptakan lingkungan hidup yang baik
e) Sistem Among
1) Pendidikan dalam Gerakan Pramuka ditinjau dari hubungan antara
pembina dengan anggota muda dan anggota dewasa muda
menggunakan sistem among.
2) Sistem Among berarti mendidik anggota Gerakan Pramuka menjadi
insan merdeka jasmani, rokhani, dan pikirannya, disertai rasa
tanggungjawab dan kesadaran akan pentingnya bermitra dengan
orang lain.
3) Sistem among mewajibkan anggota dewasa Gerakan Pramuka
melaksanakan prinsip-prinsip kepemimpinan sebagai berikut:
a) Ing ngarso sung tulodo maksudnya di depan menjadi teladan;
b) Ing madyo mangun karso maksudnya di tengah membangun
kemauan;
c) Tut wuri handayani maksudnya dari belakang memberi
dorongan dan pengaruh yang baik ke arah kemandirian.
4) Dalam melaksanakan tugasnya anggota dewasa wajib bersikap dan
berperilaku berdasarkan:
a) Cinta kasih, kejujuran, keadilan, kepatutan, kesederhanaan,
kesanggupan berkorban dan rasa kesetiakawanan sosial.
b) Disiplin disertai inisiatif dan tanggungjawab terhadap diri
sendiri, sesama manusia, negara dan bangsa, alam dan
lingkungan hidup, serta bertanggung-jawab kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
5) Hubungan anggota dewasa dengan anggota muda dan anggota
dewasa muda merupakan hubungan khas, yaitu setiap anggota
dewasa wajib memperhatikan perkembangan anggota muda dan
anggota dewasa muda secara pribadi agar perhatian terhadap

10
pembinaannya dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan
kepramukaan.
6) Anggota Dewasa berusaha secara bertahap menyerahkan pimpinan
kegiatan sebanyak mungkin kepada anggota dewasa muda,
sedangkan anggota dewasa secara kemitraan memberi semangat,
dorongan dan pengaruh yang baik.
B. Metode Kepramukaan
Metode Kepramukaan merupakan cara belajar interaktif progresif
melalui:
1) Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka;
2) Belajar sambil melakukan;
3) Sistem berkelompok;
4) Kegiatan yang menantang dan meningkat serta mengandung pendidikan
yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani anggota muda dan
anggota dewasa muda;
5) Kegiatan di alam terbuka;
6) Sistem tanda kecakapan;
7) Sistem satuan terpisah untuk putera dan untuk puteri;
8) Kiasan dasar.
Metode Kepramukaan pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan dari
Prinsip Dasar Kepramukaan. Keterkaitan itu terletak pada pelaksanaan Kode
Kehormatan. Metode Kepramukaan sebagai suatu sistem, terdiri atas unsur-
unsur yang merupakan subsistem terpadu dan terkait, yang tiap unsurnya
mempunyai fungsi pendidikan yang spesifik dan saling memperkuat serta
menunjang tercapainya tujuan. Dari uraian mengenai pendidikan kepramukaan
di atas secara umum dapat kita lihat bahwa pendidikan dalam kepramukaan
disusun sedemikian rupa sehingga memberi kesempatan kepada peserta didik
(siswa) untuk terlibat secara fisik dan psikologis dalam kegiatan pembelajaran.
Metode kepramukaan dan prinsip dasar kepramukaan yang landasan dalam
pendidikan kepramukaan sebenarnya dapat kita terapkan di kelas dalam
pembelajaran di sekolah tentunya dengan penyesuaian. Dan dalam hal ini tidak

11
harus siswa kita harus menjadi anggota pramuka terlebih dahulu, karena
keanggotaan pramuka bersifat sukarela.
Saat ini dalam dunia pendidikan ada fenomena yang menunjukkan bahwa siswa
akan dapat memahami sesuatu apabila ia merasa bahwa yang dipelajarinya itu
memang sesuatu yang diperlukan atau dialami dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa akan merasa senang jika belajar itu menyenangkan bagi dirinya dan bukan
karena tekanan dari orang lain (guru). Salah satu pendekatan pembelajaran yang
didasari oleh pandangan ini adalah Pembelajaran Quantum.
C. Kode Kehormatan
Kode Kehormatan Pramuka yang terdiri atas Janji yang disebut Satya
dan Ketentuan Moral yang disebut Darma merupakan satu unsur dari Metode
Kepramukaan dan alat pelaksanaan Prinsip Dasar Kepramukaan.
Kode Kehormatan Pramuka dalam bentuk Janji yang disebut Satya
adalah:
1. Janji yang diucapkan secara sukarela oleh seorang calon anggota Gerakan
Pramuka setelah memenuhi persyaratan keanggotaan;
2. Tindakan pribadi untuk mengikat diri secara sukarela menerapkan dan
mengamalkan janji;
3. Titik tolak memasuki proses pendidikan sendiri guna mengembangkan visi,
mental, moral, ranah spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisiknya,
baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat lingkungannya.
Kode Kehormatan Pramuka dalam bentuk Ketentuan Moral yang disebut
Darma adalah:
1. Alat proses pendidikan sendiri yang progresif untuk mengembangkan budi
pekerti luhur.
2. Upaya memberi pengalaman praktis yang mendorong anggota Gerakan
Pramuka menemukan, menghayati, mematuhi sistem nilai yang dimiliki
masyarakat dimana ia hidup dan menjadi anggota.
3. Landasan gerak Gerakan Pramuka untuk mencapai tujuan pendidikan
melalui kepramukaan yang kegiatannya mendorong Pramuka manunggal
dengan masyarakat, bersikap demokratis, saling menghormati, memiliki rasa
kebersamaan dan gotong royong.

12
4. Kode Etik Organisasi dan satuan Pramuka, dengan landasan Ketentuan
Moral disusun dan ditetapkan bersama aturan yang mengatur hak dan
kewajiban anggota, pembagian tanggungjawab dan penentuan putusan.
D. Peran Pelatih Pembina Pramuka.
Pelatih Pembina Pramuka adalah seorang anggota Pramuka Dewasa
yang telah mengikuti Kursus Pelatih Pembina Pramuka sebagaimana
diisyaratkan dalam Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 202
Tahun 2011 tantang sistem Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka. Jadi
pelatih Pembina Pramuka adalah anggota dewasa sebagai Pembina pramuka
yang terlatih dan memiliki tugas tambahan sebagai pelatih Pembina Pramuka
untuk membentuk para Pembina Pramuka yang berkualitas sesuai dengan
tuntutan dan tuntutan jaman.
Oleh karenanya peranan pelatih Pembina Pramuka, sangat penting
dalam kemajuan Gerakan Pramuka, karena akan menjadi sebagai parameter
untuk menentukan maju dan mundurnya Gerakan Pramuka. Menjadi sebuah
kewajaran apabila seorang pelatih Pembina Pramuka senantiasa meng upgrade
dan meng update pengetahuannya tentang pengetahuan Kepramukaan,
sehingga seorang pelatih Pembina Pramuka akan senantiasa survive dalam
melatih dan actual dalam menyampaikan pengetahuannya.
Bagi orang dewasa kepramukaan bukan lagi permainan, tetapi tugas
yang memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan pengabdian. Orang dewasa ini
mempunyai kewajiban untuk secara sukarela membaktikan dirinya demi
suksesnya pencapaian tujuan organisasi Gerakan Pramuka. Selain itu orang
dewasa dalam hal ini adalah pelatih Pembina menjadi penting dalam proses
pembinaan kepada para Pembina yang nantinya akan melanjutkan pola
pembinaan yang baik serta menarik bagi anak atau pemuda pada satuan masing-
masing.
2.4.Pendidikan Kepramukaan dan Pembelajaran di Sekolah

Dari uraian mengenai pendidikan kepramukaan di atas secara umum dapat


kita lihat bahwa pendidikan dalam kepramukaan disusun sedemikian rupa sehingga
memberi kesempatan kepada peserta didik (siswa) untuk terlibat secara fisik dan
psikologis dalam kegiatan pembelajaran. Metode kepramukaan dan prinsip dasar

13
kepramukaan yang landasan dalam pendidikan kepramukaan sebenarnya dapat kita
terapkan di kelas dalam pembelajaran di sekolah tentunya dengan penyesuaian. Dan
dalam hal ini tidak harus siswa kita harus menjadi anggota pramuka terlebih dahulu,
karena keanggotaan pramuka bersifat sukarela.
Saat ini dalam dunia pendidikan ada fenomena yang menunjukkan bahwa
siswa akan dapat memahami sesuatu apabila ia merasa bahwa yang dipelajarinya itu
memang sesuatu yang diperlukan atau dialami dalam kehidupan sehari-hari. Siswa
akan merasa senang jika belajar itu menyenangkan bagi dirinya dan bukan karena
tekanan dari orang lain (guru). Salah satu pendekatan pembelajaran yang didasari
oleh pandangan ini adalah Pembelajaran Quantum, dimana seluruh proses belajar
yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar
sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat.
Peranan Pelatih Pembina Pramuka dalam menghadapi Ekstra Kurikuler
Wajib Pendidikan Kepramukaan sebagaimana termuat dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2014, merupakan
Kegiatan ekstrakurikuler yang harus diikiuti oleh seluruh peserta didik. Oleh sebab
itu pelatih Pembina Pramuka diberi sebuah tantangan dan memotivasi untuk
memikirkan pola pelatihan dan mengimplementasikan pola pelatihan tersebut
sesuai dengan harapan Permendikbud, juga tetap harus menjaga nilai-nilai dan Kode
Kehormatan Pramuka sebagaimana diamanatkan dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka.

14
BAB III
PENUTUP.
3.1.Kesimpulan

Dalam melaksanakan pembinaan peranan pelatih Pembina Pramuka sangat


diperlukan dalam menciptakan kader-kader Pembina yang berkualitas sehingga
menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan kepramukaan di gugusdepan. Selain
itu kegiatan pramuka disetiap gugusdepan harus diselenggrakan sesuai dengan
metode kepramukaan sehingga dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi tidak
menemui hambatan apapun.
Proses dalam pembinaan anggota dewasa masa kini menjadi peranan paling
penting dalam pembentukan Pembina Pramuka karena seorang Pembina Pramuka
menjadi orang yang bersentuhan langsung dengan peserta anggota pramuka di
gugusdepan. Oleh sebab itu pola dalam pembinaan anggota dewasa khususnya
Pembina pramuka harus betul-betul sesuai dengan pola serta kegiatan yang modern
dengan tidak meninggkalkan metode pembelajaran pramuka.
3.2.Saran

Untuk meningkatkan peranan pelatih Pembina Pramuka dalam menciptakan


para Pembina gugusdepan yang handal sekiranya perlu ada bentuk kerjasama yang
baik pada tingkat Kwartir, masyarakat maupun lembaga pendidikan untuk kemajuan
yang telah dihajatkan. Untuk sebuah perubahan memang membutuhkan waktu,
namun tanpa adanya kebersamaan dan dukungan dari semua pihak hal tersebut
tidak dapat diwujudkan sesuai yang diharapkan.
Perlu adanya perhatian dari pemerintah tentang pentingnya pramuka
khususnya pola pembinaan anggota dewasa atau Pembina Pramuka di setiap
gugusdepan agar dalam melaksanakan kegiatan pramuka benar-benar menghasilkan
baik Pembina maupun peserta didik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembelajaran Nilai Karakter: Konstruktivisme dan VCT sebagai
Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Depok: Rajagrafindo Persada, PT
Hamzah B. Uno, Haji. 2009. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Suprijanto,H. 2007. Pendidikan Orang Dewasa; dari Teori hingga Aplikasi. Jakarta: Bumi
Aksara
Tim Esensi Gerakan Pramuka. 2012. Mengenal Gerakan Pramuka. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

16

Anda mungkin juga menyukai