PRAKATA
Penulis,
Puspita Pebri Setiani, M.Pd
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA .................................................................................................................................. i
iii
C. NASKAH NARASI WARTOP .................................................................................... 71
iv
DESKRIPSI MATA KULIAH
A. Deskripsi
Mata kuliah Sejarah Indonesia Kontemporer berisikan kajian tentang sejarah
Indonesia dari tahun 1945 yakni dari awal orde baru samapi dengan orde lama dimana
memfokuskan pada perkembangan sejarah Indonesia kontemporer, pembentukan identitas
kebudayaan bangsa samapi peristiwa sejarah kontemporer yang terjadi di Indonesia.
Melalui mata kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat menganalisis sejarah Indonesia
kontemporer. Mata kuliah ini membahas tentang peristiwa-peristiwa sejarah Indonesia dari
tahun 1945 sampai orde baru, yakni peristiwa rengasdengklok (1945), detik-detik
proklamasi (1945), serangan umum 1 Maret 1949, G 30 S/PKI (1965) dan SUPERSEMAR
(1966).
B. Kompetensi dan Indikator Capaian
No. Kompetensi Indikator Capaian
1. Memahami pengertian dan 1.1 Menjelaskan pengertian Sejarah
ruang lingkup Sejarah Indonesia Indonesia Kontemporer.
Kontemporer 1.2 Menyebutkan pokok-pokok penting
dalam Sejarah Indonesia
Kontemporer.
2. Menganalisis peristiwa 2.1 Mendeskripsikan kronologi peristiwa
rengasdengklok Rengasdengklok
2.2 Menjelaskan dampak peristiwa
rengasdengklok dalam persiapan
kemerdekaan Indonesia
1
3. Menganalisis peristiwa detik- 3.1 Menjelaskan peristiwa detik-detik
detik proklamasi proklamasi
3.2 Menganalisis kondisi Indonesia saat
detik-detik proklasi Kemerdekaan
Indonesia
4. Menganalisis peristiwa 4.1 Mendiskripsikan peristiwa serangan
serangan umum 1 Maret 1949 umum 1 Maret 1949
4.2 Menjelaskan dampak dari peristiwa
serangan umum 1 Maret 1949
5. Menganalisis peristiwa 5.1 Menjelaskan kontroversi kisah 30
G30S/PKI September 1965 dari beberapa tafsir.
5.2 Menganalisis perbedaan pendapat
tentang kontroversi kisah 30
September 1965 dan dampaknya bagi
masyarakat Indonesia saat ini.
6. Menganalisis peristiwa 6.1 Mendekripsikan kisah sejarah
SUPERSEMAR Supersemar.
6.2 Menganalisis perbedaan pendapat
tentang saat ini tentang kisah sejarah
Supersemar
C. Materi Pokok
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Sejarah Indonesia Kontemporer.
2. Peristiwa Rengasdengklok
3. Peristiwa detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia
4. Peristiwa serangan umum 1 Maret 1949
5. Peristiwa Gerakan 30 September/PKI
6. Peristiwa Sepersemar
2
D. KEPUSTAKAAN
1. Adam, Asvi Warman, membokar manipulasi sejarah, Jakarta: kompas,2009
2. Baskara T. Wardaya. 2009. Membongkar Supersemar: dari CIA hingga Kudeta
Merangkak Melawan Bung Karno. Yogyakarta: Galang Press.
3. Dake, Antonie C.A,. Sukarno File-Berkas-Berkas Sukarno 1965-1967
Kronologi Suatu Keruntuhan, Jakarta: Penerbit Aksara Kurnia, 2005
4. Eros Djaraot, dkk. 2006. Misteri Supersemar. Jakarta: Mediakita
5. Fatlah, Abdoel. Demiliterisasi Tentara. Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara.
2005
6. Frances Gouda dan Thijs Brocades Zaalberg. 2008. Indonesia Merdeka karena
Amerika. Terj. Zia Anshor. Jakarta: Serambi Ilmus Semesta.
7. Herimanto dan Eko Targiyatmi. Sejarah.Kelas XI. Solo: PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri. 2014
8. Marwati Djoened Poesponegoro Dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional
Indonesia VI, Jakarta: Balai Pustaka,1984
9. M.C. Ricklefs. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi
10. Notosusanto, Nugroho, Jaman Jepang dan Jaman Republik Indonesia, 1976
11. Notosusanto, Nugroho. Pejuang dan Prajurit. Jakarta: PT. Intermasa. 1984
12. Pour, Julius. Doorstoot Naar Djokja. Jakarta: Kompas, 2010
13. Sudirman, Adi, Sejarah Lengkap Indonesia, Jogjakarta: Diva Press, 2014
14. Syafi‘ie, Imam. Sejarah Revolusi Kemerdekaan (1945-1949) Daerah Jawa
Tengah.
3
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)
4
menganalisis peristiwa ok kelompok, role WARTOP
peristiwa Rengasdengklok play WARTOP dengan materi
rengasdengklok 2.2 Menjelaskan peristiwa
dampak peristiwa Rengasdengkl
rengasdengklok ok.
dalam persiapan
kemerdekaan
Indonesia
3. Mahasiswa 3.1 Menjelaskan Peristiwa Penugasan, Unjuk Kebenaran WARTOP
mampu peristiwa detik- detik-detik diskusi, roleplay kerja dalam
detik proklamasi proklamasi WARTOP memahami
menganalisis
3.2 Menganalisis peristiwa
peristiwa detik- detik-detik
kondisi Indonesia
detik saat detik-detik proklamasi
proklamasi proklasi
Kemerdekaan
Indonesia
4. Mahasiswa 4.1 Mendiskripsikan Peristiwa Diskusi, Unjuk Kebenaran WARTOP
mampu peristiwa serangan roleplay kerja dalam
serangan umum 1 umum 1 WARTOP memahami
menganalisis
Maret 1949 Maret 1949 peristiwa
peristiwa serangan
4.2 Menjelaskan
serangan dampak dari umum 1
umum 1 Maret peristiwa Maret 1949
1949 serangan umum 1
Maret 1949
5. Mahasiswa 5.1 Mahasiswa dapat Kisah sejarah a. Mendeskripsikan Tanya jawab, Unjuk Kebenaran WARTOP
mampu mendekripsikan G 30 S/PKI kisah sejarah 30 diskusi, role kerja dalam
S eptember 1965 play WARTOP memahami
menganalisis kontroversi kisah
dari berbagai kisah 30
kisah 30 September September
pandangan
kontroversi 30 1965 dari 1965
5
September beberapa tafsir b. Mendiskripsikan
1965 5.2 Mahasiswa dampak
meng analisis peristiwa 30
September 1965
perbedaan
bagi masyarakat
pendapat tentang Indonesia sampai
kontroversi kisah saat ini
30 September Pemutaran Film
1965 dan
dampaknya bagi
masyarakat
Indonesia saat ini
6. Mahasiswa 6.1 Mahasiswa dapat Kisah sejarah a. Mendeskripsikan Diskusi, Unjuk Kesesuaian WARTOP
mampu mendekripsikan supersemar kisah sejarah roleplay kerja pemahaman
Supersemar WARTOP kisah
menganalisis kisah sejarah
b. Mendiskripsikan supersemar
kisah sejarah Supersemar
berbagai
Supersemar 6.2 Mahasiswa kontroversi kisah
menganalisis sejarah
perbedaan Supersemar
pendapat tentang
saat ini tentang
kisah sejarah
supersemar
Refrensi:
6
2. Baskara T. Wardaya. 2009. Membongkar Supersemar: dari CIA hingga Kudeta Merangkak Melawan Bung
Karno. Yogyakarta: Galang Press.
3. Dake, Antonie C.A,. Sukarno File-Berkas-Berkas Sukarno 1965-1967 Kronologi Suatu Keruntuhan, Jakarta:
Penerbit Aksara Kurnia, 2005
4. Eros Djaraot, dkk. 2006. Misteri Supersemar. Jakarta: Mediakita
5. Fatlah, Abdoel. Demiliterisasi Tentara. Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara. 2005
6. Frances Gouda dan Thijs Brocades Zaalberg. 2008. Indonesia Merdeka karena Amerika. Terj. Zia Anshor.
Jakarta: Serambi Ilmus Semesta.
7. Herimanto dan Eko Targiyatmi. Sejarah.Kelas XI. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2014
8. Marwati Djoened Poesponegoro Dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, Jakarta: Balai
Pustaka,1984
9. M.C. Ricklefs. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi
10. Notosusanto, Nugroho, Jaman Jepang dan Jaman Republik Indonesia, 1976
11. Notosusanto, Nugroho. Pejuang dan Prajurit. Jakarta: PT. Intermasa. 1984
12. Pour, Julius. Doorstoot Naar Djokja. Jakarta: Kompas, 2010
13. Sudirman, Adi, Sejarah Lengkap Indonesia, Jogjakarta: Diva Press, 2014
14. Syafi‘ie, Imam. Sejarah Revolusi Kemerdekaan (1945-1949) Daerah Jawa Tengah
7
Rencana Perkuliahan Semester
Jurusan/Program
: Pendidikan Sejarah dan Sosiologi
Studi
Mata Kuliah : Sejarah Kontemporer
Kode : SEJ
SKS : 2
Pertemuan : 1-2
A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menguraikan pengertian dan ruang lingkup sejarah
kontemporer serta mendiskripsikan kisah-kisah sejarah Indonesia yang
tergolong dalam sejarah kontemporer serti peristiwa rengasdengklok (1945),
detik-detik proklamasi (1945), serangan umum 1 Maret 1949, G 30 S/PKI
(1965) dan SUPERSEMAR (1966).
B. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Pengertian dan ruang lingkup sejarah Indonesia kontemporer.
C. Indikator
1.3 Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian Sejarah Indonesia Kontemporer.
1.4 Mahasiswa dapat menyebutkan pokok-pokok penting dalam Sejarah
Indonesia Kontemporer.
D. Materi Pokok
Pengertian dan Ruang Lingkup Sejarah Indonesia Kontemporer
E. Langkah Kegiatan
No. Tahap Kegiatan Pembelajaran Metode Media Alokasi
Waktu
1. Pendahuluan Apersepsi: Dosen membuka 10 menit
perkuliahan
2. Inti c. Mahasiswa menjelaskan Diskusi, 70 menit
pengertian sejarah Penugasan
kontemporer. individu
d. Mahasiswa berdiskusi dan
memaparkan ruang lingkup
sejarah kontemporer
3. Penutup Refleksi: Dosen memberi 20 menit
penguatan: pengertian dan ruang
lingkup sejarah kontemporer
8
F. Sumber Bahan
1. Adam, Asvi Warman, membokar manipulasi sejarah, Jakarta:
kompas,2009
2. Frances Gouda dan Thijs Brocades Zaalberg. 2008. Indonesia Merdeka
karena Amerika. Terj. Zia Anshor. Jakarta: Serambi Ilmus Semesta.
3. Marwati Djoened Poesponegoro Dan Nugroho Notosusanto, Sejarah
Nasional Indonesia VI, Jakarta: Balai Pustaka,1984
4. M.C. Ricklefs. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta:
Serambi
5. Pour, Julius. Doorstoot Naar Djokja. Jakarta: Kompas, 2010
6. Sudirman, Adi, Sejarah Lengkap Indonesia, Jogjakarta: Diva Press, 2014
G. Penilaian
1. Tes Essay
a. Jelaskan pengertian dari sejarah kontemporer!
b. Berikan contoh kisah sejarah Indonesia yang tergolong sejarah
kontemporer!
c. Jelaskan ruang lingkup dari sejarah kontemporer!
2. Rubrik Penskoran
No. Rubrik Penskoran Skor
1. Bila jawaban benar, jelas dan lengkap 3
2. Bila jawaban benar dan jelas tapi tidak lengkap 2
3. Bila jawaban benar tapi tidak lengkap 1
4. Bila jawaban salah 0
Skor Maksimal 3
9
Rencana Perkuliahan Semester
A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menguraikan pengertian dan ruang lingkup sejarah
kontemporer serta mendiskripsikan kisah-kisah sejarah Indonesia yang
tergolong dalam sejarah kontemporer serti peristiwa rengasdengklok (1945),
detik-detik proklamasi (1945), serangan umum 1 Maret 1949, G 30 S/PKI
(1965) dan SUPERSEMAR (1966).
B. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Mengemukakan kisah peristiwa rengasdengklok dan dampak dari peristiwa
rengasdengklok
C. Indikator
a. Mendeskripsikan kronologi peristiwa Rengasdengklok
b. Menjelaskan dampak peristiwa rengasdengklok dalam persiapan
kemerdekaan Indonesia
D. Materi Pokok
Peristiwa rengasdengklok
E. Langkah Kegiatan
No. Tahap Kegiatan Pembelajaran Metode Media Alokasi
Waktu
Pendahuluan Apersepsi: Dosen membuka 10 menit
perkuliahan
Inti 1. Mendiskusikan peristiwa Diskusi, WARTOP 80 menit
rengasdengklok dan Studi
dampaknya bagi kemerdekaan kasus,
Indonesia tugas
2. Kelompok memainkan kelompok,
roleplay WARTOP peristiwa role play
penculikan Soekarno oleh WARTOP.
pemuda
Penutup Refleksi: Dosen memberi 10 menit
penguatan
10
F. Penilaian
Penilaian unjuk kerja roleplay WARTOP peristiwa rengasdengklok
menggunakan check list:
No. Aspek yang Dinilai Skor
1 2 3
1. Penyampaian materi
2. Penyampaian narasi WARTOP
3. Kesesuaian roleplay dengan materi
4. Ketepatan peran WARTOP dengan narasi
5. Menarik kesimpulan dari peristiwa
Skor Perolehan
Skor Maksimum 15
Keterangan Penilaian:
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
Skor Perolehan
Nilai = x 100
Skor Maksimal
Kriteria Penilaian:
Sangat menguasai : 91-100
Menguasai : 71-90
Cukup : 61-70
Kurang : nilai kurang dari 60
G. Sumber Bahan
1. Adam, Asvi Warman, membokar manipulasi sejarah, Jakarta:
kompas,2009
2. Baskara T. Wardaya. 2009. Membongkar Supersemar: dari CIA hingga
Kudeta Merangkak Melawan Bung Karno. Yogyakarta: Galang Press.
3. Dake, Antonie C.A,. Sukarno File-Berkas-Berkas Sukarno 1965-1967
Kronologi Suatu Keruntuhan, Jakarta: Penerbit Aksara Kurnia, 2005
4. Fatlah, Abdoel. Demiliterisasi Tentara. Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi
Aksara. 2005
5. Frances Gouda dan Thijs Brocades Zaalberg. 2008. Indonesia Merdeka
karena Amerika. Terj. Zia Anshor. Jakarta: Serambi Ilmus Semesta
11
Rencana Perkuliahan Semester
A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menguraikan pengertian dan ruang lingkup sejarah
kontemporer serta mendiskripsikan kisah-kisah sejarah Indonesia yang
tergolong dalam sejarah kontemporer serti peristiwa rengasdengklok (1945),
detik-detik proklamasi (1945), serangan umum 1 Maret 1949, G 30 S/PKI
(1965) dan SUPERSEMAR (1966)..
B. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Mahasiswa mampu menganalisis peristiwa detik-detik proklamasi
C. Indikator
3.1 Menjelaskan peristiwa detik-detik proklamasi
3.2 Menganalisis kondisi Indonesia saat detik-detik proklasi Kemerdekaan
Indonesia
D. Materi Pokok
Peristiwa detik-detik proklamasi
E. Langkah Kegiatan
No. Tahap Kegiatan Pembelajaran Metode Media Alokasi
Waktu
1. Pendahuluan Apersepsi: Dosen membuka 10 menit
perkuliahan
2. Inti 1. Memaparkan peristiwa detik- Diskusi, WARTOP 70 menit
detik proklamasi Studi
2. Mendiskusikan kondisi kasus,
Indonesia saat detik-detik tugas
proklasi Kemerdekaan kelompok,
roleplay
Indonesia
WARTOP.
3. Kelompok memainkan roleplay
WARTOP peristiwa detik-
detik proklamasi
3. Penutup Refleksi: Mahasiswa
menyimpulkan peristiwa detik-
detik proklamasi
12
F. Penilaian
Penilaian unjuk kerja roleplay WARTOP peristiwa detik-detik proklamasi
menggunakan check list:
No. Aspek yang Dinilai Skor
1 2 3
1. Penyampaian materi
2. Penyampaian narasi WARTOP
3. Kesesuaian roleplay dengan materi
4. Ketepatan peran WARTOP dengan narasi
5. Menarik kesimpulan dari peristiwa
Skor Perolehan
Skor Maksimum 15
Keterangan Penilaian:
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
Skor Perolehan
Nilai = x 100
Skor Maksimal
Kriteria Penilaian:
Sangat menguasai : 91-100
Menguasai : 71-90
Cukup : 61-70
Kurang : nilai kurang dari 60
G. Sumber Bahan
1. Adam, Asvi Warman, membokar manipulasi sejarah, Jakarta:
kompas,2009.
2. Dake, Antonie C.A,. Sukarno File-Berkas-Berkas Sukarno 1965-1967
Kronologi Suatu Keruntuhan, Jakarta: Penerbit Aksara Kurnia, 2005
3. Eros Djaraot, dkk. 2006. Misteri Supersemar. Jakarta: Mediakita
4. Fatlah, Abdoel. Demiliterisasi Tentara. Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi
Aksara. 2005
5. Frances Gouda dan Thijs Brocades Zaalberg. 2008. Indonesia Merdeka
karena Amerika. Terj. Zia Anshor. Jakarta: Serambi Ilmus Semesta.
13
Rencana Perkuliahan Semester
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Sejarah dan Sosiologi
Mata Kuliah : Sejarah Kontemporer
Kode : SEJ
SKS : 2
Pertemuan : 7-9
A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menguraikan pengertian dan ruang lingkup sejarah
kontemporer serta mendiskripsikan kisah-kisah sejarah Indonesia yang
tergolong dalam sejarah kontemporer serti peristiwa rengasdengklok (1945),
detik-detik proklamasi (1945), serangan umum 1 Maret 1949, G 30 S/PKI
(1965) dan SUPERSEMAR (1966).
B. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Menganalisis serangan umum 1 Maret 1949
C. Indikator
4.1 Mendiskripsikan peristiwa serangan umum 1 Maret 1949
4.2 Menjelaskan dampak dari peristiwa serangan umum 1 Maret 1949
D. Materi Pokok
Peristiwa serangan umum 1 Maret 1949
E. Langkah Kegiatan
No. Tahap Kegiatan Pembelajaran Metode Media Alokasi
Waktu
Pendahuluan Apersepsi: Dosen membuka 10 menit
perkuliahan
Inti c. Mendeskripsikan kisah Tanya WARTOP 70 menit
sejarah peristiwa serangan jawab,
umum 1 Maret 1949 diskusi,
d. Mendiskripsikan dampak role play
WARTOP
peristiwa peristiwa serangan
umum 1 Maret 1949
Penutup Membuat ikhtisar pengertian 20 menit
14
F. Penilaian
Penilaian unjuk kerja roleplay WARTOP peristiwa Serangan umum 1 Maret
1949 menggunakan check list:
No. Aspek yang Dinilai Skor
1 2 3
1. Penyampaian materi
2. Penyampaian narasi WARTOP
3. Kesesuaian roleplay dengan materi
4. Ketepatan peran WARTOP dengan narasi
5. Menarik kesimpulan dari peristiwa
Skor Perolehan
Skor Maksimum 15
Keterangan Penilaian:
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
Skor Perolehan
Nilai = x 100
Skor Maksimal
Kriteria Penilaian:
Sangat menguasai : 91-100
Menguasai : 71-90
Cukup : 61-70
Kurang : nilai kurang dari 60
G. Sumber Bahan
1. Dake, Antonie C.A,. Sukarno File-Berkas-Berkas Sukarno 1965-1967
Kronologi Suatu Keruntuhan, Jakarta: Penerbit Aksara Kurnia, 2005
2. Frances Gouda dan Thijs Brocades Zaalberg. 2008. Indonesia Merdeka
karena Amerika. Terj. Zia Anshor. Jakarta: Serambi Ilmus Semesta.
3. Herimanto dan Eko Targiyatmi. Sejarah.Kelas XI. Solo: PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri. 2014
15
Rencana Perkuliahan Semester
A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menguraikan pengertian dan ruang lingkup sejarah
kontemporer serta mendiskripsikan kisah-kisah sejarah Indonesia yang
tergolong dalam sejarah kontemporer serti peristiwa rengasdengklok (1945),
detik-detik proklamasi (1945), serangan umum 1 Maret 1949, G 30 S/PKI
(1965) dan SUPERSEMAR (1966).
B. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Menganalisis kisah kontroversi 30 September 1965
C. Indikator
5.1 Mahasiswa dapat mendekripsikan kontroversi kisah 30 September 1965
dari beberapa tafsir
5.2 Mahasiswa menganalisis perbedaan pendapat tentang kontroversi kisah
30 September 1965 dan dampaknya bagi masyarakat Indonesia saat ini
D. Materi Pokok
Kisah sejarah G 30 S/PKI
E. Langkah Kegiatan
No. Tahap Kegiatan Pembelajaran Metode Media Alokasi
Waktu
Pendahuluan Apersepsi: Dosen membuka 10 menit
perkuliahan
Inti 1. Mendeskripsikan kisah Tanya WARTOP 70 menit
sejarah 30 S eptember 1965 jawab,
dari berbagai pandangan diskusi,
2. Mendiskripsikan dampak role play
peristiwa 30 September 1965 WARTOP
bagi masyarakat Indonesia
sampai saat ini
Penutup Membuat ikhtisar pengertian 3. menit
16
F. Penilaian
Penilaian unjuk kerja roleplay WARTOP peristiwa G30S/PKI menggunakan
check list:
No. Aspek yang Dinilai Skor
1 2 3
1. Penyampaian materi
2. Penyampaian narasi WARTOP
3. Kesesuaian roleplay dengan materi
4. Ketepatan peran WARTOP dengan narasi
5. Menarik kesimpulan dari peristiwa
Skor Perolehan
Skor Maksimum 15
Keterangan Penilaian:
4 = Kurang
5 = Cukup
6 = Baik
Skor Perolehan
Nilai = x 100
Skor Maksimal
Kriteria Penilaian:
Sangat menguasai : 91-100
Menguasai : 71-90
Cukup : 61-70
Kurang : nilai kurang dari 60
G. Sumber Bahan
1. Adam, Asvi Warman, membokar manipulasi sejarah, Jakarta:
kompas,2009
2. Baskara T. Wardaya. 2009. Membongkar Supersemar: dari CIA hingga
Kudeta Merangkak Melawan Bung Karno. Yogyakarta: Galang Press.
3. Dake, Antonie C.A,. Sukarno File-Berkas-Berkas Sukarno 1965-1967
Kronologi Suatu Keruntuhan, Jakarta: Penerbit Aksara Kurnia, 2005
4. Eros Djaraot, dkk. 2006. Misteri Supersemar. Jakarta: Mediakita
17
Rencana Perkuliahan Semester
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Sejarah dan Sosiologi
Mata Kuliah : Sejarah Kontemporer
Kode : SEJ
SKS : 2
Pertemuan : 14-16
A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menguraikan pengertian dan ruang lingkup sejarah
kontemporer serta mendiskripsikan kisah-kisah sejarah Indonesia yang
tergolong dalam sejarah kontemporer serti peristiwa rengasdengklok (1945),
detik-detik proklamasi (1945), serangan umum 1 Maret 1949, G 30 S/PKI
(1965) dan SUPERSEMAR (1966).
B. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Menganalisis kisah sejarah Supersemar
C. Indikator
6.1 Mahasiswa dapat mendekripsikan kisah sejarah Supersemar
6.2 Mahasiswa menganalisis perbedaan pendapat tentang saat ini tentang
kisah sejarah supersemar
D. Materi Pokok
Kisah sejarah supersemar
E. Langkah Kegiatan
No. Tahap Kegiatan Pembelajaran Metode Media Alokasi
Waktu
1. Pendahuluan Apersepsi: Dosen membuka 10 menit
perkuliahan dan
menunjukkan gambar James,
Charles, Peter, dan Catherine.
2. Inti 1. Mendeskripsikan kisah Diskusi, WARTOP 70 menit
sejarah Supersemar roleplay
2. Mendiskripsikan WARTOP
berbagai kontroversi
kisah sejarah Supersemar
3. Penutup Refleksi 20 enit
18
F. Penilaian
Penilaian unjuk kerja roleplay WARTOP peristiwa Supersemar menggunakan
check list:
No. Aspek yang Dinilai Skor
1 2 3
1. Penyampaian materi
2. Penyampaian narasi WARTOP
3. Kesesuaian roleplay dengan materi
4. Ketepatan peran WARTOP dengan narasi
5. Menarik kesimpulan dari peristiwa
Skor Perolehan
Skor Maksimum 15
Keterangan Penilaian:
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
Skor Perolehan
Nilai = x 100
Skor Maksimal
Kriteria Penilaian:
Sangat menguasai : 91-100
Menguasai : 71-90
Cukup : 61-70
Kurang : nilai kurang dari 60
G. Sumber Bahan
1. Baskara T. Wardaya. 2009. Membongkar Supersemar: dari CIA hingga
Kudeta Merangkak Melawan Bung Karno. Yogyakarta: Galang Press.
2. Dake, Antonie C.A,. Sukarno File-Berkas-Berkas Sukarno 1965-1967
Kronologi Suatu Keruntuhan, Jakarta: Penerbit Aksara Kurnia, 2005
3. Eros Djaraot, dkk. 2006. Misteri Supersemar. Jakarta: Mediakita
4. Marwati Djoened Poesponegoro Dan Nugroho Notosusanto, Sejarah
Nasional Indonesia VI, Jakarta: Balai Pustaka,1984
19
BAB I
SEJARAH INDONESIA KONTEMPORER
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. MATERI AJAR
20
1. Pengertian Sejarah Indonesia Kontemporer
Menurut Notosusanto (dalam Azinar, 2009) sejarah kontemporer
merupakan satu istilah untuk menyebutkan satu pembabakan dalam sejarah
yang rentang waktu terjadinya tidak terlalu lama dengan masa sekarang, atau
masa ketika sejarah itu menjadi satu kajian dalam ilmu sejarah.
Menurut Azinar (20017) sejarah kontemporer cenderung bersifat
kontroversial karena kadar subjektivitas yang terkandung dalam sejarah
kontemporer lebih besar daripada masa-masa sebelumnya. Hal ini karena
pelaku atau saksi sejarahnya masih ada dan masih memiliki satu implikasi
yang dirasakan oleh sebagian masyarakat pada masa ini. Selain itu hal yang
menyebabkan kontroversial adalah bahwa peristiwa sejarah kotemporer masih
belum selesai sepenuhnya, tetapi senantiasa berproses. Lebih lanjut lagi
dinyatakan bahwa masih banyak terjadi perbedaan pandangan para pelaku
sejarah berkaitan dengan satu peristiwa sejarah, dan ada pula perbedaan
pandangan antara temuan berupa fakta-fakta baru dengan pemahaman
masyarakat yang berkembang selama ini.
23
BAB II
PERISTIWA RENGASDENGKLOK
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. MATERI AJAR
24
Para anggota didalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) itu
digerakan oleh pemerintah sedangkan mereka diijinkan melakukan segala
sesuatunya menurut pendapat dan kesanggupan bangsa Indonesia sendiri; tetapi di
dalam melakukan kewajibannya itu mereka diwajibkan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Syarat pertama untuk mencapai kemerdekaannyalah menyelesaikan perang
yang sekarang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia, karena itu harus
mengerahkan tenaga sebesar-besarnya, dan bersama-sama dengan
pemerintah Jepang meneruskan perjuangan untuk memperoleh kemenangan
akhir dalam Perang Asia Timur Raya.
b. Kemerdekaan negara Indonesia itu merupakan anggota Lingkungan
Kemakmuran Bersama di Asia Timur Raya, maka cita-cita bangsa Indonesia
itu harus disesuaikan dengan cita-cita pemerintah Jepang yang bersemangat
Hakko-Iciu;
Kemudian PPKI ditambah dengan enam anggota lagi tanpa seizin Jepang;
anggota-anggota itu adalah Wiranatakusumah, Ki Hadjar Dewantara, Mr. Kasman
Singodimedjo, Sajuti Melik, Iwa Kusumasumantri dan Ahmad Subardjo. Dan saat
ketiga tokoh PPKI, yakni Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta dan dr. Radjiman
Widiodiningrat berangkat kembali menuju Jakarta pada tanggal 14 agustus 1945
ternyata Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta dan dr. Radjiman Wediodiningrat berangkat
kembali menuju Jakarta pada tanggal 14 agustus 1945.
Begitu soekarno dan Hatta pulang dari Dalat pada 14 Agustus 1945, Sjahrir
memberitahu mereka bahwa Jepang sudah meminta gencatan senjata. Sekali lagi
ia mendesak mereka untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Sukarno
dan Hatta yang belum begitu yakin bahwa Jepang sudah menyerah merasa bahwa
kelompok-kelompok bawah tanah belum mampu menghimpun kekuatan untuk
mengalahkan Jepang. Mereka khawatir apabila hal itu justru mengakibatkan
pertumpahan darah yang sia-sia.
27
datang ke Rengasdengklok baik yang datang dari arah Jakarta, maupun dari arah
Bandung atau Jawa Tengah, karena pastilah mereka harus melalui Kedung-gede
dahulu dimana pasukan Tentara Peta telah bersiap-siap untuk menahanya.
Sikap inilah yang tidak disetujui oleh golongan muda, yang menganggap
PPKI adalah badan Jepang dan tidak menyetujui lahirnya proklamasi
kemerdekaan secara apa yang telah dijanjikan oleh Jenderal Besar Terauci dalam
pertemuan di Dalath. Sebaliknya golongan muda menghendaki terlaksananya
proklamasi kemerdekaan dengan kekuatan sendiri lepas sama sekali dari
pemerintah Jepang.
Sutan Sjahrir termasuk tokoh yang pertama yang mendesak
diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia oleh Ir. Sukarno dan Drs. Moh.
Hatta tanpa menunggu janji Jepang yang dikatakannya sebagai tipu muslihat
belaka. Karena ia mendengarkan radio yang tidak disegel oleh pemerintah militer
Jepang, ia mengetahui bahwa Jepang sudah memutuskan untuk menyerah.
Desakan tersebut dilakukannya pada tanggal 15 Agustus 1945, dalam suatu
pertemuan dengan Drs. Moh. Hatta tak lama sesudah Hatta kembali dari Dalath.
Tetapi Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta masih mencari kebenaran berita tentang
kapitulasi Jepang secara resmi dan tetap ingin membicarakan pelaksanaan
proklamasi pada rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
29
kawannya, segera mengorganisasi kelompok-kelompok bawah tanah dan pelajar
Jakarta untuk mengadakan demonstrasi umum dan kerusuhan militer. Salinan
naskah deklarasi kemerdekaan yang anti-Jepang itu sudah dikirimkan ke seluruh
pelosok Pulau Jawa untuk segera diterbitkan begitu Sukarno memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia yang diharapkan akan terlaksana pada 5 Agustus 1945.
Setelah segala persiapan dimulai, jelaslah bahwa Sukarno dan Hatta tidak
bersedia memproklamasikan kemerdekaan pada 15 Agustus. Sjahrir tidak dapat
menghubungi semua pemimpin kelompoknya pada waktu yang tepat guna
mengabarkan pembatalan proklamasi. Revolusi akhirnya meletus secara terpisah
di Cirebon pada 15 Agustus dibawah pimpinan Dr. Sudarsono, tetapi berhasil
dipadamkan oleh Jepang.
31
Di sana, mereka meyakinkan Sukarno dan Hatta bahwa Jepang benar-
benar sudah menyerah. Kemudian mereka mencoba membujuk keduanya untuk
segera memproklamasikan kemerdekaan. Sukarni bersikeras bahwa ada 15.000
pemuda bersenjata di pinggir-pinggir Jakarta yang siap memasuki ibu kota begitu
proklamasi dikumandangkan. Namun, upaya itu tidak terlalu berhasil. Sementara
itu, di Jakarta telah terjadi kesepakatan antara golongan tua yang diwakili oleh
Ahmad Subardjo dengan Wikana dari golongan muda untuk mengadakan
proklamasi di Jakarta.
34
C. NASKAH NARASI PERISTIWA RENGASDENGKLOK
BABAK 1
35
Sutan Sajhrir : ‗‟kita harus segera bericara dengan golongan tua mengenai
hal ini. Oh ya, yang paling penting kita harus mewaspadai
jangan sampai kemerdekaan kita dicampurkan oleh dominasi
PPKI‟‟
Sutan Sajhrir : ‗‟Apakah saudara belum tau bahwa PPKI itu adalah
bentukan Jepang. Kita harus bisa melakukannya sendiri.‟‟
Sutan Sajhrir : ‗‟Kalau mengenai hal itu, kita bisa memberitahu golongan
tua kita mengenai masa proklamasi ini. Jangan sampai kita
bergantung dengan Jepang.‟‘
Wikana : ‗‟Golongan tua katamu bung,, lalu, siapa yang akan mau
bung dengan cara yang kita maksudkan ini?‘‘
Darwis : „‟Apa kamu benar bung, bukankan Bung Karno itu adalah
ketua umum PPKI. Bagaimana mungkin bung‟‟?
Wikana : „‟kalau bung Karno tidak mendukung rencana kita ini, apa
pun caranya kita harus bisa membujuknya, walaupun dengan
cara paksa sekalipun.‟‟
Sutan Sajhrir : „‟betul bung, tapi kita harus bisa membujuknya dengan baik-
baik. Kita harus bisa menggunakan cara yang baik bung
jangan lagi menggunakan kekerasan. Hal itu, tidak menjamin
kemerdekaan bung.‘‘
36
Wikana dan Darwis : (menjawab bersama-sama) Setuju bung,, (sambil
menganggukan kepala)
Sutan Sajhrir : Bung, kami sudah mengetahui kondisi terkini dari Jepang
saat ini.
Moh. Hatta : Apa yang kamu ketahui tentang kondisi Jepang saat ini?
Sutan Sajhrir : Saya dan teman-teman saat ini sudah mengetahui lewat radio
tentang Jepang yang sudah menyerah kepada sekutu pada
tanggal 14 kemarin.
Moh. Hatta : Kalau begitu kita sekarang harus menemui Bung Karno.
Sajhrir : Baiklah Bung. (Sambil berdiri lalu keluar dari rumah Hatta)
kita harus segera ke rumah Bung Karno
Babak II
37
diantaranya adalah, Chairul Saleh, Djohar Nur, Kusnandar,
Subadio, Subianto, Margono, di samping Wikrana dan
Armansjah dari golongan kaigun.
Wikana : Kita harus bisa mendesak Sukarno dan Hatta agar mereka
bisa memproklamasikan kemerdekaan bangsa ini tanpa harus
ada campur tangan dari PPKI.
38
Narasi : Berdasarkan kesepakatan tersebut, akhirnya beberapa diantara
golongan pemuda tersebut pun menemui Soekarno dan Hatta.
Malam tanggal 15 Agustus pukul 22.00 WIB di rumah
kediaman Ir. Sukarno, Pegangsaan Timur (Sekarang jalan
Proklamasi) 56, Jakarta. Keputusan rapat tersebut disampaikan
oleh Wikana dan Darwis. merekapun sepakat untuk
melakukan perundingan dengan golongan tua agar proklamasi
kemerdekaan bisa segera mungkin dilaksanakan tanpa harus
sesegera mungkin dilaksanakan.
39
Darwis : Kami sebagai golongan muda tidak akan menyetujui
hal tersebut. Kami tidak menginginkan PPKI ambil
bagian dalam hal ini, karena kami tau PPKI itu adalah
buatan Jepang.
40
Wikana : Apakah kita sendiri sebagai rakyat Indonesia tidak
mempunyai hak untuk memprokalamasikan
kemerdekaan bangsa ini..
Wikana dan Darwis : (sambil bergegas dari tempat duduk mereka) baiklah
bung.
Djojo Pranoto : Iya bung, sekarang yang paling penting kita harus
bisa membendung kekuatan sekutu yang ingin kembali
berkuasa di negeri ini. Kalau mengenai proklamasi
kemerdekaan sebaiknya kita bahas dalam rapat PPKI
tanggal 18 agustus mendatang.
41
Subardjo : Betul sekali, lagipula mereka itu masih muda. Apalagi
pemikiran mereka itu belum terlalu matang. Kita harus
bisa menatap masa depan dari bangsa ini. Jangan
sampai semua rencana kita berantakan.
Babak III
42
dibawah pimpinan Syodanco Singgih. Merekapun
menculik Soekarno dan Hatta menuju Rengsadengklok
pada malam itu.
Chairul Saleh : Kami harus membawa bapak dari sini sekarang juga
(sambil menatap mata Soekarno dengan marah)
Soekarno : (dengan nada bicara yang keras) ada apa ini, mengapa
kalian menggotong kami seperti ini?
Yusuf kunto : Bung tidak perlu tahu ke mana? Ikuti saja kami..
Syodanco Singgih : Jikalau bung mau tau ke mana kita akan pergi, bung
harus ikut kami sekarang juga!!!!!!
Sudiro : Apakah kalian semua sudah tau? Saat ini Bung karno
dan Bung Hatta tidak ada di kota,, sepertinya mereka
di bawah paksa atau tidak sepertinya mereka diculik
(dengan nada bicara khawatir)..
43
Mr. Soebardjo : (kaget) apa?? Diculik katamu bung,, benarkah itu?
Lalu,,,, sekarang di mana mereka?
Mr. Subardjo : Pasti mereka tahu sekarang Bung Karno dan Bung
Hatta ada di mana,…
Syodanco Singgih : Hal itu sangat benar bung,,, tetapi kami ingin kita
sendiri, rakyat sendiri yang akan melakukannya.. kami
berpendapat bahwa kita tidak harus menunggu hasil
siding PPKI.. kami tahu bung,, PPKI itu adalah
bentukan Jepang, kami tidak ingin campur tangan
Jepang dalam kemerdekaan kita.
Soekarno : Kalian sangat benar,, hal itu sangat benar, tapi kalian
harus tahu saat ini hal itu tidak mungkin.. kita masih
44
terlalu dini untuk melakukannya sendiri. Kita juga
belum menyiapkannya semaksimal mungkin. Untuk itu,
kita harus membutuhkan bantuan Jepang saat ini.
Wikana : Saat ini bung, saya tidak tahu sama sekali tentang
keberadaan mereka.
47
Narasi : Akhirnya kesepakatan untuk kembali ke Jakarta pun
berhasil. Golongan tua dan golongan muda pun
berangkat dari Rengasdengklok menuju Jakarta.
Peristiwa penculikan Soekarno dan Hatta pun telah
selesai. Rengasdengklok pun menjadi saksi bisu
peristiwa sejarah yang menjadikan bangsa Indonesia
mampu memproklamasikan kemerdekaannya pada
tanggal 17 Agustus 1945.
48
BAB III
DETIK-DETIK PROKLAMASI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan dari pembelajaran pada BAB III ini adalah mahasiswa mampu menganalisis
peristiwa detik-detik proklamasi, indikator capaian pembelajaran sebagai berikut:
B. MATERI AJAR
Begitu Soekarno dan Hatta pulang dari Dalat pada 14 Agustus 1945, Sjahrir
memberitahu mereka bahwa Jepang sudah meminta gencatan senjata. Sekali lagi
ia mendesak mereka untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Sukarno
dan Hatta yang belum begitu yakin bahwa Jepang sudah menyerah merasa bahwa
kelompok-kelompok bawah tanah belum mampu menghimpun kekuatan untuk
mengalahkan Jepang. Mereka khawatir apabila hal itu justru mengakibatkan
pertumpahan darah yang sia-sia.
49
Walaupun demikian, Sjahrir yang percaya bahwa Sukarno bersedia untuk
segera untuk memproklamasikan kemerdekaan melalui naskah deklarasi berisi
kata-kata yang sangat anti-Jepang yang telah disiapkan Sjahrir maupun kawan-
kawannya, segera mengorganisasi kelompok-kelompok bawah tanah dan pelajar
Jakarta untuk mengadakan demonstrasi umum dan kerusuhan militer. Salinan
naskah deklarasi kemerdekaan yang anti-Jepang itu sudah dikirimkan ke seluruh
pelosok Pulau Jawa untuk segera diterbitkan begitu Sukarno memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia yang diharapkan akan terlaksana pada 5 Agustus 1945.
Setelah segala persiapan dimulai, jelaslah bahwa Sukarno dan Hatta tidak
bersedia memproklamasikan kemerdekaan pada 15 Agustus. Sjahrir tidak dapat
menghubungi semua pemimpin kelompoknya pada waktu yang tepat guna
mengabarkan pembatalan proklamasi. Revolusi akhirnya meletus secara terpisah
di Cirebon pada 15 Agustus dibawah pimpinan Dr. Sudarsono, tetapi berhasil
dipadamkan oleh Jepang.
Sukarno dan Hatta yakin bahwa kekuatan bersenjata yang dikatakan Sukarni
terlalu dibesar-besarkan, dan bahwa Jepang akan dengan mudah meredam aksi
50
percobaan proklamasi kemerdekaan. Tampaknya Sukarno dan Hatta merasakan
adanya keungkinan Jepang bersedia memahami keinginan mereka untuk merdeka
sehingga mereka tidak akan menentang proklamasi dengan kekuatan militer.
Untuk menghindari pertumpahan darah yang tidak perlu, setidaknya Sukarno dan
Hatta ingin memastikan lebih dulu sikap para pejabat militer Jepang sebelum
menggerakan rakyat.
51
menyerah‘‘ adalah bahwa Jepang ‗‘ hanya menjadi agen sekutu‘‘ dan bersrti
Jepang tidak akan menyetujui proklamasi kemerdekaan oleh orang Indonesia.
Menjadi jelaslah bagi Hatta dan Sukarno bahwa revolusi damai mustahil terjadi
dan bahwa cara-cara prolamasi kemerdekaan yang disarankan oleh Sjahrir,
Sukarni, Wikana, maupun pemimpin gerakan bawah tanah lainnya merupakan
satu-satunya cara untuk mencapai kemerdekaan. Sjahrir kemudian menemui
Sukarno mendesaknya untuk berjanji agar kemerdekaan Indonesia segera
diproklamasikan. Akan tetapi, ia tidak mendapat jaminan dari Sukarno bahwa
proklamasi kemerdekaan akan dilakukan dengan kata-kata yang sangat anti-
Jepang sebagaimana yang disarankan Sjahrir dan kelompoknya.
52
bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia‟‟ disusulkan
oleh Achmad Subardjo.
53
Malam itu juga diputuskan bahwa naskah proklamasi akan dibacakan pukul
10.00 WIB pagi di Lapangan Ikada, Gambir. Tetapi karena ada kemungkinan
timbul bentrokan dengan pasukan Jepang yang terus berpatroli, akhirnya diubah
di kediaman Sukarno, Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Sukarni melaporkan
bahwa lapangan Ikada telah dipersiapkan sebagai tempat berkumpulnya
masyarakat Jakarta untuk mendengarkan pembacaan naskah proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Namun, Ir. Sukarno menganggap lokasi lapangan Ikada
bisa menimbulkan bentrokan antara rakyat dan pihak militer Jepang. Akhirnya
disepakati bahwa upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan
dihalaman rumah Ir. Sukarno di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.
Pada pukul 05.00 (waktu jawa pada zaman Jepang) fajar 17 Agustus 1945,
para pemimpin Indonesia dan para pemimpin pemuda keluar dari ruangan rumah
Laksamana Maeda dengan diliputi oleh kebangsaan. Mereka pulang ke rumah
masing-masing setelah berhasil merumusakan Proklamasi bagi kemerdekaan
Indonesia. Mereka telah sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan di
rumah Ir. Sukarno di Jalan Pegangsaan Timur Bo. 56 (sekarang jalan Proklamasi,
Gedung Perintis kemerdekaan), pada pukul 10.30 (waktu Jawa pada zaman
Jepang) atau pukul 10.00 WIB sekarang. Sebelum pulang Bung Hatta berpesan
kepada para pemuda yang bekerja pada pers dan kantor berita terutama B. M.
Diah untuk memperbanyak teks Proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia.
Ribuan pamphlet berhasil dicetak dengan roneo pada malam itu juga, dan
segera disebarkan ke pelbagai penjuru kota. Di dalam situasi yang menegangkan
itu para pemuda memasang pamphlet-pamflet di tempat-tempat yang mudah di
lihat oleh public. Juga secara beranting berita itu disampaikan ke luar Kota
Jakarta.
Tanpa diduga oleh siapa pun pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945,
barisan pemuda datang berbondong-bondong menuju ke Lapangan Ikada di sudut
tenggara Lapangan Monumen Nasional (Monas) yang sekarang. Rupanya pihak
Jepang telah mencium kegiatan para pemuda malam itu, karena itu mereka
berusaha untuk menghalang-halanginya. Lapangan Ikada telah dijaga oleh
pasukan-pasukan Jepang yang bersenjata lengkap. Para pemuda datang ke tempat
itu karena informasi dari kawan-kawannya yang disampaikan secara beranting
dari mulut ke mulut bahwa Proklamasi akan diucapkan di Lapangan Ikada.
Ternyata Proklamasi tidak diadakan di Lapangan Ikada, tetapi di Pegangsaan
Timur 56. Pemimpin barisan pelopor Sudiro juga pergi ke Lapangan Ikada dan
melihat pasukan-pasukan Jepang menjaga lapangan itu. Ia segera kembali dan
melaporkan hal itu kepada dr. Muwardi, kepala keamanan Ir. Sukarno pada waktu
itu. Ia mendapat penjelasan bahwa Proklamasi tidak diadakan di Ikada melainkan
di Pegangsaan Timur 56. Ia segera kembali ke Ikada untuk memberitahukan hal
itu kepada anak buahnya.
Pada pagi hari itu juga rumah Ir. Sukarno dipadati oleh sejumlah massa
pemuda yang berbaris secara teratur dan tertib. Untuk menjaga keamanan upacara
55
pembacaan Proklamasi, dr. Muwardi meminta kepada Cudanco Latief
Hendraningrat untuk menugaskan beberapa orang anak buahnya berjaga-jaga di
sekitar rumah Ir. Sukarno. Permintaan itu dipenuhi oleh cudanco Latief, dan
beberapa orang prajurit Peta berjaga-jaga di sekitar jalan kereta api yang
membujur ke belakang rumah itu. Di samping itu di kesatrian mereka di Jaga
Monyetlah disiagakan pasukan yang dipimpin oleh sydanco Arifin Abdurrahman.
Sedangkan Sudiro (yang pada waktu itu merangkap sebagai sekertaris Ir.
Sukarno) memerintahkan kepada S. Suhud Komandan Pengawal Rumah Ir.
Sukarno (yang memangku jabatan Pemimpin Besar Barisan Pelopor), untuk
menyiapkan satu tiang bendera. Karena situasi yang tegang Suhud tidak ingat
bahwa di depan rumah masih ada dua tiang bendera dari besi yang tidak
digunakan. Ia tidak ingat sama sekali untuk memindahkankan salah satu tiang itu.
Malahan ia mencari satu batang bambu yang berada di belakang rumah. Bambu
itu dibersihkan dan diberi tali, lalu di tanam beberapa langkah dari teras. Bendera
yang dijahit dengan tangan yang akan dikibarkan, sudah disiapkan oleh Nyonya
Fatmawati Sukarno. Bentuk dan ukuran bendera itu tidak standar, karena kainnya
berukuran tidak sempurna. Memang kain itu tidak disiapkan untuk bendera, tetapi
keperluan lain. Sebagaimana yang telah disepakati semula para pemimpin bangsa
Indonesia menjelang pukul 10.30 telah berdatangan ke Pegangsaan Timur. Di
antara mereka adalah dr. Buntaran Martoatmojo, Mr. A.A. Maramis, Mr.
Latuharhary, Abikusno Tjokrosuyoso, Anwar Tjokroaminoto, Harsono
Tjokromaminoto, Oto Iskandardinata, Ki Hajat Dewantara, Sam Ratu Langie,
56
K.H. Mas Mansur, Mr. Sartono, Sajuti Melik, Pandu Kartawiguna, M. Abrani,
dr. Muwardi, A.G. Pringgodigdo, dan lain-lain.
Adapun acara yang ditentukan dalam upacara itu, diatur sebagai berikut;
Para pemuda yang berdiri menunggu sejak pagi hari sudah mulai tidak sabar
lagi. Mereka yang diliputi suasana tegang berkeinginan keras agar pembacaan
Proklamasi segera dilakukan. Mereka mendesar dr. Muwardi agar segera
mengingatkan Ir. Sukarno, setelah dibukakan pintu, ia menyampaikan keinginan
para pemuda. Bung Karno menolak desakan para pemuda itu. Ia menyatakan
bahwa ia tidak mungkin melakukannya sendiri tanpa hadirnya Drs. Moh. Hatta. Ia
harus menunggu hadirnya Hatta. Dr. Muwardi masih mendesak terus, dan
menyatakan bahwa hal itu lebih baik dikerjakan oleh Ir. Sukarno sendiri saja
tanpa kehadiran Bung Hatta. Karena naskah Proklamasi toh sudah ditandatangani
berdua. Karena didesak juga Ir. Sukarno menjawab dengan nada marah ‗‘ saya
tidak akan membacakan Proklamasi kalau Hatta tidak ada. Kalau Mas Muwardi
tidak mau menunggu, silahkan membaca Proklamasi sendiri‘‘.
Justru pada saat itu dari halaman luar terdengar suara-suara berseru: ‗‘Bung
Hatta datang‘‘. Lama menit sebelum acara di mulai, Hatta datang. Ia berpakaian
putih-putih, dan langsung menuju ke kamar Sukarno. Sambil menyambut
kedatangan Hatta, Sukarno bangkit dari tempat tidurnya dan lansung berpakaian.
Juga ia mengenakan setelan putih-putih.
Beberapa menit sebelum pukul 10.30 (waktu Jawa pada jaman Jepang)
Cudanco Latief Hendraningrat mengetuk pintu kamar Ir. Sukarno dan setelah
dibukakan pintu bertanya: ‗‘Apakah Bung Karno sudah siap?‘‘. Kedua pemimpin
57
itu mengangguk, lalu keluar menuju tempat yang tersedia, diiringi oleh Nyonya
Fatmawati Sukarno. Upacara berlansung tanpa protocol. Segera Latief memberi
aba-aba kepada seluruh barisan pemuda, yang telah menunggu sejak pagi. Semua
berdiri tegak dengan sikap sempurna. Latief mempersilahkan Ir. Sukarno,
Sukarno dan Hatta maju beberapa langkah dari tempatnya semula.sukarno
mendekati mikrofon. Dengan suara yang mantap dan jelas ia mengucapakan
pidato pendahuluan yang singkat sebelum membacakan teks Proklamasi
Kemerdekaan dan pukul 10.00 WIB Ir. Sukarno menyampaikan pidatonya, yang
berbunyi:
Saudara-saudara sekalian!
Saya sudah minta saudara-saudara hadir di sini untuk menyaksikan satu peristiwa
maha penting dalam sejarah kita.
Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang untuk kemerdekaan
tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun. Gelombangnya aksi kita untuk
mencapai kemerdekaan kita itu ada naik da nada turun, tetapi jiwa kita tetap
menuju kearah cita-cita.
Juga di dalam zaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional
tidak henti-henti. Di dalam zaman Jepang ini, tampaknya saja kita menyandarkan
diri kepada mereka. Tetapi pada hakikatnya, tetap kita menyusun tenaga kita
sendiri, tetap kita percaya kepada kekuatan kita sendiri.
Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib
tanah air di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil
nasib dalam tangan sendiri akan dapat berdiri dengan kuatnya.
Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-pemuka
rakyat Indonesia, dari seluruh rakyat Indonesia. Permusyawaratan itu seia sekata
berpendapat, bahwa sekaranglah dating saatnya untuk menyatakan kemerdekaan
kita.
Saudara-saudara! Dengan ini kami nyatakan kebulatan tekad itu. Dengarlah
proklamasi kami.
58
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan
tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen „05
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno/Hatta
Demikianlah, saudara-saudara!
Kita sekarang telah merdeka!
Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita bangsa kita!
Mulai saat ini kita menjusun Negara kita! Negara Merdeka, Negara Republik
Indonesia, merdeka, kekal abadi.
Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu!
60
proklamasi dengan kalimat kedua yang berbunyi sebagai berikut: ‗‘Hal-hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara
seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya‘‘. Demikianlah perumusan
teks Proklamsi dilakukan bersama-sama oleh Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, dan
Mr. Ahmad Subardjo di dalam ‗‘ruang makan‘‘ dari rumah Laksamana Maeda.
Turut serta menyaksikan perumusan tersebut ialah Sajuti Melik, Sukarni,
B.M.Diah, dan Sudiro (Mbah).
Pada tanggal 17 Agustus 1945 jam 12.00 (waktu tokyo) atau jam 10.30
waktu Jawa jaman Jepang, atau jam 10.00 WIB, teks Proklamasi dibacakan oleh
Ir. Sukarno dengan didampingi oleh Drs. Moh. Hatta di tempat kediamannya di
Jalan Pegangsaan Timur (sekarang Jalan Proklamasi) No. 56, Jakarta. Dengan
61
Proklamasi ini tercapailah Indonesia Merdeka yang susunan negaranya diatur
dengan sebutan Undang-undang Dasar 1945.
Segera setelah itu, bersama dengan pesan pribadi Hatta kepada sahabat-
sahabatnya dari kelompok nasionalis, proklamasi kemerdekaan disiarkan di
seluruh radio Domei Indonesia dan jaringan telegraf oleh para pengawai
Indonesia di balik pintu terkunci kantor mereka di Jakarta (Batavia). Revolusi
Indonesia sudah dilancarkan dan mendengar reksi hebat di seluruh pelosok
Nusantara, meskipun tidak segera diketahui di Jakarta. Jepang langsung bereaksi.
Tepat pada saat pengucapan Proklamasi itu pengeras suara yang dipakai
rusak. Padahal sebelum dipergunakan telah dicoba beberapa kali berjalan dengan
baik. Hal itu mungkin disebabkan kabel-kabelnya rusak, terinjak-injak oleh
massa.
Peristiwa besar itu berlansung hanya selama kurang lebih satu jam dengan
penuh kekhidmatan sekalup sangat sederhana. Namun ia membawa perubahan
luar biasa dalam kehidupan Bangsa Indonesia.
62
telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio dari Kantor Domei, Waidan B.
Palenewen. Ia menerima teks itu dari seorang wartawan Domei, yang bernama
Syahruddin. Segera ia memerintahkan F. Wuz seorang markonis, supaya
disiarkan tiga kali berturut-turut. Baru dua kali F. Wuz menyelesaikan tugasnya,
masuklah orang Jepang ke ruangan radio. Ia mengetahui berita Proklamasi itu
telah tersiar ke luar lewat udara. Dengan marah-marah orang Jepang
memerintahkan agar penyiaran berita itu dihentikan. Tetapi Waedan Penewelen
memerintahkan kepada F. Wuz untuk terus menyiarkannya. Berita itu kemudian
diulangi setiap setengah jem sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti. Akibat dari
penyiaran itu, pucuk pimpinan dari tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk
meralat berita tersebut dan menyatakannya sebagai kekeliruan. Pada hari Senin
tanggal 20 Agustus 1945 pemancar itu disegel oleh Jepang dan para pegawainya
dilarang masuk.
63
jam 10.00 (tepat). Berita proklamasi mula-mula dikumandangkan melalui Kantor
Berita Domei Jakarta.
Berita ini langsung diterima oleh seorang markonis Sugiarin Kantor Berita
Domei di Semarang, kemudian dibawa dan diserahkan oleh Syarief Sulaiman
daan M.S. Mintardjo ke Gedung Jawa Hokokai. Saat itu di Gedung Jawa Hokokai
sedang diadakan rapat Komite Persiapan Indonesia Merdeka di bawah pimpinan
Mr Wongsonegoro selaku Fuku Syucokan (Asisten Residen) di Semarang.
Mr. Wongsonegoro menerima pers-copy berita Proklamasi itu. Kemudian
membacakannya sampai dua kali di hadapan siding. Para hadirin yang
mendengarkannya bertepuk tangan penuh kegembiraan. Kemudian siding
berhenti sebentar lalu bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya sambil
menyerukan ‗‘Hidup Bung Karno, Hidup Bung Hatta‘‘ dan Hidup Bangsa
Indonesia.‘‘ Kemudian siding dibubarkan. Harian Suara Asia di Surabaya adalah
Koran pertama yang menyiarkan berita proklamasi.
Sementara itu berita Proklamasi kemerdekaan pada siang hari itu juga
disiarkan lewat Semarang Hoso Kyoku (siaran radio) dengan tidak melalui ijin
dari Kepala Studio Semarang. Pembacaan berita proklamasi melalui siaran radio
ini mendahului acara siaran sembahyang Jum‘at, sehingga didengar oleh orang
banyak. Demikian pula para Jemaah yang bersembahyang di masjid segera
mengetahui berita Proklamasi Kemerdekaan itu. Siaran ini didengar juga oleh
pejabat Jepang yang menjadi kepala: Studio Semarang, yang segera
memrintahkan agar acara siaran sembahyang Jum‘at dihentikan dan pegawai-
pegawainya dipanggil untuk dimintai pertanggung jawabannya.
Acara siaran khotbah selesai dibacakan, tetapi siaran sembahyang yang
tengah berlangsung itu segera diputuskan. Hal ini kabar dari luar kota yang
ditempelkan di papan pengumuman Ucapan reaksioner dari sementara mantan
penguasa Belanda yang sudah keluar dan tawanan seperti ex Residen Surabaya,
Tacoma mendapat sanggahan keras dari para pemuda. Berita bersemangat
64
kemerdekaan memenuhi papan pengumuman yang dipelihara dan dijalankan oleh
pemuda pelajar dilingkungan.
Tiap malam dadakan penjagaan siskamling dan dapur umum yang
menyediakan minuman dan makanan ala kadarnya bermunculan di mana-mana.
Jawa semangat dan nilai-nilai 1945 mengejawantah dalam bentuk solidaritas dan
kesatuan di antara penduduk lingkungan.
Pada bulan-bulan awal sesudah Proklamasi Kemerdekaan suasana penuh
gejolak. Sebentar-sebentar terdengar aba-aba ‗‘siaap‘‘ untuk berjaga-jaga
terhadap lawan-lawan kemerdekaan Indonesia yang berusaha menghancurkan
Republik Indonesia. Semntara itu barisan pemuda semakin berkonsolidasi.
Angkatan Muda Republik Indonesia di Semarang Barat misalnya, sudah makin
kuat. Pemuda-pemuda pelajar mendapat latihan dasar kemiliteran secara kilat
dipimpin oleh pemuda-pemuda yang pernah mendapat latihan kemiliteran, dan
juga dari para anggota kepolisian.
Pemuda-pemuda menempati gedung bekas kediaman perwira Jepang
sebagai markasnya, misalnya di jalan Karangtengah dan Pendrikan (Jln. Imam
Bonjol) dengan indiknya di Gedong Jero. Peralatan dan persenjataan makin
diperkuat sehingga merupakan barisan pemuda yang tangguh.
68
g. Di Bandung
Pertempuran diawali dengan usaha para pemuda untuk merebut
pangkalan Udara Andir dan pabrik senjata bekas ACE (Artillerie Constructie
Winkel, sekarang Pindad). Usaha tersebut berlansung sampai datangnya
pasukan Sekutu di Bandung tanggal 17 Oktober 1945.
h. Di Kalimantan
Di beberapa kota di Kalimantan mulai timbul gerakan yang mendukung
priklamasi. Akibatnya tentara Australia yang sudah mendarat atas nama
Sekutu mengeluarkan ultimatum melarang semua aktifitas politik, seperti
demonstrai dan mengibarkan bendera Merah Putih, memakai lencana Merah
Putih dan mengadakan rapat. Namun kaum nasionalis tidak menghiraukannya.
Di Balikpapan tanggal 14 November 1945, tidak kurang 8.000 orang
berkumpul di depan komplek NICA sambil membawa bendera Merah Putih.
i. Di Manado
Usaha menegakkan kedaulatan di Sulawesi Utara tidak padam,
meskipun tentara NICA telah menguasai wilayah tersebut. Pada tanggal 14
Febdruari 1946, para pemuda indonesia anggota KNIL tergabung dalam
Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) mengadakan gerakan di Tangsi Putih dan
Tangsi Hitam di Teling, Manado. Mereka membebaskan tawanan yang
mendukung Republik Indonesia antara lain Taulu, Wuisan, Sumanti, G.A.
Maengkom, Kusno, Dhanupojo, dan G. E. Duhan.
Di sisi lain mereka juga menahan Komandan Garnisun Manado dan
semua pasukan Belanda di Teling dan penjara Manado. Dengan diawali
peristiwa terssebut para pemuda menguasai markas Belanda di Tomohon dan
Tondano. Berita tentang perubahan kekuasaan tersebut dikirim ke pemerintah
pusat yang saat itu di Yogyakarta dan mengeluarkan maklumat No. 1 yang
ditandatangani oleh Ch.Ch. Taulu. Pemerintah sipil dibentuk tanggal 16
Februari 1946 dan sebagai residen dipilih B. W. Lapian.
69
7. Reaksi Jepang Terhadap Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
70
C. NASKAH NARASI
BABAK I
Narasi : Tanggal 6 Agustus 1945 kota Hiroshima dijatuhi bom atom oleh Sekutu
dan pada tanggal 9 Agustus 1945 giliran Kota Nagasaki yang dijatuhi oleh
bom atom oleh Sekutu pula. Kejadian ini memberikan penderitaan bagi
rakyat Jepang. Pasukan Jepang semakin lemah dan pada tanggal 12 Agustus
1945 Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat
sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah
timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Setelah
pembicaraan masalah proklamasi kemerdekaan di Dalat, dua hari kemudian
pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat
pada sekutu, yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Jepang Mamoru
Shigemitsu tetapi berita tentang kekalahan tersebut sangat dirahasiakan oleh
Jepang bahkan semua stasiun radio disegel oleh Jepang tetapi tokoh
golongan muda yakni Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis mendengar kabar ini
melalui radio BBC.
71
Darwis :”Kenapa kau berpendapat demikian sobat?”
Wikana : ”Kita tidak ingin ada campur tangan Jepang dalam Proklamasi
Kemerdekaan!”
Syahrir :‖Bung Karno sebagai pemimpin rakyat, atas nama rakyat dan melalui
siaran Radio!”
Darwis :‖ Kalau beliau menginginkan naskah Proklamasi tetap disusun oleh PPKI,
kita paksa saja dia, kalau perlu......”
Syahrir :‖ Kalau perlu apa ? .... Kita harus bicara dulu secara baik-baik dengan
beliau wis!”
Narasi : Tanggal 14 Agustus 1945 Syahrir, Wikana, Darwis dan Saleh menemui
bung Karno di kediamannya
72
Syahrir : ” Begini bung Karno, Jepang telah menyerah bung, dan kami minta bung
Karno segera memproklamirkan kemerdekaan.”
Sukarno :”Tetapi kan ada badan yang berhak untuk merumuskan itu semua.”
Sukarno :”Betul, karena PPKI lebih tahu hal-hal apa saja yang harus disiapkan.”
Syahrir :”Kami atas nama golongan muda tidak setuju jika PPKI yang menyiapkan
proklamasi kemerdekaan, karena PPKI merupakan bentukan
Jepang!”(Syahrir menjawab dengan nada keras)
Darwis :‖Kami tidak ingin kemerdekaan yang kita peroleh ada campur tangan dari
pemerintah Jepang!”
Darwis : ‖Baik kalau pendapat anda tetap seperti itu, kami mohon diri”
BABAK II
Narasi : Keesokan harinya pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB
golongan muda revolusioner mengadakan rapat di gedung gedung lembaga
bakteriologi di Pegangsaan Timur dan mereka tetap berpendirian bahwa
kemerdekaan adalah hak dan urusan rakyat Indonesia sendiri. Dan hasil
keputusan rapat tersebut disampaikan oleh Wikana, Sukarni dan Darwis
73
kepada Bung Karno.(di Kediaman Bung Karno juga terdapat bung Hatta,
Ahmad Subarjo, Dr. Buntaran, Dr. Sanusi dan Iwa Kusumasumantri)
Wikana : ‖Sekarang Bung, sekarang! malam ini juga kita kobarkan revolusi !‖
Wikana :” Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga,
akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-
besaran esok hari !‖ (Wikana berteriak dengan nada mengancam)
Narasi : Mendengar kata-kata ancaman seperti itu, Soekarno naik darah dan berdiri
menghampiri Wikana
Sukarno : ‖ Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku
malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari !‖.
Hatta : ―… Jepang adalah masa silam. Kita sekarang harus menghadapi Belanda
yang akan berusaha untuk kembali menjadi tuan di negeri kita ini. Jika
saudara tidak setuju dengan apa yang telah saya katakan, dan mengira
bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk memproklamasikan
kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan kemerdekaan itu
sendiri ? Mengapa meminta Soekarno untuk melakukan hal itu ?‖
Darwis : ‖ apakah kita harus menunggu hingga kemerdekaan itu diberikan kepada
kita sebagai hadiah?”
74
‖ Kami berdua telah membicarakannya baik-baik dengan Jepang, saya takut
Jepang hanya melakukan tipu muslihat sehingga jika kita bertindak salah
akan terjadi pertumpahan darah.‖
Sukarno : ”kekuatan yang segelintir ini tidak cukup untuk melawan kekuatan
bersenjata dan kesiapan total tentara Jepang! Coba, apa yang bisa kau
perlihatkan kepada saya? Mana bukti kekuatan yang diperhitungkan itu ?
Apa tindakan bagian keamananmu untuk menyelamatkan perempuan dan
anak-anak? Bagaimana cara mempertahankan kemerdekaan setelah
diproklamasikan? Kita tidak akan mendapat bantuan dari Jepang atau
Sekutu. Coba bayangkan, bagaimana kita akan tegak di atas kekuatan
sendiri “. Sekarang saya mohon waktu sejenak untuk berunding karena saya
tidak bisa memutuskan sendiri (Demikian jawab Bung Karno dengan
tenang)
Narasi : Sukarno, Hatta, Ahmad Subarjo, Dr. Buntaran, Dr. Sanusi dan Iwa
Kusumasumantri yang hadir malam itu melakukan perundingan. Setelah
selesai berdiskusi Hatta menyampaikan hasil perundiangannya kepada
golongan muda.
Hatta :”Usul dari golongan muda tetap kami tidak bisa terima, karena kurang
perhitungan dan takut memakan banyak korban jiwa dan harta.”
Wikana : ” Baik kalau anda masih tetap mempertahankan pendapat kalian, kami
mohon diri.”
75
BABAK III
Narasi : Setelah mengetahui pendirian golongan tua, pada pukul 24.00 golongan
muda melakukan rapat di Asrama Baperpi, Jalan Cikini 71. Dalam rapat
itu diputuskan untuk mengungsikan Sukarno dan Hatta ke
Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan
Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan proklamasi kemerdekaan
segera dibacakan tanpa pengaruh Jepang. Pada pukul 04.00 tanggal 16
Agustus 1945 dibawa ke Rengasdengklok. Shodanco Singgih yang
merupakan tentara PETA melakukan aksi tersebut.
Adegan : Sukarno dan Hatta dibawa oleh Wikana dan Shodanco Singgih menuju
Rengasdengklok di perjalanan Sukarno berbincang-bincang dengan
Shodanco Singgih.
Wikana : ”Kenapa anda tetap bersikeras bung Karno kalau proklamasi harus
disusun oleh PPKI?”
Sukarno : ” Bukannya saya tidak setuju Proklamasi dibuat oleh kita sendiri, tetapi
kita harus melihat situasi terlebih dahulu agar rakyat tidak menjadi
korban.”
Wikana : ”Tetapi kami golongan muda dan tentara PETA akan berada di
belakang anda jka terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.”
Sukarno : ”Baiklah jika itu keinginan kalian kami akan merumuskan naskah
Proklamasi setelah kembali ke Jakarta.”
76
(Di sebuah pondok bambu berbentuk panggung di tengah persawahan
Rengasdengklok, siang itu terjadi perdebatan panas antara Sukarno-Hatta
dan Golongan muda).
Syahrir : ” Mengapa justru diambil tanggal 17, mengapa tidak sekarang saja, atau
tanggal 16
Narasi : Sementara itu, di Jakarta, antara Mr. Ahmad Soebardjo dari golongan tua
dengan Wikana dari golongan muda membicarakan kemerdekaan yang
harus dilaksanakan di Jakarta . Laksamana Takashi Maeda, bersedia untuk
menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya. Berdasarkan
kesepakatan itu, Jusuf Kunto dari pihak pemuda, hari itu juga mengantar
Ahmad Soebardjo bersama sekretaris pribadinya, Sudiro, ke
Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Hatta. Rombongan
penjemput tiba di Rengasdengklok sekitar pukul 17.00. Ahmad Soebardjo
77
memberikan jaminan, bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan
pada tanggal 17 Agustus 1945, selambat-lambatnya pukul 12.00. Dengan
jaminan itu, komandan kompi PETA setempat, Cudanco Soebeno, bersedia
melepaskan Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta.
Babak IV
Adegan : (Sukarno, Hatta dan Achmad Subarjo duduk bertiga berhadapan dan
membicarakan rumusan naskah proklamasi. Sukarno menuliskan rumusan
tersebut ke selembar kertas)
78
saudara-saudara sekalian dapat menyetujuinya sehingga kita dapat
berjalan terus dan menyelesaikan pekerjaan kita sebelum fajar
menyingsing―. Kepada siapa saja yang hadir di dalam rapat ini agar
dapat menandatanganinya secara bersama.”
Narasi : Setelah naskah proklamasi diketik oleh Sayuti Melik, kemudian Sukarno
dan Hatta menandatangani naskah tersebut.
BABAK V
79
Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang untuk
kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun.
Gelombangnya aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya
ada turunnya. Tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita. Juga di
dalam jaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional
tidak berhenti. Di dalam jaman Jepang ini tampaknya saja kita
menyandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita
menyusun tenaga kita sendiri. Tetap kita percaya pada kekuatan sendiri.
Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan
nasib tanah air kita di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang
berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan
kuatnya. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan
pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia ,
permusyawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang
saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita.”
PROKLAMASI
Narasi : Peristiwa yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia ini berlangsung
sekitar satu jam. Meski sederhana namun upacara itu dilakukan denan
hikmat. Indonesia merdeka, bangsa baru telah lahir.
81
BAB IV
SERANGAN UMUM 1 MARET
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. MATERI AJAR
82
Menurut catatan sejarah, peristiwa serangan umum 1 maret 1949 di Yogyakarta
ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto, Komandan Brigade 10 daerah
Wehrkreise III, yang membawahi daerah Yogyakarta. Atas dasar surat perintah dari
Kolonel Bambang Soegeng, WK III telah melancarkan serangan serentak terhadap
kedudukan Belanda di Yogyakarta pada tanggal 9 Januari 1949, 16 Januari 1949, dan
tanggal 4 Februari 1949, Letkol Soeharto mengadakan perubahan SWK dari 6
menjadi 7 SWK.
Berita tentang serangan umum 1 maret 1949 disiarkan melalui pemancar radio
di Wonosari. Waktu Belanda melancarkan serangan balasan, pemancar radio tersebut
menjadi sasaran utama. Peristiwa serangan umum 1 maret 1949 juga dilaporkan oleh
R. Sumardi ke pemerintah PDRI di Bikittinggi melalui radiogram. Berita ini
kemudian disampaikan kepada Mramis (diplomat RI di New York).
Serangan umum 1 maret 1949 mempunyai arti penting, baik di dalam mapun di luar
negeri. Serangan umum 1 maret 1949 mencapai tujuannya yakni sebagai berikut:
83
a. Ke Dalam
1) Mendukung perjuangan diplomasi;
2) Meninggikan semangat rakyat dan TNI yang sedang bergerilya;
3) Secara tidak langsung telah mempengaruhi sikap para pemimpin Negara
federal bentukan Belandua (seperti Negara Passundan, Negara Sumatera
Timur) yang tergabung dalam Bijeenkomst Federal Voor Overleg (BFO).
b. Ke Luar
1) Menunjukan kepada dunia internasional bahwa TNI masih ada dan mampu
mengadakan serangan; dan
2) Mematahkan moral pasukan Belanda.
Itulah tujuan yang dicapai dari serangan umum 1 maret 1949 di Yogyakarta.
Persoalannya, dalam perjalanannya, terlalu banyak peristiwa sejarah dikebiri dan
direkayasa.
Sumber lain menyebutkkan bahwa gagasan Serangan Umum Maret 1949 adalah
inisiatif Panglima Besar Sudirman, sebab ia adalah pucuk pimpinan militer tertinggi
saat itu. Bahkan Sulta Hamengku Buwono memberikan dukungan terhadap rencana
ini. Keterangan lain menyebutkan bahwa penggagas atau inisiator Serangan Umum 1
Maret 1949 adalah dr. Wiliater Hutagalung, yang sejak September 1948 diangkat
menjadi Perwira Teritoroial. Ia bertugas membentuk jaringan di wilayah divisi II dan
III. Pemikiran yang dikembangkan Hutagalung dalah perlu meyakinkan dunia
internasional bahwa Republik Indonesia masih ada; ada pemerintahan, ada organisasi
TNI dan tentaranya. Ia menambahkan perlunya melakukan serangan spektakuler
terhadap isolasi Belanda atas ibukota Yogyakarta.
84
Sri Sultan Hamengku Buwono IX, seperti dikutip buku Momoar Oei Tjoe Tat;
Pembantu Presiden Sukarno, pernah bertutur, sayalah yang semula membicarakan
gagasan itu dengan Jendral Sudirman, yaitu minta ijinnya untuk mendapatkan kontak
langsung dengan Soeharto, ketika itu berpangkat Mayor, untuk menjalankan tugas
melaksanakan gagasan saya.‘‘hal itu juga terungkap dalam buku biografi Sultan,
Takhta untuk Rakyat (1982).
Di tengah kontriversi Serangan Umum 1 Maret 1949, satu fakta sejarah yang
tidak terbantahkan oleh peran penting Radio Rimba Raya saat agresi militer Belanda
ke II. Melalui informasi yang disiarkan Radio Rimba Raya yang berada di pedalaman
Aceh, tepatnya di Aceh Tengah (sekarang Bener Meriah) tentang resolusi dewan
keamanan PBB yang ditolak oleh Belanda yang disusul dengan propaganda Belanda
bahwa Indonesia sudah tidak ada lagi, muncul gagasan untuk melakukan counter
serta melakukan serangan spektakuler. Hal inlah yang melatarbelakangi Serangan
Umum 1 Maret 1949.
Fakta sejarah tentang Radio Rimba Raya juga pernah disiarkan di RI nasioanal.
Acara Forum Dialog tersebut berlangsung hari Jum‘at tanggal 19 Desember 1998
pukul 21.30. pokok pembahasan yaitu sejarah PDRI (Pemerintah Darurat Republik
Indonesia). Para peserta dialog malam itu adalah Umar Said Noor (mantan Wakil
Kepala Stasiun Radio AURI Bukittinggi), Aboebakar Loebis (mantan Diplomat RI),
Bapak Halim (mantan Wakil Gubernur Militer Sumatera Barat), dan didampingi oleh
seorang sejarahwan terkemuka Prof. Dr,. Taufik Abdullah, serta dengan moderator RI
Bapak Purnama. Dalam dialog tersebut, terungkap peran pemancar Radio Rimba
Raya yang memperlancar tugas pemerintah PDRI.(SUDIRMAN)
85
Sementara itu TNI dalam waktu kurang lebih satu bulan sudah selesai dengan
konsolidasinya dan sudah mulai memberikan pukulan-pukulan kepada tentara
Belanda. Pertama kali yang menjadi sasaran adalah garis-garis komunikasi Belanda:
kawat-kawat telepon yang diputuskan, jalan kereta-api dirusak dan bahkan konvoi-
konvoi Belanda di siang hari diserang. Karena itu pihak Belanda terpaksa
memperbanyak pos-pos di sepanjang jalan-jalan besar yang menghubungkan kota-
kota yang telah didudukinya. Dengan demikian man-power –nya habis, terpaku pada
ribuan pos kecil diseluruh daerah Republik yang kini merupakan satu medan gerilya
yang luas. Setelah pasukan-pasukannya tersebar di luar kota-kota yang didudukinya,
TNI mulai menyerang kota-kota itu sendiri. Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap
kota Yogyakarta yang dipimpin oleh Letnan Kolonel (sekarang Presiden) Soeharto
denga berhasil didudukinya kota itu selama enam jam, dengan terang benderang
membuktikan kepada dunia bahwa TNI jauh daripada hancur, bahkan masih
mempunyai kemampuan ofentif. Juga jelas dari laporan-laporan yang masuk, bahwa
inisiatif sudah beralih dari pihak tentara Belanda ke pihak TNI. Kini TNI-lah pihak
pihak yang menyerang dan pihak Belanda yang bertahan.
Tepat pukul 06.00 pagi tanggal 1 Maret 1949, sirene di atas menara besi
samping Pasar Beringhardjo, berbunyi nyaring memecah kesenyapan. Selama tiga
bulan terakhir, bunyi sirene tersebut menyatu dengan kehidupan seharian masyarakat
Djokja. Berawal sejak tentara Belanda menduduki Ibu Kota Republik dan mereka
langsung menerapkan jam malam. Penduduk dibenarkan berada di luar rumah, sejak
pukul 21.00 malam sampai 06.00 pagi.
86
Semuanya kemudian menjadi berantakan. Oleh karena berakhir sirene pagi itu
langsung disambut bunyi ledakan dan tembakan, ditujukan kearah pos-pos pertahanan
tentara Belanda di seluruh kota Djokja. Letnan Kolonel Soeharto, Komandan
Wehrkreise III, memimpin dua ribu anak buahnya, memenuhi janjinya untuk
melancarkan Serangan Oemoem pada siang hari.
‗‘di bagian Utara Kota, serangan pasukan Republik tidak bisa berlangsung
dengan lancar. Namun, pasukan TNI yang bertugas di sana, memang hanya bertugas
mencegah datangnya bantuan tentara Belanda dari arah Mogoewo. Dalam hal ini,
tugas mereka berhasil. Dari Mogoewo tidak ada gerakan maju atau bantuan dikirim
ke Djokja.
‗‘Menjelang pukul 12.00, bantuan pasukan Belanda yang sudah lama ditunggu,
akhirnya sampai di Djokja. Bukan dari Mogoewo, tetapi justru dari arah Utara.
Komandan Brigade yang berada di Magelang, Kolonel Van Zanten, datang dengan
87
bantuan Batalion KNIL paling tangguh. Mereka segera turun tangan, melaju untuk
memberikan bantuan. Kedua pasukan tersebut diberi nama julukan Andjing NICA dan
Gadjah Merah. Kedua-duanya veteran pertempuran di Sumatera dan Bali. Meskipun
demikian, kedua pasukan KNIL andalan tersebut memerlukan waktu sekitar satu jam,
untuk menghalau pasukan Republik dari seluruh wilayah Kota Djokja bagian Utara.‘‘
‗‘Waktu satu jam tersebut segera dimanfaatkan oleh TNI untuk mulai
mengundurkan diri, dengan mengorbankan tiga ratus prajuritnya gugur. Tetapi di
mata dunia, pasukan Belanda selama waktu enam jam telah menerima pukulan sangat
hebat, dengan terjadinya serangan gerilya pada siang hari…‘‘
Dari arah Selatan, bergerak maju pasukan SWK 1O2 dipimpinan Mayor
Sardjono. Kemudian dari arah Barat, pasukan SWK 103-A di bawah pimpinan Mayor
Soekasno dan dari arah Timur, pasukan SWK 105 di bawah komando Mayor
Soedjono.
Suksesnya serangan memang tak lepas dari dukungan pasukan Republik yang
berada di sekitar Djokja. Letnan Kolonel Soedarto, Komandan SWK 106 juga segera
melakukan operasi di wilayah tugasnya, Kulon Progo. Mereka berhasil mengikat satu
88
Kompi tentara Belanda penjaga Jembatan Bantar di Sungai Progo. Dengan demikian,
mereka tidak bisa bergerak kemana-mana, sekaligus mencegah datangnya bantuan
tentara Belanda dari arah Barat.
Catatan dalam buku Serangan Umum 1 Maret 1949 melukkiskan Susana saat
pertempuran berlangsung. ‗‘Dalam waktu singkat, hamper di setiap sudut kota, telah
berhasil dikuasai oleh TNI. Jalan Malioboro sampai Toegoe, dipenuhi pasukan
gerilya. Di sebagian rumah penduduk, mulai berkibar bendera Merah Putih. Rakyat
menyambut kemenangan tersebut dengan gembira. Mereka segera menyediakan
makanan dan minuman di depan rumah masing-masing.‘‘
‗‘Banyak ibu dan para wanita membawa bakul berisi makanan untuk dibagi-
bagikan kepada para gerilyawan. Hampir semua penduduk Djokja keluar rumah.
Mereka segera bergabung dengan TNI, memenuhi jalan-jalan di kota. Mereka merasa
bangga, oleh karena pasukan TNI sanggup menunjukan kekuatannya, meski dalam
keadaan kekurangan. Hari itu tanggal 1 Maret 1949, pejuang TNI bersama rakyat
telah memperoleh kemenangan besar.‘‘
89
tiba di Djokja, setelah berhasil mengatasi hambatan yang dilakukan oleh Peleton I
dan III Kompi Martono dan Kesatuan Brigade IX, di sepanjang perjalanan Magelang-
Djokjakarta. Bantuan pasukan Belanda tersebut terdiri dari Batalyon Gadjah Merah
dan Andjing NICA, diperkuat satu kompi panser dan satu peleton tank. Di samping
itu, bantuan udara taktis juga didatangkan dari Kalibanteng, Semarang.‘‘
Serangan ke Djokja pada siang hari tanggal 1 Maret 1949 dipimpin Letnan
Kolonel Soeharto. Tetapi, pernah ada yang meyangsikan, benarkah pengambil
inisiatif untuk melakukan serangan ada pada Soeharto? Sedangkat saat itu pangkatnya
hanya Letnan Kolonel?
Soeharto pada saat itu usianya belum genap 27 tahun. Dia dilahirkan di
Kemoesoek, Godean, beberapa kilometer arah Barat Djokja. Setelah mengikuti
latihan meter di Gombong, Jawa Tengah, dia dilantik sebagai Sersan KNIL. Pada
masa pendudukan Jepang, awalnya menjadi anggota Keiboidan, polisi, tetapi
kemudian masuk PETA, pasukan militer yang didirikan Jepang untuk petahanan
dalam negari, dengan pangkat Soedantjo, Komandan Peleton. Kemudian naik
menjadi Tjudantjo, Komandan Kompi.
90
dan Brigade X TNI dengan pangkat Letnan Kolonel serta memperoleh tugas
tambahan, Komandan Wehrkreise III. Bertugas mempertahankan Ibu Kota Republik
berikut seluruh wilayah Keresidenan Djokjakarta.
‗‘Pada waktu itu, dalam keadaan perang, di mana TNI yang memegang
komando, malahan juga memegang pemerintahan, kok sekarang akan disingkirkan
begitu saja? Polisi yang akan ditonjolkan, tentu saja akan bisa menimbulkan hal-hal
kurang baik, oleh karena itu saya tolak.‘‘
91
Soeharto menambah, ‗‘Sri Sultan memang belum banyak berhubungan
langsung dengan saya, selalu lewat kurir. Mungkin hal ini menimbulkan pertanyaan
dari Sultan, Harto ini mau membantu saya atau tidak? Sehingga terpaksa, harus saya
jelaskan sendiri, dengan masuk ke dalam kota, untuk bisa masuk ke Keraton….‘‘
Dalam pada itu, Sultan Hamengkoe Boewono IX sendiri juga sudah pernah
menjelaskan. Dia sampaikan pada peresmian Monumen1 Maret di depan kantor pos
Djokja, acara yang juga dihadiri Presiden Soeharto‘‘…bulan Desember, sekitar dua
minggu sebelum Belanda menyerbu Djokja, saya di panggil Pak Dirman dan
diberitahu, bahwa keputusan pemerintah, andaikata ada penyerbuan dari Belanda,
maka saya harus tetap tinggal di Kota, dengan memikul sendiri resikonya.‘‘
‗‘Jawaban saya, kalau memang itu sudah keputusan pemerintah, maka saya
akan berusaha menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Maka terjadi penyerbuan
92
daripada tentara Belanda, yang dinamakan Aksi Polisionil II dan semangat
perlawanan rakyat, umumnya berkobar-kobar.‘‘
‗‘Pada kira-kira akhir bulan Januari, saya mendapat berbagai laporan bahwa
semangat daripada rakyat di Kota ini, agak mengendor. Oleh karena itu merasa sangat
khawatir, bahwa kan bisa terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. Sudah tentu, hal ini
oleh pihak musuh juga membakar-bakar, agar supaya sesuatu terjadi, antara rakyat
kita dengan anak-anak yang sedang berjuang. Maka pada permulaan bulan Februri
saya minta agar bisa berbicara dengan Pak Harto, yang (daerah operasinya) berada di
sebelah Selatan Djokja. Maka kira-kira tanggal 10 Februari, kami mengadakan
perundingan…‘‘
‗‘Saya laporkan kepada Pak Harto, mengenai suasana di dalam Kota. Kita
beranggapan, satu-satunya jalan adalah melakukan SO, Serangan Oemoem.
Kebetulan saya mendengar dari radio, bahwa soal Indonesia akan segera dibicarakan
dalam United Nations pada sekitar akhir Februari, maka saya mengusulkan, agar
supaya dijadikan satu saja, untuk bisa memberikan semangat kembali kepada
penduduk di Kota ini, dan juga untuk menarik perhatian daripada United Nations.
Mengenai teknispelaksanaannya, saya serahkan sepenuhnya kepada Pak Harto. Maka
saya tidak tahu, bagaimana pada waktu itu, Pak Harto berhasil mempersiapkan
semuanya, hanya dalam waktu sangat pendek…‘‘
93
‗‘Pertempuran tanggal 1 Maret berlangsung dnegan sengit, meski tidak lebih dari
enam jam. Pasukan yang dikerahkan datang dari mana-mana.‘‘
‗‘Dari arah Selatan, intinya Batalyon Sardjono. Dari Barat pasukan Overste
Soehoed merupakan gabungan pasukan 151, Kompi 100, pasukan Kahar Moezzakar.
Dari arah Utara adalah Tentara Pelajar serta pasukan Akademi Militer, di bawah
pimpinan Mayor Koesno…‘‘
‗‘Berapa jumlah korban dalam pasukan kita, saya tidak tahu. Tetapi dari
Kompi saya saja, 12 orang gugur dan 20 orang mengalami luka-luka. Jumlah korban
tewas di pihak musuh juga, saya tidak tahu. Tetapi saya melihat sekitar 20 oarang
tentara Belanda mati, mayatnya berserakan di sepanjang Malioboro, Stasiun Toegoe
dan di pabrik paku Watson.‘‘
94
‗‘Ciri khas kepemimpinan Letnan Kolonel Soeharto, selalu berada di tengah-
tengah pasukan yang sedang dalam keadaan kritis. Dengan cara demikian, moril
pasukan bisa tetap tinggi, oleh karena mereka kemudian ikut berkeyakinan, pasti akan
dapat keluar dari kesulitan.‘‘
95
‗‘…sungguh beruntung, tiga orang Panglima Besar Soedirman yang sedang ikut
duduk, memakai pakaian abdi dalem serta berbaur dengan para abdi dalem asli.
Mereka bisa lolos dari pengamatan tentara Belanda. Padahal, kurir-kurir tadi sengaja
masuk Keraton untuk mendapatkan laporan mengenai jalannya Serangan Oemoem
yang baru saja selesai.‘‘
Dua hari kemudian, tanggal 3 Maret, sejumlah pesawat terbang melintas di atas
Keraton, berputar-putar sambil menukik. Menurut Sultan, dalam surat yang dia
kirimkan kepada sahabatnya di Batavia, Mr. Soedjono, ‗‘Sejak pukul 08.30 pagi,
rumah saya sudah dikepung. Di sebelah Utara tiga buah tank, di sebelah Selatan
beberapa bren-carrier dan banyak sekali perwira dan prajurit Belanda. Sekitar pukul
11.30 datang lima buah pesawat terbang pemburu. Mereka terbang berputar-putar di
atas rumah kediaman saya serta terbang menukik di atas Keraton, melakukan aksi
intimidasi. Pukul 12.00 tepat, Mayor Jendral Meijer, Komandan Teritorial Jawa
Tengah datang bersama Dr. Angent, Territorial Bestuurs Adviseur, Kolonel Van
Langen, Residen Stock yang juga Bestuurs Advisiuer untuk Djokja, berikut ajudan
serta Polisi Militer Pengawal…‘‘ Sultan menerima mereka dalam pakaian Jawa
sederhana tanpa membawa keris. Hanya didampingi, Pangeran Praboeningrat, salah
seorang saudaranya .
96
‗‘Semua tuduhan tersebut didengarkan oleh Sri Sultan dengan duduk sambil
ber-sedakep (kedua tangan disilangkan kedada) berikut senyuman sekilas…‘‘ Begitu
buku Tahta Untuk Rakyat dengan subjudul Celah-celah Kehidupan Sultan Hamengku
Buwono IX melukiskan pertemuan pada hari Kamis tengah hari tersebut.
Meijer:‘‘Mengapa Sri Sultan tidak mau keluar dari Keraton dan bergerak
dengan leluasa? Hal semacam ini, tinggal terus di dalam keratin justru membikin
kami curiga.‘‘
Sultan:‘‘Apalagi tanpa instruksi? Berarti anak buah Tuan berbuat tanpa perintah
dan telah berlaku indisipliner? Dan hal yang sama, dapat saja Tuan lalukan di
97
Keraton saya, oleh karena Tuan membawa senjata sedang saya tidak. Tetapi ingat,
sebelum Tuan melakukan hal itu, Tuan harus lebih dulu membunuh saya…‘‘
Ketegasan sikap Sultan, ternyata menimbulkan rasa respek besar dari Jendral
Meijer bersama rombongannya. Jika sebelumnya mereka datang dengan nada
angkuh, seketika itu juga langsung berubah sopan. Mereka keudian menjabat tangan
Sultan dengan hormat dan segera meninggalkan Keraton.
Selasa sore tanggal 1 Maret pukul 17.00 waktu setempat, Markas Besar KNIL,
di Batavia mengeluarkan release:‘‘Selasa pagi tadi, sekitar pukul 04.00, pos-pos
depan Tentara Kerajaan di perbatasan Djokja telah ditembaki. Pukul 06.00, di
berbagai tempat di dalam kota terjadi aksi penembakan secara gencar. Dua serangan
telah dilakukan oleh gerombolan bersenjata dari arah Barat, sedangkan percobaan
serangan ketiga dilakukan dari jurusan Selatan, di mana terletak kompleks Kerton.
‗‘Oleh karena itu, Komandan pasukan mintan izin untuk memasuki Keraton.
Permintaan tersebut segera dikabulkan oleh Sri Sultan sendiri. Beliau menerangkan,
bahwa di halaman dalam Keraton tidak ada anggota gerombolan pengacau.
Penyelidikan lebih lanjut tidak dilakukan, oleh karena pemimpin Tentara Kerajaan
berpegang kepada jaminan Sultan.‘‘
‗‘Kekacauan terakhir lebih kurang jam 11.00 pagi. Ditaksir ada sekitar 2000
orang anggota gerombolan, yang setelah menyusun kekuatan diluar kota, melakukan
serangan masuk ke kota. Para penyerang sekarang telah diceraiberaikan di semua
98
tempat, dengan menderita korban lebih dari 300 orang tewas terpaksa meninggalkan
sejumlah besar senjata berikut mayat-mayat. Di pihak Tentara Kerajaan, tercatat ada
enam orang gugur, di antaranya tiga orang anggota polisi. Selain itu, 14 orang
menderita luka-luka.‘‘
Nada pernyataan resmi otoritas militer Belanda di atas memang sangat optimis.
Usuh bisa dihalau dengan dengan cepat serta membawa kerugian besar kepada
gerombolan pengacau.pertempuran berlangsung singkat, musuh sudah berhasil
dihalau hingga lari keluar kota. Sementara ju,lah korban di pihak Tentara Kerajaan
sangat sedikit, hanya enam orang. Itu pun, yang tiga orang anggota polisi.
99
Wonosari, Gunung Kidul. Hubungan dari Wonosari akan bisa langsung diterima di
Boekittinggi, dari sini terus ke Atjeh, lantas ke Rangoon, kemudian ke New Delhi.‘‘
Dengan demikian, serangan pada tanggal 1 Maret tersebut, hari juga telah bisa
sampai serta sudah diterima negara-negara lain. Dan kemudian kembali ke wilayah
indonesia. Oleh karena itu, ketika pada Selasa sore, Dinas Penerangan Tentara
Kerajaan di Batavia mengeluarkan release mengenai Serangan Oemeom, segera
menjadi bahan ejekan.
Sebab tidak hanya tidak akurat, tetapi juga terlambat dan tidak lengkap. Oleh
Karena Kantor Berita asing dan juga berbagai stasiun radio di luar negeri, telah lebih
dahulu mengutip berita yang dikirim Soeharto, lewat pemancaran radio darurat milik
Angkatan Udara dari Gunung Kidul.
100
C. NASKAH NARASI
BABAK 1
101
untuk tetap tinggal di Djokja, dengan menanggung sendiri
resikonya.‘‘
Sri Sultan : ‗‟kalau itu memang sudah keputusan pemerintah, maka saya akan
berusaha menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya.‘‘
Soeharto : ‗‟MERDEKA,,,‘‘
Soeharto : ‗‟Yang mulia Sri Sultan, keadaan kita saat ini sudah diujung
tanduk, Belanda tidak mau menyerah.‘‘
102
Sri Sultan : ‗‟Ya, Pak Harto… keadaan di dalam kota juga kurang baik.‘‘
Pangeran Praboeningrat:‟‟Betul,,, kita tidak bisa terus seperti ini. Kita harus
meyakinkan rakyat dan mengembalikan semangat mereka.‘‘
(sahutnya dengan penuh semangat)
Sri Sultan : ‗‟Begini, Pak Harto. Menurut laporan yang saya dapatkan,
semangat dari rakyat kota ini agak mengendor. Saya khawatir,
akan terjadi hal yang tidak diinginkan. Dan kondisi ini sangat
menguntungkan untuk musuh.‟‟
Soeharto :‘‘ Apapun titah dari yang mulia untuk keluar dari kondisi ini akan
saya lakukan,
Soeharto ;‘‘ Baik yang mulia, akan saya laksanakan.‘‘(sambil berdiri dan
berjabat tangan sebagai pertanda kesepakatan)
BABAK II
103
‘‘Menurut laporan yang saya terima bahwa;
3. Berita yang saya dengar dari radio yang mana akan dilaksanakan
sidang dengan dewan keamanan PBB pada akhir Februari.
Sekian, Merdeka.‘‘
Adegan : (Pak Dirman membaca surat yang dikirim oleh Sri Sultan HK IX
kemudian langsung membalasnya dengan surat.yang berisi bahwa
Jendral menyetujui usulan tersebut dan melimpah tugas untuk
mengatur taktik serangan kepada Letnan Kolonel Soeharto sebagai
Komandan Wehrkreise III yang berada di wilayah Ibu Kota
Djokjakarta‘‘)
Pak Dirman : ‗‟Para pejuang yang saya cintai berdasarkan surat yang saya
dapat dari yang mulia Sri Sultan, oleh sebab itu saya meminta
kepada prajurit untuk bersama-sama membentuk strategi
pertahanan dari luar kota Djokja untuk menangkal bantuan
Belanda.‘‘
Letkol. Soeharto:‟‟Belanda menduduki kota. Pasukan akan saya tarik keluar kota
dulu sampai keadaan memungkinkan.belanda tidak akan bisa
berbuat banyak di luar kota.saya sudah perintahkan Lettu.
Marsudi untuk menggalangkan kekuatan di dalam kota, dan
bekerjasama dengan pemerintahan sipil, dalam hal ini Sri Sultan
dan Walikota. Kita tetap bergerilya dari luar karena ada
105
pergeseran pasukan WK 3 maka WK 3 akan dibagi ke dalam sub
WK.
Letkol Soeharto: ‗‘ Serangan yang akan dilakukan pada pos-pos Belanda akan
dilakukan berdasarkan daerah masing-masing sub WK.‘‘
Mayor Ventje :‟‟Betul, saya setuju. Kita harus tetap melakukan perlawan sesuai
perintah Panglima.‟
Letkol. Soeharto: ‗‘ Baik, untuk lebih jelasnya, Mayor Ventje Soemoel SWK 103-A
dari arah sudut Barat kota, Mayor Sardjono SWK 102 dari arah
Selatan kota , Mayor Soekasno SWK 104 dari arah Utara kota,
sedangkan Mayor Soedjono SWK 105 dari arah Timur kota.‟‟
106
Klaten, terletak antara Kota Djokja dengan Solo. Sesuai hasil rapat
koordinasi dengan Soeharto di Desa Ngingil, Soenitioso bertugas
menangkal datangnya bantuan dari arah Solo. „‘
BABAK III
Narasi : Tepat pukul 06.00 pagi tanggal 1 Maret 1949, sirene di atas
menara besi samping Pasar Beringhardjo, berbunyi nyaring
memecah kesenyapan. Selama tiga bulan terakhir, bunyi sirene
tersebut menyatu dengan kehidupan seharian masyarakat Djokja.
Berawal sejak tentara Belanda menduduki Ibu Kota Republikdan
mereka langsung menerapkan jam malam. Penduduk dibenarkan
berada di luar rumah, sejak pukul 21.00 malam sampai 06.00 pagi.
107
mudah didapat. Pemakaian tanda tersebut sebenarnya diambili
kisah pewayangan, dari cerita Anoman Obong. Menurut kisahnya
barangsiapa memakai tanda tersebut untuk mengambil suri teladan
tradisi Jawa, agar semuanya bisa selamat dalam pertempuran…
Prajurit :‟‟tembak,,‘‘(teriak)
108
Prajurit : ‗‟siap,,,,‘‘
Narasi : Dalam keadaan gelisah, tentara Belanda mulai hubungan radio, meminta
bantuan pasukan dari Magelang dan Semarang. Pukul 11.00
bantuan dari Magelang tiba di Djokja, setelah berhasil mengatasi
hambatan yang dilakukan oleh Peleton I dan III Kompi Martono
dan Kesatuan Brigade IX, di sepanjang perjalanan Magelang-
Djokjakarta. Bantuan pasukan Belanda tersebut terdiri dari
Batalyon Gadjah Merah dan Andjing NICA, diperkuat satu kompi
panser dan satu peleton tank. Di samping itu, bantuan udara taktis
juga didatangkan dari Kalibanteng, Semarang.
109
Pertempuran di Alun-alun Utara di atas kemudian berbuntut
panjang. Tentara Belanda merasa mendapat tambahan dari arah
Keraton. Oleh karena itu, konvoi yang didatangkan dari Magelang
segera melaju, melintas Alun-alun, berhenti di depan Magangan,
pintu kiri Keraton. Atas perintah Sultan, pintu gerbang dibuka, dan
beliau sendiri menyongsong mereka. ‘Memang Keraton Djokja
dengan beberapa bentuk bangunannya, memberi banyak
kemungkinan bagi seseorang untuk membenamkan diri, sementara
jumlah abdi dalem yang banyak, merupakan lingkungan yang ideal
untuk menyusup. Tetapi perlawanan Belanda tersebut dapat
dihalaukan oleh tentara Indonesia.
Adegan : (Mayor dari setiap Batalyon melapor ke Letnan Soeharto dan memberi
hormat)
Mayor Ventje :‘‘ Pasukan SWK 103 juga sudah mengamankan arah Barat.‘‘
Mayor Soekasno: ‗‟Pasukan SWK 103 juga sudah mengamankan arah Utara.‘‘
Mayor Soedjono:‟‟Pasukan SWK 105 juga sudah mengamankan arah Timur kota.‘‘
110
Narasi : Belanda diserang dari segala arah dan betul-betul terkepung, Belanda
kesulitan untuk menenrima bantuan karena pasukan gerilya RI ada
dimana-mana. Dalam waktu singkat, hampir di setiap sudut kota,
telah berhasil dikuasai oleh TNI. Jalan Malioboro sampai Toegoe,
dipenuhi pasukan gerilya. Di sebagian rumah penduduk, mulai
berkibar bendera Merah Putih. Rakyat menyambut kemenangan
tersebut dengan gembira. Mereka segera menyediakan makanan
dan minuman di depan rumah masing-masing.
Widodo : ‗‟Dari Kompi saya, ada 12 orang gugur dan 20 orang luka-luka. Di
pihak Tentara Kerajaan, tercatat ada enam orang gugur, di
antaranya tiga orang anggota polisi. Selain itu, 14 orang menderita
luka-luka.‟‟
Narasi : Dengan demikian, serangan pada tanggal 1 Maret tersebut, hari juga
telah bisa sampai serta sudah diterima negara-negara lain. Dan
kemudian kembali ke wilayah Indonesia. Oleh karena itu, ketika
pada Selasa sore, Dinas Penerangan Tentara Kerajaan di Batavia
111
mengeluarkan release mengenai Serangan Oemeom, segera menjadi
bahan ejekan.
Sebab tidak hanya tidak akurat, tetapi juga terlambat dan tidak
lengkap. Oleh Karena Kantor Berita asing dan juga berbagai stasiun
radio di luar negeri, telah lebih dahulu mengutip berita yang dikirim
Soeharto, lewat pemancaran radio darurat milik Angkatan Udara
dari Gunung Kidul.
112
BAB V
PERISTIWA G30S/PKI TAHUN 1965
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. MATERI AJAR
113
semakin menajam di dalam negeri. Di satiu sisi negara menghadapi keadaan
ekonomi yang menyedihkan. Penagihan pajak ambruladul, jaringan jalan
terabaikan dan pembangunan berhenti akibat ketiadaan modal. Kinerja jasa
jaringan telepon sangat buruk dan di kota-kota sering harus dilakukan oleh kurir-
kurir. Menurun nilai tukar resmi, satu dollar AS dihargai 45 rupiah, tetapi
kenyataannya untuk satu dollar itu orang harus mengeluarkan Rp. 8.500, inflasi
yang sangat besar selama tahun 1965 bahkan meloncak sampai 500 persen. Harga
beras pada tahun itu membengkak menjadi sembilan kali lebih tinggi dari
sebelumnya. Untuk tahun anggaran yang berjalan (18965) tidak mungkin untuk
menyususn rancangan pendapatan dan pengeluaran negara. Tidak mengherankan
bahwa para pengamat sampai pada kesimpulan bahwa rezim Sukarno dalam tahun
1965 ‗‘menuju kearah keruntuhan total‘‘.
Salah satu cara yang ia gunakan adalah ‗‘Angkatan Kelima‘‘ sebagai alat
pendongkrak. Beberapa kalangan politik berpendapat bahwa ada baiknya untuk
114
membentuk suatu ‗‘milisi rakyat‘‘ dengan mempersenjatai petani dan orang-orang
sipil. Karena kekuatan itu dapat memberi sumbangan pada usaha-usaha yang
dirancangkan dalam rangka politik konfrontasi. Dengan demikian maka tekanan
Militer khususnya Angkatan Darat dapat diperingan. Gagasan untuk membentuk
‗‘Angkatan Kelima‘‘ dicetus oleh pihak komunis Cina, yang berusaha mendorong
Sukarno menerima gagasan itu ketika ia mengunjungi Cina akhir tahun 1964.
Tidak lama kemudian dalam kerja sama mulus antara para kamerad Cina dan
Indonesia gagasan ‗‘Angkata Kelima‘‘ itu muncul di permukaan dan dioper
sebagai inisiatif oleh pimpinan PKI.
Jelas bahwa bagi PKI, dan sampai taraf tertentu juga Sukarno, mempunyai
pandangan lain sama sekali mengenai angkatan itu. PKI merupakan partai yang
memiliki organisasi yang luas dan, paling sedikit di atas kertas, didukung jutaan
anggota. Partai ini juga memiliki jaringan cabang yang tersebar diseluruh
nusantara, dan khususnya sangat kuat di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di
samping itu terdapat pula organisasi-organisasi massa, yang terbuka maupun yang
tidak menjalin hubungan terbuka dengan PKI, seperti serikat buruh dan tani
SOBSI dan BTI. Organisasi-organisasi ini konon juga memiliki jumlah anggota
jutaan orang. Pimpinan PKI memang merasakan masih ada kekurangan, karena di
bidang Militer bahkan paramiliter, pihak komunis tidak diperhitungkan. Dalam
pengaturan kenegaraan di Indonesia memang secara ketat tertata pemilahan
kekuasaan. Dalam hal ini monopoli untuk melancarkan kekuatan di bidang
eksternal berada di tangan Angkatan-angkatan Darat, Laut, dan Udara. Di bidang
internal Angkatan Kepolisianlah yang berperan. Tetapi kenyatannya
menyuguhkan gambaran yang agak berbeda, hal mana antara lain disebabkan juga
akibat perkembangan historis. Dari perlawanan terhadap Belanda setelah Perang
Dunia Kedua muncul suatu organisasi Militer yang sejak masa itu secara
tradisional dilandasi rasa memenuhi panggilan dan tugas untuk harus mengamban
misi kemasyarakatan. Rasa pengambanan itu tidaklah berubah. Inilah sebabnya
Angkatan Darat senantiasa terlibat menangani soal-soal kemasyarakatan dalam
115
pelaksanaan kekuasaannya. Dalam hubungan ini Angkatan Laut dan Angkatan
Udara hanyalah berperan terbatas. Atas dasar inilah Angkatan Darat Indonesia
memainkan peran yang lebih bersifat politik di bandingkan dengan keadaan di
negara-negara baru bekas jajahan lainnya. Juga di bidang ekonomi Angkatan
Darat kian berperan, misalnya ketika perusahan-perusahan Belanda dan asing
lainnya diambil alih dalam kebijaksanaan nasionalsasi. Sering Angkatan Darat
mengatasi fakum yang terjadi dalam pimpinan perusahan–perusahan itu dengan
menugaskan perwira-perwiranya untuk memimpin perusahan–perusahan tersebut.
Argumentasi bahwa tindakan itu hanya bersifat sementara ternyata tidak demikian
halnya. Dalam hubungan ini secara perlahan-lahan pimpinan Angkatan Darat,
khususnya para panglima daerah, berhasil memegang kekuasaan di bidang
ekonomi.
Insiden yang terjadi di Sumetra Utara tanggal 13 Mei 1965 bagi PKI
merupakan ujian mengenai makna usaha untuk mempersenjatai rakyat. Dalam
insiden itu sekelompok petani yang telah dipengaruhi sejumlah anggota kader
116
PKI berusaha untuk menanami tanah milik Perusahan Bandar Betsy. Hal itu
memang sudah mereka lakukan selama bertahun–tahun. Seorang bintara
Angkatan Darat dengan dibantu beberapa orang berusaha menghalangi beberapa
petani itu karena tanah tersebut bukan milik mereka. Bintara ini kemudian
dibunuh oleh para petani tersebut. Insiden ini oleh pihak Angkatan Darat
ditanggapi sangat serius. Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal Yani
kemudian menegaskan bahwa provokasi semacam itu dari pihak PKI tidak akan
ditoleransi lagi.
117
Pada pagi harinya sebelum pertemuan itu, Waperdam 1 (wakil perdana
menteri satu) Subandrio, yang juga merupakan kepala BPI (Badan Pusat Intelijen)
mengungkapkan untuk pertama kalinya ada suatu kolompok subvertif yakni
Dewan Jenderal. Tidak kebetulan Subandrio mengungkapkan hal itu sebelum para
panglima bertemu dengan Sukarno. Tetapi yang lebih menarik apalagi adalah
bahwa ungkapan itu dibuat dalam suatu pertemuan yang dihadiri orang-orang
komunis. Dalam pertemuan itu Subandrio juga megatakan bahwa Presiden
mempunyai bukti–bukti bahwa para Jenderal itu berkomplot dengan duta besar
Inggris di Jakarta., SIR Andrew Gilchrist.
Dengan pertemuan para panglima angkatan kemudian pada hari itu terjadi
konfrontasi, pecah pertengkaran antara Presiden dan Yani. Yani membantas tegas
bahwa ia atau sesama jenderalnnya berkomplot terhadap Sukarno apalagi
berkomplot dengan Inggris. Juga mengenai insiden di Bandar Batsy, Yani
melampiaskan kejengkelannya.
Pada waktu itu antara Presiden dan pimpinan Angkatan Darat seakan-akan
terjadi permainan pingpong politik. Pers secara luas memberitakan hal itu.
Menyusul pertengkaran tanggal 26 Mei itu, Sukarno rupanya ingin meredakan
tegangan. Dalam suatu pernyataan di depan sejumlah panglima daerah pada
tanggal 28 Mei, ia mengatakan bahwa masalahnya tidaklah berkisar pada
mengangkat komandan-komandan serta wakil-wakil mereka mempunyai
kayaninan politik tertentu. Masalahnya adalah soal ‗‘semangat dan persatuan
Nasakom‘‘. Dengan pernyatan itu rupanya Presiden menerima bahwa usaha
Nasakomnisasi di bidang Militer harus ia kesampingkan sementara.
118
20 Mei di Lembaga Pertahan Nasional di Bandung, yang tidak hanya diikuti
pihak tentara, Sukarno mengetengahkan bahwa ia ‗‘masih belum‘‘ menampung
gagasan untuk mempersenjatai para petani dan kaum buruh. Sekalipun demikian
ia menganggap ‗‘soalnya penting‘‘. Pada tanggal 31 Mei ia bahkan melangkah
lebih jauh lagi. Dalam sambutan yang berlangsung juga di Lembaga Pertahanan
Nasional dan khusus diselenggarakan untuk para komandan dari ketiga angkatan
bersenjata dan kepolisian, ia menasihati agar ‗‘usulannya‘‘ untuk mempersenjatai
petani dan buruh dipertimbangkan secara sungguh-sungguh. Ia juga
menyarankan para komandan itu untuk mengemukakan juga saran–saran mereka.
Rupanya masalah ‗‘Angkatan Kelima‘‘ itu sangat meggores kalbunya. Tidak lama
kemudian tanggapan pertama datang dari Angkatan Baersenjata . Marsekal
Madya Udara Omar Dani, Panglima Angkatan Udara, menyetujui rangsangan
Sukarno dan mengumumkan bahwa Angkatan Udara sepanjang tersangkut
pembentukan ‗‘Angkatan Kelima‘‘ menyetujui bulat pandangan Presiden. Yani,
sementara itu, memperdengarkan suara lain: ‗‘Angkatan Kelima‘‘ adalah masalah
yang harus diputuskan Presiden.
119
Ketika itu terjadi persaingan dua istilah. Pertama, Gestok yang diucapkan
dalam pidato-pidato Presiden Soekarno, singkatan dari Gerakan Satu Oktober.
Alasannya, peristiwa itu terjadi dini hari tanggal 1 Oktober. Sebaliknya pers
Militer menyebutnya Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh). Istilah ini
menyalahi kaidah bahasa Indonesia, namun sengaja dipakai untuk
mengasosiasikannya dengan Gestapo, polisi rahasia Nazi Jerman yang kejam itu.
Tahun 1966 rezim orde baru telah memakai istilah G30S/PKI. Sejak itu,
buku-buku yang memuat versi lain dilarang. Diluar negeri misalnya, terbit tulisan
Ben Anderson dan Ruth Mcvey (1966) yang menganggap ini persoalan internal
angkatan darat.
Namun, terbitnya buku-buku yang ditulis tokoh kiri seperti Kolonel Latief
dan Sulami sekretaris Gerwani, memperkuat alasan untuk meragukan versi
pemerintah. Mereka mengaku disiksa sebelum dan sesudah masuk penjara. Dari
proses pemeriksaan yang penuh siksaan, tentu hanya dihasilkan laporan dan
persidangan yang disampaikan secara terpaksa meski tidak benar demikian.
Padahal, alasan utama menganggap PKI sebagai dalang G30S adalah pengakuan
tokoh-tokoh kiri itu.
Maka, muncul versi lain yang sebetulnya sudah terbit di luar negeri, hanya
saja belum beredar di Indonesia semasa Soeharto berkuasa. Misalnya pendapat
121
dua ilmuan Cornel University-AS, Benedict R.Anderson dan Ruth MC. Vey,
bahwa peristiwa G30S Merupakan puncak konflik intern di tubuh Angkatan
Darat. Harold Crouch mengatakan, menjelang tahun 1965, SUAD (Staf Umum
Angkatan Darat) pecah menjadi dua faksi. Kedua faksi itu sebetulnya sama anti-
PKI, tetapi berbeda sikap dalam menghadapi Presiden Soekarno.
Yang pertama adalah ‗‘faksi tengah‘‘ yang loyal terhadap Presiden Soekarno,
dipimpin Men/Pangad Letjen Ahmad Yani, hanya menentang kebijakan Sukarno
tentang persatuan nasional, di mana PKI termasuk di dalamnya. Kelompok kedua
‗‘faksi kanan‘‘ bersikap menentang kebijakan Ahmad Yani yang bernapaskan
Sukarnoisme. Dalam faksi ini ada Jenderal Nasution dan Mayjen Soeharto.
Menjelang tahun 1965, Sukarno mencium faksionalisme itu dan memulai
memecah belah kedua kubu itu.
Bukan hanya lembaga atau kelompok, pribadi tokoh pun dikaitkan dengan
peristiwa itu. Menurut Antonie Dake dan John Hugnes , Presiden Sukarno terlibat
dala intrik itu. Menurut mereka, G30S adalah skenario yang disiapkan Sukarno
untuk melenyapkan oposisi sebagian perwira tertinggi AD. PKI ikut terseret
akibat amat tergantung kepada Sukarno. Belakangan, pejabat yang disoroti punya
andil dalam gerakan itu adalah Jenderal Soeharto sebagaimana dituduhkan oleh
bekas anak buahnya, Kolonel Latief.
Sebagai konsekuensi dari perang dingin antara blok kapitalis dengan blok
komunis, Amerika Serikat saat itu menghadapi Vietnam Utara yang dibantu Uni
Soviet berkepentingan agar Indonesia tidak jatuh ke tangan kelompok kiri. CIA
membantu dengan berbagai cara dan pengucuran dana, segala usaha untuk
menghancurkan PKI. Dalam dokumen itu terungkap bantuan yang diberikan
pihak Amerika Serikat sebanyak Rp. 50 juta (?) kepada KAP (Komite Aksi
Pengganyangan) Gestapu melalui perantara Adam Malik. Sebagaimana diketahui,
KAP Gestapu dipimpin Subscan Z.E (almarhum) dari NU dan Harry Tjan Silalahi
(Katolik).
1. Membiarkan saja;
2. Membujuk Sukarno mengubah kebijakan;
3. Menyingkirkan Sukarno;
4. Mendorong Angkatan Darat mengambil alih kekuasaan;
5. Merusak kekuatan PKI;
6. Merakayasa kehancuran PKI sekaligus kejatuhan Soekarno.
123
Indikasi keterlibatan pemeritah/Dinas Rahasia Inggris dan Australia juga ada.
Namun, hal itu lebih tampak setelah peristiwa G30S. Pihak Inggris membantu
propoganda untuk menghancurkan PKI.
Menurut Mike Head (1999) ‗' peran Australia adalah sama aktifnya dengan
peran Pemerintah Amerika Serikat, meski skalanya lebih kecil. Dalam telegram
yang dikirim dari dan kedutaan Australia di Jakarta, tercermin sikap bahwa
Soeharto ‗‘harus bersikap lebih keras untuk menghancurkan semua dukungan
bagi PKI‘‘.
125
Karno dengan menangkap 15 menteri yang Sukarnois, termasuk Soebandrio.
Tahap keempat, mengambil alih kekuasaan dari Presiden Soekarno.
Peristiwa itu tidak hadir seperti butir-butir pasir. Peristiwa itu btidak berdiri
sendiri dan terisolasi. Peristiwa itu bukan mahluk, tetapi persilangan rute/trayek.
Peristiwa itu bukan benda. Peristiwa adalah potongan realitas yang kita tangkap
dari subtansi (manusia, benda) yang berinteraksi. Bila melihat sebuah kubus, kita
tidak dapat melihat semua sisinya sekaligus. Tetapi, kita dapat melipatgandakan
seudut pandang ini dengan memutarnya. Peristiwa itu bukan totalitas tetapi
simpul dari jaringan.
Apa yang dilakukan dari versi yang beragam itu? Tugas sejarawaan kadang
kala ibarat dokter, seperti pernah dikatakan Marc Ferro. Ia melakukan diagnose,
berbagai versi itu termasuk bagian dari diagnose. Sang dokter berusah
126
menyimpulkan, artinya membuat sintesa dari berbagai versi tadi dan mengeluaran
pendapat.
Kasus G30S kita jadikan contoh. Kita tahu, gerakan ini menyebut diri sebgai
Gerakan Tiga Puluh September. Karena itu lebih obyektif bila peristiwa itu
disebut sebagai G30S., bukan Gestapu dan bukan pula Gestok. Ada beberapa
fakta yang dapat diterima. Pertama, yang diculik adalah perwira Militer
(khususnya Angkatan Darat) yang menculik dari resimen Cakrabirawa yang juga
berasal dari unsur Angkatan Darat. Beberapa pimpinan PKI (Dalam Hal Ini Biro
Khusus) seperti Aidit dan Sjam, dipercayakan terlibat dalam gerakan itu. Sjam
sendiri masih misterius, apakah dia doebel agent (AD dan Biro Chusus PKI)
bahkan triple agent (AD, Biro Chusus PKI, dan CIA)? Beberapa dinas rahasia
asing juga berperan sebagai CIA. Pada tingkat Lokal, Kodam Diponegoro, Jawa
Tengah, merupakan kodfam yang paling ‗‘terlibat‘‘ G30S. para pelaku dan
pemberantas gerakan ini paling banyak berasal dari Kodam ini. Dari data yang
sudah diterima, dibuat narasi tentang G30S.
Namun, itu saja tidak cukup. Sebuah peristiwa juga memiliki unsur
kausalitas, hubungan sebab akibat. Kondisi nasional sebelum 30 September 1965
menjadi latar belakang meletusnya gerakan ini. Saat itu Indonesia mengalami
krisis ekonomi, sosial, dan politik yang parah. Dalam konteks internasional,
sedang berkecamuk perang dingin. Amerika Serikat berkepentingan agar
Indonesia tidak jatuh ke tangan komunis.
127
4. Kolonel Latief dan Pelurusan Sejarah
Tanggal 6 April 2005 pagi Kolonel Abdul Latief wafat di Jakarta dalam usia
78 tahun. Ia tokoh sejarah yang memegang peran kunci dalam peristiwa G30S
tahun 1965.
Ada beberapa varian kudeta merangkak, antara lain yang disampaikan oleh
Saskia Wieringa, Piter Dale Scott, dan paling akhir Soebandrio. Mantan Kepala
Badan Pusat Intelijen (BPI) ini membagi kudeta merangkak itu atas empat tahap:
1. Menyingkirkan para jendral saingannya melalui pembunuhan yang terjadi
tanggal 1 Oktober 1965 dini hari; 2. Membubar PKI, partai dengan jumlah
anggota berapa juta orang, yang menjadi pendukung Bung Karno; 3. Menagkap
15 orang menteri yang loyal kepada Presiden Soekarno; 4. Merenggut kekuasaan
dari Sukarno.
Tahun 1960-an kekuasaan terpusat pada tiga pilar: PKI, Angkatan Darat, dan
Sukarno di puncak piramida. PKI kian di atas angin. Kiprah politik mereka
dilukiskan Arbi Sanit dalm buku Badai Revolusi, Sketsa Kekuatan Politik PKI di
Jawa Tengah dan Jawa Timur (2000). Konflik budaya tampak pada buku D.S.
Moeljanto dan Taufik Ismail, Prahara Budaya (1995). Sementara ‗‘aksi sepihak‘‘
diuraikan Aminuddin Kasdi (Kaum Merah Menjarah, Aksi Sepihak PKI/BTI di
Jawa Timur 1960-1965,2001). Soegianto Patmo (Gerakan Protes Petani Klaten
1959-1965,2000), dan Fadjar Praktikto (Gerakan Rakyat Kelaparan di Gunung
Kidul. 2000).pada akhir era demokrasi terpimpin, ada upaya menulis sejarah dari
perspektif kiri. Untuk mengantisipasi ini, tahun1964 A.H.Nasution membentuk
Biro Khusus Sejarah Staf Angkatan Bersenjata cikal bakal Pusat Sejarah ABRI.
131
Tebu, juga terbit suntingan Robert Crib, pembantaian PKI di Jawa/Bali
1965/1966. Tentang Pulau Buru selain Nyanyi Sunyi Seorang Bisu karya
Pramoedya Ananta Toer, terdapat beberapa kesaksian, yang terakhir adalah
Memoar Pulau Buru karya Hesri Seriawan.
Sebelumnya, sejarah ditulis dari sudut penguasa. Kini muncul tulisan dari
perspektif korban. Dalam hal ini sejarah lisan sangat berperan karena membuat
korban bersuara. Dua buku paling menonjol adalah Tahun yang Tak Pernah
Berakhir, Menghayati Pengelaman Korban 1965, dan Menembus Tirai Asap,
Kesaksian Tahanan Politik 1965.
Buku pertama sangat monumental, 260 orang dari seluruh Indonesia bersaksi
melalui metodologi sejarah lisan yang ketat. Maka terungkaplah pola
penangkapan/pembantaian setelah 1 Oktober 1965. Seluruhnya melanggar
hukum, tidak satupun dilengkapi surat perintah resmi. Tidak terbayang derita
batin para korban. Perempuan mendadak jadi kepala keluarga dan tak luput dari
pemerkosaan bergilir. Puluhan sketsa menggambarkan siksaan sadis dipenjara.
132
Karya pengarang kiri banyak beredar, antara lain diterbitkan Pustaka Jaya.
Ratna Sarumpaet mementaskan drama Anak Kegelapan dilengkapi dengan DVD.
Berita terbaru, Leontin Dewangga, kumpulan cerpen Martin Aleida – sebagian
tentang derita korban 1965 – menerima Penghargaan Penulisan Karya Sastra
Pusat Bahasa 2004 pada 1 Oktober 2004.
Padahal, selama puluhan tahun ketetapan (Tap) MPRS inilah yang menjadi
‗‘cantolan‘‘ berbagai peraturan diskriminatif yang menimpa jutaan warga
134
Indonesia. Misalnya sebuah keputusan Menteri Dalam Negeri tahun 1981 tentang
larangan menjadi pegawai negeri sipil (PNS), ANGGOTA TNI/Polri, guru,
pendeta, dan sebagainya bagi mereka yang terlibat lagsung atau tidak langsung
dalam G30S/1965 dan mereka yang tidak ‗‘bersih lingkungan‘‘. Demikian pula
ketentuan untuk memperoleh KTP seumur hidup bagi mereka yang berusia di atas
60 tahun tidak diperlakukan bagi kelompok itu, lagi-lagi berdasarkan Tap MPRS
itu.
Upaya untuk mencabut stigma buruk bagi mereka yang terlibat langsung atau
tidak langsung dalam peristiwa 1965 beserta keluarganya yang tinggal melalui
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yang itu pun masih panjang prosesnya.
Saat ini Rancangan Undang-undang KKR sudah ada di DPR tetapi belum
dibicarakan. Tentu ini akan memakan waktu. Sementara pelaksanaan tugas dari
KKR itu sendiri tentu akan berlangsung lebih dari setahun.
Namun, saat ini berembus angin segar di tengah teriknya matahari saat
Mahkamah Agung (MA) menulis surat kepada Presiden Megawati Soekarnoputri.
Nomor KMA/403/VI/2003 (12 Juni 2003), yang ditandatangani Ketua MA Bagir
Manan. Dalam pertimbangan surat itu disebutkan berdasarkan pasal 37 UU
Nomor 14 Tahun 1985, MA dapat memberi pertimbangan dalam bidang hukum,
baik diminta maupun tidak, kepada lembaga tinggi negara lainnya. Belakangan ini
MA telah menerima surat dari perorangan atau kelompok masyarakat yang
menyatakan diri sebagai Korban Orde Baru dan menginginkan rehabilitasi.
Padahal, wewenang rehabilitasi tidak ada pada MA, tetapi merupakan hak
prerogratif presiden.
Dalam pemberian rehabilitasi itu, berdasarkan Pasal 14 Ayat (1) UUD 1945
yang sudah diamandemen, sebenarnya Presiden RI dapat memberikan rehabilitasi
karena telah mendapat rekomendasi dari MA. Pasal 14 UUD 1945 yang sudah
diamandemen berkaitan dengan hak prerogratif presiden: Ayat (1), Presiden
memberikan Grasi dan Rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan
135
Mahkamah Agung. Ayat (2), Presiden memberikan Amnesti dan Abolisi dengan
memerhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.
Ada pendapat, rehabilitasi hanya bisa diberikan kepada mereka yang sudah
pernah dihukum namun, ada pandangan lain, namun mereka yang tidak pernah
diadili namun pernah menjalani hukuman seperti di buang ke Pulau Buru, dapat
direhabilitasi nama baiknya. Biasanya rehabilitasi itu disertai kompensasi atau
ganti rugi. Namun, ganti rugi itu tidak harus berbentuk uang, dapat pula berupa
natura (paket kredit usaha, beasiswa kepada anak-anak mereka, dan lain-lain).
Jika pemerintah tidak mampu karena kondisi ekonomi amat terpuruk dewasa
ini, dapat saja kompensasi itu ditangguhkan sampai keadaan keuangan negara
mengizinkan. Banyak di antara korban peristiwa 1965 yang sebelumnya bekerja
sebagai PNS maupun TNI/Polri. Bila hak mereka dipulihkan, berarti kan
diberikan tunjangan pensiun bagi orang-orang itu. Namun, bila kini hal itu tidak
136
sanggup dipenuhi, hal itu bisa ditunda. Bagi korban 1965 dan keluarganya,
rehabilitasi nama baik itu merupakan hal baik yang paling utama.
137
7. Pembantaian 1965, Kekerasan Terbesar dan Rekonsialiasi
Dari sepuluh besar pelanggaran HAM, yang paling besar adalah pembantaian
tahun1965 yang menurut hemat saya menjadi tanggung jawab rezim Orde Baru
(Orba).
Bila salah satu tanggal itu dipilih maka pembantaian yang terjadi terutama
Oktober sampai Desember 1065 tidak termasuk Orba. Menurut hemat saya,
pembantaian tahun 1965 adalah awal Orba bukan akhir Orba. Ada beberap alasan
untuk menganggap 1 Oktober 1965 sebagai tanggal lahir Orba.
Informasi itu lalu diserap Koran-koran lain yang baru boleh terbit 6
oktober 1965. Itu yang lalu dijadikan bahan pengajaran sejarah di sekolah.
Dengan demikian, tanggal 1 oktober 1965 adalah sekaligus tanggal Soeharto
mulai merebut kekuasaan, mempertahankan kekuasaan (dengan memonopoli
informasi) dan mengawetkan kekuasaan (dengan mengendalikan penulisan
sejarah).
138
Pencobaan kudeta yang gagal 1 Oktober 1965 diikuti pembataian misal di
Indonesia. Banyak sumber yang memberitakan jumlah korban pembantaian tahun
1965/1966 terutama di Jawa, Sumatera, dan Bali. Jumlah korban pembantaian
tahun 1965/1966 itu tidak mudah diketahui persis. Bila semuannya dijumlah dan
dibagi 39, didapat angka rata-rata 430.590 orang.
Pertama, budaya amuk yang dipercayai, paling tidak oleh pengamat Barat,
sebagai unsur penopang kekerasan.
Peran Harian Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha juga amat krusial.
Surat kabar ini mula-mula yang menyebarkan berita sadis mengenai Gerwani
yang menyilet kemaluan para Jenderal. Padahal berdasar visum et repertum
dokter seperti diungkapkan Ben Anderson (1987) para jenazah hanya mengalami
139
luka tembak dan memar terkena gagang senjata atau terbentur dinding sumur.
Berita tentang kekejaman kelompok wanita kiri ini memicu kemarahan
masyarakat.
Keterangan Robert Cribb itu perlu diteliti ulang. Hingga kini hanya satu -
dua buku tentang pembantaian tahun 1965/1966. Seyogianya dilakukan banyak
riset tentang periode yang kelam dalam sejarah Indonesia itu. Dari segi jumlah
jiwa, jumlah korban kekerasan pada masa sebelum tahun 1965 lebih kecil (bahkan
amat kecil) bila dibanding korban pembantaian pasca G30S. Namun, saya sengaja
menyandingkan dan menghubungkan masa pra – 1965 dan pasca – 1965 dengan
mengatakan, pembunuhan massal yang terjadi (terutama banser NU) di Jawa
Timur misalnya hanya reaksi atas konflik sosial yang telah tumbuh sebelumnya.
Bahwa reaksi itu jauh lebih dahsyat dari aksi yang mendahuluinya, itu dapat
(mohon) dimaklumi.
Akan tetapi yang paling krusial adalah antara sipil dengan militer. Hampir
semua pemberontakan yang terjadi sepanjang sejarah tentu melibatkan kelompok
yang bersenjata (militer atau elite militer). Semua kekerasan berdarah sejak
Indonesia merdeka juga menyangkut pihak yang memegang senjata. Yang selalu
jadi korban adalah pihak sipil (tentu ditambah sedikit dari militer). Hubungan
sipil milier itu akan menentukan apakah di masa datang masih akan terjadi
pelanggaran berat HAM. Di atas disebutkan rekonsiliasi umat Islam dengan
141
kelompok masyarakat eks komunis. Istilah eks itu menunjukan, belum tentu
kelompok itu masih menganut ideology komunisme.
Demikian banyak dan luas daerah yang akan diteliti. Karena itu saya
mengusulkan agar ditetapkan 10 kategori utama. Meski demikian tertutup
kemungkinan bagi daerah untuk melakukan penelitian tambahan diluar 10
golongan kasus itu, misalnya di Lampung ada kasus Talang Sari yang melibatkan
seorang Jenderal. Di Sumbar mungkin bisa diteliti kembali kekejaman pada masa
PRRI. Dewasa ini timbul pertanyaan apakah komisi kebenaran itu bersifat
sentralistik atau desentralistik.
Kasus kejahatan dan pelanggaran HAM yang diusut bisa dibatasi dengan
kejahatan yang disponsori, dilakukan atau dibiarkan oleh negara (dengan bantuan
alat negara). Ke-10 penggolongan itu menyangkut kekerasan yang melibatkan
aparat Negara. Meski demikian terhadap kasus konflik etnis yang terjadi
belakangan ini dapat diberikan batasan berbeda. Dalam kasus Sambas, Maluku
Selatan, Maluku Utara perlu dilakukan investigasi dengan tujuan mengungkapkan
kebenaran, guna memudahkan rekonsiliasi antar-etnis/penganut agama yang
pernah bertikai.
142
yang dibentuk pemerintah ada komisi serupa yang diprakarsai LSM. Keduanya
bisa berjalan seiring, bahkan saling membantu.
Bukan hanya periodisasi pelanggaran HAM saja yang penting, tetapi perlu
dipikirkan modus pengungkapan keberan itu. Dari segi sejarah tentu dilakukan
penelitian terhadap peristiwa/kasus yang telah disebut di atas. Sumber primer
(arsip dan kesaksian korban) dan sekunder (berita di surat kabar) perlu
dikumpulkan. Dalam hal ini sebaiknya didukung usaha yang dilakukan Arsip
Nasioanl RI bekerja sama dengan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara mempersiapkan Keppres tentang penarikan arsip-arsip militer (TNI dan
Polri) ke Arsip Nasional RI. Berdasarkan UU Kearsipan tahun 1971, hal itu
sebenarnya sudah diatur. Namun, rupanya UU itu dianggap perlu diperkuat
dengan Keppres.
144
Sejarah perjalanan bangsa Indonesia penuh dengan praktik kekerasan
sejak kita merdeka sampai sekarang. Sampai hari ini masyarakat Indonesia
dilanda berbagai konflik komunal, ketersingkiran sosial, vigilante dan konflik
vertikal yang semuanya berkaitan dengan kekerasan atau akibat dari kekerasan.
Sampai renta (60 tahun ke atas) mereka masih disakiti. Kepada eks tapol,
tidak diberi KTP seumur hidup. Beberapa waktu lalu, dengan perjuangan berat
Nani Nurani (62), mantan penari Istana Cipanas diputus pengadilan PTUN
Jakarta untuk berhak mendapat KTP seumur hidup. Ia sempat ditahan selama
tujuh tahun gara-gara pernah menari pada ulang tahun PKI, Juni 1965.
Pertanyaannya, apakah ribuan eks tapol itu harus mengajukan kasusnya kepada
pengadilan PTUN di seluruh wilayah di Indonesia.
9. Malam Simalakama
148
Sesungguhnya tidak ada keharusan pejabat tinggi negara dan para menteri
menghadiri acara tersebut walaupun era Orde Baru ini seakan seremoni wajib.
Pada era Orde Baru, bendera dinaikkan setengah tiang pada 30 September
dan secara penuh esoknya. Namun, kini sebagian masyarakat sudah tidak peduli
kecuali instansi militer. Bahkan mempertanyakan, enam jenderal dibunuh 1
Oktober 1965 dinihari kenapa bendera berkabung dimajukan sehari sebelumnya.
Mungkin jalan keluarnya, bendera dipasang setengah tiang tanggal 1 Oktober
pukul 06-12 dan dikibarkan penuh pukul 12-18. Tetapi, ini jelas merepotkan.
Pada tanggal 1 Juni 1945 Sukarno berpidato tentang dasar negara yang
dinamainya Pancasila. Sejak 1970 peringatan hari lahirnya Pancasila itu dilarang
149
Kopkamtib sampai berakhirnya pemerintahan Soeharto. Pada diorama Monas
tatkala dirancang sebelum 1965 terdapat diorama hari lahir Pancasila 1 Juni,
namun ketika pembangunanya diselesaikan tahun 1970 dioroma itu dihilangkan.
Hampir tiga decade kelahiran pancasila tabu diperingati. Namun, ternyata
larangan itu tidak mangkus lagi setelah reformasi.
150
C. NASKAH NARASI
BABAK 1:
Narasi : Dari awal tahun 1965 sampai akhir September tahun yang sama bisa
dikatakan ada ‗‘ofentif radikal‘‘nyang ditangani oleh ketua PKI,
Aidit, beserta teman-temannya. Dalam kurun waktu itu masyarakat
Indonesia merasakan tekanan yang kian besar. Dikatakan bahwa
‗‘polarisasi politik lebih meningkat dari masa sebelumnaya, karena
Presiden Sukarno secara terbuka memihak pada PKI dalam
menghadapi pimpinan tentara‘‘? bagi Presiden ketegangan yang
diakibatkan itu jika ditakar secara jitu justru cocok bagi
harapannya. Dengan demikian ia dapat menempatkan tentara
maupun PKI dalam kedudukan tidak nyaman sementara
mengukuhkan peranannya sebagai penengah.
Aidit : „‟Kita harus betindak cepat dari Angkatan Darat. Kita harus
melancarkan kudeta sebleum angkatan darat pencetusan Dewan
Revolusi tidak menguntungkan bagi kita.‟‟ (berjalan mengintari
meja)
Anggota PKI 1 : „‟Iya pak. Kita harus melancarkan kudeta. Keadaan saat ini tidak
menguntungkan bagi kita.‟‟
151
Aidit : „‟Kalau begitu, kita harus merencanakan kudeta ini dengan baik
dan teliti, jangan biarkan rencana kita tercium oleh angkatan
darat‟‟.
Anggota PKI 2 : „‟Bagaimana kalau kita harus menentukan target kita terlebih
dahulu?‟
Anggota PKI 1 : „‟Tentu saja pak, kita akan membuat mereka mengetahui siapa
kita. Dan keadaan ini akan mempengaruhi kondisi Bung Karno,
saat ini kita tidak bisa bergantung lagi padanya.‟‟
Anggota lain : „‟Jangan sampai dewan revolusi itu mendahului kita untuk
melancarkan kudeta. Sukarno harus kita turunkan.‟‟
Aidit : „‟Saya minta untuk mencatat nama target berikut: Jendral TNI
Anumerta Ahmad Yani, Letjen TNI Anumerta MT Haryono, Letjen
TNI Anumerta S Parman, Letjen TNI Anumerta Suprapto, Mayjen
TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo, Mayjen TNI Anumerta DI
Panjaitan, Kapten Czi Anumerta Pierre Tendean, dan Jenderal
A.H. Nasution.
152
Angota lain :„‟Pak, bagaimana dengan pasukannya, akan lebih baik jika kita
menggunakan pasukan tentara dan langsung menyerbu ke rumah
jenderal-jenderal itu.‟‟
Aidit : „‟Kalau menurut saudara seperti itu, tidak apa-apa, tetapi kita
harus membuat rincian pelaksanaan dan juga memberi nama
untuk pasukannya. Akan lebih baik juga jika kita membaginya
dalam beberapa kelompok.‟‟
Anggota PKI 2 : „‟Menurut saya kita buat saja dalam tiga kelompok yaitu
Pasopati, Pringgodani dan Bimasakti.
Anggota lain : „‟Ya, baguslah kalau begitu. Menurut saya penculikan para
jenderal dilakukan oleh pasukan Pasopati, Setelah itu mereka
diserahkan kepada pasukan Pringgodani yang mengoordinir
kegiatan di Lubang Buaya, sedangkan pasukan Bimasakti bertugas
menguasai RRI, Telekomunikasi, dan teritorial.‟‟
Anggota lain : „‟maksud saya pak, tentunya para jenderal yang kita culik harus
kita binasakan agar rencana kita lancar. Untuk apa diculik, kalau
kita membiarkan mereka hidup?‟‟
Aidit : „‟Oke,,, saya mengerti maksud saudara. Mari kita lakukan saja
sesuai rencana. Tetapi sebelum itu kita cukup tinjau keadaan. Kita
akan merubah rencana bila situasi tidak berjalan sesuai dengan
rencana kita.‟‟ (Penuh semangat)
153
Narasi : Akhirnya mereka mencapai kesepaktan akan rencana mereka.
Kemudian mereka berjabat tangan dan perlahan-lahan para
anggota meninggalkan markas.‘‘
BABAK II
Letkol. Untung: „‟Sekali lagi semuanya, siap gerak!!! Laksanakan sesuai komando
dan tetap menjaga posisi.‘‘
Letkol Untung : „‟Masuk ke mobil yang sudah tersedia dan menurut kelompok
masing-masing, dan jangan lupa tetap pada posisi. Selesaikan
semuanya sesuai rencana, semoga kudeta ini berjalan dengan
lancar. Ayo,,,bergerak.‟‟
154
Prajurit :‟‟Siap dilaksanakan.‟‟ (jawab serempak dan kemudian berjalan
menuju kendaraan yang mengantar mereka ke rumah target)
BABAK III
Narasi : sekitar pukul 04.00 pagi para pasukan sudah tiba di posisi
masing-masing. Pasukan Pasopati A di rumah Ahmad Yani,
Pasopati B di rumah Haryono, Pasopati C di rumah Parman,
Pasopati D di rumah Suprapto, Pasopati E di rumah Sutoyo,
Pasopati F di rumah Panjaitan, dan Pasopati G di rumah Nasutio.
Semuanya dilakukan secara bersamaan.
Adegan:
Ahmad Yani :„‟Apa maksud semua ini?‟‟ (kebingungan dengan apa yang
terjadi).
Pasopati A 2:‘‘ Ayo ikat dia, dan bereskan yang lain di rumah ini.‟‟ (menoleh ke kiri
dan kanan)
155
Pasopati B 1 :‘‘Ayo,, terobos masuk,,, dan tangkap dia.‘‘ (menerobos pintu )
Pasopati B 2 :‟‟Ikuti saja dan tidak perlu kamu tahu. Nanti kamu akan tahu
sendiri. Bangun!! Ikat dia dan bersihkan semua yang ada di
rumah ini!‟‟
Parman :‘‘ Aapa sih yang bikin ribut ini. (mengucek mata dan terbelalak)
Pasopati C 1 :‘‘ Bangun dan jangan melawan. Ikuti saja perintah dan jangan
bertanya! (menodong senjata kearah parman dan istrinya)
Suprapto :‟‟kenapa kalian ini? Kenapa menangkap saya, apa maksud semua
ini?‟‟
156
Pasopati D 2 :‟‟Banyak ngomong lho.‘‘(memukul Suprapto)
Panjaitan :‟‟Ada yang masuk rumah kita bu. Lekaslah jaga anak-anak.
Bapak akan mengecek keluar.‘‘
Panjaitan :‘‘ Siapa kalian. Ambil apa yang kalian mau, tapi jangan
keluargaku.‟‟
Pasopati F 2 :‟‟Sial, dimana mereka. Dia adalah target utama kita, tetapi kita
tidak mendapatkannya.‟‘ (mencari setiap ruangan dengan penuh
kemarahan)
Pasopati F 3 :‘‘ apa yang terjadi. Kenapa kita tidak mendapatkan Nasution.
Dimana dia?‟‟
158
BABAK IV
Bimasakti :‟‟Jangan bergerak,, dan ikuti saja perintah kami, atau kamu akan
mati saat ini juga.‘‘(menodong senjata kearah penyiar RRI)
159
P. Pringgodani lai : ‗‟Serang mereka. Lepaskan unek-unek kalian terhadap
pemerintah kepada mereka. Merka ini adalah sumber penderitaan
rakyat. Habisi mereka!!! (menunjuk para jenderal)
P. Pringgodani :‘‘ Buang mereka ke sumur tua itu dan kuburkan mereka. Jangan
biarkan orang-orang tau kalau mereka dikubur disini. (berteriak
menyoraki massa yang menghabisi para jenderal)
KOSTRAD :‘‘ Pak ada deru tembakan dari arah sana pak.‘‘(menunjuk
kerarah kelurahan Cipayung)
161
BAB VI
PERISTIWA SURAT PERINTAH 11 MARET 1966
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan dari pembelajaran BAB VI adalah mahasiswa mampu menganalisis kisah dari
SUPERSEMAR, dimana indikator capaian pemebalajaran adalah:
B. MATERI AJAR
170
pada tanggal 3 maret 1966 dan melarang mahasiswa untuk berkumpul lebih
dari lima orang.
171
Pertemuan itu dihadiri oleh wakil-wakil NU, PSII, Perti, Muhammadyah, IPKI,
Partai Katolik, Parkindo, PNI-Asu dan Perdana Menteri yakni: Dr. Subandrio, Dr.
J. Leimena, Dr. Chairul Saleh, Menteri Dalam Negeri dr. Sumarno, Menteri
Penerangan Mayor Jenderal Achmadi dan Dubes RI untuk Kuba A.M. Hanafi.
Sidang paripurna kabinet, yang bertujuan mencari jalan dari krisis yang
memuncak, diadakan pada tanggal 11 maret 1966. Para demonstran memboikot
sidang itu dengan melakukan pengempesan ban-ban mobil pada jalan-jalan yang
menuju ke Istana. Seperti biasa, dalam sidang itu Presiden Soekarno menegaskan
kembali tentang revolusi Indonesia, tetapi belum lama ia berpidato, Brigadir
Jenderal Sabur, Komandan Cakrabirawa, memberitahukan bahwa di luar Istana
terdapat pasukan tanpa tanda pengenal pada seragamnya. Presiden yang khawatir
akan keamanannya, meski ada jaminan Pangdam V/Jaya Brigadir Jenderal Amir-
machmud bahwa keadaan aman, segera meninggalkan sidang.
Tindakan itu dikuti oleh Dr. Subandrio dan Dr. Chairul Saleh, yang
bersama-sama dengan Presiden Soekarno menuju Bogor dengan helikopter.
Sidang ditutup oleh Dr. Leimena, yang kemudian juga menyusul ke Bogor. Apa
yang dikhawatirkan itu sebenarnya tidak perlu, karena pasukan yang dicurigai itu
172
adalah pasukan ABRI yang menjaga segala kemungkinan yang tidak diinginkan
akibat aksi demontrasi disekitar Istana.
Panik yang diperlihatkan Presiden Soekarno dengan meninggalkan begitu
saja sidang paripurna kabinet telah memerosotkan kewibawaan presiden yang
dinilai tidak dapat lagi mengendalikan situasi. Untuk menghadapi segala
kemungkinan, terutama untuk memperoleh dukungan atas tindakan yang
dilakukannya, Front Pancasila mengadakan kontak dengan para Panglima ABRI.
Pada waktu itu di Jakarta telah berkumpul para Panglima ABRI seluruh Indonesia
yang menurut rencana akan diberi briefing oleh Presiden tanggal 12 Maret 1966.
Kewibawaan Presiden yang semakin merosot itu tidak dapat dibiarkan
berlarut-larut, karena pasti akan membahayakan keselamatan negara. Karena itu
tiga orang perwira tinggi TNI-Angkatan Darat yakni Mayor Jenderal Basuki
Rachmat (Menteri Urusan Demobilisasi dan Veteran), M.Jusuf (Menteri
Perindustrian) dan Brigadir Jenderal Amir Machmud (Pangdam V/Jaya)
bersepakat untuk menyusul Presiden ke Bogor dengan motivasi agar Presiden
tidak merasa terpencil dan meyakinkan bahwa ABRI khususnya TNI akan siap
sedia mengatasi keadaan, asal diberi kepercayaan penuh. Maksud ketiga perwira
tinggi itu lalu dilaporkan kepada Menteri/Panglima Angkatan Darat Letnan
Jenderal Soeharto yang pada waktu itu sedang sakit di rumah karena alerginya
kumat. Maksud ketiga perwira tinggi itu disetujui oleh Jenderal Soeharto. Atas
pertanyaan ketiga perwira tinggi itu, Jenderal Soeharto minta disampaikan kepada
Presiden akan kesanggupannya yang sudah beberapa kali diungkapkan.
Pesan tersebut berlatar belakang dialog yang sudah dilakukan berkali-kali
sejak tanggal 2 oktober 1965 antara Presiden Soekarno dengan Jenderal Soeharto
mengenai G30S/PKI dan epilognya, yang saling berbeda pendapat. Presiden
Soekarno menyatakan bahwa ia tidak mungkin membubarkan PKI karena itu akan
melanggar doktrin Nasakom yang telah dilontarkan ke seluruh dunia. Sebaliknya
Jenderal Soeharto berpendapat pergolakan tidak akan reda sebelum rasa keadilan
rakyat dipuaskan dan rasa ketakutan rakyat dihilangkan dengan jalan
membubarkan PKI yang telah melakukan pemberontakan. Pada suatu ketika
173
Jenderal Soeharto menyatakan kesanggupanya untuk membubarkan PKI sehingga
dapat meredakan pergolakan sosial-politik asal mendapat kepercayaan penuh
serta kebebasan bertindak dari Presiden.
Pembicaraan antara ketiga perwira tinggi itu dengan Presiden Soekarno
yang didampingi ketiga Waperdam maupun Komandan Resimen Cakrabirawa,
menghasilkan suatu surat perintah kepada Jenderal Soeharto yang dikenal
kemudian dengan nama Surat Perintah 11 Maret atau disingkat Supersemar.
Dengan demikian tanggal 11 Maret 1966 lalu dianggap sebagai titik awal Zaman
Orde Baru.
Dua tindakan penting yang diambil pemegang Supersemar adalah
pertama: melarang PKI beserta ormasnya yang bernaung dan berlindung ataupun
seasas dengannya di seluruh wilayah Indonesia, terhitung tanggal 12 Maret.
Kedua: pada tanggal 18 Maret melakukan penahanan terhadap 15 orang menteri
yang dinilai terlibat dalam pemberontakan G30S/PKI atau memperlihatkan itikad
tidak baik dalam rangka penyelesaian masalah itu.
Tindakan yang sudah lama dinanti-nantikan oleh seluruh rakyat yang
Pancasilais itu disambut dengan gembira dan rasa syukur. DPRGR dalam sidang
paripurna tanggal 16 Maret 1966 mendukung kebijaksanaan yang diambil oleh
Pengemban Supersemar. Untuk segera memulihkan keamanan dan ketertiban
Pengemban Supersemar menyerukan agar para mahasiswa dan pelajar kembali ke
bangku sekolah, dan kepada semua parpol dan ormas diserukan agar tidak
menerima anggota bekas PKI dan ormasnya, serta kepada seluruh anggota partai
terlarang itu segera melaporkan diri paling lambat akhir Maret 1966.
3. Mengakhiri Dualisme
174
Kepemimpinan Nasional yang berjalan hamper satu tahun 1966-1967. Sekalipun
Presiden Soekarno telah member wewenang penuh kepada pengemban Surat
Perintah 11 Maret, namun Presiden Soekarno tetap berpendirian bahwa demokrasi
terpimpin dengan landasan Nasakom harus tetap dipertahankan. Dalam
menanggapi perkembangan situasi, pada tanggal 5 Mei 1966, Waperdam Bidang
Hankam ad interim Letnan Jenderal Soeharto memberikan pertanggung-jawaban
kepada rakyat mengenai sikap ABRI terhadap Bung Karno sebagai berikut:
176
pembentukan kabinet baru. MPRS memberikan mandat kepada pengemban Surat
Perintah 11 Maret untuk membentuk kabinet baru dengan batas waktu yang
ditentukan, cabinet berhasil dibentuk pada tanggal 25 Juli 1966, dengan Jenderal
Soeharto sebagai ketua Presidium, Kabinet baru disebut Kabinet Ampera dengan
empat program (catur karya):
177
b. Garis-garis Besar Kebijaksanaan dan Rencana Pelaksanaan Stabilisasi
Ekonomi.
Pendapat DPR ini juga dituangkan di dalam resolusi tanggal 9 februari 1967
yang ditujukan kepada ketua Presidium Kabinet Ampera. Yang diminta oleh DPR
adalah kejelasan peranan Presiden Soekarno dalam hubungannya dengan
peristiwa G30S/PKI. Seminggu berikutnya, tanggal 15 Februari pimpinan MPRS
menolak Pd-Nawaksara sebagai laporan pertanggungjawaban Presiden. Di dalam
situasi konflik politik yang demikian tajam, ABRI berpendapat bahwa kunci
penyelesaian konflik ini terletak pada diri Presiden Soekarno. Perpecahan akan
timbul dikalangan rakyat seandainya MPRS memecat Presiden Soekarno, seorang
proklamator dan seorang pejuang pergerakan nasional. Ketiga masalah ini yang
harus diselesaikan oleh Pengemban Surat Perintah 11 Maret 1966, sebelum
Sidang Istimewa MPRS.
178
Menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya terhadap persatuan dan
kesatuan bangsa di dalam upaya mencari penyelesaian situasi konflik ini,
Pimpinan ABRI melakukan pendekatan pribadi dengan Presiden Soekarno. Maka
dilakukannlah serangkaian pembicaraan antara Presiden Soekarno dengan
pimpinan ABRI. Dalam hal ini telah pula berperan seorang tokoh PNI, yaitu
Hardi S.H. Akhirnya , pada tanggal 20 Februari 1967, Presiden Soekarno
menandatangani suatu dokumen yang berisi penyerahan kekuasaan pemerintahan
kepada Pengemban Ketetapan MPRS No.IX/MPRS/1966, yakni Jenderal
Soeharto. Pada hari kamis sore, tanggal 21 Februari 1967 Jenderal Soeharto
memanggil semua menteri ke kantor Presidium Kabinet, Merdeka Barat 15.
Para menteri tidak ada seorangpun yang tahu maksud panggilan Jenderal
Soeharto itu, kecuali para panglima angkatan. Kemudian mereka berangkat
bersama-sama ke Istana, sedang Jenderal Sutjipto serta Laksamana (marsekal)
Rusmin Nuryadin telah mendahului datang di Istana. Pada hari kamis pukul 19.30
bertempat di Istana Negara , dengan disaksikan oleh ketua Presidium Kabinet
Ampera dan para menteri, Presiden/Mandataris MPRS/Panglima Tertinggi
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dengan resmi telah menyerahkan
kekuasaan pemerintahan kepada Pengemban Ketetapan MPRS
No.IX/MPRS/1966 Jenderal Soeharto.
Pengumuman Presiden
179
ini menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada Pengemban ketetapan
MPRS No.IX/MPRS/1966 Jenderal Soeharto dengan tidak mengurangi
maksud dan jiwa Undang-Undang Dasar 1945.
2) Pengemban Ketetapan MPRS/IX/1966 melaparkan pelaksanaan
penyerahan tersebut kepada Presiden setiap waktu dirasa perlu.
3) Menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia, para pemimpin
masyarakat, segenap aparatur pemerintahan dan seluruh ABRI untuk
terus meningkatkan persatuan dan menjaga dan menegakan revolusi dan
membantu sepenuhnya pelaksanaan tugas Pengemban Ketetapan MPRS
No.IX/MPRS/1966 seperti tersebut diatas.
4) Menyampaikan dengan penuh rasa tanggung jawab pengumuman ini
kepada rakyat dan MPRS. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melindungi
rakyat Indonesia dalam melaksanakan cita-citanya mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila.
180
ini melahirkan tiga rancangan undang-undang yang disampaikan kepada DPRGR
pada bulan November 1966. Rencana undang-undang itu terdiri dari:
Sejak Orde Baru lahir, semua kekuatan social politik sepakat untuk
melakukan koreksi total terhadap berbagai penyelewengan yang dilakukan Orde
lama. Mereka sepakat pula untuk tetap mempertahankan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 45 secara murni dan konsekuen. Hal ini tercermin dalam TAP
No.XX/MPRS/1966, bahwa pembukaan UUD 45 tidak dapat diubah oleh
siapapun. Landasan tersebut oleh pemerintah dijabarkan dalam tiga RUU tersebut
dalam rangka pelaksanaan UUD 45 secara murni dan konsekuen.
Ketiga RUU tersebut dibahas diforum DPRGR, namun berjalan lambat dan
―alot‖, terutama mengenai RUU tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR,
DPRD, yang berlangsung hamper tiga tahun. Pembahasan dilakukan oleh Panitia
Khusus (PK) DPRGR sejumlah 45 orang, yang dipimpin oleh Djen
Moch.Surjopranoto dari Fraksi NU bersama pemerintah. RUU Pemilu berhasil
diselesaikan pada bulan November 1967, namun pengesahannya oleh DPR
disetujui ditunda sampai selesainya RUU tentang Susunan MPR, DPR dan
DPRD. Dalam rapat, Panitia Musyawarah kelompok bulan desember 1967 telah
dicapai suatu konsensus. Konsensus ini kemudian ditetapkan dengan keputusan
pimpinan DPRGR 16 Desember 1967 yang antara lain:
Pembahasan DPR lanjut dengan RUU tentang susunan MPR, DPR dan
DPRD. Dalam pembahasan ini terdapat tujuh problema, diantaranya yang tidak
mudah disepakati dianggap sebagai crucial points. Pembahasan tujuh crucial
points berjalan secara lambat dan ―alot‖. Tiga problema dianggap berat, sulit
mencapai kata sepakat walaupun telah dilakukan berbagai pertemuan formal dan
informal. Masalah crucial tersebut adalah:
182
bertukar pikiran dengan presiden soeharto. Dalam pembicaraan dengan partai –
partai politik dan golkar pemerintah tetap pada pendiriannya, yaitu tetap pada
konsensus yang telah dicapai pada tahun 1967, dan pemilihan umum harus
diselenggarakan tepat pada waktunya. Penjelasan pemerintah secara terperinci
kemudian diberikan pada rapat kerja yang diadakan oleh panitia khusus tanggal
21 Oktober 1969.
183
sebagai pandangan hidup bangsa, dan dasar Negara merupakan masalah yang
paling hakiki bagi kelangsungan hidup Negara.
Titik balik tercapai pada tanggal 11 maret 1966, ketika presiden Sukarno
dengan sekonyong-konyong meningkalkan suatu sidang kabinet di Istana Negara
dan mengungsi ke Istana Bogor diiringi oleh Waperdam Subandrio dan Chairul
Saleh dan kemudian disusul oleh Waperdam Leimena. Kepergian Presiden itu
disebabkan oleh suasana panic karena komandan Resimen Pengawal Presiden
Tjakrabirawa melaporkan, seolah-olah disekitar Istana terdapat ―pasukan liar‖.
Yang dikatakan ―pasukan liar‖ itu tidak lain adalah pasukan RPKAD yang ikut
menjaga keamanan dalam pakaian kamuflase sandi yudha.
185
ABRI, khususnya TNI-AD tetap mendampinginya dan tetap bersedia mengatasi
keadaan, asal diberi kepercayaan penuh.
Sebelum pelaksanaan niatnya itu mereka bertiga berpamitan kepada
atasannya, yakni Jenderal Soeharto yang pada waktu itu sedang sakit di rumah,
karena penyakit alerginya kumat. Jenderal Soeharto menyetujui maksud ketiga
perwira tinggi itu dan menitipkan pesan kepada Presiden Sukarno, bahwa ia tetap
siap sedia mengatasi keadaan, asal diberi kepercayaan penuh untuk melaksanakan
konsepsi yang telah berulang-ulang diusulkannya.
Di Istana Bogor, ketika perwira tinggi itu mengadakan pembicaraan selama
berjam-jam dengan Presiden Sukarno mengenai cara-cara yang tepat untuk
mengatasi keadaan dan memulihkan kewibawaan presiden. Dalam hal itu
Presiden didampingi oleh ketiga Waperdam dan Komandan Tjakrabirawa Brigjen
Sabur. Akhirnya presiden Sukarno memutuskan untuk mengeluarkan suatu surat
perintah kepada Jenderal Soeharto yang memberinya wewenang untuk
mengambil semua tindakan yang perlu guna mengatasi keadaan dan memulihkan
kewibawaan Presiden. Teks surat perintah itupun kemudian dirumuskan oleh
ketiga waperdam bersama dengan perwira tinggi tersebut dengan Brigjen Sabur
sebagai sekertaris dan setelah selesai diketik, lalu ditandatangani oleh Presiden
Soekarno.
Surat Perintah 11 Maret (disingkat SP 11 Maret atau Supersemar) itu
kemudian dijadikan landasan hukum oleh Jenderal Soeharto untuk membubarkan
PKI, mengamankan ansir-anasir yang dianggap terlibat G.30.S/PKI atau beritikad
tidak baik terhadap usaha pemulihan keamanan dan ketertiban serta kemudian
membentuk kabinet baru. Secara historis, Surat Perintah 11 Maret itu Nampak
menjadi titikpangkal bagi pembinaan Orde Baru.
186
C. NASKAH NARASI CERITA PERISTIWA
Babak 1
187
Presiden Soekarno : Ada apa Pak Harto? Ada kepentingan apa kamu
kemari?
Presiden Soekarno : Apa yang telah kamu lakukan dalam mengatasi hal ini
pak Harto?
188
situasi yang terjadi saat itu dengan harus membubarkan
PKI. Hal inipun yang menjadi adanya pro-kontra di
antara Soekarno dan Soeharto.
Jenderal Soeharto : Pak Karno, sekarang salah satu hal yang harus kita
lakukan untuk mengatasi masalah yang kian rumit ini
adalah dengan secepatnya membubarkan Partai Politik
komunis Indonesia atau PKI pak.
Presiden Soekarno : Tidak Pak Harto, saya tidak setuju dengan hal
tersebut.
Jenderal Soeharto : Pak Karno, saat ini yang harus diketahui oleh bapak
adalah pergolakan tidak akan reda sebelum rasa
keadilan rakyat dipuaskan dan rasa ketakutan rakyat
dihilangkan dengan jalan membubarkan PKI yang
telah melakukan pemberontakan.
189
Presiden Soekarno : Apakah kamu sanggup jika melakukan hal ini Pak
Harto?
Babak 2
190
Soekarno : Kita berkumpul di sini pada saat ini adalah untuk
melaksanakan Sidang Paripurna Kabinet dalam rangka
untuk mengatasi segala krisis yang ada dalam bangsa
kita saat ini sekaligus untuk mengatasi segala
kekacauan yang ada. Sekali lagi saya tekankan kepada
saudara-saudara sekalian bahwa kita harus
menegakan lebih mendalam lagi mengenai revolusi
Indonesia sebagai akar dari persatuan kita.
Amir-machmud : Saat ini bapak tidak usah takut, saya bisa menjamin
keamanan bapak meskipun saat ini di luar banyak
pasukan yang tidak dikenal.
Presiden Soekarno : Tidak pa, saya tidak yakin dengan hal tersebut.
(sambil berjalan meninggalkan sidang).
192
menyampaikannya kepada Pimpinan mereka Jenderal
Soeharto.
Amir Machmud : Betul sekali pak,, saya tidak ingin bapak Presiden kita
merasa bahwa bapak tersisihkan atau terpencilkan saat
ini.
Amir Machmud : Betul sekali pak… di Istana juga tadi banyak pasukan
yang yang tidak ada tanda pengenal diseragamnya.
193
M.Jusuf : Kami tidak ingin, Saat ini Presiden Soekarno merasa
tersisihkan akibat keadaan ini Pak Harto
Jenderal Soeharto : Saya sudah berpikir seperti yang kalian rasakan saat
ini,, berkali-kali saya memberitahukan Pak Karno
bahwa kita bisa mengendalikan situasi ini.
Jenderal Soeharto : Beliau tetap saja tidak inginkan hal tersebut,, karena
saya sudah menetapkan bahwa PKI harus dibubarkan
karena mereka selalu memberontak..
Amir Machmud : Kami sangat setuju Pak,, sebagai ABRI kita harus
segera bertindak dalam menangani keamanan dan
ketertiban bangsa ini.
194
Jenderal Soeharto : Sampaikan juga pesanku kepada beliau, bahwa saya
siap dan sanggup untuk membubarkan PKI agar dapat
meredakan pergolakan sosial-politik, yang terpenting
adalah saya mendapat kepercayaan penuh serta
kebebasan bertindak dari Presiden.
Basuki Rachmat : Pak Karno,, saat ini kondisi Negara kita sangat
kacau..Kami sebagai ABRI siap untuk mengatasi hal ini
Pak.
195
Amir machmud : Kami ingin mengendalikan dan menertibkan
keamanan saat ini pak.
Presiden Soekarno : Sekarang jika memang itu yang bisa dilakukan saya
akan memberikan keputusannya.
197
GLOSARIUM
Dokuritsu Junbi Iinkai : Bahasa Jepang dalam arti bahasa Indonesianya adalah
BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Golongan tua : Golongan yang berpendapat bahwa yang berhak
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia adalah PPKI
Golongan muda : Golongan yang berpendapat bahwa yang berhak
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia adalah rakyat Indonesia itu sendiri
tanpa harus ada campur tangan PPKI
PPKI : Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (bentukan
Jepang) dan diketuai oleh Ir. Soekarno
Jenderal Besar Terauci : Jenderal Jepang yang membawahi wilayah luas di
Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Proklamasi:Pemberitahuan atau pengumuman secara umumkepada seluruh rakyat
yang berkaitan dengan ketatanegaraan.
Peristiwa Rengasdengklok: Penculikan atau pengasingan Soekarno-Hatta ke
tempat yang bernama Rengasdengklok supaya terhindar dari pengaruh Jepang.
Desas-desus : Berita yang tersebar luas tetapi kebenarannya masih
diragukan.
Deklarasi : Hasil kesepakatan umum
PETA : Pasukan Indonesia buatan Jepang (Pembela Tanah
Air)
Daidanco : Bahasa Jepang yang dalam bahasa Indonesia adalah
Komando Batalyon
Markas kompi : Tempat Satuan militer yang terdiri dari 100 orang
Perundingan :Pembicaraan tentang sesuatu untuk mencapai tujuan
atau kesepakatan yang bisa diterima semua pihak
Kemerdekaan : Suatu keadaan yang bebas atau terlepas dari
penguasaan Negara tertentu atau pihak tertentu. Atau dengan kata lain adalah
bebas dari belenggu penjajah
198
Kurir: utusan yang menyampaikan sesuatu yang penting dengan cepat.
Pamphlet (bentuk ejaan lama dari pamphlet): surat selebaran.
200
Amnesti: pengampunan atau penghapusan hukuman yang diberikah kepala negara
kepada seseorang
Argumentasi: alasan yang kuat untuk menolak suatu pendapat
Ateisme: paham yang tidak mengakui keberadaan Tuhan
Bayonet: senjata tajam seperti pisau, runcing sekali.
Disertasi: karangan ilmiah yang ditulis untuk memperoleh gelar dokor
Diskriminatif: bersifat membeda-bedakan
Dollar: nama mata uang Amerika Serikat
G30S: Gerakan 30 September
Grasi: ampunan yang diberikan oleh kepala negara kepada orang yang telah
dijatuhi hukuman
HAM: Hak Asasi Manusia
Indikasi: tanda-tanda yang menarik perhatian
Inflasi: kemerosotan nilai mata uang karena banyaknya dan cepatnya uang
beredar sehingga menyebabkan harga barang naik.
Insulin: hormone yang dibentuk di pankreas yang mengendalikan kadar gula di
darah.
Jiran: negara tetangga
Kamerad: saudara separtai
Kapitalis: kaum bermodal
Kiprah:derap kegiatan
Kompartemen: bagian dari organisasi yang mengurusi suatu bidang tertentu
Komprehensif: bersifat mampu
Komunal: milik rakyat atau umum
Komunis: sebuah paham
Konferensi: rapat atau pertemuan
Konfrontasi: permusuhan, pertentangan
Konotasi: tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika
berhadapan dengan sebuah kata
Kronologis: menurut urutan waktu
201
Krusial: gawat, genting, menentukan
Kudeta:perebutan kekuasaan (pemerintah) dengan paksa
Laten: tersembunyi, terpendam
Legitimasi: pernyataan yang sah (sesuai dengan UU)
MA: Mahkamah Agung
Milisi: kewajiban masuk tentara untuk jangka waktu tertentu
Monopoli: hak tunggal untuk berusaha
MPR: Majelis Perwakilan Rakyat
NU: Nadathul Ulama
Pagina: halaman
PKI: partai komunis Indonesia
Pleidoi: pidato pembelaan terhadap terdakwa yang dibacakan oleh pembela
Prespektif: sudut pandang
Radikalisasi: proses, cara meradikal (menuntut perubahan UU dengan keras)
Reformasi: perubahan secara drastis untuk perbaikan disuatu masyarakat atau
negara.
Rehabilitasi: pemulihan keadaan
Rekonsiliasi: perbuatan yang memulihkan hubungan pada keadaan semula
Remisi: pengurangan hukuman kepada orang yang diberi hukuman
Rezim: tata pemerintahan, pemerintahan yang berkuasa
Rival: lawan atau saingan
Stigma: ciri negative yang menempel pada diri seseorang karena pengaruh
lingkungannya
Telegram: berita yang di kirim melalui telegraf
Trilogi: tiga hal yang paling bertaut dan saling bergantung
Yuridis: menurut hokum
ABRI : Singkatan dari Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia
Barisan Soekarno : Salah satu bentuk barisan pendukung Soekarno agar bisa
menghalangi PKI untuk tidak mempengaruhi Presiden Soekarno serta mendukung
202
semua tindakan yang dilakukan Soekarno dan melindunginya dari bentuk terror
lawan politiknya.
Central Intelligence Agency : Salah satu bentuk badan
intelijen pemerintah federal , sebagai lembaga eksekutif, Amerika Serikat
crucial points : bagian yang sangat penting
DPRGR : Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong adalah dewan
perwakilan rakyat yang dibentuk setelah dikeluarkannya dekrit presiden 5 juli
1959 atau setelah kembali berlakunya UUD 1945.
Dualisme : Dua prinsip yang saling bertentangan
Demokrasi terpimpin : Sistem pemerintah yang berpusat pada satu
kepemimpinan saja yakni kepala pemerintahan atau presiden saja.
demokrasi parlementer: Demokrasi yang lebih menunjukan adanya hubungan
yang sangat erat antara pemerintah dan perwakilan rakyat atau eksekutif dan
legislatif
ef officio : Jabatan seseorang pada lembaga tertentu karena tugas dan
kewenangannya pada lembaga lain.
Front Pancasila :Sebuah komunitas atau forum politik yang bertujuan untuk
membantu membangkitkan Indonesia mewujudkan pemerintahan yang baik,
memberikan pendidikan politik bagi semua orang Indonesia, menampung aspirasi
masyarakat untuk mempertahankan eksistensi Indonesia pancasila
Gestapu : Kependekan dari Gerakan September Tiga Puluh atau
gerakan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia.
KAMI : Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia
Kabinet Dwikora :Kabinet pemerintahan di Indonesia pada masa pemerintahan
Soekarno dengan masa kerja dari 27 agustus 1964 – 22 februari 1966
kaum intrik : Orang yang suka menyebarka berita bohong agar bisa
dengan sengaja menjatuhkan lawannya.
kaum vested interest : kaum yang sangat sukar sekali melepas kedudukannya
sehingga menghalangi proses perubahan sosial bagi kelompok karena dapat
mengancam kedudukanya yang lainnya.
203
kekuasaan legislative : kekuasaan untuk membentuk undang-undang yang
dituangkan dalam pasal 20 ayat (1) UUD 1945
KOTI : Singkatan dari Komando Inti
Liberalism parlementer: Negara yang dipimpin oleh Perdana Menteri dan perdana
menteri tersebut akan diberhentikan oleh parlemen
marheanisme : Ideologi yang menentang penindasan manusia atas
manusia dan bangsa atas bangsa. Ideologi ini dikembangkan oleh Presiden
pertama Negara Republik Indonesia, Ir. Soekarno,
MPRS : Bentuk akronim dari Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara (MPRS) yang dibentuk pada tahun 1959 pada saat dekrit
presiden RI yang pertama.
Nasakom : bentuk akronim dari Nasionalisme, Agama, dan Komunisme,
yakni asas politik Presiden pertama RI.
Nawaksara : Istilah untuk Pidato Presiden Soekarno sebagai bentuk
pertanggungjawabannya atas sikapnya dalam menghadapi Gerakan 30 September.
Nekolim : bentuk akronim dari kata neokolonialisme yang di kenal oleh
Panglima besar Revolusioner Indonesia yakni Presiden Soekarno.
Orde Baru : Suatu tatanan kehidupan rakyat Indonesia dengan
pengamalan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Orde Lama : Sebutan bagi system pemerintahan Presiden Soekarno
di Indonesia yang berlangsung dari tahun 1945-1968
petisi : pernyataan yang disampaikan kepada pemerintah agar
pemerintah mengambil tindakan terhadap suatu hal yang dianggap penting.
PKI :Partai yang berasaskan Komunis yang pernah
berkembang di Indonesia, lalu pada akhirnya dibubarkan pada tahun 1965 karena
dianggap partai terlarang
PNI : Partai politik tertua di Indonesia dengan ketuanya
adalah Tjipto Mangunkusumo, Mr. Sartono.
propotional
representation : Penentuan wakil dalam parlemen berdasarkan pemilu
204
Resimen Cakrabirawa: Komando pasukan khusus yang bertugas untuk menjaga
keamanan Presiden Soekarno dan merupakan gabungan dari pasukan gabungan
TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Kepolisian Republik
Indonesia.
reshuflle
kabinet : perombakan kabinet yang dilakukan oleh Kepala
Pemerintahan dengan mengganti komposisi menteri dalam kabinetnya
sidang paripurna : rapat yang dilaksanakan oleh DPR, baik DPR RI atau DPRD
di mana rapat ini dihadiri oleh seluruh anggota DPR minimal 2/3 dari keseluruhan
anggota.
Supersemar : Surat Perintah Sebelas Maret atau Surat Perintah 11
Maret adalah surat perintah Presiden Soeharto kepada Jenderal Soeharto sebagai
wewenang untuk megambil tindakan yang perlu sebagai tindakan untuk
keamanan dan ketertiban Negara, maupun kewibawaan presiden.
TRITURA : Tiga Tuntutan Rakyat
205
INDEKS
206
DAFTAR PUSTAKA
Fatlah, Abdoel. Demiliterisasi Tentara. Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara. 2005
Frances Gouda dan Thijs Brocades Zaalberg. 2008. Indonesia Merdeka karena
Amerika. Terj. Zia Anshor. Jakarta: Serambi Ilmus Semesta.
Herimanto dan Eko Targiyatmi. Sejarah.Kelas XI. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri. 2014
207
208