Anda di halaman 1dari 8

PERKEMBANGAN ILMU FISIKA DARI SUDUT PANDANG ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI,

AKSIOLOGI DAN LOGIKA

Perkembangan Ilmu Fisika Dari Sudut Pandang Ontologi


Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno danberasal dari
Yunani. Kajian tersebut membahas tentang keberadaan sesuatu yangbersifat konkret. Tokoh Yunani yang
memiliki pandangan yang bersifat ontologisdikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada
masanya, kebanyakan orangbelum membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales
terkenal sebagaifilsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansiterdalam yang
merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih pentingialah pendiriannya bahwa mungkin sekali
segala sesuatu itu berasal dari satusubstansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri
sendiri).
Obyek telaah ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataranstudi
filsafat pada umumnya dilakukan oleh filsafat metafisika. Istilah ontologibanyak digunakan
ketika kita membahas yang ada dalam konteks filsafat ilmu.Ontologi membahas tentang yang
ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudantertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang
universal, menampilkanpemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang
termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang
meliputi semua realitas dalam semua bentuknya. Berdasarkan hal tersebut, makadapat
dikatakan bahwa obyek formal dari ontologi adalah hakikat seluruh realitas.
Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu, apa hakikat kebenaran dan kenyataanyang inheren
dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang)
ada itu (being, sein, het zijn). Paham monism yang terpecah menajdi idealism atau
spiritualisme, paham dualism, pluralism dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik
yang pada akhirnya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai
apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
Ontologi sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat benda bertugas untuk
memberikan jawaban atas pertanyaan apa sebenarnya realitas benda itu? Apakah sesuai
dengan wujud penampakannya atau tidak?
Mengkhusus sekarang kita kaji mengenai ilmu fisika. Fisika merupakan sebuah ilmu, lalu akan
timbul pertanyaan kenapa fisika termasuk dalam tatanan ilmu, landasan ontologis sehingga fisika
dikatakan ilmu itu apa? Fisika memiliki objek materi yang dikaji sehingga dapat dikatakan sebagai sebuah
ilmu. Dengan menjawab setiap pertanyaan sebelumnya kita dapat menentukan apakah sebenarnya
landasan ontologis dari fisika tersebut. Yang pertama adalah cabang ini menguak tentang objek apa yang
ditelaah? Fisika disebut sebagai sebuah ilmu karena mengkaji objek material berupa benda juga sifat-sifat
benda tersebut. Selain itu fisika mengkaji juga masalah gelombang. Bahkan dalam fisika modern dikaji
mengenai dualisme partikel dan gelombang. Jadi objek yang dikaji oleh fisika bersifat dapat dijelaskan
secara ilmiah dan ada. Selanjutnya kenapa dikatakan ada? Semua kajian fisika ada dan dialami oleh
orang-orang, interaksi-interaksinya dapat diamati oleh panca indra manusia. Objek-objek serta
kejadian-kejadiannya dapat dijelaskan secara ilmiah.
Sebagai contoh misalnya mengenai materi. Fisika mengkaji masalah benda. Benda itu ada dan
dapat dilihat dan ditangkap oleh panca indra manusia. Peristiwa tumbukan merupakan identitas yang
menyatakan bahwa objek kajian fisika ini adalah sebuah materi.
Peristiwa tumbukan mulai dari yang bersifat mikro danmakro dapat teramati oleh panca
indra manusia dan dapat diterangkan secarailmiah. Yang bersifat makro misalnya tumbukan
yang terjadi saat orang berkelahi. Disana terdapat tumbukan dan ada materi yang mengalami
tumbukan tersebut. Materi tersebut adalah orang yang melakukan perkelahian. Peristiwa ini
dapat dilihat oleh panca indra manusia.
Yang bersifat mikro misalnya adalah atom. Atom ini ada, dikaji melalui berbagai
eksperimen dapat dijelaskan dan memang benar ada. Sifat-sifat serta segala bentuk aktivitas
atom ini dapat dirasakan oleh panca indra manusia. Ketika atom ini lepas bagian elektronnya dan mengalir
akan terdeteksi oleh alat-alat dan menimbulkan suatu arus. Arus ini dapat ditangkap oleh panca indra.
Sehingga mengenai keberadaan materi tersebut dapat dibuktikan secara ilmiah. Contoh selanjutnya kajian
mengenai gelombang. Secara kasat mata memangsulit melihat gelombang-gelombang tertentu,
namun melalui alat bantu tertentu.

Perkembangan Ilmu Fisika Dari Sudut Pandang Epistomologi


Epistomologi berasal dari bahasa Yunani episteme dan logos. Episteme berarti
pengetahuan (knowledge), logos berarti teori. Dengan demikian epistomologi secara
etimologis berarti teori pengetahuan. (Rizal,2001: 16). Epistomologi mengkaji mengenai apa
sesungguhnya ilmu, darimana sumber ilmu, serta bagaimana proses terjadinya. Dengan
menyederhanakan batasan tersebut, Brameld (dalam Mohammad Noor Syam,
1984: 32) mendefinisikan epistomologi sebagai it is epistemology that givesthe teacher the
assurance that he is conveying the truth to his student . Definisi tersebut dapat diterjemahkan
sebagai epistomologi memberikankepercayaan dan jaminan bagi guru bahwa ia memberikan
kebenaran kepada murid-muridnya.
Epistomologi adalah pengetahuan sistematis yang membahas tentangterjadinnya
pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan,metode atau cara memperoleh
pengetahuan, validitas dan kebenaranpengetahuan (Ilmiah).
Fisika diklasifikasikan kedalam ilmu dikarenakan adanya landasan epistemologi.
Epistemologi berbicara mengenai cara atau proses pemerolehan ilmu tersebut. Fisika adalah
ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau
materi dalam lingkup ruang dan waktu(Wikipedia, 2010). Berbagai bentuk gejala alam yang dikaji dalam
fisika memiliki cara tertentu untuk memperolehnya. Berbagai bentuk metode dapat
dilakukan untuk memperoleh serta mempelajari sifat-sifat fisis dari alam ini. Metode yang
digunakan dalam pengkajian masalah-masalah fisika biasanya berupa kajian empiris atau
eksperimen. Contoh nyatanya adalah seperti berikut ini. Salah satu kajian fisika adalah
mengenai gelombang. Gelombang merupakan identitas fisis di fisika. Gelombang dipelajari
untuk diketahui berbagai bentuk manfaatnya, jenisnya serta dampak-dampak yang
ditimbulkan. Melalui kajian dan metode tertentu, maka gelombang ini diteliti melalui
berbagai bentuk eksperimen-ekperimen yang tentunya mengandung metode-metode
tertentu dalam memperoleh jawaban-jawaban yang timbul.
a. Seperti yang sudah kita ketahui, landasan epistimologis berusaha menjawab bagaimna
proses yang memungkinkan di pelajarinya pengetahuan yang berupa ilmu? Fisika mempelajari identitas
fisis yang berupa gelombang, berbagai proses dapat dilakukan untuk mengkaji kebenaran dari
identitas fisis ini. Melalui eksperimen tentang bunyi dapat menjawab permasalahan
seperti yang diungkapkan sebelumnya.
b. Selanjutnya pertanyaan mengenai bagaimana prosedurnya? Ketika kita melakukan eksperimen
mengenai gelombang tersebut terdapat prosedur-prosedur yang dapat menjadi pedoman
dalam membuktikan keberadaan dan berbagai sifat dari gelombang tersebut.
c. Hal-hal apa yang harus di perhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Dalam
melakukan eksperimen mengenai identitas ini, berbagai bentuk kesalahan, pengabaian,
ketidakpastian tentunya ada dan pasti ada. Oleh karena itu, bentuk-bentuk kesalahan,
ketidakpastian, serta pengabaian harus diperkecil dan diminamisir. Prosedur dalam penelitian
harus sesuai dan minimal harus memenuhi metode umum yang sudah diakui. Selanjutnya, apa yang
disebut kebenaran itu sendiri? Kebenaran mengenai konsep gelombang ini berkaitan erat tentang
keberadaannya di lingkungan kita. Kebenaran akan terdapatnya sifar fisis yang ada pada
gelombang dapat menunjukan kebenaran dari gelombang tersebut.
d. Cara/tehnik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita akan cendrung melangkah kedalam instrument yang dapat
kita gunakan. Untuk membuktikan ada dan tidaknya gelombang tersebut kita
membutuhkan instrument terkait ketika melakukan eksperimen-eksperimen. Setelah
semua bentuk pertanyaan tersebut terjawab, maka kita dapat memperkuat mengenai
kebenaran dari fisika yang termasuk ilmu. Landasan-landasan mengenai keberadaan (ontologi)
mengenai cara memperolehan (epistemologi) sudah terjawab dalam pengetahuan fisika
sehingga dapat diklasifikasikan menjadi ilmu.

Perkembangan Ilmu Fisika Dari Sudut Pandang Aksiologi


Secara etimologis, istilah aksiologis berasal dari bahasa Yunani Kuno, terdiri dari kata
aksios yang berarti nilai dan kata logos yang berarti teori. Jadi, aksiologi merupakan cabang
filsafat yang mempelajari nilai. Secara singkat aksiologi adalah teori nilai.
Dalam Encyclopedia of Philosophy( dalam Bakhtiar, 2006) dijelaskkan,aksiologi
disamakan dengan Value dan Valuation.
Landasan aksiologi ilmu menyangkut permasalahan pertama, apakah ilmu
mendekatkan manusia pada kebenaran Tuhan itu sendiri. Kedua, apakah ilmu bermanfaat bagi kehidupan
manusia itu sendiri. Ketiga, apakah ilmu itu bebas nilai atau tidak bebas nilai, sebab nilai-nilai menyatu
dengan ilmu itu sendiri.Makna aksiologi ilmu bisa diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Seperti diketahui setiap pengetahuan, termasuk
pengetahuan ilmiah, mempunyai tiga dasar, yaitu ontologi,epistemologi, dan aksiologi. Aksiologi ilmu ialah
ilmu pengetahuan yangmenyelidiki hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu, yang umumnyaditinjau
dari sudut pandang kefilsafatan.
Landasan Aksiologis, membahas untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan?
Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana
penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik
prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional?
Ilmu yang diterapkan di dalam masyarakat hendaknya bertujuan untuk mengatasi masalah-
masalah yang dihadapinya. Adalah sangat bijaksana apabila manusia-manusia di muka bumi ini dapat
memanfaatkan ilmunya untuk mempelajari berbagai gejala atau peristiwa yang menurut anggapannya
mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan ilmu hendaknya membatasi diri pada hal-hal
yang asasi, dan semua orang akan menyambut gembira bila ilmu ini benar-benar dimanfaatkan bagi
kemaslahatan manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa ilmu telah memberikan kemudahan-
kemudahan bagi manusia dalam mengendalikan kekuatan-kekuatan alam. Dengan
mempelajari atom kita dapat memanfaatkan untuk sumber energi bagi keselamatan
manusia, tetapi hal ini juga dapat menimbulkan malapetaka bagi manusia.
Penciptaan bom atom akan meningkatkan kualitas persenjataan dalam perang,
sehingga jika senjata itu dipergunakan akan mengancam keselamatan umat manusia. Sampai saat ini ilmu
fisika telah menyumbangkan banyak kemudahan dalam kehidupan manusia. Banyak jenis teknologi baru
yang telah ditemukan yang dasarnya menggunakan konsep-konsep fisika.
Namun, jika kita flashback ke masa lalu, ilmu fisika pernah mengalami masa dimana nilai
aksiologisnya sangat kurang. Sebagai contoh, digunakannya bom oleh pada perang dunia kedua. Hal
ini jelas sekali tidak sesuai dengan landasan aksiologis ilmu fisika yang harus dimanfaatkan
untuk kesejahteraan umat manusia. Beberapa tahun terakhir ini dunia sedang dihantui oleh ulah
para teroris. Banyak ledakan bom yang terjadi. Bahkan, di Bali telah terjadi ledakan bom. Peristiwa
tersebut jelas menyimpang dari pandangan bahwa ilmu semestinya dipergunakan untuk
kesejahteraan umat manusia.

Perkembangan Ilmu Fisika Dari Sudut Pandang Logika


Revolusi ilmu yang berlangsung terjadi pada sekitar tahun 1600 dapat dikatakan
menjadi batas antara pemikiran purba dan lahirnya fisika klasik. Dan akhirnya berlanjut ke
tahun 1900 yang menandakan mulai berlangsungnya era baru (era fisika modern). Menurut
Richtmeyer, sejarah perkembangan ilmu fisika dibagi dalam empat periode yaitu:

1. Periode Pertama,

Periode pertama ini disebut juga dengan periode pra-Sains. Dimulai dari zaman
prasejarah sampai tahun 1550 an. Pada periode pertama ini dikumpulkan berbagai fakta
fisis yang dipakai untuk membuat perumusan empirik. Dalam periode pertama ini belum
ada penelitian yang sistematis. Beberapa penemuan pada periode ini diantaranya :

2400 SM 599 SM: Di bidang astronomi sudah dihasilkan Kalender Mesir dengan 1
tahun = 365 hari, prediksi gerhana, jam matahari, dan katalog bintang. Dalam
Teknologi sudah ada peleburan berbagai logam, pembuatan roda, teknologi
bangunan (piramid), standar berat, pengukuran, koin (mata uang).
600 SM 530 M: Perkembangan ilmu dan teknologi sangat terkait dengan
perkembangan matematika. Dalam bidang Astronomi sudah ada pengamatan
tentang gerak benda langit (termasuk bumi), jarak dan ukuran benda langit. Dalam
bidang sains fisik Physical Science, sudah ada Hipotesis Democritus bahwa materi
terdiri dari atom-atom. Archimedes memulai tradisi Fisika Matematika untuk
menjelaskan tentang katrol, hukum-hukum hidrostatika dan lain-lain. Tradisi Fisika
Matematika berlanjut sampai sekarang.
530 M 1450 M: Saat itu kebudayaan didominasi oleh Kekaisaran Roma, ilmu medik
dan fisika berkembang sangat pesat yang dipimpin oleh ilmuwan dan filsuf dari
Yunani, dan ketika runtuhnya kekaisaran Roma mengakibatkan mundurnya tradisi
sains di Eropa dan pesatnya perkembangan sains di Timur Tengah. Banyak ilmuwan
dari Yunani yang mencari dukungan dan bantuan di timur tengah ini. Akhirnya
ilmuwan muslim pun berhasil mengembangkan ilmu astronomi dan matematika,
yang akhirnya menemukan bidang ilmu pengetahuan baru yaitu kimia. Dalam kurun
waktu ini terjadi Perkembangan Kalkulus. Dalam bidang Astronomi ada Almagest
karya Ptolomeous yang menjadi teks standar untuk astronomi, teknik observasi
berkembang, trigonometri sebagai bagian dari kerja astronomi berkembang. Dalam
Sains Fisik, Aristoteles berpendapat bahwa gerak bisa terjadi jika ada yang
mendorong secara terus menerus; kemagnetan berkembang ; Eksperimen optika
berkembang, ilmu Kimia berkembang (Alchemy).
1450 M- 1550 M: Ada publikasi teori heliosentris dari Copernicus yang menjadi titik
penting dalam revolusi saintifik. Sudah ada arah penelitian yang sistematis

2. Periode Kedua

Dimulai dari tahun 1550-an sampai tahun 1800-an. Pada periode kedua ini mulai
dikembangkan metoda penelitian yang sistematis oleh Galileo. Galileo memformulasikan
dan berhasil mengetes beberapa hasil dari dinamika mekanik, terutama Hukum Inert.
Galileo dikenal sebagai pencetus metoda saintifik dalam penelitian.

Kerja sama antara eksperimentalis dan teoris menghasilkan teori baru pada gerak
planet.
Newton: meneruskan kerja Galileo terutama dalam bidang mekanika menghasilkan
hukum-hukum gerak yang sampai sekarang masih dipakai.
Dalam Mekanika selain Hukum-hukum Newton dihasilkan pula Persamaan Bernoulli,
Teori Kinetik Gas, Vibrasi Transversal dari Batang, Kekekalan Momentum Sudut,
Persamaan Lagrange.
Pada 1733, Daniel Bernoulli menggunakan argumen statistika dalam mekanika klasik
untuk menurunkan hasil termodinamika, memulai bidang mekanika statistik.
Pada 1798, Benjamin Thompson mempertunjukkan konversi kerja mekanika ke
dalam panas. Dalam Fisika Panas ada penemuan termometer, azas Black, dan
Kalorimeter.
Dalam Gelombang Cahaya ada penemuan aberasi dan pengukuran kelajuan cahaya.
Dalam Kelistrikan ada klasifikasi konduktor dan nonkonduktor, penemuan
elektroskop, pengembangan teori arus listrik yang serupa dengan teori penjalaran
panas dan Hukum Coulomb.

3. Periode Ketiga

Dimulai dari tahun 1800-an sampai 1890-an. Pada periode ini diformulasikan konsep-
konsep fisika yang mendasar, yang sekarang kita kenal dengan sebutan Fisika Klasik. Dalam
periode ini Fisika berkembang dengan pesat terutama dalam mendapatkan formulasi-
formulasi umum dalam Mekanika, Fisika Panas, Listrik-Magnet dan Gelombang, yang masih
terpakai sampai saat ini.

Dalam Mekanika diformulasikan Persamaan Hamiltonian (yang kemudian dipakai


dalam Fisika Kuantum), Persamaan gerak benda tegar, teori elastisitas,
hidrodinamika.
Dalam Fisika Panas diformulasikan Hukum-hukum termodinamika, teori kinetik gas,
penjalaran panas dan lain-lain.
Pada 1847 James Joule menyatakan hukum konservasi energi, dalam bentuk panas
dan juga dalam energi mekanika.
Dalam Listrik-Magnet diformulasikan Hukum Ohm, Hukum Faraday, Teori Maxwell
dan lain-lain. Sifat listrik dan magnetisme dipelajari oleh Michael Faraday, George
Ohm, dan lainnya.
Pada 1855, James Clerk Maxwell menyatukan kedua fenomena menjadi satu, teori
elektromagnetisme, dijelaskan oleh persamaan Maxwell. Perkiraan dari teori ini,
mengatakan cahaya adalah gelombang elektromagnetik. Dalam Gelombang
diformulasikan teori gelombang cahaya, prinsip interferensi, difraksi dan lain-lain.

4. Periode Keempat

Dimulai dari tahun 1890-an sampai sekarang. Pada akhir abad ke 19 ditemukan
beberapa fenomena yang tidak bisa dijelaskan melalui fisika klasik. Hal ini menuntut
pengembangan konsep fisika yang lebih mendasar lagi yang sekarang disebut Fisika Modern.
Dalam periode ini dikembangkan teori-teori yang lebih umum yang dapat mencakup
masalah yang berkaitan dengan kecepatan yang sangat tinggi (relativitas) atau/dan yang
berkaitan dengan partikel yang sangat kecil (teori kuantum).

Teori Relativitas yang dipelopori oleh Einstein menghasilkan beberapa hal


diantaranya adalah kesetaraan massa dan energi E=mc2 yang dipakai sebagai salah
satu prinsip dasar dalam transformasi partikel.
Teori Kuantum, yang diawali oleh karya Planck dan Bohr dan kemudian
dikembangkan oleh Schroedinger, Pauli , Heisenberg dan lain-lain, melahirkan teori-
teori tentang atom, inti, partikel sub atomik, molekul, zat padat yang sangat besar
perannya dalam pengembangan ilmu dan teknologi.
Percobaan Millikan atau dikenal pula sebagai Percobaan oil-drop (1909) saat itu
dirancang untuk mengukur muatan listrik elektron. Rober Millikan menemukan
bahwa nilai-nilai yang terukur selalu kelipatan dari suatu bilangan yang sama. Ia lalu
menginterpretasikan bahwa bilangan ini adalah muatan dari 1 elektron = 1.602
1019 coulomb (satuan SI untuk muatan listrik).
Pada tahun 1900, Max Planck memperkenalkan ide bahwa energi dapat dibagi-bagi
menjadi beberapa paket atau kuanta. Ide ini secara khusus digunakan untuk
menjelaskan sebaran intensitas radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam.
Pada tahun 1905, Albert Einstein menjelaskan efek fotoelektrik dengan
menyimpulkan bahwa energi cahaya datang dalam bentuk kuanta yang disebut
foton.
Pada tahun 1913, Niels Bohr menjelaskan garis spektrum dari atom hidrogen, lagi
dengan menggunakan kuantisasi. Pada tahun 1924, Louis de Broglie memberikan
teorinya tentang gelombang benda.
Mekanika kuantum modern lahir pada tahun 1925, ketika Werner Karl Heisenberg
mengembangkan mekanika matriks dan Erwin Schrodinger menemukan mekanika
gelombang dan persamaan Schrodinger.
FILSAFAT PENDIDIKAN

PERKEMBANGAN FISIKA DARI SUDUT PANDANG ONTOLOGI,


EPISTEMOLOGI, AKSIOLOGI, DAN LOGIKA

MURSALIN DACHYANG
162050801002

PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Anda mungkin juga menyukai