Oleh
Kelompok 5
Ladia Lestari
Iis Purnama Sari
Mutia Yussavel Navis
Srisa Oktaweri
Dosen
Dr. Hamdi, M. Si
Penulis
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Batasan Masalah................................................................................1
C. Kompetensi Makalah.........................................................................2
D. Tujuan Penulisan...............................................................................2
E. Manfaat Penulisan.............................................................................2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu aspek positif kemajuan dari dunia penelitian yang ada di
Indonesia, adalah muncul banyaknya para peneliti-peneliti muda yang kini lebih
kritis lagi dalam meneliti objek-objek yang ada. Di Indonesia, banyak sekali para
peneliti ataupun bukan peneliti yang banyak melakukan sebuah riset guna
memenuhi tugas ataupun sebagai pembuktian dari sebuah kejadian. Yang mana
disetiap penelitian tersebut biasanya memerlukan sebuah pengujian agar nantinya
mampu menjadi sebuah hasil ilmiah yang benar-benar valid dan bersifat real tanpa
adanya kebohongan ataupun ketidaknyataan yang mengesankan data yang
diperoleh bersifat dibuat-buat. Agar kajian kita bisa bersifat real maka kita sebagai
seorang peneliti harus menguji terlebih dahulu hasil penelitian kita dengan uji
validitas dan reliabilitas.
Penelitian perlu adanya alat ukur untuk evaluator ketika melakukan
kegiatan evaluasi sering dihadapkan pada persoalan akurasi, konsisten dan
stabilitas sehingga hasil pengukuran yang diperoleh bisa mengukur dengan akurat
sesuatu yang sedang diukur. Konsisten dan stabil dalam arti tidak mengalami
perubahan dari waktu pengukuran satu ke pengukuran yang lain.
Agar data harus memiliki validitas, reliabilitas, efektivitas, dan
praktikalitas, maka dilakukan pengujian yang sesuai pada alat ukur penelitian.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulisan makalah ini akan difokuskan pada
pembahasan tentang validitas, reliabilitas, efektivitas, dan praktikalitas.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, batasan
masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
a. Pengertian validitas, reliabilitas, efektivitas, dan praktikalitas
b. Faktor yang mempengaruhi validitas, reliabilitas, efektivitas, dan
praktikalitas
c. Teknik pengujian validitas, reliabilitas, efektivitas, dan praktikalitas
C. Kompetensi Makalah
1
Diharapkan setelah membaca makalah ini pembaca dapat-
a. Mengetahui pengertian validitas, reliabilitas, efektivitas, dan praktikalitas
b. Mengetahui faktor yang mempengaruhi reliabilitas, efektivitas, dan
praktikalitas
c. Menjelaskan teknik pengujian validitas, reliabilitas, efektivitas, dan
praktikalitas
D. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini:
a. Menjelaskan pengertian validitas, reliabilitas, efektivitas, dan
praktikalitas
b. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi validitas, reliabilitas, efektivitas,
dan praktikalitas
c. Menjelaskan teknik pengujian validitas, reliabilitas, efektivitas, dan
praktikalitas
E. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini:
a. Mengetahui pengertian validitas, reliabilitas, efektivitas, dan praktikalitas
b. Mengetahui faktor yang mempengaruhi validitas, reliabilitas, efektivitas,
dan praktikalitas
c. Mengetahui teknik pengujian validitas, reliabilitas, efektivitas, dan
praktikalitas
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Validitas
1. Pengertian Validitas
Instrument penelitian adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk
memperoleh, mengolah dan menginterpretasikan informasi yang diperoleh dari
para respon yang dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama
(Siregar.2014:74).Instrument penelitian dikatakan baik jika memenuhi 5 kriteria
2
yaitu validitas, reliabilitas, objektivitas dan fisibilitas. Sebelum peneliti
menggunakan instrument yang telah disusun untuk untuk pengumpulan data,
peneliti harus yakin bahwa instrument yang dibuatnya valid atau tidak. Validitas
suatu instrument yaitu seberapa jauh instrument itu benar-benar mengukur apa
(objek) yang hendak diukur (Yusuf, 2014 :234). Data evaluasi yang baik sesuai
dengan kenyataan disebut data yang valid , agar didapatkan data yang valid,
instumen atau alat untuk mengukur evalusianya harus valid.
Validitas atau kesahihan menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu
mengukur apa yang ingin diukur (a valid measure if it successfully measure the
phenomenon) (Siregar.2014: 74). Misalkan seseorang ingin mengukur berat suatu
benda, maka alat yang digunakan adalah timbangan. Timbangan merupakan alat
yang valid digunakan untuk mengukur berat, karena timbangan memang untuk
mengukur berat. Jika panjang suatu benda ingin diukur, maka alat yang digunakan
adalah meteran. Meteran merupakan alat yang valid digunkan untuk menukur
panjang suatu benda.
Validitas adalah salah satu ciri yang menandai tes hasil belajar yang baik.
Untuk dapat menentukan apakah suatu tes hasil belajar telah memiliki validitas
atau daya ketetapatan mengukur, dapat dilakukan dari dua segi, yaitu dari segi tes
itu sendiri sebagai suatu totalitas, dan dari segi itemnya, sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari tes tersebut (Sudijono, 2011:163). Validitas dinyatakan sebagai
taraf suatu tes yang menggambarkan apakah tes itu dianggap layak untuk
mengukur yakni, seberapa baik alat ukur itu mencapai sasarannya (Salladien,
1988: 112). Makin tinggi validitas suatu instrument, makin baik instumen itu
untuk digunakan. Tetapi perlu diingat bahwa validitas alat ukur itu tidaklah dapat
dilepaskan dari kelompok yang dikenai instrument itu karena berlakunya validitas
tersebut hanya terbatas pada kelompok itu atau kelompok lain yang kondisinya
hampir sama dengan kelompok tersebut. Oleh karena itu, semua alat ukur yang
valid untuk kelompok itu belum tentu valid untuk kelompok lain.
2. Jenis-Jenis Validitas
a. Validitas Rupa (Face Validity)
3
lebih mengacu pada bentuk dan penampilan instrumen. Validitas rupa ini amat
cocok dalam pengukuran kemampuan individu, seperti pengukuran kejujuran,
kecerdasan, bakat, dan keterampilan.
4
Validitas konkruen adalah kemampuan suatu instrumen pengukuran untuk
mengukur gejala tertentu saat sekarang, kemudian dibandingkan dengan
instrumen pengukuran lain untuk konstruk yang sama. Tes sebagai alat pengukur
dapat dikatakan telah memiliki validitas bandingan apabila tes tersebut dalam
kurun waktu yang sama dengan secara tepat telah mampu menunjukkan adanya
hubungan yang searah, antara tes pertama dengan tes berikutnya. Validitas
bandingan juga sering dikenal dengan istilah: validitas sama saat, validitas
pengalaman atau validitas ada sekarang. Dikatakan sama saat, sebab validitas tes
itu ditentukan atas dasar data hasil tes yang pelaksanaanya dilakukan pada kurun
waktu yang sama. Dikatakan validitas pengalaman, sebab validitas tes tersebut
ditentukan atas dasar pengalaman yang diperoleh. Dalam menguji validitas
validitas bandingan, data yang mencerminkan pengalaman yang diperoleh pada
masa lalu itu, kita bandingkan dengan data hasil tes yang diperoleh sekarang ini.
Jika hasil tes yang ada sekarang mempunyai hubungan yang searah dengan hasil
tes berdasarkan pengalaman yang lalu , maka tes dikatakan elah memiliki validitas
bandingan.
Yang dimaksud dengan validitas ramalan dari suatu tes adalah suatu
kondisi yang menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes telah dapat secara tepat
menunjukkan kemampuannya untuk meramalkan apa yang bakal terjadi pada
masa mendatang ( Sudjiono.2012:168). Misalnya, tes seleksi penerimaan
mahasiswa baru pada perguruan tinggi merupakan sebuah tes yang diharpkan
mampu meramalkan keberhasilan studi para calon mahasiswa dalam mengikuti
perkuliahan dimasa-masa mendatang. Peserta tes yang mendapatkan nilai baik
diramalkan kelak akan akan memiliki prestasi belajar yang baik pula. Tes seleksi
masuk tersebut dinyatakan sebagai tes yang dipersoalkan validitas ramalannya,
sedangkan nilai-nilai belajar para mahasiwa diperguruan tinggi ditetapkan
sebagai kriterium, tolak ukur atau alat pembandingnya. Suatu tes dikatakan
memiliki validitas ramalan jika terdapat kesesuaian atau kesejajaran arah antar tes
yang sedang diselidiki dengan kriteriumnya.
5
Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep, validitas konstruk adalah
validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur
pengertian suatu konsep yang diukurnya (Siregar.2014:77). Validitas konstruk
merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan validitas validitas lainnya
karena melibatkan banyak prosedur termasuk validitas isi dan kriteria. Seperti
halnya validitas isi, validitas kontruksi dapat diketahui dengan cara memrinci dan
memasangkan setiap butir tes dengan setiap aspek pada indikator (Arikunto. 2012:
82). Sehingga sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-
butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti
yang disebutkan dalam indikator soal.
6
mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Berikut ini adalah contoh menguji
validitas konstruksi dengan analisis faktor.
Misalnya akan dilakukan pengujian validitas konstruksi melalui analisis
faktor terhadap instrumen untuk mengukur prestasi kerja pegawai. Jadi dalam hal
ini variabel penelitiannya adalah prestasi kerja. Berdasarkan teori dan konsultasi
ahli, indikator pretasi kerja pegawai meliputi dua faktor yaitu: kualitas hasil kerja
dan kecepatan kerja. Selanjutnya indikator (faktor) kecepatan kerja dikembangkan
menjadi tiga pertanyaan, dan kualitas hasil kerja dikembangkan menjadi 4 butir
pertanyaan. Instrumen yang terdiri dari 7 butir pertanyaan tersebut, selanjutnya
diberikan kepada 5 orang pegawai sebagai responden untuk menjawabnya.
Jawaban responden ditunjukkan pada tabel 2. Arti angka: 4 berarti sangat tinggi, 3
tinggi, 2 rendah, 1 sangat rendah prestasinya.
Analisis faktor dilakukan dengan cara mengkorelasikan jumlah skor faktor
dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke
atas maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi berdasarkan
analisis faktor itu dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki validitas
konstruksi yang baik.
Tabel 1.Data Prestasi Kerja Pegawai
No Skor Faktor 1 Skor Faktor 2 untuk Jml Jml
Jml
. untuk butir no: butir no: 2 Tot
1
Re (X2 al
1 2 3 (X1) 1 2 3 4
s. ) (Y)
1. 3 4 3 10 3 3 2 4 12 22
2. 4 3 2 9 4 3 4 4 15 24
3. 1 2 1 4 3 2 1 2 8 12
4. 3 3 3 9 4 4 3 3 14 23
5. 2 2 4 8 3 1 2 1 7 15
Berdasarkan tabel 1 tersebut telh dihitung bahwa korelasi antara jumlah
faktor 1 (X1) dengan skor total (Y) = 0,85 dan korelasi antara jumlah faktor 2
(X2) dengan skor total (Y) = 0,94. Karena koefisien korelasi kedua faktor tersebut
di atas 0,3, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas hasil kerja dan kecepatan
kerja merupakan konstruksi (construct) yang valid untuk variabel prestasi kerja
pegawai.
7
Selanjutnya apakah setiap butir dalam instrumen itu valid atau tidak, dapat
diketahui dengan cara mengkorelasikan antara skor butir dengan skor total (Y).
Jadi untuk keperluan ini ada tujuh koefisien korelasi yang perlu dihitung. Bila
harga korelasi di bawah 0,3, maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen
tersebut tidak valid, sehingga harus dperbaiki atau dibuang. Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa korelasi ketujuh butir instrumen dengan skor total ditunjukkan
pada tabel 3.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Pengujian Validitas Konstruk
No. r hitung r kritis Keputusan
r1y 0,95 0,30 Valid
r2y 0,79 0,30 Valid
r3y 0,22 0,30 tidak valid
r4y 0,73 0,30 Valid
r5y 0,79 0,30 Valid
r6y 0,84 0,30 Valid
r7y 0,83 0,30 Valid
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa butir no 2 (faktor 1) tidak valid
karena koreasi butir tersebut dengan skor total hanya 0,22. Butir tersebut tidak
selaras dengan butir yang lain.
Pengujian seluruh butir instrumen dalam satu variabel dapat juga
dilakukan dengan mencari daya pembeda skor tiap item dari kelompok yang
memberikan jawaban tinggi dan jawaban rendah. Jumlah kelompok yang tinggi
diambil 27% dan kelompok yang rendah diambil 27% dari sampel uji coba.
Pengujian analisis daya pembeda dapat menggunakan t-test. Berikut ini diberikan
contoh analisis daya pembeda untuk menguji validitas instrumen.
Contoh:
Suatu instrumen penelitian akan digunakan untuk mengukur kinerja
aparatur Negara. Instrumen tersebut telah dikonsultasikan kepada paara ahli
aparatur dn dinyatakan siap untuk diujicoba. Uji coba diberlakukan terhadap
sampel 25 responden yang tahu maslaah aparatur.Berdasarkan 25 responden
tersebut dapat dikelompokkan 27% responden yang memberikan skor tinggi dan
27% skor rendah.
Tabel 3. Kelompok Skor Tinggi dan Rendah pada Instrumen untuk Mengukur Kinerja
Aparatur Negara
8
Skor-skor kelompok tinggi Skor-skor kelompok rendah
126 81
128 96
135 104
135 107
135 108
140 108
142 109
X1 = 135,1 X2 = 101,85
S1 = 6,1 S2 = 10,2
S12 = 38,1 S22 = 104,4
Untuk menguji daya pembeda digunakan rumus t-test sebagai berikut:
t=
Di mana:
Sgab =
Berdasarkan data yang ada pada tabel 4 dan rumus tersebut, maka:
Sgab =
Sgab = 8,4
t=
9
dan kelompok rendah (X2). Hal ini dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut
valid.
Pengujian validitas dengan uji beda ini didasarkan asumsi bahwa
kelompok responden yang digunakan sebagai uji coba berdistribusi normal.
Dengan demikian, kelompok skor tinggi dan rendah harus berbeda secara
signifikan, sesuai dengan kurva normal.
1) Pengujian Validitas Isi (Content Validity)
Menurut Sugiyono (2005: 146) bahwa pengujian validitas isi dapat
dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran
yang telah diajarkan. Secara teknis, pengujian validitas isi dan konstruksi dapat
dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen atau matrik pengembangan
instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai
tolok ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau penyataan yang telah
dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen, pengujian validitas dapat
dilakukan dengan mudah dan sistematis.
Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, maka setelah
dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya diujicobakan dan dianalisis dengan
analisis item atau uji pembeda. Analisis item dilakukan dengan menghitung
korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total dan uji pembeda dilakukan
dengan menguji signifikansi perbedaan antara 27% skor kelompok atas dan 27%
skor kelompok bawah.
2) Pengujian Validitas Ramalan (Predictive Validity)
Menurut Sudijono (2012: 172) bahwa dalam rangka mencari korelasi
antara tes hasil belajar yang sedang diuji validitas ramalannya dengan kriterium
yang telah ditentukan itu, cara sederhana yang paling sering digunakan adalah
dengan menerapkan Tekni Analisis Korelasional Product Moment dari Karl
Pearson. Hipotesis (Ho) yang akan diuji, dirumuskan dalam susunan kalimat
sebagai berikut: Tidak terdapat korelasi positif yang signifikan, antara tes hasil
belajar yang sedang diuji validitas ramalannya (=variabel X), dengan kriterium
yang telah ditentukan (=variabel Y).
Adapun langkah-langkah perhitungan dalam rangka penganalisisan
validitas ramalan sebagai berikut:
10
a. Menyiapkan peta korelasi (Scatter Diagram) dalam rangka mencari
angka indek korelasi rxy.
b. Menghitung nilai koreksi pada x atau Cx dengan rumus:
Cx =
Cy =
SDx = i
SDy = i
rxy =
11
korelasi r product moment (rxy), dengan derajat kebebasan sebesar (N-2), pada
taraf signifikansi 1% dengan ketentuan bahwa jika rxy atau ro sama atau lebih
besar daripada rtabel atau rt maka hipotesis nihil ditolak; berarti diantara kedua
variabel tersebut terdapat korelasi positif yang signifikan, sehingga dapat
dinyatakan valid yang berarti telah memiliki validitas bandingan yang mantap
atau meyakinkan. Sebaliknya, jika rxy atau ro lebih kecil daripada rtabel atau rt
maka hipotesis nihil disetujui; berarti tidak terdapat korelasi positif yang
signifikan diantara kedua variabel tersebut, sehingga dapat dinyatakan invalid
yang berarti belum memiliki validitas bandingan yang mantap atau meyakinkan.
Untuk mengetahui besarnya rxy dapat digunakan rumus sebagai berikut:
rxy =
B. RELIABILITAS
1. Pengertian Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability. Pengertian dari reliability
(rliabilitas) adalah keajegan pengukuran (Walizer, 1987). Sugiharto dan Situnjak
(2006) menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa
instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi yang
digunakan dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan data dan mampu
mengungkap informasi yang sebenarnya dilapangan. Ghozali (2009) menyatakan
bahwa reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari peubah atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu. Reliabilitas suatu test merujuk pada derajat stabilitas,
konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Pengukuran yang memiliki reliabilitas
yang tinggi adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliabel
Menurut Masri Singarimbun, realibilitas adalah indeks yang menunjukkan
sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat
pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil
pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka alat pengukur tersebut
12
reliable. Dengan kata lain, realibitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur
di dalam pengukur gejala yang sama.
Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 28) reliabilitas menunjukkan
sejauhmana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hasil
pengukuran harus reliabel dalam artian harus memiliki tingkat konsistensi dan
kemantapan.
Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian
pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari
alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama,
atau untuk pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai
memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai). Reliabilitas tidak sama
dengan validitas. Artinya pengukuran yang dapat diandalkan akan mengukur
secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam
penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap
konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi
yang sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang
konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran
yang berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda.
Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas
instrument yang diperoleh sesuai dengan tabel berikut:
Interpretasi Reliabilitas
13
2. Perhitungan Reliabilitas
Terdapat beberapa formula untuk menghitung nilai koefisien reliabilitas
yang bergantung kepada metode atau teknik pengumpulan data reliabilitas yang
digunakan dan skor butir soal (dikotomi atau politomi). Berikut dijabarkan contoh
perhitungan koefisien reliabilitas menggunakan beberapa formula:
1) Formula Kuder Richardson (KR20)
Formula KR20 dapat diterapkan pada instrumen yang mempunyai data skor
dikotomi dari tes yang seolah-olah dibagi-bagi menjadi belahan sebanyak butir
yang dimiliki. Skor yang diperoleh adalah berupa iya/tidak atau benar/salah (1 dan
0). Hasil perhitungan dengan rumus KR20 lebih teliti, tetapi perhitungannya lebih
rumit.
Rumus:
Keterangan:
ri1 = koefisien reliabilitas
k = banyaknya butir soal
vt = varians skor total
p = proporsi subjek yang menjawab soal secara benar
q = proporsi subjek yang menjawab soal secara salah (q = 1 p)
14
No Nomor butir-butir pertanyaan dalam kuisioner
X X2
Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
5 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 8 64
6 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 7 49
7 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 4 16
8 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 5 25
9 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 7 49
10 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 6 36
Np 6 0 9 0 10 10 0 6 10 4 1 9 1 66 454
P 0,6 0 0,9 0 1 1 0 0,6 1 0,4 0,1 0,9 0,1
1-p 0,4 1 0,1 1 0 0 1 0,4 0 0,6 0,9 0,1 0,9
p(1-p) 0,24 0,00 0,09 0,00 0,00 0,00 0,00 0,24 0,00 0,24 0,09 0,09 0,09 1,08
454 66 / 10
=
10 1
= 4,31
13 1,08
= 1
13 1 4,31
= 0,812
Nilai koefisien reliabilitas yang didapat adalah 0,812 > 0,70. Kesimpulannya
kuisioner dianggap masih reliabel (Sinaga, 2012).
Keterangan:
ri1 = koefisien reliabilitas
15
k = banyaknya butir soal
1 = bilangan konstan
M = mean total (rata-rata hitung dari skor total)
vt = varians skor total
N = jumlah responden
Contoh:
Dilakukan penelitian untuk mengetahui persepsi tentang hubungan suami-
istri selama kehamilan pada ibu hamil yang memeriksakan kandungan di sebuah
Puskesmas. Jumlah soal yang digunakan sebanyak 8 butir dengan responden
untuk uji realibilitas diambil sebanyak 10 orang. Hasil yang didapat adalah
sebagai berikut.
X X / N
2 2
vt
N 1
42 246 1764 / 10
= =
10 10 1
= 4,2 = 7,73
16
8 4,2 8 4,2
= 1
8 1 8 7,73
= 0,724
Nilai koefisien reliabilitas yang didapat adalah 0,724 > 0,70. Kesimpulannya
kuisioner dianggap masih reliabel (Sari, 2012).
3) Formula Spearman-Brown
Formula Spearman-Brown hanya dapat diterapkan pada soal yang mempunyai
jumlah butir genap. Formula ini menggunakan teknik belah dua (split half
method), yaitu soal dibelah menjadi 2 bagian (belahan ganjil dan belahan genap
atau belahan kiri dengan belahan kanan). Kedua belahan tersebut sejajar.
Formulanya adalah sebagai berikut:
Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas
rhh = koefisien korelasi product moment antara skor belahan satu dengan skor
belahan yang lain
1 dan 2 = bilangan konstan
Rumus product moment:
Keterangan:
X = Jumlah skor item ganjil
Y = Jumlah skor item genap
N = jumah subjek
Contoh:
17
Dalam sebuah penelitian untuk menentukan strategi faktor eksternal dalam
pengembangan perikanan tangkap di sebuah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI).
Terdapat 16 butir soal yang dibagi menjadi 2 bagian, yakni ganjil dan genap.
Jumlah subyek adalah 10 dengan kriteria pembobotan skor sebagai berikut.
Kriteria Bobot
Sangat penting 5
Penting 4
Cukup penting 3
Kurang penting 2
Tidak penting 1
18
Hasil yang didapat dari pengisian kuisioner adalah sebagai berikut.
Nomor butir-butir pertanyaan dalam kuisioner Teknik Belah Dua
No Skor
Ganjil Genap
Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Total x2 y2 xy
(x) (y)
1 3 4 3 3 4 4 2 4 2 2 3 2 2 3 3 2 46 22 24 484 576 528
2 2 3 3 3 4 3 3 4 2 3 2 2 2 3 2 2 43 20 23 400 529 460
3 5 4 5 4 5 4 4 5 3 3 3 3 3 4 3 4 62 31 31 961 961 961
4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 2 2 3 2 48 24 24 576 576 576
5 4 4 3 3 3 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 41 20 21 400 441 420
6 4 5 4 5 4 4 5 4 3 3 2 3 3 3 4 3 59 29 30 841 900 870
7 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 51 24 27 576 729 648
8 3 3 2 3 2 3 3 4 2 2 2 1 2 2 2 3 39 18 21 324 441 378
9 4 4 3 4 3 4 4 3 2 3 2 2 3 1 3 2 47 24 23 576 529 552
10 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 39 17 22 289 484 374
x 229
y 246
2
x 5427
y2 6166
xy 5767
19
Dari hasil yang didapat kemudian dapat dihitung nilai product moment dan koefisien reliabilitasnya.
57670 56334
= 54270 52441 61660 60516
1336 1336
= =
18291144 2092376
1336
= 1446,5 = 0,9236
2 0,9236 1,847211
= 1 0,9236 = 1,9236
= 0,9603
Pada tabel r product moment untuk N=10, nilai r untuk selang kepercayaan 95% ( = 0,05) adalah 0,632, sehingga nilai r hitung > nilai r
tabel (0,9603 > 0,632). Kesimpulannya kuisioner dianggap masih reliabel (Rahardjo, 2008).
20
4) Formula Rulon
Sama halnya dengan formula Spearman-Brown, formula Rulon ini juga dapat
diterapkan dengan teknik belah dua (split half method). Yang berbeda hanya cara
pandangnya terhadap reliabilitas. Menurut Rulon, reliabilitas dapat dipandang dari
adanya selisih skor (d) yang diperoleh oleh responden pada belahan pertama
dengan belahan kedua. Selisih tersebut yang menjadi sumber variasi error
sehingga bila dibandingkan dengan variasi skor akan dapat menjadi dasar untuk
melakukan estimasi tes reliabilitas. Formula Rulon mempunyai rumus adalah
sebagai berikut.
Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas
1 = bilangan konstan
21
22
Contoh:
Kasus yang digunakan sama seperti pada formula Spearman-Brown, yakni:
Nomor butir-butir pertanyaan dalam kuisioner Teknik Belah Dua
No Skor
Ganjil Genap d
Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Total d2 xt xt2
(x) (y) = x-y
1 3 4 3 3 4 4 2 4 2 2 3 2 2 3 3 2 46 22 24 -2 4 46 2116
2 2 3 3 3 4 3 3 4 2 3 2 2 2 3 2 2 43 20 23 -3 9 43 1849
3 5 4 5 4 5 4 4 5 3 3 3 3 3 4 3 4 62 31 31 0 0 62 3844
4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 2 2 3 2 48 24 24 0 0 48 2304
5 4 4 3 3 3 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 41 20 21 -1 1 41 1681
6 4 5 4 5 4 4 5 4 3 3 2 3 3 3 4 3 59 29 30 -1 1 59 3481
7 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 51 24 27 -3 9 51 2601
8 3 3 2 3 2 3 3 4 2 2 2 1 2 2 2 3 39 18 21 -3 9 39 1521
9 4 4 3 4 3 4 4 3 2 3 2 2 3 1 3 2 47 24 23 1 1 47 2209
10 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 39 17 22 -5 25 39 1521
x 229
y 246
d -17
(d2) 59
xt 475
xt2 23127
23
Dari hasil tersebut dapat dihitung varians perbedaan skor belahan dan varians total untuk menghitung koefisien reliabilitasnya.
59 23127
= 17 = 475
10 10
= -22,9 = -1837,7
22,9 1837,7
= =
10 10
= -2,29 = -183,77
2,29
= 1 183,77 = 0,9875
Nilai koefisien reliabilitas yang didapat adalah 0,9875 > 0,70. Kesimpulannya kuisioner dianggap masih reliabel.
24
25
5) Formula Flanagan
Formula Flanagan juga memakai teknik belah dua (split half method) seperti
halnya pada formula Spearman-Brown. Namun, koefisien reliabilitas pada
formula Flanagan tidak didasarkan ada tidaknya korelasi antara belahan I dengan
belahan II. Dasar dari formula Flanagan adalah jumlah kuadrat deviasi (varians)
pada tes belahan I, jumlah kuadrat (varians) deviasi pada tes belahan II, dan
jumlah kuadrat deviasi (varians) skor total. Formula yang digunakan adalah
sebagai berikut:
rumus :
Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas
= varians skor belahan 1
542,7 616,6
= 21
2312,7
= 0,9974
Nilai koefisien reliabilitas yang didapat adalah 0,9974 > 0,70. Kesimpulannya kuisioner dianggap masih reliabel.
6) Formula Alpha
Formula-formula di atas hanya berlaku untuk soal objektif yang mempunyai
kemungkinan jawaban benar dan salah (pilihan). Sedangkan untuk soal yang
mempunyai gradualitas skor jawaban misalnya pada soal uraian ataupun pada
angket (tes sikap), dapat digunakan Formula Alpha. Hal ini dikarenakan Formula
Alpha mampu mengakomodasi adanya variasi skor dalam setiap butir soal.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas
n = jumlah butir soal
Si2 = varians skor tiap-tiap butir soal
St2 = varians total
1 = bilangan konstan
Dari hasil nilai varians masing-masing komponen (soal) tersebut, maka dapat dihitung nilai varians setiap butir soal dan varians skor total.
Selanjutnya dapat dihitung nilai koefisien reliabilitasnya sebagai berikut.
Varians butir soal no. 1: Varians butir soal no. 2:
72 676 / 10 74 676 / 10
= =
10 10
= 0,44 = 0,64
Varians setiap butir soal dihitung hingga didapat nilai total varians tiap butir soal
sebagai berikut.
= 0,44+0,64+0,61+0,84 +0,61+0,61+0,49+0,41+0,24+0,85+0,64+0,14+0,44 =
6,96
14494 142884 / 10
=
10
= 20,56
13 6,96
= 1
13 1 20,56
32
= 0,717
Nilai koefisien reliabilitas yang didapat adalah 0,717 > 0,70. Kesimpulannya
kuisioner dianggap masih reliabel (Widodo, 2006).
C. Efektifitas
Pengertian efektifitas secara umum menunnjukkan sampai seberapa jauh
tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Chong dan Maginson dalam
Slameto dalam Rahmantina (2013) mengartikan Efektifitas merupakan kesesuaian
antara siswa dengan hasil belajar.
Keefektifan suatu bahan ajar biasanya dilihat dari potensial efek berupa
kualitas hasil belajar, sikap dan motivasi siswa. Menurut Akker ada 2 aspek yang
harus dipenuhi oleh suatu bahan ajar, yaitu:
1. Ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa bahan ajar
itu efektif.
2. Secara operasional bahan ajar itu memberikan hasil sesuai dengan yang
diharapkan.
Faktor faktor yang mempengaruhi efektifitas pembelajaran:
1. Faktor Raw Input (murid itu sendiri), dimana tiap anak mempunyai kondisi
yang berbeda beda dalam :
a. Kondisi fisiologis (badan) : kecacatan tubuh
b. Kondisi psikologis (mental) : minat, kecerdasan, bakat, motivasi,
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor
2. Faktor Enviromental Input (lingkungan), baik itu lingkungan alami maupun
lingkungan sosial
a. Lingkungan alami : suhu, kelembaban kepengapan udara
b. Lingkungan sosial : wujud manusia atau hal hal lain yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar (suara mesin pabrik, hiruk pikuk
lalu lintas, keramaian padar dan sebagainya)
33
3. Faktor Instrumental adalah faktor yang keberadaannya dan penggunaanya di
rancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.
a. Faktor keras ( hardware) : gedung, kelengkapan belajar atau sarana, alat
alat pratikum
b. Faktor lunak (software) : kurikulum, rancangan program yang akan
dipelajari, pedoman belajar
Untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan bahan ajar atau produk yang
dihasilkan dapat dihitung dengan uji korelasi. Keefektifan ini dapat di lihat dari hasil
tes belajar siswa (tes awal dan tes akhir). Tes yang di berikan harus divalidasi
(validasi) dengan produk moment dan reliabilitas menggunakan koefisien reliabilitas.
Dari data hasil tes awal dan akhir siswa kita dapat melihat signifikansi
perbedaan antara hasil belajar sesudah dan sebelum perlakuan. Uji statistik yang
digunakan adalah analisis perbandingan berkorelasi (t tes korelasi), yang dirumuskan
sebagai berikut:
Keterangan:
= rata rata hasil belajar siswa sesudah perlakuan
= rata rata hasil belajar siswa sebelum perlakuan
= standard deviasi hasil belajar siswa sesudah perlakuan
= standard deviasi hasil belajar siswa sebelum perlakuan
= varians hasil belajar siswa sesudah perlakuan
= varian hasil belajar siswa sebelum perlakuan
r = korelasi anatar data kedua hasil belajar siswa
dapat dicari dengan product moment
34
Untuk mendapatkan kesimpulan dengan membandingkan harga dengan
yang terdapat dalam tabel distribusi-t. Kriteria pengujian adalah Ho jika , <
Keterangan:
KK = Ketuntasan klasikal
JT = Jumlah peserta didik yang tuntas
JS = Jumlah peserta didik
35
Keterangan:
PK = Penggunaan kecerdasan
K = Skor yang diperoleh
TK = Skor maksimum
3. Hasil belajar psikomotor
Peserta didik dikategorikan tuntas jika mampu memperoleh nilai
KKM dan peserta didik dikategorikan tidak tuntas apabila memperoleh
nilai < KKM.
Dari data hasil tes awal dan akhir siswa kita dapat melihat signifikansi
perbedaan antara hasil belajar sesudah dan sebelum perlakuan. Uji statistik yang
digunakan adalah analisis perbandingan berkorelasi (t tes korelasi), yang dirumuskan
sebagai berikut:
Keterangan:
= rata rata hasil belajar siswa sesudah perlakuan
= rata rata hasil belajar siswa sebelum perlakuan
= standard deviasi hasil belajar siswa sesudah perlakuan
= standard deviasi hasil belajar siswa sebelum perlakuan
= varians hasil belajar siswa sesudah perlakuan
= varian hasil belajar siswa sebelum perlakuan
r = korelasi anatar data kedua hasil belajar siswa
dapat dicari dengan product moment
36
Untuk mendapatkan kesimpulan dengan membandingkan harga dengan
yang terdapat dalam tabel distribusi-t. Kriteria pengujian adalah Ho jika , <
Regeluth (1999)
Aspek penting dalam keefktifan dari suatu instrument, teori atau model adalah
mengetahui tingkat atau derajat dari penerapan teori atau model dalam suatu
situasi tertentu. Tingkat keefektifan in biasanya dinyatakan denag suatu skala
numeric yang didasarkan pada kriteria tertentu
Van den Akker (1999:10)
Efektifitas mengacu pada tingkatan bahwa pengalaman diri hasil intervensi
konsisten denga tujuan yang dimaksud
Keefektifan suautu bahan ajar biasanya dilihat dari potensial efek berupa
kualitas hasil belajar, sikap dan motivasi siswa. Menurut Akker ada 2 aspek yang
harus dipenuhi oleh suatu bahan ajar, yaitu:
37
3. Ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahawa bahan ajar
itu efektif
4. Secara operasional bahan ajar itu memberikan hasil sesuai dengan yang
diharapkan
Keterangan:
d = effect size
Mi = mean posttest
MB = mean pretest
Kategori hasil perhitungan effect size berdasarkan Cohen (1992) ditunjukkan dalam
tabel 3.10 berikut ini:
38
Effect Size Keterangan
d < 0,1 Tidak berpengaruh
(negligible effect)
0,1 d < 0,4 Kecil (small effect)
0,4 d < 0,8 Sedang (medium effect)
d > 0,8 Besar (large effect)
D. PRAKTIKALITAS
1. PengertianPraktikalitas
39
Kepraktisan juga merupakan salah satu ukuran suatu instrumen evaluasi
dikatakan baik atau tidak. Bila guru menggunakan esay tes untuk mengukur
tanggapan siswa terhadap suatu produk pembelajaran, dan jumlah siswa yang
dibimbingnya mencapai dua ratus orang, maka upaya ini cenderung tidak praktis.
Diperlukan cara lain untuk menilai tanggapan siswa tersebut, misalnya dengan tes
lisan terhadap hasil diskusi kelompok. Kepraktisan diartikan pula sebagai kemudahan
dalam penyelenggaraan, membuat instrumen, dan dalam pemeriksaan atau penentuan
keputusan yang objektif, sehingga keputusan tidak menjadi bias dan meragukan.
Kepraktisan dihubungkan pula dengan efisien dan efektifitas waktu dan dana. Sebuah
tes dikatakan baik bila tidak memerlukan waktu yang banyak dalam pelaksanaannya,
dan tidak memerlukan dana yang besar atau mahal.
2. Kriteria Mengukur Kepraktisan
Kepraktisan sebuah alat evaluasi lebih menekankan pada tingkat efisiensi dan
efektivitas alat evaluai tersebut, beberapa kriteria yang dikemukakan oleh Gerson,
dkk dalam mengukur tingkat kepraktisan, diantaranya adalah:
1. Waktu yang diperlukan untuk menyusun tes tersebut
2. Biaya yang diperlukan untuk menyelenggarakan tes tersebut
3. Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tes
4. Tingkat kesulitas menyusun tes
5. Tingkat kesulitan dalam proses pemeriksaan tes
6. Tingkat kesulitan melakukan intrepetasi terhadap hasil tes
Kepraktisan alat evaluasi akan memberikan manfaat yang besar bagi
pelaksanaan maupun bagi peserta didik karena dirancang sedemikian sistematis
terutama materi instrumen tersebut. Berkaitan kepraktisan dalam penelitian
pengembangan Van den Akker (1999:10) menyatakan :
Practically refers to the extent that user (or other expert) consider the
intervention as appealing and usable in normal conditions
Artinya, kepraktisan mengacu pada tingkat bahwa pengguna (atau pakar-pakar
lainnya) mempertimbangkan intervensi dapat digunakan dan disukai dalam kondisi
40
normal. Untuk mengukur tingkat kepraktisan yang berkaitan dengan pengembangan
instrument berupa materi pembelajaran, Nieveen (1999) berpendapat bahwa untuk
mengukur kepraktisannya dengan melihat apakah guru (dan pakar-pakar lainnya)
mempertimbangkan bahwa materi mudah dan dapat digunakan oleh guru dan siswa.
Khusus untuk pengembangan model yang dikembangkan dalam penelitian
pengembangan, model tersebutdikatakan praktis jika para ahli dan praktisi
menyatakan bahwa secara teoritis bahwa model dapat diterapkan di lapangan dan
tingkat keterlaksanaannya model tersebut termasuk kategori baik. Istilah baik ini
masih memerlukan indikator-indikator yang diperlukan untuk menentunkan tingkat
kebaikan dari keterlaksanaan model yang di kembangkan.
3. Analisis Kepraktisan
Penilaian produk berdasarkan angket yang telah diisi oleh praktisi dianalisis
untuk mengetahui tingkat kepraktisan dari produk yang dikembangkan. Analisis
kepraktisan menggunakan Skala Likert dengan langkah-langkah:
1. Memberikan skor untuk setiap item jawaban sangat baik (5), baik (4), cukup
(3), kurang (2) dan sangat kurang (1).
2. Menjumlahakan skor total tiap praktisi untuk seluruh indikator.
3. Pemberian nilai kepraktisan dengan cara menggunakan rumus:
x 100 %
Dimana :
P = Nilai akhir
f = Perolehan skor
N = Skor maksimum
Kategori praktikalitas dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :
Tabel 1. Tabel Kategori Praktikalitas
No Nilai Kriteria
1 80% < x 100% Sangat praktis
2 60% < x 80 % Praktis
3 40% < x 60 % Cukup praktis
4 20% < x 40 % Kurang praktis
5 0% < x 20 % Tidak praktis
41
Dimodifikasi dari (Riduwan:2009).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan adanya pengujian dari hasil sebuah penelitian atau yang sering
disebut dengan uji reliabilitas maka penelitian yang dihasilkan akan memiliki sebuah
mutu yang berkualitas. Karena penelitian yang sudah melalui uji penelitian sudah
dianggap bagus dan memenuhi standar.
42
Faktor-faktor yang mempengaruhi reliabiltas adalah konstruksi bukti soal
yang tidak tepat, panjangnya suatu instrument akan dapat menurunkan reliabilitas
suatu instrument, ketidaktepatan waktu yang disediakan dalam menyelesaikan
instrument, tingkat kesukaran serta objektivitas. Untuk menentukan reliabilitas suatu
instrument dapat dilakukan dengan berdasarkan jumlah soal tes, dan juga berdasarkan
bentuk tes.
Efektifitas secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya suatu
tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Keefektifan suatu bahan ajar dapat dilihat
dari potensial efek berupa kualitas hasil belajar, sikap dan motivasi peserta didik.
B. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini belum sempurna, untuk itu diharapkan
kepada dosen pembimbing serta pembaca ikut memberikan saran agar makalah ini
lebih baik untuk selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
43
Drost, Ellen A. 2011. Validity and Reliability in Social Science Research. Vol 38
number 1, 2011. California State University. Los Angeles (23 September 2016).
44