Anda di halaman 1dari 25

VALIDITAS

Makalah disusun sebagai tugas pada Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika

Oleh:
Nasrul
NIM 20700121042

Dosen Pengampu:
Dr. Nursalam, S.Pd., M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAKASSAR
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. ii

I. PENDAHULUAN............................................................................................................................. 3
A. Latar Belakang...................................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah................................................................................................................................5
II. PEMBAHASAN.............................................................................................................................. 7
A. Konsep Dasar Validitas......................................................................................................................7
B. Pengertian Validitas............................................................................................................................9
C. Tipe-Tipe Validitas........................................................................................................................... 11
D. Sumber Fakta Validitas...................................................................................................................13
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Validitas......................................................................16
III. PENUTUP................................................................................................................................... 19
A. Kesimpulan.......................................................................................................................................... 19
B. Implikasi................................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................ 22

ii
VALIDITAS

Oleh: Nasrul

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Validitas instrumen menjadi salah satu aspek penting dalam penelitian

ilmiah dan pengukuran di berbagai bidang, termasuk ilmu sosial, pendidikan,

psikologi, dan berbagai disiplin ilmu lainnya. Validitas instrumen mengacu pada

sejauh mana instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dapat

diandalkan dalam mengukur variabel atau konsep yang dimaksud. Dalam kata lain,

validitas instrumen mengukur apakah instrumen tersebut benar-benar mengukur

apa yang seharusnya diukur dan apakah hasil pengukuran dapat diandalkan.

Validitas instrumen merupakan landasan utama dalam penelitian ilmiah

karena hasil penelitian yang akurat dan dapat dipercaya sangat bergantung pada
validitas instrumen yang digunakan. Jika instrumen tidak valid, maka hasil

penelitian akan menjadi tidak relevan dan tidak dapat diandalkan. Oleh karena itu,

memahami konsep dan metode untuk mengukur validitas instrumen adalah hal

yang sangat penting bagi para peneliti dan praktisi dalam berbagai bidang.

Dengan adanya instrument penelitian, maka kita akan mengetahui sumber

data yang akan kita teliti dan jenis datanya, teknik pengumpulan datanya,

instrumen pengumpulan datanya, langkah penyusunan instrumen penelitian

tersebut serta mengetahui validitas, reabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda,

dan pengecoh/distraktor suatu data dalam penelitian. Instrumen mempunyai

peranan yang sangat penting. Karena dengan adanya instrumen, mutu suatu

3
4

penelitian dapat diketahui. Jika instrumen yang dibuat, memiliki kriteria yang baik,

maka mutu penelitiannya juga baik, begitupun sebaliknya.

Hal ini mudah dipahami karena instrumen berfungsi mengungkapkan suatu

fakta menjadi suatu data, sehingga jika instrumen yang digunakan dalam

penelitian mempunyai kualitas yang baik, dalam arti valid dan reliabel serta

memiliki tingkat kesukaran, daya pembeda dan distraktor/pengecoh yang baik,

maka data yang diperoleh akan sesuai dengan fakta atau keadaan sesungguhnya di

lapangan. Sedangkan jika kualitas instrumen yang digunakan tidak baik dalam arti

mempunyai validitas dan reliabilitas yang rendah, serta memiliki tingkat

kesukaran, daya pembeda dan distraktor/pengecoh yang tidak baik, maka data

yang diperoleh juga tidak valid atau tidak sesuai dengan fakta di lapangan,

sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang keliru.(Arifin 2017)

Validitas instrumen dapat diukur dengan berbagai cara, tergantung pada

jenis instrumen yang digunakan dan tujuan penelitian. Salah satu cara yang umum

digunakan adalah dengan menguji validitas konstruk, yaitu sejauh mana instrumen

dapat mengukur konstruk atau variabel yang dimaksud dengan baik. Selain itu,
validitas instrumen juga dapat diukur melalui validitas kriteria, yaitu sejauh mana

instrumen tersebut dapat memprediksi variabel lain yang seharusnya terkait

dengan konstruk yang diukur.

Pentingnya validitas instrumen tidak hanya terbatas pada penelitian

akademis, tetapi juga berdampak signifikan dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya, dalam dunia pendidikan, validitas instrumen sangat penting dalam

mengukur kemampuan siswa, mengevaluasi efektivitas program pembelajaran,

dan mengambil keputusan terkait dengan penempatan siswa di tingkat pendidikan


5

tertentu. Di dunia kesehatan, validitas instrumen digunakan untuk mengukur

kondisi kesehatan pasien, mendiagnosis penyakit, dan mengukur efektivitas

pengobatan.

Dalam konteks penelitian ilmiah, penggunaan instrumen yang tidak valid

dapat mengarah pada kesalahan interpretasi data dan kesimpulan yang tidak

akurat. Ini dapat mengakibatkan pemborosan sumber daya, waktu, dan upaya

dalam penelitian yang tidak memberikan kontribusi yang berarti pada

pengetahuan ilmiah. Oleh karena itu, memahami dan menguji validitas instrumen

dengan baik sebelum digunakan dalam penelitian adalah langkah yang sangat

penting.

Salah satu metode yang umum digunakan dalam menguji validitas

instrumen adalah analisis statistik, seperti analisis faktor, analisis korelasi, dan

regresi. Analisis ini dapat membantu peneliti untuk mengevaluasi sejauh mana

instrumen tersebut dapat membedakan antara individu yang berbeda dalam hal

variabel yang diukur.

Pada makalah ini, kami akan membahas lebih lanjut tentang konsep dan

pengertian validitas instrumen, jenis-jenis validitas instrumen, metode sumber

factor validitas instrumen, serta factor-faktor yang mempengaruhi validitas

instrumen dalam penelitian ilmiah.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan bagaimana konsep dasar validasi?

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan validasi?


6

3. Jelaskan apa saja tipe-tipe validasi?

4. Jelaskan bagaimana sumber fakta validitas?

5. Jelaskan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi validitas?


7

II. PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Validitas


Konsepsi validitas dalam pengukuran pendidikan dan psikologi mulai
jelas sejak muncul tulisan Cronbach dan Meehl (1955) yang mengupas 4 jenis
validitas dalam pengukuran. Keempat validitas itu adalah

(1) Validitas prediktif (predictive validity),

(2) Validitas konkuren (concurrent validity),

(3) Validitas isi (content validity), dan

(4) Validitas kontrak (construct validity).

Konsep validitas yang dirumuskan dalam dokumen AERA, APA & NCME
(1999) tentang artikel Standards for educational and psychological tests and
manuals yang diterbitkan oleh American Psychological Association (APA), American
Educational Research Association (AERA), dan National Council on Measurement in
Education (NCME) adalah sebagai berikut:

a. Validitas bukanlah karakteristik atau kualitas yang melekat pada tes


melainkan kualitas konsekuensi sosial yang ditimbulkan oleh penafsiran
hasil tes sesuai tujuan penggunaan tes. Validitas dimaksudkan sebagai taraf
sejauhmana bukti-bukti empiris maupun teoritis mendukung atau
membenarkan cara menginterpretasi skor tes sesuai dengan tujuan
penggunaan tes. Pengujian validitas yang dilakukan adalah untuk
mengevaluasi kualitas interpretasi skor tes sesuai dengan tujuan
penggunaan tes, bukan tesnya sendiri.
b. Validitas sebagai konsep tunggal. Beberapa bukti yang digunakan untuk
mengevaluasi kualitas interpretasi skor tes sesuai tujuan penggunaan tes
memang mampu menunjukkan aspekaspek validitas namun tidak mewakili
8

jenis-jenis validitas yang berbeda. Hal ini mengandung makna bahwa


validitas merupakan konsep tunggal, yaitu taraf sejauhmana seluruh bukti
yang berhasil dikumpulkan mendukung interpretasi skor tes sesuai yang
dimaksudkan oleh tujuan penggunaan tes.
c. Terdapat 5 (lima) jenis bukti yang perlu dikumpulkan untuk memeriksa
validitas interpretasi skor sesuai tujuan penggunaan tes yaitu (1) bukti
terkait isi tes, (2) bukti terkait proses respon yang diberikan subjek, (3)
bukti terkait struktur internal tes, (4) bukti terkait hubungannya dengan
variabel lain, dan (5) bukti terkait konsekuensi pengetesan

Selanjutnya, Linn & Gronlund (2000) mengemukakan hakikat validitas


adalah sebagai berikut:

a. Validitas menyatakan ketepatan interpretasi hasil bukan pada prosedurnya.


b. Validitas merupakan persoalan yang berkaitan dengan derajat (tingkatan),
sebagai konsekuensinya kita harus menghindari pemikiran hasil asesmen
sebagai valid atau tidak valid. Oleh karena validitas adalah persoalan
derajat maka sebuah instrumen dapat dikategorikan mempunyai derajat
validitas tinggi, sedang, dan rendah.
c. Validitas selalu bersifat khusus untuk penggunaan atau interpretasi
tertentu. Tidak ada asesmen yang valid untuk semua tujuan. Sebagai
contoh, hasil tes aritmatika mungkin mempunyai tingkat validitas yang
tinggi untuk kemampuan hitung, validitas yang rendah untuk alasan-alasan
aritmatika, dan mempunyai derajat validitas sedang untuk memprediksi
kesuksesan prestasi matematika yang akan datang.
d. Validitas merupakan kesatuan konsep. Hakikat konsep validitas dipandang
sebagai sebuah kesatuan konsep berdasarkan berbagai macam bagian dari
fakta.
e. Validitas melibatkan sebuah keputusan evaluatif yang menyeluruh.

Adanya perubahan pemahaman konsep validitas dari pemahaman awal


bahwa validitas itu melekat pada tes bergeser menjadi validitas interpretasi skor
9

tes, tentu saja membawa perubahan cara pandang terhadap validitas. Hal ini
tentunya merupakan proses pengembangan konsepsi terhadap validitas itu
sendiri, dan perubahan konsepsi ini juga mempengaruhi proses pengumpulan
bukti-bukti empiris pada proses validasi suatu alat ukur atau suatu tes. Perubahan
pemhaman konsep ini tentunya akan menjadi langkah awal pengembangan dalam
pengujin atau pemeriksaan validitas alat ukur atau tes. (Suseno 2015)

B. Pengertian Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Suatu alat evaluasi dikatakan valid (sahih) jika alat tersebut mampu
mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Dalam konteks alat ukur atupun
suatu instrument asessmen, validitas diartikan yaitu, sejauh mana ketepatan
alat ukur yang digunakan dalam melakukan fungsi pengukurnya. Sebuah
instrument dapat dikatakan valid apabila menghasilkan data yang tepat sesuai
yang diinginkan. Dalam pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang
tinggi apabila menghasilkan suatu data secara akurat dan memberikan
gambaran tentang variable yang diukur seperti yang dikehendaki oleh tujuan
pengukuran itu sendiri, adapun pengukuran yang memiliki suatu validitas yang
rendah apabila suatu tes menghasilkan data yang tidak relevan dan tidak sesuai
dengan tujuan pengukuran. Validitas itu sendiri berkaitan dengan pengukuran.
Tetapi validitas ini tidak berlaku secara umum bagi semua jenis pengukuran.
Dalam suatu tes itu mempunyai hasil ukuran yang valid dalam suatu tujuan
tertentu yang spesifik akan tetapi bagi tujuan yang lain tidak valid atau bahkan
pada kelompok yang lain untuk tujuan yang sama. Validitas merupakan suatu
pertimbangan yang utama dalam mengevaluasi kualitas dalam tes sebagai
instrument ukur. (Котлер 2008)
Azwar (1987: 173) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata
validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
10

instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes


dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan
fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan
maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya bahwa hasil ukur dari
pengukuran yang telah dilakukan merupakan besaran yang menggambarkan
secara tepat fakta atau keadaan yang benar adanya dari apa yang diukur.
Suryabrata (2000: 41) menyatakan bahwa validitas tes pada dasarnya
menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes atau derajat
kecermatan ukurnya suatu tes. Validitas suatu tes mempermasalahkan apakah
tes tersebut benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Maksudnya adalah
seberapa jauh suatu tes mampu mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan
yang sesungguhnya dari objek ukur. Hal ini tentunya akan tergantung dari
tingkat validitas tes yang bersangkutan.(Zhang, Peh, and Wang 2014)
Sudjana (2004: 12) menyatakan bahwa validitas berkenaan dengan
ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul
menilai apa yang seharusnya dinilai.

American Educational Research Association, American Psychological


Association, and National Council on Measurement in Education (AERA, APA, and
NCME) mengngkapkan bahwa validitas merujuk pada derajat dari fakta dan
teori yang mendukung interpretasi skor tes, dan merupakan pertimbangan
paling penting dalam pengembangan tes.

Validitas adalah keakuratan suatu instrumen menjalankan tugasnya sebagai


alat ukur. Instrumen yang valid adalah instrumen yang mampu mengukur apa
yang seharusnya diukur (Nunnally, 1978, Allen & Yen, 1979, Kerlinger 1986,
Saifuddin Azwar, 2000).

Validitas mengacu pada kecukupan dan kelayakan yang dibuat dari


penilaian, berkenaan dengan penggunaan khusus (Linn & Gronlund, 1995).

Validitas merupakan kebijakan evaluatif yang terintegrasi tentang


sejauhmana fakta empiris dan alasan teoretis mendukung kecukupan dan
11

kesesuaian inferensi dan tindakan berdasarkan skor tes atau skor suatu
instrumen (Messick, 1989).

Validitas sebagai dukungan fakta empiris dan alasan teoretis terhadap


interpretasi skor tes atau skor suautu instrumen, dan terkait dengan
kecermatan pengukuran.

C. Tipe-Tipe Validitas

Berikut ini adalah jenis-jenis validitas yang ditetapkan oleh American


Psicological Association yakni ada tiga Content validity, construct validity,
dan criterion-related validity.

a. Content Validity (Validitas Isi)

Content validity atau validitas isi suatu instrument harus mampu


menjawab pertanyaan “sejauh mana instrument-instrument itu merangkum
keseluruhan materi yang hendak di ukur menggungakan instrument
tersebut. Content validity atau validitas isi baiknya ditentukan oleh ahli
(bidang studi). Hal ini dikarenakan instrument dikatakan valid ketika ahli
menyakini bahwa instrument itu mampu mengukur kemampuan siswa.
Hendaknya ketepatan instrument disesuaikan dengan indikator-indikator,
redaksi soal, dan kesesuaian pilihan jawaban (pengecoh) dalam model
pilihan ganda. Validitas isi biasanya dipakai untuk instrument-instrument
yang berbentuk tes untuk mengukur kemampuan akademik siswa.
Instrument tes dikatakan valid selain ditentukan oleh ahli dapat dilakukan
dengan membandingkan antara instrument yang telah di buat dengan
materi yang telah diajarkan di kelas. Penyusunan instrument dengan cara
memerinci materi yang ada di buku pelajaran, dan menganalisis
menggunakan analisis rasional. Adapun cara yang bisa dipakai dalam
penyusunan tes adalah dengan menyusun kisi-kisi soal. Setelah itu
12

penulisan butir soal harus berdasarkan kisi-kisi yang telah di buat. Dengan
langkah ini, validitas isi akan tercapai. Untuk mengetahui atau menunjukan
sebuah validitas berdasarkan isi maka bisa didapatkan dari menganalisis
anatara isi tes dan konstruk yang hendak diukur. Bisa mengacu pada tema,
KKO, format butir, dan pertanyaan pada tes.

b. Construct Validity (Validasi Konstrak)

Construct validity atau validitas konstruk yaitu mengukur teori yang


menjadi dasar penyusunan instrument. Memperanyakan apakah butir-butir
pertanyaan telah sesuai dengan konsep keilmuan yang bersangkutan.
Secara definisi, kontruk adalah suatu sikap yang tidak bisa di observasi,
tetapi mampu dirasakan pengaruhnya melalui beberapa alat indra.
Contohnya, kontruk dalam lingkup pendidikan teknologi kejuruan,
keterampilan siswa dapat dilihat dari performanya saat melakukan tugas.
Contoh lain yakni kontruk pada listrik dapat dirasakan ketika memegang
kabel, dan arus listrik bisa dirasakan pengaruhnya melalui alat ukur seperti
ohm meter atau ampere meter. Contoh lain dalam pendidikan anak, kontruk
intelegency Quotient (IQ), menghasilkan bahwa seorang anak yang
memiliki IQ tinggi ada kecenderungan mampu mengerjakan tugas-tugas
sekolah dengan labih baik. Validitas konstruk ini banyak menggunakan
angket dan semacamnya sebagai instrument penilaianya. Angket ini berisi
teori-teori tentang sesuatu yang hendak diukur. Sehingga butir-butir
pertanyaan nantinya dapat dipertanggung jawabkan. Perlu diperhatikan
juga untuk mengkosultasikan kepada ahli minimal tiga orang terkait
instrumen yang telah disusun. Validitas konstruk juga dapat diketahui
menggunakan cara yakni memerinci dan memasangkan setiap butir soal
dengan setiap aspek dalam indicator ataupun melalui segi susunan
kerangkanya.

c. Criterion-related validity (Validasi Kriteria)


13

Disebut juga validitas empiris /validitas Eksternal. Validitas


eksternal didasarkan

pada kriteria yang berada di luar instrument, yaitu berdasarkan


fakta empirik dan pengalaman. Validitas eksternal dibagi menjadi dua,
yakni validitas kesejajaran dan validitas predikasi.

1) Validitas Prediksi / validiatas ramalan

Memprediksi artinya meramal suatu hal yang mungkin akan terjadi


pada masa depan. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi apabila
memiliki kemampuan untuk memprediksi dimasa yang akan datang. Tepat
tidaknya prediksi tersebut dapat dilihat dari hubungan antara hasil tes
dengan hasil alat ukur lain dimasa yang akan dating.

2) Validitas Kesejajaran Sebuah instrument dapat dikatakan memiliki


validitas ini ketika hasilnya sesuai dengan ketentuan yang sudah ada.
Artinya memiliki kesejajaran. Ketentuan atau kriteria yang sudah ada bisa
berwujud instrument lain yang mengukur hal sebanding,tetapi telah diakui
validitasnya.38 Validitas kesejajaran disebut juga dengan validitas
bandingan. Artinya sebuah instrument dikatakan valid jika hasilnya sesuai
dengan pengalaman (yang sudah pernah terjadi). Cara melakukan analisis
validitas ini sama seperti menganalisis validitas prediksi yakni dengan
mengkorelasikan hasil yang sekarang dengan hasil terdahulu, hasil tes yang
saat ini menjadi variable X sedangkan hasil terdahulu menjadi variable Y.
Teknik hasil uji korelasinya menggunakan korelasi product moment.(Nizary
and Nur Kholik 2021)

D. Sumber Fakta Validitas

Fakta tentang validitas dapat ditemukan di berbagai sumber, termasuk

literatur ilmiah, buku teks, panduan penelitian, dan sumber-sumber terpercaya


14

lainnya. Berikut adalah beberapa sumber yang dapat digunakan untuk

memahami validitas dalam konteks penelitian:

a. Buku Teks Metodologi Penelitian: Buku teks tentang metodologi penelitian

seringkali memiliki bab atau bagian khusus yang membahas konsep

validitas. Anda dapat mencari buku teks yang fokus pada bidang penelitian

yang Anda minati, seperti ilmu sosial, ilmu alam, atau kesehatan.

b. Jurnal Ilmiah: Artikel ilmiah dalam jurnal-jurnal ilmiah adalah sumber

utama untuk memahami validitas dalam konteks penelitian. Peneliti

seringkali membahas validitas instrumen atau metode dalam artikel

mereka, termasuk bagaimana validitas diukur, diuji, dan diperdebatkan.

c. Panduan Penelitian Institusi atau Organisasi: Beberapa institusi akademik,

organisasi penelitian, atau badan pemerintah menghasilkan panduan atau

pedoman penelitian yang mencakup topik validitas. Ini bisa menjadi

sumber yang berguna untuk memahami konsep dan prinsip validitas

dalam konteks tertentu.

d. Buku Penelitian Spesifik: Buku-buku yang lebih spesifik tentang jenis

penelitian tertentu, seperti eksperimen, survei, atau analisis statistik,

sering membahas validitas instrumen dan prosedur yang sesuai untuk

memastikannya.

e. Pelatihan Penelitian: Pelatihan atau kursus penelitian, baik yang

diselenggarakan oleh lembaga pendidikan atau pelatihan profesional,

seringkali mencakup materi tentang validitas dan cara mengukurnya

dalam penelitian.
15

f. Panduan Online: Ada banyak sumber online yang dapat memberikan

informasi tentang validitas. Pastikan untuk mencari sumber-sumber yang

dikelola oleh institusi pendidikan, lembaga penelitian, atau penulis yang

terkemuka dalam bidang penelitian.

g. Konsultasi dengan Ahli: Jika Anda memiliki pertanyaan khusus tentang

validitas dalam konteks penelitian Anda, konsultasi dengan ahli atau

penasihat penelitian dapat menjadi sumber informasi yang berharga.

(Zulpan & Rusli, 2020) Ada lima sumber bukti validitas yang penting yaitu,
bukti berdasarkan isi tes, bukti berdasarkan proses respons, bukti berdasarkan
struktural internal, bukti berdasarkan hubungan dengan variabel lain, dan bukti
berdasarkan konsekuensi pengujian.

1. Bukti Berdasarkan Isi Tes (Content Validity):

Validitas berdasarkan isi tes berkaitan dengan sejauh mana tes


mencakup seluruh domain atau konstruk yang ingin diukur. Ini berarti
bahwa isi tes harus mencerminkan secara akurat karakteristik atau domain
yang ingin diukur. Untuk mengukur validitas ini, para ahli sering melakukan
analisis isi tes untuk memastikan bahwa soal-soal dalam tes mencakup
semua aspek yang relevan dari konstruk tersebut.

2. Bukti Berdasarkan Proses Respons (Response Process Validity):

Jenis validitas ini berkaitan dengan pemahaman dan cara peserta


menjawab soal-soal dalam tes. Ini mengacu pada pemahaman peserta
tentang instruksi dan soal-soal, serta proses mental yang mereka gunakan
saat menjawab. Untuk mengukur validitas ini, peneliti dapat melakukan
wawancara atau pengamatan terhadap peserta untuk memahami
bagaimana mereka berinteraksi dengan tes.

3. Bukti Berdasarkan Struktural Internal (Internal Structure Validity):


16

Validitas struktural internal mengevaluasi sejauh mana struktur


internal tes (misalnya, faktor-faktor yang mendasarinya) sesuai dengan
konsep atau teori yang ada. Ini melibatkan analisis statistik seperti analisis
faktor eksploratori atau konfirmatori untuk melihat apakah struktur tes
mendukung struktur konseptual yang diharapkan.

4. Bukti Berdasarkan Hubungan dengan Variabel Lain (Criterion-Related


Validity):

Validitas berdasarkan hubungan dengan variabel lain mengukur


sejauh mana skor pada tes berkorelasi dengan variabel lain yang relevan
atau prediktor. Ada dua jenis validitas ini: validitas kriteria bersama
(concurrent validity) yang melibatkan pengukuran tes dan variabel kriteria
pada saat yang sama, dan validitas kriteria yang dapat diprediksi
(predictive validity) yang melibatkan pengukuran tes pada saat satu waktu
dan pengukukuran variabel kriteria di masa depan.

5. Bukti Berdasarkan Konsekuensi Pengujian (Consequential Validity):

Validitas ini berkaitan dengan efek atau konsekuensi penggunaan


tes, termasuk dampak sosial, etika, dan keputusan yang dibuat berdasarkan
hasil tes. Validitas ini mempertimbangkan dampak positif dan negatif yang
mungkin timbul dari penggunaan tes, termasuk kebijakan yang dapat
diambil berdasarkan hasil tes.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Validitas


Faktor-faktor yang mempengaruhi validitas adalah sebagai berikut.

a. Faktor dari dalam tes itu sendiri


Pengujian terhadap aitem dalam sebuah tes secara hati-hati dan seksama
menunjukkan apakah tes yang digunakan untuk mengukur isi ata fgsi
mental yang akan diukur oleh penyusun tes. Bagaimanapun, beberapa
faktor berikut dapat menjaga aitem tes dari fungsi yang dikehendaki dan
17

dengan demikian juga terjaga dari rendahnya validitas. Berikut hal-hal yang
terkait dengan faktor yang bersumber dari dalam tes itu sendiri:
(1) Petunjuk yang tidak jelas. Petunjuk yang tidak jelas menyebabkan
subjek kehilangan waktu untuk sekedar memahami petunjuk pengerjaan
atau bahkan tidak dapat melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
(2) Penggunaan kosa kata dan struktur kalimat yang sulit. Penggunaan kosa
kata atau struktur kalimat yang sulit dapat menyebabkan subjek terjebak
untuk pemahaman terhadap pemahaman maksud dari sebuah pertanyaan
bukan untuk menyelesaikan pertanyaan itu sendiri.
(3) Ambiguitas yaitu adanya kemungkinan multi tafsir juga menyebabkan
menurunnya validitas.
(4) Alokasi waktu yang tidak cukup. Idealnya sebuah tes disediakan waktu
yang cukup untuk mengerjakan seluruh butir tes yang ada. Kekurangan
waktu dalam menyelesaikan sebuah tes bisa jadi bukan karena subjek tidak
mampu untuk menyelesaikan tesnya tetapi karena keterbatasan
kesempatan untuk mengerjakannya
(5) Penekanan yang berlebihan terhadap aspek tertentu, sehingga terlalu
mudah ditebak kecenderungan dari jawaban akan menyebabkan
menurunnya tingkat validitas soal.
(6) Kualitas butir tes yang tidak memadai untuk mengukur hasil belajar.
Kualitas yang tidak memadai misalnya tes dimaksudkan untuk megukur
kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) jelas tidak
cukup hanya digunakan tes yang bersifat untuk mengungkap pengetahuan
faktual saja.
(7) Susunan tes yang jelek.
(8) Tes terlalu pendek.
(9) Penyusunan butir tes yang tidak runtut.
(10) Pola jawaban yang mudah ditebak, misalnya pada soal pilihan ganda
jawabannya adalah A semua, atau B semua atau menunjukkan pola tertentu
misalnya D, C, B, A, D, C, B, A, dan sebagainya.
18

b. Faktor administrasi dan penskoran. Pemberian skor terhadap jawaban


subjek (testee) harus dilakukan secara hatihati jangan sampai salah tulis
atau meremehkan selisih angka walaupun hanya sedikit. Hal ini akan
menyebabkan hasil pengujian terhadap validitas akan memberikan makna
yang berbeda.
c. Faktor tanggapan subjek. Tanggapan subjek yang tidak serius biasanya
dijumpai pada saat subjek diminta untuk mengisi sebuah angket atau skala.
Hal ini akan menyebabkan subjek mengisi angket atau skala secara
sembarangan karena merasa tidak penting maupun alasan-alasan yang lain.
Oleh karena itu berikan angket/skala pada waktu dan kondisi yang tepat .
d. Hakikat kelompok dan kriteria. Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa
validitas bersifat spesifik. Sebuah asesmen atau instrumen alat ukur
mungkin hanya valid untuk kelompok tertentu saja dan tidak valid untuk
kelompok yang lain. Sebagai contoh misalnya sebuah tes diujicobakan pada
sekelompok subjek pada sebuah sekolah dengan kualitas biasa-biasa saja
tentu akan berbeda hasilnya jika tes yang sama diberikan pada sekelompok
subjek pada sekolah yang favorit.
19

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.

Suatu alat evaluasi dikatakan valid (sahih) jika alat tersebut mampu mengevaluasi

apa yang seharusnya dievaluasi. Dalam konteks alat ukur atupun suatu instrument

asessmen, validitas diartikan yaitu, sejauh mana ketepatan alat ukur yang

digunakan dalam melakukan fungsi pengukurnya.

Azwar (1987: 173) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity

yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen

pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki

validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat

atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya

pengukuran tersebut. Artinya bahwa hasil ukur dari pengukuran yang telah
dilakukan merupakan besaran yang menggambarkan secara tepat fakta atau

keadaan yang benar adanya dari apa yang diukur.

Jenis-jenis validitas yang ditetapkan oleh American Psicological Association

yakni ada tiga Content validity, construct validity, dan criterion-related validity.

(a). Content Validity (Validitas Isi): suatu instrument harus mampu menjawab

pertanyaan “sejauh mana instrument-instrument itu merangkum keseluruhan

materi yang hendak di ukur menggungakan instrument tersebut. Content validity

atau validitas isi baiknya ditentukan oleh ahli (bidang studi). Hal ini dikarenakan

instrument dikatakan valid ketika ahli menyakini bahwa instrument itu mampu

mengukur kemampuan siswa. Hendaknya ketepatan instrument disesuaikan


20

dengan indikator-indikator, (b). Construct validity atau validitas konstruk: yaitu

mengukur teori yang menjadi dasar penyusunan instrument. Memperanyakan

apakah butir-butir pertanyaan telah sesuai dengan konsep keilmuan yang

bersangkutan. Secara definisi, kontruk adalah suatu sikap yang tidak bisa di

observasi, tetapi mampu dirasakan pengaruhnya melalui beberapa alat indra. (c).

Validasi kriteria: kriteria yang berada di luar instrument, yaitu berdasarkan fakta

empirik dan pengalaman. Validitas eksternal dibagi menjadi dua, yakni validitas

kesejajaran dan validitas predikasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi validitas antara lain; Faktor dari dalam

tes itu sendiri, faktor administrasi dan penskoran, faktor tanggapan subjek, dan

Hakikat kelompok dan kriteria.

B. Implikasi

Implikasi validitas instrumen mengacu pada pentingnya memastikan

bahwa instrumen yang digunakan untuk mengukur suatu konsep atau variabel

benar-benar mengukur apa yang dimaksud dan memiliki hasil yang dapat
diandalkan. Berikut adalah beberapa implikasi validitas instrumen:

1. Keandalan Instrumen: Validitas instrumen bergantung pada keandalan

instrumen tersebut. Instrumen yang tidak konsisten dalam pengukuran

akan sulit untuk memiliki validitas yang tinggi. Oleh karena itu, penting

untuk melakukan uji reliabilitas instrumen sebelum mengukur validitasnya.

2. Hubungan dengan Konsep yang Diukur: Instrumen harus memiliki

hubungan yang kuat dengan konsep yang sedang diukur. Jika instrumen

tidak dapat mengukur dengan akurat konsep yang dimaksud, maka validitas

instrumen tersebut dipertanyakan.


21

3. Validitas Isi: pengembangan Instrumen yang Komprehensif: Untuk

memastikan validitas isi, pengembang instrumen harus memastikan bahwa

instrumen mencakup seluruh domain atau konten yang seharusnya diukur.

Ini melibatkan identifikasi elemen-elemen penting.

4. Validitas Kriteria: Validitas instrumen juga dapat dievaluasi dengan

membandingkannya dengan instrumen lain yang sudah dianggap valid

dalam bidang yang sama. Jika instrumen ini memiliki hubungan yang kuat

dengan instrumen yang sudah diakui valid, itu menambah validitasnya.

5. Validitas Konstruk: Validitas konstruk menilai sejauh mana instrumen

secara empiris terbukti mengukur konsep yang dimaksud. Ini melibatkan

pengujian hipotesis tentang hubungan antara instrumen dan variabel lain

yang seharusnya terkait dengan konsep yang diukur.

instrumen mencakup seluruh domain atau konten yang seharusnya

diukur. Ini melibatkan identifikasi elemen-elemen penting. Penting untuk

memahami dan mengukur validitas instrumen dengan cermat karena ini


memastikan bahwa hasil pengukuran benar-benar merefleksikan konsep

yang dimaksud dan dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang

tepat.
22

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2017). Kriteria Instrumen dalam Suatu Penelitian. Jurnal Theorems (The

Original Research of Mathematics), 2(1).

Asy'ari, M., Ikhsan, M., & Muhali, M. (2018). Validitas Instrumen Karakterisasi

Kemampuan Metakognisi Mahasiswa Calon Guru Fisika. Prisma Sains:

Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP

Mataram, 6(1), 18-26.

Bangga, R. D., Nansy, E., & Robiyanto. (2016). UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

INSTRUMEN B-IPQ (BRIEF ILLNESS PERCEPTION QUESTIONNAIRE) VERSI

INDONESIA PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD SULTAN SYARIF

MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK.

Campbell, D.T. 1957. Factor relevant to the validity of experiments in social

settings. Psychological Bulletin, 34(4), 297-312.

Dewi, S. K., & Sudaryanto, A. (2020). Validitas dan reliabilitas kuisioner

pengetahuan, sikap dan perilaku Pencegahan Demam Berdarah. Prosiding


Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

2020.
Gilbert, Gregory E, and Susan Prion, ‘Making Sense of Methods and Measurement :
Lawshe ’ s Content Validity Index Making Sense of Methods and
Measurement : Lawshe ’ s Content Validity Index’, Clinical Simulation in
Nursing, 12.12 (2016), 530–31 https://doi.org/10.1016/j.ecns.2016.08.002

Harahap, I. P. P., & Novita, D. (2020). VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN


TES DIAGNOSTIK FOUR-TIER MULTIPLE CHOICE (4TMC) PADA KONSEP LAJU
REAKSI. Unesa Journal of Chemical Education, 9(2), 222227.

Hastjarjo T. Dicky, 2011. Validitas Eksperimen. Buletin Psikologi, Fakultas


Psikologi Universitas Gadjah Mada, Vol 19, No.2, 2011:70-80 Lazarrus, R.S.
23

2015. Patterns pf Adjusment and Human Effetiveness. Tokyo: Mc Graw-Hill


Kogakusha Ltd.

Hayati, S., & Lailatussaadah, L. (2016). Validitas dan reliabilitas instrumen

pengetahuan pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan (pakem)

menggunakan model rasch. Jurnal Ilmiah Didaktika: Media Ilmiah

Pendidikan dan Pengajaran, 16(2), 169-179.

Hikmah, H., & Muslimah, M. (2021, December). Validitas dan Reliabilitas Tes dalam

Menunjang Hasil Belajar PAI. In Proceedings of Palangka Raya International

and National Conference on Islamic Studies (PINCIS) (Vol. 1, No. 1).


‘Journal - AIKEN Three Coeffiecient for Analyzing the Reliability and Vavlidity of
Ratings.Pdf’
Komarudin, & Sarkadi. (2017). Evaluasi Pembelajaran.

Matondang, Z. (2009). Validitas dan reliabilitas suatu instrumen penelitian. Jurnal

tabularasa, 6(1), 87-97.


Ni, Miftahun, ‘Pengembangan Pengujian Validitas Isi Dan VAliditas Konstrak :
Interpretasi Hasil Pengujian Validitas’

Nizary, M. A., & Kholik, A. N. (2021). Validitas instrumen assesmen (Analisis

validitas isi dan konstruk instrumen asesmen buku pelajaran Al Quran

hadis kelas 6 madrasah ibtidaiyah materi surat Ad Dhuha Bab Vi).

CONTEMPLATE: Jurnal Ilmiah Studi Keislaman, 2(01), 21-42.


Nonlinear, Multigroup, and Confirmatory Factor, ‘ ) Atau Korelasi Aitem-
TotalTerkoreksi ( Corrected Item-Total Correlation , R’ , 200

Novikasari, I. (2016). Uji Validitas Instrumen. Purwokerto: Institut Agama Islam

Negeri Purwokerto, 56.

Nurhaeny, S. T., Rosdiana, L., Purnomo, A. R., Ipa, J., Matematika, F., Ilmu, D., Alam,

P., & Surabay, U. N. (2020). Validitas Perangkat Pembelajaran Metode


24

Pictorial Riddle Berbantuan Media Flashcard. PENSA E-JURNAL, 8(3),

299306. https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/pensa/index
Press, U. (2019). Unhi press 2019.
Putri, W. K., & Ermawati, F. U. (2021). Pengembangan, Uji Validitas dan Reliabilitas
Tes Diagnostik Five-Tier untuk Materi Getaran Harmonis Sederhana beserta
Hasil Uji Coba. PENDIPA: Journal of Science Education, 5(1), 92101.
https://doi.org/10.33369/pendipa.5.1.92-101
Ropii, M., & Fahrurrozi, M. (2017). Evaluasi Hasil Belajar. Evaluasi Hasil Belajar. In
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sari, D. I. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Pendidikan, 109. www.blogspot.com
Services, Health, ‘Content Validity and Its Estimation’, 3 (2003), 25–27

Setyawati, R. D. (2018). Instrumen Angket Self-Esteem Mahasiswa Ditinjau Dari

Validitas Dan Reliabitas. Phenomenon : Jurnal Pendidikan MIPA, 7(2), 174–

186.

Silverius, Suke. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: PT Gramedia

Widiasarana Indonesia, 1991.


Soulisa, I. (2022). Evaluasi Pembelajaran. In Widina bhakti persada bandung (Vol.
5, Issue 3).
Sukadari. (2019). Professional competency instrument validity of assessment on
teacher work performance. Utopia y Praxis Latinoamericana, 24(6), 188–198.

Suseno, M. N. M. (2014). Pengembangan pengujian validitas isi dan validitas

konstrak: Interpretasi hasil pengujian validitas.


Validity, Content, ‘Educational and Psychological Measurement’, 1980
https://doi.org/10.1177/001316448004000419

Wahyudi, N., Umam Zaid Nugroho, K., & Herawaty, D. (2019). Modifikasi Software
Lisrel Dengan Membuat Teknik Analisis Konstruksi Validitas Instrumen Tes.
Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, 05(01), 8290.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr

Yaghmaie, F. J. A. M. (2003). Content validity and its estimation. Journal of medical


education, 3(1).
25

Yusup, F. (2018). Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Kuantitatif.

Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7(1).

Anda mungkin juga menyukai