Anda di halaman 1dari 53

RINGKASAN

METODOLOGI PENELITIAN
TENTANG :

BAHAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN, DAN ETIKA PENELITIAN

STATISTIKA DESKRIPTIF

STATISTIKA NON – PARAMETRIK

OLEH :

AFDHILA SARDA

AINI NUR RAHMAWATI

FATHIA INDAH EDENIA

FITRI HANDAYANI

NELVIA AMANDA

NURHAIDA YANTI

REVI GUSTRINI

SISKA PUTRI ELISYA

YOLLANDA PUTRI

AKADEMI FARMASI DWI FARMA BUKITTINGGI

TA 2019/2020
BAB IV

BAHAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN, DAN ETIKA PENELITIAN

TOPIK 1

BAHAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN

A. Bahan dan Instrumen Penelitian

Bahan dan instrumen penelitian merupakan bagian dari bab penelitian yang menjelaskan
tentang jenis penelitian yang akan ditempuh, misalnya penelitian deskriptif, eksperimental
dengan menggunakan rancangan faktorial seperti rancangan acak lengkap (RAL) atau salah satu
dari metode penelitian yang lain.

1. Bahan Penelitian
Jika penelitian yang dilakukan merupakan penelitian survei yang melibatkan populasi
manusia maka dalam penjelasan mengenai bahan dan instrumen penelitian adalah mengenai
siapa populasi dan sampelnya serta bagaimana cara pengambilan sampelnya. Jika penelitian
yang dilakukan adalah penelitian eksperimen maka pada bagian ini menguraikan semua
bahan yang digunakan dalam penelitian yang meliputi sampel atau bahan dan reagensia.
Uraian ini meliputi sumber dan spesifikasi lengkap bahan dan reagensia yang digunakan.
Penjelasan yang dikemukan harus cukup rinci sehingga jika peneliti lain mengulang
percobaan dengan menggunakan bahan dan kemurnian reagensia yang sama diharapkan
akan memberi hasil yang sama pula. Bagian ini disusun dalam bentuk kalimat, bukan
dengan membuat daftar bahan dari atas ke bawah. Sebagai contoh penelitian dengan judul
“Uji Sensitivitas Pereaksi Pendeteksi Kuning Metanil di dalam Sirup secara
Spektrofotometri Cahaya Tampak ” maka alat yang digunakan adalah Spektrofotometer UV-
VIS, Shimadzu UV-1601, timbangan mikro analitik dan alat – alat gelas yang biasa
digunakan di laboratorium kimia.
2. Instrumen Penelitian
Pada tahap ini peneliti harus dapat menentukan atau memilih teknik atau instrumen
yang sesuai untuk mengukur variabel – variabel tersebut. Dalam kaitan ini proses pemilihan
atau pengembangan alat pengukuran dan metode yang sesuai untuk masalah yang dievaluasi
dikenal dengan istilah instrumentasi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel
dalam ilmu pengetahuan alam (IPA) telah banyak tersedia dan telah teruji kehandalannya (
reliabilitas) dan kesahihannya (validitasnya). Panas dapat diukur dengan termometer,
panjang diukur dengan meteran, dan berat badan dengan timbangan berat.
Dengan skala pengukuran, maka nilai variabelyang diukur dengan instrumen tertentu
dapat dinyatakan dalam angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif.
Validitas adalah derajat ketepatan suatu alat ukur tentang arti sebenarnya yang diukur.
Validitas berkenaan dengan keterkaitan data yang diperoleh dengan sifat atau karakter
variabel yang diteliti. Setiap alat memiliki limit of detection (LOD) yakni nilai yang terkecil
yang masih dapat dideteksi atau diukur. Kriteria tertentu untuk menilai instrumen yang baik
dapat dievaluasi melalui proses validasi.
B. Validitas Instrumen Penelitian
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu instrumen penelitian dapat mengukur apa yang
ingin diukur. Setelah kuesioner tersusun dan teruji validitasnya, pada praktiknya belum tentu data
yang terkumpul adalah data yang valid. Faktor yang mempengaruhi validitas terhadap instrumen:
1. Jenis Validitas
Validitas instrumen pengumpul data dapat digolongkan beberapa jenis, yakni:
validitas konstruk, validitas isi, validitas prediktif, dan validitas rupa. Khusus untuk di
Indonesia terdapat satu validitas lain yang penting untuk diperhatikan ialah validitas
budaya.
a. Validitas Konstruk
Konstruk atau construct adalah kerangka dari suatu konsep. Contoh, seorang
penelitiingin mengukur konsep sehat. Pertama yang harus dilakukan adalah
mencari tahu apa saja yang merupakan kerangka dari konsep sehat tersebut.
Dengan diketahuinya kerangka sehat itu, seorang peneliti dapat menyusun tolak
ukur operasional konsep tersebut.
Terdapat tiga cara yang lazim digunakan untuk mencari kerangka dari sebuah
konsep dalam suatu penelitian.
 Mencari definisi-definisi konsep yang dikembangkan oleh para ahli yang
tertulis dalam suatu literatur.
 Jika dalam suatu literatur tidak ditemukan defenisi konsep yang hendak
diukur, maka peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut. Untuk
membantu penyusunan definisi dan menjadikannya definisi tersebut ke dalam
bentuk yang operasional, peneliti sebaiknya mendiskusikannya dengan para
pakar yang kompetendalam konsepyang hendak diukur. Kemudian
pendapat para ahli dan peneliti sendiri dicari kesamaannya. Berdasarkan
kesamaan pendapat itu, lalu disusun kerangka dari konsep yang dapat
diwujudkan berupa pertanyaan yang akan dimasukkan ke dalam instrumen
pengukuran.
 Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden, atau
masyarakat yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden.
Misalnya, peneliti ingin mengukur konsep ‘sehat’.
b. Validitas Isi
Validitas isi suatu instrumen pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi
instrumen tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka
konsep. Misalkan seorang peneliti ingin mengukur tingkat kesehatan suatu
masyarakat dengan menggunakan konsep sehat menurut Undang Undang No. 36
tahun 2009 tentang kesehatan yang memberi definisi sehat meliputi sehat secara
jasmani, rohani, sosial, dan ekonomi. Apabila peneliti hanya memasukkan dua
aspek saja dari empat aspek yang merupakan kerangka konsep untuk mengukur
status kesehatan, maka instrumen kuesioner yang disusun tidak memiliki validitas
yang tinggi.
c. Validitas Eksternal
Validitas eksternal adalah validitas yang diperoleh dengan cara
mengkorelasikan instrumen pengukur baru dengan tolak ukur eksternal, berupa
instrumen yang sudah valid. Contoh penerapan validitas eksternal adalah sebagai
berikut. Untuk mengukur status ekonomi keluarga, banyak cara yang dapat
digunakan, misalnya penghasilan keluarga, pemilikan barang berharga, jenis
makanan yang dikonsumsi, dan asupan energi dalam satuan kalori per hari. Jika
sekiranya terdapat korelasi yang tinggi diantara jenis pengukuran tersebut,
dapatlah dikatakan bahwa masing-masing instrumen pengukuran status ekonomi
keluarga sudah memiliki validitas eksternal.
d. Validitas Prediktif
Instrumen yang dikembangkan oleh peneliti seringkali bertujuan untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa datang. Contoh instrumen yang seperti
itu adalah ujian seleksi penerimaan mahasiswa baru. Ujian seleksi tersebut adalah
merupakan upaya untuk memprediksi apa yang terjadi di masa datang. Peserta
yang lulus ujian dengan nilai baik diprediksi akan dapat mengikuti pelajaran di
perguruan tinggi dengan baik. Apakah soal ujian seleksi mahasiswa baru itu
memiliki validitas prediktif, sangat tergantung pada apakah ada korelasi yang
tinggi dan signifikan antara nilai ujian seleksi dan prestasi belajar setelah menjadi
mahasiswa. Jika ternyata terdapat korelasi yang tinggi dan signifikan antara nilai
ujian seleksi dan indeks prestasi belajar mahasiswa, maka soal seleksi mahasiswa
baru tersebut memiliki validitas prediktif yang baik. Dengan kata lain instrumen
itu dapat memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
e. Validitas Budaya
Validitas budaya akan menjadi penting ketika penelitian dilakukan di
beberapa negara dengan instrumen yang sama. Suatu instrumen penelitian yang
sudah valid di suatu negara belum tentu valid pula di negara lain. Contoh,
kuesioner pengukur interaksi keluarga yang dikembangkan di negara barat tidak
sesuai jika digunakan di Indonesia sebab konsep Barat mengenai keluarga selalu
didasarkan pada keluarga inti, nuclear family yang hanya terdiri atas ayah, ibu, dan
anak. Sedangkan di Indonesia konsep keluarga lazimnya didasarkan pada keluarga
batih atau extended family, yang tidak hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak
tetapi juga keluarga dekat lainya.
2. Cara Mengukur Validitas
Validitas yang akan dijadikan contoh untuk diuji dalah validitas konstruk pada
instrumen pengukur sikap. Contoh yang akan dibahas di sini adalah penyusunan skala
pengukur sikap terhadap “nilai anak”.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendefinisikan secara operasional
konsep yang akan diukur. Konsep memiliki konstruk, konstruk harus dicari dengan
berbagai cara berikut: (a) mencari definisi dan rumusan tentang konsep yang akan diukur
yang dirumuskan para ahli dalam literatur, jika sudah terdapat definisi yang operasional
maka dapat langsung digunakan namun jika belum maka peneliti harus merumuskannya
seoperasional mungkin, (b) jika tidak terdapat dalam literatur maka penilti harus
merumuskan definisi konsep tersebut, dan (c) menanyakan langsung kepada calon
responden penelitian mengenai aspek-aspek konsep yang akan diukur, misalnya konsep
“nilai anak” peneliti menanyakan kepada calon responden tentang keuntungan dan
kerugian apa yang diperoleh dengan memiliki anak. Dari jawaban yang didapat, peneliti
dapat membuat kerangka konsep dan kemudian menyusun pertanyaan yang operasional.
Langkah kedua adalah melakukan uji coba skala pengukur atau instrumen tersebut
pada sejumlah responden. Responden diminta untuk menyatakan apakah mereka setuju
atau tidak setuju terhadap setiap pernyataan. Sangat dianjurkan jumlah responden untuk
uji coba instrumen adalah 30 orang dengan harapan distribusi skor akan mendekati pola
distribusi kurva normal. Kenormalan distribusi sangat penting dalam perhitungan
statistik.
Langakah ketiga adalah mempersiapkan tabel tabulasi jawaban. Sebagai
gambaran,misalnya ada 10 pernyataan yang digunakan di dalam skala instrumen dan 10
responden yang menjawab.
Langkah keempat adalah menghitung koefisien korelasi antara masing-masing
pernyataan dengan skor total menggunakan rumus korelasi product moment sebagai
berikut.
n (ΣXY) − (ΣX)(ΣY)
r =
√[nΣX 2 − (ΣX)2 ][nΣY 2 − (ΣY)2 ]
Untuk membuktikan signifikan koefesien korelasi maka harus dilakukan perhitungan
menggunakan uji t dengan rumus sebagai berikut :
𝑟
𝑡 =
√1 − 𝑟 2 𝑎𝑡𝑎𝑢 (𝑛 − 2)

C. Reliabilitas Instrumen Penelitian


Reliabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menujukkan sejauh mana suatu hasil
pengukuran relatif konsisten (memperoleh hasil yang sama) apabila pengukuran dilakukan secara
berulang. Contoh seseorang mengukur tinggi badan dua orang dengan dua jenis alatukur, satu
menggunakan microtoice dan yang lainnya menggunakan meter line yang terbuat dari plastik.
Setiap alat pengukur digunakan sebanyak tiga kali untuk mengukur orang yang sama. Besar
sekali kemungkinan hasil pengukuran yang diperoleh dengan kedua alat pengukur tersebut akan
berbeda.
Pengukuran yang dilakukan dengan microtice secara relatif akan menunjukkan hasil yang
sama dari ketiga pengukuran. Sedangkan pengukuran yang dilakukan dengan meter line
kemungkinan besar mendapatkan hasil yang berbeda. Dari contoh itu dapat disimpulkan bahwa
microtoice merupakan alat yang reliabel untuk mengukur tinggi badan, sedangkan meter line
adalah alat pengukur yang kurang reliabel. Setiap instrumen pengukuran mestinya memiliki
kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten.
A. Teknik Perhitungan Reliabilitas
Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menghitung indeks reliabilitas,
yaitu: (a) teknik pengukuran ulang, (b) teknik belah dua, dan (c) teknik paralel. Dalam Bab
ini hanya akan dibahas teknik pengukuran ulang atau test-retest. Untuk mengetahui
reliabilitas suatu instrumen pengukur dengan pengukuran ulang, kita harus meminta
responden yang sama agar menjawab semua pertanyaan dalam instrumen sebanyak dua kali.
Interval waktu pengukuran pertama dan pengukuran kedua sebaiknya tidak terlalu dekat dan
tidak terlalu jauh.
Selang waktu antara 15—30 hari pada umumnya dianggap memenuhi persyaratan
tersebut. Jika jarak waktu terlalu dekat, responden masih ingat jawaban yang diberikan pada
waktu pengukuran pertama. Sedangkan jika selang waktu terlalu lama, kemungkinan akan
terjadi perubahan pada fenomena yang diukur. Kedua hal itu akan mempengaruhi hasil
pengujian reliabilitas. Hasil pengukuran pertama dikorelasikan dengan teknik korelasi
product moment seperti yang telah dibahas dalam perhitungan validitas. Sebagai gambaran
berikut contoh hasil pengukuran pertama dan kedua tentang persepsi orangtua tentang nilai
anak seperti pada contoh uji validitas. Hasil pengukuran pertama dan kedua disajikan dalam
tabel 3 berikut ini.
Tabel 3
Responden Pengukuran I Pengukuran II
A 45 45
B 45 42
C 39 40
D 38 38
E 34 32
F 21 20
G 26 24
H 16 17
I 40 41
J 24 24
Selanjutnya hasil pengukuran I dikorelasikan dengan pengukuran II dengan
menggunakan teknik korelasi product moment. Pengukuran I disebut X dan pengukuran II
disebut Y. Cara perhitungan sama persis dengan contoh pada perhitungan validitas. Jika
hasil uji korelasi menunjukkan signifikan maka berarti pengukuran I dan pengukuran II
relatif konsisten. Dengan demikian skala instrumen yang disusun tergolong reliabel. Bila
hasil uji korelasi menunjukkan tidak adanya signifikansi hubungan maka dapat disimpulkan
pengukuran I dan pengukuran II tidak konsisten. Hasil itu menunjukkan bahwa instrumen
tersebut tidak reliabel.
Teknik pengukuran ulang untuk menghitung reliabilitas dapat pula digunakan untuk
setiap pertanyaan di dalam kuesioner. Caranya adalah dengan mengkorelasikan jawaban
pada wawancara pertama dengan jawaban pada wawancara ulang. Apabila terdapat korelasi
yang signifikan antara jawaban wawancara pertama dan kedua, maka jawaban tersebut
tergolong reliabel.
B. Teknik Belah Dua
Jika kita hendak menggunakan teknik belah dua sebagai cara untuk mengukur
reliabilitas instrumen penelitian, maka instrumen yang disusun haruslah memiliki cukup
banyak item pernyataan/pertanyaan yang mengukur aspek yang sama. Jumlah item sekitar
50—60 adalah jumlah yang dianggap memadai. Makin besar jumlah item maka makin
baikreliabilitas yang diperoleh.
Langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Menyajikan instrumen pengukuran kepada sejumlah responden, kemudian dihitung
validitas itemnya, item-item yang valid dijadikan satu, yang tidak valid dibuang.
b. Membagi item-item yang valid tersebut menjadi dua belahan. Untuk membelah
instrumen pengukuran menjadi dua dapat dilakukan dengan cara: (a) membagi item
dengan cara acak (random), separuh masuk belahan pertama, yang separuh lagi masuk
ke belahan kedua, (b) membagi item berdasarkan nomor genap-ganjil. Item yang
bernomor ganjil dimasukkan dalam belahan pertama, sedangkan yang bernomor genap
dimasukkan ke dalam belahan kedua.
c. Skor untuk masing-masing item pada setiap belahan dijumlahkan. Langkah ini akan
menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden, yaitu skor total untuk
belahan pertama dan skor total untuk belahan kedua.
d. Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan kedua
denganmenggunakan teknik korelasi product moment yang rumus dan cara
perhitungannya sudah dijelaskan pada bagian validitas.
e. Oleh karena angka korelasi yang diperoleh adalah angka korelasi dari instrumen yang
dibelah maka angka korelasi yang dihasilkan lebih rendah daripada yang tidak dibelah,
seperti pada teknik pengukuran ulang. Oleh sebab itu harus dicari angka reliabilitas
untuk keseluruhan item tanpa dibelah.
Cara mencari reliabilitas untuk keseluruhan item ialah dengan mengoreksi angka
korelasi yang diperoleh dan memasukkannya ke dalam rumus:
r.tot = angka reliabilitas keseluruhan item
r.tt = angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua.
Sebagai contoh perhitungan, kita mendapatkan angka korelasi belahan pertama dan
kedua sebesar 0,80. Selanjutnya angka korelasi tersebut dimasukkan ke dalam rumus di atas,
maka diperoleh hasil sebagai berikut:
r.tot= 2(0,8)/1+0,8=0,89.
Dari perhitungan tersebut diperoleh angka korelasi yang lebih besar dari angka korelasi
yang diperoleh sebelumnya.
C. Teknik bentuk paralel
Teknik bentuk paralel disebut juga teknik equivalent form atau alternative form. Pada
teknik ini perhitungan reliabilitas dilakukan dengan membuat dua jenis instrumen pengukur
yang mengukur aspek yang sama. Kedua instrumen tersebut diberikan kepada responden
yang sama lalu dicari validitasnya untuk masing-masing jenis. Untuk menghitung reliabilitas
perlu mengkorelasikan skor total dari kedua jenis instrumen tersebut. Teknik korelasi yang
digunakan adalah korelasi product moment yang rumus serta perhitungannya sudah dibahas
sebelumnya. Angka korelasi yang diperoleh merupakan indeks reliabilitas instrumen yang
telah disusun. Angka korelasi yang diperoleh harus dibuktikan signifikansinya, jika hasilnya
signifikan maka instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang baik.
D. Kuesioner Penelitian
1. Pengertian Kuesioner
Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu hal
untuk mendapatkan informasi penting dari responden. Kuesioner merupakan alat bantu
untuk pengumpulan data dengan cara wawancara atau angket. Tujuan pokok pembuatan
kuesioner adalah untuk : (a) memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survei, dan
(b) memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas yang tinggi. Karena adanya
keterbatasan masalah yang dapat ditanyakan dalam kuesioner maka perlu selalu diingat agar
pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner langsung berkaitan dengan hipotesis dan tujuan
penelitian yang dilakukan.
selain tujuan pokok tersebut di atas, penyusunan kuesioner juga bertujuan untuk: (a)
memberikan struktur agar wawancara berjalan lancar dan berurutan, (b) memberikan format
standar pencatatan fakta, komentar dan sikap, dan (c) memudahkan pengolahan data.
2. Isi Pertanyaan dalam Kuesioner
Pada umumunya kuesioner memuat pertanyaan terkait dengan fakta, pendapat dan
sikap, informasi, dan persepsi diri. Pertanyaan tentang fakta misalnya umur, tingka
pendidikan, agama, dan status perkawinan. Petanyaan pendapat dan sikap biasanya
menyangkut perasaan dan sikap responden terhadap sesuatu, misalnya pendapat dan sikap
responden terhadap program KIS (Kartu Indonesia Sehat). Pertanyaan tentang informasi
menyangkut apa yang diketahui responden dan sejauh mana hal tersebut diketahuinya.
Misalnya pengetahuan responden tentang obat generik.
Pertanyaan tentang persepsi diri diperoleh dengan cara responden diminta untuk
menilai perilakunya sendiri dalam hubungannya dengan hal lain. Misalnya kerapnya
kunjungan ibu balita ke Posyandu dan menilai pentingnya kunjungan yang dilakukannya.

3. Tipe Kuesioner berdasarkan bentuk pertanyaan


Berdasarkan jenis pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner ada empat jenis
kuesioner yakni: (1) pertanyaan tertutup, (2) pertanyaan terbuka, (3) kombinasi tertutup dan
terbuka, dan (4) pertanyaan semi terbuka.
Pertanyaan tertutup merupakan pertanyaan dengan kemungkinan jawaban sudah
ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan memberikan jawaban
lain.
Contoh: Apakah Ibu pernah mendengar tentang Apotek Hidup?
1. Pernah 2. Tidak pernah.
Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan dengan kemungkinan jawaban tidak
ditentukanterlebih dahulu dan responden bebas memberikan jawaban. Contoh: Menurut
Anda, apakah masalah yang paling penting bagi penduduk kota? Pertanyaan kombinasi
tertutup dan terbuka adalah jenis kuesioner dengan pertanyaanyang jawabannya sudah
ditentukan tetapi kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka.
Contoh: Apakah Ibu pernah mendengar cara menjarangkan kelahiran?
1. Pernah 2. Tidak pernah
Jika Pernah Cara-cara apa yang pernah Ibu dengar?....................(sebutkan)
Pertanyaan kombinasi tertutup dan terbuka memiliki kelemahan dalam pengolahan.
Untuk memudahkan pengkodean, pertanyaan tersebut lebih baik dibuat dua nomor.
Pertanyaan semi terbuka adalah jenis pertanyaan yang jawabannya sudah tersusun
namun masih ada kemungkinan tambahan jawaban. Contoh: Jenis kontrasepsi
yangdigunakan:
IUD......................................1
Pil..........................................2
Kondom ...............................3
Suntikan ...............................4
Sterilisasi ..............................5
Lain-lain...............................(sebutkan)
4. Beberapa Cara Penggunaan Kuesioner
Beberapa cara penggunaan kuisionerdalam proses pengumpulan data penelitian
diantaranya adalah:
a. Kuesioner digunakan dalam wawancara tatap muka dengan responden. Cara ini
sering dilakukan dalam sebuah penelitian.
b. Kuesioner diisi sendiri oleh kelompok. Contoh penggunaan kuesioner seperti ini
misalnya seluruh murid dalam satu kelas dijadikan responden dan mereka mengisi
secara serentak.
c. Wawancara melalui telepon. Cara ini sering dilakukan di negara-negara maju
seperti Amerika Serikat namun jarang digunakan pada negera berkembang. Cara
ini lebih murah dibanding wawancara tatap muka yang kadang orang tidak
bersedia didatangi namun bersedia diwawancara melalui telepon.
d. Kuesioner diposkan, dilampiri amplop yang dibubuhi perangko untuk
dikembalikan oleh responden setelah diisi. Cara ini cocok digunakan untuk
kuesioner yang pendek dan mudah dijawab, namun kemungkinan besar tidak
dikembalikan oleh responden.
5. Petunjuk Membuat Pertanyaan dalam Kuesioner
Dalam membuat pertanyaan untuk kuesioner sebaiknya memperhatikan hal-hal
berikut ini:
a. Gunakan kata-kata yang sederhana dan dapat dimengerti oleh seluruh responden.
Hindarkan istilah yang ‘keren’ namun kurang bahkan tidak dimengerti oleh
responden. Contoh: Bagaimana status perkawinan Bapak? Lebih baik: Apakah
Bapak beristeri?
b. Upayakan supaya pertanyaan jelas dan khusus, spesifik. Contoh: Berapa jumlah orang
berdiam di sini? Apakah yang dimaksud dengan ‘di sini’ adalah rumah, atau yang
lain? Arti kata ‘di sini’ harus dijelaskan dan konsisten
c. Hindarkan pertanyaan yang memiliki lebih dari satu pengertian atau multi tafsir.
Contoh: Apakah Saudara mau mencari pekerjaan di kota? Lebih baik: Apakah
Saudara mencari pekerjaan? Jika jawaban: Ya, lalu ditanyakan: di mana
Saudara ingin bekerja?
d. Hindarkan pertanyaan yang mengandung sugesti. Contoh: Pada waktu senggang,
apakah Saudara berolahraga atau melakukan yang lain? Lebih baik: Apakah yang
Saudara lakukan pada waktu senggang?
e. Pertanyaan harus berlaku bagi semua responden. Contoh: Apakah pekerjaan ibu
sekarang? Ternyata ia tidak bekerja. Seharusnya ditanyakan terlebih dahulu: Apakah
Ibu bekerja? Jika jawabannya Ya, lalu tanyakan Apa jenis pekerjaan Ibu?
6. Susunan Pertanyaan dalam Kuesioner
Pertanyaan dalam kuesioner sebaiknya dikelompokkan berdasarkan tujuan penelitian,
dimulai dengan pertanyaan tentang identitas yang berisi: (1) nama responden, (2) tempat
tinggal, (3) nama pewawancara, (4) tanggal wawancara. Setelah identitas lalu dilanjutkan
dengan pertanyaan yang terkait dengan ciri-ciri demografi, seperti: (1) umur, (2) status
perkawinan, dan (3) jumlah anak.
Tidak ada keharusan bagaimana pertanyaan dalam kuesioner disusun, namun perlu
memperhatikan urutan yang runut dan penempatan pertanyaan yang sensitif harus tepat.
Pertanyaan yang sensitif sebaiknya tidak diletakkan di depan sebab dapat segera
mempengaruhi suasana wawancara. Biasanya pertanyaan sensitif diletakkan di belakang
namun bukan sebagai pertanyaan penutup. Dalam menyusun kuesioner juga sebaiknya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. siapa yang akan menjadi responden
b. bagaimana wawancara akan dilakukan
c. sejauh mana pengetahuan dan kepentingan responden
d. pikirkan kata pengantar
e. pikirkan urutan pertanyaan/bagan pertanyaan
f. pikirkan tipe pertanyaan
g. pikirkan jawaban yang mungkin diberikan
h. pikirkan bahasa dan kata yang dipakai
i. pikirkan cara pengolahan data dan skala ukur variabel
j. pikirkan tampilan kuesioner
k. pikirkan panjang kuesioner, dan
l. pikirkan petunjuk pengisian.
7. Pretest atau ujicoba kuesioner
Sebelum kuesioner digunakan untuk pengumpulan data, perlu dilakukan pretest untuk
menyempurnakan kuesioner. Melalui pretest akan diketahui beberapa hal sebagai berikut.
a. Apakah pertanyaan tertentu perlu dihilangkan. Pertanyaan tertentu mungkin tidak
relevan untuk tujuan penelitian dan karakteristik responden yang akan diteliti, oleh
sebab itu perlu dihilangkan.
b. Apakah pertanyaan tertentu perlu ditambah. Kadangkala kita lupa memasukkan
pertanyaan yang perlu, misalnya memasukkan jenis kelamin. Variabel jenis kelamin
sangat penting misalnya untuk mengukur aktivitas fisik.
c. Apakah tiap pertanyaan dapat dimengerti secara baik oleh responden, dan apakah
pewawancara dapat menyampaikan pertanyaan tersebut secara mudah. Contoh:
Selama minum pil KB, apakah ibu kadang-kadang merasakan darah mengalir lebih
cepat dari biasanya? Di sini muncul pertanyaan apakah responden dapat membedakan
cepat atau lambatnya aliran darah dalam tubuhnya. Hal itu berkaitan dengan masalah
konsep kecepatan aliran darah.
d. Apakah urutan pertanyaan perlu diubah.
e. Apakah pertanyaan yang sensitif dapat diperhalus dengan mengubah kata atau bahasa.
Contoh: Mengapa setelah melahirkan, Ibu tidak melakukan hubungan seks sekian
lama? Pertanyaan tersebut dapat diubah menjadi “ Mengapa Ibu melakukan puasa
selama itu setelah melahirkan?”
f. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk wawancara. Jika dalam pretest diketahui
memakan waktu terlalu lama, maka perlu mempertimbangkan untuk mengurangi
jumlah pertanyaan atau jika pertanyaan dianggap penting maka wawancara dapat
dilakukan dua tahap.
8. Pedoman Pengisian Kuesioner
Setelah kuesioner selesai dikembangkan untuk memperoleh data yang akurat maka
perlu ada standarisasi petugas dalam memahami semua isi kuesioner agar mendapat data
yang reliabel. Oleh sebab itu perlu dibuat pedoman pengisian kuesioner yang merupakan
pegangan bagi petugas pewawancara. Dalam pedoman pengisian kuesioner tiap pertanyaan
yang diajukan diberi keterangan yang jelas dan terinci. Selain itu juga dicantumkan jawaban
yang diharapkan, terutama pada jenis pertanyaan tertutup dan semi terbuka. Contoh: Apakah
dalam bulan ini Ibu berusaha untuk mencegah dan menjarangkan kehamilan (baik dengan
alat maupun cara modern atau tradisional)? Di sini perlu keterangan yang dimaksud dengan
alat atau cara untuk mencegah kehamilan, bisa bersifat:
a. Modern, misalnya: Pil, IUD, kondom, foam, jelly, dll., atau dapat juga senggama
terputus, atau pantang berkala, atau metode lain.
b. Tradisional, misalnya: tidak “kumpul”, pijat walik atau urut, jamu, dll
c. Jawaban: Ya/Tidak.
9. Kuesioner Angket
Pengumpulan data melalui wawancara menggunakan kuesioner lebih mudah daripada
melalui penyebaran angket. Umumnya responden enggan mengisi, apalagi mengembalikan
kuesioner. Keberhasilan pengumpulan data melalui pos kurang dari 50%. Beberapa kiat
agar pengumpulan data melalui angket dapat berhasil adalah:
a. Faktor daya tarik kuesioner, misalnya tujuan penelitian yang terkait erat dengan
kepentingan responden,
b. Insentif, misalnya pengisi kuesioner akan mendapat manfaat dan hadiah yang akan
dikirimkan atau kuesioner berisi kupon undian,
c. Tata letak, adanya pengantar yang baik dan tata letak yang menarik, dan
d. Faktor kenyamanan, adanya penjelasan pengisian, kemudahan responden untuk
menjawab dan kemudahan untuk pengiriman kembali. Tipe pertanyaan yang cocok
untuk kuesioner lewat pos adalah pertanyaan dengan pilihan jawaban tertutup.
Cara pengumpulan data dan instrumen yang digunakan harus dijelaskan secara rinci.
Untuk penelitian kuantitatif dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen terstruktur,
pengukuran, dan pemeriksaan. Instrumen untuk penelitian kuantitatif harus
divalidasi/kalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen
untuk penelitian kualitatif harus terstandarisasi Instrumen berbentuk kuesioner dapat
dikembangkan sendiri atau menggunakan kuesioner dari sumber lain yang sudah
merupakan milik publik (public domain), namun demikian tetap harus melalui proses
ujicoba yang sesuai dengan target subjek penelitian.
TOPIK 2

ETIKA PENELITIAN

A. PENGERTIAN ETIK PENELITIAN


Etik berasal dari bahasa Yunani ethos. Istilah etika bila ditinjau dari aspek etimologis
memiliki makna kebiasaan atau peraturan perilaku yang berlaku di masyarakat. Etik dapat
diartikan nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
kelompok dalam mengatur tingkah-lakunya. Etik penelitian adalah prinsip-prinsip moral yang
diterapkan dalam penelitian. Etika penelitian berkaitan dengan beberapa norma, yaitu norma
sopan-santun yang memperhatikan konvensi dan kebiasaan dalam tatanan di masyarakat, norma
hukum mengenai pengenaan sanksi ketika terjadi pelanggaran, dan norma moral yang meliputi
itikad dan kesadaran yang baik dan jujur dalam penelitian. Etika penelitian membantu untuk
merumuskan pedoman etis yang lebih adekuat dan norma- norma baru yang dibutuhkan karena
adanya perubahan dinamis dalam kehidupan masyarakat. Etika penelitian menunjuk pada
prinsip-prinsip etis yang diterapkan dalam kegiatan penelitian. Dalam melaksanakan seluruh
kegiatan penelitian, peneliti harus memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta
menggunakan prinsip-prinsip etika penelitian. Etika dalam penelitian (riset) merupakan sebuah
keniscayaan untuk dijadikan sebagai piranti sekaligus pedoman untuk menghindari kegagalan
dalam penelitian. Etika yang dimaksud baik yang berkenaan dengan etika ilmiah maupun etika
sosial. Mengedepankan etika sebagai sumber kepatutan dalam penelitian tidak lepas dari esensi
kegiatan penelitian itu sendiri yaitu untuk menemukan kebenaran dan kemudian mengkontruksi
kebenaran itu menjadi sebuah teori. Apakah etika penelitian hanya berlaku bagi penelitian yang
mengandung risiko? Meskipun intervensi yang dilakukan dalam penelitian tidak memiliki risiko
yang dapat merugikan atau membahayakan responden, namun peneliti perlu mempertimbangkan
aspek sosioetika dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan. Manfaat mengurus
etik penelitian bagi subjek dan peneliti adalah sebagai berikut. Bagi subjek penelitian, etik
pernelitian merupakan kepastian perlindungan hak asasi manusia. Bagi peneliti manfaat etik
penelitian adalah untuk menghindari pelanggaran HAM, publikasi ilmiah pada jurnal
terakreditasi baik nasional maupun internasional, dan sebagai persyaratan untuk pencairan dana
penelitian dari pihak sponsor atau pendukung dana.
B. PERKEMBANGAN ETIK PENELITIAN KESEHATAN
Penelitian bidang kesehatan pada awalnya merupakan penelitian bidang kedokteran,
umumnya dilakukan oleh para dokter pada diri sendiri atau anggota keluarganya serta orang-
orang yang terdekat. Pada awalnya hal seperti ini dilakukan tanpa terjadi masalah yang
mengganggu. Etik penelitian kedokteran mulai menjadi perhatian karena mulai menimbulkan
masalah antara lain akibat adanya pelanggaran hak individu atau subjek manusia dan kesadaran
masyarakat yang makin meningkat.
Beberapa contoh pelanggaran etik penelitian antara lain:
1. Kasus Tuskegee (1932-1970), ketika itu dilakukan studi yang memperlajari perjalanan
penyakit sifilis pada orang-orang negro. Para subjek orang negro tersebut, tidak diberi
pengobatan, padahal penisilin telah ditemukan dan digunakan pada1943.
2. Kasus Willowbrook (1950), suatu studi yang mempelajari penyakit hepatitis dengan
menyertakan anak-anak terbelakang. Anak terbelakang termasuk kelompok rentan yang
tidak dapat memberikan persetujuan yang mendasari kesukarelaan sebagai subjek penelitian.
3. Pada tahun 1963 Jewish hospital melakukan studi yang menyertakan orang jompo sebagai
subjek, dengan menyuntikkan sel kanker, untuk mempelajari reaksi imunologinya.
4. Pada Perang Dunia II, tawanan perang dimanfaatkan sebagai subjek penelitian, sampai
diterbitkannya Nuremberg Code. Selanjutnya World Medical Assembly dalam sidangnya di
Helsinki pada tahun 1964 mengambil kesepakatan untuk menerbitkan deklarasi khusus
tentang etika kedokteran yang menyangkut subjek manusia.

Sejarah Perkembangan Etik Penelitian di Indonesia Pembentukan Panitia Etik Penelitian


Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1982—1985. Pada tahun
1986—1987 terbentuklah Pedoman Etik Penelitian Kedokteran Indonesia. Pada tahun 1987
terbentuk Panitia Etik Penelitian Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Pada tahun 1992 terbit Undang-Undang R.I. No.23 tentang Kesehatan antara lain ketentuan
tentang keselamatan peserta penelitian kesehatan dan sanksi bagi pelanggaran yang dilakukan
oleh peneliti. Pada tahun 1995 pemerintah mengeluarkan PP No. 39 tentang Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan yang mengatur informed consent dan kompensasi bagi peserta
penelitian yang dirugikan. Selanjutnya pemerintah melalui Menteri Kesehatan membentuk
Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan dan sebagai hasil kerja komisi nasional tersebut
adalah lahirmya Pedoman Nasional Etik Penelitian Kesehatan. Untuk semakin menyempurnakan
pedoman etik penelitian maka dibentuklah Komisi Nasional Bioetika oleh Menteri Kesehatan,
Menteri Riset dan Teknologi, dan Menteri Pertanian. Dalam perkembangan selanjutnya pada
tahun 2000 dibuatlah Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional oleh Badan
Pengawasan Obat dan Makanan berkerjasama dengan Jaringan Humaniora dan Bioetika
Kedokteran. Pada tahun 2001 diadakan Lokakarta dan Kursus Etik Penelitian Kesehatan di
Bogor yang diselenggarakan atas kerjasama Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
dengan WHO. Pada tahun 2002 diterbitkan beberapa peraturan terkait dengan etik penelitian
seperti: Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.02002 tentang Tata
Laksana Uji Klinik Obat Tradisional, Pedoman Cara Uji Klinik yang Baik di
Indonesia,Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 1333/2002 tentang Persetujuan Penelitian
Kesehatan terhadap Manusia, dan Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 1334/2002 tentang
Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan.
Penelitian yang harus meminta persetujuan etik atau ethical clearance (EC) adalah sebagai
berikut:

a. penelitian terapeutik: penelitian pada orang sakit dengan tujuan untuk penyembuhan
penyakitnya baik dengan obat maupun cara lain seperti pembedahan dan penyinaran,
b. penelitian nonterapeutik: penelitian pada manusia yang tidak menyangkut pengobatan
penyakit secara langsung, tujuan penelitian ini hanya untuk mendapatkan data tentang
segala sesuatu mengenai penyakit,
c. penelitian dengan masalah khusus atau dependent person dan wanita hamil,
d. penelitian yang mengikut sertakan manusia sebagai subjek penelitian, dan
e. penelitian yang menggunakan hewan percobaan (bukan penelitian kesehatan hewan)
meliputi aspek: farmasetika, alat kesehatan, radiasi dan pemotretan, prosedur bedah,
biologik, epidemiologik, rekam medis, social, dan psikososial.
C. PRINSIP DASAR ETIK PENELITIAN KESEHATAN
Penerapan etik penelitian kesehatan dilakukan melalui tiga prinsip utama yakni: beneficence,
menghargai martabat manusia, dan mendapatkan keadilan.
1. Beneficence Prinsip ini mengutamakan keselamatan manusia bahwa pada dasarnya di
atas segalanya tidak boleh membahayakan subjek penelitian. Prinsip beneficence
mengandung empat dimensi, yakni: a. bebas dari bahaya, yaitu peneliti harus berusaha
melindungi subjek yang diteliti, terhindar dari bahaya atau ketidak nyamanan fisik dan
mental, b. bebas dari eksploitasi, keterlibatan peserta dalam penelitian tidak seharusnya
merugikan mereka atau memaparkan mereka pada situasi yang mereka tidak disiapkan, c.
manfaat dari penelitian, manfaat penelitian yang paling penting adalah meningkatnya
pengetahuan atau penghalusan pengetahuan yang akan berdampak pada subjek individu,
namun lebih penting lagi apabila pengetahuan tersebut dapat mempengaruhi suatu disiplin
dan anggota masyarakat, dan d. rasio antara risiko dan manfaat, peneliti dan penilai
(reviewer) harus menelaah keseimbangan antara manfaat dan risiko dalam penelitian.
2. Menghargai Martabat Manusia Menghormati martabat subjek sebagai manusia meliputi:
(a) hak untuk self determination (menetapkan sendiri). Prinsip self determination ini
mengandung arti bahwa subjek mempunyai hak untuk memutuskan secara sukarela
apakah dia ingin berpatisipasi dalam suatu penelitian, tanpa berisiko untuk dihukum,
dipaksa, atau diperlakukan tidak adil, dan (b) hak untuk mendapatkan penjelasan lengkap
(full disclosure). Penjelasan lengkap berarti bahwa peneliti telah secara penuh
menjelaskan tentang sifat penelitian, hak subjek untuk menolak berperan serta, tanggung
jawab peneliti, serta kemungkinan risiko dan manfaat yang bisa terjadi.
3. Mendapatkan Keadilan Prinsip ini mengandung hak subjek untuk mendapatkan
perlakuan yang adil dan hak mereka untuk mendapatkan keleluasaan pribadi. Hak
mendapatkan perlakuan yang adil berarti subjek mempunyai hak yang sama, sebelum,
selama, dan setelah partisipasi mereka dalam penelitian. Perlakuan yang adil mencakup
aspek-aspek sebagai berikut: a. seleksi subjek yang adil dan tidak diskriminatif, b.
perlakuan yang tidak menghukum bagi mereka yang menolak atau mengundurkan diri
dari kesertaannya dalam penelitian, walaupun dia pernah menyetujui untuk berpartisipasi,
c. penghargaan terhadap semua persetujuan yang telah dibuat antara peneliti dan subjek,
termasuk prosedur dan pembayaran atau tunjangan yang telah dijanjikan, d. subjek dapat
mengakses penelitian setiap saat diperlukan untuk mengklarifikasi informasi, e. subjek
dapat mengakses bantuan professional yang sesuai apabila terjadi gangguan fisik atau
psikologis, f. mendapatkan penjelasan, jika diperlukan yang tidak diberikan sebelum
penelitian dilakukan atau mengklarifikasi isu yang timbul selama penelitian, dan g.
perlakuan yang penuh rasa hormat selama penelitian.
D. PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
Persetujuan setelah penjelasan adalah persetujuan yang diberikan oleh seorang individu yang
kompeten sesudah mendapat penjelasan yang diperlukan, cukup memahami informasi tersebut,
dan setelah mempertimbangkan informasi tersebut membuat suatu keputusan tanpa ada paksaan,
pengaruh yang berlebihan, bujukan, atau intimidasi untuk ikut dalam penelitian. (Pedoman
Nasional Etik Penelitian Kesehatan, 2007) Proses Persetujuan setelah Penjelasan harus dimulai
dengan adanya komunikasi antara peneliti dengan calon subjek penelitian bukan hanya peristiwa
tunggal atau keharusan untuk menanda tangani formulir. Dalam proses persetujuan setelah
penjelasan mementingkan adanya pertukaran informasi sehingga ada proses menjelaskan,
mendengarkan, menjawab pertanyaan, mengulangi, dan menjamin pengertian antara peneliti dan
calon subjek penelitian dari kontak awal hingga penelitian berlangsung. Persyaratan umum
Persetujuan setelah Penjelasan (PsP) adalah sebagai berikut: (1) PsP harus diperoleh secara
prospektif dari subjek atau wali subjek yang sah, sebelum perlakuan pada subjek, (2) informasi
harus disampaikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti (hindari bahasa teknis
kesehatan/ kedokteran), (3) subjek harus diberi cukup kesempatan untuk mempertimbangkan
apakah ia mau berpartisipasi, (4) persetujuan harus diberikan tanpa paksaan atau pengaruh yang
berlebihan, (5) subjek harus tidak dibuat untuk menyerahkan hak untuk ikut atau diberi kesan
(impression) seolah-olah bahwa ia diminta untuk berbuat demikian, (6) PsP harus didapat dari
subjek atau wali yang sah, dan (7) PsP dibuat tertulis, diketahui, dan ditanda tangani oleh saksi.
Dalam pembuatan PsP terdapat 8 unsur pokok yang harus termuat di dalamnya, yakni: (1)
deskripsi tentang penelitian, (2) risiko dan ketidaknyamanan, (3) manfaat (potential benefits), (4)
alternatif prosedur dan pengobatan, (5) jaminan kerahasiaan, (6) kompensasi, (7) kontak, dan (8)
partisipasi sukarela. Deskripsi tentang penelitian meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. ringkasan
penelitian yang akan dilakukan, 2. tujuan dari penelitian, 3. peran subjek yang diharapkan, 4.
prosedur yang dilakukan pada subjek (pemeriksaan kesehatan, wawancara, spesimen yang
diambil, berapa kali, petugas, alat, dll.), 5. lama penelitian, dan 6. penjelasan tentang randomisasi
atau placebo.
risiko dan ketidak nayamanan mencantumkan hal-hal sebagai berikut: 1. risiko yang
diantisipasi atau dapat diramalkan, keadaan yang tidak menyenangkan, hal yang menyusahkan,
ketidak nyamanan, dan bahaya yang terkait dengan penelitian, 2. risiko fisik, sosial, dan
psikologi, dan 3. jika diidentifikasi ada tambahan risiko selama dilakukan penelitian, perlu
informasi kepada subjek dan ada dokumentasi/revisi. Deskripsi unsur manfaat meliputi
penjelasan tentang hal-hal sebagai berikut: 1. manfaat yang pantas diharapkan oleh subjek, 2.
tidak berlebihan, menilai terlalu tinggi, atau memperbesar. Ada kemungkinaan tidak ada manfaat
langsung kepada subjek, selain untuk kepentingan masyarakat secara luas, dan 3. manfaat bagi
subjek jika penelitian telah berakhir. Dalam deskripsi alternatif prosedur dan pengobatan
mencakup penjelasan mengenai: 1. prosedur terapi alternatif, 2. harus dijelaskan keuntungan dan
kerugiannya, dan 3. harus dijelaskan secara spesifik alternatif yang ada.
E. ETIKA PENELITI KESEHATAN
Penelitian yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh rancangan penelitian dan instrumen
yang memadai namun juga tergantung pada hal-hal seperti: memenuhi kaidahkaidah ilmiah dan
etik penelitian, tepat waktu dan tepat guna, dan sumber daya yang berkualitas serta memiliki
integritas yang tinggi sebagai seorang peneliti. Tanggung jawab utama sebagai seorang peneliti
adalah melindungi hak dan kesejahteraan manusia dan pemanfaatan hewan coba sebagai subjek
penelitian. Oleh sebab itu seorang peneliti wajib hukumnya untuk mengetahui persyaratan dan
peraturan perundang-undangan, kebijakan, dan prosedur yang berlaku untuk melindungi manusia
dan hewan coba sebagai subjek penelitian. Seorang peneliti juga harus melakukan penelitian
sesuai dengan protokol penelitian yang telah mendapat persetujuan etik dari komisi etik. Seorang
peneliti yang bertanggung jawab ia harus dapat menjamin bahwa setiap subjek memahami jenis
penelitian yang melibatkannya, seorang subjek juga harus mendapat informasi yang lengkap
terkait dengan partisipasinya dalam penelitian yang dikutinya dengan persetujuan setelah
penjelasan. Oleh sebab itu peneliti harus memberi satu copy dokumen informed concent yang
telah disetujui oleh komisi etik penelitian kesehatan kepada setiap subjek penelitian. Semua
dokumen consent harus disimpan sesuai dengan persyaratan institusi, jika akan dilakukan
perubahan pelaksanaan penelitian karena sesuatu hal maka peneliti wajib melaporkan kepada
komisi etik penelitian kesehatan secepatnya. Pelaksanaan perubahan tidak boleh dilakukan
sebelum mendapat persetujuan komisi etik penelitian kesehatan, kecuali apabila sangat mendesak
untuk mencegah terjadinya bahaya pada subjek dan hal ini pun harus segera diaporkan kepada
komisi etik penelitian kesehatan. Seorang peneliti juga bertanggung jawab atas penyampaian
laporan hasil penelitian kepada komisi etik penelitian kesehatan sesuai ketentuan yang berlaku.
Apabila terjadi masalah yang tak terduga yang terkait dengan risiko subjek atau hal lainnya harus
segera melaporkannya kepada komisi etik penelitian kesehatan.
1. Persetujuan Etik (Etichal Clearance) Persertujuan etik atau etichal clearance (EC) harus
dimiliki oleh seorang peneliti yang melibatkan manusia atau hewan sebagai subjek
penelitian. Seorang dokter tidak boleh melakulan penelitian dengan subjek manusia jika
tidak dapat memperkirakan bahaya apa yang mungkin akan timbul dan harus segera
menghentikan penelitian bila bahaya yang muncul melebihi manfaat yang diharapkan.
Hasil penelitian yang dilakukan tanpa dilengkapi persetujuan etik tidak dapat
dipublikasikan jika eksperimen yang dilakukan tidak mengindahan prinsip ‘Helsinki’.
Prinsip yang dimaksud adalah antara lain: subjek harus diberi tahu maksud, metode,
manfaat, dan dijelaskan pula bahwa subjek atau calon subjek boleh menolak. Jadi harus
ada informed consent. Bagi subjek di bawah umur informed concent dimintakan kepada
pelindungnya yang sah secara hukum, demikian pula untuk penderita yang tidak
kompeten. Manfaat persetujuan etik bagi subjek penelitian adalah mendapatkan kepastian
perlindungan dari hal-hal yang merugikannya sebagai subjek penelitian. Sementara bagi
peneliti, persetujuan etik berguna untuk menghindari pelanggaran HAM (Hak Azasi
Manusia) dan Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Begitu pentingnya
persetujuan etik dalam penelitian maka untuk menerapkannya diwujudkan dalam
beberapa hal seperti: sebagai prasyarat untuk publikasi ilmiah di jurnal nasional dan
internasional, dan sebagai prasyarat pencairan dana penelitian dari penyandang dana.
2. Integritas Peneliti Seorang peneliti dituntut untuk memiliki integritas yang tinggi.
Integritas peneliti meliputi hal-hal sebagai berikut. a. Bermoral tinggi, berperilaku baik
dan jujur, adil, bekerja dengan sepenuh hati, dan bertanggung jawab, b. Dalam
mengumpulkan data atau informasi, manajemen data, menyimpan data, sharing, dan
kepemilikan data, c. Memperhatikan aspek kesehatan lingkungan dan isu keamanan
(ramah lingkungan), dan d. Memiliki akuntabilitas fiskal yang baik.
3. Penulis dalam Publikasi Ilmiah
Tahapan setelah selesai penelitian yang menuntut tanggung etik seorang peneliti
adalah ketika menjadikan laporan penelitian sebagai tulisan dalam publikasi ilmiah,
seperti jurnal. Sering kali menjadi persoalan etik ketika laporan penelitian disajikan
menjadi sebuah artikel dalam jurnal ilmiah.
Hal penting lain yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam menulis artikel pada
jurnal ilmiah adalah bahwa dasar penulisan ilmiah untuk publikasi harus berdasarkan
pada fakta dan tidak dipublikasi dua kali. Tidak dibenarkan publikasi satu artikel di dua
tempat, kecuali mendapat ijin dari publisher pertama. Jika hendak memuat artikel yang
telah diseminarkan dalam kongres atau simposium harus mendapat ijin tertulis dari
penyelenggara seminar atau simposium.
4. Plagiarisme
Plagiarisme berasal dari bahasa Latin plagiarius yang bermakna penculik atau
pencuri atau perampok naskah. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah plagiat
yang memiliki makna pencuri sastra, pencurian kepemilikan intelektual, dan tindak
kecurangan.
Plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau
mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip
sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya
ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai. (Permendiknas
No.17/2010).
Selain plagiat ada pula istilah lain yaitu copyright yang lebih menekankan aspek
hukum. Melanggar atau tidaknya ditentukan oleh ijin yang dimiliki oleh penulis aslinya.
Jika copyright penuh, maka perlu mendapat ijin, namun jika tidak penuh, cukup hanya
denganmencantumkan sumber. Plagiat lebih bersifat etika, misalnya meniru tulisan orang
lain tanpa menyebutkan sumbernya dianggap plagiat. Pelanggaran copyright bisa dicegah
dengan memperoleh ijin terlebih dahulu dari penulis aslinya. Sedangkan plagiat masih
perlu menimbang aspek lain lagi.
Dampak negatif dari perbuatan plagiat adalah merugikan penulis asli, menurunkan
kreativitas dalam membuat paraphrase, dan melemahnya moralitas peneliti. Bagaimana
cara menghindari tindak plagiat? Penulis selalu mencantumkan sumber kepustakaan dan
setiap tulisannya dan meningkatkan kemampuan membuat paraphrase merupakan
jawaban untuk mencegah plagiat.
Bagaimana cara membuat paraphrase? Tidak terlalu sulit membuat paraphrase
namum membutuhkan latihan yang cukup. Berikut adalah tips dalam membuat
paraphrase:
a. Baca berkali-kali tulisan orang lain yang akan diparaphrase samapai betul-betul
paham maksud tulisan tersebut,
b. Catat kata-kata penting dalam tulisan itu sebagai kata kunci,
c. Tutup dan jauhkan dari kita sumber informasi tersebut,
d. Tulis kembali dengan gaya bahasa sendiri,
e. Bandingkan keduanya, dan
f. Catat kepustakaan sebagai sumber informasi atau data dan tulis pada daftar
kepustakaan.
Etika peneliti dalam perilaku
Peneliti juga dituntut memiliki etika dalam berperilaku selama proses peneltian dilakukan.
Beberapa tindakan merupakan tindakan etis adalah:
a. Peneliti mengelola jalannya penelitian secara jujur, bernurani dan berkeadilan terhadap
lingkungan penelitiannya,
b. Peneliti menghormati subjek penelitian/manusia tanpa diskriminasi dan merendahkan
martabat makhluk ciptaan Tuhan, dan
c. Peneliti membuka diri dari pendapat, kritik dan saran terhadap hasil penelitian, saling
menghormati melalui diskusi dan pertukaran informasi ilmiah yang objektif.
Etika peneliti dalam kepengarangan
Setelah penelitian selesai dilakukan maka langkah berikutnya adalah menyebarluaskan
informasi hasil peneltian dalam bentuk laporan penelitian, karangan artikel yang dimuat dalam
jurnal dan lain-lain. Dalam hal kepengarangan peneliti juga harus memperhatikan etika sebagai
berikut:
a. Peneliti mengelola, melaksanakan dan melaporkan hasil penelitian secara bertanggung
jawab, cermat dan seksama,
b. Peneliti menyebar luaskan tulisan hasil penelitiannya sekali dan tanpa duplikasi, dan
c. Peneliti memberikan pengakuan melalui pencantuman penulis pendamping, pengutipan
tulisan orang lain, dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
pelaksanaan penelitiannya.
BAB VII

STATISTIKA DESKRIPTIF

PENDAHULUAN

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa akan dapat :

1. Menjelaskan definisi statistik


2. Membedakan statistik deskriptif dan statistik inferensial
3. Membedakan antara populasi, sampel dan sampling
4. Menyebutkan dan memberikan contoh tentang data dan jenis-jenis data
5. Membedakan skala pengukuran data.

TOPIK 1
KONSEP DASAR STATISTIK
A. DEFENISI STATISTIKA, STATISTIK DAN PARAMETER
Statistika menurut definisinya adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang cara-cara
pengumpulan data, penyajian data, pengolahan data dan penarikan kesimpulan berdasarkan data
tersebut.
Statistik menurut definisi yang benar adalah semua harga, nilai, data atau besaran yang
dipunyai sampel dan biasanya dilambangkan dengan huruf abjad Latin misalnya rata-rata hitung
(𝑋̅), simpangan baku (S), variansi S2)dan sebagainya.Statistik ini umumnya merupakan penduga
bagi parameter.
Parameter berasal dari kata para (sama dengan di samping) dan meter (sama dengan suatu
ukuran). Jadi parameter dapat diartikan suatu ukuran, besaran, data atau nilai yang dipunyai
populasi dan sulit untuk diukur. Parameter biasanya dilambangkan dengan huruf abjad Yunani
misalnya nilai rata-rata hitung () simpangan baku (), variansi (2) dan sebagainya
B. PENGGOLONGAN STATISTIKA
Berdasarkan ruang lingkup penerapan statistika dalam penelitian, maka statistika dapat
digolongkan menjadi :
a. statistika deskriptif : statistika yang membahas tentang cara-cara meringkas,
menyajikan mendeskripsikan suatu data dengan tujuan agar data tersebut mudah
dimengerti dan lebih mempunyai makna. Penyajian suatu data dapat berbentuk daftar
(tabel) dan dalam bentuk diagram (gambar).
Misalnya : rata-rata hitung, modus, median dll.
b. statistika inferensial (statistika induktif).
Statistika inferensial adalah statistika yang dipergunakan untuk
menyimpulkan tentang parameter (populasi) berdasarkan statistik (sampel) atau lebih
di kenal untuk proses generalisasi. Jadi dalam statistika inferensial diperlukan adanya
suatu hipotesis.
berdasarkan manfaatnya, statistika dibedakan menjadi :
1. statistika terapan yang membahas tentang penerapan statistika untuk menunjang ilmu-
ilmu lainnya.
2. statistika matematik yang membahas tentang perkembangan teori statistika yang
banyak bersifat matematik.
berdasarkan asumsi atau syarat-syarat parameter dan skala data yang akan dianalisis, terdiri
atas :
a. statistika parametrik
Statistika parametrik memperhatikan tentang syarat-syarat atau asumsi
parameter misalnya variansi sama, data berdistribusi normal dan sebagainya. Data
yang dianalisis pada statistika parametrik skala pengukurannya adalah rasio atau
interval.
b. Statistika nonparametrik
tidak memperhatikan asumsi atau syarat-syarat parameter dan skala datanya
berbentuk ordinal atau nominal. Namun demikian data yang dianalisis, skala
pengukurannya bisa berbentuk rasio atau interval, tetapi data tersebut tidak
berdistribusi normal. Oleh karena itu statistika nonparametrik disebut juga sebagai
statistika bebas sebaran (freedisribution).
C. POPULASI, SAMPEL DAN SAMPLING
Populasi adalah sekumpulan subyek yang hendak diketahui karakteristiknya.
Populasi ada 2 :
 Populasi finit adalah populasi yang jumlahnya terbatas berarti bisa dihitung
jumlahnya.
 Populasi infinit adalah populasi yang jumlahnya tidak terbatas berarti tidak bisa
ditentukan jumlahnya misalnya jumlah bakteri, virus, debu dan sebagainya

sampel adalah sebagian dari populasi yang mempunyai karakteristik yang sama.

sampling adalah teknik, cara atau metoda yang digunakan untuk mendapatkan sampel dari
suatu populasi.

D. DATA
Data merupakan kumpulan dari beberapa fakta yang nyata
1. Jenis-Jenis Data, Data dapat dibagi menjadi berdasarkan:
a. Cara memperolehnya, maka data dapat dibagi menjadi:
 data primer adalah data yang diambil secara langsung dari obyek penelitian
oleh peneliti perorangan maupun organisasi.
 data sekunder data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian.
Dalam hal ini peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan
oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial
maupun non komersial.
b. Sumber data, Data ini terdiri atas:
 data internal yaitu data yang menggambarkan situasi dan kondisi pada suatu
organisasi secara internal
 data eksternal adalah data yang menggambarkan situasi serta kondisiyang ada
di luar organisasi tersebut.
c. Jenis data
 data kuantitatif adalah data yang dipaparkan dalam bentuk angka-angka,
 data kualitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk kata-kata yang
mengandung makna atau dengan kata lain adalah bukan dalam bentuk angka,
d. Sifat data
 data diskrit adalah data didapatkan dari hasil menghitung yang hasil akhirnya
adalah bilangan bulat
 kontinu adalah data yang didapatkan dari hasil mengukur dan akhir data
menghasilkan bilangan bulat dan atau desimal
e. Waktu pengumpulannya:
 data crosssection(at a point of time) adalah data yang menunjukkan titik
waktu tertentu.
 data berkala (timeseries) adalah data yang nilainya menggambarkan sesuatu
dari waktu ke waktu atau periode tertentu secara historis.
2. Skala pengukuran data
Berdasarkan skala pengukurannya, data dibedakan menjadi :
a. data skala rasio(skala nisbah)
Data skala rasio ciri-cirinya adalah nilainya bersifat absolut (mutlak) dan ciri-ciri
yang dipunyai skala interval, ordinal dan nominal juga dipunyai pada skala rasio serta
dapat dilakukan operasi matematika di dalamnya.
Contoh : berat badan dalam kilogram, tinggi badan dalam sentimeter dan sebagainya
b. interval( skala selang)
Data skala interval mempunyai ciri jarak antara interval satu dengan lainnya adalah
sama dan nilainya tidak bersifat absolut Ciri-ciri ordinal dan nominal juga ada
padadata skala interval serta dapat dilakukan operasi matematika.
Contoh : hasil pengukuran terhadap 5 obyek menghasilkan angka 10, 8, 6, 4, dan 2.
jadi selisih antara 10 dengan 8 adalah sama dengan selisih 8 dengan 6.
c. ordinal(skala jenjang)
Data skala ordinal, ordinal berasal dari kata ordo yang artinya tataan atau deret. Data
skala ordinal mempunyai arti tingkatan, deret atau jenjang, sifat nominalnya ada dan
nilainya tidak bersifat absolut Data ini mempunyai ciri posisi data tidak setara dan
tidak bisa dilakukan operasi matematik di dalamnya
Contoh nilai mutu ujian terdiri atas 4, 3, 2, 1 dan 0. selisih antara nilai mutu 4 dan 3
tidak sama dengan selisih nilai mutu 3 dan 2.
d. skala nominal(skala kategorial). Data nominal mempunyai ciri posisi data setara dan
tidak dapat dilakukan operasi matematika Data skala nominal (kategorial), data
tersebut dikategorikan.
misalnya jenis kelamin terdiri atas laki-laki dan perempuan
3. penyajian data dalam bentuk :
a. Tabel
b. Diagram
 Diagram Batang
 Diagram garis
 Diagram lingkaran
E. TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI, FREKUENSI RELATIF DAN KOMULATIF,
HISTOGRAM, POLIGON FREKUENSI DAN OGIVE.
1. Tabel Distribusi Frekuensi
Data yang berukuran besar ( n30) lebih tepat disajikan dalam tabel distribusi frekuensi,
yaitu cara penyajian data yang datanya disusun dalam kelas-kelas tertentu.
Langkah-langkah :
a. menentukan jangkauan ( J )

J = Xmax - Xmin

b. menentukan banyak kelas (K) yang terbentuk yaitu dengan menggunakan rumus
"Sturgess"
, n = banyak data
K = 1 + 3,3 log n

Banyak kelas harus merupakan bilangan bulat positif hasil pembulatan.


c. menentukan panjang interval kelas (P)

𝐽
P =𝐾
d. menentukan batas-batas kelas.
Data terkecil harus merupakan batas bawah interval kelas pertama atau data
terbesar adalah batas atas interval kelas terakhir.
e. Memasukkan data ke dalam kelas-kelas yang sesuai dan menentukan frekuensi
setiap kelas dengan sistem turus
f. Menuliskan turus-turus dalam bilangan yang bersesuaian dengan banyak turus.
2. Frekuensi relatif dan komulatif
Frekuensi yang dimiliki setiap kelas pada tabel distribusi frekuensi bersifat mutlak.
Frekuensi relatif adalah membandingkan frekuensi pada interval kelas itu dengan
banyak data dinyatakan dalam persen.
Frekuensi relatif dirumuskan sebagai berikut:

𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑘𝑒−𝑘


Frekuensi relatif kelas ke – k = x 100 %
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑡𝑎

Contoh:
interval frekuensi kelas adalah 20.
Total data seluruhinterval kelas = 80
20 1
maka frekuensi relatif kelas ini = 80 = 4
1
= 4 × 100 % = 25 %

Frekuensi kumulatif kelas ke-k adalah jumlah frekuensi pada kelas yang dimaksud
dengan frekuensi kelas-kelas sebelumnya.
Ada dua macam frekuensi kumulatif, yaitu :
 frekuensi kumulatif "kurang dari" ("kurang dari" diambil terhadap tepi atas
kelas)
 frekuensi kumulatif "lebih dari" ("lebih dari" diambil terhadap tepi bawah
kelas).
3. Histogram dan poligon frekuensi
Histogram merupakan diagram frekuensi bertangga yang bentuknya seperti diagram
batang. Batang yang berdekatan harus berimpit. Untuk pembuatan histogram, pada setiap
interval kelas diperlukan tepi-tepi kelas. Tepi-tepi kelas ini digunakan untuk menentukan
titik tengah kelas yang dapat ditulis sebagai berikut :

1
Titik tengah kelas = 2 (𝑡𝑒𝑝𝑖 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 + 𝑡𝑒𝑝𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠)

Poligon frekuensi dapat dibuat dengan menghubungkan titik-titik tengah setiap


puncak persegi panjang dari histogram secara berurutan. Agar poligon "tertutup" maka
sebelum kelas paling bawah dan setelah kelas paling atas, masing-masing ditambah satu
kelas.
Contoh :Tabel distribusi frekuensi hasil ujian matematika Kelas XI SMK Farmasi Yamasi
di Makassar.
Interval Kelas Frekuensi
21 - 30 2
31 - 40 3
41 - 50 11
51 - 60 20
61 - 70 33
71 - 80 24
81 - 90 7
100

Histogram dan poligon frekuensi hasil ujian matematika kelas XI SMK Farmasi Yamasi di
Makassar

4. Ogive
Grafik yang menunjukkan frekuensi kumulatif kurang dari atau frekuensi kumulatif
lebih dari dinamakan poligon kumulatif.
Ada dua macam ogive, yaitu sebagai berikut :
a. Ogive dari frekuensi kumulatif kurang dari disebut ogive positif.
b. Ogive dari frekuensi kumulatif lebih dari disebut ogive negatif.
Contoh :
Tabel Distribusi Frekuensi Kumulatif "Kurang Dari" tentang Nilai Ulangan Biologi
KelasXI SMK Farmasi Yamasi di Makassar.

Nilai Frekuensi
< 20,5 0
< 30,5 2
< 40,5 5
< 50,5 16
< 60,5 36
< 70,5 69
< 80,5 93
< 90,5 100

Tabel distribusi frekuensi kumulatif "lebih dari"tentang nilai ulangan Biologi Kelas XI
SMK Farmasi Yamasi di Makassar.

Nilai Frekuensi
> 20,5 100
> 30,5 98
> 40,5 95
> 50,5 84
> 60,5 64
> 70,5 31
> 80,5 7
> 90,5 0

Ogive positif dan ogive negatif dari tabel diatas :

F. DISTRIBUSI NORMAL
Distribusi normal, disebut pula distribusi Gauss, adalah distribusi probabilitas yang paling
banyak digunakan dalam berbagai analisis statistika. Distribusi normal baku adalah distribusi
normal yang memiliki rata-rata nol dan simpangan baku satu.
Distribusi normal banyak digunakan dalam berbagai bidang statistika, misalnya distribusi
sampling rata-rata akan mendekati normal, meski distribusi populasi yang diambil tidak
berdistribusi normal. Distribusi normal juga banyak digunakan dalam berbagai distribusi dalam
statistika, dan kebanyakan pengujian hipotesis mengasumsikan normalitas suatu data.

G. PERANAN STATISTIKA DALAM PENELITIAN


Statistika dalam penelitian mempunyai peranan yang sangat penting yaitu :
1. Memudahkan dalam membuat judul penelitian, rumusan masalah, tujuan dan hipotesis.
Seseorang yang kurang menguasai statistika, judul penelitian, rumusan masalah, tujuan
dan hipotesis yang disusun biasanya kurang tajam atau mengambang.
2. Validitas dan reliabilitas alat pengumpul data ditentukan, biasanya dipergunakan korelasi
Pearson dan Spearman.
3. Penentuan besar sampel, banyak faktor yang mempengaruhi besarnya sampel penelitian di
antaranya jenis penelitian (deskriptif atau inferensial), jenis populasi (finit atau infinit),
simpangan baku, prevalensi, harga , harga , biaya, waktu, tenaga, jenis percobaan
(merusak atau tidak merusak unit percobaan) dan sebagainya.
4. Sangat penting untuk menyimpulkan hasil (generalisasi) khususnya jenis penelitian
inferensial.
TOPIK 2

KONSEP PROBABILITAS

Rata-rata fenomena massa yang timbul secara berurutan atau serentak seperti pancara
elektron, panggilan telepon, deteksi radar, kendali mutu, kegagalan sistem, permainan
berbasiskebetulan, mekanika statistik, turbulensi, suara, tingkat kelahiran atau kematian, herediter
banyakterkait dengan teori probabilitas. Dengan pendekatan teori probabilitas diketahui bahwa bila
jumlahpengamatan dari fenomena tersebut di atas meningkat, maka rata-rata fenomena massa tersebu
mendekati nilai konstan. Tujuan dari teori probabilitas adalah untuk mendeskripsikan dan
meramalrata-rata tersebut dengan menghubungkan probabilitas dengan berbagai macam kejadian.

Pada penyelidikan probabilistik dari suatu fenomena fisika perlu dibedakan tiga hal sebagai
berikut

1. Tahap pertama (klasik)


yaitu suatu proses di mana Pr (A) dari suatu kejadian A tidak dapat dibuat pasti.
Tahap ini berdasarkan rumus (1) di mana Pr (A) dihitung dengan menggunakan pendekatan
frekuensi relatif.
2. Tahap kedua (konseptual)
Di mana probabilitas memenuhi suatu aksioma tertentu. Lewat penalaran deduktif
ditentukan probabilitas Pr (A) dari suatu kejadian dan Pr (B) dari A suatu kejadian B.
3. Tahap ketiga (fisik)
Peramalan secara fisik dilakukan dengan menggunakan hasil pada tahap kedua.
Dalam tahap ini perhitungan probabilitas berdasarkan pendekatan frekuensi relative.
1. Notasi Faktorial
n! = 1*2*3*....* (n-2)*(n-1)*n
Penting untuk diingat bahwa 0!= 1

Contoh : 2! = 2*1 = 2
3! = 3*2*1 = 6
2. Permutasi
Permutasi suatu obyek adalah susunan himpunan dari n obyek dalam urutan yang
ditentukan. Jadi suatu susunan k ≤ n obyek dalam urutan yang ditentukan disebut k permutasi
atau permutasi n obyek yang diambil sejumlah k sekaligus. Perlu diperhatikan bahwa susunan
urutan amat penting dalam permutasi. Jumlah permutasi n obyek yang diambil k sekaligus
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
𝑛!
𝑃𝑛.𝑘 = 𝑛*(n-1)*(n-2)*...*(n-k+1)= (𝑛−𝑘)!

3. Permutasi Dengan Repetisi (Ulangan)


Sering dijumpai jumlah permutasi obyek di mana beberapa diantaranya adalah sama.
Untuk itu perlu disimak dalil sebagai berikut :
Dalil : Jumlah permutasi n obyek, n 1 dari padanya sama, n 2 dari padanya sama, ..., n dari
padanya sama adalah:
𝑛!
𝑛1 ! 𝑛2 ! … . 𝑛
4. Kombinasi
Misalkan terdapat himpunan n obyek, maka kombinasi n obyek yang diambil k
sekaligus atau k kombinasi merupakan subhimpunan k elemen. Jadi k kombinasi adalah
pemilihan sebanyak k dari n obyek tanpa mempersoalkan urutan.. Rumus yang digunakan:
Jumlah kombinasi n obyek yang diambil k sekaligus adalah:

𝑃𝑛.𝑘 𝑛!
𝐶𝑛.𝑘 = =
𝑘! (𝑛
𝑘! − 𝑘)!

5. Koefisien Binomial
6. Hipotesis
Hipotesis berasal dari kata hipo yang artinya rendah atau lemah dan tesis adalah
pernyataan. Jadi hipotesis adalah pernyataan atau jawaban untuk menjawab/memecahkan
masalah penelitian, tetapi masih lemah karena belum didukung oleh data dan belum diuji
kebenarannya.
7. Statistik Deskriptif
Untuk menyederhanakan suatu data sehingga data tersebut dapat dengan mudah
untuk dipahami atau dimengerti merupakan definisi dari statistik deskriptif. Statistik ini terdiri
atas 3 (tiga) bagian yaitu ukuran pemusatan (Central Tendency), ukuran penyebaran
(Dispersi) dan ukuran letak (Fractil).
8. Ukuran Pemusatan
Ukuran pemusatanadalah nilai tunggal yang mewakili satu set data, nilai itu
menunjukkan pusat nilai data (Mason, et. Al, 1999).
Ukuran pemusatan terdiri atas
a. Mean
mean adalah rata-rata, juga disebut dengan rerata.
rumus mean untuk data tunggal : X=

rumus mean untuk data kelompok : X=

b. Median
Median adalah nilai yang berada di tengah pada satu set data, atau nilai yang
membagi dua suatu set data.
Rumus median untuk data kelompok :

Me = tb +

c. Modus
Modus adalah nilai yang sering muncul atau nilai yang mempunyai frekuensi
terbanyak.
Rumus modus untuk data kelompok :

Mo = tb +

9. Dispersi (Nilai Penyebaran)


Konsep nilai sebaran mendeskripsikan sebuah nilai yang menunjukkan sebaran data.
Sebaran data berguna untuk mengetahui variasi data, sehingga apabila diperlukan untuk
menilai pemerataan maka nilai sebaran akan membantu kita untuk mengetahui keterwakilan
setiap nilai dalam sebuah set data.
10. Jenis Pengukuran Variabilitas
Pengukuran variabilitas terdiri atas beberapa pengukuran antara lain:
a. Range
Range atau jarak pengukuran adalah selisih antara nilai tertinggi hasil pengukuran
dan nilai terendah hasil pengukuran tertinggi terendah.
R = X tertinggi – X terendah
b. Mean Deviasi (MD)
Mean deviasi atau rata-rata deviasi (penyimpangan) yaitu rata-rata dari deviasi
nilainilai dari mean dalam suatu distribusi. Dalam hal ini diambil nilai yang absolut
artinya deviasi baik yang berarah negatif maupun positif semuanya dianggap positif (+)
MD =

c. Standar Deviasi (SD)


Standar deviasi (SD) secara matematik dibatasi sebagai akar dari jumlah deviasi
kuadrad dibagi banyaknya individu kurang 1.
S=

d. Varians
Varians adalah nilai kuadrat dari simpangan baku (standar deviasi).

e. Standar Error (Galat Baku)


Galat baku menunjukkan bahwa simpangan baku dibagi akar sejumlah data atau jika
𝑆
disimbolkan dengan rumus statistik adalah 𝑆𝐸 = yang berlaku sama terhadap data
√𝑛

tunggal dan data kelompok.


f. KoefisienVariasi (CoefisienVarians)
Pada koefisien variasi menunjukkan bahwa simpangan baku dibagi dengan rerata
dikalikan 100 %. Rumus ini juga berlaku untuk data tunggal dan data berkelompok.
11. Fraktil
a. Kuartil
Kuartil adalah nilai yang memisahkan tiap-tiap 25 persen dalam distribusi frekuensi.
Fungsi kuartil untuk menentukan nilai batas tiap 25 persen dalam distribusi yang
dipersoalkan
b. Desil
Nilai yang memisahkan distribusi data menjadi 10 bagian. Nilai desil membagi
sepuluh bagian yang sama. Fungsi desil merupakan nilai batas tiap 10% dalam distribusi
yang dipersoalkan metode ini diterapkan pada kelompok atau distribusi data dibagi
menjadi 10 bagian yang sama.
c. Persentil
Jika desil adalah nilai yang memisahkan distribusi menjadi 10 bagian maka nilai
persentil membagi distribusi menjadi 100 bagian yang sama. Oleh karena itu fungsi
persentil adalah menentukan nilai batas tiap 1 persen dalam distribusi yang dipersoalkan.
BAB IX

STATISTIKA NON-PARAMETRIK

PENDAHULUAN

Setiap bahasan metode mengkombinasikan konsep, prosedur, contoh-contoh soal, latihan-


latihan soal, maupun jawaban latihan soal. Tujuannya adalah agar memudahkan pembaca memahami
konsep, membiasakan diri dengan prosedur dan formula metode statistik non-parametrik, maupun
melihat persoalan-persoalan yang bias dipecahkan dengan metode-metode itu. Latihan soal beserta
jawabannya memungkinkan mahasiswa untuk dapat belajar sendiri. Setelah kita mempelajari Bab
VIII, banyak manfaat statistik parametrik yang dapat diaplikasikan dalam segala bidang, utamanya di
bidang farmasi. Aplikasi di bidang statistiknon-parametrik. Bagaimana menyederhanakan data
farmasi.Setelah mempelajari bab ini mahasiswa akan dapat :

1. Menjelaskan definisi statistik non-parametrik.


2. Menjelaskan syarat-syarat penggunaan statistik non-parametrik.
3. Kelebihan dan kekurangan statistik nonparametrik.
4. Menganalisis dan menarik kesimpulan menggunakan uji wilcoxon, Mc Nemar dan Mann
Whitney.
5. Menganalisis dan menarik kesimpulan menggunakan korelasi spearman.
6. Menganalisis dan menarik kesimpulan menggunakan uji chi square.

TOPIK 1

KONSEP DASAR STATISTIKA NON-PARAMETRIK

DEFINISI STATISTIK NON-PARAMETRIK

Statistik inferensial merupakan alat untuk merancang penelitian, menganalisis data, dan
menarik kesimpulan tentang populasi dari data sampel. Namun sebelum melakukan proses
generalisasi tersebut, kita perlu mengetahui sifat-sifat data sampel itu sendiri. Statistik deskriptif
berfungsi mengembangkan indikator dan ukuran yang dapat menggambarkan karakteristik data yang
telah dikumpulkan dan ditabulasi. Ukuran statistik yang lazim dipakai untuk menggambarkan data
penelitian dan survei ialah ukuran tendensi sentral, ukuran dispersi, ukuran fraktil, ukuran hubungan
(dalam hal ini korelasi) dan lainlain

1. Istilah - Istilah
Konsep dan metode tentang statistik yang diterapkan ke dalam ilmu biologi, farmasi,
kesehatan, dan kedokteran bidang ilmu tersebut merupakan bagian dari Biostatistik.
Observasi yang biasa juga disebut dengan pengamatan adalah suatu peristiwa yang disertai
dengan pengukuran atau perhitungannya, contohnya dosis obat paracetamol adalah suatu
peristiwa atau kejadian dan 500 mg adalah pengukuran.
Unit observasi yang juga disebut unit pengamatan merupakan sumber pengamatan, contohnya
orang atau obyek. Istilah yang lebih khas adalah individu atau subyek.
Populasi merupakan sekumpulan subyek yang hendak diketahui karakteristiknya atau
keseluruhan dari subyek ataupun elemen penelitian lainnya (contohnya benda dan pengukuran-
pengukurannya).
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang mempunyai karakteristik yang sama atau
kelompok dari unit-unit sampel. Misalnya kita mempunyai populasi terdiri atas orang yang
resinten terhadap antibiotik di Indonesia. Jika data yang digunakan untuk menganalisis hanya
orang di 5 propinsi di Indonesia, berarti kita hanya memiliki sebagian dari orang yang resisten
terhadap antibiotik pada popualsi, dan disebut dengan sampel. Beberapa teknik dalam mengambil
sampel dari suatu populasi, cara, teknik atau metode ini disebut sampling (pencuplikan). Tujuan
dari sampling adalah supaya didapatkan suatu sampel yang mewakili (representatif) tentang ciri
khas populasi dimana variabel-variabelnya akan dikumpulkan datanya.
Data merupakan suatu set nilai yang dicatat dari sebuah atau lebih unit pengamatan. Di sisi
lain data adalah kumpulan dari beberapa fakta.
Variabel merupakan suatu konsep atau fenomena alam yang mempunyai variasi nilai.
Misalnya variabel kadar parasetamol dalam 1 sendok teh dalam bentuk sirup, umur pasien yang
mengunjungi apotik di suatu rumah sakit, dan usia balita yang mengunjungi dokter spesialis
anak di Makassar.
Parameter merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk menggambarkan karakteristik atau
hubungan antar variabel populasi, contohnya rata-rata, varians, simpangan baku, dan proporsi.
Misalnya rata-rata lama waktu tunggu pasien untuk mengambil obat, atau angka kelahiran, angka
kesakitan dan angka kematian.
Peluang atau disebut juga dengan probabilitas adalah frekuensi relatif atau rata-rata peluang
terjadinya suatu peristiwa yang dapat diharapkan secara rata-rata atau dalam jangka panjang.
Misalnya : peluang untuk sembuh setelah berobat dengan teknologi tinggi.peluang interaksi
penggunaan beberapa obat pada satu kali minum, peluang kegagalan pengobatan jika
menggunakan obat-obat yang belum terstandarisasi. Peluang dinyatakan dalam bentuk angka,
mulai dari 0 hingga 1. Contohnya, probabilitas untuk memperoleh bayi laki-laki adalah sekali
dalam 10 kehamilan atau 1/10, probabilitas memperoleh siswa yang mempunyai Intelectual
Questions (IQ) 200 adalah 1 dari 50 anak atau 1/50.
Nilai Sentral tendensi adalah ukuran pusat tendensi yang menggunakan kecenderungan nilai-
nilai pengamatan memusat pada suatu titik. Ukuran tendensi sentral yaitu mean, median dan
modus. Ketiga nilai sentral tendensi tersbut adalah yang terpenting. Modus merupakan nilai atau
angka yang mempunyai frekuensi kemunculan yang tersering atau terbanyak. Mean merupakan
rerata aritmatik yang bisa diperoleh dengan menambahkan seluruh nilai dalam sampel dan
membaginya dengan seluruh sampel. Median merupakan nilai atau angka yang berada di tengah
suatu set data yang telah diurutkan (array). Semakin besar nilai simpangan baku menunjukkan
bahwa makin lebar penyebaran dari nilai nilai observasi. Statistik non-parametrik yaitu statistik
bebas sebaran (tidak mensyaratkan bentuk sebaran parameter populasi, baik normal atau tidak).
Selain itu, statistik non-parametrik biasanya menggunakan data kualitatif, yakni nominal dan
ordinal.
2. Model Matematik
Penggunaan model matematik tertentu selalu menyangkut sifat populasi dan cara mengambil
sampel pada populasi. Setiap uji statistik yang menggunakan suatu uji statistik baru bisa
dikatakan valid (sahih) jika ada 2 asumsi berikut ini yang dipenuhi sebagai berikut :
a. Asumsi model matematik uji
b. Teknik pengukuran variabel

Semakin kuat asumsi yang mendasari suatu uji, makin sempit generalisasi penerapannya,
semakin kecil kemungkinan kesalahan inferensi, dan semakin besar kuasa statistik ujinya.
Kebalikannya, semakin sedikit asumsi mendasari suatu uji semakin luas generalisasi
penerapannya, semakin besar kemungkinan kesalahan inferensi dan semakin kecil kuasa statistik
uji tersebut. Uji parametrik, contohnya uji t dan F, menggunakan sejumlah asumsi yang kuat.
Jika semua asumsi bisa dipenuhi , uji t atau uji F mempunyai kuasa yang lebih besar dari pada uji
non parametric yang penggunaannya sama. Istilah lain adalah lebih mampu untuk menolak Ho,
ketika Ho memang salah dari pada uji non parametric yang menggunakan asumsi lebih sedikit.
Supaya penggunaan uji t memiliki kuasa yang besar, paling tidak kondisi-kondisi di bawah ini
perlu dipenuhi :

a. Pengamatan dilakukan independen, artinya nilai satu pengamatan tidak boleh


mempengaruhi nilai pengamatan lainnya.
b. Sampel berasal dari populasi yang mempunyai distribusi normal
c. Dalam analisis dua kelompok, populasi-populasi asal kedua kelompok memiliki
varians yang sama, atau sedikitnya rasio varians keduanya diketahui
d. Variabel diukur minimal dalam skala interval.

Jika data yang akan dianalisis memenuhi asumsi di atas, penggunaan uji statistic
parametric, misalnya uji t dan uji F tersebut di atas, adalah pilihan utama, sebab mempunyai
kuasa yang lebih besar dari pada uji non parametric.
Situasi saat ini uji statistik non paramterik mempunyai peran penting sebagai uji
alternatif yang setara. Uji statistic non parametric dapat memiliki kuasa statistik yang
sebanding dengan uji parametric, asalkan besar sampel cukup besar.

3. Variabel dan Skala Pengukuran


Seperti telah diketahui sebelumnya bahwa variabel adalah suatu konsep atau
fenomena alam yang mempunyai variasi nilai. Di mana variasi nilai tersebut dapat diukur
baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Berdasarkan metode riset dengan rancangan
eksperimen murni, variasi nilai dapat dimanipulasi menurut keperluan penelitian. Observasi
dan pengukuran variabel akan menghasilkan data. Misalnya suatu penelitian melihat pengaruh
kontrasepsi oral terhadap tekanan darah sistolik. Berdasarkan teknik ini variabel
diklasifikasikan menjadi: variabel nominal, ordinal, interval dan rasio.
Variabel nominal tidak lain adalah kategori yang diberi nama. Kategori tersebut dapat
diurutkan maupun diberi peringkat. Tidak dapat dibedakan apakah kategori yang satu
mempunyai tingkat yang lebih tinggi dengan kategori yang lain. Misalnya : seks, suku,
bangsa, negara, nama, alamat, warna, suku dan lain sebagainya.
Variabel ordinal merupakan kategori yang dapat diurutkan atau diberi peringkat.
Sudah dapat dibedakan antara kategori satu dengan kategori lainnya, tetapi tidak dapat
diketahui besarnya perbedaan tersebut. Misalnya peringkat kelas (peringkat I, II, II dan
seterusnya), nilai prestasi mahasiswa (A, B, C, D dan E), skala sikap (sangat setuju, setuju,
kurang setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju).
Variabel interval adalah variabel yang perbedaan antara nilai pengamatan yang satu
dengan lainnya dapat diketahui dengan pasti dan merupakan bentuk angka/bilangan,
mempunyai nilai nol tidak mutlak/absolut. Misalnya suhu dalam derajat Celsius, pendapatan,
pengeluaran, dan lain sebagainya.
Variabel rasio merupakan bagian dari variabel interval tetapi mempunyai nilai nol
yang mutlak/absolut. Contohnya tinggi badan, berat badan, luas, waktu. Sebagaimana variabel
rasio tinggi badan si Alif 195 cm tidak hanya boleh dikatakan berselisih 65 cm dengan tinggi
badan si Andi 130 cm, tetapi dapat juga dibuat kesimpulan bahwa tinggi si Alif adalah 1,5
kali tinggi badan si Andi.
4. Syarat Penggunaan Statistik Non-Parametrik
Statistik non-parametrik dapat digunakan jika memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Data tidak berdistribusi normal.
b. Umumnya data berskala nominal dan ordinal.
c. biasanya pada penelitian kesehatan atau kedokteran/farmasi.
d. Umumnya jumlah sampel kecil.
Kelebihan dan kekurangan statistik non-parametrik

Kelebihan:

 Tidak membutuhkan asumsi normalitas.


 Secara umum metode statistik non-parametrik lebih mudah dikerjakan dan lebih
mudah dimengerti jika dibandingkan dengan statistik parametrik karena statistika
nonparametrik tidak membutuhkan perhitungan matematik yang rumit seperti halnya
statistik parametrik.
 Statistik non-parametrik dapat digantikan data numerik (nominal) dengan jenjang
(ordinal).
 Kadang-kadang pada statistik non-parametrik tidak dibutuhkan urutan atau jenjang
secara formal karena sering dijumpai hasil pengamatan yang dinyatakan dalam data
kualitatif.
 Pengujian hipotesis pada statistik non-parametrik dilakukan secara langsung pada
pengamatan yang nyata.
 Walaupun pada statistik non-parametrik tidak terikat pada distribusi normal populasi,
tetapi dapat digunakan pada populasi berdistribusi normal.

Kekurangan :

 Statistik non-parametrik terkadang mengabaikan beberapa informasi tertentu.


 Hasil pengujian hipotesis dengan statistik non-parametrik tidak setajam statistik
parametrik.
 Hasil statistik non-parametrik tidak dapat diekstrapolasikan ke populasi studi seperti
pada statistik parametrik. Hal ini dikarenakan statistik non-parametrik mendekati
eksperimen dengan sampel kecil dan umumnya membandingkan dua kelompok
tertentu.
 Meski konsep dan prosedur non-parametrik sederhana, tetapi pekerjaan
hitungmenghitung bisa membutuhkan banyak waktu jika ukuran sampel yang
dianalisis besar.
TOPIK 2

APLIKASI STATISTIK NON PARAMETRIK

Aplikasi penggunaan statistik non parametrik setelah mempelajari konsep dasarnya sebagai
berikut yaitu Uji Wilcoxon, Uji Mc Nemar, Uji Mann Whitney, Korelasi Spearman dan Uji Chi
Square.

A. UJI WILCOXON
Uji Wilcoxon terdiri atas tiga macam yaitu uji jenjang bertanda Wilcoxon, uji jumlah jenjang
Wilcoxon dan uji jumlah jenjang berstrata Wilcoxon.
1. Uji Jenjang Bertanda Wilcoxon (Wilcoxon’s Signed Rank Test).
Uji ini ditemukan oleh Frank Wilcoxon pada tahun 1945.Uji ini disebut pula sebagai
uji pasangan bertanda Wilcoxon (Wilcoxon’s Pairs Sign Rank Test).Uji jenjang bertanda
Wicoxon merupakan pengembangan dari uji tanda. Di samping tanda + atau – perbedaan
pada uji ini juga memperhatikan nilai beda. Persyaratan datanya sama dengan uji tanda.
Cara analisis uji jenjang bertanda Wilcoxon adalah sebagai berikut :
a. Berikan jenjang (rank) untuk tiap ( Y-X ) dari terkecil ke terbesar tanpa
memperhatikan tanda beda. Bila ada dua atau lebih nilai (Y-X ) sama besarnya,
maka jenjang untuk tiap-tiap (Y-X ) adalah jenjang rata-ratanya.
b. Beri tanda + atau – pada tiap-tiap jenjang dan beda 0 tidak diperhatikan.
c. Jumlahkan (T) semua jenjang bertanda + dan -.
d. Jumlah jenjang (T) yang terkecil bandingkan dengan Ta(n) . 0 H ditolak bila : Thit<
Ta(n).

Contoh : Pengaruh penyuluhan terhadap sanitasi pasar yang telah diuji dengan uji tanda
tersebut di atas akan diuji dengan uji jenjang bertanda Wilcoxon.

Penyuluhan Beda Rank


Penjual + -
Sebelum (x) Sesudah (y) (y-x) (y-x)
A 23 21 -2 5 3,5 3.5
B 40 48 +8 9 9 9
C 35 45 +10 10 10 10
D 24 22 -2 4 3.5 3.5
E 17 19 +2 3 3.5 3.5
F 32 37 +5 6 6 6
G 27 29 +2 2 3.5 3.5
H 32 38 +6 7 7.5 7.5
I 25 24 -1 1 1 1
J 30 36 +6 8 7.5 7.5
K 41 30 -11 11 11 11
47 19
T=19

T0,05(11)=11

H0 diterima,jadi penyuluhan tidak memperbaiki sanitasi pasar.Berikut out put SPSS dari
data di atas.

Descriptive Statistic

N MEAN Std.Deviation Minimum Maximum


PRE 11 2.,6364 7.35218 17.00 41.00
POST 11 31.7273 9.83962 19.00 48.00

Rank

N Mean rank Sum of Ranks


POST-PRE Negative 4(a) 4.75 19.00
Ranks
Positive 7(b) 6.71 47.00
Ranks
Ties 0(c)
Total 11

a POST<PRE

b POST >PRE

c POST =PRE

Test Statistic (b)

POST-PRE
Z -1.25(a)
Asymp.Sig(2-tailed) .211
a.Based on negative ranks.

b.Wilcoxon Signed Ranks Test.

2. Uji Jumlah Jenjang Wilcoxon(Wilcoxon’s Rank Sum Test)


Uji jumlah jenjang bertanda Wilcoxon dipergunakan untuk membandingkan
perbedaan antara dua sampel bebas. Uji ini mirip dengan uji t untuk dua sampel bebas.
Langkah-langkah analisisnya sebagai berikut :
a. Gabungkan kedua sampel dan berikan jenjang tiap tiap anggotanya dari yang terkecil
ke terbesar. Bila ada dua atau lebih nilai yang sama besarnya berikan jenjang
rataratanya.
b. Jumlahkan masing-masing cuplikan misalnya T1 dan T2
c. Nilai T yang terkecil bandingkan dengan Ta(n1,n2)
d. Kriteria pengambilan keputusan adalah : Ho ditolak bila T<Ta(n1,n2)

Contoh : Data berikut ini adalah nilai tarik suara darma wanita FK dan FKG masing-
masing sebanyak 10 orang. Buktikan apakah terdapat perbedaan kualitas suara tersebut (α
=0,05)

Nama Nama
Nilai Rank Nilai Rank
peserta Fk peserta FKG
A 16 7 7.5 K 16 8 7.5
B 12 2 2 L 15 6 5.5
C 18 10 10 M 19 14 13.5
D 19 12 13.5 N 23 18 18
E 14 4 4 O 25 19 19
F 13 3 3 P 21 17 17
G 18 9 10 Q 26 20 20
H 19 13 13.5 R 20 16 16
I 15 5 5.5 S 18 11 10
J 10 1 1 T 19 15 13.5
T1=70 T2=140
T1 =70 dan T0.05(10,10) =78,maka Ho ditolak ,jadi kualitas suara tersebut berbeda nyata.
Apabila n1 atau n2 atau keduanya >20, maka analisinya dengan Uji Z

𝑛(𝑛1+𝑛2+1)−2𝑇
Zhit =
𝑛1𝑛2(𝑛1+𝑛2+1)

3
Di mana :

N = jumlah sampel dengan jumlah jenjang terkecil (T )

T = jumlah jenjang terkecil

1n = jumlah sampel 1

2n = jumlah sampel 2

1 1
Ho diterima bila Zhit< Z2 − 2α

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Rank


Kualitas suara Paduan suara Fk 10 7.00 70.00
Paduan suara fkg 10 14.00 140.00
Total 20

Test statistics (b)

Kualitas suara
Mann-whitney U 15.000
Wilcoxon w 70.000
Z -2.662
Asymp.sig.(2-tailed) 008
Exact sig.(2*(1tailed sig) 007(a)
a = not corrected for ties

b =Grouping variable : kelompok

3. Uji Jumlah Jenjang Berstrata Wilcoxon (Wilcoxon’s Stratified Rank Sum Test)
Uji ini dipergunakan untuk membandingkan dua perlakuan pada beberapa kelompok /
strata dan jumlah sampel ( n) pada tiap-tiap kelompok itu sama. Kalau dibandingkan
dengan uji statistika parametrik, uji jumlah jenjang berstrata Wilcoxon mirip uji F pada
rancangan acak kelompok.
Langkah-langkah analisisnya mirip dengan uji jumlah bertanda
Wilcoxon.Perbedaannya, bahwa pemberian jenjang dilakukan pada tiap-tiap strata secara
terpisah.Selanjutnya jenjang untuk tiap-tiap perlakuan dijumlahkan.Jumlah jenjang yang
terkecil ( T) dibandingkan dengan Ta(g,n)
Kriteria penarikan keputusan adalah :
0H ditolak bila T<Ta(g,n) ,
g = jumlah strata
n = jumlah sampel tiap-tiap strata.
Contoh : Data berikut ini adalah nilai libido dua kelompok penderita impotensia yang
berbadan gemuk dan kurus setelah disuntik hormon testoteron buatan pabrik A dan B.
Buktikan apakah kualitas testoteron buatan pabrik A dan B tersebut berbeda ( α = 0,01)

Berat Badan Hormon Testoteron


Pabrik A Pabrik B
Nilai Rank (Nilai) (Rank)
14 1 26 10
19 5.5 25 9
Gemuk 18 3.5 21 8
19 5.5 20 7
15 2 18 3.5
19
18 7 8.5
16
12 2 5.5
15
Kurus 10 1 4
23
13 3 10
19
16 5.5 8.5

T0,01(2.5) , maka Ho ditolak berarti kualitas testoteron buatan pabrik A dan B tersebut
berbeda nyata. Untuk membuktikan perbedaan libido antara penderita gemuk dengan
kurus yang disuntik hormon testoteron A dan B cukup dengan uji jumlah jenjang
Wilcoxon.

B. UJI MC NEMAR
Uji Mc Nemar merupakan uji perbandingan dua variabel yang berpasangan atau variabel –
variabel yang memenuhi rancangan penelitian before – after.Kedua variabel itu harus berskala
nominal dan dikotomi, misalnya setuju – tidak setuju, mati – hidup, dan sebagainya.
Pada buku-buku tertentu maka uji ini disebut uji simetri yang bertujuan membuktikan
hipotesis probabilitas “setuju” sebelum perlakuan sama dengan sesudah perlakuan :P (setuju)
sebelum P(setuju )Sesudah.
Model ini didasarkan pada kenyataan bahwa ada beberapa kasus yang mengalami perubahan
“ tanggap “ setelah diberi suatu perlakuan. Untuk keperluan ini maka kita akan menghitung
setiap perubahan sikap pada setiap kasus artinya kita akan menghitung :
1. Berapa orang yang asalnya setuju menjadi tak setuju
2. Berapa orang yang asalnya setuju tetap setuju
3. Berapa orang yang asalnya tak setuju menjadi setuju
4. Berapa orang yang asalnya tak setuju tetap tak setuju

Angka-angka itu kita masukkan dalam format tabel kategorik 2 × 2 sebagai berikut :

Sesudah
Sikap Setuju Tak setuju
Setuju A B
Sebelum
Tidak Setuju C D
Syarat penggunaan:

Harga harapan (setengah dari jumlah yang mengalami perubahan sikap) harus lebih dari atau
sama dengan 5. atau bila dituliskan dalam bahasa matematik syarat itu berbunyi:

𝐵+𝐶
≥5
2

Bila syarat itu tidak dipenuhi maka penyelesaiannya menggunakan Binomial Test. Rumus
yang digunakan : (bila syarat dipenuhi)

({𝐵 − 𝐶} − 1)2
𝑥2 =
𝐵+𝐶

untukuji signifikansinya digunakan tabel chi kuadrat dengan derajat bebas ( db ) =1 dan𝛼 =
0,05Ho ditolak bila X2hitung> X 2),05(1) (tabel)

Contoh : Berikut ini adalah hasil suatu penelitian perubahan sikap pemuka masyarakat
terhadap dihapuskannya restribusi sampah (data fiktif) :

Perubahan sikap Cacah


Setuju-setuju 16
Setuju-tidak 11
Tidak-tidak 1
Tidak-setuju 4

(|11 − 4| − 1)2
𝑥2 = = 2.4
11 + 4

𝑥 2 0.05(1) = 3.841
Jadi 0 H diterima, artinya probabilitas “setuju” pada keadaan sebelum penyuluhan sama
dengan setelah penyuluhan. Berikut ini tampilan komputer dengan menggunakan program SPSS:
Test Statistics (a)

Sebelum dan Sesudah

Sebelum Sesudah
Setuju Tidak setuju
Setuju 16 11
Tidak setuju 4 1

Test Statistic (b)

Sebelum dan Sesudah


N 32
Exact sig (2tailed) 118(a)
a Binomial distribution used.

b McNemar Test

C. UJI MANN WHITNEY


Uji Mann – Whitney sama dengan uji jumlah jenjang Wilcoxon, perbedaannya terutama
dipergunakan untuk dua sampel yang berukuran tidak sama. Namun demikian, uji Mann-
Whitney juga dapat digunakan untuk menguji dua sampel berukuran sama. Bila sampel 1 dan 2
masing-masing adalah n 1 dan n 2 maka langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
1. Gabungkanlah kedua sampel dan beri jenjang dari tiap nilai terkecil sampai nilai terbesar.
2. Hitunglah jumlah jenjang masing-masing sampel misalnya T1 dan T2.

𝑛1 (𝑛1 )
𝑢1 = 𝑛1 𝑛2 + − 𝑇1
2

𝑛2 (𝑛2 +1)
𝑢2 = 𝑛1 𝑛2 + 2
- 𝑇2

Nilai U yang terkecil bandingkan dengan𝑢𝑎(𝑛1.𝑛 ) Dengan kriteria penarikan


2

kesimpulanadalah : Ho diterima bila Uhit>Ua(𝑛1 𝑛2

Contoh :

Ingin diketahui mutu pakan ayam lokal buatan pabrik A dan buatan pabrik B. Pakan buatan
pabrik A diberikan secara terpisah kepada 12 ekor ayam dan pakan buatan pabrik B
diberikan kepada 9 ekor ayam lainnya. Pertambahan berat badan (gram) tertera di bawah ini.

Pakan A 72 75 72 76 80 82 78 78 73 71 70 70

Pakan B 77 82 84 81 74 79 83 83 83

Buktikan apakah ada perbedaan mutu kedua pakan tersebut di atas?(α = 0,05 )

Pakan A 72 75 72 76 80 82 78 78 73 71 70 70

Rank 4,5 8 4,5 9 14 16,5 11,5 11,5 6 3 1,5 1,5

Pakan B 77 82 84 81 74 79 83 83 83

Rank 10 16,5 21 15 7 13 19 19 19

T1 = 91,5T dan T2 =139.5

12(13)
𝑈1 = (12)(9) + − 91.5 = 94.5
2

9(10)
𝑈2 = (12)(9) + − 139 = 13.5
2

U0.05 (12,9) =26

Karena 13,5< 26 , maka 0 H ditolak. Kesimpulan terdapat perbedaan mutu pakan ayam buatan
pabrik A dan buatan pabrik B. Out put komputer dapat dilihat sebagai berikut :

Mann-Whitney Test

Ranks

Kel N Mean Rank Sum Of Rank


BB 1.00 12 7.63 91.50
2.00 9 15.50 139.50
Total 21

Test Statistics

BB
Mann withney U 13.500
Wilcoxon W 91.500
Z -2886
Asymp.sig (2Tailed) 004
Exact sig (2*(1tailed sig) 002
a = not corrected for ties

b = Grouping variable :Kel

D. UJI KORELASI SPEARMAN


Uji ini sebagai alternatif dari uji korelasi Pearson dengan asumsi di mana sampel berasal dari
populasi mempunyai distribusi normal bivariat tak terpenuhi. Dalam hal ini seorang peneliti
berhadapan dengan data yang terhimpun di dalam satu variabel dengan subyek sebanyak N(1, 2,
3,,,, N). Tiap subyek mempunyai dua variabel yang masing-masing mempunyai skala ukuran
ordinal atau lebih tinggi (interval, rasio) di mana asumsi pada paragraf pertama tidak terpenuhi.
Teori
Misalkan subyek 1,2,...,N mempunyai variabel VAR-1 dan VAR – 2. Skor dari masingmasing
variabel diganti dengan peringkat. Bila ada skor yang sama (ties) maka dibuat ratarata peringkat.
Sebaiknya untuk aturan / contoh ties lihat uji Friedman. Untuk setiap subyek dihitung di yaitu
selisih antara peringkat pada dua variabel pada subyek
ke – i , kemudian masing-masing di pangkatkan dua: di 2dandijumlahkan ∑𝑁
𝑖−1 𝑑𝑖2 Untuk

lebih jelasnya lihat tabel berikut:

SKOR PERINGKAT 𝑑1 𝑑2
SKOR SKOR ... ... ... ...
SKOR SKOR .... ... ... ...
. .
. .
. .
SKOR SKOR ... ... ... ...
Maka koefisien korelasi sperman (r) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

6 ∑𝑛 0

r=1- 𝑁−𝑁 dimana N = jumlah subyek

seperti koefisien korelasi pearson , r mempunyai nilai antara -1 sampai dengan +1 cara penafsiran
sama dengan r

Rumus :

(𝑁 3 −𝑁)−6 ∑𝑛 2
𝑖=1 𝑑1 –(𝑇 𝑥+𝑇𝑦)
r=
√(𝑁3−𝑁) −(𝑇𝑥+𝑇
3−𝑁)+𝑇𝑥𝑇𝑦
𝑦)(𝑁
Untuk menguji 𝑁0−𝑝 (rho spearman)= 0 , bila 4 N ≥ 4 dan α= 0,25 – 0,0005 (uji satu arah)
=0,50 – 0,001 (uji dua arah) Lihat tabel Q (buku Sidney Siegel). Selanjutnya 𝐻0 ditolak bila
𝑟𝑠(ℎ𝑖𝑡)>𝐹𝑠(𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙) . Untuk sampel besar, dipakai uji statistik Z=𝑟3√𝑁−1 Kriteria

Contoh : Seorang peneliti ingin mempelajari hubungan tingkat pengetahuan (knowledge) dan
praktek aturan lalu lintas pada mereka yang mengajukan permohonan surat izin mengemudi
(SIM) sebanyak 12 subyek dipilih, pengetahuan diperoleh dari ujian teori dan praktek diperoleh
dari ujian praktek (road test). Masing-masing mempunyai skor 0 – 150.Selanjutnya 0 H : tidak
ada hubungan antara pengetahuan dan praktek aturan lalu lintas diuji dengan menggunakan α
0,05 (uji dua arah).

Pengetahuan Praktek PERINGKAT


D1 D12
(Variabel 1) (Variabel 2) Variabel 1 Variabel 2
82 42 2 3 -1 1
98 46 6 4 2 4
87 39 5 2 3 9
40 37 1 1 0 0
116 65 10 8 2 4
113 88 9 11 -2 4
111 86 8 10 -2 4
83 56 3 6 -3 9
85 62 4 7 -3 9
126 92 12 12 0 0
106 54 7 5 2 4
117 81 11 9 2 4

∑ 𝑑1=52
Correlation

PENGETAH PRAKTEK
Spearman PENGETAH Corelation 1.000 -818(**)
S rho caefficient . -001
Sig(1-tailed) 12 12
N

PRAKTEK Corelation 818(**) 1.000


caelficient -001 .
Sig (1- 12 12
tailed)N

E. UJI CHI SQUARE (KAI KUADRAT)


Uji chi square adalah satu jenis uji komparatif non parametris yang dilakukan pada dua
variabel, di mana skala data kedua variabel adalah nominal. (Apabila dari 2 variabel, ada 1
variabel dengan skala nominal maka dilakukan uji chi square dengan merujuk bahwa harus
digunakan uji pada derajat yang terendah).
Prinsip-prinsip penggunaan :
1. Hanya dapat dipergunakan pada data kualitatip.
2. Dapat dipergunakan pada sampel dari berbagai macam ukuran (sample size) selama tidak
menyimpang ketentuan butir 9 dan 10. juga dapat dipergunakan pada berbagai macam
kategori.
3. Hitungan akhir selalu melibatkan angka sebenarnya (frekuensi) bukan prosen atau proporsi.
4. Untuk setiap kategori, perbedaan nilai pengamatan (observed value) dan nilai harapan
(expected value) dihitung, selanjutnya dikuadratkan dan dibagi dengan nilai harapan
(𝑓0−𝑓𝑒)
sehingga secara keseluruhan rumus perhitungan X2 menjadi ∑ 𝑓𝑒
dengan ketentuan f0

harga yang diamati dan fe adalah harga harapan ; makin besar sample size makin besar harga
X2 sehingga kuadrat mempunyai tendensi meningkat dengan meningkatnya sample size.
Jumlah kategori mempengaruhi besar df (derajat bebas) yang juga akan mempengaruhi
bentuk : distribusi teoritis chi-quadrat. Makin besar df makin besar pula titik kritisnya pada
tingkat kepercayaan tertentu.
5. bila kita ingin membandingkan 2 atau lebih distribusi sampel maka uji yang sesuai adalah r
Xc contingency chi square. Data disusun menurut r -baris (r= 2,3,..., k) dan menurut c –
kolom (c=2,3,..., k) dan menurut harapan diperoleh dari perkalian jumlah total setiap sampel
dengan proporsi yang sesuai pada distribusi total.
6. bila distribusi sampel berasal dari satu populasi maka uji yang sesuai adalah Goodness of fit
test. Dalam hal ini nilai harapan diperoleh dari proporsi distribusi populasi dan mempunyai
1 db=r-1 atau db=k-1
7. bila kita ingin mengetahui asosiasi atau korelasi diantara 2 variabel dari data kualitatif, maka
lakukan uji chi kuadrat dulu dengan rumus diatas. Jika ternyata dalam pengujian
8. Distribusi sampling chi kuadrat akan sesuai dengan distribusi teoritis chi kuadrat bila : nilai
harapan setiap sel tidak boleh kurang dari satu. Cacah sel yang mempunyai nilai harapan < 5
tidak melebihi 20 % jumlah sel seluruhnya (Rule of The Thumb).Aturan ini berdasarkan
pengalaman dari pakar penelitian dan atau statistik di seluruh dunia.
9. Jika tidak sesuai dengan ketentuan di atas, kategori-kategori tertentu yang sesuai digabung,
sehingga cacah sel lebih sedikit hingga nilai harapan baru memenuhi syarat. Sering
penggabungan ini menyebabkan sel dalam tabel tinggal 2 × 2 dan bila toh masih tidak
memenuhi syarat maka uji statistik yang digunakan adalah Fisher’s Exact Test.
10. Untuk db=1 diperlukan koreksi yang disebut Yate’s Correction for Continuity. Besarnya
koreksi itu ialah 0,5 hingga rumus itu menjadi:
𝑁
(𝑓𝑜 − 𝑓𝑐 |−0.5) 𝑁(|𝑎𝑑−𝑏𝑐|−
2
X2c= ∑ =
𝑓𝑐 𝑚1 𝑚2 𝑛1𝑛2

11. Pada umumnya chi-kuadrat hanya dapat dipergunakan untuk uji independensi antar faktor
pada satu sampel dengan faktor yang bersifat bebas (independen). Chi kuadrat tidak dapat
digunakan pada correlated sample (misal rancangan penelitian sebelum – sesudah pada data
kualitatif) dan dalam hal ini harus mempergunakan Mc Nemar Simetry.
Chi Square atau modifikasinya
Rule of the thumb uji X2
a. Tidak boleh ada nilai harapan <1
b. Nilai harapan 5>e≥0 bisa asal tidak lebih dari 20% jumlah sel yang mengandung
nilai tersebut.

Kxr chi kuadrat

Uji chi kuadrat yang termasuk dalam analisis kategorik yang berlaku hanya untuk data berskala
nominal, baik nominal yang asli ataupun nominal hasil transformasi. Seperti yang kita telah
ketahui bahwa untuk data berskala interval atau rasio yang berdistribusi normal kita gunakan
analisis parameterik dan untuk data berskala ordinal atau berskala interval yang berdistribusi
tidak normal atau tidak diketahui macam distribusinya kita gunakan uji non-parametrik.

Analisis kategorik merupakan analisis data berskala nominal yang diklasifikasi silangkan
dalam bentuk tabel kategorik B kali K (BK ).B dalam hal ini adalah baris dan K adalah kolom,
dengan ketentuan B minimal 2 kategori begitu juga K minimal 2. Analisis ini mempeljari
pendekatan chi-kuadrat untuk sampel besar, koefisien asosiasi dan metode Fisher untuk sampel
kecil.

Kegunaan analisis kategorik:

1. Pada sampel-sampel bebas digunakan uji homogenitas proporsi pada masing-masing


sampel.
2. Pada satu sampel digunakan uji independensi bila faktor-faktor yang dipelajari bersifat
bebas (independent factor), dan digunakan uji simetri McNemar bila faktor-faktor yang
dipelajari berkaitan (related factor).

Uji Homogenitas Untuk K Sampel Uji ini dipergunakan untuk menguji 0 H : tidak terdapat
perbedaan distribusi kategori sebanyak r dari k – sampel.

Syarat :

1. Kita berhadapan dengan k sampel bebas


2. Sampel tersebut mempunyai data kualitatif yang terbagi dalam r – kategori
3. Memenuhi syarat penggunaan uji chi kuadrat pada umumnya

Seperti pada perhitungan chi kuadrat pada umumnya, bila syarat penggunaan uji chi kuadrat
terpenuhi, maka rumus perhitungan ialah seperti rumus 1, dan distribusi samplingnya mendekati
distribusi chi kuadarat dengan db=(k-1)

Hipotesis yang diuji :

Ho : sebanyak k populasi mempunyai distribusi sama

Ha : paling sedikit satu dari k populasi mempunyai distribusi yang berbeda dengan yang lain.

Contoh : Dua sampel terdiri dari 100 pria dan 100 wanita, kepada mereka ditanyakan apakah
setuju atau tidak terhadap pernyataan “wanita mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan
pria”, hasilnya ialah dari pria 30 orang setuju dan 70 tidak sedang dari wanita 45 orang setuju
dan 55 tidak. Jika pria dari populasi 1 dan wanita dari populasi 2, dapat dinyatakan bahwa
peluang setuju untuk populasi ke i = i P (i = 1, 2, jadi untuk uji homogenitas dua populasi kita
menguji 0 H yang berbunyi :P=P2
Kerangka Hubungan

S T JUMLAH
PRIA A B N1
WANITA C D N2
JUMLAH M1 M2 N

Kita hitung statistik X2

X= RUMUS

Untuk α= 0,05 dan db=1 X2 0,05(1)=3,841 karena 𝑋 2 0,05{1] = 3,841. karena 𝑋 2 > 𝑋 2 0,05{1]
maka 𝐻0 ditolak berarti 𝑃1 ≠ 𝑃2 . Kita menyelidiki hasil biakan kuman stafilokokus yang terdiri
dari 4 strain, yaitu strain I, II, III dan NT (No Typing). Sampel diambil dari luka-luka dari para
pekerja tambang. Selanjutnya dibiakkan dalam pembenihan yang berbeda yaitu pembenihan H, E
dan L maka dalam hal ini K=3 dan K=4 , hasilnya sebagai berikut :

Hubungan sex dan tanggapan

H E L
Strain Obs Exp Obs Exp Obs Exp Subtotal
I 34 30,9 47 45,9 22 26,3 103
II 19 23,4 41 34,8 18 19,8 78
III 12 12,3 14 18,3 15 10,4 41
IV 7 5,4 5 8,0 6 4,6 18
Subtotal 72 107 61 240 (GT)

Uji Chi Kuadrat Untuk Dependensi dan Asosiasi / Korelasi Uji ini dipakai untuk menguji 0 H :
apakah variabel X dan Y independen satu sama lain. Uji ini dipakai bila:

1. kita berhadapan dengan satu sampel


2. masing-masing individu/elemen dalam sampel tersebut mempunyai dua variabel dan xy
yang masing-masing merupakan data kualitatip (atau disebut atribut)
3. masing-masing variabel dibagi menjadi dua atau lebih kategori.
4. bila kita akan menguji korelasi/asosiasi dari 2 variabel tersebut kita harus melakukan
pengujian chi kuadrat dulu, bila dalam pengujian itu 0 H ditolak, yang berarti menerima a
H yang berbunyi : variabel X dan Y dependen satu sama lain, maka dilanjutkan dengan
menghitung kuat hubungan dengan rumus sebagai berikut :
𝑥2
C =√ 𝐶 = 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑦 𝑐𝑜𝑒𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑡
𝑋2+𝑁

Sifat-Sifat C : Bila tidak terdapat hubungan antara kedua variabel maka 0 C dan C
tidak dapat mencapai nilai 1, karena bila kr batas atas harga C merupakan fungsi jumlah
𝐾−1
kategori (k ) dengan demikian C = √ 𝑘

Cmax bergantung pada besarnya k dan r , jadi dua nilai C yang berasal dari tabel 3 × 3 tidak
dapat dibandingkan (not comparable).
Proses penghitungan C
1. hitung chi kuadrat dari tabel kontingensi yang tersedia dengan mengingat syarat perhitungan
chi kuadrat
2. buktikan bahwa H0 ditolak atau diterima
3. hitung C dan Cmax
𝐶
4. hitung C corrected dengan rumus : Ccom =𝑐
𝑚𝑎𝑥

Contoh : Seorang ahli bedah saraf menyelidiki hubungan antara jenis tumor otak dengan
letaknya di otak. Untuk itu diselidiki 200 penderita tumor yang diselidiki : Keganasan tumor :
ganas, jinak, borderline. Letak tumor yang diselidiki : occipital (bagian belakang), temporo-
occipital (bagian kanan-kiri dan pelipis), frontal (depan). Akan di uji 0 H : tidak terdapat
hubungan antara jenis tumor dengan letak tumor tersebut. Hasilnya sebagai berikut :

Sambung buek tabel fit

Cara :

1. Lakukan uji chi kuadrat setelah mempersiapkan nilai harapan masing-masing sel.
2. Hitung signifikansi chi kuadrat yang didapat dengan membandingkan hasil chi kuadrat
dengan tabel chi dengan ketentuan db = (k-1(r-1)=(3-1)(3-1)=4 dan α = 0.05 Hasil
hitungan chi kuadrat : X2+88,09 X2 0.05(4) =9.4 ternyata Ho ditolak
3. Lanjutkan dengan menghitung C dengan rumus 2 hasilnya:
𝑥2 88,09
C =√𝑥2+𝑁 = √88,09+200 = 0,55

𝑘−1 3−1
4. Hitung Cmax dengan rumus sebagai berikut:Cmax =√ = √ = 0,82 dengan Cmax
𝑘 1

0,55
=0,82 = 0,67 dimana Cmax > 0,75 =kuat, 0,5-0,75 =cukup kuat artinya dari hasil

perhitungan Cmax bahwa hubungan cukup kuat.


Uji ∅ untuk Asosiasi

Uji ∅hampir sama dengan uji C bedanya ialah bahwa uji ∅hanya untuk tabel kategorik 2 × 2, dan
nilai minimal 0 (nol) dan maksimal 1 (satu). Pada tabel yang lebih besar dari 2 × 2 tidak dapat
digunakan uji asosiasi ∅ karena nilainya mungkin lebih besar dari 1.

Cara:

1. Seperti pada perhitungan koefisien kontingensi C maka cara penghitungan chi kuadrat.
Bila 0 H ditolak pada tingkat chi kuadrat baru dilanjutkan penghitungan koefisien ∅ .
2. Untuk menghitung koefisien
𝑥2
∅digunakan rumus :∅ = √ 𝑁

Anda mungkin juga menyukai