Anda di halaman 1dari 13

Validitas Instrumen dan Penelitian Kependidikan

Blog Penelitian Tindakan Kelas. Penggunaan instrumen-instrumen non tes seperti


angket, lembar observasi (pedoman observasi), dan pedoman wawancara dalam
kegiatan penelitian pendidikan kini banyak digunakan oleh mahasiswa jurusan
kependidikan, guru, dosen, maupun praktisi pendidikan lainnya.Lebih-lebih apabila
penelitian yang dilakukannya adalah penelitian yang bersifat kualitatif seperti
penelitian deskriptif, survey, atau penelitian tindakan kelas.

Penelitian yang baik harus menggunakan instrumen yang baik valid.Dalam


penyusunan instrumen yang baik perlu diperhatikan validitas instrumen yang
dihasilkan. Karena itu dalam proses pengembangannya, validasi instrumen adalah
suatu langkah kegiatan yang mesti diperhatikan peneliti sebelum menggunakan
instrumen tersebut. Diharapkan apabila peneliti memahami secara mendalam
tentang validasi instrumen non tes, maka diharapkan pada saat melakukan kegiatan
penelitian bidang pendidikan, instrumen yang dipakai untuk menggali data benarbenar valid sehingga akan dapat pula diperoleh data yang ilmiah.
Instrumen Non Tes dalam Penelitian Pendidikan
Pada saatmelakukan penelitian di bidang pendidikan, peneliti biasanya akan
menggunakan dua macam bentuk instrumen yaitu instrumen berbentuk tes dan
non tes. Instrumen berbentuk tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar.
Instrumen non tes digunakan untuk mengukur aspek lain seperti sikap. Instrumen
non tes seringkali digunakan tanpa menguji objek/subjek penelitian tetapi
digunaan dengan cara tertentu, tujuan utamanya biasanya adalah untuk
mendapatkan beragam informasi terkait kondisi objek/subjek yang sedang diteliti.
Pada saat melakukan penelitian di bidang kependidikan, instrumen non tes yang
sering digunakan adalah lembar observasi (pedoman observasi), pedoman
wawancara, dan kuesioner (angket).
Lembar Observasi
Lembar observasi (pedoman observasi) digunakan dalam penelitian dengan teknik
pengamatan untuk mengumpulan data.Lembar observasi dipergunakan dalam
menilai sesuatu dengan mengamati objek/subjek penelitian secara langsung,
seksama dan sistematis. Pengamat dapat melihat dan mengamati sendiri,
selanjutnya ia akan mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan
sebenarnya. Menurut Moleong (2005: 176) pengamatan dapat dibedakan menjadi
dua yaitu pengamatan berperan serta (partisipatif) dan tidak berperanserta (non
partisipatif).Dalam pengamatan yang tidak berperan serta, seseorang hanya
melakukan satu fungsi yaitu mengamati tetapi pada pengamatan berperan serta
seseorang disamping mengamati juga menjadi anggota dari obyek yang
diamati.Pengamatan dapat pula dibagi atas pengamatan terbuka dan

tertutup.Terbuka jika obyek yang diamati mengetahui bahwa mereka sedang


diamati dan sebaliknya.Selain itu pengamatan juga dibagi pada latar alamiah
(pengamatan tak terstruktur) dan latar buatan (pengamatan
terstruktur).Pengamatan ini biasanya dapat dilakukan pada eksperimen.Dalam
pengamatan berstruktur, kegiatan pengamatan itu telah diatur sebelumnya.Isi,
maksud, objek yang diamati, kerangka kerja, dan lain-lain, telah ditetapkan sebelum
kegiatan pengamatan dilaksanakan.Oleh sebab itu, kegiatan pencatatan hanya
dilakukan terhadap data-data yang sesuai dengan cakupan bidang kebutuhan
seperti yang telah ditetapkan sejak semula.Lain halnya dengan pengamatan tak
berstrukur, dalam melakukan pengamatannya, si pengamat tidak dibatasi oleh
kerangka kerja yang telah dipersiapkan sebelumnya.Setiap data yang muncul yang
dianggap relevan dengan tujuan pengamatannya langsung dicatat.Dengan
demikian, data yang diperoleh lebih mencerminkan keadaan yang sesungguhnya.
Perilaku siswa dalam keadaan seperti itu bersifat wajar, apa adanya dan tidak
dibuat-buat. Pedoman observasi berisi butir-butir umum kegiatan yang bisa juga
dikembangkan dalam bentuk skala nilai.
Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data penelitian yang memakai
instrumen non tes dalam bentuk pedoman wawancara.Pedoman wawancara dipakai
sebagai acuan agar didapatkan data/informasi tertentu tentang keadaan responden
dengan jalan tanya-jawab sepihak.Disebut sepihak sebab pertanyaan-pertanyaan
yang disampaikan oleh peneliti pada saat wawancara itu cuma berasal dari pihak
pewawancara saja, sementara responden hanya sebagai penjawab pertanyaan.
Menurut Lincoln dan Guba (1985: 266), tujuan wawancara antara lain
mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi,
tuntutan, kepedulian dan lain sebagainya.
Angket (Kuisioner)
Bentuk lain instrumen non tes yang dapat digunakan dalam penelitian pendidikan
adalah kuisioner (angket). Secara umum, ada dua jenis kuesioner yaitu kuesioner
tertutup dan terbuka.Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang telah disediakan
alternatif jawabannya sehingga responden tinggal memilih yang sesuai dengan
keadaan dirinya. Sedangkan kuesioner terbuka adalah kuesioner yang jawabannya
belum disediakan sehingga responden bebas menuliskan apa yang dia rasakan.
Satu hal yang menjadi ciri utama kuesioner adalah dalam kuesioner tidak ada
jawaban benar atau salah. Ada beberapa alasan kenapa kuesioner sering
dipergunakan orang dalam mengumpulkan informasi tertentu yaitu : (1) butir-butir
kuesioner dapat diberikan kepada responden secara serentak sehingga lebih efektif,
(2) butir-butir dalam kuesioner lebih menjamin keseragaman baik perumusan kata,
isi maupun urutannya serta kuesioner lebih memudahkan dalam memberikan
jawaban, (3) kuesioner memudahkan sumber data dalam memberikan jawaban
serta kepraktisan serta relative lebih murah dibandingkan metode nontes yang lain.

Penggunaan angket merupakan teknik pengumpulan data secara tidak langsung.


Bentuk pertanyaan dapat bersifat terbuka, terstruktur, atau tertutup. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam penyusunan angket antara lain: kembangkan petunjuk
pengisian/pengantar yang di dalamnya berisi maksud, jaminan kerahasiaan
jawaban, dan ucapan terima kasih serta butir pertanyaan dirumuskan secara jelas
dengan menggunakan bahasa populer dan untuk pertanyaan terbuka sediakan
tempat untuk menuliskan komentar responden.
Konsep Dasar Validitas Instrumen
Perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dengan instrumen yang valid.
Hasil penelitian yang valid berarti terdapat kesamaan antara data yang terkumpul
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Sedangkan
instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu
valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Jadi instrumen yang valid menjadi syarat mutlak untuk
menghasilkan hasil penelitian yang valid. Namun demikian hal ini masih
dipengaruhi oleh kondisi objek yang diteliti dan kemampuan orang yang
menggunakan instrumen itu.
Validitas Internal dan Validitas Eksternal
Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Suatu
instrumen dikatakan yang mempunyai validitas internal atau rasional, bila kriteria
yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang
diukur. Jadi instrumen ini dikembangkan menurut teori yang relevan.
Instrumen yang mempunyai validitas eksternal jika kriteria dalam instrumen
disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada. Jadi instrumen ini
dikembangkan dari fakta empiris.

Jika validitas instrumen tidak diketahui, maka akibatnya menjadi fatal dalam
memberikan kesimpulan. Bahkan mutu seluruh proses pengumpulan data sejak
konsep disiapkan sampai data siap untuk dianalisis kurang bisa
diperetanggungjawabka kevalidannya. Kerlinger (1973) membagi validitas menjadi
tiga jenis, yaitu validitas isi, validitas yang berhubungan dengan criteria, dan
validitas konstruk.
Cara Melakukan Validasi Instrumen Non Tes
Validasi terhadap intrumen non tes dalam penelitian pendidikan dapat dilakukan
sebagai berikut:
1. Untuk penggunaan instrumen non tes yang bersifat menghimpun data dalam
bentuk naratif atau nominal cukup dilakukan dengan validitas isi atau konstruk.

Validitas isi dimaksudkan untuk mengetahui isi dari suatu alat ukur (bahannya,
topiknya, substansinya) apakah sudah representative atau belum. Validitas isi
secara mendasar merupakan suatu pendapat, baik pendapat sendiri atau orang
lain. Adapun validitas konstruk adalah suatu abstraksi dan generalisasi khusus dan
merupakan suatu konsep yang dibuat khusus untuk kebutuhan ilmiah dan
mempunyai pengertian terbatas. Konstrak itu diberi definisi sehingga dapat diamati
dan diukur. Untuk melihat varliditas konstrak perlu menjawab beberapa pertanyaan
di bawah ini: Komponen/dimensi apa saja yang membentuk konsep tersebut?
Landasan teori apa yang membangun dimensi itu? Bukti empiris apa yang
memperlihatkan ada tidaknya keterkaitan antara komponen atau dimensinya?
Untuk memperoleh validitas konstruk ini dapat dilakukan dengan analisis faktor.
Dalam penelitian pendidikan, terutama terkait dengan kegiatan pembelajaran di
sekolah, instrumen non tes yang digunakan dapat dianggap sudah valid setidaknya
apabila telah memenuhi validitas isi yang diperoleh melalui expert judgement.
2. Untuk penggunaan instrumen non tes yang bersifat menghimpun data dalam
bentuk bentuk data nominal, ordinal, interval, atau rasio, perlu validasi instrumen
secara empiris melalui ujicoba (validitas empiris).
Beberapa formula untuk mempeoleh validitas instrumen secara empiris diantaranya
adalah uji keterandalan antar-rater melalui penghitungan koefisien kesepakatan
antar pengamat (rater), disebut pula koefisien konkordansi. Koefisien konkordansi
ini dicari dengan formula Ebel (J. P. Guilford, 1954: 395). Koefisien konkordansi bisa
diterima pada taraf signifikansi 5% jika peluang kesalahannya 0,05 (yang lazim
dipakai dalam penelitian sosial, penelitian pendidikan). Jika ternyata peluang
kesalahannya lebih besar dari ketentuan itu, yang berarti antar pengamat tidak ada
kecocokan pengamatan, maka butir yang dinilai harus digugurkan dan tidak boleh
dipakai sebagai bahan analisis penelitian (Sutrisno Hadi, 1991). Dengan kata lain
butir tersebut tidak valid. Selain dengan koefisien konkordansi, validitas instrumen
secara empiris juga dapat dicari dengan uji kesahihan butir-total yang dikenal
dengan Pearson Product Moment Correlation. Untuk menentukan kesahihan butir
pada taraf signifikansi 5 % jika peluang kesalahan 0,05. Jika ternyata peluang
kesalahannya lebih besar dari ketentuan itu, berarti butir instrumen yang dinilai
harus tidak valid sehingga mesti digugurkan dan tidak boleh dipakai sebagai bahan
mengambil data penelitian. Pengambilan jumlah responden untuk ujicoba
khususnya angket sebaiknya cukup diambil responden sebanyak 30 orang yang
keadaannya relatif sama dengan responden sesungguhnya (Masri Singarimbun &
Sofian Effendi, 1989).

Referensi

Azwar, Saifuddin. (1986). Seri Pengukuran Psikologi: Reliabilitas dan Validitas


Interpretasi dan Komputasi. Yogyakarta: Liberty.
Fernandes, H.J.X. (1984). Evaluation of Education Program. Jakarta: National
Educational Planning, Evaluation and Curriculum Development.
Guildfold, J.P. (1954). Psychometric Methods. New York: McGraw Hill Book
Company.
Hadi, Sutrisno. (1991). Analisis Butir untuk Instrumen Angket, Tes dan Skala Nilai
dengan Basica. Yogyakarta: Andi Offset.
--------------. (1995). Buku Manual SPS (seri program statistik) paket midi.
Yogyakarta: UGM.
Hardjodipuro, Siswoyo. (1988). Aplikasi Komputer dan Analisis Multivariat: Analisis
Faktor. Jakarta: Detjen Dikti Depdikbud RI.
Henerson, Marlene E., et al. (1988). How to Measure cattitudes. London: Sage
Publications Beverly Hills.
Kerlinger, F. N. (1978). Foundation of Behavioral Research (Asas- asas penelitian
behavioral); Pent.: Simatupang, Landung R. & Koesoemanto, H.J. Yogyakarta: Gama
University Press.
Shaw, Marvin. & Wrigh, Jack M. (1967). Scale for Measurement of Attitudes.
London: McGraw-Hill Book Company.
Sumarno. (1996). Analisis Faktor: Penerapannya dalam SPSS. Handout Kuliah PPs
Prodi PEP IKIP Yk. Yogyakata.
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/09/validasi-instrumen-dalampenelitian-pendidikan.html

D. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data Penelitian

Dalam PTK, perhatian lebih kepada kasus daripada sampel. Hal ini berimplikasi
bahwa metodologi yang dipakai lebih dapat diterapkan terhadap pemahaman
situasi problematik daripada atas dasar prediksi di dalam parameter.

1. Analisis Data Penelitian.

Tahap-tahap analisis data penelitian meliputi:

a. validasi hipotesis dengan menggunakan teknik yang sesuai (saturasi, triangulasi,


atau jika memang perlu uji statistik);

b. interpretasi dengan acuan teori, menumbuhkan praktik, atau pendapat guru;

c. tindakan untuk perbaikan lebih lanjut yang juga dimonitor dengan teknik
penelitian kelas.

Analisis dilakukan dengan menggunakan hasil pengumpulan informasi yang telah


dilakukan dalam tahap pengumpulan data. Misalnya, dengan memutar kembali hasil
rekaman proses pembelajaran dengan video tape recorder guru mengamati
kegiatan mengajarnya dan membahas masalah-masalah yang menjadi perhatian
penelitian bersama dengan dosen. Pada proses analisis dibahas apa yang
diharapkan terjadi, apa yang kemudian terjadi, mengapa terjadi tidak seperti yang
diharapkan, apa penyebabnya atau ternyata sudah terjadi seperti yang diharapkan,
dan apakah perlu dilakukan tindaklanjut

2. Validasi hipotesis

Validasi hipotesis adalah diterima atau ditolaknya suatu hipotesis.

Jika di dalam desain penelitian tindakan kelas diajukan hipotesis tindakan yang
merupakan keyakinan terhadap tindakan yang akan dilakukan, maka perlu
dilakukan validasi. Validasi ini dimaksudkan untuk menguji atau memberikan bukti
secara empirik apakah pernyataan keyakinan yang dirumuskan dalam bentuk
hipotesis tindakan itu benar. Validasi hipotesis tindakan dengan menggunakan
tehnik yang sesuai yaitu: saturasi, triangulasi dan jika perlu dengan uji statistik
tetapi bukan generalisasi atas hasil PTK. Saturasi, apakah tidak ditemukan lagi data
tambahan.Triangulasi, mempertentangkan persepsi seseorang pelaku dalam situasi
tertentu dengan aktor-aktor lain dalam situasi itu, jadi data atau informasi yang
telah diperoleh divalidasi dengan melakukan cek, recek, dan cek silang dengan
pihak terkait untuk memperoleh kesimpulan yang objektif.

3. Interpretasi Data Penelitian

Interpretasi berarti mengartikan hasil penelitian berdasarkan pemahaman yang


dimiliki peneliti.Hal ini dilakukan dengan acuan teori, dibandingkan dengan
pengalaman, praktik, atau penilaian dan pendapat guru. Hipotesis tindakan yang
telah divalidasi dicocokkan dengan mengacu pada kriteria, norma, dan nilai yang
telah diterima oleh guru dan siswa yang dikenai tindakan.

4. Penyusunan Laporan Penelitian

Di Bab Hasil dan Pembahasan Penelitian dalam Laporan PTK pada umumnya peneliti
terlebih dulu menyajikan paparan data yang mendeskripsikan secara ringkas apa
saja yang dilakukan peneliti sejak pengamatan awal (sebelum penelitian) yaitu
kondisi awal guru dan siswa diikuti refleksi awal yang merupakan dasar
perencanaan tindakan siklus I, dilanjutkan dengan paparan mengenai pelaksanaan
tindakan, hasil observasi kegiatan guru, observasi situasi dan kondisi kelas dan hasil
observasi kegiatan siswa. Paparan data itu kemudian diringkas dalam bentuk
temuan penelitian yang berisi pokok-pokok hasil observasi dan evaluasi yang
disarikan dari paparan data.

Berikutnya berdasarkan temuan data dilakukan refleksi hasil tindakan siklus 1 yang
dijadikan dasar untuk merencanakan tindakan untuk siklus ke 2.Di sini dapat
dibandingkan hasil siklus 1 dengan indikator keberhasilan tindakan siklus 1 yang
telah ditetapkan berdasarkan refleksi awal.

Paparan data siklus dua juga lengkap mulai perencanaan, pelaksanaan, observasi
dan evaluasi.Ringkasan paparan data dicantumkan dalam bentuk temuan
penelitian.Temuan ini menjadi dasar refleksi tindakan siklus ke 2, termasuk apakah
perlu dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan untuk siklus ke 3.Peneliti dapat
membandingkan hasil siklus 2 ini dengan indikator keberhasilan tindakan siklus 2
yang telah ditetapkan berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus ke 1.Jadi prosedur
analisis dan interpretasi data penelitian dilaksanakan secara deskriptif kualitatif
dengan meringkas data (reduksi data), saturasi dan triangulasi.
http://mey20.wordpress.com/edocation/penelitian-tindakan-kelas/

Kreadibilitas Data dan Validasi Data dalam PTK, Langkah-Langkah Validasinya dan
Dampak PTK terhadap Kelangsungan Kinerja Guru, Sekolah dan Di Dunia

Dalam memaham Kredibilitas dan derajat keterpercayaan penelitian, maka tahap


yang dilakukan adalah mengkaji dan mengimplementasikan berbagai langkah
validasi.Standar kualitas penelitian kualitatif sangat ditentukan oleh kategori untuk
menguji definisi, interprestasi dan evaluasi, yang berlangsung secara terus menerus
dan berkelanjutan selama pengumpulan data, analisis, dan penulisan laporan
dilakukan, demikian pendapat Peshkin dalam Creswell.
Sedangkan liconn dan Guba (1985) menyatakan bahwa standar yang harus
dipegang dalam penelitian kualitati adalah pentingnya memiliki tradisi sendiri yang
tegar dan komunikatif melalui konsensus, di samping pengakuandan penghormatan
terhadap suara dan pandangan para mitra atau partisipan penelitian yang harus
didengar dan tidak boleh di diamkanatau disingkirkan, kecuali itu perlunya
kesadaran akan kondisi subjektif-kritis dari peneliti secara psikologis sebelum,
selama, dan sesudah penelitian berlangsung, serta pengakuan terhadap karakter
kolaboratif dan egalitarian diantara sesame mitra peneliti mengenai bentuk-bentuk
validasi dalam penelitian kuantitatif seperti validitas dan reliabilitas yang baku,
akan tetapi ada juga pendapat yang tidak setuju, karena akan mengaburkan
konsep-konsep prinsipil dalam penelitian kualitatif. Pendapat liconn dan Guba lebih
cenderung untuk memakai alternative lain dalam validasi, seperti memakai
perpanjangan waktu di lapangan, triangulasi data, metode, ddan investor, serta
menggunakan dependabilitas dan konfirmabilitas sebagai pengganti reliabilitas.Borg
dan Gall (2003) menganjurkan dipakainya validasi proses, validasi demokratik,
validasi katalitik, dan validasi dialog. Mereka juga mengakui kemungkinan bentuk
validasi lain yang ditetapkan oleh para peneliti sendiri. Sedangkan Hopkins (1993)
mengajukan bentuk-bentuk validasi member check, triangulasi, saturasi, eksplanasi
saingan atau kasus negative, audit trail, expert opinion, dan key respondents
review.
Dengan semakin meningkatnya laporan penelitian tindakan, yang dalam kajian kita
adalah penelitian tindakan kelas, dalam literature kajian penelitian semakin
meningkat juga kepedulian mengenai validitasnya.Konsep validitas dalam
aplikasinya untuk penelitian tindakan mengacu kepada kredibilitas dan derajat
keterpercayaan dari hasil penelitian. Borg dan Gall (2003) merujuk kepada
Anderson dan Herr untuk lima tahap kriteria validitas, sebagai berikut:

a)
Validitas hasil, yang peduli dengan sejauh man tindakan dilakukan untuk
memecahkan masalah dam mendorong dilakukannya penelitian tindakan atau
dengan kata lain, seberapa jauh keberhasilan dapat dicapai.
b)
Validitas proses, yaitu memeriksa kelaikan proses yang dikembangkan dalam
berbagai fase penelitian tindakan. Misalnya, bagaimana permasalahan disusun
kerangka pemikirannya dan bagiman menyelesaikannya, sedemikian rupa sehingga
peneliti didalam menghadapinya mendapat kesempatan belajar sesuatu yang baru
c)
Validitas demokratis, yaitu merujuk kepada sejauhmana penelitian tindakan
secara kolaboratif dengan para mitra peneliti.
d)
Validitas katalitik, yakni sejauhman peneliti berupaya mendorong
partisipasipan mereorientasikan,memfokuskan dan member semangat untuk
membuka diri terhadap transpormasi visi merwka dalam menghadapi kenyataan
kondisi praktek mengajar mereka sehari-hari.
e)
Validitas dialog,yakni merujuk kepada dialog yang dilakukan dengan sebaya
mitra peneliti dalam menyusun dan mereview hasil penelitian beserta
penafsirannya.
http://rizalensyamada.blogspot.com/2013/01/kreadibilitas-data-dan-validasidata.html

VALIDITAS PENELITIAN
Kelompok :Arif Hariadi084674004Annisya Noer.W084674012Suci
Ramadani084674026Benny Hasmoro084674027Ika Akyuni084674044Andry
Ristiawan084674049Antoni Wijaya 074674212
S-1 ILMU ADMINISTRASI NEGARAFAKULTAS ILMU SOSIALUNIVERSITAS NEGERI
SURABAYA2010

Validitas Penelitian
Pengertian Validitas terkait dengan keabsahan data dalam penelitian kuantitatif
adalah merujuk pada Validitas instrumen/ skala.Validitas merujuk pada
tingkatkeaslian satu butir dalm satu skala.Valid bermakna kemempuan butir
dalammendukung konstruk dalam instrumen. Tingkat Validitas dibagi menjadi
dua,yaituvaliditas internel dan validitas eksternal. Suatu instrumen dapat dikatakan
valid (Syah)apabila instrumen tersebut betul-betul mengukur apa yang seharusnya
diukur. Meteranvalid untuk mengukur panjang dan tidak valid utuk mengukur berat,
atau isi suatu benda. Suatu instrumen hendaknya menanyakan soal-soal yang

cukup penting, artinyarelevan dengan apa yang diukur.Pengertian valid dapat dilihat
dari dua segi yaitu:
1.
Bila dalam menyusun suatu instrumen, penyusun berusaha memilih soal-soalsecara
logis di perkirakan dapat mengukur apa yang mau diukur, baik menurut
pertimbangan sendiri maupun setelah bertukar pikiran(berkunsultasi) denganorang
lain atau bahkan ahli-ahli bidang pengetahuan yang bersangkutan, maka penelitian
tersbut dinyatakan telah memiliki content validity. Artinya isinyadiperkirakan sama
dengan apa-apa yang seharusnya diukur. Istilh lain yang berhubungan adalah face
vasdility yitu kelihatan dari luar sudah valid.2.Bila instrumen yang telah
dipergunakan, maka validitasnya dapat diukur denganmemperbandingkan hasilhasil pengukuranya dengan hasil pengukuran lainya.Cara ini menghasilkan
Emperical Validity, yang artinya secara empirisdibandingkan dengan hasil
pengukuran lain yang telah diketahui atau dianggapvalid, atau statistical validity
(karena dalam proses) pembandingan ini biasanyadiperlukan perhitunganperhitungan statistik).Suatu instrumen dinyatakan valid apabila instrumen itu
tepat tatapi istilahtepat belum dapat mencakup semua arti yang tersirat dalam
kata valid, dan kata tepatkadang-kadang dipergunakan dalam konteks yang lain.
Akan tetapi tambahan kata tepatdalam menerangkan valid dapat diperjelas apa
yang dimaksud. Contoh untuk mengukur besarnya partisipasi mahasiswa dalam
proses belajar mengajar bukan diukur dari nialai yang diperoleh pada waktu
ulangan, tetapi dilihat melalui kehadiran,terpusatnya perhatian pada pelajaran,
menjawa pertanyaan yang telah diberikan, dll.

Istilah valid memberikan pengertian bahwa alat ukkur yang digunakan


mampumemberikan nilai yang sesungguhnya dari apa yang diinginkan. Dalam
konsep valid inisecara sederhana mencakup pengertian bahwa skala atau instrumen
yang digunakandapat mengukur atau mengungkap apa yang seharusnya diukur
atau diungkap. Dengan begitu jika peneliti ingin mengukur atau mengetaui tentang
bagaimana kecerdasanspiritual (misalnya), maka skala atau instrumen tersebut
memang memuat pertanyaanatau pernyataan hal-hal yang menyangkut kecerdasan
penelitian.Dari pemahaman diatas konsep valid sebuah penelitian/ skala/ yang
padaakhirnya akan juga menentukan valid tidaknya data yang diperoleh peneliti,
akanmerujuk apda ketepatan alat ukur/ skala/ instrumen yang digunakan oleh
peneliti.Dalam bidang psikologi konsep validitas setidaknya memiliki tiga konteks
yaitu
1.
Validitas penelitian (
research validity

)
2.
Validitas soal (
item validity
)
3.
Validitas alat ukur(
tes

validity
)Dalam pelaksanaan penelitian ketiga konteks tersebut harus terpenuhi, agar
penelitianyang dilakukan dapat memberikan data yang senyatanya, sebagaimana
diharapkan,sehingga proses pengambilan kesimpulanya juga memiliki nilai jaminan
tinggi.
Validitas Penelitian
Konsep validitas penelitian ini bermakna adanya kesesuaian hasil-hasil
simpulansebuah penelitian dengan kondisi senyatanya dilapangan.Dalam konsep ini
terkandungmakna tingkat kesesuaian hasil penelitian yang dilakukan. Dengan
begitu satu hasil penelitian dinyatakan valid jika hasil tersebut memiliki tingkat
kesesuaian yang tinggidengan kondisi riil masyarakat.Terkait dengan konsep
validitas penelitian ini, suryabrata (1998) menyatakan bahwa validitas penelitian
mengandung dua sisi, yaitu (1) validitas internal dan (2)validitas eksternal. Konsep
validitas internal menyangkut tentang kesesuaian antarahasil penelitian dengan
kondisi sebenarnya, sedangkan validitas eksternal menyangkutkesesuaian antara
generalisasi hasil penelitian dengan keadaan yang sebenarnya.

Dalam penelitian kualitatif, untuk menunjukan validitas atau nilai kebenaran(truth


value) harus dibuktikan dengan ada atau tidaknya konstruksi mental yang
bersifatmajemuk secara tepat. Artinya, bahwa penemuan dan interpretasinya
memilikikredibilitas yang menurut istilah konvensional disebut validitas internal.
Kredibilitasdalam penelitian kualitatif dicapai dengan cara : (1) mengusahakan agar
penelitiandilakukan sedemikian rupa sehingga penemuan dan penafsirannya sesuai
dengan halyang sebenarnya; (2) mendemonstrasikan kredibilitas penemuan dengan

jalanmengusahakan agar penemuan penelitian disetujui oleh penyusun realitas


yang bersifatmajemuk tersebut (subjek yang diteliti). Cara yang terakhir biasa
disebut dengan istilahtriangulasi dengan jalan meminta subjek yang diteliti untuk
mengecek kebenaraninterpretasi peneliti dengan meminta mereka membaca (atau
dibacakan peneliti) draftlaporan penelitianan.Meskipun bias yang disebabkan oleh
instrumentasi mungkin sekali terjadi dalam penelitian kualitatif, interaksi secara
kontinyu dan dalam jangka waktu yang lamamemungkinkan peneliti kualitatif
mengatasi bias penelitiannya. Penelitian kualitatif didisain sehingga ada kecocokan
antara data dengan apa yang benar-benar dikatakandan dilakukan oleh subjek
penelitian. Dengan mengamati subjek dalam kehidupannyasehari-hari, mendengar
apa yang dipikirkannya, peneliti kualitatif memperoleh pengetahuan tentang
kehidupan sosial dari tangan pertama (Bogdan dan Taylor, 1984 :7).Mengenai hal
keterterapan (applicability) hasil penelitian, peneliti kualitatif mempertimbangkan
konteks. Hasil penelitian dapat diransfer ke fenomena yang lainapabila fenomena
lain tersebut memiliki tingkat kesamaan konteks yang relatif tinggi.Dengan kata lain
applikabilitas hasil penelitian kualitatif bersifat kontekstual. Hal ini berbeda dengan
istilah generalisasi dalam penelitian kuantitatif.Peneliti kuantitatif menyarankan
penerapan hasil penelitian pada populasi dalam konteks yang mungkinsekali
berbeda.Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa yang dapat menentukan suatu
temuan penelitian kualitatif dapat ditransfer ke konteks tertentu atau tidak adalah
pihak yangakan menerapkan temuan penelitian tersebut. Pihak yang akan
menerapkan temuan penelitian harus mengumpulkan bukti empiris tentang
persamaan kontekstual.Tanggung jawab peneliti terbatas pada memberikan
deskripsi yang lengkap dengan

disertai bukti-bukti yang meyakinkan sehingga memungkinka pihak yang


bermaksudmenerapkan temuan penelitian membuat keputusan mengenai ada atau
tidaknya persamaan konteks penelitian dengan konteks fenomena yang akan
diterapi temuantersebut.Metode multitrait-mutimetod dapat juga digunakan untuk
menentukan validtidaknya satu instrumen tertentu yang ttelah dibuat peneliti.
Penerapan model inidilakukan dengan cara membuat beberapa alat ukur metode
untuk mengukur satukonsep atau atributyang sama. Kemudian dari hasil masingmasing tersebut dicariinterkorelasi antar alat ukur metode.Selanjutnya validitas
instrumen/ skala dapat dilihat dengan caramembandingkan berdasarkan kriteria (
criterion related validity
). Untuk kebutuhan penggunaan metode ini memang telah terlebih dahulu ada
sebuah alat ukur/ instrumen pembanding yang dijadikan sebagai kriteria.Alat ukur
instrumen pembanding ini biasanya adalah alat ukur/ instrumen yang telah
dianggap sebagai alat ukur/ instrumenyang baik, yang memiliki tingkat validitas dan
reabilitas tinggi serta diakui para ahli pengukuran.Sebagai misal jika seorang
peneliti hendak membuat alat ukur untuk mengukur tingkat kecerdasan seorang

individu, maka dia dapat saja mengambil kriteriadari alat ukur kecerdasan yang
dibuat oleh wechsler, atau stanford-binet yang terkenaltersebut. Dengan begitu alat
ukur yang djadikan kriteria memang alat ukur yang betul- betul telah mengalami
proses validasi yang ketat, serta sudah dikenal sebelumnya.Harus diketahui, bahwa
tidak semua alat ukur yang ada dapat dijadikan sebagaikriteria atau pembanding.
Terkadang sulit untuk menemukan alat ukur sebagaimanayang dibutuhkan yang
tekah memiliki tingkat validitas dan reabilitas yang baik.Beberapa alat ukur yang
baik, biasanya berasal dari negara-negara arab, hanya sajahendaknya dipahami
adanya perbedaan buaya asal alat ukur tersebut terkadang dapatsaja berdampak
pada ahasil yang dicapai. Hal ini dapat karena berasal dari kesalahandalam proses
penerjemahan atau juga perbedaaan buadaya yang sangat kuat antaratestee yang
akan dijadikan sbujek penelitian dengan testee saat alat ukur yang dijadikankriteria
tersebutdigunakan.Terkait dengan validitas berdasr kriteria ini biadsanya dibedakan
menjadi duamacam, yang dilihat kapan kriteria tersebut dimanfaatkan. Jika kriteria
tersebutdimanfaatkan saat sekarang atau pada saat yang sama disebut dengan
(cuncurrent

validity). Namun jika pemanfaatannya masih menunggu beberapa waktu, maka


disebutdengan validitas prediktif (predictive)validity contoh untuk cuncurrent
validity adalahmenggunakan tes kecerdasan stanford-binet sebagai kriteria untuk
alat ukur kecerdasanyang hendak digunakan. Sementara yang dimaksudkan
dengan predictive validitymisalnya jika memakai indeks prestasi komulatif (IPK)
sebagai tolok ukur keberhasilan belajar. Lazimnya IPK baru akan didapat setelah
minimal seorang mahasiswamengikuti proses belajar diperguruan tinggi.Adapun
untuk mengetahui tingkat validitas berdasar kriteria ini, digunakanangka
determinan yang merupakan kuadrat dari harga korelasi antara dua perangkat
alatukur (yang dibuat peneliti dengan yang dijadikan standart atau kriteria) harap
dipahami bahwa validitas bukanlah dengan cara membandingkan harga korelasi
ayng diperolehdengan harga kritik tabel, sebagaimana dalan mengintepretasikan
harga korelasi padaumunya. Namun, hendaknya harga tersebut dikuadratkan yang
kemudian disebutsebaigai data determinan.Harga inilah yang menunjukkan tingkat
validitas alat ukur yang digunakan. Dengan begitu, jika dari hasil perhitungan
diperoleh harga korelasisebesar 0,75 maka sebanarnya harga validitasnya adalah
0,5625 yang merupakankoefisien determinan (kuadrat dari harga korelasi). Semakn
tinggi harga inimenunjukkan semakin baik tingkat validitasnya.

DAFTAR PUSTAKAIdrus, Muhammad, Metode Penelitian Ilmu-ilmu Sosial (Pendekatan


Kualitatif danKuantitatif); Yogyakarta: UII Press, 2007
http://www.scribd.com/doc/37849983/Validitas-Penelitian

Anda mungkin juga menyukai