Anda di halaman 1dari 17

BAB VI

MENGUJI VALIDITAS BUTIR KUESIONER


DENGAN UJI-T ONE TAILED

6.1 Pendahuluan
Dalam memperoleh data penelitian yang bersumber pada subjek pe-
nelitian diperlukan alat penjaring data. Dalam ranah penelitian pendidikan,
alat penjaring data sering dikenal dengan istilah instrumen penelitian. Instru-
men penelitian dalam bidang penelitian pendidikan dapat dikategorikan men-
jadi dua bagian, yakni instrumen penelitian kognitif dan instrumen penelitian
non-kognitif. Instrumen penelitian kognitif berupa tes hasil belajar, dan instru-
men penelitian non-kognitif dapat berupa pedoman observasi, pedoman wa-
wancara, angket (kuesioner), dan pedoman pencatatan dokumen.
Alat pengumpul data berupa kuesioner sangat sering digunakan untuk
menjaring data di lapangan. Misalnya, kuesioner motivasi belajar digunakan
untuk mengukur variabel berupa motivasi belajar. Kuesioner motivasi belajar
yang sudah selesai dikompilasi oleh seorang peneliti berdasarkan kisi-kisi
motivasi belajar selanjutnya dibagikan kepada sejumlah responden. Selanjut-
nya responden memberikan responnya terhadap butir-butir yang menyusun
kuesioner yang bersangkutan. Respon yang diberikan oleh responden ter-
hadap suatu pernyataan yang menyusun kuesioner motivasi belajar sering
dikenal dengan skala respon. Skala respon untuk pernyataan yang bersifat
positif terentang dari: selalu (SL) dengan skor 5, sering (SR) dengan skor 4,
kadang-kadang (KK) dengan skor 3, jarang (JR) dengan skor 2, dan tidak
pernah (TP) dengan skor 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif, skala
responnya terentang dari: tidak pernah (TP) dengan skor 5, jarang (JR)
dengan skor 4, kadang-kadang (KK) dengan skor 3, sering (SR) dengan skor
2, dan selalu (SL) dengan skor 1.
Instrumen berupa kuesioner motivasi belajar sebelum digunakan se-
bagai instrumen penelitian harus dilakukan analisis internal dan eksternal.
Analisis internal dan eksternal suatu instrumen penelitian ini sering dikenal

1
dengan istilah kalibrasi instrumen (Djaali dan Muljono, 2008). Bahkan lebih
lanjut, Puger (2009) menyatakan untuk mengukur respon motivasi belajar
siswa, diperlukan instrumen yang lazim dikenal dengan kuesioner motivasi
belajar. Kuesioner motivasi belajar tersebut sebelum digunakan sebagai
instrumen penelitian yang permanen wajib dilakukan suatu analisis internal
dan eksternal (kalibrasi) terlebih dahulu. Analisis internal suatu instrumen
yang dimaksudkan dalam buku ini adalah pengujian validitas isi suatu instru-
men dan penghitungan reliabilitas respon antar-penilai suatu instrumen, se-
dangkan analisis eksternal suatu instrumen adalah pengujian validitas butir
dan penghitungan reliabilitas kuesioner.
Salah satu analisis eksternal yang sering diabaikan oleh seorang pe-
neliti yang menggunakan kuesioner adalah menguji validitas butir kuesioner.
Suatu butir instrumen setelah dilakukan uji validitas butir haruslah bersifat
valid (sahih). Hal ini sesuai dengan definisi validitas yang dikemukakan oleh
Hartono (2015), bahwasannya suatu instrumen dikatakan valid apabila digu-
nakan sebagai alat ukur mampu mengukur dengan tepat sesuai dengan kon-
disi responden yang sesungguhnya. Validitas butir instrumen sebetulnya ber-
kaitan dengan validitas empiris, yakni tingkat validitas suatu instrumen yang
diperoleh melalui hasil uji-coba (try-out), setelah diuji-coba lalu diuji validitas-
nya dengan teknik uji validitas yang sesuai.
Sampai saat ini, untuk menguji validitas butir suatu kuesioner diguna-
kan formula korelasi product moment. Lalu hasil korelasi product moment,
yang dikenal dengan r-hitung dibandingkan dengan nilai r-tabel. Apabila nilai
r-hitung lebih besar atau sama dengan nilai r-tabel, berarti butir kuesioner
yang diuji validitasnya termasuk kategori valid. Sebaliknya, bilamana nilai r-
hitung lebih kecil daripada nilai r-tabel, berarti butir kuesioner yang diuji vali-
ditasnya termasuk kategori drop. Terkait dengan hal ini, Hartono (2015) me-
nyarankan di dalam menguji validitas butir suatu kuesioner tidak berhenti
pada hasil formula korelasi product moment, tetapi dilanjutkan dengan uji-t
one tailed. Berdasarkan atas saran Hartono tersebut, maka materi yang

2
dipertelakan dalam Bab VI adalah pengujian validitas butir kuesioner dengan
uji-t one tailed.

6.2 Validitas Butir Kuesioner


Sebelum seorang peneliti (researcher) memperoleh skor butir pada
suatu kuesioner, harus memiliki instrumen berupa kuesioner yang selanjut-
nya digunakan untuk melakukan proses pengukuran. Tugas utama dalam
pengukuran adalah memilih alat pengukur yang dapat dipertanggungjawab-
kan untuk mengukur tingkah-laku dan sifat dari suatu yang sedang diteliti.
Kadang-kadang, hal ini tidak menimbulkan persoalan. Sebagai contoh, kalau
orang ingin mengetahui urutan kelahiran sekelompok subjek atau tingkat
pendidikan orang tua mereka, maka ia hanya perlu mengajukan pertanyaan-
pertanyaan tersebut dan mencatat jawabannya. Tugas mengukur informasi
tidak selalu semudah itu. Banyak masalah penelitian yang memerlukan pe-
ngembangan alat-alat yang dapat dipercaya, yang dapat mengukur hal-hal
yang abstrak dan pelik. Peneliti harus memilih atau membuat skala dan alat
yang dapat mengukur ciri-ciri seperti kecerdasan, hasil belajar, kepribadian,
motivasi, sikap, bakat, minat, dan sebagainya. Untuk mengukur hal-hal yang
berbeda-beda itu diperlukan alat-alat yang berbeda-beda pula. Dalam bagian
berikut, akan dibicarakan mengenai jenis instrumen berupa kuesioner, khu-
susnya kuesioner motivasi belajar.
Kontak langsung dengan para subjek yang diperlukan dalam wawan-
cara memakan banyak waktu serta mahal biayanya. Banyak informasi yang
sama dapat dikumpulkan dengan perantaraan daftar pertanyaan tertulis yang
diberikan kepada para subjek. Dibandingkan dengan wawancara, daftar per-
tanyaan atau kuesioner tertulis ini lebih efisien dan praktis, serta memung-
kinkan digunakannya sampel yang lebih besar. Kuesioner banyak dipakai
dalam penelitian pendidikan. Keuntungan selanjutnya teknik ini adalah,
karena semua subjek diberi instruksi yang sudah baku, maka hasil-hasil pe-

3
nelitian itu tidak akan diwarnai oleh penampilan, suasana perasaan, atau
tingkah laku peneliti.
Kuesioner (questionnaire) juga sering dikenal sebagai angket. Pada
dasarnya, kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh
orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat dike-
tahui tentang keadaan (data) diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pen-
dapatnya, dan lain-lain (Arikunto, 1993).
Angket dapat diberikan langsung kepada peserta didik, dapat pula
diberikan kepada para orang tua mereka. Pada umumnya tujuan penggunaan
angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk
memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu
bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Di
samping itu juga untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun
kurikulum dan program pembelajaran.
Data yang dapat dihimpun melalui kuesioner misalnya adalah data
yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para peserta
didik dalam mengikuti pelajaran, cara belajar mereka, fasilitas belajarnya,
bimbingan belajar, motivasi dan minat belajarnya, sikap belajarnya, sikap
terhadap mata pelajaran tertentu, pandangan siswa terhadap proses pembel-
ajaran, dan sikap terhadap guru (Sudijono, 2001).
Kuesioner ada dua macam, yakni kuesioner berstruktur atau bentuk
tertutup dan kuesioner tak-berstruktur atau bentuk terbuka. Kuesioner ber-
struktur berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai dengan pilihan jawaban
untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut. Jawaban-jawaban yang disediakan
bagi setiap pertanyaan hendaknya mencakup semua kemungkinan jawaban
serta saling lepas (mutually exclusive). Kuesioner tak-berstruktur tidak me-
nyertakan jawaban yang diharapkan.
Pelaksanaan dan pemberian skor kuesioner berstruktur bersifat lang-
sung dan hasilnya pun langsung mengarah kepada analisis. Kuesioner jenis
ini mempunyai kelemahan, yaitu memaksa subjek memilih salah satu dari

4
pilihan jawaban yang ditetapkan terlebih dulu bagi pertanyaan-pertanyaan
yang mungkin sebenarnya ia merasa tidak mempunyai jawaban yang jelas,
atau memaksanya memilih alternatif-alternatif yang tidak benar-benar men-
cerminkan sikap mereka. Sebaliknya, kuesioner tak-berstruktur mempunyai
kelebihan yakni memberi responden kebebasan untuk mengungkapkan pen-
dapat dan sikap mereka. Kelemahan kuesioner tak-bersruktur adalah bahwa
informasi yang dihasilkan sulit untuk diproses dan dianalisis. Dalam menja-
wab kuesioner tak-berstruktur, subjek mungkin akan melewatkan hal-hal
yang penting atau menekankan hal-hal yang tidak menarik perhatian peneliti
atau yang tidak penting bagi penelitian tersebut. Karena alasan inilah, maka
ke-banyakan peneliti menghindari penggunaan kuesioner tak-berstruktur dan
lebih suka memakai jenis berstruktur (Ary et al., 2005).
Untuk menyusun instrumen berupa kuesioner, misalnya kuesioner
motivasi belajar harus menempuh langkah-langkah sebagai berikut. Pertama-
tama seorang penyusun kuesioner harus menentukan skala yang digunakan,
misalnya skala Likert atau skala Thurstone. Kedua, mengkaji teori-teori yang
akan digunakan dalam menyusun kuesioner motivasi belajar. Dari teori-teori
motivasi belajar tersebut akan dapat ditentukan mengenai dimensi atau
aspek dari motivasi belajar, dan dari setiap dimensi dapat diturunkan indi-
katornya. Ketiga, menentukan sifat pernyataan yang digunakan dalam setiap
butir yang menyusun kuesioner. Misalnya, indikator aktif dalam belajar meng-
gunakan pernyataan yang bersifat positif sebanyak 3 pernyataan dan negatif
sebanyak 2 pernyataan. Keempat, dari langkah 1, 2, dan 3 selanjutnya disu-
sun kisi-kisi kuesioner motivasi belajar. Langkah terakhir dari penyusunan
kuesioner adalah menulis pernyataan butir kuesioner berdasarkan atas kisi-
kisi kuesioner yang telah disiapkan.
Untuk menyusun kuesioner motivasi belajar pada buku ini diadopsi
teori yang dikemukakan oleh Good & Brophy (1990). Untuk memperjelas
urai-an teori ini maka berikut dikemukakan dimensi dan indikator motivasi
berda-sarkan teori motivasi belajar dari Good & Brophy (1990), yaitu: (1)

5
dimensi intrinsik dengan indikatornya: dorongan untuk terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran, dorongan untuk mencari tahu hal-hal yang
berhubungan dengan pelajaran, dan dorongan untuk belajar secara mandiri,
dan (2) di-mensi ekstrinsik dengan indikatornya dorongan untuk menghindari
hukuman guru, dorongan untuk mendapatkan pujian dari guru, dorongan
untuk menye-nangi hati orang tua, dorongan untuk mendapatkan nilai yang
bagus, dan dorongan untuk mendapatkan pengakuan dari teman-teman.
Dari teori yang dikemukakan oleh Good & Brophy ini, selanjutnya
diturunkan kisi-kisi kuesioner motivasi belajar seperti tertera pada Tabel 11.
Tabel 11. Kisi-kisi kuesioner motivasi belajar.
Dimensi Indikator Pernyataan Total
Positif Negatif + - 
Intrinsik 1. Aktif dalam belajar 1, 2, 31 3, 4 3 2 5
2. Mencari hal-hal yang 6, 7 5, 32, 2 3 5
berhubungan dengan 33
pelajaran
3. Kemandirian 8,10, 9, 11, 3 3 6
12 34
Ekstrinsik 1. Menghindari 14, 15, 13, 17, 4 3 7
hukuman 16, 35 36
2. Pujian 18, 19 20, 37 2 2 4
3. Menyenangkan hati 21 22, 38 1 2 3
orang tua
4. Hasil yang bagus 23, 24, 26, 39 3 2 5
25
5. Pengakuan 27, 28, 30, 40 3 2 5
29
Jumlah 21 19 40

Kuesioner motivasi belajar tersebut disusun menggunakan skala Likert


dengan lima skala respon, yaitu selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang
(KK), jarang (JR), dan tidak pernah (TP). Pernyataan terdiri atas dua ke-
lompok, yaitu kelompok pernyataan dengan sifat positif (+) dan pernyataan
dengan sifat negatif (-). Kelompok pernyataan dengan sifat positif (+) meng-
hendaki respon yang bergerak dari SL menuju pada TP. Artinya, bila res-
ponden memberikan respon pada SL diberi skor 5, SR diberi skor 4, KK

6
diberi skor 3, JR diberi skor 2, dan TP diberi skor 1; sedangkan kelompok
pernyataan dengan sifat negatif (-) menghendaki respon yang bergerak dari
TP menuju pada SL. Artinya, bila responden memberikan respon pada TP
diberi skor 5, JR diberi skor 4, KK diberi skor 3, SR diberi skor 2, dan SL
diberi skor 1.
Ke-40 butir pernyataan yang menyusun kuesioner motivasi belajar ter-
sebut sudah diturunkan dari kisi-kisi kuesioner motivasi belajar (untuk lebih
jelasnya dapat dilihat Tabel 11) dengan mengadopsi teori Good dan Brophy
(1990). Oleh karena kuesioner motivasi belajar sudah diturunkan dari kisi-kisi
yang sudah jelas spesifikasinya dan adopsi teori yang jelas dalam struktur
kajian teoretis, maka kuesioner motivasi belajar tersebut feasibel digunakan
sebagai alat untuk menjaring data.
Sebagai contoh, untuk pernyataan nomor 23 dan 35 dari spesifikasi
kisi-kisi instrumen dapat diturunkan pernyataan berikut. 23. Untuk mem-
peroleh hasil belajar yang bagus, saya mengulangi pelajaran sehingga saya
mengerti. Sedangkan pernyataan nomor 35 adalah dalam mengikuti pelajar-
an di kelas, saya mengikuti peraturan yang digariskan oleh guru yang ber-
sangkutan. Pernyataan nomor 23 dan 35 sangat jelas dasar kajian diturun-
kannya menjadi suatu pernyataan kuesioner. Untuk pernyataan nomor 23
merupakan turunan dari: variabel motivasi belajar, dimensi ekstrinsik, indi-
kator hasil yang bagus, dan sifat pernyataan positif. Sedangkan untuk per-
nyataan nomor 35 merupakan turunan dari: variabel motivasi belajar, dimensi
ekstrinsik, indikator menghindari hukuman, dan sifat pernyataan positif.
Setiap butir yang menyusun kuesioner motivasi belajar yang berhasil
dikompilasi oleh seorang peneliti sebelum digunakan secara permanen se-
bagai instrumen penelitian wajib diuji validitas butirnya. Bila instrumen yang
berupa kuesioner motivasi belajar yang sudah berhasil disusun lalu secara
langsung digunakan sebagai alat penjaring data tanpa melalui uji-coba ter-
lebih dahulu, maka instrumen yang demikian dikatakan sebagai instrumen

7
yang menyesatkan. Salah satu pemanfaatan hasil uji-coba kuesioner moti-
vasi belajar adalah untuk menguji validitas butirnya.
Validitas suatu kuesioner menunjuk kepada banyak aspek atau peng-
gunaan dan definisinya tetapi sifat sentralnya merupakan korelasi kuesioner
dengan beberapa kriteria. Bila suatu kuesioner tidak reliabel, ini tidak dapat
menjadi valid, karena suatu kuesioner yang tidak berkorelasi dengan dirinya
sendiri, tidak dapat berkorelasi dengan sesuatu yang lainnya. Isu-isu kritis
dari suatu kuesioner yang berkaitan ke validitasnya adalah: apakah hasil
memberikan informasi yang diinginkan atau menemukan tujuan yang dike-
hendaki? Pendekatan pertama untuk menjawab pertanyaan ini adalah meme-
riksa isu dari isi kuesioner. Kuesioner adalah valid untuk suatu tujuan juga
suatu kuesioner tidak dapat menjadi valid secara umum. Sebagai contoh,
suatu kuesioner motivasi belajar bisa menjadi prediktor valid untuk psikologi
tetapi mungkin prediktor yang lemah untuk sejarah.
Secara empiris suatu kuesioner adalah valid bila kuesioner tersebut
memenuhi dua kriteria, yakni: (1) kuesioner akan mengukur konsep atau
variabel tertentu, dan kuesioner tersebut tidak akan mengukur beberapa
konsep atau variabel yang lainnya yang tidak berkecenderungan untuk di-
ukur, dan (2) kuesioner akan sanggup memprediksikan perilaku yang lainnya
dengan variabel yang diukur adalah berkaitan (Fernandes, 1984).
Validitas empiris sama dengan validitas kriteria yang berarti bahwa
validitas ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internal maupun kriteria
eksternal. Kriteria internal adalah kuesioner atau instrumen itu sendiri yang
menjadi kriteria, sedangkan kriteria eksternal adalah hasil ukur instrumen
atau kuesioner lain di luar instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria. Ukuran
lain yang sudah dianggap baku atau dapat dipercaya dapat pula diajukan
sebagai kriteria eksternal.
Validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria internal disebut validitas
internal, sedangkan validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria eksternal
disebut validitas eksternal. Validitas eksternal dapat dibedakan lagi menjadi

8
dua macam, yaitu: (1) validitas kongkuren (concurrent validity), dan (2) vali-
ditas prediktif (predictive validity).
Validitas internal termasuk kelompok validitas kriteria yang merupakan
validitas yang diukur dengan besaran yang menggunakan instrumen sebagai
suatu kesatuan (keseluruhan butir) sebagai kriteria untuk menentukan vali-
ditas item atau butir dari instrumen itu. Dengan demikian validitas internal
mempermasalahkan validitas butir atau item suatu instrumen dengan meng-
gunakan hasil ukur instrumen tersebut sebagai suatu kesatuan dan sebagai
kriteria, sehingga bisa juga disebut sebagai validitas butir (Djaali dan Muljono,
2008).
Validitas butir (validitas internal) diperlihatkan oleh seberapa jauh hasil
ukur butir tersebut konsisten dengan hasil ukur instrumen secara kese-
luruhan. Oleh karena itu, validitas butir tercermin pada besaran koefisien
korelasi antara skor butir dengan skor total instrumen. Jika koefisien korelasi
antara skor butir dengan skor total instrumen positif dan signifikan, maka butir
tersebut dapat dianggap valid berdasarkan ukuran validitas internal.
Apabila besaran koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total
bernilai positif, makin besar koefisien korelasi maka validitas butir juga makin
tinggi. Koefisien korelasi yang tinggi antara skor butir dengan skor total
mencerminkan tingginya konsistensi antara hasil ukur keseluruhan instrumen
dengan hasil ukur butir instrumen, atau dapat dikatakan bahwa butir in-
strumen tersebut konvergen dengan butir-butir lain dalam mengukur suatu
konsep atau konstruk yang hendak diukur.
Untuk menghitung koefisien korelasi antara skor butir dengan skor
total instrumen yang bersifat politomi atau non-dikotomi digunakan formula
korelasi product moment (r). Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh
Laboratorium Komputer Pascasarjana UNJ (2000), yang pada hakikatnya
menyatakan perbedaan perhitungan validitas pada instrumen tes dan non-tes
terletak pada perhitungan korelasi. Pada instrumen non-tes digunakan ko-

9
relasi product moment, sedangkan pada instrumen tes digunakan korelasi
biserial titik (point biserial).
Demikian juga Candiasa (2010) menyatakan butir tes esei atau tes
kinerja sering disebut butir tes politomi. Hal ini disebabkan oleh skor tes esei
atau butir tes kinerja berupa skala politomi, yakni skala dengan rentangan 0
sampai 2, 0 sampai 4, 1 sampai 5, 0 sampai 10, 0 sampai 100, dan sete-
rusnya. Skor tersebut diperoleh berdasarkan rubrik penilaian yang dikem-
bangkan terlebih dahulu. Skor butir tes esei atau skor butir tes kinerja me-
miliki kemiripan dengan skor butir angket. Butir angket yang dikembangkan
dengan skala Likert misalnya, memiliki skor dengan rentangan 0 sampai 2, 1
sampai 3, 0 sampai 4, 1 sampai 5, atau rentangan yang lain tergantung kla-
sifikasi respon yang ditawarkan. Validitas butir instrumen politomi, seperti tes
esei, tes kinerja atau angket ditentukan dengan koefisien korelasi product
moment dari Carl Pearson dengan rumus sebagai berikut.
( N . XY )    X   Y 
rxy 
( N . X 2     X  ). N . Y 2     Y  )
2 2

Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara X dan Y.
N = banyaknya data atau sampel.
 = jumlah.
X = skor dari variabel X (skor butir).
Y = skor dari variabel Y (skor total).

Kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan harga r xy-


hitung dengan harga tabel kritik r, dengan ketentuan r xy-hitung dikatakan valid
apabila rxy-hitung > r-tabel pada taraf signifikansi 5%. Pada jumlah testee (n)
sebanyak 80 dan taraf signifikansi 5%, nilai r-tabel sebesar 0,220. Dengan
demikian dapat dikatakan bila nilai r xy-hitung > 0,220, maka nilai rxy-hitung
tersebut termasuk kategori valid. Sebaliknya, bila nilai rxy-hitung < 0,220,
maka nilai rxy-hitung tersebut termasuk kategori drop.
Sebagai contoh, ke-40 butir kuesioner yang dikompilasi berdasarkan
atas kisi-kisi kuesioner yang tercantum pada Tabel 11, setelah diujicobakan

10
kepada 80 siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Seririt akhirnya diperoleh skor butir
dan skor total. Setelah validitas butirnya diuji dengan menggunakan formula
korelasi product moment dari Pearson, diperoleh koefisien r dan status butir
seperti tercantum pada Tabel 12.
Tabel 2. Ringkasan hasil pengujian validitas butir kuesioner motivasi belajar
dengan formula korelasi product moment.
Nomor Nilai Status
Butir
rhitung rtabel
1. 0,515 0,220 Valid
2. 0,445 0,220 Valid
3. 0,372 0,220 Valid
4. 0,404 0,220 Valid
5. 0,426 0,220 Valid
6. 0,779 0,220 Valid
7. 0,158 0,220 Drop
8. 0,601 0,220 Valid
9. 0,466 0,220 Valid
10. 0,207 0,220 Drop
11. 0,457 0,220 Valid
12. 0,556 0,220 Valid
13. 0,587 0,220 Valid
14. 0,483 0,220 Valid
15. 0,493 0,220 Valid
16. 0,200 0,220 Drop
17. 0,554 0,220 Valid
18. 0,530 0,220 Valid
19. 0,187 0,220 Drop
20. 0,222 0,220 Valid
21. 0,618 0,220 Valid
22. 0,485 0,220 Valid
23. 0,559 0,220 Valid
24. 0,438 0,220 Valid
25. 0,596 0,220 Valid
26. 0,540 0,220 Valid
27. 0,468 0,220 Valid

11
Nomor Nilai Status
Butir
rhitung rtabel
28. 0,474 0,220 Valid
29. 0,472 0,220 Valid
30. 0,139 0,220 Drop
31. 0,612 0,220 Valid
32. 0,482 0,220 Valid
33. 0,412 0,220 Valid
34. 0,386 0,220 Valid
35. 0,627 0,220 Valid
36. 0,475 0,220 Valid
37. 0,602 0,220 Valid
38. 0,561 0,220 Valid
39. 0,417 0,220 Valid
40. 0,551 0,220 Valid

Bertolak dari Tabel 12, validitas butir kuesioner motivasi belajar dapat
dikemukakan sebagai berikut. (1) Butir kuesioner yang termasuk kategori
valid adalah butir kuesioner dengan nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 13,
14, 15, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36,
37, 38, 39, dan 40, dan (2) butir kuesioner yang termasuk kategori drop
adalah butir kuesioner dengan nomor: 7, 10, 16, 19, dan 20.
Dari hasil pengujian validitas butir kuesioner motivasi belajar dengan
formula korelasi product moment dapat dikatakan bahwa sebanyak 35 butir
pernyataan layak digunakan sebagai penyusun kuesioner motivasi belajar
dan sebanyak 5 butir pernyataan harus dibuang.

Uji-t One-Tailed
Setelah melakukan penghitungan koefisien r xy dengan formula korelasi
product moment, sebagian orang merasa puas menguji butir kuesioner
dengan membandingkan koefisien r xy-hitung dengan nilai r-tabel. Berapapun
butir kuesioner yang valid, itulah yang digunakan sebagai putir penyusun

12
kuesioner untuk menjaring data dalam program penelitiannya. Namun demi-
kian, ada peneliti setelah memperoleh koefisien r xy melanjutkan pengujian
validitas butir kuesioner dengan formula uji-t one-tailed. Nilai t-hitung yang
diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan nilai t-tabel, sebagai dasar untuk
menentukan valid dan drop suatu butir kuesioner.
Pernyataan di atas sehaluan dengan yang diungkapkan oleh Hartono
(2015) bahwasannya bila seorang peneliti ingin mengetahui validitas butir
kuesioner, yang perlu dilakukan adalah mencobakan kuesioner tersebut ke-
pada sejumlah subjek uji-coba. Hasil yang diperoleh kemudian dilakukan
analisis faktor, yaitu mengorelasikan antara skor butir kuesioner dengan skor
totalnya. Hal ini bisa dilakukan dengan formula korelasi product moment.
Setelah setiap butir kuesioner dihitung besarnya koefisien korelasi dengan
skor totalnya, maka langkah selanjutnya adalah menghitung uji-t one tailed
dengan rumus sebagai berikut.
r n2
thitung =
1 r2
Keterangan:
t = nilai t-hitung.
r = koefisien korelasi hasil r-hitung.
n = jumlah responden.

Nilai t-hitung yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan nilai t-


tabel one-tailed test pada derajat kebebasan (n-2) dan taraf signifikansi 5%.
Bila nilai t-hitung > t-tabel, berarti butir kuesioner yang diuji berstatus valid.
Sebaliknya, bila nilai t-hitung < t-tabel, berarti butir kuesioner yang diuji ber-
status drop.
Sebagai contoh, butir kuesioner nomor 16 setelah validitasnya diuji
dengan formula korelasi product moment diperoleh nilai r-hitung sebesar
0,200. Nilai r-tabel pada jumlah subjek sebanyak 80 dan taraf signifikansi 5%,
sebesar 0,220. Oleh karena nilai r-hitung < 0,220, maka butir kuesioner
nomor 16 memiliki status gugur (drop). Jadi, dengan menggunakan formula
korelasi product moment, butir kuesioner nomor 16 berstatus drop.

13
Bila koefisien rxy butir kuesioner nomor 16 dilanjutkan dengan uji-t one
tailed, akan diperoleh nilai t-hitung. Dengan demikian angka 0,200 perlu

r n2
dimasukkan ke dalam formula: thitung = .
1 r2

0,200 80  2 0,200 78 0,200 x8,831760866 1,766352173


  
t-hitung = 1  0,200
2
1  0,04 0,96 0,979795897

t-hitung = 1,803. Nilai t-hitung ini selanjutnya dibandingkan dengan nilai t-


tabel. Pada one-tailed test dengan derajat kebebasan (db) = 78 dan taraf
signifikansi 5%, diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,664. Oleh karena nilai t-
hitung > 1,664, maka butir kuesioner nomor 16 berstatus valid. Jadi, dapat
dikatakan bahwa dengan menggunakan formula uji-t one tailed butir kue-
sioner nomor 16 berstatus valid.
Hasil pengujian validitas ke-40 butir kuesioner motivasi belajar dengan
menggunakan formula uji-t one tailed dapat dikaji pada Tabel 13 (perhitung-
annya secara lengkap dapat dikaji pada Lampiran 2, halaman …).
Tabel 13. Ringkasan hasil pengujian validitas butir kuesioner motivasi belajar
dengan formula uji-t one tailed.
Nomor Nilai Status
Butir
thitung ttabel
1. 5,288 1,664 Valid
2. 4,380 1,664 Valid
3. 3,527 1,664 Valid
4. 3,889 1,664 Valid
5. 4,127 1,664 Valid
6. 10,887 1,664 Valid
7. 1,339 1,664 Drop
8. 6,688 1,664 Valid
9. 4,665 1,664 Valid
10. 1,864 1,664 Valid
11. 5,766 1,664 Valid
12. 6,059 1,664 Valid
13. 6,396 1,664 Valid

14
Nomor Nilai Status
Butir
thitung ttabel
14. 4,873 1,664 Valid
15. 5,003 1,664 Valid
16. 1,804 1,664 Valid
17. 5,872 1,664 Valid
18. 5,514 1,664 Valid
19. 1,686 1,664 Valid
20. 2,007 1,664 Valid
21. 6,939 1,664 Valid
22. 4,892 1,664 Valid
23. 5,951 1,664 Valid
24. 4,302 1,664 Valid
25. 6,560 1,664 Valid
26. 5,665 1,664 Valid
27. 7,514 1,664 Valid
28. 4,750 1,664 Valid
29. 4,735 1,664 Valid
30. 1,240 1,664 Drop
31. 6,843 1,664 Valid
32. 4,860 1,664 Valid
33. 3,998 1,664 Valid
34. 3,695 1,664 Valid
35. 7,105 1,664 Valid
36. 4,764 1,664 Valid
37. 6,667 1,664 Valid
38. 5,982 1,664 Valid
39. 4,052 1,664 Valid
40. 5,831 1,664 Valid

Bertolak dari Tabel 13, validitas butir kuesioner motivasi belajar dapat
dikemukakan sebagai berikut. (1) Butir kuesioner yang termasuk kategori
valid adalah butir kuesioner dengan nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12,
13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33,

15
34, 35, 36, 37, 38, 39, dan 40, dan (2) butir kuesioner yang termasuk kategori
drop adalah butir kuesioner dengan nomor: 7, dan 30.
Dari hasil pengujian validitas butir kuesioner motivasi belajar dengan
formula uji-t one tailed dapat dikatakan bahwa sebanyak 38 butir pernyataan
layak digunakan sebagai penyusun kuesioner motivasi belajar dan sebanyak
2 butir pernyataan harus dibuang.
Dalam hal pengujian validitas butir kuesioner, misalnya kuesioner
motivasi belajar, di samping diuji dengan formula korelasi product moment,
dapat juga diuji dengan uji-t one tailed. Pengujian validitas butir kuesioner
dengan menggunakan formula uji-t one tailed memiliki sifat yang lebih
longgar bila dibandingkan dengan formula korelasi product moment, se-
hingga menghasilkan butir kuesioner yang berstatus valid lebih banyak.
Pengujian validitas butir kuesioner motivasi belajar dengan formula korelasi
product moment diperoleh 35 butir yang menyusun kuesioner motivasi belajar
berkategori valid, dan 5 butir berkategori drop. Sedangkan pengujian validitas
butir kuesioner motivasi belajar dengan menggunakan formula uji-t one tailed
diperoleh 38 butir yang menyusun kuesioner motivasi belajar berkategori
valid dan 2 butir berkategori drop.

Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 1993. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Ary, Donald et al. 2005. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Diterjemah-
kan Oleh H. Arief Furchan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Candiasa, I Made. 2010. Pengujian Instrumen Penelitian Disertai Aplikasi
ITEMAN dan BIGSTEPS. Singaraja: Unit Penerbitan Universitas Pendi-
dikan Ganesha.
Djaali, H. dan Pudji Muljono. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan.
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Fernandes, H.J.X. 1984. Testing and Measurement. Jakarta: National Educa-
tional Planning Evaluation and Curriculum Development.
Good, Thomas L. & Jere E. Brophy. 1990. Educational Psychology, A
Realistic Approach. New York: Longman.
Hartono. 2015. Analisis Item Instrumen. Riau: Zanafa Publishing.

16
Laboratorium Komputer Pascasarjana UNJ. 2000. Aplikasi Komputer: Kali-
brasi Instrumen, Pengolahan Data, dan Pemanfaatan Internet. Jakarta:
UNJ.
Puger, I Gusti Ngurah. 2009. “Kalibrasi Kuesioner Motivasi Berprestasi.”
Laporan Hasil Penelitian FKIP Universitas Panji Sakti Singaraja.
Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja-
Grafindo Persada.

17

Anda mungkin juga menyukai