Anda di halaman 1dari 15

BAHAN AJAR

PENYUSUNAN INSTRUMEN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
KEGIATAN BELAJAR 8
MENYUSUN NSTRUMEN PTK

A. Pengantar
Validitas sebauh penelitian ditentukan oleh validitas data dan proses
pengolahannya, sedangkan validitas data tergantung kepada validitas
instrumen pengumpul data. Oleh karena itu Instrumen penelitian adalah
komponen penting yang menentukan validitas penelitian.
Instrumen penelitian harus sudah disusun dan diuji coba sebelum
penelitian dimulai. Oleh karena itu penyusunan instrument harus dilakukan
pada langkah penyusunan proposal. Instrumen penelitian diletakkan di
dalam lampiran proposal.
Instrumen penelitian disusun melalui langkah tertentu dimulai dari
identifikasi variable, merumuskan indikator, penyusunan kisi-kisi dan
mengkonstruksi instrument. Instrumen yang sudah dikonstruksi kemudian
diuji coba baik uji coba substansi maupun uji coba empirik. Langkah
tersebut harus dilakukan dengan sistematis.
Dalam Kegiatan Belajar 8 ini Anda akan divasilitasi untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun instrument
PTK. Melalui KB ini Anda diharapkan dapat menguasai materi dengan
idikator berikut:

1. Menyebutkan teknik pengumpulan data


2. Menyebutkan instrument pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif
3. Membuat tabel identifikasi teknik dan instrument pengumpulan data.
4. Menyusun kisi-kisi instrument
5. Mengkonstruksi instrument
B. Instrumen Pengumpulan data
Dalam PTK dikumpulkan dua jenis data yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif. Untuk memperoleh data yang lengkap dan memadai dilakukan
teknik triangulasi data. Yang dimaksud dengan triangulasi adalah proses
pengumpulan data dari berbagai sumber menggunakan berbagai jenis
instrumen. Misalnya apabila peneliti ingin mengetahui perubahan sikap
yang terjadi pada peserta didik maka dilakukan pengumpulan data tidak
hanya melalui skala sikap melainkan juga melalui wawancara, dan persepsi
dari teman. Selain itu juga dapat ditelaah dari dokumen lain seperti produk-
produk belajar.
Seperti sudah kita diskusikan di awal bahwa secara metodologis PTK
menggunakan pendekatan gabungan (combined method) kualitatif dan
kuantitatif. Karena keluasannya para ahli menegaskan bahwa dalam PTK
data ada dimana-mana. Oleh karena itu Slavin menegaskan bahwa dalam
penelitian tindakan sumber data sangat beragam. Hedrick at al.
mengidentifikasi sumber data utama menjadi beberapa kelompok, yaitu
orang, kejadian, fisik dokumen, dan asesmen. Sumber sekunder terdiri dari
catatan administrasi, hasil penelitian sebelumnya, data base (Martens,
2010).
Slavin mengidentifikasi 50 jenis sumber data penelitian tindakan dan
mengelompokkan jenis data kedalam tiga golongan yaitu Existing archival
sources, conventional sources dan Inventive sources (Slavin R. , 2010, p.
252). Existing archival sources adalah data yang sudah tersedia dalam file
atau ada di sekolah atau individu. Data tersebut diantaranya skor hasil
ulangan/ujian, daftar kehadiran, dokumen kurikulum, bank soal, TOR
program, agenda pertemuan, catatan kedisiplinan, dokumen program
bomobingan dan konseling, dan sejenisnya.
Conventional sources adalah data yang memerlukan komunikasi,
observasi atau tindak lanjut dari anggota populasi. Dalam mengumpukan
jenis data ini dibutuhkan instrumen standar. Data ini berbentuk hasil test,
hasil wawancara, hasil survey, hasil asesmen dan sejenisnya.
Inventive sources adalah sumber kreatif, kompleks dan mendalam.
Kita membutuhkannya ketika memerlukan pendalaman data yang diperoleh
dari dua sumber sebelumnya. Contoh dari sumber data ini adalah otentik
asesmen, performance assessment, exhibit, catatan harian, portofolio,
expositon, videotapes, foto, gambar siswa dan sejenisnya.
Demikian juga mengenai teknik dan instrumen pengumpul data.
Hampir semua metode, teknik, dan instrumen penelitian dapat digunakan
dalam PTK. Namun demikian Mills menegaskan bahwa para pendidik dan
para peneliti tindakan sepakat bahwa dalam penelitian tindakan lebih
banyak digunakan data kualtatif dalam benutk deskriptif dan naratif (Mills,
2000: 48).
Mills (Mills, idem: 66) mengelompokkan teknik pengumpulan data
kualitatif dalam penelitian tindakan kedalam 3 golongan yang I sebut 3E
(The Three Es) yaitu experiencing (mengalami), enquiring (menanyakan)
dan examining (merekam) .
Kelompok pertama teknik experiencing. Melalui teknik ini data
dikumpulkan melalui observsi dan catatan lapangan (field note) oleh subjek
penelitian atau disebut participant observation. Yang dimaksud dengan
participant adalah peneliti dan kolaborator. Teknik yang termasuk kedalam
kelompok ini yaitu:

1. Aktif participant observer (observasi aktif oleh peneliti). Dalam


PTK guru adalah observer pembelajaran yang dilakukannya
sendiri. Dengan teknik ini guru mengamati kegiatan pembelajaran
yang ia selenggarakan, dalam waktu yang sama melakukan
pengamatan dengan cara mencatat, merekam, mengukur dan
mewawancara. Hasil dari pengamatan ini dapat berupa catatan
lapangan, rekaman, hasil wawancara, hasil pengukuran dan
sejenisnya.
2. Privilege active observer. Guru melakukan pengamatan pada
subjek penelitian di luar pembelajaran yang dilakukannya, namun
masih merupakan rangkaian dari proses pengumpulan data pada
penelitian yang sedang dilakukan. Pengamatan ini dilakukan untuk
mencari data mengenai subjek di luar kegiatan pembelajarannya.
Data yang diperoleh akan dibandingkan atau menjadi pelengkap
data lainnya. Hasil dari pengamatan ini dapat berupa catatan
lapangan, rekaman, hasil wawancara, hasil pengukuran dan
sejenisnya.
3. Passive observer. Melalui teknik ini guru hanya mengamati
kegiatan yang terjadi tanpa terlibat dalam pembelajaran seperti
pada teknik pertama dan kedua. Data hasil dari pengamatan ini
misalnya catatan lapangan, rekaman, hasil wawancara dan
lainnya.
Kelompok kedua adalah teknik enquiring. Melalui teknik ini data
dikumpulkan dengan cara bertanya baik melalui wawancara atua angket.
Mills mengidentifikasi 5 teknik yang termasuk kelompok ini yaitu:

1. Informal interview. Wawancara informal adalah proses


pengumpulan data melalui waancara dengan sibjek penelitian
tanpa rencana yang formal. Ketika seorang peneliti menemukan
sebuah fenomena yang berkaitan dengan focus penelitian dan
ingin mencari keterangan mengenai fenomena tersebut maka
dilakukan wawancara informal. Ciri dari wawancara informal
adalah spontanitas, sesuai dengan kebutuhan. Peneliti tidak
menyusun panduan wawancara tetapi menggunakan teknik
bertanya 5W+1H sebagai panduan.
2. Structured formal interview. Wawancara terstruktur adalah
wawancara yang direncanakan untuk mengumpulkan data
mengenai fokus yang sedang diteliti. Misalnya peneliti ingin
mengumpulkan data mengenai penerapan model jigsaw dalam
pembelaaran, maka peneliti menyiapkan beberapa pertanyaan
sesuai dengan informasi yang ingin dikumpulkan. Setelah itu
peneliti mengumpulkan sampel representative untuk diwawancara
secara formal. Mills menuliskan rambu-rambu wawancara formal
sebagai berikut: menggunakan pertanyaan pemandu (pilot
questions), menggunakan berbagai format pertanyaan,
menggunakan bentuk pertanyaan terbuka dan tertutup, dan
memberikan jeda waktu bagi interviewer untuk menjawab.
3. Questionnaire. Quesioner adalah pertanyaan terstruktur yang
diberikan dalam bentuk tertulis untuk diisi oleh responden.
Fungsinya sebenarnya sama dengan wawancara terstruktur
namun diberikan dalam bentuk lembaran. Kelebihan dari
quesioner dibandingkan dengan wawancara terstruktur adalah
dapat mengumpulkan data yang banyak dalam waktu yang
singkat, sementara awancara terstruktur membutuhkan waktu
lama dan hanya dilakukan kepada beberapa sampel saja. Namun
demikian ada kelebihan dari wawancara terstruktur, yaitu dapat
mendalami data sehingga datanya mendalam dan meluas
(konvergen).
4. Attitude scale (likert dan semantic differential), dan standardize
test. Skala sikap adalah angket yang diberikan kepada responden
untuk mengetahui keyakinan, persepsi atau perasaan individual.
Sedangkan tes standar adalah alat ukur yang digunakan untuk
menentukan tingkat penguasaan responden terhadap sebuah
kompetensi. Dalam pendidikan biasanya berbentuk soal standar
seperti soal UN.
Skala sikap dapat menggunakan berbagai bentuk. Diantaranya
skala Likert dan Semantic Differential. Skala Likert adalah
seperangkat pernyataan yang menuntut responden memberikan
respon pada tingkat tertentu yaitu sangat setuju (strongly
egree)/SS, setuju (agree)/S, netral (undecided)/N, tidak setuju
(disagree)/TS dan sangat tidak setuju (strongly disagree)/STS.
Misalnya seperti di bawah ini.

Tabel 1 Contoh skala Likert

NO PERNYATAAN RESPPON
SS S N TS STS
1 Saya meyakini bahwa
kemampuan memecahkan
masalah yang sudah saya
kuasai akan bermanfaat
dalam menyelesaikan
masalah sehari-hari

Semantic differential adalah skala yang mengukur respon


responden terhadap sebuah fenomena. Alat ukur ini menyajikan
dua kutub skala yang dapat dipilih oleh responden untuk
menentukan respon positif atau negative dan tingkatannya. Skala
yang disajikan dari +3 sampai -3. Mari kita lihat contoh berikut.

Kita telah melaksanakan pembelajaran menggunakan model


jigsaw. Menurut kalian, bagaimana penerapan model tersebut?

Tabel 2 Contoh Semantik Diferential

Bosan - - -1 0 1 2 3 Menantang
3 2
Tepat - - -1 0 1 2 3 Tidak Tepat
3 2
Tidak - - -1 0 1 2 3 Menyenangkan
menyenangkan 3 2

Melalui skala ini responden menyatakan pendapat dengan cara


melingkari atau memberi tanda centang pada salah satu. Angka
negatif menggambarkan respon negatif terhadap variabel dan angka
positif menggambarkan respon positif terhadap variabel.

Kelompok ketiga disebut examining. Dalam teknik ini data


dikumpulan melalui rekaman (using and making records). Yang termasuk
kedalam kelompok ini adalah:

1. Archival documents. Yang termasuk kedalam teknik ini adalah


dokumen berbentuk arsip yang dapat memberikan data mengenai
subjek penelitian. Contoh dari dokumen tersebut adalah daftar
kehadiran, catatan retensi (mislnya frekuensi
menjawab/bertanya/memberi komentar), catatan kedisiplinan,
daftar siswa dropout, daftar kehadiran pertemuan, daftar aktivitas
pada kegiatan ekstra kurikuler, dan sejenisnya.
2. Journal. Jurnal adalah catatan harian kegiatan kelas. Didalamnya
berisi hasil pengamatan, refleksi dan interpretasi guru mengenai
proses pembelajaran yang berlangsung. Jurnal memberikan data
yang sangat bermakna dalam PTK karena memberikan penjelasan
otentik mengenai apa yang terjadi dalam kelas sepanjang waktu.
3. Maps. Peta kelas atau peta satuan pendidikan bermanfaat sebagai
sumber informasi bagi orang luar yang ingin mengetahui kondisi
tempat penelitian dilakukan.
4. Audio and video tapes. Rekaman suara atau gambar dalam format
MP3, MP4, foto dan sejenisnya akan sangat bermanfaat bagi
peneliti dan kolaborator untuk menganalisis apa yang telah terjadi.
Kadang-kadang peneliti kurang waktu untuk melakukan
pengamatan secara lengkap karena mengambil data sambil
mengajar, sedangkan kejadian berlangsung demikian cepat dan
tidak dapat diulang. Dalam kondisi ini rekaman memberi
kesempatan kepada peneliti dan kolaborator untuk mengkaji ulang
apa yang sudah terjadi.
Artifacts.
Benda-benda di sekitar tempat penelitian yang berhubungan.
Setiap teknik pengumpulan data memiliki kekurangan dan
kelemahan masing-masing. Kadang-kadang kelemahan lebih
banyak dilakukan oleh peneliti. Misalnya ketika membuat catatan
lapangan kemudian tidak didokumentasikan dengan baik sehingga
ketika membutuhkannya tidak dapat ditemukan. Itulah sebabnya
diharuskan melakukan triangulasi.
Para penelitian tindakan, seperti ditegaskan oleh Mills, dalam PTK
lebih banyak digunakan teknik deskriptif dan naratif. Jadi dalam
PTK lebih banyak digunakan teknik pengamatan dengan berbagai
bentuk, wawancara, jurnal. Tentu saja teknik pengukuran seperti
tes menjadi bagian penting namun harus diinterpretasi sehingga
menjadi data kualitatif. Selain itu, sebaiknya diadakan triangulasi
dengan data kualitatif lainnya, dengan subjek dapat dijadikan
sumber data bermakna. Artefak dapat berbentuk hasil kerja siswa
baik berbentuk dokumen, fortofolio, karikatur, majalah dinding, foto
maupun realita produk belajar. Benda-benda tersebut dapat
memberikan informasi pendukung sebagai alat triangulasi data.
C. Cara Mnentukan Jenis, Metode Dan
Instrumen Pengumpula Data
Menentukan teknik dan instrumen pengumpul data harus dilakukan
dengan cermat, logis dan teoretis melalui langkah yang sistematis. Cara
menentukannya diawali dengan mengkaji “variabel” yang termuat dalam
rumusan masalah, menentukan indikator untuk variabel tersebut, kemudian
menentukan jenis data yang dibutuhkan. Apabila komponen tersebut sudah
ditentukan baru dapat memilih instrumen yang tepat.

instrumen
teknik pengumpul
jenis data pengumpul data
variabel indikator
an data

Gambar 1 Langkah penentuan instrume pengumpul data


Mari kita lihat contoh kasus pada beberapa rumusan masalah
berikut.
1) Bagaimana suasana belajar di kelas dengan menggunakan
model inquiri?
2) Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif learning?
3) Bagaimana kemampuan siswa dalam menerapkan konsep
volume bangun ruang setelah menggunakan pendekatan
mathematic realistic?
4) Bagaiman peningkatan kemampuan melakukan gerakan
shalat melalui model direct instruction?
5) Bagaimana peningkatan kemampuan melakukan dribbling
pada permainan basket melalui model 3N?
Mari kita mencoba untuk membuat kisi-kisi instrumen
pengumpul data menggunakan matriks sederhan seperti berikut.
Tabel 3 Contoh kisi-kisi instrumen

VARIABEL INDIKATOR DATA TEKNIK INSTRUMEN


Suasana PeningkatanJumlah Pengamat Lembar
belajar jumlah peserta an pengamatan
peserta didik
didik
yang yang
bertanya bertanya
PeningkatanJumlah Pengamat Lembar
jumlah peserta an pengamatan
peserta didik
didik
yang yang
menjawab menjawa
b
Peningkatan Jumlah Pengamat Lembar
jumlah peserta an pengamatan
pesertadidik didik
yang aktif yang aktif
diskusi diskusi
Peningkatan Rekaman Rekaman Smart phone
gairah belajar Expresi video dan
siswa foto
Peningkatan Skor Survey Semantic
respon positif respon differential
terhadap siswa
pembelajaran terhadap
mata
pelajaran
Motivasi Peningkatan Skor Survey Angket
belajar motivasi motivasi motivasi
belajar belajar
Meneraspka Menentukan Skor hasil Tes Soal uraian
n konsep volume ruang tes
volume
ruang
Gerakan Memperaga Skor tes Tes Rubrik
shalat kan gerakan praktek penilaian
shalat (kinerja) praktik gerakan
shalat
Kemampua Melakukan Skor tes Tes Rubrik
n dribbling praktik penilaian
melakukan tepat sasaran dribbling
dribbling
pada
permainan
basket ball

Melalui proses pemetaan tersebut Anda dipandu untuk berpikir


secara sistematis bagaimana menentukan teknik dan instrumen
pengumpul data. Langkah sangat penting yang sering terlewat
adalah merumuskan indikator dari variabel yang mau diukur. Apabila
langkah tersebut terlewat maka akan sulit menentukan macam data
yang harus dikumpulkan. Oleh karena itu Anda harus mencoba
mengurai variabel kedalam indikator-indikator substansial.
Cara menuliskan bagin metode penelitian dalam proposal
harus singkat namun jelas, disertai dengan argumentasi pemilihan.
Apabila ingin lebih singkat maka lebih baik disajikan dalam bentuk
tabel seperti di atas, kemudian diberi argumentasi pemilihan teknik
dan instrumen. Mari kita lihat contoh penulisan metode penelitian
untuk PTK dengan variabel berikut.
1. Prosedur yang tepat dalam menenerapkan metode pertanyaan
berpola 5W + 1H.
2. Kemampuan menangkap informasi rinci dari teks.
3. Perubahan aktifitas belajar siswa.
Dalam penelitian ini akan diukur 3 variabel yaitu prosedur
menerapkan metode pertanyaan berpola 5W + 1H, kemampuan
menangkap informasi rinci dari teks, dan perubahan aktifitas belajar siswa.
Untuk memperoleh data mengenai variable tersebut akan digunakan teknik
dan instrument pengumpul data sebagai berikut.

Tabel 4 Contoh tabel penentuan instrumen penelitian

VARIABEL INDIKATOR DATA TEKNIK INSTRUMEN


Prosedur Tersusunnya Catatan Pengamata Field note,
penerapan prosedur penerapan n, jurnal kegiatan
metode penerapan dan hasil wawancara, pembelajaran,
pertanyaan metode 5W + refleksi catatan catatan
berpola 5W 1H yang lebih metode 5W lapangan, lapangan,
+ 1H baik + 1H rekaman kamera
Kemampua Menangkap Skor tes Tes Soal pilihan
n informasi rinci kemampuan ganda dan
menangkap dari teks. menangkap isian.
informasi informasi
rinci dari rinci dari
teks teks.
Perubahan Peningkatan Rekaman Pengamata Tabel
aktifitas frekuensi aktifitas n, pengamatan,
belajar bertanya, belajar wawancara, pertanyaan
siswa menjawab, siswa reklaman wawancara,
mengusulkan video, foto, kamera, jurnal
, hasil kegiatan kelas
berpartisipasi diskusi,
dalam diskusi

Seperti yang dijelaskan oleh para peneliti tindakan, karena penelitian


tindakan bersifat refleksit (Mills, 2000: 65) maka dalam penelitian tindakan
lebih banyak digunakan data deskriptif dan naratif. Untuk pengumpulan
data variabel pertama akan lebih banyak dilakukan pengamatan oleh para
observer. Hasil pengamatan berbentuk catatan lapangan (field note) dari
guru peneliti dan observer yang menggambarkan fenomena yang terjadi
sebagai dampak dari penerapan tindakan. Untuk menambah data akan
dilakukan rekaman kegiatan dalam bentuk video dan foto yang dapat
dianalisis. Selain itu diperlukan refleksi dari guru peneliti mengenai
pelaksanakan metode. Oleh karena itu guru peneliti juga akan membuat
jurnal haria.
Untuk mengukur variabel 2 akan digunakan teknik tes untuk uji
membaca komprehensif dengan instrumen soal pilihan ganda.

Deskripsi mengenai argumentasi pemilihan sebaiknya mencantumkan


referensi, namun disusun secara singkat namun padat.

Anda mungkin juga menyukai