Anda di halaman 1dari 61

PENENTUAN EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL

DAUN PETIKAN KEBO (Euphorbia hirta L.) PADA TIKUS


PUTIH BETINA DENGAN METODE UDEMA BUATAN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Pendidikan Diploma III Farmasi

Oleh

RINI WULANDARI
1610121221239

AKADEMI FARMASI DWI FARMA


BUKITTINGGI
2019
Akademi Farmasi
Dwi Farma Bukittinggi
Karya Tulis Ilmiah, Agustus 2019

RINI WULANDARI

ABSTRAK

Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul


PENENTUAN EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN
PETIKAN KEBO (Euphorbia hirta L.) PADA TIKUS PUTIH BETINA
DENGAN METODA UDEMA BUATAN

vi + 28 halaman + daftar kepustakaan + lampiran

Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan


yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia atau zat-zat mikrobiologi yang
merusak. Tanaman petikan kebo memiliki kandungan flavonoid yang tinggi yang
dapat digunakan sebagai agen antioksidan dan antiinflamasi. Telah dilakukan
penelitian ini tentang Penentuan Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun
Petikan Kebo (Euphorbia hirta L.) Pada Tikus Putih Betina Dengan Metoda
Udema Buatan. penelitain ini digunakan penginduksi karagenin 1% sebanyak 0,2
ml sebagai agen antiinflamasi terhadap udema pada telapak kaki tikus secara
subcutan. Parameter yang diamati adalah penurunannya volume udema setelah
pemberian zat uji, dengan dosis 26 mg, 52 mg, dan 104 mg. Hasil penelitian yang
menunjukan efek anti inflamasi ekstrak etanol daun petikan kebo pada dosis 26
mg/5ml memiliki kekuatan 32,3%, dosis 52 mg/5ml memiliki kekuatan 78,48 %, dan
dosis 104 mg/5ml memiliki kekuatan 91,46% dibandingkan terhadap obat

Kata kunci: Antiinflamasi, Tanaman Petikan Kebo (Euphorbia hirta L.)

Daftar Kepustakaan 27 (1965-2016)

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan Karya Tulis Ilmiah

ini dengan judul “ PENENTUAN EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN

PETIKAN KEBO (Euphorbia hirta L.) PADA TIKUS PUTIH BETINA

DENGAN METODA UDEMA BUATAN ”. Merupakan anugerah yang tidak

ternilai penulis bisa memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya

Farmasi (Amd. Farm) di Akademi Farmasi Dwi Farma Bukittinggi. Banyak

rintangan dan masalah dalam setiap saat yang dihadapi penulis dari awal hingga

akhir penyusunan karya tulis ilmiah ini. Berkat bimbingan, bantuan, dukungan dan

doa yang tulus dari berbagai pihak yang diberikan secara langsung ataupun tidak

langsung kepada penulis, akhirnya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat

diselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. ‘Ainun Naim, M.Farm, Apt selaku Direktur Akademi Farmasi Dwi

Farma Bukittinggi yang telah member masukan, petunjuk dan bimbingan selama

penelitian dan penulisan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah.

2. Ibu Mevy Trisna S.Si M. Farm. Apt. selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan masukan, motivasi, nasehat, serta pengarahan dan

telah meluangkan tenaga, fikiran dan waktu selama penelitian dan

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dengan penuh kesabaran.

iv
3. Bapak Budi Setiawan M. Farm. Apt. sebagai dosen pembimbing II yang telah

memberikan memberikan arahan dan masukan, mau meluangkan waktu

tenaga, dan fikiran selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

4. Bapak dan Ibu Dosen beserta Karyawan/i Akademi Farmasi Dwi Farma

Bukittinggi yang telah member masukan dalam penelitian dan penulisan

Karya Tulis Ilmiah.

5. Seluruh teman – teman angkatan 2016 yang tidak dapat disebutkan satu

persatu, yang telah memberikan bantuan, semangat dorongan dan masukan

untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah, amin.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat

kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah in imemberikan

manfaat bagi kita semua.

Bukittinggi, Agustus 2019

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR iv
ABSTRAK vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR LAMPIRAN ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Perumusan Masalah 3

1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Manfaat Penelitian 4

II. TINJUAN PUSTAKA 5

2.1 Tinjauan Botani Tanaman Petikan kebo (Euphorbia hitra L.) 5

2.1.1 Klasifikasi Tamanan Petikan Kebo (Euphorbia hitra L.) 5

2.1.2 Morfologi Tanamana Petikan Kebo (Euphorbia hitra L.) 6

2.2 Ekstrak 6

2.2.1 Metode Ekstraksi 7

2.3 Larutan Garam Fisiologis (Nacl Fisiologis 0,9%) 8

2.4 Inflamasi 9

2.4.1 Pengertian Inflamasi 9

2.4.2 Mekanisme Inflamasi 11

2.5 Obat-Obat Antiinflamasi Nonsteroid 12

2.5.1 Diklofenak Kalium 13

2.6 Carboxyl Methyl Cellulosa (Cmc) 13

2.7 Jenis-Jenis Penginduksi Udema 14

2.7.1 Karagenin 14

vii
2.7.2 Putih Telur 15

2.8 Hewan Percobaan 15

2.8.1 Klasifikasi Tikus 15

2.8.2 Morfologi Tikus 16

2.9 Metoda Uji Antiinflamasi 16

2.9.1 Metoda Udema 16

2.10. Pletismometer 17

2.11. Hipotesa 17

III. METODOLOGI PENELITIAN 18

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitain 18

3.2 Alat Dan Bahan 18

3.2.1 Alat 18

3.2.2 Bahan 18

3.3 Teknik Pengumpulan Data 19

3.3.1 Pengambilan Sampel 19

3.3.2 Pembuatan Ekstrak 19

3.3.3 Perhitungan Dosis Ekstrak Daun Petikan Kebo 20

3.3.4 Perhitungan Zat Uji 20

3.3.5 Perhitungan Larutan Kalium Diklofenak 21

3.3.6 Persiapan Hewan Uji 22

3.3.7 Pembuatan Larutan Karagenin 1% 22

3.3.8 Pembuatan Konsentrasi Zat Uji 23

3.3.9 Pembuatan Larutan Dilofenak Kalium 23

3.3.10 Pengujian Antiinflamasi 23

3.4 Teknik Analisa Data 24

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25

viii
4.1 Hasil 25

4.2 Pembahasan 25

V KESIMPULAN DAN SARAN 28

5.1 Kesimpulan 28

5.2 Saran 28

DAFTAR KEPUSTAKAAN 29

LAMPIRAN

viii
viii
viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Skema Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Petikan Kebo 31

2. Skema Pengujian Efek Anti Inflamasi Terhadap Telapak Kaki Tikus Putih Betina 32

3. Volume Rata-rata Udem Telapak Kaki Tikus Putih Betina 33

4. Grafik Volume Rata-rata Udem Telapak Kaki Tikus Putih Betina 34

5. Persentase Volume Rata-rata Udem Telapak Kaki Tikus Putih Betina 35

6. Grafik Persentase Volume Rata-rata Udem Telapak Kaki Tikus Putih Betina 36

7. Persentase Inhibisi Rata-rata Telapak Kaki Tikus Putih Betina 37

8. Grafik Persentase Inhibisi Rata-rata Telapak Kaki Tikus Putih Betina 38

9. Persentase Kekuatan Efek Larutan Uji Terhadap Obat 39

10. Perhitungan Statistik Uji Normalitas Data ( Smirnov ) 40

11. Perhitungan Statistik Uji Homogenitas Data ( Barlett ) 42

12. Perhitungan Statistik Uji Anava Satu Arah 44

13. Gambar Daun Petikan Kebo (Euphorbia hirta L.) 47

ix
DAFTAR GAMBAR

Lampiran Halaman

1. Grafik Volume Rata-Rata Telapak Kaki Tikus Putih Betina 34

2. Grafik Persentase Volume Rata-Rata Udem Telapak Kaki Tikus Putih Betina 36

3. Grafik Persentase Inhibisi Telapak Kaki Tikus Putih Betina 38

4. Gambar Daun Petikan Kebo (Euphorbia hirta L.) 47

ix
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Inflamasi merupakan penyakit yang banyak di derita masyarakat di dunia menurut

data WH0 (World Healty Organization) menunjukan prevalensi penderita radang atau

inflamasi sendi diseluruh dunia sekitar 11.9 juta jiwa. Dinegara dengan pendapatan tinggi

prevelansi radang sendi atau inflamasi sekitar 1,3 juta jiwa. Untuk negara berpendapatan

rendah sekitar 5.9 juta jiwa. di Asia Tenggara terdapat 4.4 juta jiwa yang menderita radang

sendi atau inflamasi [1]. Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka

jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia atau zat-zat mikrobiologi yang

merusak. Pengobatan inflamasi atau radang banyak menggunakan bahan yang

mengandung bahan kimia seperti obat antiinflamasi baik golongan steroid maupun non

steroid. Penggunaan obat-obat antiinflamasi tersebut telah dilaporkan menimbulkan efek

samping yang cukup harus diperhatikan diantaranya gangguan saluran pencernaan, ginjal,

tukak lambung dan fungsi trombosit. Pengobatan pasien dengan antiinflamasi pada

umumnya untuk memperlambat dan membatasi proses kerusakan jaringan yang terjadi

pada daerah inflamasi [2]. Oleh karena itu penggunaan tanaman obat dengan khasiat

antiinflamasi perlu dilakukan untuk menemukan alternatife pengobatan dengan efek

samping yang relatife kecil.

Salah satu tanamannya adalah tanaman petikan kebo (Euphorbia hirta L.),

beberapa penelitian telah dilakukan terhadap petikan kebo (Euphorbia hirta L.) terkait

senyawa kimia yang terkandung yang telah dilakukan oleh karina karim, dkk 2015 yakni

dengan cara mengekstraksi daun petikan kebo dimana biasanya tanaman ini digunakan

sebagai obat herbal tradisional kerena kandungan senyawa aktif yang didalamnya [3].

1
2

Senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman petikan kebo antara lain senyawa

folifenol (seperti asam gallat), flavonoid quersetin, asam-asam organic palmitat dan oleat,

asam linoleat, terpenoid eufosterol, tarakserol, tarakseron, tannin, mycricyl alcohol,

triterpenoid eufol, friedlin, β-amyrin, β-sitosterol, β-eufol, tirukalol, eufosteron,

hentriacontane, dan elagic acid. yang mempunyai potensi untuk mengobati radang

tenggorokan, asma, disentri, diare, radang kelenjer susu.[4].

Petikan kebo (Euphorbia hirta L.) mempunyai rasa pahit, asam, dan bersifat dingin,

beberapa bahan kimia yang terkandung dalam petikan kebo (Euphorbia hirta L.) tersebut

dapat menimbulkan efek farmakologis diantaranya antiradang (antiinflamasi), peluruh seni

dan penghilang gatal. Untuk radang kelenjer susu, cuci bersih 30 gram daun petikan kebo,

lalu rebus dengan 3 gelas air ( 600 ml ) sampai mencapai 1 ½ gelas atau (300 ml). [5]

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian terkait ekstrak etanol pada daun petikan kebo sebagai antiinflamasi.
3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan di

teliti adalah :

a. Apakah ekstrak etanol daun petikan kebo (Euphorbia hirta L.) memilki efek

penurunan inflamasi pada tikus putih betina?

b. Berapa kekuatan efek ekstrak etanol daun petikan kebo (Euphorbia hirta L.) pada

proses penyembuhan sebagai anti inflamasi dibandingkan dengan obat diklofenak

kalium?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Memperoleh informasi mengenai manfaat ekstrak etanol daun petikan kebo

(Euphorbia hirta L.) sebagai antiinflamasi

2. Tujuan khusus

a. Membuktikan bahwa ekstrak etanol daun petikan kebo (Euphorbia hirta L.)

memberikan efek terhadap penurunan inflamasi akibat injeksi karagenin 1%

pada udema kaki belakang tikus.

b. Menentukan kekuatan efek etanol daun petikan kebo (Euphorbia hirta L.) pada

proses penyembuhan sebagai antiinflamasi dibandingkan dengan obat

diklofenak kalium
4

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu kefarmasian

tentang ekstrak etanol daun petikan kebo (Euphorbia hirta L.) yang bermanfaat

sebagai antiinflamasi

2. Manfaat praktis

Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai efek

antiinflamasi ekstrak etanol daun petikan kebo (Euphorbia hirta L.) pada tikus

putih betina

3. Manfaat untuk masyarakat

Penelitian ini diharapkan sebagai informasi kepada masyarakat bahwa daun petikan

kebo (Euphorbia hirta L.) memiliki efek sebagai antiinflamasi

.
5

II. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Klasifikasi dan Morfologi

3.1.1 Klasifikasi Petikan Kebo (Euphobia hirtaL.)

Sinonim : Euphobia pilulifera L,.

Klasifikasi

Devisi : Spermatophyte

Sub devisi : Angiospermae

Kelas : Dicolyledonae

Bangsa : Euphorbiales

Suku : Auphorbiaceae

Marga : Euphorbia

Jenis : Euporhorbia hitra L,.

Nama umum/ dagang : Petikan kebo

Nama daerah :

Sumatera : Daun Biji Kacang

Jawa : Nanangkaan (Sunda), Gendong Anak (Jakarta), Petikan

Kebo (Jawa), Kaksekakan (Madura).

Maluku : Sosonongan (Halmahera), Isi Maibi (Ternate), Isu Git

(Tidore).
6

Khasiat : Radang tenggorokan, asma, disentri, diare, radang kelenjer

susu.

Kandungan kimia : folifenol,flavonoid quersetin, asam-asam organic palmitat

dan oleat, asam linoleat, terpenoid eufosterol, tarakserol, tarakseron, tannin,

mycricyl alcohol, triterpenoid eufol, friedlin, β-amyrin, β-sitosterol, β-eufol,

tirukalol, eufosteron, hentriacontane, dan elagic acid [5].

2.1.2 Morfologi Tanaman Petikan Kebo (Euphobia hirta L.)

Petikan kebo merupakan tanaman liar yang sering hidup dipadang rumput, tepi

sungai dan disemak-semak petikan kebo herba 1 tahun tinggi kurang lebih 50 cm memiliki

Batang yang lunak, beruas, penampakan bulat, berbulu, bergetah putih, hijau kecoklatan,

juga memiliki Daun tunggal, berhadapan, lanset, pangkal dan ujung runcing, tepi bergerigi,

permukaan atas dan bawah berbulu, pertulangan menyirip, panjang 5-5,5 mm, tangkai

panjang 2-4 mm, lebar 0,7-1 mm, hijau keunguan.tidak hanya memiliki daun dan batang

petikan kebo juga memiliki bunga yang majemuk, tumbuh di ketiak daun, kelopak bentuk

cawan, berwarna ungu kehijauan, dan makhota panjang kurang lebih 1 mm, berambut,

hijau kemerahan, buah yangkotak, hijau kemerahan, biji kecil, coklat. [5].

2.2 Ekstrak

Ekstrak adalah zat yang dihasilkan dengan cara mengekstraksi senyawa aktif dari

simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua

atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa yang tersisa diperlakukan sedemikian

hingga memenuhi baku yang ditetapkan.


7

Ekstrak terbagi menjadi 3 macam yaitu:

1. Ekstrak cair

Ekstrak cair adalah ekstrak yang diperoleh dari hasil penyaringan bahan

alam masih mengandung larutan penyari

2. Ekstrak kental

Ekstrak kental adalah ekstrak yang mengalami proses penguapan, dan tidak

mengandung cairan penyari lagi, tetapi konsistensinya tetap cair pada suhu kamar

3. Ekstrak kering

Ekstrak kering adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan dan

tidak mengandung pelarut lagi dan mempunyai konsistensi padat [6].

2.2.1 Metode Ekstraksi

1. Cara dingin

- Maserasi

Maserasi ialah perendaman sampel dengan menggunakan pelarut tertentu yang

dilakukan setiap hari penggojokan dan 3 kali penyaringan selama 9 hari dalam suhu

tertentu, waktu tertentu , terhindar dari cahaya

- Perkolasi

Perkolasi ialah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang

umumnya dilakukan pada temperature ruangan, dengan proses penetesan atau

penampungan ekstrak terus menerus sampai di peroleh ekstrak


8

2. Cara panas

- Refluks

Refluks ialah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya , selama

waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan deangan adanya

pendingin yang baik pengulangan proses residu pertama 3-5 kali

- Soxhletasi

Soxhletasi ialah ekstraksi menggunakan alat khusus sehingga terjadi

ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relative konstan dengan adanya

pendingin baik

- Digesti

Digesti ialah maserasi kinetik dengan temperature yang lebih tinggi

yaitu secara umum 40-50 derajat celcius

- Infus

Infus ialah ekstraksi dengan pelarut air dengan temperature

penangas air mendidih , temperature terukur 96-98 derakat celcius selama

waktu 15-20 menit

- Dekok

Dekok ialahinfus dengan waktu yang lebih lama kurang lebih 30

menit dan temperature sampai titik didih air

3. Destilasi uap

Destilasi uap merupakan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan

menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontiniusampai sempurna dan

diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran [7].


9

2.3 Larutan Garam Fisiologi (NaCl fisiologi 0,9%)

Larutan garam fisiologi merupakan larutan isotonis yang memiliki banyak

kegunaan dalam bidang medis dan laboratorium, dan umumnya larutan garam fisiologi

memilii kisaran konsentrasi 0,9% (b/v)

kegunaan larutan fisiologi: - menghitung jumlah mikrob

- cairan infus yang digunakan untuk menambah cairan

tubuh yang hilang karena beberapa faktor [8]

2.4 Inflamasi

2.4.1 Pengertian inflamasi

Inflamasi didefenisikan sebagai suatu respon tubuh terhadap rasangan merugikan

oleh antibody yang merusak secara kimia, fisika, dan biologi reaksi ini disebabkan

olah miroba, fisika, zat kimia, dan lainnya. Inflamasi respon yang dibutuhkan tubuh

untuk mengembalikan keadaan tubuh atau memperbaiki diri sesudah kerusakan [9].

a. Jenis-jenis inflamasi:

1. Inflamasi akut

Inflamasi akut adalah respon yang langsung dari tubuh terhadap

cedera atau kematian sel.

Reaksi radang sebagai berikut :

a) Rubor (kemerahan)

Rubor biasanya merupakan hal pertama yang terlihat dari daerah

peradangan
10

b) Kalor (panas)

Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan

akut. Panas terjadi akibat peradangan padapermukaan tubuh , dalam

keadaan normal yaitupada perubahan suhu di dalam tubuh. Daerah

kulit yang meradang menjadi panas karena daerah yang disalurkan

tubuh permukaan daerah yang terkena lebih banyak dari pada yang

disalurkan ke daerah normal

c) Dolor (dasar sakit)

Dolor merupakan suatu reaksi peradangan yang dapat dihasilkan

denganberbagai cara pembengkakan jaringan yang meradang akan

mengakibatkan peningkatan tekanan local yang dapat menimbulkan

rasa sakit

d) Tumor (pembengkakan)

Tumor adalah pembengkakan terjadi karena adanya reaksi

peradangan sebagian besar adalah cair sepertilepuhan oleh luka

bakar ringan

e) Fungsio laesa (perubahan fungsi)

Fungsio laesa merupakan peradangan yang telah dikenal.Ini mudah

dikenal mengapa bagian nyeri dengan sirkulasi dan lingkungan

kimiawi lokal yang abnormal. [10]


11

2. Inflamasi kronis

Inflamasi kronis adalah suatu reaksi peradangan yang merusak

jaringan yang menetap.Peradangan kronis ini dapat timbul setelah

peradangan akut, seperti luka yang masa penyembuhannya lama atau infeksi

yang sudah sembuh [11].

2.4.2 Mekanisme Inflamasi

Mekanisme radang sangat dipengaruhi oleh senyawa dan mediator yang dihasilkan

asam arakidonat,bilamembran mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan kimia, fisika

ataupun mekanis maka enzim fosfolipase diaktifkan untuk mengubah fosfolipid menjadi

asam arakidonat yang terdapat di dalam membrane sel [2]

Enzim siloksinagenase (COX) mengubah fosfolipid yang ada di membrane sel

menjadi prostaglandin dan tromboksan, enzim cox akan terlihat dalam reaksi ini ada 2 tipe

yaitu COX-1 terdapat di jaringan antara lain pelat-pelat darah, ginjal, dan saluran cerna

bersifat pokok dan selalu ada dan terlibat dalam homeostatis dan COX-2 dalam keadaan

normal COX-2 tidak terlihat dijaringan namun saat terluka atau terinduksi akan terlihat di

sel-sel yang meradang [2].

Liposigenase merupakan enzim yang mengubah asam arakidonat menjadi

leukotrien yang mempunyai efek kemotatik yang kuat terhadap eusinofil, neutrofil, dan

makrofag dan mendorong terjadinya bronkokonstruksi dan perubahan permeabilitas

vaskuler. Pada saat kerusakan jaringan kinin dan histamine di keluarkan sebagai

komplementer dan produk leukosit dan platelet lain. Stimulasi membrane neurofil

menghasilkan oxygen free radicals, anion superoksid dibentuk oleh reduksi oksigen

molekuler yang dapat memacu produksi molekul lain yang reaktif sperti hydrogen
12

peroksida dan hydroxyl radicals interaksi substansi-substansi ini dengan asam arakidonat

muncul substansi kemoktaktik yang menyebabkan memperlambat proses inflamasi [12]

2.5 Obat-Obat Antiinflamasi Nonsteroid

Golongan Non Steroid memiliki tempat kerja utama adalah enzim COX

(Siklooksigenase) yang mengatalisis konvensi asam arakidonat menjadi prostaglandin dan

endoperoksida. Prostaglandin memodulasi komponen-komponen temperature tubuh,

transmisi nyeri, agregasi platelet, dan efek-efek lain. Senyawa-senyawa ini tidak disimpan

oleh sel, tetapi disintesis dan dilepaskan sesuai kebutuhan , semua NSAID mempunyai

efek analgetik, antipretik,dan antiinflamasi. NSAID digunakan untuk mengobati nyeri

sedang,demam, tendinitid, luka bakar matahari, artritis reumatoid dan osteoarthritis

NSAID lama (nonspesifik) juga mempunyai efek antitrombotik, efek yang dirugikan dari

NSAID yakni yang paling sering luka pada gastrointestinal dan ginjal contoh obat nya

ibuprofen, diklofenak natrium, dilofenak kalium, ketoprofen, meloksikam, fenoprofen,

tenoksikacam dan lainnya

inhibitor COX-2 dua isoform enzim COX telah diidentifikasi. COX-1

diekspresikan secara terus menerus di dalam otak dan ginjal serta dinduksi pada tempat

yang mengalami inflamasi dengan sebagian besar jaringan dan dianggap melindungi

mukosa lambung. COX-1 terdapat pada platelet,tetapi COX-2 tidak NSAID lama

memblok kedua isoform COX. Secara teoritis, inhibitor COX-2 spesifik bersifat sebagai

antiinflamasi tanpa membahayakan saluran GI atau mengubah fungsi platelet.

Semua inhibitor COX-2 diberi nama dengan akhiran “koksib”. Inhibitor ini

mencakup selekoksib, etorikoksib, rofekoksib, dan valdekoksib [13].


13

2.5.2 Diklofenak Kalium

Diklofenak kalium immite release dengan kekuatan 50 mg disetiap tabletnya,

kalium diklofenak merupakan turunan asam benzenasetat yang termasuk dalam golongan

antiinflamasi non steroid (NSAID). Tablet diklofenak kalium merupakan sedian tanpa salut

sehingga bersifat dispersible [14].

Tablet diklofenak kalium termasuk NSAID yang terkuat daya anti radangnya dan

efek samping nya rendah dibanding obat kuat lainnya (indometasin dan piroxicam). Obat

ini adalah penghambat sikloosigenase yang relative non selektif kuat dan tidak mengurangi

bioavaiabilitas asam arakidonat [15].

Absorbsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap yang terikat

99% pada protein plasma dan mengalami efek lintas awal (first-pass) sebesar 40-50%

walaupun waktu paruh 1-3 jam dikloenak diakumulasi dicairan sinovial yang menjelaskan

efek terapi di sendi yang jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut efek samping

yang lazim ialah mual, gastritis, eritema kulit, dan sakit kepala dosis dewasa 100-150 mg

sehari terbagi dua atau tiga dosis[16].

2.6 Carboxyl Methyl Cellulose (CMC)

CMC memiliki bagian komposisi minuman yakni berperan sebagai pengental,

mudah larut dalam air panas, membentuk larutan kental yang digunakan sebagai

pensuspensi. CMC ditujukan untuk pemakaian eksternal, oral, dan parenteral.Aktifitas

optimum diperoleh bila gom dimasukan didalam larutan jernih dapat dibuat dengan

mengaduk air, sementara serbuk kering ditambahkan secara perlahan-lahan.Semakin cepat

pengadukan maka semakin cepat larutan terbentuk. Penggunaan CMC 0,5-1% dari larutan

yang akan dibuat, air untuk CMC nya 20 kali jumlah CMC yang digunakan [17].
14

2.7 Jenis-Jenis Zat Penginduksi Udema.

2.7.1 Karagenin

Karagenin atau sering disebut caragenan, caraghenetas, chondrus moss ekstrak.

Karagen merupakan ekstrak kering ganggang berwarna merah yang merupaka spesies

chondrus crispus yang merupakan molekul besar galatan yang digunakan sebagai

penginduksi udem mencit uji antiinflamasi [18].

Karagenin merupakan mukopolisakarida yang di susun oleh monomer unit

galaktosa sulfat yang mampu menginduksi inflamasi yang bersifat akut dapat diamati

dengan baik dengan reprodubilitas tinggi [18]

Keuntungan dari karagenin sebagai penginduksi ialah tidak meninggalkan bekas ,

tidak menimbulkaan kerusakan jaringan dan memberikan respon yang lebih baik terhadap

obat antiinflamasi dibanding senyawa iritan lainnya [19].

Pada umumnya penginduksi inflamasi ialah karagenin 1% dalam NaCl fisiologis

0,9% b/v pada tikus sebesar 0,1 ml dan pada mencit sebanyak 0,5 ml. karagenin memiliki

2 fase yakni fase awal berakhir setelah 60 menit dengan ditandai pelepasan histamine,

serotonin dan bradikinin. Dan fase akhir terjadi antara 60 menit setelah injeksi dan berakhir

setelah 3 jam, fase akhir ini dihubungkan dengan pelepasan prostaglandin dan neurofil

yang menghasilkan radikal bebas seperti hydrogen peroksida, superoksida dan radikal

hidroksil [20].

Zat yang memicu terjadinya udema yakni : minyak biji sawi 0,5%, dextran 1%,

putih telur segar , serotonin keratinin sulfat, lamda karagenin 1% yang diinduksikan pada

telapak kaki tikus, karagenin mempunyai 3 jenis yakni karagenin lamda, karagenin iota,
15

dan karagenin kappa dan yang dipakai dalam penelitian ini ialah karagenin lamda karena

mampu menginduksi dengan cepat karena memiliki bentuk seperti gel yang baik dan tidak

keras [21].

2.7.2 Putih Telur

Putih telur atau albumen merupakan bagian telur yang berbentuk gel, mengandung

air dan terdiri atas empat fraksi yang berbeda kekentalan nya.Putih telur terdiri atas tiga

lapisan yang berbeda, yaitu lapisan tipis putih telur bagian dalam (30%), lapisan tebal putih

telur (50%), lapisan putih telur luar (20%).Adapun kandungan yang terdapat didalam telur

adalah, protein, lemak, vitamin dam mineral yang cukup lengkap. Putih telur atau

ovalbumin juga bisa digunakan sebagai peninduksi udema untuk penelitian antiinflamasi,

konsentarasi 5% sebanayak 0,5 ml [21].

2.8 Klasifikasi Tikus

2.8.1 Klasifikasi Tikus:

Kindom : Animalia

Filum : Chordate

Subfilum : Vetebrata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Subfamily : Murinae
16

Genus : Rattus

Spesies : Rattus Norvegicus[22]

2.8.2 Morfologi Tikus

Tikus putih yang digunakan untuk percobaan laboratorium yang dikenal ada tiga

macam galur yakni Sprague dawley, long evans, dan wistar. Tikus putih memiliki sifat

yang menguntungkan sebagai hewan uji penelitian diantara nya perkembangbiakan cepat,

memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari mencit, mudah dipelihara dalam jumlah yang

banyak. Tikus putih memilki ciri-ciri morfologis seperti albino,badan kecil, dan ekor lebih

panjang dari badannya, pertumbuhan cepat, temperamentnya baik, kemampuan laktasi

tinggi, dan tahap terhadap arsenik tiroksid [22].

2.9 Metoda Uji Antiinflamasi

2.9.1 Metode udema

Pada penelitian ini metode yang akan diujikan kepada hewan coba adalah dengan

cara membuat udema buatan yang diinduksi kan oleh injeksi karagenin 1% pada telapak

kaki belakang tikus didasarkan pada pengukuran volume yang terbentuk dari udem buatan

pada telapak kaki tikus belakang yang diinduksi oleh zat penyebab radang [23] .

Volume udema diukur sebelum atau sesudah pemberian zat penyebab radang ,

iritan bisa digunakan unuk sebagai zat peninduksi antara lan ialah : karagenin, formalin,

dan putih telur [24]


17

2.10 Pletismometer

Pletismometer adalah suatu alat yang digunakan untukmengukur volume udem.

Prinsip kerja dari alat ini yaitu berdasarkan pengukuran volume cairan karena pencelupan

organ yang diukur derajat inflamasinya kedalam cairan air raksa yang berdasarkan hukum

Archimedes yakni jika suatu benda dicelupkan kedalam suatu zat, maka benda itu akan

mendapat tekanan keatas sama besarnya dengan berat zat cair [25].

Jika suatu benda dicelupkan ke dalam air raksa, maka cairan dalam pipa kapiler

naik, kenaikan ini dinyatakan sebagai volume benda yang dibaca skala [25].

2.11 Hipotesa

Adapun hipotesa dari penelitian ini adalah “ekstrak etanol daun petikan kebo

mempunyai efek antiinflamasi dan kekuatan efeknya lebih rendah dibandingkan diklofenak

kalium”
18

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Peneitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai april 2019 di

Labolatorium Fitokimia, dan Laboratorium Farmakologi Akademi Farmasi Dwi

Farma Bukittinggi.

3.2 Alat dan bahan

3.2.1 Alat

Neraca analitik, Spuit injeksi oral, lumpang, stamfer, Alat-alat gelas (beaker

glass, pengaduk, gelas ukur dan labu ukur, erlemeyer merk pyrex), Alat-alat ekstrak

( botol maserasi, pemanas, kondensor, labu destilasi,).

3.2.2 Bahan

1. Hewan uji

Hewan uji yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih betina

yang sehat dan dengan berat 150-300 gram.

2. Bahan uji

a. Bahan uji yang digunakan adalah herba petikan kebo.

b. Karagenin 1% sebagai agen inflamasi yang di peroleh di laboratorium Universitas

UNAND Padang, Sumatera Barat

c. Tablet Diklofenak Kalium yang mengandung Kalium Diklofenak 50mg sebagai

kontrol positif diperoleh dari Apotik Bukittinggi.


19

d. NaCl fisisologi 0,9% sebagai pelarut karagenin diperoleh dari apotek Bukittinggi,

Sumatera Barat

e. Aquadest sebagai kontrol negatif yang diperoleh dari Labolatorium Akademi

Famasi Dwi Farma Bukittinggi, Sumatera Barat

f. CMC sebagai pensuspensi kontrol positif diperoleh Akademi Farmasi Dwi Farma

Bukittingi, Sumatera Barat.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah herba petikan kebo yang

diambil secara Simple Random Sampling di kota Solok provinsi Sumatera Barat

3.3.2 Pembuatan Ekstrak

Pada pembuatan ekstrak daun petikan kebo digunakan metode cara dingin

maserasi dan menggunakan etanol 96% sebagai pelarut. Pertama sampel di cuci

bersih lalu dikering anginkan, dan sampel dirajang kecil-kecil, lalu ditimbang

sebanyak 100 gram.

Simplisia yang sudah ditimbang kemudian dimaserasi dengan pelarut etanol

96% hingga sampel terendam. Digojok setiap hari sebanyak sekali, Pelarut

diganti setiap 3 hari sekali, hasil maserasi disaring hingga di peroleh filtrat

proses maserasi hingga larutan mendekati tidak berwarna

Fitrat yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator

sampai memperoleh ekstrak kental.Ekstrak kental yang dihasilkan kemudian

ditimbang dan dicatat beratnya.


20

3.3.3Perhitungan Dosis Ekstrak Daun Petikan Kebo

Jumlah sampel = 100 gram

Pemakaian masyarakat = 30 gram

Hasil ekstrak yang diperoleh = 9,8138 gram

Rendemen ekstrak kental yang diperoleh = 9,8138%

9,8138
Dosis ekstrak untuk manusia = 𝑋 30 𝑔𝑟𝑎𝑚
100

= 2,94414 gram

Konversi manusia ketikus = 2,94414 gram x 0,018

=0,05299 gram

= 0,052 =52 mg/5ml/ekor

Dosis yang dibuat = 26 mg, 52 mg, 104 mg

3.3.4 Perhitungan Dosis Zat Uji

a. Dosis 104 mg/5ml

maka untuk 100 ml (larutan induk)

100 𝑚𝑙
𝑥 104 𝑚𝑔 = 2080 𝑚𝑔/100𝑚𝑙
5 𝑚𝑙

Timbang bahan ekstrak sebanyak 2080 mg ekstrak sampel,

tambahkan sedikit air gerus hingga larut tambahkan aquadest hingga

100 ml.
21

b. Dosis 52 mg/5ml
30 𝑚𝑙
untuk 30 ml diperlukan 5 𝑚𝑙
𝑥 52 𝑚𝑔 = 312 𝑚𝑔 /30𝑚𝑙

312 𝑚𝑔
dalam 1 ml mengandung = 10,4 𝑚𝑔/𝑚𝑙
30 𝑚𝑙

v1 .c1 = v2 .c2

v . 2080 mg = 30 ml . 10,4 mg

v1 = 15 ml

15 ml dari larutan induk tambahkan aquadest hinggal 30 ml

c. Dosis 26 mg / 5ml
30 𝑚𝑙
Untuk 30 ml diperlukan 𝑥 26 𝑚𝑔 = 156 mg/30 ml
5 𝑚𝑙

156 𝑚𝑔
Dalam 1 ml mengandung = 5,2 𝑚𝑔/𝑚𝑙
30 𝑚𝑙

v1. C1 = v2. C2

v1 . 2080 mg = 30 ml . 5,2 mg

v1 = 7,5 ml

7,5 ml dari larutan induk tambah kan aquadest hingga 30ml

3.3.5 Perhitungan Larutan Kalium Diklofenak

Dosis kalium diklofenak untuk dewasa adalah 100-150 mg dibagi

menjadi 3 dosis. Jadi dosis untuk 1 kali pakai = 33,3-50 mg.

Dosis pemberian 1 ekor tikus adalah :

Dosis pada 1 x pakai = 50 mg

Dosis untuk 1 hari pakai = 3 x 50 mg

= 150 mg
22

Berat 1 tablet = 340 mg

Dosis pada 1 ekor tikus = 150 mg x konversi manusia ke tikus

= 150 mg x 0,018

= 2,7 mg/5ml

50 𝑚𝑙
Maka untuk 50 ml = 𝑥2,7 mg
5 𝑚𝑙

=27 mg/50 ml

0,5
Untuk CMC = 𝑥 50 𝑚𝑙 = 0,25 𝑔𝑟𝑎𝑚
100

=20x0,25= 5gram = 5 ml (air mendidih)

1 tab = kadar 50 mg/tab

27 𝑚𝑔
1 tab gerus halus ambil sebanyak = 50 𝑚𝑔 𝑥 340 𝑚𝑔 = 183,6 𝑚𝑔 = 184 𝑚𝑔

3.3.6 Persiapan Hewan Uji

Hewan yang digunakan tikus putih betina dengan berat 150-300

gram selanjutnya hewan diaklimasi selama 7 hari, lalu hewan

dikelompokkan menjadi 5 kelompok masing-masing kelompok berisi 3

ekor, kemudian Tikus dipuasakan selama 18 jam tetapi tetap diberi minum

3.3.7 Pembuatan Larutan Karagenin 1%

Larutan karagenin 1% digunakan sebagai zat peradang di buat

dengan cara 0.1 gram karagenin dilarutkan dengan NaCl fisiologis 0.9%

hingga volume 10 ml, dikalibrasi botol 10 ml dan kocok homogen.


23

3.3.8 Pembuatan Konsentrasi Zat Uji

1. Konsentrasi 2080 mg/100ml (sebagai larutan induk).

Timbang bahan ekstrak sebanyak 2080 mg ekstrak sampel,

ditambahkan sedikit air gerus hingga larut ditambahkan aquadest

hingga 100 ml.

2. Konsentrasi 312 mg/30ml (pemakaian masyarakat)

15 ml dari larutan induk ditambahkan aquadest hingga 30 ml

3. Konsentrasi 156 mg/30ml (dibawah pemakaian masyarakat)

7,5 ml dari larutan induk ditambahkan aquadest hingga 30 ml

3.3.9 Pembuatan Larutan Diklofenak Kalium

Kalibrasi botol 5 ml, dan 50 ml, CMC 250 mg ditambahkan

air mendidih 5 ml biarkan kembang, gerus halus hingga terbentuk

massa seperti bubur didalam cawan penguap, kemudian

ditambahkan sedikit demi sedikit suspensi CMC ke sediaan kalium

diklofenak sebanyak 184 mg yang ditelah dihaluskan didalam

lumpang, gerus homogen tuangkan kedalam botol kalibrasi

tambahkan aquadest hingga 50 ml kocok homogen.

3.3.10 Pengujian Antiinflamasi

Masing-masing kaki kiri tikus diberi tanda tepat pada lateral maleus

agar pemasukan kaki kedalam cairan air raksa selalu sama, sebelum hewan

diberi zat uji, ukur telapak kaki tikus menggunakan alat pletismometer

sebagai volume awal, tikus kelompok 1 (kontrol normal) diberi aquadest,

tikus kelompok II (kontrol obat) diberi larutan diklofenak kalium sesuai

dosis dan berat badan hewan uji, tikus kelompok uji : kelompok III, IV, dan
24

V di beriekstrak sampel dengan dosis 26 mg, 52 mg, dan 104 mg, satu jam

kemudian tikus semua kelompok di suntikkan larutan karagenin 1%

sebanyak 0,2 ml pada telapak kaki tikus secara subcutan, ukur volume kaki

tikus setiap 1 jam selama 6 jam sebagai volume akhir (Vt), catat data hasil

pengukuran volume udema, buat grafik volume rata-rata udem setiap jam,

hitung persentase udema dan persentase inhibisi udema dengan rumus

𝑉𝑡−𝑉𝑜
% Radang = x 100%
𝑉𝑜
Ket :

Vt = volume kaki tikus pada waktu tertentu

Vo= volume awal kaki tikus

𝑎−𝑏
% Inhibisi Radang = 𝑥 100%
𝑎
Ket :

a = persen radang rata-rata kelompok control

b = persen radang rata-rata kelompok perlakuan

3.4Teknik Analisa Data

Lakukan analisa data terhadap tikus putih jantan yang diolah secara statistic

dengan menggunakan :

Uji normalitas data dengan menggunakan smirnov, uji homogenitas varian

menggunakan barlett, uji analisa varian satu arah (anava), uji T, dilakukan jika

tolak H0 ada anava satu arah


25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data hasil sebagai berikut:

Menggunakan rumus
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑜𝑏𝑎𝑡−𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑧𝑎𝑡 𝑢𝑗𝑖
100% - ( ) 𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑜𝑏𝑎𝑡

84,9−58,49
Dosis 26 mg/5ml = 100% - ( ) 𝑥 100%
84,9

= 100% - 67,7% = 32,3%


84,9−66,63
Dosis 52 mg/5ml = 100% - ( ) 𝑥 100%
84,9

= 100% - 21,52% = 78,48%


84,9−77,65
Dosis 104 mg/5ml = 100% -( 84,9
) 𝑥 100%

= 100% - 8,54% = 91,46%

Keterangan

a. Kekuatan larutan uji dosis 26 mg/5ml adalah 32,3% dibandingkan

terhadap obat kalium diklofenak

b. Kekuatan larutan uji dosis 52 mg/5ml adalah 78,48% dibandingkan

terhadap obat kalium diklofenak

c. Kekuatan larutan uji dosis 104 mg/5ml adalah 91.46% dibandingkan

terhadap obat kalium diklofenak.

4.2. Pembahasan

Pada pengujian ini peneliti menggunakan daun petikan kebo sebagai ramuan obat.

Ekstraksi adalah proses atau cara untuk memperoleh zat aktif dengan menggunakan pelarut

tertentu. Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 96%. Dalam penelitian

tersebut untuk menghasilkan ekstrak kental sampel dimaserasi dilakukan selama 9 hari
26

dalam botol yang berwarna gelap yang terlindung dari cahaya matahari sambil setiap hari

diaduk, kemudian sampel disaring setiap 3 hari sekali. Ampas dimaserasi lagi sebanyak 3

kali. Filtrate diperoleh, diuapkan, dengan cara destilasi vakum menggunakan alat rotary

evaporator agar zat berkhasiat yang terkandung pada sampel tidak hilang, sampai

didapatkan ekstrak kental yang diperlukan, yang nanti nya akan disuntikan pada hewan uji

dengaan cara oral masing-masing sesuai berat badan untuk 3 kelompok tikus dimana

masing-masing kelompok berisi 3 ekor tikus betina.

Pada pengujian antiinflamasi peneliti menggunakan Kalium Diklofenak yang dapat

menghambat inflamasi. Kalium Diklofenak merupakan NSAID yang terkuat daya anti

radangnya dengan efek anti inflamasi, analgetik, dan anti piretik, mula kerja obat didalam

tubuh cepat, sedangkan masa kerja obat lambat dan efek samping yang ditimbulkan lebih

kecil. Kalium Diklofenak bila diberikan secara oral akan cepat diserap oleh tubuh dan lebih

sempurna yang memberikan mula kerja cepat. Dalam penelitian ini. Kalium Diklofenak di

buat dalam bentuk cairan yang diberikan secara oral dengan dosis 2,7mg/5 ml/ekor tikus

berat kurang lebih 200 gram, pada kelompok obat pada jam 2 sampai 5 voume udema nya

menurun karena obat yang diberikan dapat menurunkan inflamasi (bengkak) atau udema

Pada pengujian efek anti inflamasi ini digunakan metode udema buatan pada

telapak kaki kiri tikus putih betina. Pada penelitian ini, udema dibuat dengan cara

menginduksikan karagenin 1% sebanyak 0.2 ml secara subcutan pada telapak kaki kiri

tikus betina. Penulis menggunakan karagenin sebagai penginduksi karena kerja karagenin

lebih cepat dan tidak menimbulkan iritasi dari peinduksi lain.

Sebelum dilakukan pengujian hewan uji tersebut diaklimasi selama kurang lebih 7

hari, supaya hewan uji dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan

sehingga mempermudah penanganan ada saat dilakukan pengujian. Hewan uji dipuasakan
27

terlebih dahulu selama 18 jam dengan tujuan agar semua zat makanan yang ada didalam

tubuh hewan uji tersebut benar-benar tidak ada sehingga obat lebih mudah menyerap

mengalir kedalam darah dan cepat bereaksi. Sebelum hewan diuji terlebih dahulu ukur

volume kaki awal tikus menggunakan alat pletismometer sebagai volume awal kaki hewan,

kemudian hewan uji tersebut yang telah dikelompokkan diberikan aquadest, larutan

Kalium Diklofenak, dan ramuan sampel yang terdiri dari zat 1 (26mg/5ml), zat 2

(52mg/5ml), zat uji 3 (104mg/5ml), masing-masing diberikan secara oral sesuai dengan

kelompok hewan uji yang telah dibagi-bagi dan 1 jam kemudian disuntikan karagenin 1%

sebanyak 0.2 ml. ukur volume telapak kaki tikus betina dengan alat pletismometer setiap 1

jam selama 6 jam sebagai volume akhir, dengan tujuan untuk melihat perubahan udema

pada masing-masing telapak kaki kiri tikus betina tersebut,pengukuran volume telapak

kaki tikus selama 6 jam. Pada kelompok obat dari jam 1 sampai 4 mengalami penurunan

sedangkan jam ke 5-6 mengalami kenaikan dikarenakan lama efek obat hanya sampai jam

ke 5. Sedangkan kelompok normal pada jam ke 2 sampai 6 mengalami kenaikan pada

volume udemanya dikarenakan kelompok normal diberi peinduksi karagen tetapi tidak

diberi obat melainkan diberi aquadest sehingga volume tetap naik pada jam ke 2 sampai 5.

Dalam pengolahan data diperoleh bahwa ekstrak daun petikan kebo berkhasiat

sebagai anti inflamasi. Dari perhitungan statistik didapat data distribusi normal dan

mempunyai variansi homogen. Dapat disimpulkan bahwa F hitung (2,4140)<F table (4,07)

yang menjelaskan bahwa dari ketiga konsentrasi zat uji tidak terdapat perbedaan yang

signifikan.
28

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan selama kurang lebih 2 hari pengujian, ditambah 7

hari proses aklimasi, dan kurang lebih 18 jam telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa

ekstrak daun petikan kebo yaitu 26 mg/5ml, 52 mg/5ml, dan 104 mg/5ml berkhasiat

sebagai antiinflamasi. Dari perhitungan statistik ketiga konsentrasi larutan uji ektrak daun

petikan kebo tersebut tidak terdapat perbedaan efek yang signifikan.

5.2. Saran

Disarankan pada peneliti untuk melakukan penelitianPengaruh EfekAntiinflamasi

Topical Ekstrak Etanol Daun Petikan Kebo (Euphorbia hirta L.) Terhadap Tikus Putih

Jantan.
29

DAFTAR PUSTAKA
1. WHO.2004.DiseaseIncidence,PrevalenceandDisability.www.who.int/entity/health
info/global_burden_disease/GBD_report_2004update_part3.pdf. Diakses tanggal
16 April 2012
2. Tjay, T. H. & K. Rahardja. 2007. Obat-obat Penting. PT Elek Media Komputindo,
Jakarta. Hal 330-332, 327-328
3. Salim, karim, J.R, Minarni, S. M, sri. (2015). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Daun Petikan Kebo (Euphorbia hirta L,.). jurnal akademi kimia, universitas
tadulako 4(2), 2302-6030
4. Sugiarto, A & P,D Tinton, 2008. Buku pintar tanaman obat. PT Agromedia
Pustaka, Tangerang. Hal 195-196.
5. Hariana, arief., 2008 , buku tanaman obat dan khasiatnya seri 2 . PT Penebar
Swadaya .Bogor , Indonesia . hal 170-171.
6. Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
7. Dirjen POM RI, 2000. Parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat edisi I
.direktorat pengawasan makanan dan obat tradisional . Jakarta. Hal 10-15
8. Wattimena, Dra J.R M.Sc dan Gwan Drs. Tan Siang. 1968. Dasar-dasar
Pembuatan Obat Suntik Dan Resep-resep Obat Suntik. Bandung
9. Goodman and Gilman.2006.The Pharmacological Basis of Therapeutics Eleventh
Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc: United States Of America
10. Price, Sylvia. A, Lorraine, M. Wilson. (1995) . Buku 1 Patofisiologi “Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit” , edisi : 4. Jakarta : EGC. .
11. Corwin, J.E. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta:
EGC.
12. Wibowo, S., dan Gofir, A., 2001, Farmakoterapi Dalam Neurologi Edisi Pertama,
Salemba Medika, Jakarta
13. Stringer, J.L , 2009 . Buku konsep dasar Farmakologi , buku kedokteran . Jakarta .
14. Novantis, 2009 , Cataflam (Diklofenak Potassium Immediate Relase Tablet)
www.pharma.us.novantis.com/product/pi/pdf/Cataflam.pdf diakses tanggal 9
november 2018
30

15. Gunawan, T., 2010 , Analgesik-Antiinflamasi Sari Buah Nanas (Ananas comosus
L.) Pada Mencit Putih Betina, skripsi , Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.

16. Reynolds, 1982, Unit Operation and Processes In Environmental Engineering”,


Texas A&M University. Brook/Cole Engineering Division, California

17. Kamal, Netti., 2010. Pengaruh bahan aktif CMC Carboxyl Methyl Cellulose)
terhadap beberapa parameter pada larutan sukrosa .jurnal teknologi , 1(17) , 76-84.

18. Morris, C.J., 2003 ,Caragenin Induced Paw Edema in The Rat an Mouse
Inflammation Protocols , Methods in Molecular Biology, Vol 2 , 115-122.

19. Siswanto, A., dan Nurulita N.A., 2005 . Daya Antiinflamasi Infus Daya Mahkota
Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Jantan Prosiding Seminar Nasional TOI XXVII , Batu , 177-181.

20. Suleyman, H., Demercan, B., Karagoz, Y., dan Ozta, N., 2004 , Antinflamanttory
Effect Of Selective COX-2 Inhibitors, J. Pharmacol., 56(6) , 775-780.

21. Rowe, C.R., Sheskey, J.P., dan Weller, J.W., 2003 .Handbook Of Pharmaceutical
Excipien Edisis IV, Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical 101-103.

22. Akbar, B. (2010). Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang Berpotensi
Sebagai Bahan Antifertilitas. Jakarta: Adabia Press. Halaman 10-12.

23. Widyantoro, A. D. (2010). Senyawa Anti Inflamasidari Kulit pasak bumi Eksakta
24. Djamin, A.,2006 , Jurnal Uji Efek Antiinflamasi dan Toksisitas Fraksi Aktif
Spilanthes Pniculata Wall & DC. Adobe Reader.

25. Turner, R. (1965). Screening Metods In Pharmacology, Vol 1.New York and
London: Acadenic Press.

26. Marjoni, R.M. (2016). Dasar-Dasar Fitokimia. Jakarta Timur: TRANS INFO
MEDIA. Halaman 125-126

27. Hamdayanti, yanti,.Kusnadi ,. Rahadian, irman ,. 2008 . Aktifitas Antibakteri


Ekstrak Daun Petikan Kebo (Euphorbia hirta L.)Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus epidermidis. Jurnal pengajaran MIPA. 2(12). 1412-0917.
31

Lampiran 1. Skema Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Petikan Kebo

Sampel dicuci bersih dan dikering anginkan,


lalu dirajang timbang sebanyak 100 gram

Maserasi dengan etanol 96% selama 3x3


hari, pada suhu kamar , aduk tiap 1 hari
sampai homogen.

Ekstrak diuapkan dengan rotary evaporator


sampai didapatkan ekstrak kental

Gambar 1.Skema pembuatan ekstrak etanol daun petikan kebo.


32

Lampiran 2. Skema Pengujian Efek Anti Inflamasi

Tikus putih betina diaklimasi selama 7


hari

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V


kontrol kontrol obat zat uji III zat uji IV zat uji V
normal

Puasakan tikus selama 18 jam, diberi tanda kaki kiri belakang tikus

Diberi larutan Diberi ekstrak Diberi ekstrak Diberi ekstrak


Diberi kental
diklofenak kental sebanyak kental sebanyak
aquadest sebanyak 104
kalium 184 mg 26 mg/5ml 52 mg/5ml
mg/5ml
ekstrak
sampel
sebanyak
1080 mg

Setelah 1 jam

Pemberian injeksi karagenin 1% sebesar 0,2 ml pada


telapak kaki tikus secara subcutan

Ukur volume akhir kaki tikus setiap 1 jam selama 6 jam

Gambar 2. Skema Pengujian Efek Anti Inflamasi


33

Lampiran 3. Volume rata-rata udem telapak kaki tikus betina tiap jam selama 6 jam

Table 1.volume rata-rata udem telapak kaki tikus betina tiap jam selama 6 jam

kelompok No Volume Volume telapak Kaki tikus (jam Ke)


hewan Awal 1 2 3 4 5 6
kelompok 1 0,8 1,2 1,3 1,1 1,1 1,0 0,9
negatif 2 0,6 1,0 1,0 1,0 1,0 0,8 0,7
3 0,7 1,1 1,2 1,2 1,2 1,0 1,0
Rata-rata 0,7 1,13 1,03 1,1 1,1 0,93 0,87
Kalium 1 0,6 0,9 0,9 0,9 0,7 0,7 0,6
diklofenak 2 0,7 0,9 0,9 0,8 0,7 0,7 0,7
3 0,6 1,0 0,9 0,9 0,8 0,7 0,8
Rata-rata 0,63 0,93 0,9 0,87 0,77 0,7 0,7
Zat uji 1 0,7 1,1 1,1 0,8 0,8 0,8 0,7
Dosis 26 2 0,7 1,1 1,0 0,9 0,8 0,8 0,7
Mg/5ml 3 0,7 1,1 0,9 0.8 0,8 0,7 0,8
Rata-rata 0,7 1,1 1,0 0,83 0,8 0,77 0,73
Zat uji 1 0,6 0,9 0,9 0,8 0,8 0,7 0,6
Dosis 52 2 0,7 0,9 0,8 0,8 0,7 0,7 0,8
Mg/5ml 3 0,7 1 0,9 0,8 0,8 0,7 0,7
Rata-rata 0,67 0,93 0,87 0,8 0,77 0,7 0,7
Zat uji 1 0,6 0,9 0,8 0,8 0,8 0,7 0,7
Dosis 104 2 0,7 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Mg/5ml 3 0,8 0,9 0,8 0,8 0,7 0,7 0,7
Rata-rata 0,7 0,87 0,8 0,8 0,77 0,73 0,73
34

Lampiran 4 Grafik Volume Rata-Rata Udem Telapak Kaki Tikus Putih Betina
Setiap Jam Selama 6 Jam

1,2

1
Volume rata - rata udem

0,8 negatif
zat uji 1
0,6
zat uji 2
0,4 zat uji 3

0,2 positif

0
1 2 3 4 5 6

waktu (Jam)

Gambar 3 (Grafik volume rata-rata udem telapak kaki tikus putih betina setiap jam
selama 6 jam)
35

Lampiran 5. Persentase volume rata-rata udem telapak kaki tikus putih betina
(𝑣𝑡)−(𝑣0)
Menggunakan rumus : %udem = x 100%
(𝑣0)

Vt :volume akhir telapak kaki tikus

V0 : volume awal telapak kaki tikus

Contoh :

%udem control negatif jam pertama (Vo = 0,77)


1,13−0.7
% udem = 𝑥 100% = 61,43 %
0.7

Table II. persentase volume rata-rata udem telapak kaki tikus putih betina

Jam Persentase Rata-rata Udem Telapak kaki Tikus (%)


Kontrol Ka.diklofenak Zat uji
negative Dosis 26 Dosis 52 Dosis 104
mg/5ml mg/5ml mg/ml
1 61,43 47,62 57,14 38,81 24,29
2 47,14 42,86 42,86 29,85 14,29
3 57,14 38,10 18,57 19,40 14,29
4 57,14 22,22 14,29 14,93 10
5 32,86 11,11 10 4,48 4,29
6 24,29 11,11 4,29 4,48 4,29
36

Lampiran 6. Grafik persentase volume rata-rata udem telapak kaki tikus putih
betina

70
Persentase volume udem (%)

60

50
karagenin
40
Kalium diklofenak
30
zat uji 1
20 zat uji 2
zat uji 3
10

0
1 2 3 4 5 6

waktu (Jam)

Gambar 4 (Grafik persentase volume rata-rata udem telapak kaki tikus putih betina)
37

Lampiran 7. Persentase inhibis rata-rata telapak kaki tikus putih betina terhadap
waktu (jam) pada pemberian ekstrak etanol petikan kebo dan kalium diklofenak
selama 6 jam
𝑎−𝑏
Menggunakan rumus : % inhibisi = 𝑥 100%
𝑎

a : % rata-rata udem pada kelompok hewan normal

b : % rata-rata udem ada hewan uji

contoh

% perhitungana inhibisi udem pada kalium diklofenak jam ke 1


61,43−47,62
% inhibisi = 𝑥 100% = 22,48 %
61,43

Table III. persentase inhibisi rata-rata telapak kaki tikus betina terhadap waktu
(jam) pada pemberian ekstrak etanol petikan kebo dan kalium diklofenak

Waktu Persentase inhibisi Rata-rata Udem(%)


(jam) Kalium Zat uji
diklofenak Dosis 26 Dosis 52 Dosis 104
mg/5ml mg/5ml mg/5ml
1 22,48 6,98 36,82 60,46
2 9,08 9,08 36,68 69,69
3 33,32 67,50 66,05 74,99
4 61,11 74,99 73,87 82,50
5 66,19 69,57 86,37 86,94
6 54,26 82,34 81,56 82,34
38

Lampiran 8. Grafik persentase inhibisi telapak kaki tikus putih betina

100
kalium
90 diklofenak
80 zat uji 1
Persentase Inhibisi (%)

70
60 zat uji 2
50
zat uji 3
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6

waktu (Jam)
Gambar 5 (Grafik persentase inhibisi telapak kaki tikus putih betina)
39

Lampiran 9 Perhitungan Persentase Kekuatan Efek Larutan Uji Terhadap Obat

Menggunakan rumus
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑜𝑏𝑎𝑡−𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑢𝑗𝑖
100%-( )𝑥100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑜𝑏𝑎𝑡

84,9−58,49
Dosis 26 mg/5ml = 100% - ( ) 𝑥 100%
84,9

= 100% - 67,7% = 32,3%


84,9−66,63
Dosis 52 mg/5ml = 100% - ( ) 𝑥 100%
84,9

= 100% - 21,52% = 78,48%


84,9−77,65
Dosis 104 mg/5ml = 100% -( ) 𝑥 100%
84,9

= 100% - 8,54% = 91,46%


40

Lampiran 10.Perhitungan Statistic Uji Normalitas Data

Table IV. perhitungan statistic uji normalitas data

no X1 F F F1/n Zi= P <zi S(zi) a2 a1 XI-π


𝑥𝑖−𝑥
1
𝑠
1 6,98 1 1 0,0417 -1,97 0,0244 0,0417 0,0173 0,0244 -51,15
2 9,08 2 3 0,0833 -1,89 0,0294 0,125 0,0956 0,0123 -49,05
3 9,08
4 22,48 1 4 0,0417 -1,37 0,0853 0,1667 0,0814 0,0397 -35,65
5 33,32 1 5 0,0417 -0,96 0,1685 0,2083 0,0398 0,0019 -24,81
6 36,68 1 6 0,0417 -0,83 0,2033 0,25 0,0467 0,005 -21,45
7 33,82 1 7 0,0417 -0,82 0,2061 0,2917 0,0856 0,0439 -21,31
8 54,26 1 8 0,0417 -0,15 0,4404 0,3333 0,1071 0,0654 -3,87
9 60,45 1 9 0,0417 0,09 0,5359 0,375 0,1609 0,1192 2,33
10 61,11 1 10 0,0417 0,11 0,5438 0,4167 0,1271 0,0854 2,98
11 66,05 1 11 0,0417 0,31 0,6217 0,4583 0,1634 0,1217 7,92
*
12 66,19 1 12 0,0417 0,31 0,6217 0,5 0,1217 0,08 8,06
13 67,50 1 13 0,0417 0,36 0,6406 0,5417 0,0989 0,0572 9,37
14 69,57 1 14 0,0417 0,44 0,6700 0,5833 0,0867 0,045 11,44
15 69,69 1 15 0,0417 0,45 0,6736 0,625 0,0486 0,0069 11,56
16 73,87 1 16 0,0417 0,61 0,7291 0,6667 0,0624 0,0207 15,74
17 74,99 2 18 0,0833 0,65 0,7422 0,75 0,0078 0,0755 16,86
18 74,99
19 81,56 1 19 0,0417 0,90 0,8159 0,7917 0,0242 0,0175 23,43
20 82,34 2 21 0,0833 0,93 0,8238 0,875 0,0512 0,0321 24,21
21 82,34
22 82,50 1 22 0,0417 0,94 0,8264 0,9167 0,0903 0,0486 24,37
23 86,37 1 23 0,0417 1,09 0,8621 0,9583 0,0962 0,0545 28,24
24 86,94 1 24 0,0417 1,11 0,8665 1 0,1335 0,0918 28,81
41

∑ xi
X= = 58,13
𝑛

{𝑛 ∑𝑥1 }−{∑xi}
S2 = 𝑛(𝑛−1)

(24 𝑥 96601,1141)−{1395,12)2
= = 673,7815
24(24−1)

S = √673,7815 = 25,96

α max ≤ D table

0,1217 ≤ 0,294

Terima H0 (data terdistribusi normal)


42

Lampiran 11. Perhitungan Statistikuji Homogenitas Varian

Uji homogenitas varian

Ha : Terdapat perbedaan antara kelompok kalium diklofenak dengan kelompok zat uji I
26 mg/5ml, kelompok zat uji II 52 mg/5ml dan kelompok zat uji III 104 mg/5ml

H0 : Tidak terdapat perbedaan antara kelompok kalium diklofenak dengan kelompok


zat uji I 26 mg/5ml, kelompok zat uji II 52 mg/5ml dan kelompok zat uji III 104
mg/5ml

Ha :δ1 kelompok kalium diklofenak =δ2 kelompok zat I 26 mg/5ml =δ3 kelompok zat
uji II 52 mg/5ml =δ4 kelompok zat uji III 104 mg/5ml

H0 :δ1kelmpk kalium diklofenak ≠δ2 kelompok zat uji I 26 mg/5ml ≠δ3 kelompok zat
uji II 52 mg/5ml ≠δ4 kelompok zat uji III 104 mg/5ml

No Kelompok dk 1/dk Si2 Log si2 Dk.log si2


1 Ka.diklofenak 5 1/5 527,1205 2,7219 13,6095
2 Zat uji dosis 5 1/5 1174,3432 3,0698 15,349
26 mg/5ml
3 Zat uji dosis 5 1/5 468,6962 2,6709 13,3545
52 mg/5ml
4 Zat uji dosis 5 1/5 96,8632 1,9862 9,931
104 mg/5ml
∑ 20 52,244

∑(𝑛𝑖−1)𝑠2𝑠𝑖
S2 = ∑(𝑛𝑖−1)
2= ( 5 𝑥 527,1205)+(5 𝑥 1174,3432)+(5 𝑥 468,6962)+(5 𝑥 96,8632)
S 5+5+5+5
2 = 2635,6025+5871,716+2343,481+484,316
S 20
2=
S 566,7558
S2 = log 566,7558= 2,7534

B = (log s2) ∑(n-1)


B = (2,7534)(5+5+5+5) = 55,068

χ2 = (2,3026) (B - ∑ (ni – 1) log Si2)


= (2,3026) (55,068 – 52,244)
= 6,5025
43

χ2 hitung ≤ x tabel
6,5025 ≤ 7,82

Terima H0 ( data tidak terdapat perbedaan yang signifikan )

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kalium diklofenak


dengan kelompok zat uji I dosis 26 mg/5ml, kelompok zat uji II dosis 52 mg/5ml,
dan kelompok zat uji III dosis 104 mg/5ml
44

Lampiran 12 Perhitungan Statistic Anava Satu Arah

Tabel VI perhitungan statistic uji anava satu arah

Kelompok
Jam
Ke Ka. Zat uji dosis 26 Zat uji dosis 52 Zat uji dosis 104
diklofenak mg/5ml mg/5ml mg/5ml

1 22,48 6,98 36,82 60,46


2 9,08 9,08 36.68 69,69
3 33,32 67,50 66,05 74,99
4 61,11 74,99 73,87 82,50
5 66,19 69,57 86,37 86,94
6 54,28 82,34 81,56 82,34
n 6 6 6 6
∑xi 246,44 310,41 381,35 456,92
∑X12 12757,715 21930,7774 26632,3247 35280,297
X 41,0733 51,7435 63,5583 76,1533
Si2 527,1205 1174,3432 468,6962 96,8632

Ha :Terdapat perbedaan antara kelompok kalium diklofenak dengan kelompok zat


uji I 26 mg/5ml, kelompok zat uji II 52 mg/5ml dan kelompok zat uji III 104
mg/5ml

H0 : Tidak terdapat perbedaan kelompok kalium diklofenak dengan kelompok zat


uji I 26 mg/5ml, kelompok zat uji II 52 mg/5ml dan kelompok zat uji III 104
mg/5ml

Ha :Si2kelompok kalium diklofenak = Si2 kelompok zat uji I 26 mg/5ml =Si2


kelompok zat ui II 52 mg/5ml = Si2 kelompok zat uji III 104 mg/5ml

H0 :Si2 kelompok kalium diklofenak ≠ Si2 kelompok zat uji I 26 mg/5ml ≠ Si2
kelompok zat uji II 52 mg/5ml ≠ Si2 kelompok zat uji III 104 mg/5ml

1. ∑xi total = 1398,12

2. ∑xi2 total = 96601,1141


45

(∑𝑥𝑖)
3. JK total = ∑xi2 - 𝑛.𝑘
(1398,12)
= 96601,1141 - 6(4)
= 15502,7885
(∑𝑥𝑖)+(∑𝑥𝑖)+(∑𝑥𝑖)+(∑𝑥𝑖)+(∑𝑥𝑖) (∑𝑥𝑖)
4. Jk perlakuan ={ }-
𝑛 𝑛 𝑛 𝑛 𝑛 𝑛.𝑘

(246,44) (310,41) (381,35) (456,92) (1398,12)


={ + + + }−
6 6 6 6 6.4

= 4116,7996

5. Jk galat = jk total – jk perlakuan


= 15502,7885 – 4116,7996
= 11385,9889

6. dK perlakuan = k – 1
= 4 -1 = 3

7. dK total = k(n -1)


= 4 (6 -1) = 20

8. dK gallat = n.(k -1)


= 6 .( 4 -1) = 18

𝑗𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
9. kR perlakuan = 𝑑𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
4116,7996
= 3
= 1372,2665

𝑗𝑘 𝑔𝑎𝑙𝑙𝑎𝑡
10. kR gallat = 𝑑𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛

(11385,9889)
= 20

= 569,2994

𝑘𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
11. Fhitung= 𝑘𝑟 𝑔𝑎𝑙𝑙𝑎𝑡
1372,2665
= 569,2994
= 2,4104

12. Fhitung= (dk perlakuan . dktotal)


= (3 . 20) = 60
46

α = 0,01

Kelompok Jk Dk Kr F hitung F tabel


Perlakuan 4116,7996 3 1372,2665 0,05 0,01
Galat 11385,9889 18 569,2994 2,4104 3,24 5,29
Total 15502,7885 20

Fhitung≤ Ftabel
2,4104 ≤ 5,29

Terima H0

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kalium


diklofenak dengan kelompok zat uji I dosis 26 mg/5ml, kelompok zat uji II dosis 52
mg/5ml, dan kelompok zat uji III dosis 104 mg/5ml
47

Lampiran 13.Gambar Daun Petikan Kebo(Euphorbia hirta L.)

Gambar 6. Daun Petikan Kebo (Euphorbia hirta L.)


48

Anda mungkin juga menyukai