Oleh
RINI WULANDARI
1610121221239
RINI WULANDARI
ABSTRAK
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan Karya Tulis Ilmiah
ternilai penulis bisa memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya
rintangan dan masalah dalam setiap saat yang dihadapi penulis dari awal hingga
akhir penyusunan karya tulis ilmiah ini. Berkat bimbingan, bantuan, dukungan dan
doa yang tulus dari berbagai pihak yang diberikan secara langsung ataupun tidak
langsung kepada penulis, akhirnya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat
1. Ibu Dra. ‘Ainun Naim, M.Farm, Apt selaku Direktur Akademi Farmasi Dwi
Farma Bukittinggi yang telah member masukan, petunjuk dan bimbingan selama
Ilmiah.
2. Ibu Mevy Trisna S.Si M. Farm. Apt. selaku dosen pembimbing I yang telah
iv
3. Bapak Budi Setiawan M. Farm. Apt. sebagai dosen pembimbing II yang telah
4. Bapak dan Ibu Dosen beserta Karyawan/i Akademi Farmasi Dwi Farma
5. Seluruh teman – teman angkatan 2016 yang tidak dapat disebutkan satu
6. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan
Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah, amin.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah in imemberikan
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR iv
ABSTRAK vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR LAMPIRAN ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
2.2 Ekstrak 6
2.4 Inflamasi 9
2.7.1 Karagenin 14
vii
2.7.2 Putih Telur 15
2.10. Pletismometer 17
2.11. Hipotesa 17
3.2.1 Alat 18
3.2.2 Bahan 18
viii
4.1 Hasil 25
4.2 Pembahasan 25
5.1 Kesimpulan 28
5.2 Saran 28
DAFTAR KEPUSTAKAAN 29
LAMPIRAN
viii
viii
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
2. Skema Pengujian Efek Anti Inflamasi Terhadap Telapak Kaki Tikus Putih Betina 32
6. Grafik Persentase Volume Rata-rata Udem Telapak Kaki Tikus Putih Betina 36
ix
DAFTAR GAMBAR
Lampiran Halaman
2. Grafik Persentase Volume Rata-Rata Udem Telapak Kaki Tikus Putih Betina 36
ix
I. PENDAHULUAN
data WH0 (World Healty Organization) menunjukan prevalensi penderita radang atau
inflamasi sendi diseluruh dunia sekitar 11.9 juta jiwa. Dinegara dengan pendapatan tinggi
prevelansi radang sendi atau inflamasi sekitar 1,3 juta jiwa. Untuk negara berpendapatan
rendah sekitar 5.9 juta jiwa. di Asia Tenggara terdapat 4.4 juta jiwa yang menderita radang
sendi atau inflamasi [1]. Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka
jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia atau zat-zat mikrobiologi yang
mengandung bahan kimia seperti obat antiinflamasi baik golongan steroid maupun non
samping yang cukup harus diperhatikan diantaranya gangguan saluran pencernaan, ginjal,
tukak lambung dan fungsi trombosit. Pengobatan pasien dengan antiinflamasi pada
umumnya untuk memperlambat dan membatasi proses kerusakan jaringan yang terjadi
pada daerah inflamasi [2]. Oleh karena itu penggunaan tanaman obat dengan khasiat
Salah satu tanamannya adalah tanaman petikan kebo (Euphorbia hirta L.),
beberapa penelitian telah dilakukan terhadap petikan kebo (Euphorbia hirta L.) terkait
senyawa kimia yang terkandung yang telah dilakukan oleh karina karim, dkk 2015 yakni
dengan cara mengekstraksi daun petikan kebo dimana biasanya tanaman ini digunakan
sebagai obat herbal tradisional kerena kandungan senyawa aktif yang didalamnya [3].
1
2
Senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman petikan kebo antara lain senyawa
folifenol (seperti asam gallat), flavonoid quersetin, asam-asam organic palmitat dan oleat,
hentriacontane, dan elagic acid. yang mempunyai potensi untuk mengobati radang
Petikan kebo (Euphorbia hirta L.) mempunyai rasa pahit, asam, dan bersifat dingin,
beberapa bahan kimia yang terkandung dalam petikan kebo (Euphorbia hirta L.) tersebut
dan penghilang gatal. Untuk radang kelenjer susu, cuci bersih 30 gram daun petikan kebo,
lalu rebus dengan 3 gelas air ( 600 ml ) sampai mencapai 1 ½ gelas atau (300 ml). [5]
penelitian terkait ekstrak etanol pada daun petikan kebo sebagai antiinflamasi.
3
teliti adalah :
a. Apakah ekstrak etanol daun petikan kebo (Euphorbia hirta L.) memilki efek
b. Berapa kekuatan efek ekstrak etanol daun petikan kebo (Euphorbia hirta L.) pada
kalium?
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
a. Membuktikan bahwa ekstrak etanol daun petikan kebo (Euphorbia hirta L.)
b. Menentukan kekuatan efek etanol daun petikan kebo (Euphorbia hirta L.) pada
diklofenak kalium
4
1. Manfaat teoritis
tentang ekstrak etanol daun petikan kebo (Euphorbia hirta L.) yang bermanfaat
sebagai antiinflamasi
2. Manfaat praktis
antiinflamasi ekstrak etanol daun petikan kebo (Euphorbia hirta L.) pada tikus
putih betina
Penelitian ini diharapkan sebagai informasi kepada masyarakat bahwa daun petikan
.
5
Klasifikasi
Devisi : Spermatophyte
Kelas : Dicolyledonae
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Auphorbiaceae
Marga : Euphorbia
Nama daerah :
(Tidore).
6
susu.
Petikan kebo merupakan tanaman liar yang sering hidup dipadang rumput, tepi
sungai dan disemak-semak petikan kebo herba 1 tahun tinggi kurang lebih 50 cm memiliki
Batang yang lunak, beruas, penampakan bulat, berbulu, bergetah putih, hijau kecoklatan,
juga memiliki Daun tunggal, berhadapan, lanset, pangkal dan ujung runcing, tepi bergerigi,
permukaan atas dan bawah berbulu, pertulangan menyirip, panjang 5-5,5 mm, tangkai
panjang 2-4 mm, lebar 0,7-1 mm, hijau keunguan.tidak hanya memiliki daun dan batang
petikan kebo juga memiliki bunga yang majemuk, tumbuh di ketiak daun, kelopak bentuk
cawan, berwarna ungu kehijauan, dan makhota panjang kurang lebih 1 mm, berambut,
hijau kemerahan, buah yangkotak, hijau kemerahan, biji kecil, coklat. [5].
2.2 Ekstrak
Ekstrak adalah zat yang dihasilkan dengan cara mengekstraksi senyawa aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa yang tersisa diperlakukan sedemikian
1. Ekstrak cair
Ekstrak cair adalah ekstrak yang diperoleh dari hasil penyaringan bahan
2. Ekstrak kental
Ekstrak kental adalah ekstrak yang mengalami proses penguapan, dan tidak
mengandung cairan penyari lagi, tetapi konsistensinya tetap cair pada suhu kamar
3. Ekstrak kering
Ekstrak kering adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan dan
1. Cara dingin
- Maserasi
dilakukan setiap hari penggojokan dan 3 kali penyaringan selama 9 hari dalam suhu
- Perkolasi
Perkolasi ialah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang
2. Cara panas
- Refluks
Refluks ialah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya , selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan deangan adanya
- Soxhletasi
pendingin baik
- Digesti
- Infus
- Dekok
3. Destilasi uap
menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontiniusampai sempurna dan
kegunaan dalam bidang medis dan laboratorium, dan umumnya larutan garam fisiologi
2.4 Inflamasi
oleh antibody yang merusak secara kimia, fisika, dan biologi reaksi ini disebabkan
olah miroba, fisika, zat kimia, dan lainnya. Inflamasi respon yang dibutuhkan tubuh
untuk mengembalikan keadaan tubuh atau memperbaiki diri sesudah kerusakan [9].
a. Jenis-jenis inflamasi:
1. Inflamasi akut
a) Rubor (kemerahan)
peradangan
10
b) Kalor (panas)
tubuh permukaan daerah yang terkena lebih banyak dari pada yang
rasa sakit
d) Tumor (pembengkakan)
bakar ringan
2. Inflamasi kronis
peradangan akut, seperti luka yang masa penyembuhannya lama atau infeksi
Mekanisme radang sangat dipengaruhi oleh senyawa dan mediator yang dihasilkan
ataupun mekanis maka enzim fosfolipase diaktifkan untuk mengubah fosfolipid menjadi
menjadi prostaglandin dan tromboksan, enzim cox akan terlihat dalam reaksi ini ada 2 tipe
yaitu COX-1 terdapat di jaringan antara lain pelat-pelat darah, ginjal, dan saluran cerna
bersifat pokok dan selalu ada dan terlibat dalam homeostatis dan COX-2 dalam keadaan
normal COX-2 tidak terlihat dijaringan namun saat terluka atau terinduksi akan terlihat di
leukotrien yang mempunyai efek kemotatik yang kuat terhadap eusinofil, neutrofil, dan
vaskuler. Pada saat kerusakan jaringan kinin dan histamine di keluarkan sebagai
komplementer dan produk leukosit dan platelet lain. Stimulasi membrane neurofil
menghasilkan oxygen free radicals, anion superoksid dibentuk oleh reduksi oksigen
molekuler yang dapat memacu produksi molekul lain yang reaktif sperti hydrogen
12
peroksida dan hydroxyl radicals interaksi substansi-substansi ini dengan asam arakidonat
Golongan Non Steroid memiliki tempat kerja utama adalah enzim COX
transmisi nyeri, agregasi platelet, dan efek-efek lain. Senyawa-senyawa ini tidak disimpan
oleh sel, tetapi disintesis dan dilepaskan sesuai kebutuhan , semua NSAID mempunyai
NSAID lama (nonspesifik) juga mempunyai efek antitrombotik, efek yang dirugikan dari
NSAID yakni yang paling sering luka pada gastrointestinal dan ginjal contoh obat nya
diekspresikan secara terus menerus di dalam otak dan ginjal serta dinduksi pada tempat
yang mengalami inflamasi dengan sebagian besar jaringan dan dianggap melindungi
mukosa lambung. COX-1 terdapat pada platelet,tetapi COX-2 tidak NSAID lama
memblok kedua isoform COX. Secara teoritis, inhibitor COX-2 spesifik bersifat sebagai
Semua inhibitor COX-2 diberi nama dengan akhiran “koksib”. Inhibitor ini
kalium diklofenak merupakan turunan asam benzenasetat yang termasuk dalam golongan
antiinflamasi non steroid (NSAID). Tablet diklofenak kalium merupakan sedian tanpa salut
Tablet diklofenak kalium termasuk NSAID yang terkuat daya anti radangnya dan
efek samping nya rendah dibanding obat kuat lainnya (indometasin dan piroxicam). Obat
ini adalah penghambat sikloosigenase yang relative non selektif kuat dan tidak mengurangi
Absorbsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap yang terikat
99% pada protein plasma dan mengalami efek lintas awal (first-pass) sebesar 40-50%
walaupun waktu paruh 1-3 jam dikloenak diakumulasi dicairan sinovial yang menjelaskan
efek terapi di sendi yang jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut efek samping
yang lazim ialah mual, gastritis, eritema kulit, dan sakit kepala dosis dewasa 100-150 mg
mudah larut dalam air panas, membentuk larutan kental yang digunakan sebagai
optimum diperoleh bila gom dimasukan didalam larutan jernih dapat dibuat dengan
pengadukan maka semakin cepat larutan terbentuk. Penggunaan CMC 0,5-1% dari larutan
yang akan dibuat, air untuk CMC nya 20 kali jumlah CMC yang digunakan [17].
14
2.7.1 Karagenin
Karagen merupakan ekstrak kering ganggang berwarna merah yang merupaka spesies
chondrus crispus yang merupakan molekul besar galatan yang digunakan sebagai
galaktosa sulfat yang mampu menginduksi inflamasi yang bersifat akut dapat diamati
tidak menimbulkaan kerusakan jaringan dan memberikan respon yang lebih baik terhadap
0,9% b/v pada tikus sebesar 0,1 ml dan pada mencit sebanyak 0,5 ml. karagenin memiliki
2 fase yakni fase awal berakhir setelah 60 menit dengan ditandai pelepasan histamine,
serotonin dan bradikinin. Dan fase akhir terjadi antara 60 menit setelah injeksi dan berakhir
setelah 3 jam, fase akhir ini dihubungkan dengan pelepasan prostaglandin dan neurofil
yang menghasilkan radikal bebas seperti hydrogen peroksida, superoksida dan radikal
hidroksil [20].
Zat yang memicu terjadinya udema yakni : minyak biji sawi 0,5%, dextran 1%,
putih telur segar , serotonin keratinin sulfat, lamda karagenin 1% yang diinduksikan pada
telapak kaki tikus, karagenin mempunyai 3 jenis yakni karagenin lamda, karagenin iota,
15
dan karagenin kappa dan yang dipakai dalam penelitian ini ialah karagenin lamda karena
mampu menginduksi dengan cepat karena memiliki bentuk seperti gel yang baik dan tidak
keras [21].
Putih telur atau albumen merupakan bagian telur yang berbentuk gel, mengandung
air dan terdiri atas empat fraksi yang berbeda kekentalan nya.Putih telur terdiri atas tiga
lapisan yang berbeda, yaitu lapisan tipis putih telur bagian dalam (30%), lapisan tebal putih
telur (50%), lapisan putih telur luar (20%).Adapun kandungan yang terdapat didalam telur
adalah, protein, lemak, vitamin dam mineral yang cukup lengkap. Putih telur atau
ovalbumin juga bisa digunakan sebagai peninduksi udema untuk penelitian antiinflamasi,
Kindom : Animalia
Filum : Chordate
Subfilum : Vetebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Subfamily : Murinae
16
Genus : Rattus
Tikus putih yang digunakan untuk percobaan laboratorium yang dikenal ada tiga
macam galur yakni Sprague dawley, long evans, dan wistar. Tikus putih memiliki sifat
yang menguntungkan sebagai hewan uji penelitian diantara nya perkembangbiakan cepat,
memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari mencit, mudah dipelihara dalam jumlah yang
banyak. Tikus putih memilki ciri-ciri morfologis seperti albino,badan kecil, dan ekor lebih
Pada penelitian ini metode yang akan diujikan kepada hewan coba adalah dengan
cara membuat udema buatan yang diinduksi kan oleh injeksi karagenin 1% pada telapak
kaki belakang tikus didasarkan pada pengukuran volume yang terbentuk dari udem buatan
pada telapak kaki tikus belakang yang diinduksi oleh zat penyebab radang [23] .
Volume udema diukur sebelum atau sesudah pemberian zat penyebab radang ,
iritan bisa digunakan unuk sebagai zat peninduksi antara lan ialah : karagenin, formalin,
2.10 Pletismometer
Prinsip kerja dari alat ini yaitu berdasarkan pengukuran volume cairan karena pencelupan
organ yang diukur derajat inflamasinya kedalam cairan air raksa yang berdasarkan hukum
Archimedes yakni jika suatu benda dicelupkan kedalam suatu zat, maka benda itu akan
mendapat tekanan keatas sama besarnya dengan berat zat cair [25].
Jika suatu benda dicelupkan ke dalam air raksa, maka cairan dalam pipa kapiler
naik, kenaikan ini dinyatakan sebagai volume benda yang dibaca skala [25].
2.11 Hipotesa
Adapun hipotesa dari penelitian ini adalah “ekstrak etanol daun petikan kebo
mempunyai efek antiinflamasi dan kekuatan efeknya lebih rendah dibandingkan diklofenak
kalium”
18
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai april 2019 di
Farma Bukittinggi.
3.2.1 Alat
Neraca analitik, Spuit injeksi oral, lumpang, stamfer, Alat-alat gelas (beaker
glass, pengaduk, gelas ukur dan labu ukur, erlemeyer merk pyrex), Alat-alat ekstrak
3.2.2 Bahan
1. Hewan uji
Hewan uji yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih betina
2. Bahan uji
d. NaCl fisisologi 0,9% sebagai pelarut karagenin diperoleh dari apotek Bukittinggi,
Sumatera Barat
f. CMC sebagai pensuspensi kontrol positif diperoleh Akademi Farmasi Dwi Farma
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah herba petikan kebo yang
diambil secara Simple Random Sampling di kota Solok provinsi Sumatera Barat
Pada pembuatan ekstrak daun petikan kebo digunakan metode cara dingin
maserasi dan menggunakan etanol 96% sebagai pelarut. Pertama sampel di cuci
bersih lalu dikering anginkan, dan sampel dirajang kecil-kecil, lalu ditimbang
96% hingga sampel terendam. Digojok setiap hari sebanyak sekali, Pelarut
diganti setiap 3 hari sekali, hasil maserasi disaring hingga di peroleh filtrat
9,8138
Dosis ekstrak untuk manusia = 𝑋 30 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
= 2,94414 gram
=0,05299 gram
100 𝑚𝑙
𝑥 104 𝑚𝑔 = 2080 𝑚𝑔/100𝑚𝑙
5 𝑚𝑙
100 ml.
21
b. Dosis 52 mg/5ml
30 𝑚𝑙
untuk 30 ml diperlukan 5 𝑚𝑙
𝑥 52 𝑚𝑔 = 312 𝑚𝑔 /30𝑚𝑙
312 𝑚𝑔
dalam 1 ml mengandung = 10,4 𝑚𝑔/𝑚𝑙
30 𝑚𝑙
v1 .c1 = v2 .c2
v . 2080 mg = 30 ml . 10,4 mg
v1 = 15 ml
c. Dosis 26 mg / 5ml
30 𝑚𝑙
Untuk 30 ml diperlukan 𝑥 26 𝑚𝑔 = 156 mg/30 ml
5 𝑚𝑙
156 𝑚𝑔
Dalam 1 ml mengandung = 5,2 𝑚𝑔/𝑚𝑙
30 𝑚𝑙
v1. C1 = v2. C2
v1 . 2080 mg = 30 ml . 5,2 mg
v1 = 7,5 ml
= 150 mg
22
= 150 mg x 0,018
= 2,7 mg/5ml
50 𝑚𝑙
Maka untuk 50 ml = 𝑥2,7 mg
5 𝑚𝑙
=27 mg/50 ml
0,5
Untuk CMC = 𝑥 50 𝑚𝑙 = 0,25 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
27 𝑚𝑔
1 tab gerus halus ambil sebanyak = 50 𝑚𝑔 𝑥 340 𝑚𝑔 = 183,6 𝑚𝑔 = 184 𝑚𝑔
ekor, kemudian Tikus dipuasakan selama 18 jam tetapi tetap diberi minum
dengan cara 0.1 gram karagenin dilarutkan dengan NaCl fisiologis 0.9%
Masing-masing kaki kiri tikus diberi tanda tepat pada lateral maleus
agar pemasukan kaki kedalam cairan air raksa selalu sama, sebelum hewan
diberi zat uji, ukur telapak kaki tikus menggunakan alat pletismometer
dosis dan berat badan hewan uji, tikus kelompok uji : kelompok III, IV, dan
24
V di beriekstrak sampel dengan dosis 26 mg, 52 mg, dan 104 mg, satu jam
sebanyak 0,2 ml pada telapak kaki tikus secara subcutan, ukur volume kaki
tikus setiap 1 jam selama 6 jam sebagai volume akhir (Vt), catat data hasil
pengukuran volume udema, buat grafik volume rata-rata udem setiap jam,
𝑉𝑡−𝑉𝑜
% Radang = x 100%
𝑉𝑜
Ket :
𝑎−𝑏
% Inhibisi Radang = 𝑥 100%
𝑎
Ket :
Lakukan analisa data terhadap tikus putih jantan yang diolah secara statistic
dengan menggunakan :
menggunakan barlett, uji analisa varian satu arah (anava), uji T, dilakukan jika
4.1.Hasil
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data hasil sebagai berikut:
Menggunakan rumus
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑜𝑏𝑎𝑡−𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑧𝑎𝑡 𝑢𝑗𝑖
100% - ( ) 𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑜𝑏𝑎𝑡
84,9−58,49
Dosis 26 mg/5ml = 100% - ( ) 𝑥 100%
84,9
Keterangan
4.2. Pembahasan
Pada pengujian ini peneliti menggunakan daun petikan kebo sebagai ramuan obat.
Ekstraksi adalah proses atau cara untuk memperoleh zat aktif dengan menggunakan pelarut
tertentu. Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 96%. Dalam penelitian
tersebut untuk menghasilkan ekstrak kental sampel dimaserasi dilakukan selama 9 hari
26
dalam botol yang berwarna gelap yang terlindung dari cahaya matahari sambil setiap hari
diaduk, kemudian sampel disaring setiap 3 hari sekali. Ampas dimaserasi lagi sebanyak 3
kali. Filtrate diperoleh, diuapkan, dengan cara destilasi vakum menggunakan alat rotary
evaporator agar zat berkhasiat yang terkandung pada sampel tidak hilang, sampai
didapatkan ekstrak kental yang diperlukan, yang nanti nya akan disuntikan pada hewan uji
dengaan cara oral masing-masing sesuai berat badan untuk 3 kelompok tikus dimana
menghambat inflamasi. Kalium Diklofenak merupakan NSAID yang terkuat daya anti
radangnya dengan efek anti inflamasi, analgetik, dan anti piretik, mula kerja obat didalam
tubuh cepat, sedangkan masa kerja obat lambat dan efek samping yang ditimbulkan lebih
kecil. Kalium Diklofenak bila diberikan secara oral akan cepat diserap oleh tubuh dan lebih
sempurna yang memberikan mula kerja cepat. Dalam penelitian ini. Kalium Diklofenak di
buat dalam bentuk cairan yang diberikan secara oral dengan dosis 2,7mg/5 ml/ekor tikus
berat kurang lebih 200 gram, pada kelompok obat pada jam 2 sampai 5 voume udema nya
menurun karena obat yang diberikan dapat menurunkan inflamasi (bengkak) atau udema
Pada pengujian efek anti inflamasi ini digunakan metode udema buatan pada
telapak kaki kiri tikus putih betina. Pada penelitian ini, udema dibuat dengan cara
menginduksikan karagenin 1% sebanyak 0.2 ml secara subcutan pada telapak kaki kiri
tikus betina. Penulis menggunakan karagenin sebagai penginduksi karena kerja karagenin
Sebelum dilakukan pengujian hewan uji tersebut diaklimasi selama kurang lebih 7
hari, supaya hewan uji dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan
sehingga mempermudah penanganan ada saat dilakukan pengujian. Hewan uji dipuasakan
27
terlebih dahulu selama 18 jam dengan tujuan agar semua zat makanan yang ada didalam
tubuh hewan uji tersebut benar-benar tidak ada sehingga obat lebih mudah menyerap
mengalir kedalam darah dan cepat bereaksi. Sebelum hewan diuji terlebih dahulu ukur
volume kaki awal tikus menggunakan alat pletismometer sebagai volume awal kaki hewan,
kemudian hewan uji tersebut yang telah dikelompokkan diberikan aquadest, larutan
Kalium Diklofenak, dan ramuan sampel yang terdiri dari zat 1 (26mg/5ml), zat 2
(52mg/5ml), zat uji 3 (104mg/5ml), masing-masing diberikan secara oral sesuai dengan
kelompok hewan uji yang telah dibagi-bagi dan 1 jam kemudian disuntikan karagenin 1%
sebanyak 0.2 ml. ukur volume telapak kaki tikus betina dengan alat pletismometer setiap 1
jam selama 6 jam sebagai volume akhir, dengan tujuan untuk melihat perubahan udema
pada masing-masing telapak kaki kiri tikus betina tersebut,pengukuran volume telapak
kaki tikus selama 6 jam. Pada kelompok obat dari jam 1 sampai 4 mengalami penurunan
sedangkan jam ke 5-6 mengalami kenaikan dikarenakan lama efek obat hanya sampai jam
volume udemanya dikarenakan kelompok normal diberi peinduksi karagen tetapi tidak
diberi obat melainkan diberi aquadest sehingga volume tetap naik pada jam ke 2 sampai 5.
Dalam pengolahan data diperoleh bahwa ekstrak daun petikan kebo berkhasiat
sebagai anti inflamasi. Dari perhitungan statistik didapat data distribusi normal dan
mempunyai variansi homogen. Dapat disimpulkan bahwa F hitung (2,4140)<F table (4,07)
yang menjelaskan bahwa dari ketiga konsentrasi zat uji tidak terdapat perbedaan yang
signifikan.
28
5.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan selama kurang lebih 2 hari pengujian, ditambah 7
hari proses aklimasi, dan kurang lebih 18 jam telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa
ekstrak daun petikan kebo yaitu 26 mg/5ml, 52 mg/5ml, dan 104 mg/5ml berkhasiat
sebagai antiinflamasi. Dari perhitungan statistik ketiga konsentrasi larutan uji ektrak daun
5.2. Saran
Topical Ekstrak Etanol Daun Petikan Kebo (Euphorbia hirta L.) Terhadap Tikus Putih
Jantan.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO.2004.DiseaseIncidence,PrevalenceandDisability.www.who.int/entity/health
info/global_burden_disease/GBD_report_2004update_part3.pdf. Diakses tanggal
16 April 2012
2. Tjay, T. H. & K. Rahardja. 2007. Obat-obat Penting. PT Elek Media Komputindo,
Jakarta. Hal 330-332, 327-328
3. Salim, karim, J.R, Minarni, S. M, sri. (2015). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Daun Petikan Kebo (Euphorbia hirta L,.). jurnal akademi kimia, universitas
tadulako 4(2), 2302-6030
4. Sugiarto, A & P,D Tinton, 2008. Buku pintar tanaman obat. PT Agromedia
Pustaka, Tangerang. Hal 195-196.
5. Hariana, arief., 2008 , buku tanaman obat dan khasiatnya seri 2 . PT Penebar
Swadaya .Bogor , Indonesia . hal 170-171.
6. Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
7. Dirjen POM RI, 2000. Parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat edisi I
.direktorat pengawasan makanan dan obat tradisional . Jakarta. Hal 10-15
8. Wattimena, Dra J.R M.Sc dan Gwan Drs. Tan Siang. 1968. Dasar-dasar
Pembuatan Obat Suntik Dan Resep-resep Obat Suntik. Bandung
9. Goodman and Gilman.2006.The Pharmacological Basis of Therapeutics Eleventh
Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc: United States Of America
10. Price, Sylvia. A, Lorraine, M. Wilson. (1995) . Buku 1 Patofisiologi “Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit” , edisi : 4. Jakarta : EGC. .
11. Corwin, J.E. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta:
EGC.
12. Wibowo, S., dan Gofir, A., 2001, Farmakoterapi Dalam Neurologi Edisi Pertama,
Salemba Medika, Jakarta
13. Stringer, J.L , 2009 . Buku konsep dasar Farmakologi , buku kedokteran . Jakarta .
14. Novantis, 2009 , Cataflam (Diklofenak Potassium Immediate Relase Tablet)
www.pharma.us.novantis.com/product/pi/pdf/Cataflam.pdf diakses tanggal 9
november 2018
30
15. Gunawan, T., 2010 , Analgesik-Antiinflamasi Sari Buah Nanas (Ananas comosus
L.) Pada Mencit Putih Betina, skripsi , Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
17. Kamal, Netti., 2010. Pengaruh bahan aktif CMC Carboxyl Methyl Cellulose)
terhadap beberapa parameter pada larutan sukrosa .jurnal teknologi , 1(17) , 76-84.
18. Morris, C.J., 2003 ,Caragenin Induced Paw Edema in The Rat an Mouse
Inflammation Protocols , Methods in Molecular Biology, Vol 2 , 115-122.
19. Siswanto, A., dan Nurulita N.A., 2005 . Daya Antiinflamasi Infus Daya Mahkota
Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Jantan Prosiding Seminar Nasional TOI XXVII , Batu , 177-181.
20. Suleyman, H., Demercan, B., Karagoz, Y., dan Ozta, N., 2004 , Antinflamanttory
Effect Of Selective COX-2 Inhibitors, J. Pharmacol., 56(6) , 775-780.
21. Rowe, C.R., Sheskey, J.P., dan Weller, J.W., 2003 .Handbook Of Pharmaceutical
Excipien Edisis IV, Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical 101-103.
22. Akbar, B. (2010). Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang Berpotensi
Sebagai Bahan Antifertilitas. Jakarta: Adabia Press. Halaman 10-12.
23. Widyantoro, A. D. (2010). Senyawa Anti Inflamasidari Kulit pasak bumi Eksakta
24. Djamin, A.,2006 , Jurnal Uji Efek Antiinflamasi dan Toksisitas Fraksi Aktif
Spilanthes Pniculata Wall & DC. Adobe Reader.
25. Turner, R. (1965). Screening Metods In Pharmacology, Vol 1.New York and
London: Acadenic Press.
26. Marjoni, R.M. (2016). Dasar-Dasar Fitokimia. Jakarta Timur: TRANS INFO
MEDIA. Halaman 125-126
Puasakan tikus selama 18 jam, diberi tanda kaki kiri belakang tikus
Setelah 1 jam
Lampiran 3. Volume rata-rata udem telapak kaki tikus betina tiap jam selama 6 jam
Table 1.volume rata-rata udem telapak kaki tikus betina tiap jam selama 6 jam
Lampiran 4 Grafik Volume Rata-Rata Udem Telapak Kaki Tikus Putih Betina
Setiap Jam Selama 6 Jam
1,2
1
Volume rata - rata udem
0,8 negatif
zat uji 1
0,6
zat uji 2
0,4 zat uji 3
0,2 positif
0
1 2 3 4 5 6
waktu (Jam)
Gambar 3 (Grafik volume rata-rata udem telapak kaki tikus putih betina setiap jam
selama 6 jam)
35
Lampiran 5. Persentase volume rata-rata udem telapak kaki tikus putih betina
(𝑣𝑡)−(𝑣0)
Menggunakan rumus : %udem = x 100%
(𝑣0)
Contoh :
Table II. persentase volume rata-rata udem telapak kaki tikus putih betina
Lampiran 6. Grafik persentase volume rata-rata udem telapak kaki tikus putih
betina
70
Persentase volume udem (%)
60
50
karagenin
40
Kalium diklofenak
30
zat uji 1
20 zat uji 2
zat uji 3
10
0
1 2 3 4 5 6
waktu (Jam)
Gambar 4 (Grafik persentase volume rata-rata udem telapak kaki tikus putih betina)
37
Lampiran 7. Persentase inhibis rata-rata telapak kaki tikus putih betina terhadap
waktu (jam) pada pemberian ekstrak etanol petikan kebo dan kalium diklofenak
selama 6 jam
𝑎−𝑏
Menggunakan rumus : % inhibisi = 𝑥 100%
𝑎
contoh
Table III. persentase inhibisi rata-rata telapak kaki tikus betina terhadap waktu
(jam) pada pemberian ekstrak etanol petikan kebo dan kalium diklofenak
100
kalium
90 diklofenak
80 zat uji 1
Persentase Inhibisi (%)
70
60 zat uji 2
50
zat uji 3
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6
waktu (Jam)
Gambar 5 (Grafik persentase inhibisi telapak kaki tikus putih betina)
39
Menggunakan rumus
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑜𝑏𝑎𝑡−𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑢𝑗𝑖
100%-( )𝑥100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑜𝑏𝑎𝑡
84,9−58,49
Dosis 26 mg/5ml = 100% - ( ) 𝑥 100%
84,9
∑ xi
X= = 58,13
𝑛
{𝑛 ∑𝑥1 }−{∑xi}
S2 = 𝑛(𝑛−1)
(24 𝑥 96601,1141)−{1395,12)2
= = 673,7815
24(24−1)
S = √673,7815 = 25,96
α max ≤ D table
0,1217 ≤ 0,294
Ha : Terdapat perbedaan antara kelompok kalium diklofenak dengan kelompok zat uji I
26 mg/5ml, kelompok zat uji II 52 mg/5ml dan kelompok zat uji III 104 mg/5ml
Ha :δ1 kelompok kalium diklofenak =δ2 kelompok zat I 26 mg/5ml =δ3 kelompok zat
uji II 52 mg/5ml =δ4 kelompok zat uji III 104 mg/5ml
H0 :δ1kelmpk kalium diklofenak ≠δ2 kelompok zat uji I 26 mg/5ml ≠δ3 kelompok zat
uji II 52 mg/5ml ≠δ4 kelompok zat uji III 104 mg/5ml
∑(𝑛𝑖−1)𝑠2𝑠𝑖
S2 = ∑(𝑛𝑖−1)
2= ( 5 𝑥 527,1205)+(5 𝑥 1174,3432)+(5 𝑥 468,6962)+(5 𝑥 96,8632)
S 5+5+5+5
2 = 2635,6025+5871,716+2343,481+484,316
S 20
2=
S 566,7558
S2 = log 566,7558= 2,7534
χ2 hitung ≤ x tabel
6,5025 ≤ 7,82
Kelompok
Jam
Ke Ka. Zat uji dosis 26 Zat uji dosis 52 Zat uji dosis 104
diklofenak mg/5ml mg/5ml mg/5ml
H0 :Si2 kelompok kalium diklofenak ≠ Si2 kelompok zat uji I 26 mg/5ml ≠ Si2
kelompok zat uji II 52 mg/5ml ≠ Si2 kelompok zat uji III 104 mg/5ml
(∑𝑥𝑖)
3. JK total = ∑xi2 - 𝑛.𝑘
(1398,12)
= 96601,1141 - 6(4)
= 15502,7885
(∑𝑥𝑖)+(∑𝑥𝑖)+(∑𝑥𝑖)+(∑𝑥𝑖)+(∑𝑥𝑖) (∑𝑥𝑖)
4. Jk perlakuan ={ }-
𝑛 𝑛 𝑛 𝑛 𝑛 𝑛.𝑘
= 4116,7996
6. dK perlakuan = k – 1
= 4 -1 = 3
𝑗𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
9. kR perlakuan = 𝑑𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
4116,7996
= 3
= 1372,2665
𝑗𝑘 𝑔𝑎𝑙𝑙𝑎𝑡
10. kR gallat = 𝑑𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
(11385,9889)
= 20
= 569,2994
𝑘𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
11. Fhitung= 𝑘𝑟 𝑔𝑎𝑙𝑙𝑎𝑡
1372,2665
= 569,2994
= 2,4104
α = 0,01
Fhitung≤ Ftabel
2,4104 ≤ 5,29
Terima H0