BIOAUTOGRAFI
Farmasi
Disusun oleh:
NIM : E17068
2020
i
PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR
Laporan tugas akhir ini telah disetujui oleh dosen pembimbing pada:
Hari : Selasa
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui:
Wakil Direktur 1
ii
PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR
Laporan tugas akhir ini telah disahkan oleh dewan penguji pada:
Hari : Selasa
Laporan tugas akhir ini telah dipertahankan di hadapan dewan penguji pada:
Hari : Kamis
Mengesahkan:
iii
PERSEMBAHAN
untuk:
Harni).
iv
MOTTO
1. Nasip dirimu ada ditanganmu sendiri. Kau lahir ke dunia seorang diri, kau
mati juga akan sendiri, kau dibangkitkan sendirian dan akan dihisab sendirian
pula.
2. Balas dendam yang terbaik adalah menjadikan diri sendiri menjadi yang
terbaik.
3. Menjadi anak muda penuh karya dan tak ada kamus menyesal didalam hidup.
So, just do it,,, try the best,,, and make the best what you have.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
penulisan tugas akhir ini dengan judul ‘’Identifikasi Senyawa Antibakteri Ekstrak
Penulisan laporan tugas akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat
Politeknik Indonusa Surakarta. Penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak, karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
Indonusa Surakarta.
3. apt. Mariska Sri Harlianti., M.Sc. selaku pembimbing I dan Iin Suhesti,
4. Dosen dan karyawan yang telah memberikan bimbingan dan bantuan kepada
vi
5. Seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan dukungan semangat
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan laporan
penyusunan laporan tugas akhir ini. Semoga laporan tugas akhir ini dapat
Wahyu Oktaviani
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PERSEMBAHAN iv
MOTTO v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR TABEL xi
ABSTRAK
ABSTRACT
BAB I. PENDAHULUAN 1
viii
BAB II. LANDASAN TEORI 8
2.3. Media 14
2.4. Antibakteri 16
4.1. Determinasi 31
4.4. Hasil Evaluasi Ekstrak Etanol Herba Kemangi (Ocimum sanctum L.) 33
ix
4.8. Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT) 38
BAB V. PENUTUP 43
5.1. Kesimpulan 43
5.2. Saran 43
DAFTAR PUSTAKA 45
LAMPIRAN 48
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.4 Hasil Uji Screening Fitokimia Ekstrak Etanol Herba Kemangi 35
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
ABSTRAK
Oleh:
Wahyu Oktaviani
NIM. E17068
By:
Wahyu Oktaviani
NIM. E17068
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi merupakan salah satu penyakit yang masih menduduki peringkat
atas dari penyakit yang diderita oleh masyarakat Alimuddin dan Masriani (2008).
penjamu (host). Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi adalah bakteri
kulit dan termasuk bakteri gram positif bersifat aerob, berbentuk kokus dan tidak
termasuk salah satu bakteri yang dapat menyebakan jerawat atau acne vulgaris
(Kuswiyanto, 2016).
mendorong para ilmuwan untuk menemukan senyawa antibakteri baru yang poten
Haryoto dkk., (2018). Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai
digunakan sebagai obat sakit perut, obat demam, menghilangkan bau mulut dan
1
2
2015). Menurut Angelina, dkk., (2015) tanaman kemangi (Ocimum sanctum L.)
memiliki senyawa aktif seperti minyak atsiri, flavonoid dan tanin yang berpotensi
sebagai antibakteri. Aktivitas antibakteri yang dimiliki oleh ekstrak etanol daun
pertumbuhan bakteri E. coli sebesar 6,90 mm dan bakteri S. aureus sebesar 12,10
mm. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum
sanctum L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri E. coli termasuk dalam
seperti pada ekstrak etannol daun kemangi (Ocimum americanum L.) adalah
bakteri P. acne (Septiandari dkk., 2015). Pada ekstrak etanol daun kemangi
(Ocimum bacilicum L.) juga ditemukan senyawa turunan minyak atsiri yaitu
(Hidayati dan Bahar, 2018). Selain itu, pada ekstrak daun kemangi (Ocimum
sanctum L.) ditemukan senyawa flavonoid, minyak atsiri dan tanin yang dapat
Namun, sampai saat ini belum diperoleh publikasi yang menerangkan aktivitas
antibakteri dari herba kemangi (Ocimum sanctum L.). Oleh karena itu, dalam
penelitian ini akan melakukan uji identifikasi senyawa antibakteri dalam ekstrak
3
Salah satu metode yang saat ini luas digunakan dalam mendeteksi aktivitas
digunakan untuk mendeteksi bercak pada kromatogram hasil KLT yang memiliki
bioautografi KLT?
Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus dan tidak
menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh sebab itu, penulis memfokuskan
2. Ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum sanctum L.) diperoleh dengan cara
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa apakah yang berperan sebagai
KLT.
1. Bagi Penulis
bioautografi KLT.
2. Bagi Institusi
3. Bagi Masyarakat
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Eksperimen
2013).
2. Studi Pustaka
3. Dokumentasi
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang berbagai macam landasan teori dari berbagai sumber
pembanding.
Bab ini menguraikan tentang waktu dan tempat penelitian, jenis penelitian,
variabel penelitian, alat dan bahan, prosedur penelitian dan teknik analis data.
senyawa aktif antibakteri dari ekstrak etanol herba kemangi dengan metode
7
antibakteri dari ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum santum L.) tehadap
KLT.
BAB V. PENUTUP
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan yang menjawab dari rumusan masalah
dan saran yang diajukan penulis sebagai referensi untuk mengembangkan produk
yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Tubiflorae
Suku : Labiatae
Marga : Ocimum
8
9
2.1.2 Morfologi
tinggi 30-150 cm, batang berkayu, segi empat, beralur, bercabang, berbulu, hijau.
Daun tunggal, bulat telur, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi,
pertulangan menyirip, panjang 14-16 mm, lebar 3-6 mm, tangkai panjang ±1 cm,
daun berwarna hijau. Bunga majemuk, berbulu, daun pelindung bentuk elips,
keungunan. Biji berbentuk kecil tiap buah terdiri 4 biji berwarna hitam. Akar
oleh Angelina dkk., (2015) mengatakan bahwa dari hasil uji fitokimia ekstrak
etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L.) terdapat senyawa flavonoid, minyak
atsiri dan tanin. Berdasarkan uraian diatas terdapat senyawa metabolit sekunder
yang terdapat dalam ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum sanctum L.) adalah:
1. Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang memiliki struktur inti C6-
Senyawa ini dapat termasuk senyawa polifenol karena mengandung dua atau
lebih gugus hidroksil, bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa dan
10
dalam pelarut polar seperti metanol, etanol, butanol, etil asetat (Hanani,
2015).
2. Alkaloid
nitrogen (N) biasanya pada cincin heterosikliks dan bersifat basa. Alkaloid
asam organik yang terdapat pada tumbuhan, seperti asam maleat, asam
sukinat dan bersifat larut dalam pelarut polar etanol ataupun air (Hanani,
2015).
3. Saponin
Saponin adalah suatu senyawa yang memiliki bobot molekul tinggi atau besar
molekul gula yang terikat dengan aglikontriterpen atau steroid. Saponin dapat
4. Tanin
Tanin adalah suatu senyawa polifenol yang tersebar luas dalam tanaman
terutama dalam jaringan kayu seperti kulit batang, daun dan buah. Tanin
yang mengakibatkan terjadinya koloid dalam air, memiliki rasa sepat dengan
dapat digunakan dalam industri sebagai penyamak kulit hewan. Tanin dapat
Daun kemangi (Ocimum sanctum L.) berkhasiat sebagai pelancar air susu ibu,
Selain itu, daun kemangi juga dapat dimanfaatkan untuk mengilangkan bau mulut
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut di uapkan dan
massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku
Ekstraksi merupakan proses penarikan zat yang dapat larut dari simplisia
diantaranya adalah:
1. Maserasi
pelarut yang cocok di suhu kamar selama waktu tertentu dengan sekali
diaduk. Prinsip kerja dari maserasi adalah proses melarutnya zat aktif
(Marjoni, 2016).
2008). Proses maserasi dilakukan selama 5 hari dalam suhu kamar dan
terlindung dari cahaya, serta diaduk secara berulang-ulang. Setelah 5 hari sari
2. Perkolasi
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip kerja perkolasi
adalah serbuk simplisia di tempatkan dalam suatu bejana silinder yang bagian
bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah
melalui serbuk tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang
Metode ini menggunakan pelarut yang selalu baru untuk melarutkan senyawa
13
3. Refluks
Refluks adalah cara ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik didihnya selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
terhadap residu pertama agar hasil penyarian lebih baik dan sempurna.
4. Soxhletasi
didih dengan alat soxhlet. Pada metode soxhletasi simplisia dan ekstrak
uap masuk dalam labu pendingin. Hasil kondensasi jatuh ke bagian simplisia
5. Infusa
Infusa adalah cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut air dengan suhu 96-
98℃ selama 15-20 menit (dihitung setelah suhu 96℃ tercapai). Bejana infusa
tercelup dalam tangas air. Metode ini sesuai untuk simplisia yang bersifat
6. Dekok
Dekok adalah cara ekstraksi yang mirip dengan infus hanya saja waktu yang
digunakan untuk proses ekstraksinya lebih lama yaitu 30 menit dan suhunya
7. Destilasi
Destilasi merupakan cara ekstraksi untuk menarik atau menyari senyawa yang
ikut menguap dengan air sebagai pelarut. Pada proses pendinginan senyawa
dan uap air akan terkondensasi lalu terpisah menjadi destilat air dan senyawa
yang ekstraksi. Metode ini umum digunakan untuk menyari minyak atsiri dari
2.3. Media
nitrogen, sulfur, fosfor dan faktor pertumbuhan organik lainnya. Menurut Radji,
1. Harus mengandung nutrisi yang tepat untuk bakteri spesifik yang akan
dibiakkan.
lain.
15
antara lain:
a. Media Sintetik
b. Media Kompleks
Media yang mengandung nutrisi tinggi seperti ekstrak ragi, ekstrak daging
atau protein lain sebagai sumber nutrisi dalam pertumbuhan bakteri. Media
berbentuk padat dan ditambahkan agar dari ganggang laut disebut nutrient
agar.
lainnya.
16
2.4. Antibakteri
mengontrol populasi mikroba di dalam tanah, air dan limbah dari lingkungan
(Radji, 2010).
Kingdom : Bacteria
Phylum : Fermicutes
Class : Bacilli
Ordo : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphyloccoccus
Bakteri Staphylococcus epidermidis adalah salah satu spesies bakteri gram positif
dari genus Staphylococcus yang secara alami hidup pada kulit dan membran
mukosa manusia. Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu 37℃ berbentuk bulat/kokus
dengan diameter ±1µm. Pada hasil mikroskopik koloni ini cenderung berbentuk
seperti buah anggur, berwarna putih, tidak bergerak, tidak membentuk spora, tidak
menghasilkan enzim koagulase dan bersifat non patogen. Bakteri ini dapat
17
(Kuswiyanto, 2016).
Pemisahan KLT (kromatografi lapis tipis) berdasarkan pada adsorpsi, partisi atau
kombinasi tergantung pada jenis lempeng, fase diam dan fase gerak yang
digunakan. Fase diam yang umumnya digunakan adalah silika gel dan fase gerak
penyangga hingga tempat penotolan terletak di sebelah bawah dan masukkkan rak
tepi bawah lapisan penjerap dan totolan jangan sampai terendam. Letakkan tutup
bejana dan biarkan hingga fase gerak merambat sampai batas jarak rambat.
Keluarkan lempeng dan keringkan. Amati bercak dengan sinar tampak ultraviolet
(366 nm). Identifikasi diperoleh dengan pengamatan bercak dan harga Rf. Harga
rambat fase gerak, diukur dari titik penotolan sampai titik yang memberikan
Kesehatan, 2013).
yang efisien untuk mendeteksi adanya senyawa antimikroba karena letak bercak
metode bioautografi adalah tidak dapat digunakan untuk menentukan KHM dan
1. Bioautografi langsung
dengan menyentuhkan plat KLT pada permukaan media agar yang telah
aktif tampak sebagai area jernih dengan latar belakang keruh (Pratiwi, 2008).
2. Bioautografi overlay
akan tampak sebagai area jernih dengan latar belakang ungu (Pratiwi, 2008).
Jurnal pertama yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh Angelina, dkk., (2015)
ekstrak 20% terhadap E. coli sebesar 6,90 mm dan S. aureus sebesar 12,10 mm.
Jurnal kedua yaitu dilakukan oleh Haryoto, dkk., (2018) yang berjudul
‘’Aktivitas Antibakteri dan Bioautografi Ekstrak Etanol, Fraksi Non Polar, Semi
Polar serta Polar Daun Sirsak (Annona muricata L.) terhadap Klebsiella
etanol, fraksi non polar, semi polar serta polar daun sirsak mempunyai aktivitas
dengan Kadar Bunuh Minimum (KBM) sebesar 2,5%, 3%, 3,5%, 4% dan 4,5%.
polifenol.
BAB III
TINJAUAN UMUM
fenomena yang diteliti tanpa menjelaskan ada tidaknya hubungan antar variabel
20
21
3.4.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: autoklaf, bunsen, baskom,
batang pengaduk, blue tip, cawan petri, cawan porselin, corong kaca, enkas,
erlemenyer, gelas kimia, gelas ukur, gunting, jarum ose, jangka sorong, inkubator,
loyang, lampu UV, kaca arloji, kompor listrik, mikropipet, masker, oven, plastik,
pipa kapiler, pinset, pipet tetes, pisau, penangas air, penggaris, rak tabung, rotary
3.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: aquades, alumunium foil,
asam asetat, bakteri Staphylococcus epidermidis, butanol, cat gram A, cat gram
cat gram B, cat gram C, cat gram D, etanol teknis 96%, herba kemangi (Ocimum
sanctum L.), larutan asam klorida (HCl) pekat, lempeng KLT silika GF 245,
kertas saring, media Nutrient Agar (NA), media Nutrient Brooth (NB), pereaksi
(Mg).
22
bakteri, uji kromatografi lapis tipis (KLT), uji bioautografi dan identifikasi
senyawa antibakteri.
Sampel yang digunakan ialah tanaman kemangi (Ocimum sanctum L.) diperoleh
dari daerah Boyolali. Herba dipanen disaat tanaman sudah berbunga penuh dan
sudah mulai pembentukan biji serta daun-daun bagian bawah sudah mulai berubah
digunakan adalah herba kemangi segar sebanyak 1,5 kg yang dipanen pada pagi
hari.
3.4.2 Determinasi
Karangayar.
Kesehatan, 2000).
23
Pembuatan ekstrak dari serbuk kering simplisia herba kemangi dengan cara
maserasi menggunakan pelarut etanol yang sesuai yaitu etanol 96%. Timbang 300
gram serbuk simplisia dimasukkan ke dalam wadah tertutup rapat dan diekstraksi
1:10 (Departemen Kesehatan, 2008). Sampel didiamkan selama 5 hari dalam suhu
kamar sambil diaduk secara berulang dan dijauhkan dari dari cahaya matahari
langsung. Setelah 5 hari hasil maserasi disaring dengan kain flanel dan kertas
dan penangas air dengan suhu 60℃ hingga terbentuk ekstrak kental. Kemudian
temperatur 105℃ selama 30 menit atau sampai berat konstan. Metode dari susut
pengeringan yaitu ekstrak ditimbang seksama 1-2 gram dalam botol timbang
dangkal tertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105℃ selama 30
menit dan ditara. Ratakan ekstrak dalam botol timbang dengan menggoyangkan
botol dan masukkan ke dalam oven, buka tutupnya, keringkan pada suhu
1. Uji Alkaloid
mayer. Hasil uji positif pereaksi mayer dengan terbentuknya endapan putih
atau krem yang mengindentifikasi uji positif alkaloid (Illing dkk., 2017).
2. Uji Flavonoid
etanol 96%. Kemudian ditambah dengan serbuk magnesium (Mg) dan 3 tetes
asam klorida (HCl) pekat. Hasil positif jika terbentuk warna merah hingga
3. Uji Saponin
beberapa tetes HCl pekat dan kocok (Illing dkk., 2017). Hasil positif jika
terbentuk buih yang stabil ± 10 menit dan buih tidak hilang setelah
4. Uji Tanin
dkk., 2017). Hasil positif jika terbentuk endapan berwarna biru atau hijau
Media nutrien agar (NA) dibuat dengan menimbang sebanyak 0,6 gram
Media nutrien broth (NB) dibuat dengan menimbang sebanyak 0,76 gram
media tersebut disterilkan dengan cara autoklaf pada suhu 121℃ selama 15
yang telah disterilkan ke dalam tabung reaksi dan dimiringkan sekitar 45℃
zig-zag (Angelina dkk., 2015). Kemudian tutup dengan kapas steril dan
Dilakukan dengan mengoreskan sebanyak satu ose dari bakteri yang telah
sedikit akuades di atas kaca objek dan keringkan di atas nyala api.
Tambahkan beberapa tetes larutan cat gram A (kristal violet) dan dibiarkan
beberapa tetes larutan cat gram B (lugol) dan biarkan selama 1 menit. Setelah
itu, cuci dengan akuades dan keringkan. Tambahkan beberapa tetes larutan
cat gram C (alkohol 96%) dan biarkan 30 detik. Lalu cuci dengan akuades
dan keringkan. Tambahkan larutan cat gram D (safranin) dan biarkan selama
Setelah kering, tambahkan satu tetes minyak emersi dan diamati di bawah
suhu 37℃ selama 24 jam. Larutan hasil inkubasi diambil dan disamakan
Wulandari, 2014).
27
Menggunakan plat silika gel sebagai fase diam dengan ukuran 6,5 x 1 cm.
Selanjutnya diberi tanda garis tepi atas dengan jarak 0,5 cm sebagai tanda
batas dari proses elusi dan garis tepi bawah dengan jarak 1 cm sebagai posisi
awal totolan. Selanjutnya plat diaktifkan dengan cara dipanaskan pada suhu
100℃ selama 30 menit untuk menghilangkan kadar air yang terdapat pada
di tepi bawah lempeng dan biarkan kering. Jenuhkan fase gerak dengan
lempeng KLT ke dalam gelas kimia tersebut dan tempat penotolannya tidak
boleh terendam. Tutup rapat dan biarkan merambat sampai batas atas.
pendek (254 nm) kemudian dengan sinar ultraviolet gelombang panjang (366
nm). Ukur dan catat jarak bercak dari titik penotolan dan catat panjang
(Hanani, 2015).
Nutrien agar (NA) sebanyak 0,6 gram ditimbang dan ditambahkan dengan
autoklaf pada suhu 121℃ selama 15 menit dan dibiarkan sampai media cukup
hangat (Angelina dkk., 2015). Selanjutnya media nutrien agar (NA) yang
nutrien agar (NA) hingga seluruh permukaan tertutup dan dibiarkan selama 5-
bioautografi:
1. Alkaloid
Pereaksi ini akan menghasilkan warna jingga dengan latar belakang kuning
2. Flavonoid
(Hanani, 2015).
3. Saponin
(Hanani, 2015).
4. Tanin
digunakan adalah besi (III) klorida (FeClᴣ) dan dideteksi pada panjang
epidermidis dalam ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum sanctum L.) yaitu:
warna merah sampai merah lembayung. Hasil positif mengandung tanin jika
2. Hasil KLT diamati dibawah sinar ulraviolet gelombang pendek (254 nm) dan
3. Hasil uji bioautografi yang diperoleh berupa diameter zona hambat (mm)
4.1. Determinasi
yang digunakan dalam penelitian adalah tanaman kemangi (Ocimum sanctum L.).
digunakan dalam penelitian sesuai dengan monografi yang telah ditetapkan (Vifta
Bahan baku tanaman kemangi didapatkan dari Desa Jeron, Nogosari, Boyolali.
Tanaman kemangi tersebut diambil pada waktu pagi hari. Sampel tersebut di
sortasi dan dipisahkan dari akar serta kotoran yang menempel. Kemudian sampel
dicuci sampel akan ditiriskan dan dilakukan pemotongan dengan pisau atau
gunting untuk mempercepat proses pengeringan. Lalu sampel yang telah dipotong
dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 60℃ untuk mengurangi kadar air
yang terkandung dalam sampel. Hal ini disebabkan karena air merupakan media
31
32
yang baik untuk pertumbuhan jamur maupun mikroorganisme (Kusnadi dan Devi,
2017). Jika sampel mengandung banyak kandungan air maka sampel akan mudah
sampel tidak dapat disimpan dalam jangka waktu lama. Proses pengeringan
dihentikan sampai konstan. Hasil dari proses pengeringan ditunjukan pada Tabel
4.1.
73,61%. Hal ini menunjukkan bahwa air dan senyawa lain yang hilang pada saat
dilakukan agar simplisia tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam
simplisia herba kemangi (Ocimum sanctum L.) dapat dilihat pada Lampiran 3.
pelaksanaannya lebih mudah, sederhana dan tidak menggunakan panas yang dapat
etanol 96% dengan perbandingan 1:10 yang disimpan selama 5 hari di suhu kamar
33
sambil dilakukan pengadukan sehari tiga kali serta dijauhkan dari sinar matahari
meratakan konsentrasi larutan antara konsentrasi larutan didalam sel dan diluar sel
dengan menggunakan kain flanel dan kertas saring. Filtrat yang didapatkan
atas waterbath sampai terbentuk ekstrak kental yang konstan. Kemudian dihitung
rendemen ekstrak dan hasilnya ditunjukkan pada Tabel 4.2 dan Lampiran 4.
Tabel 4.2 Hasil Rendeman Ekstrak Etanol Herba Kemangi (Ocimum sanctum L.)
Berat Jumlah Jumlah Ekstrak yang
Rendeman Ekstrak
Simplisia Pelarut Dihasilkan
300 gram 3000 ml 51,57 gram 17,19 %
rendeman juga menunjukkan besarnya senyawa yang dapat larut dalam pelarut
4.4. Hasil Evaluasi Ekstrak Etanol Herba Kemangi (Ocimum sanctum L.)
menggunakan panca indera untuk mendiskripsikan bentuk, warna, bau dan rasa
yang sederhana mengenai ekstrak (Departemen Kesehatan, 2000). Hasil dari uji
organoleptik ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum sanctum L.) dapat dilihat
Tabel 4.3 Hasil Uji Organoleptik Ekstrak Etanol Herba Kemangi (Ocimum
sanctum L.)
Nama Ekstrak Bentuk Warna Bau
Ekstrak etanol herba
Kental Hijau kecokelatan Bau khas
kemangi
memiliki bentuk ekstrak kental dan warna hijau kecokelatan serta mengeluarkan
kurs dengan suhu 105℃ selama 1 jam sampai didapatkan berat konstan.
Berdasarkan hasil pada uji susut pengeringan ekstrak etanol herba kemangi
didapatkan sebesar 6%. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya senyawa maupun
air yang hilang dalam proses pengeringan adalah 6%. Menurut Departemen
Kesehatan, (2000) bahwa syarat untuk memenuhi standar ekstrak yang baik yaitu
<10%. Berdasarkan hal itu, menunjukkan bahwa uji susut pengeringan ekstrak
pengeringan ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum sanctum L.) dapat dilihat
pada Lampiran 5.
Uji skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian yang
terkandung dalam sebuah tanaman yang diteliti. Metode skrining fitokimia yang
dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna (Hanani, 2015). Hasil uji
Tabel 4.4 Hasil Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Herba Kemangi (Ocimum
sanctum L.)
No Uji Literatur Hasil Uji Keterangan
Larutan krem dan
Endapan krem atau
1 Alkaloid endapan abu -
putih
kehijauan
Warna merah sampai
2 Flavonoid Larutan merah bata +
merah lembayung
Terbentuk busa
Busa stabil ± 10
3 Saponin hanya selama < 1 -
menit
menit
Endapan berwarna Endapan hijau
4 Tanin +
biru/hijau kehitaman kehitaman
Keterangan: (+) menunjukkan hasil positif mengandung senyawa
(-) menunjukkan hasil tidak mengandung senyawa
Uji senyawa flavonoid pada ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum sanctum
reduksi antara magnesium dan asam klorida pekat (Adrianta, 2016). Berdasarkan
hasil yang didapatkan tersebut menandakan bahwa ekstrak etanol herba kemangi
36
Uji senyawa tanin pada ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum sanctum L.)
senyawa kompleks antara gugus fenol tanin dan Fe3+ (Adrianta, 2016).
herba kemangi (Ocimum sanctum L.) positif mengandung tanin ditandai dengan
Berdasarkan hasil uji skrining fitokimia pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa
ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum sanctum L.) positif mengandung flavonoid
dan tanin. Namun, menurut Angelina dkk., (2015) dalam hasil skrining fitokimia
ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L.) positif mengandung flavonoid,
minyak atsiri, saponin dan tanin. Hal terjadi perbedaan hasil penelitian
sesuai dengan bakteri yang diteliti. Identifikasi dilakukan dengan cara pengamatan
Proses pewarnaan gram dimulai dengan meneteskan cat gram A berisi kristal
violet sebagai warna dasar yang memberikan warna ungu. Kemudian di teteskan
cat gram B berisi larutan lugol yang akan membentuk kompleks berwarna ungu.
Selanjutnya dicuci oleh cat gram C berisi alkohol 96%. Bakteri yang
Sedangkan bakteri yang melepaskan zat warna ungu tersebut merupakan bakteri
gram negatif. Lalu bakteri tersebut ditambahkan dengan cat gram D berisi safranin
yang menyebabkan bakteri gram negatif akan berwarna merah dan bakteri gram
ditandai dengan hasil setelah perwarnaan gram menghasilkan warna ungu. Hal ini
dilakukan secara tidak langsung dengan melihat kekeruhan dari media cair. Salah
satu tanda bahwa bakteri tersebut berkembangbiak adalah pada media cair
tersebut sesuai dengan standar. Jika suspensi bakteri terlalu keruh maka akan
mempengaruhi hasil penelitian. Oleh karena itu, setiap percobaan suspensi bakteri
Lampiran 10.
berdasarkan prinsip adsorpsi dan partisi, yang ditentukan oleh fase diam dan fase
berdasarkan pemisahan pada distribusi senyawa dalam campuran fase gerak dan
fase diam (Rubiyanto, 2016). Sehingga dalam proses pemisahan KLT senyawa
yang akan dipisahkan bergerak naik mengikuti fase gerak oleh adanya daya
adsorben pada fase diam dan akan berdistribusi berbeda-beda berdasarkan tingkat
kepolarannya. Oleh karena itu, terjadi pemisahan dan menimbulkan bercak pada
plat KLT.
Fase gerak yang digunakan pada penelitian ini adalah butanol:asam asetat:air
dengan perbandingan 4:1:5. Sedangkan fase diam yang digunakan adalah plat
silika gel dengan ukuran 6,5 cm x 1 cm. Plat KLT sebelumnya dilakukan
pemanasan dengan oven pada suhu 100℃ selama 30 menit untuk menghilangkan
kandungan air yang terdapat pada plat sehingga daya serap plat menjadi maksimal
(Sastrohamidjojo, 1985). Menurut Harbone (1987) salah satu syarat eluen yang
baik adalah eluen yang dapat memisahkan senyawa dalam jumlah banyak ditandai
39
dengan munculnya noda. Syarat noda yang baik adalah bentuk noda tidak berekor
dan jarak antar noda satu dengan yang lainnya terlihat jelas. Berdasarkan hasil uji
kromatografi lapis tipis ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum sanctum L.)
Tabel 4.5 Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol Herba Kemangi
(Ocimum sanctum L.)
Pereaksi Hasil Pengamatan
Uji Bercak Rf Keterangan
Semprot UV 366 nm UV 254 nm
Hijau
1,9 0,38 Ungu -
kehitaman
Hijau
3 0,60 Ungu -
kehitaman
Flavonoid AlClᴣ
Kuning
3,5 0,70 Biru kehitaman +
kehijauan
Kuning
4,4 0,88 Biru kehitaman +
kehijauan
Kecokelatan Hitam
1,9 0,38 -
hitam kecokelatan
Kecokelatan Hitam
3 0,60 -
hitam kecokelatan
Alkaloid Dragendorf
Kecokelatan Hitam
3,5 0,70 -
hitam kecokelatan
Kecokelatan Hitam
4,4 0,88 -
hitam kecokelatan
Hitam
1,9 0,38 Hitam +
kecokelatan
Hitam
3 0,60 Hitam +
kecokelatan
Tanin FeClᴣ
Hijau
3,5 0,70 Kecokelatan -
kehitaman
Hijau
4,4 0,88 Kecokelatan -
kehitaman
1,9 0,38 Abu-abu Abu kehitaman -
3 0,60 Anisaldehid Kebiruan hijau Keungunan biru -
Saponin
3,5 0,70 -asam sulfat Kebiruan hijau Keungunan biru -
4,4 0,88 Kebiruan hijau Keungunan biru -
Keterangan: (+) menunjukkan hasil positif mengandung senyawa
(-) menunjukkan hasil tidak mengandung senyawa
40
dengan nilai Rf 0,38, 0,60, 0,70 dan 0,88. Eluen tersebut terdiri dari butanol, asam
asetat dan air termasuk dalam polar (Hanani, 2015). Menurut Wulandari (2011)
bahwa senyawa akan cenderung larut dalam fase polaritas yang sama. Sehingga
Setelah plat KLT tersebut dielusi maka, plat KLT tersebut dilakukan
(Tanin). Bercak dengan Rf 0,38 dan 0,60 diduga mengandung tanin karena setelah
warna kehitaman. Hal ini sesuai dengan Hanani (2015) yang mengatakan bahwa
senyawa tanin pada panjang gelombang pendek akan terlihat warna hitam gelap.
Sedangkan pada bercak dengan Rf 0,70 dan 0,88 diduga mengandung flavonoid
karena setelah disemprotkan pereaksi AlClᴣ dan diamati dalam sinar UV 365 nm
menghasilkan warna kuning kehijauan. Hal ini sesuai dengan Hanani (2015) yang
pada suhu 37℃ selama 24 jam. Kemudian dilakukan pengamatan berupa zona
hambat yang tidak ditumbuhi oleh bakteri pada titik-titik tertentu yang
mengandung senyawa antibakteri. Hasil uji bioautografi KLT pada ekstrak etanol
herba kemangi (Ocimum sanctum L.) dapat ditunjukkan pada Tabel 4.6 dan
Lampiran 9.
Tabel 4.6 Hasil Uji Bioautografi KLT pada Ekstrak Etanol Herba Kemangi
(Ocimum sanctum L.)
Hasil Diameter Zona
No
Nilai Rf hambat (mm) Rata-rata
Plat
Vertikal Horizontal
1 0,60 2,06 2,06 2,06
2 0,88 2,02 2,06 2,04
3 0,88 2,04 2,06 2,05
ditandai dengan terbentuknya zona bening pada Rf 0,60 dan 0,88. Kemudian
gelombang pendek akan terlihat warna gelap. Menurut Ningsih, dkk., (2016)
42
bahwa tanin memiliki mekanisme kerja dengan menghambat sintesis khitin yang
digunakan untuk pembentukan dinding sel dan merusak dinding sel mikroba.
terlihat warna kuning. Menurut Paramita, dkk., (2018) bahwa flavonoid memiliki
mekanisme kerja sebagai antibakteri dengan cara mendenaturasi protein sel dan
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
KLT dengan beberapa pereaksi didapatkan hasil bahwa senyawa yang dapat
diduga adalah senyawa tanin dan Rf 0,88 diduga adalah senyawa flavonoid.
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka perlu beberapa hal untuk
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang eluen lebih cocok dan tepat
43
44
45
46
Septiandari, V. K., Wahyuni, D., & Murdiyah, S. (2015). Pengaruh Ekstrak Daun
Kemangi (Ocimum americanum L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri
Propionibacterium acne. Prosiding Seminar Nasional Biologi, 512–518.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta:
ALFABETA.
Swarjana, I. K. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan (M. Bendatu (ed.)).
Yogyakarta: ANDI.
Vifta, R. L., Khotimah, S. K., & Luhurningtyas, F. P. (2018). Uji Aktivitas
Antifungi Ekstrak Etanol Biji Timun Suri (Cucumis melo L.) terhadap
Pertumbuhan Candida albicans secara In Vitro. Indonesian Journal of
Pharmacy and Natural Product, 01(1), 10–17.
Wulandari, L. (2011). Kromatografi Lapis Tipis. Jember: PT. Taman Kampus
Presindo.
Wulandari, M. A. (2014). Potensi Antibakteri dan Bioautografi Ekstrak Etanol
Daun Bintaro (Carbera odollam Gaertn.) terhadap Salmonella typhi dan
Staphylococcus aureus. Naskah Publikasi.
LAMPIRAN
48
49
= 73,61%
51,57 gram
= 300 gram x 100%
= 17,19 %
=6%
51
0,88 +
Pada UV
0,70 366 nm +
terlihat
Flavonoid AlClᴣ
kuning
0,60 (Hanani, -
2015)
0,38 -
0,88 -
Terlihat
Jingga
0,70 dengan -
latar
Alkaloid dragendorf
belakang
0,60 kuning -
(Hanani,
2015)
0,38 -
0,88 -
Di
gelombang
0,70 pendek -
terlihat
Tanin FeClᴣ
warna
0,60 gelap +
(Hanani,
2015)
0,38 +
0,88 -
Terlihat
Anisaldehi 0,70 Biru/ungu -
Saponin d-asam (Hanani,
sulfat 0,60 2015) -
0,38 -
54
Suspensi Bakteri
55
BIODATA PENULIS
A. Data Pribadi
NIM : E17068
Pekerjaan : Mahasiswa
No Telepon/HP : 08818529273
Pekerjaan : Buruh
56
C. Praktik Industri
No Tempat Praktik Industri Lama Praktik
1 Apotek 37 Semanggi 1 Bulan
2 PT Gujati 97 1 Bulan
3 Puskesmas Pucang Sawit 1 Bulan
D. Riwayat Pendidikan
No Jenjang Pendidikan Th. Masuk-Th. Lulus
1 TK Aisyah Jeron 2004-2005
2 SD N Jeron 2005-2011
3 SMP N 1 Gondangrejo 2011-2014
4 SMK Muhammadiyah 4 Surakarta 2014-2017
E. Kompetensi/Seminar/Pelatihan/Workshop/Organisasi/Kegiatan ilmiah
yang pernah diikuti
No Jenis dan Nama Kegiatan Tahun
1 Peserta PKKMB ‘’Pengenalan Kehidupan Kampus bagi 2017
Mahasiswa Baru’’ tahun akademik 2017/2018
2 Pelatihan Obat Herbal ‘’Pembuatan Kapsul dari Lidah 2017
Buaya’’
3 Panitia Seminar Nasional Kewirausahaan ‘’Achieving 2019
Succes at Young Age as Entrepreneur’’
4 Peserta Seminar Nasional Kewirausahaan ‘’Achieving 2019
Succes at Young Age as Entrepreneur’’
5 TOIEC 2020
6 Peserta Webinar ‘’Upaya Pengobatan Covid-19 Di 2020
Indonesia’’
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya agar dapat digunakan
sebagaimana mestinya.
Yang membuat
Wahyu Oktaviani