Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIBAKTERI EKSTRAK

ETANOL HERBA KEMANGI (Ocimum sanctum L.)

TERHADAP Staphylococcus epidermidis DENGAN

BIOAUTOGRAFI

Laporan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Memperoleh Derajat Ahli Madya (A.Md) Diploma Tiga

Farmasi

Disusun oleh:

Nama : Wahyu Oktaviani

NIM : E17068

Program Studi : D.3 Farmasi

POLITEKNIK INDNUSA SURAKARTA

2020

i
PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR

Laporan tugas akhir ini telah disetujui oleh dosen pembimbing pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 15 September 2020

Judul Tugas Akhir : Identifikasi Senyawa Antibakteri Ekstrak Etanol

Herba Kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap

Staphylococcus epidermidis dengan Bioautografi.

Surakarta, 15 September 2020

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

apt. Mariska Sri Harlianti., M.Sc Iin Suhesti, M.Farm


NIDN. 0605028101 NIDN. 0613029302

Mengetahui:
Wakil Direktur 1

Edy Susena, M.Kom


NIDN. 0623097702

ii
PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR

Laporan tugas akhir ini telah disahkan oleh dewan penguji pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 27 Oktober 2020

Judul Tugas Akhir : Identifikasi Senyawa Antibakteri Ekstrak Etanol

Herba Kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap

Staphylococcus epidermidis dengan Bioautografi.

Laporan tugas akhir ini telah dipertahankan di hadapan dewan penguji pada:

Hari : Kamis

Tanggal : 29 September 2020

Mengesahkan:

Penguji I : Aptika Oktaviana T.D., M.Si ___________________


NIDN. 0619108803

Penguji II : apt. Mariska Sri Harlianti., M.Sc ____ ____


NIDN. 0605028101

Penguji III : Iin Suhesti, M.Farm ___________________


NIDN. 0613029302

iii
PERSEMBAHAN

Laporan tugas akhir ini penulis persembahkan

untuk:

1. Orang tua (Widodo dan Lestari) dan adik penulis

(Ilyas Al-Furqon) yang tiada henti memberikan

doa dan dukungan dalam bentuk apapun. Serta

nenek dan kakek penulis (Atmo Kasbi dan

Harni).

2. Seluruh keluarga besar penulis tanpa terkecuali

yang selalu memberikan dukungan semangat

untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Sahabat penulis (Khusnul, Khoirul, Arsy, Pipit,

Puput, Endang, Atik, Pute, Wina, Sarita, Reni,

Yulfa) yang selalu memberikan dukungan

semangat untuk wisuda tahun ini.

4. Buat Masa Depan dan Takdir semoga menjadi

ladang ilmu jariyah penulis.

iv
MOTTO

1. Nasip dirimu ada ditanganmu sendiri. Kau lahir ke dunia seorang diri, kau

mati juga akan sendiri, kau dibangkitkan sendirian dan akan dihisab sendirian

pula.

2. Balas dendam yang terbaik adalah menjadikan diri sendiri menjadi yang

terbaik.

3. Menjadi anak muda penuh karya dan tak ada kamus menyesal didalam hidup.

So, just do it,,, try the best,,, and make the best what you have.

v
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,

hidayah dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penulisan tugas akhir ini dengan judul ‘’Identifikasi Senyawa Antibakteri Ekstrak

Etanol Herba Kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap Staphylococcus

epidermidis dengan Bioautografi’’.

Penulisan laporan tugas akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat

untuk menyelesaikan pendidikan guna memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi di

Politeknik Indonusa Surakarta. Penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari

bantuan berbagai pihak, karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih kepada:

1. Ir. Suci Purwandari, M.M. selaku Direktur Politeknik Indonusa Surakarta.

2. apt. Umi Nafisah, M.M., M.Sc. selaku Kaprodi D3 Farmasi Politeknik

Indonusa Surakarta.

3. apt. Mariska Sri Harlianti., M.Sc. selaku pembimbing I dan Iin Suhesti,

M.Farm. selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga dan

pikiran untuk memberikan bimbingan dan nasihat kepada penulis selama

penelitian tugas akhir ini.

4. Dosen dan karyawan yang telah memberikan bimbingan dan bantuan kepada

penulis dalam menempuh pendidikan program Studi D3 Farmasi di

Politeknik Indonusa Surakarta.

vi
5. Seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan dukungan semangat

dan doa untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan laporan

tugas akhir ini.

Penulis mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan/kekurangan dalam

penyusunan laporan tugas akhir ini. Semoga laporan tugas akhir ini dapat

bermanfaat bagi kita semua. Amin

Wassalamua’laikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Surakarta, 14 September 2020

Wahyu Oktaviani

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR ii

PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR iii

PERSEMBAHAN iv

MOTTO v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

ABSTRAK

ABSTRACT

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Perumusan Masalah 3

1.3. Pembatasan Masalah 4

1.4. Tujuan Tugas Akhir 4

1.5. Manfaat Tugas Akhir 4

1.6. Pengumpulan Data 5

1.7. Sistematika Penulisan 6

viii
BAB II. LANDASAN TEORI 8

2.1. Tanaman Kemangi (Ocimum sanctum L.) 8

2.2. Metode Ekstraksi 11

2.3. Media 14

2.4. Antibakteri 16

2.5. Bakteri Staphylococcus epidermidis 16

2.6. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) 17

2.7. Uji Bioautografi 18

2.8. Rangkuman Jurnal Pembanding 19

BAB III. TINJAUAN UMUM 20

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 20

3.2. Jenis Penelitian 20

3.3. Alat dan Bahan 21

3.4. Prosedur Penelitian 22

3.5. Teknik Analitik Data 30

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 31

4.1. Determinasi 31

4.2. Simplisia Herba Kemangi (Ocimum sanctum L.) 31

4.3. Ekstrasi Simplisia Herba Kemangi (Ocimum sanctum L.) 32

4.4. Hasil Evaluasi Ekstrak Etanol Herba Kemangi (Ocimum sanctum L.) 33

4.5. Hasil Skrining Fitokimia 35

4.6. Hasil Identifikasi Bakteri Staphylococcus epidermidis 36

4.7. Suspensi Bakteri 37

ix
4.8. Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT) 38

4.9. Hasil Uji Bioautografi 41

BAB V. PENUTUP 43

5.1. Kesimpulan 43

5.2. Saran 43

DAFTAR PUSTAKA 45

LAMPIRAN 48

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pengeringan Simplisia Herba Kemangi 32

Tabel 4.2 Hasil Rendemen Ekstrak Etanol Herba Kemangi 33

Tabel 4.3 Hasil Uji Organoleptik Ekstrak Etanol Herba Kemangi 34

Tabel 4.4 Hasil Uji Screening Fitokimia Ekstrak Etanol Herba Kemangi 35

Tabel 4.5 Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT) 39

Tabel 4.6 Hasil Uji Bioautografi 41

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman Kemangi (Ocimum sanctum L.).................................... 8

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Determinasi 48

Lampiran 2. Proses Pembuatan Ekstrak 49

Lampiran 3. Perhitungan LOD (Loss on Drying) 50

Lampiran 4. Perhitungan Rendeman Ekstrak 50

Lampiran 5. Perhitungan Susut Pengeringan Ekstrak 50

Lampiran 6. Hasil Uji Screening Fitokimia 51

Lampiran 7. Hasil Uji Identifikasi Bakteri Staphylococcus epidermidis 52

Lampiran 8. Hasil Uji KLT dan Penyemprotan Pereaksi 53

Lampiran 9. Hasil Uji Bioautografi 54

Lampiran 10. Biodata Penulis 55

xiii
ABSTRAK

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL


HERBA KEMANGI (OCIMUM SANCTUM L.) TERHADAP
STAPHYLOCOCCUS EPIDERMIDIS DENGAN BIOAUTOGRAFI

Oleh:
Wahyu Oktaviani
NIM. E17068

Seiring meningkatnya penyakit infeksi dan resistensi terhadap antibiotik


membuat peluang untuk menemukan senyawa antibakteri dari bahan alam. Salah
satu tanaman yang berpotensi sebagai antibakteri adalah tanaman kemangi
(Ocimum sanctum L.). Tanaman kemangi (Ocimum sanctum L.) banyak
digunakan oleh masyarakat sebagai lalapan dan memiliki manfaat sebagai
antidiabetik, antibakteri, antiinflamasi dan antioksidan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa antibakteri dalam
ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum sanctum L.) dengan metode biaoutografi.
Ekstrak diperoleh dengan menggunakan metode maserasi. Pada kromatografi
lapis tipis menggunakan fase diam silika gel dan fase gerak butanol:asam
asetat:air (4:1:5) serta identifikasi senyawa antibakteri menggunakan pereaksi
semprot seperti dragendorf (Alkaloid), AlClᴣ (Flavonoid), anisaldehid-asam sulfat
(Saponin) dan FeClᴣ (Tanin).
Berdasarkan hasil uji kualitatif senyawa kimia menunjukkan bahwa
ekstrak etanol herba kemangi mengandung flavonoid dan tanin. Hasil uji KLT
menggunakan eluen butanol:asam asetat:air (4:1:5) menghasilkan Rf 0,38; 0,60;
0,70 dan 0,88. Berdasarkan hasil uji bioautografi menunjukkan bahwa ekstrak
etanol herba kemangi dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
epidermidis pada Rf 0,60 dan 0,88. Berdasarkan hasil dari identifikasi senyawa
antibakteri menggunakan pereaksi semprot pada Rf 0,60 diduga mengandung
senyawa tanin dan Rf 0,88 diduga mengandung senyawa flavonoid.

Kata kunci: herba kemangi, antibakteri, bioautografi


ABSTRACT

IDENTIFICATION OF ANTIBACTERIAL COMPOUNDS IN THE


ETHANOL EXTRACT OF HERB BASIL (OCIMUM SANCTUM L.) TO
STAPHYLOCOCCUS EPIDERMIDIS WITH BIOAUTOGRAPHY

By:
Wahyu Oktaviani
NIM. E17068

As increasing infectious diseases and resistance to antibiotics create


opportunities to find antibacterial compounds from natural ingredients. One of the
plants has the potential to be antibacterial is the basil plant (Ocimum sanctum L.).
Basil plants (Ocimum sanctum L.) are often used to people as fresh vegetables and
have the benefits af antidiabetic, antibacterial, anti-inflammation and antioxidant.
The purpose of this research to know the antibacterial compounds in the
ethanol extract of herb basil (Ocimum sanctum L.) with bioautography method.
Extract used maceration extraction method. On the thin layer cromatography used
stationary phase is silica gel and mobile phase is butanol:acetic acid:water (4:1:5.)
and also identification of antibacterial compounds using a spray reagents like as
dragendorf (Alkaloids), AlClᴣ (Flavonoids), anisaldehyde-sulfuric acid (Saponins)
and FeClᴣ (Tannins).
Based on the results qualitative test of chemical compounds showed that
ethanol extract of herb basil (Ocimum sanctum L.) contains flavonoids and
tannins. On the results of the KLT test by using the eluent butanol:acetic
acid:water (4:1:5) show the Rf 0.38; 0.60; 0.70 and 0.88. Based on the results of
the bioautography test showed that ethanol extract of herb basil (Ocimum sanctum
L.) can inhibit the growth of Staphylococcus epidermidis bacteria at the Rf 0.60
and 0.88. Based on the results of the identification antibacterial compounds using
a spray reagent at Rf 0.60 is tannin and Rf 0.88 is flavonoids.

Keywords: herb basil, antibacterial, bioautography


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penyakit infeksi merupakan salah satu penyakit yang masih menduduki peringkat

atas dari penyakit yang diderita oleh masyarakat Alimuddin dan Masriani (2008).

Menurut Departemen Kesehatan (2016) yang dimaksud dengan infeksi adalah

masuk dan berkembangbiaknya suatu organisme (agen infeksius) dalam tubuh

penjamu (host). Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi adalah bakteri

Staphylococcus epidermidis. Bakteri tersebut merupakan flora normal tubuh pada

kulit dan termasuk bakteri gram positif bersifat aerob, berbentuk kokus dan tidak

membentuk spora (Kuswiyanto, 2016). Bakteri Staphylococcus epidermidis

termasuk salah satu bakteri yang dapat menyebakan jerawat atau acne vulgaris

Hidayati dan Bahar (2018). Bakteri Staphylococcus epidermidis juga dapat

menyebabkan infeksi kulit ringan yang disertai dengan pembentukan abses

(Kuswiyanto, 2016).

Seiring meningkatnya penyakit infeksi dan resistensi terhadap antibiotik

mendorong para ilmuwan untuk menemukan senyawa antibakteri baru yang poten

Haryoto dkk., (2018). Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai

antibakteri adalah tanaman kemangi. Secara tradisional tanaman kemangi

digunakan sebagai obat sakit perut, obat demam, menghilangkan bau mulut dan

lalapan sayuran. Tanaman kemangi mempunyai manfaat sebagai antidiabetik,

antibakteri, antihiperglikemik, antiinflamasi dan antioksidan (Septiandari dkk.,

1
2

2015). Menurut Angelina, dkk., (2015) tanaman kemangi (Ocimum sanctum L.)

memiliki senyawa aktif seperti minyak atsiri, flavonoid dan tanin yang berpotensi

sebagai antibakteri. Aktivitas antibakteri yang dimiliki oleh ekstrak etanol daun

kemangi (Ocimum sanctum L.) pada konsentrasi 20% dapat menghambat

pertumbuhan bakteri E. coli sebesar 6,90 mm dan bakteri S. aureus sebesar 12,10

mm. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum

sanctum L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri E. coli termasuk dalam

kategori sedang dan bakteri S. aureus termasuk dalam kategori kuat.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan pada tanaman genus

Ocimum ditemukan berbagai jenis senyawa yang memilki aktivitas antibakteri,

seperti pada ekstrak etannol daun kemangi (Ocimum americanum L.) adalah

senyawa turunan flavonoid yaitu apigenin yang dapat menghambat pertumbuhan

bakteri P. acne (Septiandari dkk., 2015). Pada ekstrak etanol daun kemangi

(Ocimum bacilicum L.) juga ditemukan senyawa turunan minyak atsiri yaitu

metil-eugenol yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri S. epidermidis

(Hidayati dan Bahar, 2018). Selain itu, pada ekstrak daun kemangi (Ocimum

sanctum L.) ditemukan senyawa flavonoid, minyak atsiri dan tanin yang dapat

memberikan efek antibakteri terhadap pertumbuhan E. coli dan S. aureus

(Angelina dkk., 2015). Berdasarkan penelitian tersebut dari berbagai genus

Ocimum telah ditemukan berbagai senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri.

Namun, sampai saat ini belum diperoleh publikasi yang menerangkan aktivitas

antibakteri dari herba kemangi (Ocimum sanctum L.). Oleh karena itu, dalam

penelitian ini akan melakukan uji identifikasi senyawa antibakteri dalam ekstrak
3

etanol herba kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus epidermidis dengan metode bioautografi KLT.

Salah satu metode yang saat ini luas digunakan dalam mendeteksi aktivitas

antibakteri dari ekstrak tumbuhan adalah metode bioautografi KLT (Alimuddin

dan Masriani, 2008). Metode bioautografi merupakan metode spesifik yang

digunakan untuk mendeteksi bercak pada kromatogram hasil KLT yang memiliki

aktivitas antibakteri, antifungi, antivirus. Metode ini memliki keuntungan yaitu

efisien dalam mendeteksi adanya senyawa antimikroba (Pratiwi, 2008).

Berdasarkan uraian diatas penulis ingin melakukan penelitian tentang

identifikasi senyawa antibakteri yang terkandung dalam ekstrak etanol herba

kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

epidermidis dengan metode bioautografi KLT untuk meningkatkan penggunaan

tanaman kemangi sebagai obat herbal yang aman dan bermutu.

1.2. Rumusan Masalah

Pada penelitian ini perumusan masalah yang diambil adalah:

1. Bagaimana aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum

sanctum L.) terhadap pertumbuhan Staphylococcus epidermidis dengan metode

bioautografi KLT?

2. Komponen senyawa aktif apakah yang dapat memberikan efek antibakteri

secara bioautografi KLT?


4

1.3. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus dan tidak

menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh sebab itu, penulis memfokuskan

kepada pembatasan atas masalah-masalah pokok yang dibatasi dalam konteks

permasalahan yang terdiri dari:

1. Kemampuan komponen senyawa aktif dalam memberikan daya hambat

antibakteri ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap

bakteri Staphylococcus epidermidis dengan metode bioautografi KLT.

2. Ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum sanctum L.) diperoleh dengan cara

maserasi menggunakan pelarut etanol 96%.

3. Bakteri uji yang digunakan adalah Staphylococcus epidermidis.

1.4. Tujuan Tugas Akhir

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa apakah yang berperan sebagai

antibakteri dalam ekstrak etanol kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap

pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis dengan metode bioautografi

KLT.

1.5. Manfaat Tugas Akhir

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Memberikan ruang lingkup baru yang dapat menambah wawasan dari

pengetahuan penulis serta dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam


5

sebuah penelitian mengenai mikrobiologi khususnya di bidang uji

bioautografi KLT.

2. Bagi Institusi

Proposal tugas akhir ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan

referensi untuk mahasiswa selanjutnya.

3. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi tentang senyawa antibakteri yang terkandung dalam

ekstrak etanol herba kemangi.

1.6. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Eksperimen

Eksperimen adalah metode penelitian yang mempelajari hubungan yang

mengandung fenomena sebab akibat yang dilakukan untuk mengetahui

pengaruh pemberian suatu perlakuan terhadap subjek penelitian (Sugiyono,

2013).

2. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah metode pengumpulan data dengan mencari informasi

melalui jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi lain

yang tersedia di perpustakaan (Sugiyono, 2013).


6

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data bisa berbentuk tulisan,

gambar atau karya-karya monumental dari seseorang yang menjadi pelengkap

penelitian (Sugiyono, 2013).

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan tugas akhir adalah sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,

pembatasan masalah, tujuan tugas akhir, manfaat penulisan, pengumpulan data

dan sistematika penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan tentang berbagai macam landasan teori dari berbagai sumber

yang digunakan sebagai acuan penyusunan proposal tugas akhir, meliputi:

tanaman kemangi, metode ekstraksi, media, antibakteri, bakteri Staphylococcus

epidermidis, kromatografi lapis tipis, uji biautografi dan rangkuman jurnal

pembanding.

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang waktu dan tempat penelitian, jenis penelitian,

variabel penelitian, alat dan bahan, prosedur penelitian dan teknik analis data.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang langkah-langkah yang digunakan dalam identifikasi

senyawa aktif antibakteri dari ekstrak etanol herba kemangi dengan metode
7

bioautografi KLT serta menguraikan tentang bagaimana hasil identifikasi senyawa

antibakteri dari ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum santum L.) tehadap

pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis dengan metode bioautografi

KLT.

BAB V. PENUTUP

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan yang menjawab dari rumusan masalah

dan saran yang diajukan penulis sebagai referensi untuk mengembangkan produk

yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tanaman Kemangi (Ocimum santum L.)

2.1.1 Klasifikasi Tanaman (Departemen Kesehatan, 1997).

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Tubiflorae

Suku : Labiatae

Marga : Ocimum

Jenis : Ocimum sanctum L.

Sumber: Dokumen Pribadi, 2020


Gambar 2.1 Tanaman Kemangi

8
9

2.1.2 Morfologi

Tanaman kemangi (Ocimum sanctum L.) merupakan tanaman semak semusim,

tinggi 30-150 cm, batang berkayu, segi empat, beralur, bercabang, berbulu, hijau.

Daun tunggal, bulat telur, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi,

pertulangan menyirip, panjang 14-16 mm, lebar 3-6 mm, tangkai panjang ±1 cm,

daun berwarna hijau. Bunga majemuk, berbulu, daun pelindung bentuk elips,

bertangkai pendek, berwarna hijau, mahkota bulat telut berwarna putih

keungunan. Biji berbentuk kecil tiap buah terdiri 4 biji berwarna hitam. Akar

tunggang yang berwarna putih (Departemen Kesehatan, 1997).

2.1.3 Kandungan Kimia

Daun kemangi (Ocimum sanctum L.) mengandung minyak atsiri, saponin,

flavonoida dan tanin. Sedangkan bagian bijinya mengandung saponin, flavonoida

dan polifenol (Departemen Kesehatan, 1997). Penelitian yang telah dilakukan

oleh Angelina dkk., (2015) mengatakan bahwa dari hasil uji fitokimia ekstrak

etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L.) terdapat senyawa flavonoid, minyak

atsiri dan tanin. Berdasarkan uraian diatas terdapat senyawa metabolit sekunder

yang terdapat dalam ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum sanctum L.) adalah:

1. Flavonoid

Flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang memiliki struktur inti C6-

C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan dengan 3 atom C

biasanya dengan ikatan atom O yang berupa ikatan oksigen heterosiklik.

Senyawa ini dapat termasuk senyawa polifenol karena mengandung dua atau

lebih gugus hidroksil, bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa dan
10

bersifat polar. Umumnya flavonoid ditemukan berikatan dengan gula

membentuk glikosida yang menyebabkan senyawa ini lebih mudah larut

dalam pelarut polar seperti metanol, etanol, butanol, etil asetat (Hanani,

2015).

2. Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder yang mengandung unsur

nitrogen (N) biasanya pada cincin heterosikliks dan bersifat basa. Alkaloid

dalam tumbuhan umumnya berbentuk garam yaitu berikatan dengan asam-

asam organik yang terdapat pada tumbuhan, seperti asam maleat, asam

sukinat dan bersifat larut dalam pelarut polar etanol ataupun air (Hanani,

2015).

3. Saponin

Saponin adalah suatu senyawa yang memiliki bobot molekul tinggi atau besar

yang tersebar dalam tumbuhan. Saponin merupakan bentuk glikosida dengan

molekul gula yang terikat dengan aglikontriterpen atau steroid. Saponin dapat

larut dalam air (Hanani, 2015).

4. Tanin

Tanin adalah suatu senyawa polifenol yang tersebar luas dalam tanaman

terutama dalam jaringan kayu seperti kulit batang, daun dan buah. Tanin

termasuk kelompok dalam senyawa golongan fenol. Tanin berbentuk amorf

yang mengakibatkan terjadinya koloid dalam air, memiliki rasa sepat dengan

protein membentuk endapan yang menghambat kerja enzim proteolotik dan


11

dapat digunakan dalam industri sebagai penyamak kulit hewan. Tanin dapat

diekstraksi menggunakan air, alkohol atau aseton (Hanani, 2015).

2.1.4 Khasiat Obat

Daun kemangi (Ocimum sanctum L.) berkhasiat sebagai pelancar air susu ibu,

obat penurun panas dan memperbaiki pencernaan (Departemen Kesehatan, 1997).

Selain itu, daun kemangi juga dapat dimanfaatkan untuk mengilangkan bau mulut

(Departemen Kesehatan, 2017).

2.2. Metode Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh dengan

mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan

pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut di uapkan dan

massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku

yang telah ditetapkan (Departemen Kesehatan, 1995).

Ekstraksi merupakan proses penarikan zat yang dapat larut dari simplisia

menggunakan pelarut yang sesuai. Tujuan ekstraksi adalah menarik atau

memisahkan senyawa dari campurannya atau simplisia (Hanani, 2015). Ada

berbagai cara ekstraksi dan masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan

diantaranya adalah:

1. Maserasi

Maserasi berasal dari bahasa latin macerace yang berarti merendam.

Sehingga maserasi dapat diartikan sebagai proses ekstraksi yang sangat

sederhana hanya dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dengan


12

pelarut yang cocok di suhu kamar selama waktu tertentu dengan sekali

diaduk. Prinsip kerja dari maserasi adalah proses melarutnya zat aktif

berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like)

(Marjoni, 2016).

Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana, kemudian

dituangi dengan 75 bagian cairan penyari (Departemen Kesehatan, 1986).

Namun, literatur lain menyebutkan bahwa pembuatan ekstrak menggunakan

metode maserasi dilakukan dengan memasukkan 1 bagian serbuk simplisia ke

dalam maserator dan tambahkan 10 bagian pelarut (Departemen Kesehatan,

2008). Proses maserasi dilakukan selama 5 hari dalam suhu kamar dan

terlindung dari cahaya, serta diaduk secara berulang-ulang. Setelah 5 hari sari

diserkai dan ampas diperas. Filtrat yang didapatkan dimasukkan ke wadah

bejana ditutup dan terhindar dari cahaya (Departemen Kesehatan, 1986).

2. Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan

penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip kerja perkolasi

adalah serbuk simplisia di tempatkan dalam suatu bejana silinder yang bagian

bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah

melalui serbuk tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang

dilalui sampai mencapai keadaan jenuh (Departemen Kesehatan, 1986).

Metode ini menggunakan pelarut yang selalu baru untuk melarutkan senyawa
13

dalam simplisia tersari sempurna. Sehingga akan memembutuhkan pelarut

lebih banyak (Hanani, 2015).

3. Refluks

Refluks adalah cara ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik didihnya selama

waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya

pendingin balik. Proses refluks umumnya dilakukan berulang-ulang (3-6 kali)

terhadap residu pertama agar hasil penyarian lebih baik dan sempurna.

Namun metode ini memungkinkan dapat terjadinya penguraian senyawa yang

tidak tahan terhadap panas (Hanani, 2015).

4. Soxhletasi

Soxhletasi adalah cara ekstraksi menggunakan pelarut organik pada suhu

didih dengan alat soxhlet. Pada metode soxhletasi simplisia dan ekstrak

berada pada labu berbeda. Pemanasan mengakibatkan pelarut menguap dan

uap masuk dalam labu pendingin. Hasil kondensasi jatuh ke bagian simplisia

sehingga ekstraksi berlangsung terus-menerus dengan jumlah pelarut relatif

konstan (Hanani, 2015).

5. Infusa

Infusa adalah cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut air dengan suhu 96-

98℃ selama 15-20 menit (dihitung setelah suhu 96℃ tercapai). Bejana infusa

tercelup dalam tangas air. Metode ini sesuai untuk simplisia yang bersifat

lunak (Hanani, 2015).


14

6. Dekok

Dekok adalah cara ekstraksi yang mirip dengan infus hanya saja waktu yang

digunakan untuk proses ekstraksinya lebih lama yaitu 30 menit dan suhunya

mencapai titik didih air (Hanani, 2015).

7. Destilasi

Destilasi merupakan cara ekstraksi untuk menarik atau menyari senyawa yang

ikut menguap dengan air sebagai pelarut. Pada proses pendinginan senyawa

dan uap air akan terkondensasi lalu terpisah menjadi destilat air dan senyawa

yang ekstraksi. Metode ini umum digunakan untuk menyari minyak atsiri dari

tumbuhan (Hanani, 2015).

2.3. Media

Media pembenihan adalah media nutrisi yang disiapkan untuk menumbuhkan

bakteri di dalam skala laboratorium. Media pembenihan harus menyediakan

energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri, seperti: sumber karbon,

nitrogen, sulfur, fosfor dan faktor pertumbuhan organik lainnya. Menurut Radji,

(2010) media pembenihan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Harus mengandung nutrisi yang tepat untuk bakteri spesifik yang akan

dibiakkan.

2. Kelembapan harus cukup, pH sesuai dan kadar oksigen cukup baik.

3. Media pembenihan harus steril dan tidak mengandung mikroorganisme yang

lain.
15

Menurut Radji, (2010) terdapat jenis-jenis media pertumbuhan bakteri di

antara lain:

a. Media Sintetik

Media ini merupakan media yang komponen penyusunnya telah diketahui

atau ditentukan. Media ini digunakan dalam penelitian untuk mengetahui

kebutuhan nutrisi dari suatu mikroorganisme.

b. Media Kompleks

Media yang mengandung nutrisi tinggi seperti ekstrak ragi, ekstrak daging

atau protein lain sebagai sumber nutrisi dalam pertumbuhan bakteri. Media

ini umumnya digunakan dalam skala laboratorium. Media kompleks yang

berbentuk cairan disebut nutrient broth. Sedangkan media kompleks yang

berbentuk padat dan ditambahkan agar dari ganggang laut disebut nutrient

agar.

c. Media Selektif dan Diferensial

Media selektif merupakan media yang mendukung pertumbuhan

mikroorganisme tertentu dengan menghambat pertumbuhan mikroorganisme

lainnya. Sedangkan media diferensial merupakan media yang digunakan

untuk mengidentifikasi atau membedakan kelompok mikroorganisme dari

lainnya.
16

2.4. Antibakteri

Antibakteri merupakan suatu metabolit yang diperoleh atau dibentuk oleh

berbagai jenis mikroorganisme yang dalam konsentrasi rendah mampu

menghambat mikroorganisme lain. Antibakteri memegang peranan penting dalam

mengontrol populasi mikroba di dalam tanah, air dan limbah dari lingkungan

(Radji, 2010).

2.5. Bakteri Staphylococcus epidermidis

2.5.1 Klasifikasi Bakteri Staphylococcus epidermidis (Kuswiyanto, 2016)

Kingdom : Bacteria

Phylum : Fermicutes

Class : Bacilli

Ordo : Bacillales

Family : Staphylococcaceae

Genus : Staphyloccoccus

Spesies : Staphylococcus epidermidis

2.5.2 Morfologi dan Aktivitas

Bakteri Staphylococcus epidermidis adalah salah satu spesies bakteri gram positif

dari genus Staphylococcus yang secara alami hidup pada kulit dan membran

mukosa manusia. Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu 37℃ berbentuk bulat/kokus

dengan diameter ±1µm. Pada hasil mikroskopik koloni ini cenderung berbentuk

seperti buah anggur, berwarna putih, tidak bergerak, tidak membentuk spora, tidak

menghasilkan enzim koagulase dan bersifat non patogen. Bakteri ini dapat
17

menyebabkan infeksi kulit ringan yang disertai dengan pembentukan abses

(Kuswiyanto, 2016).

2.6. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Pemisahan KLT (kromatografi lapis tipis) berdasarkan pada adsorpsi, partisi atau

kombinasi tergantung pada jenis lempeng, fase diam dan fase gerak yang

digunakan. Fase diam yang umumnya digunakan adalah silika gel dan fase gerak

dapat menggunakan monokomponen atau multikomponen. Pemilihan fase gerak

didasarkan polaritas senyawa yang akan dipisahkan. Kromatogram KLT adalah

bercak-bercak yang terpisah setelah visualisasi dingin dengan tanpa pereaksi

deteksi penyemprotan pada sinar tampak atau ultraviolet (Hanani, 2015).

Proses pemisahan KLT dilakukan dengan menempatkan lempeng pada rak

penyangga hingga tempat penotolan terletak di sebelah bawah dan masukkkan rak

ke dalam bejana kromatografi. Larutan pengembang dalam bejana harus mencapai

tepi bawah lapisan penjerap dan totolan jangan sampai terendam. Letakkan tutup

bejana dan biarkan hingga fase gerak merambat sampai batas jarak rambat.

Keluarkan lempeng dan keringkan. Amati bercak dengan sinar tampak ultraviolet

gelombang pendek (254 nm) kemudian dengan ultraviolet gelombang panjang

(366 nm). Identifikasi diperoleh dengan pengamatan bercak dan harga Rf. Harga

Rf adalah perbandingan jarak rambat suatu senyawa tertentu terhadap jarak

rambat fase gerak, diukur dari titik penotolan sampai titik yang memberikan

intensitas maksimum pada bercak. Jika diperlukan semprot bercak dengan


18

pereaksi penampak bercak lalu diamati dan dibandingkan (Departemen

Kesehatan, 2013).

2.7. Uji Bioautografi

Uji bioautografi merupakan metode spesifik untuk mendeteksi bercak pada

kromatogram hasil KLT (kromatografi lapis tipis) yang memiliki aktivitas

antibakteri, antifungi, antivirus. Keuntungan metode bioautografi adalah sifatnya

yang efisien untuk mendeteksi adanya senyawa antimikroba karena letak bercak

dapat ditentukan walaupun berada dalam campuran yang kompleks sehingga

memungkinkan untuk mengisolasi senyawa aktif tersebut. Sedangkan kerugian

metode bioautografi adalah tidak dapat digunakan untuk menentukan KHM dan

KBM (Pratiwi, 2008).

Terdapat dua macam metode bioautografi yaitu:

1. Bioautografi langsung

Dengan cara menyemprot plat KLT dengan suspensi mikroorganisme ataupun

dengan menyentuhkan plat KLT pada permukaan media agar yang telah

ditanam mikroorganisme. Setelah inkubasi pada waktu tertentu letak senyawa

aktif tampak sebagai area jernih dengan latar belakang keruh (Pratiwi, 2008).

2. Bioautografi overlay

Dengan cara menuangkan media agar yang telah dicampur dengan

mikroorganisme di atas permukaan plat KLT media ditunggu hingga padat

kemudian diinkubasi. Area hambatan dilihat dengan penyemprotan


19

menggunakan tetrazolium klorida. Senyawa yang aktif sebagai antimikroba

akan tampak sebagai area jernih dengan latar belakang ungu (Pratiwi, 2008).

2.8. Rangkuman Jurnal Pembanding

Jurnal pertama yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh Angelina, dkk., (2015)

yang berjudul ‘’Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kemangi

(Ocimum sanctum L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Escheria coli dan

Staphylococcus aureus’’ menyatakan bahwa ekstrak etanol daun kemangi

mengandung golongan senyawa flavonoid, minyak atsiri dan tanin. Aktivitas

antibakteri yang dimiliki dengan membentuk zona hambat pada konsentrasi

ekstrak 20% terhadap E. coli sebesar 6,90 mm dan S. aureus sebesar 12,10 mm.

Jurnal kedua yaitu dilakukan oleh Haryoto, dkk., (2018) yang berjudul

‘’Aktivitas Antibakteri dan Bioautografi Ekstrak Etanol, Fraksi Non Polar, Semi

Polar serta Polar Daun Sirsak (Annona muricata L.) terhadap Klebsiella

pneumoniae dan Staphylococcus epidermidis’’ menyatakan bahwa hasil ekstrak

etanol, fraksi non polar, semi polar serta polar daun sirsak mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap Klebsiella pneumoniae dan Staphylococcus epidermidis

dengan Kadar Bunuh Minimum (KBM) sebesar 2,5%, 3%, 3,5%, 4% dan 4,5%.

Pada bioautografi KLT menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun sirsak

mengandung saponin, polifenol dan antranol yang memiliki aktivitas antibakteri

terhadap Klebsiella pneumonia. Sedangkan golongan senyawa yang memiliki

aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis adalah antrakinon dan

polifenol.
BAB III

TINJAUAN UMUM

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

3.1.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dari penyusunan proposal hingga penyelesaian penelitian

yaitu Januari-September 2020.

3.1.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium

Teknologi Farmasi Program Studi D3 Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta

serta melakukan determinasi di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Karangayar.

3.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian tentang identifikasi senyawa antibakteri yang terkandung dalam

ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap pertumbuhan

Staphylococcus epidermidis dengan metode bioautografi KLT adalah deskriptif

non eksperimen. Penelitian deskriptif non eksperimen merupakan bentuk

penelitian yang ditunjukkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

fenomena yang diteliti tanpa menjelaskan ada tidaknya hubungan antar variabel

yang diteliti (Hermawan, 2019).

20
21

3.3. Alat dan Bahan

3.4.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: autoklaf, bunsen, baskom,

batang pengaduk, blue tip, cawan petri, cawan porselin, corong kaca, enkas,

erlemenyer, gelas kimia, gelas ukur, gunting, jarum ose, jangka sorong, inkubator,

loyang, lampu UV, kaca arloji, kompor listrik, mikropipet, masker, oven, plastik,

pipa kapiler, pinset, pipet tetes, pisau, penangas air, penggaris, rak tabung, rotary

evaporator, seperangkat alat maserasi, sarung tangan, sendok tanduk, timbangan

analitik, tabung reaksi, dan yellow tip.

3.4.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: aquades, alumunium foil,

asam asetat, bakteri Staphylococcus epidermidis, butanol, cat gram A, cat gram

cat gram B, cat gram C, cat gram D, etanol teknis 96%, herba kemangi (Ocimum

sanctum L.), larutan asam klorida (HCl) pekat, lempeng KLT silika GF 245,

kertas saring, media Nutrient Agar (NA), media Nutrient Brooth (NB), pereaksi

anisaldehid-asam sulfat, pereaksi alumunium klorida (AlClᴣ), pereaksi besi (III)

klorida (FeClᴣ), pereaksi dragendorf, pereaksi mayer dan serbuk magnesium

(Mg).
22

3.4. Prosedur Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian ini meliputi pengumpulan sampel, determinasi,

pembuatan simplisia, pembuatan ekstrak, susut pengeringan ekstrak, uji screening

fitokimia, pembuatan media, pembuatan pembiakan bakteri, pembuatan suspensi

bakteri, uji kromatografi lapis tipis (KLT), uji bioautografi dan identifikasi

senyawa antibakteri.

3.4.1 Pengumpulan Sampel

Sampel yang digunakan ialah tanaman kemangi (Ocimum sanctum L.) diperoleh

dari daerah Boyolali. Herba dipanen disaat tanaman sudah berbunga penuh dan

sudah mulai pembentukan biji serta daun-daun bagian bawah sudah mulai berubah

warna menjadi kekuningan (Hadipoentyanti dan Wahyuni, 2008). Sampel yang

digunakan adalah herba kemangi segar sebanyak 1,5 kg yang dipanen pada pagi

hari.

3.4.2 Determinasi

Determinasi tanaman kemangi (Ocimum sanctum L.) dilakukan di Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT)

Karangayar.

3.4.3 Pembuatan Simplisia

Sampel yang sudah dikumpulkan dicuci dengan air mengalir untuk

menghilangkan kotoran-kotoran yang masih menempel pada sampel. Herba

dipotong kecil-kecil kemudian dikeringkan menggunakan oven (suhu 60℃)

pengeringan dilakukan sampai bobot herba yang dihasilkan konstan (Departemen

Kesehatan, 2000).
23

3.4.4 Pembuatan Ekstrak dengan Metode Maserasi

Pembuatan ekstrak dari serbuk kering simplisia herba kemangi dengan cara

maserasi menggunakan pelarut etanol yang sesuai yaitu etanol 96%. Timbang 300

gram serbuk simplisia dimasukkan ke dalam wadah tertutup rapat dan diekstraksi

menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 3 liter menggunakan perbandingan

1:10 (Departemen Kesehatan, 2008). Sampel didiamkan selama 5 hari dalam suhu

kamar sambil diaduk secara berulang dan dijauhkan dari dari cahaya matahari

langsung. Setelah 5 hari hasil maserasi disaring dengan kain flanel dan kertas

saring, filtrat dikumpulkan kemudian diuapkan menggunakan rotary evaporator

dan penangas air dengan suhu 60℃ hingga terbentuk ekstrak kental. Kemudian

dilakukan perhitungan rendeman (Departemen Kesehatan, 1986).

Rumus perhitungan rendeman ekstrak sebagai berikut:

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ (𝑔)


Rendeman ekstrak = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 (𝑔) x 100%

3.4.5 Susut Pengeringan Ekstrak

Susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada

temperatur 105℃ selama 30 menit atau sampai berat konstan. Metode dari susut

pengeringan yaitu ekstrak ditimbang seksama 1-2 gram dalam botol timbang

dangkal tertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105℃ selama 30

menit dan ditara. Ratakan ekstrak dalam botol timbang dengan menggoyangkan

botol dan masukkan ke dalam oven, buka tutupnya, keringkan pada suhu

penetapan hingga bobot tetap (Departemen Kesehatan, 2000). Rumus perhitungan

susut pengeringan adalah sebagai berikut:

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛−𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛


Susut pengeringan = x 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛
24

3.4.6 Uji Screening Fitokimia

1. Uji Alkaloid

Identifikasi alkaloid dilakukan dengan pereaksi mayer (Hanani, 2015).

Sebanyak 2 ml larutan ekstrak ditambahkan 1 ml HCl 2 N dan 6 ml air suling,

kemudian dipanaskan selama 2 menit dan disaring. Ambil 4 ml filtrat

dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 1 ml pereaksi

mayer. Hasil uji positif pereaksi mayer dengan terbentuknya endapan putih

atau krem yang mengindentifikasi uji positif alkaloid (Illing dkk., 2017).

2. Uji Flavonoid

Sebanyak 2 ml larutan uji diuapkan hingga kering dan ditambahkan 3 tetes

etanol 96%. Kemudian ditambah dengan serbuk magnesium (Mg) dan 3 tetes

asam klorida (HCl) pekat. Hasil positif jika terbentuk warna merah hingga

merah lembayung (Hanani, 2015).

3. Uji Saponin

Sebanyak 2 ml larutan ekstrak ditambahkan air panas, kemudian ditambahkan

beberapa tetes HCl pekat dan kocok (Illing dkk., 2017). Hasil positif jika

terbentuk buih yang stabil ± 10 menit dan buih tidak hilang setelah

penambahan asam klorida (HCl) (Hanani, 2015).

4. Uji Tanin

Sebanyak 2 ml larutan ekstrak ditambahkan 3 tetes larutan FeClᴣ 10% (Illing

dkk., 2017). Hasil positif jika terbentuk endapan berwarna biru atau hijau

hitam setelah ditambahkan larutan garam feri (besi) (Hanani, 2015).


25

3.4.7 Pembuatan Media

1. Pembuatan Media Nutrien Agar (NA)

Media nutrien agar (NA) dibuat dengan menimbang sebanyak 0,6 gram

dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu dilarutkan dengan menambahkan 30 ml

akuades, kemudian dipanaskan hingga mendidih di atas hot plate sambil

dihomogenkan. Kemudian media disterilkan dengan autoklaf pada suhu

121℃ selama 15 menit. Selanjutnya media tersebut di masukkan ke dalam

cawan petri masing-masing 10 ml (Angelina dkk., 2015).

2. Pembuatan Media Nutrien Broth (NB)

Media nutrien broth (NB) dibuat dengan menimbang sebanyak 0,76 gram

masukkan ke dalam erlenmeyer lalu dilarutkan dengan akuades sebanyak 20

ml. Kemudian dihomogenkan dan ditutup alummunium foil. Selanjutnya

dipanaskan hingga mendidih dengan menggunakan hot plate. Kemudian

media tersebut disterilkan dengan cara autoklaf pada suhu 121℃ selama 15

menit (Angelina dkk., 2015).

3. Pembuatan Pembenihan Bakteri

Pembuatan agar NA miring dilakukan dengan memasukkan 10 ml media

yang telah disterilkan ke dalam tabung reaksi dan dimiringkan sekitar 45℃

hingga memadat. Ambil sebanyak satu ose biakan bakteri Staphylococcus

epidermidis diinokulasikan ke dalam media agar NA miring dengan gerakan

zig-zag (Angelina dkk., 2015). Kemudian tutup dengan kapas steril dan

diinkubasi pada suhu 37℃ selama 24 jam (Paputungan dkk., 2019).


26

4. Pewarnaan Gram Bakteri

Dilakukan dengan mengoreskan sebanyak satu ose dari bakteri yang telah

dikembangbiakkan di atas kaca objek. Lakukan fiksasi dengan meneteskan

sedikit akuades di atas kaca objek dan keringkan di atas nyala api.

Tambahkan beberapa tetes larutan cat gram A (kristal violet) dan dibiarkan

selama 1 menit. Kemudian cuci dengan akuades dan keringkan. Tambahkan

beberapa tetes larutan cat gram B (lugol) dan biarkan selama 1 menit. Setelah

itu, cuci dengan akuades dan keringkan. Tambahkan beberapa tetes larutan

cat gram C (alkohol 96%) dan biarkan 30 detik. Lalu cuci dengan akuades

dan keringkan. Tambahkan larutan cat gram D (safranin) dan biarkan selama

30 detik. Selanjutnya bilas dengan akuades sampai bersih dan keringkan.

Setelah kering, tambahkan satu tetes minyak emersi dan diamati di bawah

mikroskop (Departemen Kesehatan, 2016).

5. Pembuatan Suspensi Bakteri

Bakteri hasil pembenihan dari media NA (miring) diambil menggunakan satu

ose dan disuspensikan ke dalam 10 ml media cair NB, diinkubasikan pada

suhu 37℃ selama 24 jam. Larutan hasil inkubasi diambil dan disamakan

kekeruhnya dengan larutan standart Mc. Farland (1,5x108 CFU/ml) (M. A.

Wulandari, 2014).
27

3.4.8 Uji KLT-Bioautografi

1. Persiapan Plat KLT

Menggunakan plat silika gel sebagai fase diam dengan ukuran 6,5 x 1 cm.

Selanjutnya diberi tanda garis tepi atas dengan jarak 0,5 cm sebagai tanda

batas dari proses elusi dan garis tepi bawah dengan jarak 1 cm sebagai posisi

awal totolan. Selanjutnya plat diaktifkan dengan cara dipanaskan pada suhu

100℃ selama 30 menit untuk menghilangkan kadar air yang terdapat pada

plat KLT (Sastrohamidjojo, 1985).

2. Persiapan Fase Gerak (Eluen)

Fase gerak yang digunakan dalam pemisahan KLT adalah butanol:asam

asetat:air (4:1:5). Ekstrak etanol herba kemangi dengan konsentrasi 10%

ditotolkan pada lempeng KLT menggunakan pipa kapiler dengan jarak 1 cm

di tepi bawah lempeng dan biarkan kering. Jenuhkan fase gerak dengan

menggunakan kertas saring dalam gelas kimia. Setelah jenuh, tempatkan

lempeng KLT ke dalam gelas kimia tersebut dan tempat penotolannya tidak

boleh terendam. Tutup rapat dan biarkan merambat sampai batas atas.

Umumnya berlangsung selama 15 menit hingga 1 jam. Keluarkan lempeng

dan dibiarkan kering. Amati bercak dengan sinar ultraviolet gelombang

pendek (254 nm) kemudian dengan sinar ultraviolet gelombang panjang (366

nm). Ukur dan catat jarak bercak dari titik penotolan dan catat panjang

gelombang untuk tiap bercak yang tampak (Departemen Kesehatan, 2013).

Lempeng yang telah dielusi kemudian disemprotkan dengan pereaksi

untuk mendeteksi golongan senyawa. Pereaksi anisaldehid-asam sulfat


28

digunakan untuk mendeteksi senyawa saponin dengan menghasilkan warna

biru hingga ungu biru. Larutan AlClᴣ 5% digunakan untuk mendeteksi

senyawa flavonoid dengan menghasilkan warna kuning. Larutan FeClᴣ 10%

digunakan untuk mendeteksi senyawa tanin menghasilkan warna gelap.

Sedangkan pereaksi dragendorff digunakan untuk mendeteksi senyawa

alkaloid dengan menghasilkan warna jingga berlatar belakang kuning

(Hanani, 2015).

3. Uji Bioautografi Kontak Langsung

Nutrien agar (NA) sebanyak 0,6 gram ditimbang dan ditambahkan dengan

aquadest sampai 30 ml dan dilarutkan hingga homogen. Sterilkan dengan

autoklaf pada suhu 121℃ selama 15 menit dan dibiarkan sampai media cukup

hangat (Angelina dkk., 2015). Selanjutnya media nutrien agar (NA) yang

masih cair dituangkan ke dalam cawan petri masing-masing sebanyak 10 ml

dan dibiarkan hingga memadat. Kemudian ambil suspensi bakteri

Staphylococcus epidermidis sebanyak 50 µL dan diratakan diatas media

nutrien agar (NA) hingga seluruh permukaan tertutup dan dibiarkan selama 5-

15 menit. Kromatogram hasil KLT diletakkan di atas medium NA yang telah

diinokulasi dengan bakteri Staphylococcus epidermidis dan didiamkan selama

30 menit. Lempeng kromatogram diangkat dan dikeluarkan dari media.

Selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37℃. Hasil pengujian

bioautografi KLT dengan spot noda yang memberikan zona penghambatan

(Mukhriani dkk., 2017).


29

3.4.9 Identifikasi Senyawa Kimia secara Kualitatif

Kromatogram disemprot dengan menggunakan pereaksi semprot dan dinilai Rf

senyawa yang dihasilkan dicocokkan dengan Rf zona hambat pada uji

bioautografi:

1. Alkaloid

Identifikasi alkaloid dapat menggunakan pereaksi dragendorf (Hanani, 2015).

Pereaksi ini akan menghasilkan warna jingga dengan latar belakang kuning

untuk senyawa golongan alkaloid (Mukhriani dkk., 2017).

2. Flavonoid

Pereaksi yang digunakan untuk mengidentifikasi senyawa flavonoid adalah

pereaksi alumunium klorida (AlClᴣ) 5%. Pada panjang gelombang 365 nm

bercak akan terlihat berwarna kuning yang menandakan positif flavonoid

(Hanani, 2015).

3. Saponin

Pereaksi yang digunakan untuk mengidentifikasi saponin adalah pereaksi

anisaldehid-asam sulfat akan menghasilkan warna biru hingga ungu biru

(Hanani, 2015).

4. Tanin

Identifikasi tanin dapat menggunakan pereaksi yang digunakan untuk

mengidentifikasi fenol karena Hanani (2015) menyebutkan bahwa beberapa

pustaka mengelompokkan tanin ke dalam golongan fenol. Pereaksi yang

digunakan adalah besi (III) klorida (FeClᴣ) dan dideteksi pada panjang

gelombang pendek akan terlihat warna gelap (Hanani, 2015).


30

3.5. Teknik Analisis Data

Data yang didapatkan dari uji bioautografi KLT bakteri Staphylococcus

epidermidis dalam ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum sanctum L.) yaitu:

1. Hasil Uji kualitatif kandungan senyawa metabolit sekunder dari ekstrak

etanol herba kemangi (Ocimum sanctum L.) dinyatakan positif mengandung

alkaloid jika menghasilkan endapan. Hasil positif mengandung saponin jika

terbentuk busa stabil. Hasil positif mengandung flavonoid jika menghasilkan

warna merah sampai merah lembayung. Hasil positif mengandung tanin jika

menghasilkan warna biru hitam atau hijau cokelat.

2. Hasil KLT diamati dibawah sinar ulraviolet gelombang pendek (254 nm) dan

sinar ultraviolet gelombang panjang (366 nm) berupa bercak/noda dan

dihitung nilai Rf dengan rumus:

jarak rambat yang ditempuh oleh senyawa


Harga Rf = jarak rambat fase gerak

3. Hasil uji bioautografi yang diperoleh berupa diameter zona hambat (mm)

bercak yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis

dan dihitung rata-rata.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Determinasi

Determinasi tanaman kemangi dilakukan di Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Karangayar.

Berdasarkan hasil determinasi pada Lampiran 1. menunjukkan bahwa tanaman

yang digunakan dalam penelitian adalah tanaman kemangi (Ocimum sanctum L.).

Tujuan dilakukannya determinasi untuk mengidentifikasi tanaman yang

digunakan dalam penelitian sesuai dengan monografi yang telah ditetapkan (Vifta

dkk., 2018). Sehingga kesalahan dalam pengambilan tanaman yang akan

digunakan dalam penelitian dapat dihindari.

4.2. Simplisia Herba Kemangi (Ocimum sanctum L.)

Bahan baku tanaman kemangi didapatkan dari Desa Jeron, Nogosari, Boyolali.

Tanaman kemangi tersebut diambil pada waktu pagi hari. Sampel tersebut di

sortasi dan dipisahkan dari akar serta kotoran yang menempel. Kemudian sampel

akan dilakukan pencucian dengan menggunakan air mengalir untuk

menghilangkan kotoran-kotoran yang masih menempel pada sampel. Setelah

dicuci sampel akan ditiriskan dan dilakukan pemotongan dengan pisau atau

gunting untuk mempercepat proses pengeringan. Lalu sampel yang telah dipotong

dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 60℃ untuk mengurangi kadar air

yang terkandung dalam sampel. Hal ini disebabkan karena air merupakan media

31
32

yang baik untuk pertumbuhan jamur maupun mikroorganisme (Kusnadi dan Devi,

2017). Jika sampel mengandung banyak kandungan air maka sampel akan mudah

busuk dan ditumbuhi oleh jamur/kapang/mikroorganisme dan menyebabkan

sampel tidak dapat disimpan dalam jangka waktu lama. Proses pengeringan

dihentikan sampai konstan. Hasil dari proses pengeringan ditunjukan pada Tabel

4.1.

Tabel 4.1 Pengerinan Simplisia Herba Kemangi (Ocimum sanctum L.)


Berat Sampel Basah Berat Simplisia
LOD (Lost on Drying)
(gram) (gram)
1500 395,82 73,61%

LOD (Lost On Drying) merupakan suatu pernyataan kadar kelembaban

berdasarkan berat basah atau disebut dengan istilah susut pengeringan.

Berdasarkan pengeringan simplisia herba kemangi (Ocimum sanctum L.) sebesar

73,61%. Hal ini menunjukkan bahwa air dan senyawa lain yang hilang pada saat

proses pengeringan simplisia adalah sebesar 73,61%. Proses pengeringan

dilakukan agar simplisia tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam

waktu yang lama (Departemen Kesehatan, 2000). Hasil perhitungan LOD

simplisia herba kemangi (Ocimum sanctum L.) dapat dilihat pada Lampiran 3.

4.3. Ekstraksi Simplisia Herba Kemangi (Ocimum sanctum L.)

Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan metode maserasi karena

pelaksanaannya lebih mudah, sederhana dan tidak menggunakan panas yang dapat

merusak kandungan yang ada. Proses maserasi dilakukan dengan merendam

serbuk simplisia herba kemangi (Ocimum sanctum L.) menggunakan pelarut

etanol 96% dengan perbandingan 1:10 yang disimpan selama 5 hari di suhu kamar
33

sambil dilakukan pengadukan sehari tiga kali serta dijauhkan dari sinar matahari

langsung (Departemen Kesehatan, 2008). Pengadukan diperlukan untuk

meratakan konsentrasi larutan antara konsentrasi larutan didalam sel dan diluar sel

sehingga proses ekstraksi dapat maksimal. Setelah 5 hari dilakukan penyaringan

dengan menggunakan kain flanel dan kertas saring. Filtrat yang didapatkan

kemudian dipekatkan di rotary evaporator dengan suhu 60℃ dan dipanaskan di

atas waterbath sampai terbentuk ekstrak kental yang konstan. Kemudian dihitung

rendemen ekstrak dan hasilnya ditunjukkan pada Tabel 4.2 dan Lampiran 4.

Tabel 4.2 Hasil Rendeman Ekstrak Etanol Herba Kemangi (Ocimum sanctum L.)
Berat Jumlah Jumlah Ekstrak yang
Rendeman Ekstrak
Simplisia Pelarut Dihasilkan
300 gram 3000 ml 51,57 gram 17,19 %

Rendeman ekstrak merupakan perbandingan antara ekstrak yang diperoleh

dengan simplisia awal (Departemen Kesehatan, 2000). Berdasarkan Tabel 4.2

menunjukkan bahwa dengan 300 gram simplisia herba kemangi menghasilkan

rendeman ekstrak etanol herba kemangi sebesar 17,19%. Besarnya suatu

rendeman juga menunjukkan besarnya senyawa yang dapat larut dalam pelarut

etanol (Hapsari dkk., 2017).

4.4. Hasil Evaluasi Ekstrak Etanol Herba Kemangi (Ocimum sanctum L.)

4.3.1 Uji Organoleptik Ekstrak

Pemeriksaan organoleptik ekstrak merupakan salah satu parameter spesifik yang

menggunakan panca indera untuk mendiskripsikan bentuk, warna, bau dan rasa

dari ekstrak. Pemeriksaan organoleptik ini bertujuan sebagai pengenalan awal


34

yang sederhana mengenai ekstrak (Departemen Kesehatan, 2000). Hasil dari uji

organoleptik ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum sanctum L.) dapat dilihat

pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Uji Organoleptik Ekstrak Etanol Herba Kemangi (Ocimum
sanctum L.)
Nama Ekstrak Bentuk Warna Bau
Ekstrak etanol herba
Kental Hijau kecokelatan Bau khas
kemangi

Pemeriksaan organoleptis pada ekstrak etanol herba kemangi dilakukan

menggunakan panca indera meliputi pemeriksaan bentuk, warna dan bau.

Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol herba kemangi

memiliki bentuk ekstrak kental dan warna hijau kecokelatan serta mengeluarkan

bau yang khas seperti kemangi.

4.3.2 Uji Susut Pengeringan Ekstrak

Pengujian susut pengeringan ekstrak bertujuan untuk memberikan batasan

maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses

pengeringan. Pengujian ini dilakukan dengan memanaskan ekstrak dalam cawan

kurs dengan suhu 105℃ selama 1 jam sampai didapatkan berat konstan.

Berdasarkan hasil pada uji susut pengeringan ekstrak etanol herba kemangi

didapatkan sebesar 6%. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya senyawa maupun

air yang hilang dalam proses pengeringan adalah 6%. Menurut Departemen

Kesehatan, (2000) bahwa syarat untuk memenuhi standar ekstrak yang baik yaitu

<10%. Berdasarkan hal itu, menunjukkan bahwa uji susut pengeringan ekstrak

etanol herba kemangi telah memenuhi standar. Hasil perhitungan susut


35

pengeringan ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum sanctum L.) dapat dilihat

pada Lampiran 5.

4.5. Hasil Skrining Fitokimia

Uji skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian yang

bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang

terkandung dalam sebuah tanaman yang diteliti. Metode skrining fitokimia yang

dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna (Hanani, 2015). Hasil uji

skrining fitokimia dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Lampiran 6.

Tabel 4.4 Hasil Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Herba Kemangi (Ocimum
sanctum L.)
No Uji Literatur Hasil Uji Keterangan
Larutan krem dan
Endapan krem atau
1 Alkaloid endapan abu -
putih
kehijauan
Warna merah sampai
2 Flavonoid Larutan merah bata +
merah lembayung
Terbentuk busa
Busa stabil ± 10
3 Saponin hanya selama < 1 -
menit
menit
Endapan berwarna Endapan hijau
4 Tanin +
biru/hijau kehitaman kehitaman
Keterangan: (+) menunjukkan hasil positif mengandung senyawa
(-) menunjukkan hasil tidak mengandung senyawa

Uji senyawa flavonoid pada ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum sanctum

L.) dilakukan dengan menambahkan magnesium dan HCl pekat. Penambahan

magnesium dan asam klorida pekat menimbulkan reaksi pembentukan

gelembung-gelembung dan berubah warna menjadi merah karena terjadinya

reduksi antara magnesium dan asam klorida pekat (Adrianta, 2016). Berdasarkan

hasil yang didapatkan tersebut menandakan bahwa ekstrak etanol herba kemangi
36

(Ocimum sanctum L.) positif mengandung flavonoid dengan ditandai dengan

terbentuknya warna merah sampai merah lembayung (Hanani, 2015).

Uji senyawa tanin pada ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum sanctum L.)

dilakukan dengan menambahkan FeClᴣ. Penambahan FeClᴣ menyebabkan

terjadinya endapan berwarna hijau kehitaman yang menandakan terbentuknya

senyawa kompleks antara gugus fenol tanin dan Fe3+ (Adrianta, 2016).

Berdasarkan hasil yang didapatkan tersebut menandakan bahwa ekstrak etanol

herba kemangi (Ocimum sanctum L.) positif mengandung tanin ditandai dengan

terbentuknya endapan berwarna hijau kehitaman (Hanani, 2015).

Berdasarkan hasil uji skrining fitokimia pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa

ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum sanctum L.) positif mengandung flavonoid

dan tanin. Namun, menurut Angelina dkk., (2015) dalam hasil skrining fitokimia

ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L.) positif mengandung flavonoid,

minyak atsiri, saponin dan tanin. Hal terjadi perbedaan hasil penelitian

dikarenakan beberapa faktor lingkungan seperti iklim, cahaya matahari, suhu,

udara, kelembaban dan ketersediaan air di dalam tanah yang mempengaruhi

terhadap hasil metabolitme sekunder tanaman (Mahatriny, dkk., 2013).

4.6. Hasil Identifikasi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Identifikasi bakteri bertujuan untuk memastikan bahwa bakteri yang digunakan

sesuai dengan bakteri yang diteliti. Identifikasi dilakukan dengan cara pengamatan

mikroskopis melalui pewarnaan gram bakteri (Radji, 2010). Hasil pengamatan

mikroskopis dan perwarnaan gram bakteri dapat dilihat pada Lampiran 7.


37

Proses pewarnaan gram dimulai dengan meneteskan cat gram A berisi kristal

violet sebagai warna dasar yang memberikan warna ungu. Kemudian di teteskan

cat gram B berisi larutan lugol yang akan membentuk kompleks berwarna ungu.

Selanjutnya dicuci oleh cat gram C berisi alkohol 96%. Bakteri yang

mempertahankan zat warna ungu tersebut merupakan bakteri gram positif.

Sedangkan bakteri yang melepaskan zat warna ungu tersebut merupakan bakteri

gram negatif. Lalu bakteri tersebut ditambahkan dengan cat gram D berisi safranin

yang menyebabkan bakteri gram negatif akan berwarna merah dan bakteri gram

positif akan tetap berwarna ungu. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan

bahwa bakteri Staphylococcus epidermidis termasuk bakteri gram positif yang

ditandai dengan hasil setelah perwarnaan gram menghasilkan warna ungu. Hal ini

sesuai dengan literatur dimana bakteri Staphylococcus epidermidis termasuk salah

satu golongan bakteri gram positif (Radji, 2010).

4.7. Suspensi Bakteri

Tujuan dilakukan pengamatan suspensi bakteri untuk mengetahui suatu

pertumbuhan dari mikroorganisme. Pengukuran pertumbuhan mikroorganisme

dilakukan secara tidak langsung dengan melihat kekeruhan dari media cair. Salah

satu tanda bahwa bakteri tersebut berkembangbiak adalah pada media cair

tersebut berubah menjadi keruh (Pratiwi, 2008). Pengamatan dilakukan dengan

membandingkan dengan larutan standar Mc. Farland agar kepadatan bakteri

tersebut sesuai dengan standar. Jika suspensi bakteri terlalu keruh maka akan

mempengaruhi respon pertumbuhan bakteri menjadi semakin padat dan


38

mempengaruhi hasil penelitian. Oleh karena itu, setiap percobaan suspensi bakteri

harus selalu diganti supaya hasil yang didapatkan dapat dipertangungjawabkan.

Hasil dari suspensi bakteri Staphylococcus epidermidis dapat dilihat pada

Lampiran 10.

4.8. Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Prinsip kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu memisahkan komponen kimia

berdasarkan prinsip adsorpsi dan partisi, yang ditentukan oleh fase diam dan fase

gerak (Hanani, 2015). Pemisahan secara adsorpsi berdasarkan dengan kemampuan

mengikat suatu senyawa dalam campurannya. Sedangkan pemisahan secara partisi

berdasarkan pemisahan pada distribusi senyawa dalam campuran fase gerak dan

fase diam (Rubiyanto, 2016). Sehingga dalam proses pemisahan KLT senyawa

yang akan dipisahkan bergerak naik mengikuti fase gerak oleh adanya daya

adsorben pada fase diam dan akan berdistribusi berbeda-beda berdasarkan tingkat

kepolarannya. Oleh karena itu, terjadi pemisahan dan menimbulkan bercak pada

plat KLT.

Fase gerak yang digunakan pada penelitian ini adalah butanol:asam asetat:air

dengan perbandingan 4:1:5. Sedangkan fase diam yang digunakan adalah plat

silika gel dengan ukuran 6,5 cm x 1 cm. Plat KLT sebelumnya dilakukan

pemanasan dengan oven pada suhu 100℃ selama 30 menit untuk menghilangkan

kandungan air yang terdapat pada plat sehingga daya serap plat menjadi maksimal

(Sastrohamidjojo, 1985). Menurut Harbone (1987) salah satu syarat eluen yang

baik adalah eluen yang dapat memisahkan senyawa dalam jumlah banyak ditandai
39

dengan munculnya noda. Syarat noda yang baik adalah bentuk noda tidak berekor

dan jarak antar noda satu dengan yang lainnya terlihat jelas. Berdasarkan hasil uji

kromatografi lapis tipis ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum sanctum L.)

ditunjukkan pada Tabel 4.5 dan Lampiran 8.

Tabel 4.5 Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol Herba Kemangi
(Ocimum sanctum L.)
Pereaksi Hasil Pengamatan
Uji Bercak Rf Keterangan
Semprot UV 366 nm UV 254 nm
Hijau
1,9 0,38 Ungu -
kehitaman
Hijau
3 0,60 Ungu -
kehitaman
Flavonoid AlClᴣ
Kuning
3,5 0,70 Biru kehitaman +
kehijauan
Kuning
4,4 0,88 Biru kehitaman +
kehijauan
Kecokelatan Hitam
1,9 0,38 -
hitam kecokelatan
Kecokelatan Hitam
3 0,60 -
hitam kecokelatan
Alkaloid Dragendorf
Kecokelatan Hitam
3,5 0,70 -
hitam kecokelatan
Kecokelatan Hitam
4,4 0,88 -
hitam kecokelatan
Hitam
1,9 0,38 Hitam +
kecokelatan
Hitam
3 0,60 Hitam +
kecokelatan
Tanin FeClᴣ
Hijau
3,5 0,70 Kecokelatan -
kehitaman
Hijau
4,4 0,88 Kecokelatan -
kehitaman
1,9 0,38 Abu-abu Abu kehitaman -
3 0,60 Anisaldehid Kebiruan hijau Keungunan biru -
Saponin
3,5 0,70 -asam sulfat Kebiruan hijau Keungunan biru -
4,4 0,88 Kebiruan hijau Keungunan biru -
Keterangan: (+) menunjukkan hasil positif mengandung senyawa
(-) menunjukkan hasil tidak mengandung senyawa
40

Berdasarkan Tabel 4.5 hasil uji KLT dengan menggunakan eluen

butanol:asam asetat:air (4:1:5) menghasilkan noda yang terpisah cukup baik

dengan nilai Rf 0,38, 0,60, 0,70 dan 0,88. Eluen tersebut terdiri dari butanol, asam

asetat dan air termasuk dalam polar (Hanani, 2015). Menurut Wulandari (2011)

bahwa senyawa akan cenderung larut dalam fase polaritas yang sama. Sehingga

dengan eluen tersebut senyawa-senyawa yang bersifat polar akan terpisahkan.

Setelah plat KLT tersebut dielusi maka, plat KLT tersebut dilakukan

identifikasi dengan menggunakan pereaksi. Berdasarkan hasil analisis bercak

KLT dengan menggunakan beberapa pereaksi seperti pereaksi dragendorf

(Alkaloid), AlClᴣ (Flavonoid), Anisaldehid-asam sulfat (Saponin) dan FeClᴣ

(Tanin). Bercak dengan Rf 0,38 dan 0,60 diduga mengandung tanin karena setelah

disemprotkan pereaksi FeClᴣ dan diamati dalam sinar UV 254 nm menghasilkan

warna kehitaman. Hal ini sesuai dengan Hanani (2015) yang mengatakan bahwa

senyawa tanin pada panjang gelombang pendek akan terlihat warna hitam gelap.

Sedangkan pada bercak dengan Rf 0,70 dan 0,88 diduga mengandung flavonoid

karena setelah disemprotkan pereaksi AlClᴣ dan diamati dalam sinar UV 365 nm

menghasilkan warna kuning kehijauan. Hal ini sesuai dengan Hanani (2015) yang

mengatakan bahwa senyawa flavonoid dapat dideteksi dengan AlClᴣ 5% di

panjang gelombang 365 nm maka bercak akan terlihat warna kuning.


41

4.9. Hasil Uji Bioautografi

Metode bioautografi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

bioautografi langsung dengan menyentuhkan plat KLT pada permukaan media

agar yang telah ditananam bakteri Staphylococcus epidermidis dan diinkubasi

pada suhu 37℃ selama 24 jam. Kemudian dilakukan pengamatan berupa zona

hambat yang tidak ditumbuhi oleh bakteri pada titik-titik tertentu yang

mengandung senyawa antibakteri. Hasil uji bioautografi KLT pada ekstrak etanol

herba kemangi (Ocimum sanctum L.) dapat ditunjukkan pada Tabel 4.6 dan

Lampiran 9.

Tabel 4.6 Hasil Uji Bioautografi KLT pada Ekstrak Etanol Herba Kemangi
(Ocimum sanctum L.)
Hasil Diameter Zona
No
Nilai Rf hambat (mm) Rata-rata
Plat
Vertikal Horizontal
1 0,60 2,06 2,06 2,06
2 0,88 2,02 2,06 2,04
3 0,88 2,04 2,06 2,05

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa ekstrak etanol herba kemangi

dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis yang

ditandai dengan terbentuknya zona bening pada Rf 0,60 dan 0,88. Kemudian

dilakukan identifikasi senyawa antibakteri dengan mendeteksi bercak KLT

menggunakan pereksi semprot. Berdasarkan hasil dari identifikasi pada Rf 0,60

merupakan senyawa tanin dengan dibuktikannya sesudah disemprotkan FeClᴣ dan

diamati di sinar UV 254 nm menghasilkan warna kehitaman. Hal ini sesuai

dengan Hanani (2015) mengatakan bahwa senyawa tanin pada panjang

gelombang pendek akan terlihat warna gelap. Menurut Ningsih, dkk., (2016)
42

bahwa tanin memiliki mekanisme kerja dengan menghambat sintesis khitin yang

digunakan untuk pembentukan dinding sel dan merusak dinding sel mikroba.

Sedangkan pada Rf 0,88 merupakan senyawa flavonoid dibuktikan dengan

setelah disemprotkan pereaksi AlClᴣ 5% yang menghasilkan warna kuning dan

diamati di sinar UV 365 nm menghasilkan warna kekuningan. Hal ini sesuai

dengan Hanani (2015) yang mengatakan bahwa senyawa flavonoid dapat

dideteksi dengan AlClᴣ 5% di panjang gelombang 365 nm maka bercak akan

terlihat warna kuning. Menurut Paramita, dkk., (2018) bahwa flavonoid memiliki

mekanisme kerja sebagai antibakteri dengan cara mendenaturasi protein sel dan

merusak dinding sel bakteri sehingga bakteri menyebabkan mati.


BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dalam ekstrak etanol herba

kemangi (Ocimum sanctum L.) mempunyai aktivitas sebagai antibakteri

terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis. Hal ini ditandai

dengan terbentuknya zona hambat dalam pengujian bioautografi. Berdasarkan

hasil uji bioautografi terdapat 2 bercak noda yang menghambat pertumbuhan

bakteri Staphylococcus epidermidis yaitu bercak dengan Rf 0,60 dan 0,88.

2. Berdasarkan hasil identifikasi senyawa antibakteri dengan menyemprotkan plat

KLT dengan beberapa pereaksi didapatkan hasil bahwa senyawa yang dapat

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis pada Rf 0,60

diduga adalah senyawa tanin dan Rf 0,88 diduga adalah senyawa flavonoid.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka perlu beberapa hal untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan yaitu:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang eluen lebih cocok dan tepat

untuk memisahkan bercak-bercak dari ekstrak etanol herba kemangi.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang aktivias antibakteri ekstrak

etanol herba kemangi terhadap bakteri lain.

43
44

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk memastikan senyawa antibakteri

yang terkandung dalam ekstrak etanol herba kemangi.


DAFTAR PUSTAKA

Adrianta, K. A. (2016). Identifikasi Senyawa Antosianin dan Metabolit Sekunder


dari Ekstrak Etanol Beras Ketan Hitam (Oryza sativa L.) dalam
Pemanfaatannya sebagai Alternatif Pengobatan Demam Berdarah Dengue.
Medicamento, 2(1), 17–22.
Alimuddin, A. H., & Masriani. (2008). Aktivitas Antimikroba dari Ekstrak
Kloroform Kulit Batang Tumbuhan Shorea foxworthyi Sym. Indonesian
Journal of Chemical Science, 8(1), 114–118.
Angelina, M., Turnip, M., Khotimah, S., Biologi, P. S., & Tanjungpura, U.
(2015). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum
sanctum L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus. Protobiont, 4, 184–189.
Departemen Kesehatan, R. I. (1986). Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan, R. I. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV (IV). Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan, R. I. (1997). Investaris Tanaman Obat Indonesia Edisi
IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan, R. I. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak
Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan, R. I. (2008). Farmakope Herbal Indonesia Edisi I (I).
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan, R. I. (2013). Suplemen III Farmakope Herbal Indonesia
Indonesia Edisi 1 (1st ed.). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Departemen Kesehatan, R. I. (2016). Mikrobiologi dan Parasitologi
Keperawatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan, R. I. (2017). Formularium Ramuan Obat Tradisional
Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Hadipoentyanti, E., & Wahyuni, S. (2008). Keragaman Selasih (Ocimum Spp.)
Berdasarkan Karakter Morfologi, Produksi dan Mutu Herba. Jurnal Littri,
14(4), 141–149.
Hanani, E. (2015). Analisis Fitokimia (T. V. D. dan Hadinata & A. Hanif (eds.)).
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Hapsari, W. S., Rohmayanti, Yuliastuti, F., & Pradani, M. P. K. (2017). Skrining
Fitokimia Ekstrak Etanol Herba Pegagan dan Analisa Rendemen. URECOL,
471–476.
Harbone, J. B. (1987). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (2nd ed.). Bandung: ITB.

45
46

Haryoto, Jayanti, Y. D., Saputro, H. P. W., & Kosworo. (2018). Aktivitas


Antibakteri dan Bioautografi Ekstrak Etanol, Fraksi Non Polar, Semipolar
serta Polar Daun Sirsak (Annona muricata L.) terhadap Klebsiella
pneumoniae dan Staphylococcus epidermidis. Jurnal Sains Dan Kesehatan,
1(9), 497–504.
Hidayati, A. N. A., & Bahar, Y. (2018). Efek Daun Kemangi (Ocimum Basilicum
L .) terhadap Bakteri Staphylococcus Epidermidis. SAINTEKS, 15(1), 55–60.
Hermawan, I. (2019). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif
dan Mixed Methode. Jakarta: Publikasi Hidayatul Quran.
Illing, I., Safitri, W. dan, & Erfiana. (2017). Uji Fitokimia Ekstrak Buah Dengen.
Dinamika, 08(1), 66–84.
Kusnadi, K., & Devi, E. T. (2017). Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid
pada Ekstrak Daun Seledri (Apium graveolens L.) dengan Metode Refluks.
Pancasakti Science Education Journal, 2(9), 56–67.
Kuswiyanto. (2016). Bakteriologi 2 (E. A. Mardella (ed.)). Buku Kedokteran
EGC.
Mahatriny, N., S., Payani, N. P., M., Oka, I. B., & W., Astuti, K. (2013). Skrining
Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.) yang Diperoleh
dari Daerah Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. 1, 8–13.
Marjoni, M. R. (2016). Dasar-Dasar Fitokimia (T. Ismail (ed.)). Jakarta: Trans
Info Media.
Mukhriani, Paturusi, A. A. E., & Harsal, M. R. (2017). Uji Aktivitas Antibakteri
Fraksi Etil Asetat Korteks Kayu Jati (Tectona grandis L.F.) terhadap
beberapa Bakteri Uji. JF FIK UINAM, 5(1), 29–34.
Ningsih, D. R., Zusfahair, & Kartika, D. (2016). Identifikasi Senyawa Metabolit
Sekunder serta Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sirsak sebagai Antibakteri.
Molekul, 11, 101–111.
Paputungan, W. A., Lolo, W. A. dan, & Siampa, J. P. (2019). Aktivitas
Antibakteri dan Analisis KLT-Bioautografi dari Fraksi Biji Kopi Robusta
(Coffea canephora Pierre ex A . Froehner). Pharmacon, 8(3), 100–108.
Paramita, S., Yasir, Y., Yuniati, Y., & Sina, I. (2018). Analisis Bioautografi
Kromatografi Lapis Tipis dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bawang
Tiwai (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.) terhadap Methicillin-resistant
Staphylococcus aureus (MRSA). Sains Dan Kesehatan, 1(9), 470–478.
Pratiwi, S. (2008). Mikrobiologi Farmasi (R. Astikawati & A. Safitri (eds.)).
Jakarta: Erlangga.
Radji, M. (2010). Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa farmasi dan
Kedokteran (J. Manurung (ed.)). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Rubiyanto, D. (2016). Teknik Dasar Kromatografi. Yogyakarta: Deepublish
Sastrohamidjojo, H. (1985). Kromatografi (Pertama). Yogyakarta: Liberty.
47

Septiandari, V. K., Wahyuni, D., & Murdiyah, S. (2015). Pengaruh Ekstrak Daun
Kemangi (Ocimum americanum L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri
Propionibacterium acne. Prosiding Seminar Nasional Biologi, 512–518.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta:
ALFABETA.
Swarjana, I. K. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan (M. Bendatu (ed.)).
Yogyakarta: ANDI.
Vifta, R. L., Khotimah, S. K., & Luhurningtyas, F. P. (2018). Uji Aktivitas
Antifungi Ekstrak Etanol Biji Timun Suri (Cucumis melo L.) terhadap
Pertumbuhan Candida albicans secara In Vitro. Indonesian Journal of
Pharmacy and Natural Product, 01(1), 10–17.
Wulandari, L. (2011). Kromatografi Lapis Tipis. Jember: PT. Taman Kampus
Presindo.
Wulandari, M. A. (2014). Potensi Antibakteri dan Bioautografi Ekstrak Etanol
Daun Bintaro (Carbera odollam Gaertn.) terhadap Salmonella typhi dan
Staphylococcus aureus. Naskah Publikasi.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Determinasi

48
49

Lampiran 2. Proses Pembuatan Ekstrak

Mengumpulkan bahan Sortasi Pencucian


baku

Pengeringan Pemotongan Penirisan

Simplisia serbuk Ekstraksi Penyaringan

Ekstrak kental Rotary evaporator


50

Lampiran 3. Perhitungan LOD (Loss on Drying)

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ−𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔


% LOD = x 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ

1500 gram - 395,82 gram


= x 100%
1500 gram

= 73,61%

Lampiran 4. Perhitungan Rendeman Ekstrak

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛


% Rendeman = x 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔

51,57 gram
= 300 gram x 100%

= 17,19 %

Lampiran 5. Perhitungan Susut Pengeringan Ekstrak

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟


Susut Pengeringan = x 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛

2 gram - 1,88 gram


= x 100%
2 gram

=6%
51

Lampiran 6. Hasil Uji Screening Fitokimia

Uji Alkaloid (-) Uji Flavonoid (+)

Uji Saponin (-) Uji Tanin (+)


52

Lampiran 7. Hasil Uji Identifikasi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Perwarnaan Cat Gram

Mikroskop Pembesaran 4x Mikroskop Pembesaran 10x


53

Lampiran 8. Hasil Uji KLT dan Penyemprotan Pereaksi


Uji Hasil Penyemprotan
Pereaksi Rf Literatur Keterangan
Senyawa UV 366 nm UV 254 nm

0,88 +
Pada UV
0,70 366 nm +
terlihat
Flavonoid AlClᴣ
kuning
0,60 (Hanani, -
2015)
0,38 -

0,88 -
Terlihat
Jingga
0,70 dengan -
latar
Alkaloid dragendorf
belakang
0,60 kuning -
(Hanani,
2015)
0,38 -

0,88 -
Di
gelombang
0,70 pendek -
terlihat
Tanin FeClᴣ
warna
0,60 gelap +
(Hanani,
2015)
0,38 +

0,88 -

Terlihat
Anisaldehi 0,70 Biru/ungu -
Saponin d-asam (Hanani,
sulfat 0,60 2015) -

0,38 -
54

Lampiran 9. Hasil Uji Bioautografi

Uji Bioautografi ke-1 Uji Bioautografi ke-2

Kontrol Media NA Kontrol Bakteri Staphylococcus


epidermidis

Suspensi Bakteri
55

Lampiran 10. Biodata Penulis

BIODATA PENULIS

A. Data Pribadi

NIM : E17068

Nama : Wahyu Oktaviani

Program Studi : D3 Farmasi

Tempat/Tanggal Lahir : Boyolali/02 Oktober 1999

Alamat Rumah : Jeron Rt 01/ Rw 02, Nogosari, Boyolali

No. Telepon/HP : 08818529273

Alamat email : Wahyuoktaviani72@gmail.com

Pekerjaan : Mahasiswa

B. Data Orang Tua

Nama Ayah : Widodo

Nama Ibu : Lestari

Alamat Rumah : Jeron Rt 01/ Rw 02, Nogosari, Boyolali

No Telepon/HP : 08818529273

Pekerjaan : Buruh
56

C. Praktik Industri
No Tempat Praktik Industri Lama Praktik
1 Apotek 37 Semanggi 1 Bulan
2 PT Gujati 97 1 Bulan
3 Puskesmas Pucang Sawit 1 Bulan

D. Riwayat Pendidikan
No Jenjang Pendidikan Th. Masuk-Th. Lulus
1 TK Aisyah Jeron 2004-2005
2 SD N Jeron 2005-2011
3 SMP N 1 Gondangrejo 2011-2014
4 SMK Muhammadiyah 4 Surakarta 2014-2017

E. Kompetensi/Seminar/Pelatihan/Workshop/Organisasi/Kegiatan ilmiah
yang pernah diikuti
No Jenis dan Nama Kegiatan Tahun
1 Peserta PKKMB ‘’Pengenalan Kehidupan Kampus bagi 2017
Mahasiswa Baru’’ tahun akademik 2017/2018
2 Pelatihan Obat Herbal ‘’Pembuatan Kapsul dari Lidah 2017
Buaya’’
3 Panitia Seminar Nasional Kewirausahaan ‘’Achieving 2019
Succes at Young Age as Entrepreneur’’
4 Peserta Seminar Nasional Kewirausahaan ‘’Achieving 2019
Succes at Young Age as Entrepreneur’’
5 TOIEC 2020
6 Peserta Webinar ‘’Upaya Pengobatan Covid-19 Di 2020
Indonesia’’

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya agar dapat digunakan

sebagaimana mestinya.

Surakarta, 21 Agustus 2020

Yang membuat

Wahyu Oktaviani

Anda mungkin juga menyukai