Anda di halaman 1dari 43

Materi Inti44

Operasional dan Monitoring


Operasional dan Monitoring Pengolahan
Limbah Cair di Fasyankes

1
DESKRIPSI SINGKAT

Modul 4 pengolahan limbah cair domestik di fasyankes


berisi tentang bagaimana cara operasional dan monitoring
terhadap IPAL Eksisting.

Dari modul ini diharapkan peserta latih dapat menguasai


teknik monitoring dan evaluasi terhadap IPAL yang dikelola

Modul 4 ini merupakan satu kesatuan dari rangkaian 5


modul inti, dimana hasil dari operasional dan monitoring ini
sebagai bahan perencanaan perbaikan yang di bahas pada modul
5.

Modul 4 ini terdiri dari 2 pokok bahasan: Pokok Bahasan 1


Operasional pengolahan limbah cair dan Pokok Bahasan 2
Monitoring pengolahan limbah cair.

2
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta latih mampu melakukan
monitoring dan mengevaluasi hasil pengolahan limbah cair
domestik
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta latih mampu:
1. Menjelaskan konsep monitoring pengolahan limbah cair
2. Melakukan monitoring pengolahan limbah cair
3. Melakukan evaluasi hasil pengolahan limbah cair

POKOK BAHASAN DAN SUB


POKOK BAHASAN
3.1 Konsep Monitoring pengolahan limbah cair
3.2 Monitoring pengolahan limbah cair
a. Monitoring harian
b. Monitoring mingguan
c. Monitoring bulanan
3.3 Evaluasi hasil pengolahan limbah cair

3
METODA DAN ALAT BANTU
PEMBELAJARAN
4.1 Metoda Pelatihan:
a. Ceramah singkat
b. Curah pendapat
c. Diskusi
d. Kunjungan lapangan

4.2 Alat Bantu Pembelajaran


a. Slide
b. Hand-out
c. Cheklist
d. Komputer
e. LCD
f. White board
g. Spidol
h. Flipchart

4
LANGKAH-LANGKAH PROSES
PEMBELAJARAN
SESI 1 PENGKONDISIAN DAN APERSEPSI

Langkah 1 : Sapa pembelajar dengan ramah dan ucapkan salam


serta memperkenalkan diri. Apabila diperlukan
fasilitator dapat mengajak pembelajar melakukan
kegiatan untuk penyegaran dan membangun
suasana siap untuk belajar.

Langkah 2 : Tampilkan atau sajikan suatu gambar atau keadaan


atau apa saja yang berhubungan dengan topik
materi dan kaitannya dengan pelatihan (apersepsi).
Hal ini untuk memfokuskan perhatian pembelajar
untuk terlibat menebak dan memahami apa
sebenarnya yang akan di pelajari pada materi ini

Langkah 3 : Jelaskan pada pembelajar tentang topik-topik yang


akan dibicarakan dalam sesi ini. Tanyakan pada
pembelajar mengapa topik-topik ini penting untuk
dibicarakan dan didiskusikan dan apa kaitannya
dengan tugas dan fungsi keseharian pembelajar di
tempat tugas. Jelaskan tujuan sesi dengan
menggunakan slide presentasi

5
Langkah 4 : Jelaskan langkah-langkah dan “aturan main” proses
pembelajaran materi ini (transaksi). Tanyakan pada
pembelajar apakah setuju dengan transaksi tersebut
atau ada usulan lain.

Lafalkan : Apakah pembelajar siap?


OK, mari kita mulai!

SESI 2 PENYAMPAIAN MATERI

Langkah 1 : Lakukan curah pendapat mengenai bagaimana


melakukan monitoring di instalasi pengolahan
limbah cair

Langkah 2 : Tampilkan slide dan formulir monitoring dan


evaluasi pengolahan limbah cair

Langkah 3 : Jelaskan cara pengisian formulir monitoring


pengolahan limbah cair dan evaluasinya

SESI 3 KUNJUNGAN PKL KE IPAL FASYANKES

Langkah 1 : Persiapan PKL: pembagian kelompok, formulir


monitoring, water test kit, data sekunder hasil
pemeriksaan.

6
Langkah 2 : Kunjungan ke fasyankes sesuai dengan jumlah
kelompok, ketika melakukan kunjungan, peserta
latih mengisi formulir monitoring dan melakukan
wawancara dengan pengelola di IPAL setempat

Langkah 3 : Peserta latih melakukan pengolahan data


sederhana dari hasil PKL dan membuat laporan
berupa lapora (paper) dan slide tayangan untuk
disajikan pada Seminar Hasil PKL.

Langkah 4 : Peserta latih memamaparkan hasil PKL pada


Seminar yang dihadiri pengelola fasyankes tempat
lokus PKL tersebut.

SESI 3 PENUTUP

Langkah 1 : Lakukan review singkat bersama pembelajar


tentang proses pebelajaran sebagai evaluasi
penyerapan materi.

Langkah 2 : Tampilkan slide yang berisi motivasi sebagai


penguatan kepada pembelajar untuk
menerapkan hasil pembelajaran dengan baik
di dalam dunia kerja.

Langkah 3 : Sampaikan permohonan maaf, dan ucapkan


salam sebagai penutup proses pembelajaran.

7
URAIAN MATERI
POKOK MONITORING PENGOLAHAN
BAHASAN 1 LIMBAH CAIR DOMESTIK

6.1 KONSEP MONITORING PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

a. LIMBAH CAIR DOMESTIK HARUS DIOLAH

Aktivitas harian manusia menyebabkan terbentuknya limbah


domestic yang perlu ditangani secara baik guna menghindari
pencemaran air permukaan dan air tanah. Jika tidak ditangani
dengan baik, maka dapat menimbulkan penyebaran penyakit
menular akibat air (water borne disease).

Sebagian besar penggunaan air bersih oleh manusia adalah untuk


pembersihan dan konsumsi. Akan terbentuk air kotor dengan
inisial grey water dan black water. Grey water adalah limbah yang
dihasilkan dari aktivitas mandi, cuci dan dapur rumah/kantor.
Sedangkan black water adalah limbah yang dihasilkan dari proses
buang air besar.

Karakter air limbah terdiri dari 99,7% air dan 0<3% bahan lain,
seperti bahan padat, koloid dan terlarut. Bahan lain tersebut
terbagi atas bahan organik dan anorganik2). Bahan organic dan
anorganik ini berperan dalam pengolahan limbah domestik.

8
80%

Ilustrasi Konversi Air Bersih menjadi Air Limbah Domestik

b. UNIT PROSES SEBAGAI BAGIAN DARI RANGKAIAN IPAL

Pengolahan limbah cair atau yang sering disebut sebagai IPAL,


merupakan sebuah instalasi pengolahan air limbah yang
merupakan rangkaian unit proses beserta asesoris jaringannya,
lengkap dengan aktivitas proses biologis/kimia di dalamnya yang
akan berperan menurunkan kadar pencemar pada influen IPAL.
Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa IPAL merupakan
rangkaian unit proses secara berurutan, dimulai dari pre-
treatment, pengolahan primer, pengolahan sekunder/utama dan
pengolahan tersier.

9
Penangkap Lemak
Pre- Septic Tank
Treatment
Bak Netralisasi

Influen efluen
Pengolahan Pengolahan Pengolahan
Primer Sekunder Tersier

Return Sludge

Screenings PENGOLAHAN - Removal other


Tangki Ekualisasi BIOLOGIS compounds
Bak Pengendap I - Activated Sludge - Desinfeksi
- Trickling Filter - Advance Treatm.
- Rotating Bio. Cont
(RBCs)
PENGOLAHAN KIMIA
- Koagulasi,
flokulasi,
sedimentasi
- Filtrasi
- Elektrokoagulasi

Skema IPAL secara Umum

Masing-masing unit proses memiliki kelebihan sesuai dengan


perannya menurunkan pencemar dalam air limbah. Setiap unit
proses memiliki kriteria disain dan operasional tersendiri agar
dapat berjalan dengan maksimal.

Pengolahan primer yang bertujuan mengondisikan limbah cair


domestic lebih “ready” atau siap menghadapi proses biologis di

10
pengolahan sekunder, perlu disaring dari kotoran besar dan
dihindari grease loading serta organic loading dengan dikumpulkan
dalam tangka ekualisasi terlebih dahulu. Setelah siap, limbah dari
tangki ekualisasi ini akan mengalami proses biologis di pengolahan
utama. Unit proses yang lazim digunakan adalah Activated Sludge
dengan biofilter yang mengarah pada proses aerob-anaerob.
Dengan proses biofilter ini, akan dihasilkan sludge yang cukup
banyak, memungkinkan untuk di resirkulasi ke bak awal guna
memanfaatkan sejumlah mikroorganisme yang masih aktif dalam
sludge tersebut.

Oleh karena itu, pemilihan sebuah unit proses sebagai bagian dari
IPAL perlu dipertimbangkan secara baik. Dan pembuatan
konstruksi bangunan unit proses perlu dihitung sesuai kriteria
disain yang sesuai.

Sebuah IPAL perlu dikelola oleh seorang dan/atau tim kerja yang
memahami proses dan rangkaian pengolahan yang terjadi dalam
IPAL. Walau tidak turut merancang, operator berperan menjamin
keberlangsungan operasional pengolahan IPAL sehingga tercipta
kinerja optimal dalam menurunkan kandungan pencemar air
limbah yang diolah.

11
Ada 2 (dua) factor penting yang perlu diperhatikan dalam
operasional IPAL, yaitu :
1. Sistem Pengolahan
2. Rangkaian IPAL & Jaringan

c. GAMBARAN KARAKTER LIMBAH CAIR DOMESTIC


Mengingat ulang pada materi pelatihan inti 1 di awal, kita perlu
memahami karakter limbah domestic ini untuk memastikan Unit
Proses apa yang akan dipakai dan metode operasional apa saja
yang akan berlangsung nanti.

Secara umum, gambaran karakteristik air limbah domestik


dirangkum oleh Metcalf & Eddy (2003) dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel Gambaran Karakteristik Air Limbah Domestik


KONSENTRASI
KONTAMINAN UNIT
WEAK MEDIUM STRONG
Solids, total (TS) mg/L 390 720 1230
Dissolved, total (TDS) mg/L 270 600 860
- Fixed mg/L 160 300 520
- Volatile 110 200 340
Suspended Solids (SS) mg/L 120 210 400
- Fixed mg/L 25 50 85
- Volatile 95 160 315
Settleable Solids mg/L 5 10 20

12
KONSENTRASI
KONTAMINAN UNIT
WEAK MEDIUM STRONG
BOD5, 20oC mg/L 110 190 350
Total Organic Carbon mg/L 80 140 260
COD mg/L 250 430 800
Nitrogen (total as N) mg/L 20 40 70
- Organic mg/L 8 15 25
- Free Amonia 12 25 45
- Nitrit 0 0 0
- Nitrat 0 0 0
Phosphorus (total as P) mg/L 4 7 12
- Organic mg/L 1 2 4
- Inorganic 3 5 10
Chlorides mg/L 30 50 90
Sulfate mg/L 20 30 50
Alkalinity as CaCO3 mg/L 50 100 200
Oil & Grease mg/L 50 90 100
VOC mg/L <100 100-400 >400
Total Coliform Jumlah/100 mL 106-107 107-109 107-1010
Sumber : Metcalf & Eddy, 2003 3)

Sebagai referensi, hasil pengujian terhadap 10 rumah di


Perumahan Batan Indah Kota Tangerang menunjukkan kisaran
parameter sbb : pH = 6,2-8,5; BOD = 121-151 mg/L; COD = 79-700
mg/L; TSS = 121-127 mg/L dan minyak & lemak = 6-9,5 mg/L 4).

Sedangkan dari hasil analisa kimia terhadap berberapa sampel air


limbah Rumah Sakit di DKI Jakarta menunjukkan konsentrasi
senyawa pencemar sangat bervariasi. Parameter BOD = 31,52 -
675,33 mg/L, Ammoniak = 10,79 - 158,73 mg/L, Deterjen (MBAS)

13
1,66 - 9,79 mg/L. Hal ini mungkin disebabkan sumber air limbah
juga bervariasi sehingga faktor waktu dan metoda pengambilan
sampel sangat mempengaruhi besarnya konsentrasi. Namun tetap
terlihat bahwa air limbah rumah sakit berpotensi mencemari
lingkungan, baik secara kimiawi maupun bakteriologis.

Skema Proses Pengelolaan Air Limbah Rumah Sakit 7)

14
Skema diatas untuk membandingkan alur pikir pengelolaan limbah
cair di RS yang sebenarnya pun memiliki limbah cair domestic
dengan kuantitas besar. Adanya volume limbah dari aktivitas
Laboratorium dan kegiatan infeksius, menyebabkan limbah RS
menjadi penting dan ditangani lebih spesifik7).
Limbah dari laboratorium dan kegiatan infeksius tersebut
ditampung terpisah dari limbah domestic dan melalui pre-
treatment dengan cara kimia-fisika, selanjutnya air olahannya
dialirkan bersama-sama dengan limbah yang lain. Volume limbah
cair dari aktivitas laundry diberlakukan pre-treatment dahulu
untuk mereduksi detergen. Sedangkan limbah kegiatan infeksius
seperti dari Ruang Operasi, Isolasi dan pemulasaran jenazah,
sebaiknya didesinfeksi terlebih dahulu dengan proses klorinasi.

d. Parameter penting dalam air limbah


DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung
didalam air dan diukur dalam satuan mg/L. Oksigen terlarut
digunakan sebagai derajat pengotoran limbah yang ada. Semakin
tinggi kadar DO didalam air limbah , maka derajat pengotoran
semakin kecil sebab oksigen didalam air diperlukan bakteri aerob
untuk mendegradasi air limbah.

15
BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang
diperlukan mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai
atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik.
(Metcalf & Eddt, 1991)

COD (Chemical Oxygen Demand)


Jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan
organik yang terkandung dalam air. Bahan organik diurai secara
kimiawi menggunakan oksidator yang kuat seperti kalium
dikhromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak
sulfat. (Metcalf & Eddt, 1991)

TSS (Total Suspended Solid)


Padatan yang terdapat pada larutan namun tidak terlarut, dapat
menyebabkan larutan menjadi keruh dan tidak dapat langsung
mengendap pada dasar larutan. Nilai TSS dalam air limbah
menunjukkan seberapa besar/kurangnya aktifitas bakteri dalam
mendegradasi bahan organik.

16
Amonia
Amoniak (NH3) merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4+
pada pH rendah yang disebut ammonium. Amoniak dalam air
permukaan berasal dari air seni, tinja serta penguraian zat organik
secara mikrobiologis yang berasal dari air alam atau air
buangan/limbah domestik dan bisa juga dihasilkan dari
pembusukan secara bakterial zat-zat organik. Air limbah yang
masih segar secara relatif berkadar amoniak bebas rendah dan
berkadar nitrogen organik tinggi.

Amoniak dapat menyebabkan kondisi toksis bagi kehidupan


perairan. Kadar amoniak bebas dalam air meningkat sejalan
dengan meningkatnya pH dan temperatur. Kadar DO didalam air
limbah sangat memengaruhi kadar ammonia didalam air limbah
karena penurunan kadar oksigen terlarut akan meningkatkan
toksisitas ammonia di perairan (Muhammad, 2015).

e. Proses Pengolahan
Untuk menjamin keberlangsungan proses pengolahan, otomatis
operator wajib memahami proses utama dalam IPAL dan faktor apa
saja yang menjadi penting dalam proses utama tersebut.

17
Apabila unit proses merupakan pengolahan berbasis fisika seperti
filter, maka faktor penting dalam keberhasilan pengolahan adalah
optimalisasi fungsi filter, dengan titik control berupa tekanan
tangki, media filter dan parameter tersaring.
Apabila unit proses yang dipantau merupakan pengolahan berbasis
biologis, maka faktor penting dalam keberhasilan pengolahan
biologis adalah menjamin lingkungan kehidupan dalam digester
baik dan mendukung bagi mikroorganisme pengurai untuk
menurunkan pencemar dalam influen air limbah. Karena,
mikroorganisme pengurai inilah yang akan mengubah material
organic dalam air limbah menjadi sel tisu yang memiliki specific
gravity lebih besar daripada air dan mudah mengendap.

PROSES ANAEROB BIOFILTER


Mikroorganisme umumnya bakteri, berperan penting dalam
transformasi senyawa komplek organik menjadi metan. Ada
interaksi sinergis antara kelompok bakteri yang berperan dalam
penguraian limbah. Keseluruhan reaksi dapat digambarkan sebagai
berikut (Polprasert, 1989).
Senyawa Organik → CH4 + CO2 + H2 + NH3 + H2S

18
Beberapa jamur (fungi) dan protozoa ditemukan dalam penguraian
anaerobik, namun bakteri tetap merupakan mikroorganisme yang
dominan bekerja dalam proses penguraian anaerobik. Ada 4
(empat) grup bakteri yang terlibat dalam transformasi material
komplek menjadi molekul yang sederhana seperti metan dan
karbon dioksida. Kelompok bakteri ini bekerja secara sinergis
(Archer dan Kirsop, 1991; Barnes dan Fitzgerald, 1987; Sahm, 1984;
Sterritt dan Lester, 1988; Zeikus, 1980).

Kelompok Bakteri Metabolik yang Terlibat Penguraian Limbah


dalam Sistem Anaerobik

19
Lingkungan kehidupan mikroorganisme tersebut dapat
dikondisikan melalui beberapa hal yaitu pengaturan pH air limbah,
temperatur air limbah, penambahan nutrient/trace element,
pembubuhan oksigen dan pengadukan yang tepat3).

PROSES AEROB BIOFILTER

Berbeda dengan proses anaerob, beban pengolahan pada proses


aerob lebih rendah, sehingga prosesnya ditempatkan sesudah
proses anaerob. Pada proses aerob hasil pengolahan dari proses
anaerob yang masih mengandung zat organik dan nutrisi diubah
menjadi sel bakteri baru, hidrogen maupun karbondioksida oleh sel
bakteri dalam kondisi cukup oksigen.

Zat Organik disisihkan secara biologi bergantung jumlah oksigen


terlarut, jenis mikroorganisme dan jumlah zat pengurai. Adanya O2
menyebabkan proses oksidasi aerob dapat berlangsung, bahan-
bahan organik diubah menjadi produk akhir yang relatif stabil dan
sisanya akan disintesis menjadi mikroba baru.

Mikroba Senyawa OrganiK + O2 → CO2 + H2O + Sel baru + Energi

20
Mikroorganisme mengalami proses metabolisme yang terdiri dari
proses katabolisme dan anabolisme. Proses anabolisme
memerlukan energi (reaksi endergonik) dan terjadi pada proses
sintesa mikroorganisme, sedangkan proses katabolisme yang
terjadi pada proses oksidasi dan respirasi merupakan reaksi
eksergonik karena melepaskan energi (Reynolds, 1985). Proses
transformasi substrat berlangsung dalam suatu kelompok protein
yang berperan sangat penting dalam proses biologis, yaitu enzim
yang bersifat katalis.

Faktor-faktir yang memengaruhi reaksi Organic Removal dalam air


secara biologis adalah :

Organic Loading dan Hydrauic Loading


Beban Organik (Organic Loading) didefinisikan sebagai jumlah
senyawa organik di dalam air limbah yang dihilangkan atau
didegradasi dalam biofilter per unit volume per hari. Beban organik
yang sangat tinggi dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan
mikroorganisme, dan pada konsentrasi tertentu dapat
mengakibatkan kematian mikroorganisme.
Beban Hidrolis (Hydrolic Loading) dinyatakan sebagai volume air
buangan yang dapat diolah per-satuan waktu persatuan luas

21
permukaan media. Beban hidrolis yang tinggi dapat menyebabkan
pengelupasan lapisan biofilm yang menempel pada media,
sehingga efisiensi pengolahan menjadi turun.

pH air Limbah & Temperatur


Setiap jenis bakteri membutuhkan pH tertentu untuk dapat
tumbuh dengan baik. Pada umumnya semua bakteri mempunyai
kondisi pertumbuhan antara 4 – 9,5 dengan pH optimum 6,5 – 7,5.
Secara keseluruhan Reynold (1985) menyatakan mikroorganisme
perlu pH 6,5 – 9. Bakteri akan tumbuh dengan baik pada kondisi
sedikit basa yaitu berkisar antara 7 – 8 (Flathman,1994).
Temperatur menjadi faktor penting dalam proses pengolahan
biologis. Selain mendorong aktifitas metabolisme mikroorganisme
dalam air limbah, temperatur mengatur transfer gas dan
mempengaruhi kemampuan pengendapan dari biological solids
yang terbentuk (endapan). Sedangkan Perubahan pH berpengaruh
terhadap survival rate dengan kecenderungan lebih tinggi
penurunannya pada kondisi asam6).

Kebutuhan Nutrient bagi pertumbuhan Mikroorganisme


Untuk tumbuh dan berperan baik, mikroorganisme membutuhkan
sumber energi, karbon untuk mensintesa materi baru, nutrisi

22
inorganic (N, P, S, Ca dan Mg). Selain carbon dan sumber energi,
mikroorganisme membutuhkan material untuk sintesa sel dan
pertumbuhannya. Material inorganic yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme adalah N, S, P, K, Mg, Ca, Fe, Na, dan Cl.
Sedangkan nutrient minor yang tetap penting dibutuhkan adalah
Zn, Mn, Mo, Se, Cu, Co, Ni, V dan W.

Kebutuhan Oksigen
Kebutuhan Oksigen (DO) Flathman (1994) menyatakan bahwa
oksigen terlarut dalam reaktor melekat diam terendam harus
dijaga antara 2 – 4 mg/L. Oksigen berperan dalam proses oksidasi,
sintesa dan respirasi dari sel.

Logam Berat (inhibitor)


Logam berat Logam-logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, Zn, Li dan
Pb walaupun dalam konsetrasi yang rendah akan bersifat racun
terhadap mikroorganisme. Daya bunuh logam berat pada kadar
rendah ini disebut daya oligodinamik.

Proses Amoniak Removal


Di dalam proses biofiltrasi, senyawa amoniak akan diubah
menjadai nitrit, kemudaian senyawa nitrit akan diubah menjadi

23
nitrat. Mekanisme proses penguraian senyawa amoniak yang
terjadi pada lapisan biofilm sbb.

Ilustrasi Proses Penguraian Amoniak Di Dalam Biofil

Lapisan terluar media penyangga adalah lapisan tipis zona aerobik,


senyawa amoniak dioksidasi dan diubah ke dalam bentuk nitrit.
Sebagian senyawa nitrit ada yang diubah menjadi gas dinitrogen
oksida (N2O) dan ada yang diubah menjadi nitrat. Proses yang
terjadi tersebut dinamakan proses nitrifikasi.

24
Lama kelamaan, lapisan biofilm yang tumbuh pada media
penyangga tersebut semakin tebal dan menyebabkan oksigen tidak
mencapai ke lapisan biofilm bagian dalam. Hal ini mengakibatkan
terbentuknya zona anaerobik. Senyawa nitrat yang terbentuk
diubah ke dalam bentuk nitrit yang kemudian dilepaskan menjadi
gas nitrogen (N2). Proses demikian tersebut dinamakan proses
denitrifikasi.

Proses nitrifikasi menurut Grady & Lim (1980) didefinisikan sebagai


konversi nitrogen ammonium (NH4-N) menjadi nitrit (NO2-N) yang
kemudian menjadi nitrat (NO3-N) yang dilakukan oleh bakteri
autotropik dan heterotropik.

Komponen yang mempengaruhi proses nitrifikasi dalam


pengolahan air adalah
1. Konsentrasi Oksigen Terlarut (Dissolved Oksigen)
2. Temperatur
3. pH
4. Rsio Organik dan Total Nitrogen (BOD/T-N)

25
f. Rangkaian IPAL & Sistem Jaringan
Sedangkan untuk menjaga kontinitas proses pengolahan, operator
harus menjalankan seluruh fungsi unit proses dalam IPAL sehingga
dapat beroperasi terus menerus dan menghasilkan kinerja IPAL
yang baik.

Operator perlu melakukan beberapa hal sbb :


1. Mendata kondisi unit proses dan peralatan/mesin IPAL secara
berkala
2. Mengecek secara rutin unit proses dan jaringan IPAL
3. Memelihara dan memperbaiki unit proses dan jaringan IPAL

Dengan demikian, dalam mengoperasikan IPALnya, seorang


operator melakukan pemantauan dan secara berkala memberi
laporan kepada pihak manajemen atau pimpinan langsung.
Didalam proses pemantauan, operator mengisi Lembar Monitoring
yang telah disiapkan, baik monitoring secara harian, mingguan
maupun secara 3 bulanan, sesuai peraturan yang berlaku.

Berikut dijelaskan satu persatu apa saja yang harus diamati dan
dilakukan pada kegiatan monitoring tersebut.

26
Contoh 1

Aspek yang perlu di Monitor dalam Operasional IPAL

ASPEK YANG PERLU


NO KATEGORI SIFAT METODE
DI PANTAU
A SISTEM PENGOLAHAN Sistem/Teknis/Administrasi Mandatory/Voluntary Observasi/Pengukuran/Pemeriksaan
Lab
1.
2.
3.
4.
5.
B RANGKAIAN IPAL &
SISTEM JARINGAN
1.
2.
3.
4.
5.

27
6. 1 Monitoring Harian

Monitoring harian penting sekali dilakukan guna melihat dan


mengetahui kondisi aktual dan kinerja IPAL sehari-hari. Dengan
dilakukannya monitoring harian ini, maka kinerja IPAL dapat selalu
dimonitor. Bila seandainya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
yang menyebabkan kinerja IPAL menurun, maka dengan segera
dapat dilakukan langkah-langkah antisipasi. Parameter yang perlu
dimonitor dan hal penting apa saja yang perlu dilakukan dalam
monitoring harian adalah seperti tertera pada Monitoring Harian
IPAL. Data-data hasil monitoring harian ini disamping untuk
kebutuhan sendiri, juga dibutuhkan untuk dilaporkan secara
berkala kekantor BPLHD setempat.

Gambar 1. Cuplikan tentang Pemantauan Air Limbah Domestik

Sumber : PermenLHK No. P.68/Menlhk/Setjen/Kum. 1/8/ 2016

28
Periode pelaporan 3 bulan sekali, bersamaan dengan pengiriman
sampel untuk dianalisa secara berkala untuk ke Laboratorium
BPLHD/Labkesda.

Gambar 2. Cuplikan tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik

Sumber : PermenLHK No. P.68/Menlhk/Setjen/Kum. 1/8/ 2016

29
Contoh 2

Format Monitoring Harian IPAL dengan Teknologi Biofilter Anaerob-Aerob

Flow Jumlah Air pH Warna air Pembersihan


Hari/Tgl Waktu
meter (m3/hari) Aerasi 1 Aerasi 2 Outlet olahan sampah

30
Contoh 3

Format Swapantau Air Limbah


Bulan : ………………………. 2021
INLFLUEN EFFLUEN Nilai Debit IPAL
Hari Tanggal Jam Cuaca
pH DO TSS T pH DO TSS T Meter (m3/hr)

31
Dalam melakukan monitoring harian juga pengelola perlu untuk
memahami alur air limbah seperti contoh berikut:

PCTB Sewer CCLine


Dapur (Saluran Air
Limbah)

PTB
Laundry
P/S

L/S

IPAL Saluran
Pembuangan

Pemeliharaan Sewerline (saluran utility), PTB, Pump


A
Station (P/S) dan Lift Station (L/S) dengan unit
Pompa Semprot
B Pengoprasian unit alat proses di IPAL

Pemeliharaan Saluran Pembuangan dengan unit alat


C
Pompa Semprot (Penggelontoran)

Kontrol Sistem Proses IPAL & Saluran/Perpipaan air


D
limbah
32
6. 2 Monitoring Mingguan

Monitoring mingguan disini lebih menitikberatkan kepada


pemantauan peralatan mechanical dan electrical (ME) IPAL, seperti
pompa dan blower udara. Peralatan ME sangat penting dalam
sistem IPAL, karena tanpa didukung fasiltas ME yang baik maka
proses didalam IPAL tidak akan berjalan optimal.

Monitoring mingguan meliputi pemeriksaan dan perawatan ME,


termasuk didalamnya penggantian oli dan sparepart pada
peralatan ME.

Lembar monitoring mingguan seperti terlihat pada Tabel yang


telah disediakan.

Adapun penggantian oli dan sparepart dari ME.

33
Contoh 4

Format Monitoring Mingguan IPAL


Pompa Pompa Blower Blower
Hari/Tgl Waktu Keterangan
Equalisasi Filter Udara 1 Udara 2

34
Selain formulir diatas juga dapat menggunakan formulir khusus
untuk evaluasi alat di masing instalasi, seperti form dibawah ini:

Contoh 5

Formulir Kondisi Unit Proses IPAL dan Jaringan Ruangan


Bulan ....................... 2021
Kondisi
No Unit Proses Tidak Keterangan
Berfungsi
berfungsi
1 Saringan Kasar
2 Tangki Pembusuk
3 Tangki biofilter
3 Tangki klorinasi
5 Jaringan/Saluran di:
Gedung Administrasi
UGD
Rawat Jalan
Radiologi diagnostik
Laboratorium
Farmasi
IBS/bedah sentral
ICU/ICCU
dll

35
6. 3. Monitoring 3 Bulanan

Monitoring 3 bulanan perlu dilakukan untuk memenuhi kewajiban


secara berkala yang dilaporkan ke kantor BPLHD setempat.
Monitoring 3 bulanan dilakukan dengan mengambil sampel air
olahan IPAL dan mengantarkannya ke laboratorium BPLHD/
Labkesda untuk dianalisa. Sampel harus dilengkapi dengan surat
pengantar dari manajemen fasyankes. Parameter yang dianalisa
sesuai dengan PermenLHK No. P68 Tahun 2016 dan atau peraturan
daerah setempat yang berlaku.

Hasil analisa berkala ini kemudian ditulis didalam Lembar


Monitoring 3 Bulanan yang telah disediakan. Lembar monitoring
3 bulanan seperti terlihat pada Tabel.

Pihak manajemen secara rutin juga harus memantau dan


memeriksa hasil-hasil monitoring ini dan melakukan kearsipan
lembar monitoring. Hal ini sangat penting, karena sering sekali
operator IPAL sudah terlalu sibuk dengan pekerjaan rutinitas IPAL,
sehingga tidak ada waktu untuk menelaah hasil-hasil monitoring
atau barangkali juga tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk
melakukan telaan tersebut.

Demikian juga, apabila terjadi kondisi yang tidak diinginkan pada


IPAL, dengan melihat data monitoring secara rutin, segera dapat
dilakukan langkah-langkah untuk diatasi. Data-data kondisi
operasional IPAL ini kadang kala juga ditanya oleh ortoritas
pengawas IPAL, yakni kantor BPLHD saat melakukan kunjungan ke
lapangan untuk memantau kondisi IPAL.

36
Contoh 6

Format Monitoring 3 Bulanan IPAL

HARI/TGL PH TSS AMONIA MINYAK & LEMAK DETERGEN BOD5 COD

*Analisa dilakukan di laboratorium BPLHD

37
POKOK EVALUASI HASIL PENGOLAHAN
BAHASAN 2 LIMBAH CAIR

Pelaksanaan evaluasi hasil pengolahan limbah cair dapat dilakukan


terhadap sistem, kondisi dan fungsi peralatan. Beberapa
pendekatan evaluasi dimaksud meliputi:

1) Membandingkan kualitas air limbah dengan baku mutu air


limbah
2) Membandingkan kondisi sistem IPAL dengan standar teknis/
kriteria desain IPAL
3) Membandingkan kondisi dan fungsi peralatan IPAL dengan
data teknis yang tercantum dalam Pedoman/Manual alat

Ketiga pendekatan ini merupakan bentuk evaluasi yang akan


memberikan gambaran seberapa bermutu kah operasional IPAL
yang kita jalankan, karena lebih kepada membandingkan data saat
ini dengan standar teknis/kriteria disain IPAL.

Adakalanya hal ini tidak akan maksimal, oleh karena itu dari hasil
pemeriksaan rutin harian/mingguan/bulanan, data-data tersebut
kita rangkum dan kita hitung menggunakan rumus efisiensi ()
dalam satuan %.

𝐵𝑂𝐷 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝐵𝑂𝐷 𝑎𝑤𝑎𝑙


% 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑥100%
𝐵𝑂𝐷 𝑎𝑤𝑎𝑙

38
Evaluasi hasil pengolahan limbah cair dapat dilakukan berdasarkan
data parameter karakteristik air limbah dan air terolah yang
diperiksa secara rutin.

Dari data-data tersebut, kita bisa mengevaluasi beberapa hal, yaitu

1. Kinerja Unit Proses


2. Kinerja IPAL (keseluruhan)

Analisis kecenderungan atas fluktuasi debit, efisiensi, beban


cemaran dan satuan produksi air limbah hasil monitoring dan
evaluasi di atas sebaiknya disusun dalam laporan tertulis sebagai
bentuk dokumentasi untuk keperluan pemenuhan sistem
manajemen air limbah pada fasilitas pelayanan kesehatan.

Pencatatan dan Pelaporan merupakan hasil akhir kegiatan yang


dilakukan dan sebagai bahan data/informasi yang terdokumentasi
bagi rumah sakit serta sebagai bahan rujukan kegiatan yang akan
datang terhadap kendala/hambatan yang ada sehingga dapat
dilakukan perbaikan dan peningkatan kinerja.

39
Contoh 7

PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN


UPAYA YANG DILAKUKAN
KEGIATAN DAMPAK YANG KEGIATAN MASALAH YANG
UNTUK MENGATASI KENDALA
SUMBER DAMPAK TIMBUL PENGELOLAAN DAMPAK DIHADAPI
YANG ADA

40
Contoh 8

PELAKSANAAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

UPAYA YANG
KOMPONEN PEMANTAUAN PARAMETER DILAKUKAN
LINGKUNGAN HASIL BAKU
NO YANG UNTUK
YANG PEMANTAUAN MUTU
DIPANTAU LOKASI METODE JADUAL PETUGAS DIPANTAU MENGATASI
MASALAH

41
TIM PENYUSUN
1. Aulia Fitriani, ST, MKM
2. Setyawati Oktavia, A.Md

DAFTAR PUSTAKA
1. Pedoman Teknis Instalasi Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem
Biofilter Anaerob Aerob Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI, 2011
2. Cordova, M R, Kajian Air Limbah Domestik Di perumnas Bantar
Kemang, Kota Bogor dan pengaruhnya pada Sungai Ciliwung.
3. Metcal & Eddy
4. Suoth, Alfrida E., Karakteristik Air Limbah Rumah Tangga (Grey
water) pada Salah Satu Perumahan Menengah Keatas yang Berada
di Tangerang Selatan, Ecolab Vol. 10 No. 2 Juli 2016 : 47 – 102
5. Lynch, J.M. & N.J. Poole. 1979. Water pollution and its prevention.
p 226- 245. In Microbial Ecology: A Conceptual Approach. Blackwell
scientific Publication. Oxford.
6. Wahyuni, Eva Ari., Karakteristik pH dan pengaruhnya terhadap
bakteri Coliform di perairan Selat Madura Kabupaten Pamekasan,
Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan p-ISSN: 2089-
7790, e-ISSN: 2502-619
7. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan,
Kemenkes RI, Pedoman Teknis Instalasi Pengolahan Air Limbah

42
Dengan Sistem Biofilter Anaerob Aerob Pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, 2011.
8. Polprasert, .1989. Organic Wastes Recycling. Wiley, Chichester, U.K

43

Anda mungkin juga menyukai