Oleh:
Shofura Dinda Nur Syahlaa (20211133)
Moza Aniqa Rachmita (21221061)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan karunia-Nya sehingga karya tulis ilmiah yang berjudul “Picos Skin Balm
Pelembab Serbaguna Anti Eksim dari Ekstrak Sirih dan VCO” dapat terselesaikan
dengan baik dan lancar. Penulisan ini ditulis dalam rangka Lomba Karya Tulis
Ilmiah Nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Bung Hatta.
Penulisan ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Yuni Hartati, M.Pd. selaku guru pembimbing
2. Kedua orang tua kami yang selalu memberikan dukungan moral dan spiritual dan
nasihatnya.
3. Pihak sekolah beserta teman-teman dari SMAN 8 Tangerang.
4. Semua pihak terkait yang telah ikut serta membantu terselesaikannya karya tulis
ilmiah ini.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, kami sebagai penulis menyadari
masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu saran beserta kritik yang
membangun dari seluruh pihak sangat dibutuhkan untuk lebih menyempurnakan isi
dari karya ilmiah ini sehingga dapat lebih berguna dan membantu pihak-pihak yang
memerlukannya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
LEMBAH PERNYATAAN ORISINAL MAKALAH iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
ABSTRAK ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…. ..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ……….....................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………...………....3
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………….3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumbuhan Sirih Hijau (Piper betle L.)………………………...…...…4
2.1.1 Kandungan Tanaman Sirih Hijau ………………………...….…4
2.1.2 Khasiat Tanaman Sirih Hijau ………………………...…...……5
2.2 Virgin Coconut Oil (VCO) ……………………………………………6
2.2.1 Kandungan Virgin Coconut Oil ……………………………...…7
2.2.2 Karakteristik Virgin Coconut Oil ………………………....…….7
2.3 Shea Butter……….………………………………………....................7
2.4 Cera Alba (Beeswax) ……………………………………………...….8
2.5 Kulit …………………………………………….….............................9
2.6 Dermatitis Atopik (Eksim) ………………………...………...………10
2.7 Staphylococcus aureus ………………………………………………10
2.7.1 Sistematika Staphylococcus aureus ………….…………….….10
2.8 Metode Difusi Cakram (Disk Diffusion) ……………….……....….11
BAB III METODE PUSTAKA
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………….…12
3.2 Alat dan Bahan ……………………………………….……...……12
v
3.2.1 Alat …………………………………………….....................12
3.2.2 Bahan ……………………………………….….....................12
3.3 Objek Penelitian …………………………………………………..12
3.4 Metode Penelitian ………………………………………...…...…..12
3.5 Prosedur Penelitian ……………………………………….…...…..13
3.5.1 Proses Pembuatan Pelembab Serbaguna Anti Eksim…….….13
3.6 Evaluasi Pelembab Serbaguna Anti Eksim ……….…...……….….14
3.6.1 Uji Organoleptik ……………………………….......……...…14
3.6.2 Uji pH ………………………………………….………...…..14
3.6.3 Uji Homogenitas ……………………………………………..15
3.6.4 Uji iritasi …………………………………….……………….15
3.6.5 Uji Daya Oles ………………………………………..…....…15
3.7 Uji Daya Hambat Anti Bakteri …………………………….………15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Kajian ………………...……………..…...………………….17
4.1.1 Evaluasi Sediaan …………………………..………………...17
4.1.2 Hasil Uji Daya Hambat Anti Bakteri…………..……….……18
4.2 Pembahasan…………………………………………………………19
4.3 Analisa Pasar………………………………………………………..20
4.4 Target Pemasaran…………………………………………………...22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan…………………………………………………..….….23
5.2 Saran………………………………………………………..............23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Daftar Riwayat Hidup
Proses Pembuatan Pelembab Serbaguna Anti Eksim
Gambar Sediaan dan Pengemasan Produk
Hasil Uji Organoleptis Sediaan
Hasil Uji Homogenitas Sediaan
Hasil Uji pH Sediaan
Hasil Diameter Lisis Uji Daya Hambat Anti Bakteri
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
‘PICOS SKIN BALM’ PELEMBAB SERBAGUNA ANTI EKSIM DARI
EKSTRAK SIRIH DAN VCO
Shofura Dinda Nur Syahlaa, Moza Aniqa Rachmita
IPA, SMA Negeri 8 Tangerang shofuradinda@gmail.com
ABSTRAK
Sudah menjadi tradisi turun temurun dari nenek moyang untuk menggunakan
rempah-rempah yang terkenal khasiatnya untuk kesehatan kulit. Disamping itu
Indonesia juga memiliki segudang rempah yang melimpah. Minyak kelapa salah
satunya. Virgin coconut oil sering digunakan karena bersifat tahan lama,
melembabkan kulit, melembutkan kulit, serta tidak mengiritasi karena mudah
diabsorpsi oleh kulit. (Mangoenkoekardjo dan Semangun, 2005). VCO juga
mengandung antioksidan bebas sehingga mampu mempercepat penyembuhan
eksim. Selain minyak kelapa, tidak banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui
bahwa tanaman sirih hijau (Piper betle L.) juga memiliki banyak khasiat untuk
kesehatan kulit. Daun sirih hijau mengandung 4,2% minyak atsiri yang mampu
membunuh kuman dan jamur (Maryani, 2004). Menurut beberapa penelitian,
ekstrak daun sirih hijau bermanfaat sebagai agen antibakteri karena mengandung
fenol dan turunannya. 30% fenol yang terkandung dalam daun sirih hijau diketahui
memiliki aktivitas antibakteri dan antioksidan (Anonim, 2005 cit. Parwata dkk.,
2009). Sediaan skin balm merupakan pelembab serbaguna yang bertekstur setengah
padat dan dapat digunakan penderita eksim karena mengandung beberapa bahan
aktif yang sudah melewati uji efektivitas terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri penyebab dermatitis atopik
(eksim). Eksim adalah penyakit radang kulit kambuhan dimana kulit tampak iritasi
serta dapat terjadi di seluruh bagian tubuh. Gejala yang timbul yaitu rasa gatal, luka
melepuh, bintil berisi cairan, bengkak, dan bercak- bercak merah. Beberapa hal ini
yang akhirnya menjadi latar belakang inovasi skin balm serbaguna anti eksim.
Tujuan penelitian ini adalah menciptakan pelembab kulit alami dengan konsentrasi
bahan aktif terbaik dari ekstrak daun sirih hijau dan VCO untuk kulit kering dan
khususnya bagi penderita eksim. Metode penelitian ini menggunakan metode survei
kuantitatif, penelitian komparatif, penelitian deskriptif dan studi pustaka pada bulan
Mei-Juni tahun 2022. Pengambilan data dilakukan dengan uji organoleptis dan uji
efektivitas bahan aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Hasil
penelitian menunjukkan adanya pengaruh konsentrasi ekstrak daun sirih hijau dan
VCO terhadap mutu dan efektivitas skin balm serbaguna anti eksim. Pengujian
dilakukan dengan membandingkan berbagai konsentrasi dari formulasi yaitu
ekstrak sirih hijau 4,6% dan VCO 42% (F1), ekstrak sirih hijau 9,3% dan VCO
37,3% (F2), ekstrak sirih hijau 14% dan VCO 32,2% (F3). Kesimpulan formulasi
terbaik yang efektif melembabkan dan membunuh bakteri Staphylococcus aureus
adalah formulasi (F3) dengan ekstrak sirih hijau 14% dan VCO 32,2%.
Kata Kunci: daun sirih, eksim, skin balm, Staphylococcus aureus, virgin coconut
oil.
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sediaan ‘Picos Skin Balm’ adalah pelembab yang bertekstur setengah padat
dan dapat digunakan untuk penderita kulit kering hingga penderita eksim, karena
mengandung bahan aktif yaitu ekstrak sirih hijau dan VCO yang mampu
menghambat pertumbuhan bahkan membunuh bakteri Staphylococcus aureus.
Bakteri S. aureus merupakan bakteri penyebab eksim dan dikenal mengakibatkan
infeksi sekunder pada pasien eksim yang mana kejadian infeksi tersebut berasal dari
kolonisasi bakteri pada kulit.
Dermatitis atopik (eksim) adalah kondisi kulit berupa inflamasi kronis yang
umum ditandai dengan adanya gejala pada kulit yaitu rasa gatal, luka melepuh,
bintil berisi cairan, bengkak, dan bercak-bercak merah. Eksim merupakan penyakit
radang kulit kambuhan dimana kulit tampak iritasi serta dapat terjadi di seluruh
bagian tubuh. Faktor penyebab eksim antara lain keturunan, lingkungan, cuaca
ekstrim, makanan, dan faktor fisik.
Faktor pemicu eksim salah satunya adalah kondisi kulit yang sangat kering.
Kulit dikatakan sehat dan normal apabila lapisan luar kulit mengandung lebih dari
10% air karena adanya regulasi keseimbangan cairan di dalam kulit (Rostamailis,
2005). Kulit kering dapat dikatakan kulit kurang sehat karena memiliki lemak di
permukaan kulit yang sedikit. Hal ini menyebabkan kulit tidak elastis, kaku,
sensitif, dan terlihat kerutan. Memiliki kulit kering memang tidak mudah, sebab
kulit terlihat bersisik apalagi jika digaruk akan muncul warna putih, kondisi ini akan
menjadi masalah. Ketika berada dibawah terik matahari ataupun pada suhu yang
sangat dingin, kulit tubuh secara umum akan kering dan semakin tambah parah serta
terlihat bercak putih pada kulit tersebut apabila tidak dirawat.
Menurut data WAO (World allergy organization) tahun 2018, angka
penderita eksim cukup tinggi dengan persentase kejadian eksim pada anak (2-14
tahun) adalah 30% dan dewasa 10% dari populasi dunia (Purba, 2019). Di negara
berkembang seperti Indonesia, 10-20% anak (2-14 tahun) menderita eksim dan 60%
diantaranya berlanjut sampai dewasa (Boediardja dalam Menaldi, Bramono, &
Indriatmi, 2017). Dermatitis atopik paling sering terjadi pada masa bayi dan kanak-
kanak, namun dapat juga terjadi pada remaja atau dewasa. Melalui data tersebut
dapat dilihat bahwa eksim merupakan penyakit yang umum dijumpai di masyarakat
Indonesia.
2
Berdasarkan uraian diatas, peneliti memiliki latar belakang untuk membuat
sediaan yaitu untuk menggabungkan potensi besar yang terdapat pada sumber daya
alam Indonesia sekaligus membantu masyarakat Indonesia mengurangi gejala kulit
kering dan eksim dengan berinovasi membuat ‘Picos skin balm’ pelembab
serbaguna anti eksim dari ekstrak sirih dan VCO.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
-
Gambar 1. Daun sirih hijau (Piper betle L.)
(Sumber: Dokumen pribadi)
4
Daun sirih hijau mengandung berbagai macam kandungan kimia antara lain
minyak atsiri, terpenoid, tanin, polifenol, steroid, air, protein, lemak, karbohidrat,
kalsium, fosfor, vitamin A, B, C, yodium, gula, dan pati. 4,2% minyak atsiri sirih
hijau terdiri dari bethelphenol, euganol allypyrocatechine 26.8-42.5%, Cineol 2.4-
4.8 %, methyl euganol 4.2-15.8%, Caryophyllen (Siskuiterpen) 3-9.8%, hidroksi
kavikol, kavikol 7.2-16.7%, kavibetol 2.7-6.2%, estragol, ilypyrokatekol 9.6%,
karvakrol 2.2-5.6%, alkaloid, flavonoid, triterpenoid atau steroid, saponin, terpen,
diastase 0.8-1.8% dan tanin 1-1.3% (Inayatullah, 2012). Fenol alam yang
terkandung dalam minyak atsiri memiliki daya antiseptik 5 kali lebih kuat
dibandingkan fenol biasa (Bakterisid dan Fungisid) tetapi tidak sporacid.
Tabel 1. Komposisi Kimia Daun Sirih Hijau
Komponen Kimia Jumlah
Kadar air 85-90%
Protein 33,5%
Karbohidrat 0,5-6,1%
Serat 2-3%
Mineral 2,3-3,3%
Minyak esensial 0,08-0,2%
Vitamin C 0,005-0,01%
Kalsium 0,2-0,5%
Besi 0,005-0,007%
Fosfor 0,05-0,6%
Sumber: Inayatullah, (2012)
2.1.2 Khasiat Tanaman Sirih Hijau
Bagian dari tumbuhan sirih seperti akar, biji, dan daun berpotensi untuk
pengobatan, tetapi yang paling sering dimanfaatkan adalah bagian daun. Ekstrak
etil asetat daun sirih hijau mengandung senyawa antibakteri yang terdiri dari
senyawa fenol dan turunannya. Pemanfaatan tanaman daun sirih antara lain
pengobatan sakit gigi dan mulut, sariawan, abses rongga mulut, penghilang bau
mulut, batuk dan serak, hidung berdarah, keputihan, wasir, tetes mata, gangguan
lambung, gatal-gatal, kepala pusing, jantung berdebar dan trachoma (Syukur dan
Hernani, 1999). Kemudian dipilihnya tanaman sirih hijau sebagai bahan baku
5
adalah sirih hijau memiliki senyawa fenol dan etanol yang berfungsi sebagai anti
bakteri.
6
total kebutuhan minyak dan lemak yang masuk ke pasar dunia (Hani Putranto,
1990). Produksi minyak kelapa selalu meningkat sejalan dengan kenaikan
kebutuhan minyak kelapa oleh masyarakat (Hui,1996). Permintaan minyak
kelapa sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan minyak dan lemak lain karena
memiliki ciri khas dan kelebihan yang membuatnya cocok untuk bahan baku
industri pangan khususnya dan kimia pada umumnya.
2.2.1 Kandungan Virgin Coconut Oil
Virgin coconut oil mengandung antioksidan bebas sehingga mampu
menjaga kekebalan tubuh. Komponen alami dari kelapa dapat berfungsi sebagai
anti inflamasi, analgesic, dan antipiretik, karena mempunyai kemampuan untuk
mengurangi pembentukan transudate, pembentukan granuloma, dan aktivitas serum
alkali fosfatase (Intahphuak et al., 2010). Minyak kelapa murni juga memiliki efek
antimikroba (Shilling et al., 2013). Efek antimikroba dari VCO terbukti dapat
menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus.
2.2.2 Karakteristik Virgin Coconut Oil
Kenampakan : Tidak berwarna Kristal seperti jarum
Aroma : Sedikit berbau asam ditambah bau caramel
Kelarutan : Larut dalam alkohol (1:1)
Berat jenis : 0,883 pada suhu 20⁰C
PH : Termasuk senyawa asam ( pH dibawah 7)
Titik cair : 20-25⁰C
Titik didih : 225⁰C
Persentase penguapan : Tidak menguap pada suhu 21⁰C (0%)
(Darmoyuwono, 2006)
7
Refined shea butter adalah shea butter yang mengalami banyak proses
penyaringan, sedangkan unrefined shea butter adalah shea butter murni yang tidak
banyak mengalami penyaringan. Aplikasi langsung sebenarnya direkomendasikan
untuk menggunakan unrefined shea butter karena kandungan nutrisinya yang lebih
lengkap selain efek melembabkannya, namun sayangnya hal ini beresiko untuk
kulit sensitif. Sedangkan nutrisi yang didapat dari refined shea butter tidak
selengkap dibandingkan dengan unrefined tapi efek melembabkannya tetap sama.
Sediaan skin balm serbaguna anti eksim menggunakan refined skin balm
dikarenakan reiko iritasi terhadap kulit yang sensitif lebih kecil dibandingkan
unrefined shea butter.
Shea butter meleleh pada suhu tubuh dan menyerap cepat ke dalam kulit
tanpa menimbulkan rasa berminyak serta tidak menyumbat pori-pori. Cara terbaik
untuk menyimpan shea butter adalah dalam wadah kedap udara serta dijauhkan dari
panas sinar matahari dan air. Shea butter kualitas tinggi dapat disimpan pada suhu
ruangan normal dan memiliki masa simpan yang lama hingga 12-18 bulan. Shea
butter yang mengalami kontaminasi logam berat, jamur, dan kadar air yang tinggi
akan memiliki kualitas umur simpan yang lebih rendah dari 6 bulan.
8
lembab karena dapat menyerap air dari udara dan menariknya ke permukaan kulit,
sehingga kulit tetap terhidrasi.
2.5 Kulit
Kulit adalah bagian terbesar pada tubuh manusia. Kulit merupakan organ
tubuh terluar atau permukaan tubuh yang berinteraksi langsung dengan lingkungan
sekitar. Kulit mempunyai lapisan lemak tipis pada permukaan yang terdiri atas
produksi kelenjar minyak yang berfungsi untuk melindungi kulit dari kelebihan
penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit dapat melindungi
tubuh dari pengaruh lingkungan dan memiliki fungsi vital seperti perlindungan
terhadap kondisi luar lingkungan baik dari pengaruh fisik ataupun pengaruh
kimiawi, serta mencegah kelebihan kehilangan air dari tubuh dan berperan sebagai
termoregulasi. Selain itu kulit sebagai penutup tubuh yang bernilai estetika dengan
tampilan yang tampak halus, lembut dan berkilau. Pada keadaan tertentu kulit
tampak kering bersisik sehingga tampak kusam. Gangguan pada kulit sering terjadi
karena adanya faktor-faktor penyebab seperti iklim, lingkungan, tempat tinggal,
dan kebiasaan hidup yang kurang sehat.
Mengutip dari Medical News Today, terdapat 3 lapisan kulit antara lain
lapisan epidermis (bagian terluar), lapisan dermis (bagian tengah), dan lapisan
hepidermis (bagian terdalam). Ketiga lapisan ini memiliki masing-masing peran
yang berbeda dan tentunya penting bagi tubuh.
9
2.6 Dermatitis Atopik (Eksim)
Dermatitis atau yang dikenal dengan eksim merupakan radang kulit
kambuhan pada epidermis dan dermis dengan ditandai gejala objektif lesi bersifat
polimorf dan gejala subyektif gatal yang disebabkan oleh faktor eksogen maupun
(Maryunani, 2010). Gejala utama penyakit eksim ini diantaranya gatal, luka
melepuh, bintil berisi cairan, bengkak, dan bercak- bercak merah. Pada eksim
biasanya muncul kemerahan pada wajah, lutut, tangan dan kaki, tetapi tidak
menutup kemungkinan lain, daerah yang terkena akan terasa sangat kering dan
panas pada area tersebut. Faktor penyebab eksim antara lain keturunan, lingkungan,
cuaca ekstrim, makanan, dan faktor fisik. Eksim sering dihubungkan dengan
peningkatan kadar Imunoglobulin E (IgE) dalam serum dan adanya riwayat atopik
pada penderita sendiri ataupun keluarganya seperti asma dan rhinitis alergi. (Bieber
T., 2010, Ong P et al., 2002, Soeberyo R., 2004, Leung D et al.,2008).
10
Diperkirakan 50% individu dewasa merupakan carrier S. aureus, namun
keberadaan Staphylococcus aureus pada saluran pernapasan atas dan kulit pada
orang yang sehat jarang menyebabkan penyakit.
Staphylococcus aureus dapat menyebabkan gangguan kulit eksim dan dapat
menyebabkan terjadinya sindroma syok toksik dan keracunan makanan dengan
gejala mual, muntah, diare (Conrad, 2010; Afifurrahman, 2014). Pada umumnya,
penderita infeksi bakteri S. aureus diberikan antibiotik seperti cloxacillin,
dicloxacillin dan eritromycin. Namun tidak jarang pasien mengalami resistensi
terhadap terapi yang diberikan, atau yang sering disebut juga dengan istilah MRSA
(Methicillin-resistant Staphylococcus aureus) (Putri, 2015). Methicillin-resistant
Staphylococcus aureus adalah strain S.aureus yang telah resisten terhadap aktivitas
antibiotik golongan β-laktam, contohnya adalah golongan penicillinase-resistant
penicillins (oxacillin, methicillin, nafcillin, cloxacillin, dicloxacillin),
cephalosporin dan carbapenem (Afifurrahman, 2014).
A B
Gambar 4. Metode difusi cakram
A) Penempatan cakram; B) Zona hambat yang terbentuk setelah masa inkubasi
(Sumber: Dokumen pribadi)
Larutan bahan uji direndam pada cakram kertas dan diletakkan dalam media
padat yang telah diinokulasi dengan bakteri uji. Setelah itu media agar diinkubasi
pada waktu dan suhu yang udah ditentukan dan dilakukan pengamatan untuk
melihat zona hambat diekeliling cakram yang kemungkinan akan terbentuk
(Ratnaari, 2009).
11
BAB III
METODE PENELITIAN
12
Beberapa data dan informasi yang diperoleh pada tahap pengumpulan data,
kemudian diolah dengan menggunakan metode analisis deskriptif.
13
Konsentrasi Konsentrasi Berat Minyak Berat Dasar Berat
Minyak VCO Atsiri Sirih VCO Skin Sediaan
Atsiri Sirih Hijau Balm
0% 46,6% - 14 g 16 g 30 g
4,6% 42% 1,4 g 12,6 g 16 g 30 g
9,3% 37,3% 2,8 g 11,2 g 16 g 30 g
14% 32,2% 4,2 g 9,8 g 16 g 30 g
Perhitungan dasar pelembab serbaguna anti eksim terdiri atas 8 g cera alba
dan 8 g shea butter refined. Berdasarkan formula di atas maka dibuat produk
sebanyak 30 gram untuk satu sediaan dengan perbandingan formula bahan aktif
yaitu F0 dengan 0% ekstrak sirih dan 46,6% VCO, F1 dengan 4,6% ekstrak sirih
hijau dan 42% VCO, F2 dengan 9,3% ekstrak sirih hijau dan 37,3% VCO, dan F3
dengan 14% ekstrak sirih dan 32,2% VCO.
14
Sebanyak 0,1 gram sediaan kemudian dioleskan merata pada sekeping kaca
transparan. Pengamatan yang diakukan harus pada sumber cahaya. Sediaan harus
menunjukan susunan yang homogen dan warna merata. (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 1979). Sediaan yang homogen ditandai dengan tidak
terdapatnya gumpalan pada hasil pengolesan, struktur yang rata dan memiliki warna
yang seragam dari titik awal pengolesan sampai titik akhir pengolesan, bagian atas,
tengah dan bawah dari wadah sediaan.
3.6.4 Uji iritasi
Oleskan sediaan pada bagian punggung kulit selebar 2,5 cm dengan
mengoleskan sediaan 3-4 kali sehari selama 3 hari berturut-turut. Kemudian lihat
reaksi apakah terjadi iritasi pada kulit. Panelis yang dijadikan responden berjumlah
35 orang dengan kriteria sebagai berikut:
1.Sehat secara fisik
2. Berusia antara 13-18 tahun
3. Tidak memiliki alergi
4. Memiliki jenis kulit kering
5. Panelis merupakan siswa SMAN 8 Tangerang sehingga lebih mudah
diawasi dan diamati apabila terjadi reaksi pada kulit.
Gejala iritasi kulit antara lain adalah rasa gatal yang mengganggu sehingga
menimbulkan rasa ingin menggaruknya, kulit kemerahan dan membengkak, kulit
memunculkan bercak ruam. Munculnya ruam pada kulit merupakan tahapan iritasi
semakin parah. Ruam ditandai dengan bintik-bintik kecil kemerahan yang terasa
panas atau perih. Semakin banyak terjadi gesekan pada area kulit ini, semakin besar
kemungkinannya ruam jadi menyebar atau melepuh. Akibatnya, akan ada luka pada
bagian kulit ini.
3.6.5 Uji Daya Oles
Cara kerja yang dilakukan adalah mengoleskan sediaan pada bagian kulit
punggung tangan kemudian diamati, apakah mampu menempel dengan baik atau
tidak (Sampebarra, 2016).
15
apakah mampu menghambat pertumbuhan bahkan membunuh bakteri
Staphylococcus aureus sebagai bakteri penyebab eksim. Pengujian dilakukan
menggunakan bahan aktif yang terkandung di dalam pelembab alami anti eksim
yaitu VCO dan ekstrak daun sirih hijau dengan perbandingan konsentrasi formula
bahan aktif yaitu F0 dengan 0% ekstrak sirih dan 46,6% VCO, F1 dengan 4,6%
ekstrak sirih hijau dan 42% VCO, F2 dengan 9,3% ekstrak sirih hijau dan 37,3%
VCO, dan F3 dengan 14% ekstrak sirih dan 32,2% VCO.Tahapan proses pengujian
yaitu bakteri Staphylococcus aureus ditanam pada media blood agar base dan di
dinkubasi selama 3 hari agar berkembang dan membentuk koloni bakteri.
Kemudian sediaan direndam ke dalam kertas sebagai media penghantar dan
diletakkan pada permukaan blood agar base agar mendapat kontak langsung
terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Untuk melihat diameter lisis yang
terbentuk, dibutuhkan masa inkubasi selama kurang lebih 4 hari.
Diameter lisis adalah ukuran zona hambat dalam pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus. Semakin luas permukaan yang dihasilkan, maka
konsentrasi formula tersebut akan semakin berpengaruh untuk menghambat
pertumbuhan bakteri.
16
BAB IV
17
F2 = formula pelembab serbaguna anti eksim dari 9,3% ekstrak sirih dan 37,3%
VCO
F3 = formula pelembab serbaguna anti eksim dari 14% ekstrak sirih dan 32,2%
VCO
3. Hasil pemeriksaan homogenitas pelembab serbaguna anti eksim dari ekstrak
daun sirih dan VCO menunjukan tidak adanya gumpalan pada hasil pengolesan,
memiliki strukturnya rata dan warna yang seragam dari titik awal pengolesan
sampai titik akhir pengolesan. Hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri sediaan yang
homogen. (Lampiran 6).
4. Uji iritasi kulit dilakukan untuk melihat ada tidaknya efek samping yang
dihasilkan oleh pelembab serbaguna anti eksim dari ekstrak daun sirih dan VCO
dengan mengoleskannya pada punggung kulit 3-4 kali sehari selama 3 hari
berturut-turut. Menurut data yang dihasilkan, tidak terlihat adanya efek samping
berupa kemerahan, gatal-gatal, dan pembengkakan pada kulit yang ditimbulkan.
Tabel 5. Data Uji Iritasi Panelis
Pengamatan F0 F1 F2 F3
Kulit gatal - - - -
Kulit kasar - - - -
Kulit kemerahan - - - -
Kulit bengkak - - - -
Bercak merah - - - -
Keterangan :
- = Tidak terjadi iritasi kulit
+ = Terjadi iritasi kulit
5. Uji daya oles pelembab serbaguna anti eksim dari ekstrak daun sirih dan VCO
menunjukan bahwa sediaan dapat menempel dengan baik pada permukaan kulit.
18
yang berbeda-beda. F3 menduduki peringkat pertama sebagai diameter lisis zona
hambat bakteri terbesar. Hal ini sejalan dengan uraian diatas bahwa minyak atsiri
daun sirih hijau menyumbang sifat anti bakteri yang sangan kuat, sehingga F3
dengan kandungan minyak atsiri daun sirih hijau terbesar memiliki pengaruh paling
besar dan optimum dalam menghambat pertumbuhan bahkan membunuh bakteri S.
aureus dibandingkan formula F0, F1, dan F2. Data diameter lisis masing masing
formula dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil Pengukuran Diameter Lisis
Urutan Sampel F0 F1 F2 F3
Sampel 1 0,7 cm 0,9 cm 0,95 1,25 cm
Sampel 2 0,8 cm 0,9 cm 0,9 cm 1,2 cm
Sampel 3 0,85 cm 0,9 cm 0,9 cm 1,2 cm
Rata-rata 0,78 cm 0,9 cm 0,916 cm 1,21 cm
4.2 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memformulasikan minyak atsiri
sirih hijau dan VCO dalam bentuk pelembab serbaguna anti eksim dengan meleati
uji evaluasi produk dan pengujian efektifitas bahan aktif terhadap bakteri
Staphylococcus aureus menggunakan metode uji daya hambat anti bakteri. Minyak
atsiri sirih hijau dan VCO adalah bahan aktif dari penelitian ini dan kami dapatkan
dari memproduksi sendiri (VCO) dan toko online (minyak atsiri sirih hijau). Produk
dengan merk ‘Picos Skin Balm’ dijual dengan harga Rp 27.000 per kemasan 30
gram.
Evaluasi sediaan pelembab serbaguna anti ekim dari ekstrak sirih hijau dan
VCO antara lain pada uji organoleptis menghasilkan sediaan berbentuk semi padat
dan berwarna putih pada semua formula, dengan F0 berbau khas VCO sedangkan
F1, F2, dan F3 berbau khas minyak sirih hijau. Hasil uji pH semua formulasi
menunjukan berada pada nilai 5 yang artinya berada pada pH yang aman untuk
kulit. Hal ini juga dibuktikan pada hasil uji iritasi terhadap panelis yang
menunjukan tidak terdapat gejala iritasi sama sekali. Uji homogenitas
menghasilkan semua formula yang homogen sedangkan hasil uji daya oles adalah
sediaan skin balm dapat menempel sempurna di permukaan kulit. Uji hedonik
menguji tentang respon dan tingkat kesukaan masyarakat terhadap sediaan skin
19
balm. Hasilnya F3 merupakan formula yang paling banyak digemari. Menurut
panelis, F3 memiliki aroma sirih hijau yang khas dan tekstur yang lembut dibanding
formula lainnya.
Uji daya hambat anti bakteri dilakukan dengan tujuan melihat dan
mengamati apakah masing-masing formulasi mampu menghambat pertumbuhan
atau bahkan membunuh bakteri Staphylococcus aureus sebagai penyebab gangguan
kulit eksim. Hasil dari pengujian ini adalah perbedaan konsentrasi bahan aktif yang
digunakan ternyata mempengaruhi diameter lisis zona hambat anti bakteri yang
.dihasilkan. F3 dengan kandungan 14% minyak atsiri sirih hijau dan 32% VCO
menduduki diameter terlebar dibandingkan F0 dengan 0% ekstrak sirih dan 46,6%
VCO, F1 dengan 4,6% ekstrak sirih hijau dan 42% VCO dan F2 dengan 9,3%
ekstrak sirih hijau dan 37,3%. Kemampuan fenol dan etanol pada ekstrak sirih
mampu membunuh bakteri Staphylococcus aureus. Sedangkan VCO juga memiliki
sifat anti bakteri. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mengoleskan pelembab
serbaguna anti eksim dapat berfungsi sebagai antibakteri Staphylococcus aureus
yang dapat meringankan gejala eksim dan kulit kering sekaligus.
20
Jumlah harga peralatan per hari 900
21
Total biaya operasional satu kali produksi: jumlah item produksi
Rp. 457.900 : 25 = Rp. 18.316
5. Harga jual produk Rp. 27.000 per kemasan berat 30 gram
6. Modal awal
Total biaya tetap + Biaya variabel 1 kali produksi
Rp. 312.500 + 457.900 = Rp. 770.400
7. Analisis titik impas (Break Even Point)
BEP unit = Biaya tetap / (harga jual per unit – biaya variable per unit)
Rp. 312.500/ ( Rp 27.000 – Rp 18.316 ) = 35,99
BEP rupiah = Biaya tetap/ (harga jual – variable cost) x harga unit
Rp 312.500/ ( Rp 27.000 – Rp 18.316) x Rp 27.000 = Rp 972.000
Jadi untuk mencapai titik impas maka harus terjual 37 buah produk ‘Picos
Skin Balm’ dengan harga Rp 27.000 per kemasan atau setelah penjualan
mencapai nilai Rp 972.000,-.
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
bahwa:
1. Minyak atsiri sirih hijau dan VCO dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan
skin balm.
2. Berdasarkan hasil penelitian dari keempat formulasi yang berbeda dari minyak
atsiri daun sirih hijau (Piper betle L.) dan VCO disimpulkan bahwa F3 memberikan
hasil yang optimum dalam membunuh bakteri Staphylococcus aureus. Namun
semua formulasi dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcuss aureus
lewat diameter lisis yang dihasilkan.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan disarankan bagi peneliti
selanjutnya untuk menguji sediaan ‘Picos skin balm’ pelembab serbaguna anti
eksim dari ekstrak sirih hijau dan VCO kepada penderita eksim secara langsung.
23
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. Z. (2018). Pengaruh Madu terhadap Luka Bakar. Jurnal Medula, 7(5), 71-
74.
Aziz, T., Olga, Y., & Sari, A. P. (2017). Pembuatan virgin coconut oil (VCO)
dengan metode penggaraman. Jurnal Teknik Kimia, 23(2), 129-136.
Carolia, N., & Noventi, W. (2016). Potensi ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.)
sebagai alternatif terapi Acne vulgaris. Jurnal Majority, 5(1), 140-145.
Foni, F., Anastasia, D. S., & Desnita, R. Potensi Penggunaan Shea Butter Dalam
Produk. Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN, 5(1)
Inayatullah, S. (2012). Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus.
Kursia, S., Lebang, J. S., & Nursamsiar, N. (2016). Uji aktivitas antibakteri ekstrak
etilasetat daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap bakteri Staphylococcus
epidermidis. Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and
Technology, 3(2), 72-77.
24
Muharun, M., & Apriyanto, M. (2014). Pengolahan Minyak Kelapa Murni (Vco)
Dengan Metode Fermentasi Menggunakan Ragi Tape Merk Nkl. Jurnal
Teknologi Pertanian, 3(2), 9-14.
Nodjeng, M., Fatimah, F., & Rorong, J. A. (2013). Kualitas virgin coconut oil
(VCO) yang dibuat pada metode pemanasan bertahap sebagai minyak
goreng dengan penambahan wortel (Daucus carrota L.). Jurnal Ilmiah Sains,
13(2), 102-109.
Utomo, Y. (2016). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Alergi Kulit Eksim Pada Orang
Dewasa Menggunakan Metode Certainty Factor. JURIKOM (Jurnal Riset
Komputer), 3(1).
25
Lampiran 1
A. Identitas Pribadi
A. Identitas Pribadi
1. Nama Lengkap Moza Aniqa Rachmita
2. Tempat Tanggal Lahir 18 Desember 2006
3. Jurusan IPA
4. NIS 21221061
5. Email moza.aniqa181206@gmail.com
6. Nomor Telpon 081287893114
7. Pengalaman Orgnisasi Wakil Ketua Ekstakulikuler KIR
Keterangan:
SP : Semi Padat
VCO : Bau Khas VCO
M Sirih : Bau Khas Minyak Atsiri Sirih Hijau
Lampiran 6
Hasil Uji Homogenitas Sediaan
Formula Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke-0 ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6
F0 H H H H H H H
F1 H H H H H H H
F2 H H H H H H H
F3 H H H H H H H
Keteragan:
H : Homogen
Lampiran 7
Hasil Uji pH Sediaan
Lampiran 8
Hasil Diameter Lisis Uji Daya Hambat Anti Bakteri
Formulasi F0 Formulasi F1
Formulasi F2 Formulasi F3