JUDUL :
Tim Pengusul :
iii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
yang telah memberikan berkah dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan akhir penelitian hibah bersaing tahun kedua ini tepat
waktu. Laporan akhir penelitian hibah bersaing ini masih jauh dari sempurna,
karena keterbatasan dana penelitian, maka banyak penelitian yang merupakan
bagian dari penelitian ini terputus, sehingga kami berharap untuk melanjutkan lagi
penelitian tersebut pada pengajuan proposal pada tahun berikutnya, dengan tema
dan topik yang berbeda, tetapi pada skim penelitian yang sama yaitu Penelitian
Hibah Bersaing.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian laporan akhir penelitian ini
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang memberikan dukungan, baik moril
maupun materil. Untuk itu pula pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya pada berbagai pihak yang telah menolong
penulis dalam penyelesaian penelitian dan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan akhir penelitian ini masih banyak
kekurangannya, karena keterbatasan yang penulis miliki. Kritik dan saran demi
kesempurnaan laporan akhir penelitian ini sangat penulis harapkan. Akhir kata
diharapkan semoga laporan ini ada manfaatnya bagi kita semua.
iv
DAFTAR ISI
Hal
COVER i
HALAMAN PENGESAHAN ii
RINGKASAN iii
PRAKATA iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Kacang Panjang (Vigna sinensis) ............................................................ 3
2.2 Pestisida ................................................................................................... 3
2.3 Penggolongan Pestisida ........................................................................... 4
2.4 Residu Pestisida pada Tanaman ............................................................... 4
2.5 Dampak Penggunaan Pestisida ................................................................ 5
2.6 Mengurangi Bahaya Residu Pestisida pada Bahan Makanan .................. 6
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 7
3.1 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
3.2 Manfaat Penelitian ................................................................................... 7
BAB IV. METODE PENELITIAN 8
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 8
4.2 Analisis Laboratorium ............................................................................. 9
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 13
5.1 Data Sampel sebelum Perlakuan ............................................................. 13
5.2 Data Sampel setelah Perlakuan ............................................................... 13
BAB VI. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 18
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN 20
7.1 Kesimpulan ............................................................................................. 20
7.2 Saran ....................................................................................................... 20
v
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 22
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Pestisida
Pestisida sebagai salah satu bentuk bahan kimia yang bersifat toksik,
banyak digunakan di bidang pertanian sejak terbukti sangat efektif dan
efisien untuk berbagai tujuan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7
tahun 1973 pestisida didefinisikan sebagai zat kimia atau bahan lain, yang
digunakan untuk berbagai keperluan seperti: membrantas, mencegah hama
dan penyakit yang merusak tanaman (Anon., 2003a).
Menurut Sudarmo (1992), pestisida berdasarkan organisme yaitu
insektisida, berasal dari kata insectum (bahasa Latin) yang artinya potongan,
3
keratan, segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga, contohnya
Kaliandra 482 EC, Dupont Lannate 40 SP, Tamaron dll.
4
Universitas Pajajaran menunjukkan bahwa pada umumnya kandungan residu
pestisida dalam contoh sayuran (kentang, kubis, sawi, tomat dan wortel) di
daerah Jawa Barat adalah rendah. Contoh sayuran yang diambil di tujuh
daerah pusat sayuran di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur
ditemukan residu beberapa jenis insektisida (DDT, Aldrin, Diazinon,
Dieldrin, Fenitrothion, Fentoat dan Klorpirifos) meskipun masih jauh di
bawah nilai MRL (Maximum Residue Limit) menurut FAO/WHO 1978
(Nugrohati dan Untung, 1986).
Menurut hasil penelitian Triani (2005), residu insektisida Sidazinon pada
polong kacang panjang di Kecamatan Baturiti, Kecamatan Tabanan,
Kecamatan Marga dan Kecamatan Kerambitan masing-masing sebesar
0,05977 ppm, 0,03045 ppm, 0,03726 ppm dan 0,05305 ppm. Residu ini
masih berada di bawah nilai MRL (Maximum Residue Limit) untuk
sayuran yaitu 0,5 ppm, sehingga polong kacang panjang yang dihasilkan di
Kabupaten Tabanan cukup aman untuk dikonsumsi. Hasil survai
menunjukkan adanya variasi dalam penggunaan dosis, konsentrasi insektisida
Sidazinon dan interval waktu antara penyemprotan terakhir dengan waktu
panen kacang panjang pada petani di tiap Kecamatan (Kerambitan,
Tabanan, Marga dan Baturiti), di Kabupaten Tabanan.
5
Keadaan ini mengakibatkan terjadinya penumpukan acetyl cholin yang
berlebihan sehingga meracuni tubuh. Gejala keracunan dapat bersifat kronis
maupun akut. Gejala kronis biasanya berkaitan dengan pekerjaan dan
menimbulkan keluhan yang tidak spesifik seperti sakit kepala, insomnia,
pusing, tak dapat konsentrasi, dan mual. Dampak residu pestisida pada
kesehatan dalam jangka panjang yaitu menyebabkan kanker, mutasi genetik,
kelainan alat reproduksi dan cacat lahir (Utomo, et al., 2000).
6
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
7
BAB IV
METODE PENELITIAN
Tabel 4.1 Data luas tanam, luas panen dan produksi kacang panjang tahun
2012
Luas Panen
Luas Tanam Habis Produksi total
No Kecamatan (ha) (Ha) (Ku)
1 Selemadeg Barat 0 0 0
2 Selemadeng 0 0 0
3 Selemadeg Timur 0 0 0
4 Kerambitan 12 10 665
5 Tabanan 3 5 448
6 Kediri 0 0 0
7 Marga 11 10 892
8 Baturiti 50 47 3165
9 Penebel 58 51 6290
10 Pupuan 0 0 0
Kabupaten 134 123 11460
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan (2013)
8
Pengambilan sampel dilakukan di kecamatan yang luas tanam kacang
panjangnya terbesar (di atas 10 Ha) yaitu pada Kecamatan Kerambitan,
Marga, Baturiti dan Penebel, Kabupaten Tabanan. Sampel diambil dari 13
sampel petani (sesuai dengan penelitian sebelumnya, dan dari masing-masing
petani ditiap kecamatan dihomogenkan, sehingga sampel tersebut mewakili tiap
kecamatan penghasil kacang panjang terbanyak di Kabupaten Tabanan).
Penentuan sampel (petani kacang panjang) dilakukan dengan cara
proportional dan purposive sampling (Muhajir, 2000).
Sampel kacang panjang yang diambil sebanyak 1 kg dari setiap
lahan petani dan dianalisis untuk mengetahui kadar residu kaliandra 482 EC
yang berbahan aktif klorpirifos 482 g/L. Selama perjalanan ke laboratorium
untuk analisis kimia, sampel tersebut ditempatkan pada toples plastik yang
ditutup rapat (Triani, 2005).
Analisis residu insektisida kaliandra 482 EC yang berbahan aktif
klorpirifos 482 g/L dilaksanakan di Laboratorium Forensik, Poltabes
Denpasar. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dari bulan April – September
2014.
9
4.2.2 Prosedur analisis residu pestisida
Analisis residu insektisida dikerjakan berdasarkan Triani (2005)
dimodifikasi (2013) dengan menggunakan GC–MS. Tahapan analisis meliputi:
pembuatan larutan standar, Recovery test, ekstraksi sampel, pemurnian (Clean
up), dan analisis kuantitatif (perhitungan kadar residu).
Recovery test merupakan patokan untuk menilai apakah metode yang
digunakan sudah cukup baik. Dalam penelitian ini Recovery test diperoleh
sebesar 65 %. Tahapan analisisnya meliputi :
1. Pembuatan Standar
Larutan standar untuk penelitian ini diperoleh dengan melarutkan
insektisida kaliandra 20,7 µl ke dalam 10 ml aseton sehingga diperoleh
Larutan standar 1000 ppm. Konsentrasi larutan standar yang digunakan 0
ppm, 0,1 ppm, 0,5 ppm dan 1 ppm. Larutan standar sebanyak 2 µl
diinjeksikan ke GC-MS, diperoleh area standar, lalu dibuat kurva linearnya dan
diperoleh persamaan. Persamaan linear ini dipakai untuk perhitungan kadar.
2. Recovery test
Sebanyak 25 g sampel kacang panjang ditambahkan 5,2 ml chlorpirifos,
petroleum eter (PE) 50 ml dan diklorometan (DM) 50 ml, lalu dihancurkan
dengan blender selama ± 2 menit. Kemudian ekstrak didiamkan selama ± 1 jam
sampai terpisah antara fase organik I dan ampas. Fase organik I ditampung
didalam beaker glass diuapkan di dalam evaporator (Airflow Monitor, Mach-Aire
Ltd), sedangkan ampas diekstrak lagi dengan penambahan PE dan DM masing-
masing 50 ml diblender sebentar, lalu didiamkan sampai terpisah. Setelah agak
kering ditambahkan PE ± 10 ml, lalu dituangkan pada kolom kramotgrafi yang
telah diisi florisil yang dilapisi kertas saring sebanyak 15,7 cc. Dilarutkan kembali
dengan PE ± 40 ml, hasil/eluat ditampung dalam beaker glass, eluat yang
dihasilkan bening. Lalu diuapkan kembali sampai ± 1 ml, ekstrak yang tertinggal
ditambahkan aseton ditempatkan pada vial plastik sampai volume ± 1000 µl. Lalu
diinjeksikan pada GC-MS.
10
3. Ekstraksi sampel
Sampel kacang panjang yang diambil dari tepi luar, tengah dan tepi
dalam yang diambil ± 0,5 kg (pada setiap tepi) dari setiap lahan petani,
ditempatkan pada wadah penampungan dan dicampur. Sebanyak 25 g
sampel diambil acak ditambahkan petroleum eter (PE) 50 ml dan diklorometan
(DM) 50 ml, lalu dihancurkan dengan blender selama ± 2 menit. Kemudian
ekstrak didiamkan selama ± 1 jam sampai terpisah antara fase organik dan ampas.
Fase organik ditampung didalam beaker glass diuapkan di dalam evaporator
(Airflow Monitor, Mach-Aire Ltd), sedangkan ampas diekstrak lagi dengan
penambahan PE dan DM masing-masing 50 ml diblender sebentar, lalu didiamkan
sampai terpisah, dicampur lagi ke dalam fase organik sebelumnya. Fase organik
yang diperoleh tersebut diuapkan kembali sampai volumenya ± 2 ml.
4. Pemurnian (clean up)
Ekstrak (± 2 ml) dimasukkan ke dalam kolom kromatografi yang
telah diisi kertas saring dan florisil (15,7 cc). Ditambahkan larutan petroleum
eter ± 40 ml pada kolom tersebut. Hasil pemurnian (eluat) ± 20 ml, ditampung
dalam beaker glass 25 ml, kemudian diuapkan kembali dengan Air Flow
suhu 2700C sampai volumenya ± 1 ml, larutan dipindahkan pada vial plastic
dengan bantuan aseton sampai volume ± 1000 µl. Lalu diinjeksikan pada GC-MS.
5. Analisis kuantitatif (perhitungan kadar residu).
GC-MS dengan kondisi siap pakai (standar) pada suhu kolom 250 0C,
oven temperatur 700C, arus listrik 1624 V, coloum flow cal 1,0. Analisis
dilakukan pada kondisi tersebut dengan menyuntikkan 2 µl larutan sampel
ke dalam GC-MS dan menghasilkan kromatogram dengan area tertentu.
Konsentrasi residu insektisida dalam sampel dapat dihitung dari grafik
kromatogram yang dihasilkan, kemudian dibandingkan dengan kromatogram
standar.
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah kadar residu
insektisida kaliandra yang diperoleh dari hasil analisis di laboratorium dapat
dihitung dengan rumus:
X
R =
W
11
Dimana :
R = Kadar residu insektisida (mg/kg atau ppm)
W = Berat sampel kacang panjang yang digunakan (Kg)
X = Kadar clorpirifos dengan ekstrak (sampel) kacang panjang (mg)
12
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 5.1 Nilai residu insektisida kaliandra berbahan aktif chlorpirifos 482 g/L
pada kacang panjang di tiap kecamatan di Kabupaten Tabanan
Pada Tabel 5.1 terlihat bahwa kadar residu insektisida kaliandra pada
kacang panjang di Kabupaten Tabanan, ditemukan masih di bawah BMR untuk
produk hasil pertanian yaitu 0,1 mg/kg (Anon., 2008). Hasil residu ini masih
berada dibawah BMR, sehingga kacang panjang tersebut masih cukup aman untuk
dikonsumsi.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar residu insektisida pada
Kecamatan Marga lebih tinggi dibandingkan Kecamatan Baturiti, Penebel dan
Kerambitan disebabkan karena penelitian tahun lalu sampai tahun ini, aplikasi
menggunakan insektisida Kaliandra berbahan aktif clorpirifos pada petani kacang
panjang tersebut sebesar 100 % (data petani dari hasil survai, 2014), mereka tidak
menggunakan insektisida lainnya, 100 % menggunakan insektisida kaliandra.
Dengan melihat hal tersebut, maka kadar residu tersebut terlihat lebih tinggi
dibandingkan kecamatan lainnya.
13
Tabel 5.2.1 Nilai residu insektisida kaliandra berbahan aktif chlorpirifos 482 g/L
pada kacang panjang yang dicuci
Pada Tabel 5.2.1 terlihat bahwa kadar residu insektisida kaliandra masih
di bawah BMR untuk produk hasil pertanian yaitu 0,1 mg/kg (Anon., 2008).
Hasil residu tersebut, setelah mengalami mengalami penurunan.
Tabel 5.2.2 Nilai residu insektisida kaliandra berbahan aktif chlorpirifos 482 g/L
pada kacang panjang yang direbus tanpa dilakukan pencucian sampel
Pada Tabel 5.2.2 terlihat bahwa kadar residu insektisida kaliandra masih
di bawah BMR untuk produk hasil pertanian yaitu 0,1 mg/kg (Anon., 2008).
Hasil residu tersebut mengalami penurunan dibandingkan tanpa perlakuan atau
identifikasi awal.
14
5.2.3 Perlakuan pencucian dan perebusan
Berdasarkan hasil analisis residu insektisida kaliandra berbahan aktif
chlorpirifos 482 g/L, maka diperoleh data residu pada sampel yang dicuci dan
direbus seperti disajikan pada Tabel 5.2.3.
Tabel 5.2.3 Nilai residu insektisida kaliandra berbahan aktif chlorpirifos 482 g/L
pada kacang panjang yang dicuci dan direbus
Pada Tabel 5.2.2 terlihat bahwa kadar residu insektisida kaliandra masih
di bawah BMR untuk produk hasil pertanian yaitu 0,1 mg/kg (Anon., 2008).
15
Tabel 5.2.4a. Nilai residu insektisida kaliandra berbahan aktif chlorpirifos 482
g/l pada kacang panjang di Kecamatan Marga setelah perlakuan
Tabel 5.2.4b. Nilai residu insektisida kaliandra berbahan aktif chlorpirifos 482 g/l
pada kacang panjang di Kecamatan Baturiti setelah perlakuan
Pada Tabel 5.2.4a dan 5.2.4b terlihat bahwa kadar residu insektisida
kaliandra masih di bawah BMR untuk produk hasil pertanian yaitu 0,1 mg/kg
(Anon., 2008).
16
5.2.5 Kadar residu dari pembeli pertama sampai penjual di Pasar Baturiti
Tabel 5.2.5 Nilai residu insektisida kaliandra berbahan aktif chlorpirifos 482 g/L
pada kacang panjang setelah perlakuan
17
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Analisis residu insektisida kaliandra 482 EC yang berbahan aktif klorpirifos 482 g/L
pada kacang panjang setelah perlakuan
18
atau mengunakan biopestisida, kami rencanakan dilaksanakan pada tahapan
selanjutnya, kemungkinan dengan skim penelitian yang lain atau penulis
mempergunakan rencana ini untuk melanjutkan kuliah ke tahap selanjutnya, sebagai
tugas akhir.
19
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa residu insektisida
kaliandra pada kacang panjang yang dihasikan di Kabupaten Tabanan berada di
bawah baku mutu residu (BMR) untuk produk hasil pertanian yaitu 0,1 mg/kg, ini
merupakan kesimpulan pada identifikasi awal, sebelum perlakukan, sedangkan
setelah perlakuan terlihat dari data juga mengalami penurunan. Dari penelitian ini
juga diperoleh suatu cara/proses pengurangan kadar residu dengan perlakukan
yaitu:
1. Untuk konsumsi kacang panjang yang mentah (untuk lalapan) sebaiknya
dicuci dengan air mengalir selama 30 detik dengan rerata debit air sebesar
2,72 detik/ 500 ml air.
2. Untuk konsumsi kacang panjang yang matang sebaiknya dicuci selama
15 detik dengan air mengalir serta rerata debit air sebesar 2,72 detik/ 500
ml air , kemudian direbus selama 15 menit.
Upaya pemantauan dan monitoring terhadap kadar residu insektisida pada
kacang panjang harus terus dilakukan, karena sayuran ini sangat digemari dan
mudah diperoleh di masyarakat.
7.2 Saran
Perlu penelitian lebih lanjut tentang residu insektisida lainnya yang digunakan
oleh petani serta analisis karakteristik mutu sayur kacang panjang dan kesukaan
terhadap berbagai perlakuan pengurangan kadar.
Perlu juga dilakukan penelitian tentang perlakuan pengurangan kadar residu
insektisida lainnya pada sayuran lainnya, serta analisis residu pada air sisa
perlakuan pengurangan. Dilanjutkan lagi penelitian tentang perlakukan
pengurangan kadar residu dengan perendaman menggunakan berbagai macam
bahan perendam serta berbagai olahan pemanasan sayuran.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
Lampiran 1. Foto-foto Kegiatan
22
Gambar 7. Hasil elusi Gambar 8. Analisis residu dengan
GC-MS
23
Lampiran 2. Instrument (Bahan dan Peralatan) dalam penelitian
Bahan-bahan Analisis :
Bahan untuk analisis adalah kacang panjang yang diperoleh dari
Kecamatan Marga, Penebel, Kerambitan dan Baturiti, serta dari pasar Baturiti.
Bahan-bahan kimia yang diperlukan adalah solven/ pelarut (aseton,
CH2Cl2, petroleum eter) dan florisil (particle size 1,15093 mm, for column
chromatography) dan insektisida kaliandra berbahan aktif chlorpirifos 482 g/L.
Peralatan Analisis :
Blender, erlemeyer (ukuran 125 ml dan 250 ml), beaker glass (ukuran 25
ml, 50 ml, 250 ml), corong, kertas saring, gelas ukur (ukuran 100 ml, 200 ml, dan
10 ml), pipet mikro, syrine (10 µl), timbangan (Mettler Toledo), vial plastik untuk
eluat, Evaporator (Airflow Monitor, Mach-Aire Ltd), tabung uji, kolom
kromatografi dan Gas Chromatography - MS (Model 61540 N, serial number
US. 10521060), hot plate, thermometer.
24
Lampiran 3. Personalia Tenaga Peneliti beserta Kualifikasinya
25
Lampiran 4. Publikasi Ilmiah
26
Lampiran 7. Anggaran Penggunaan Dana Penelitian 100 %
27
28
29