Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN HIBAH BERSAING

JUDUL :

ANALISIS RESIDU INSEKTISIDA PADA KACANG


PANJANG (VIGNA SINENSIS) YANG DIHASILKAN
DI KABUPATEN TABANAN

Tahun ke 2 dari rencana 2 tahun

Tim Pengusul :

I Gst. Ayu Lani Triani, S.TP, M.Si NIDN. 0029057705


I.A. Mahatma Tuningrat, S.TP, M.Si NIDN. 0002067302
Dr. Ir. L.P. Wrasiati, MP NIDN. 0018116501

Dibiayai dari RM Universitas Udayana dengan Surat Penugasan Penelitian


No. 104.55/UN14.2/PNL.01.03.00/2014
tanggal 03 Maret 2014

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2014
ii
RINGKASAN

Pengendalian hama yang mudah dan cepat dikalangan petani sayuran


adalah menggunakan pestisida. Karena penggunaan pestisida sangat ampuh dan
cepat dalam pengendalian hama pada tanaman, sehingga penggunaan yang
berlebihan dikalangan petani sayuran tersebut sudah merupakan hal biasa. Maka
dari itu, monitoring kadar residu pestisida pada sayuran perlu dilakukan
secara cermat dan berkesinambungan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk mengatasi pencemaran oleh pestisida adalah terus melakukan monitoring
kadar residu, selanjutnya dilakukan upaya untuk mengurangi kadar residu dengan
memberikan perlakuan pada sayuran khususnya kacang panjang yaitu dengan cara
pencucian pada air mengalir dan perebusan pada bahan.
Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kadar residu
insektisida kaliandra 482 EC yang berbahan aktif klorpirifos 482 g/L pada
kacang panjang yang diambil dari Kecamatan Marga, Kerambitan, Baturiti dan
Penebel, karena pada daerah ini sudah diteliti kadar residu pada penelitian
sebelumnya, sehingga dipakai sebagai sampel untuk kadar awal sebelum
perlakuan. Selanjutnya dilakukan upaya untuk mengurangi kadar residu
insektisida kaliandra 482 EC yang berbahan aktif klorpirifos 482 g/L dengan
perlakuan pencucian, perendaman dan perebusan. Selain itu, tujuan lain yang
ingin dilaksanakan yaitu mengetahui kadar residu insektisida kaliandra 482 EC
yang berbahan aktif klorpirifos 482 g/L pada kacang panjang yang dihasilkan
dari pembeli pertama sampai ke konsumen melalui jalur distribusi penjualan
produk yang diambil di Kecamatan Baturiti.
Pengambilan sampel dilakukan di Kecamatan Marga, Kerambitan,
Baturiti dan Penebel, Kabupaten Tabanan. Jumlah sampel diambil sesuai dengan
penelitian Triani (2013) yaitu 6 petani di Kecamatan Penebel, 1 petani di
Kecamatan Marga, 1 petani di Kecamatan Kerambitan dan 5 petani di Kecamatan
Baturiti. Sampel dari masing-masing petani di tiap kecamatan, dijadikan satu
supaya homogeny lalu diambil 1 kg untuk analisis sesuai dengan perlakukan.
Untuk jalur distribusi produk dilakukan pada kecamatan Baturiti saja, karena
berdasarkan survai di pasar Tabanan dan Denpasar, sayur kacang panjang yang
dijual kebanyakan berasal dari Kecamatan Baturiti (Survai, 2014).
Analisis residu insektisida meliputi: ekstraksi sampel, pemurnian
(Clean up), pembuatan larutan standar, analisis kuantitatif (perhitungan kadar
residu). Adanya residu insektisida pada sampel di masing-masing
Kecamatan dibandingkan dengan nilai BMR (Baku Mutu Residu Pestisida)
pada hasil pertanian (Anon., 2008).

iii
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
yang telah memberikan berkah dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan akhir penelitian hibah bersaing tahun kedua ini tepat
waktu. Laporan akhir penelitian hibah bersaing ini masih jauh dari sempurna,
karena keterbatasan dana penelitian, maka banyak penelitian yang merupakan
bagian dari penelitian ini terputus, sehingga kami berharap untuk melanjutkan lagi
penelitian tersebut pada pengajuan proposal pada tahun berikutnya, dengan tema
dan topik yang berbeda, tetapi pada skim penelitian yang sama yaitu Penelitian
Hibah Bersaing.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian laporan akhir penelitian ini
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang memberikan dukungan, baik moril
maupun materil. Untuk itu pula pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya pada berbagai pihak yang telah menolong
penulis dalam penyelesaian penelitian dan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan akhir penelitian ini masih banyak
kekurangannya, karena keterbatasan yang penulis miliki. Kritik dan saran demi
kesempurnaan laporan akhir penelitian ini sangat penulis harapkan. Akhir kata
diharapkan semoga laporan ini ada manfaatnya bagi kita semua.

Denpasar, Nopember 2014


Penulis

iv
DAFTAR ISI

Hal
COVER i
HALAMAN PENGESAHAN ii
RINGKASAN iii
PRAKATA iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Kacang Panjang (Vigna sinensis) ............................................................ 3
2.2 Pestisida ................................................................................................... 3
2.3 Penggolongan Pestisida ........................................................................... 4
2.4 Residu Pestisida pada Tanaman ............................................................... 4
2.5 Dampak Penggunaan Pestisida ................................................................ 5
2.6 Mengurangi Bahaya Residu Pestisida pada Bahan Makanan .................. 6
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 7
3.1 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
3.2 Manfaat Penelitian ................................................................................... 7
BAB IV. METODE PENELITIAN 8
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 8
4.2 Analisis Laboratorium ............................................................................. 9
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 13
5.1 Data Sampel sebelum Perlakuan ............................................................. 13
5.2 Data Sampel setelah Perlakuan ............................................................... 13
BAB VI. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 18
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN 20
7.1 Kesimpulan ............................................................................................. 20
7.2 Saran ....................................................................................................... 20

v
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 22

vi
DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

2.3 Beberapa contoh pestisida golongan oragnofosfat dengan nama


Umum dan nama kimianya ............................................................... 4
4.1 Data luas tanam, luas panen dan produksi kacang panjang tahun
2012................................................................................................... 8
5.1 Nilai residu insektisida kaliandra berbahan aktif chlorpirifos
482 g/L pada kacang panjang di tiap kecamatan di Kabupaten
Tabanan............................................................................................. 13
5.2.1 Nilai residu insektisida kaliandra berbahan aktif chlorpirifos
482 g/L pada kacang yang dicuci...................................................... 14
5.2.2 Nilai residu insektisida kaliandra berbahan aktif chlorpirifos
482 g/L pada kacang yang direbus................................................... 14
5.2.3 Nilai residu insektisida kaliandra berbahan aktif chlorpirifos
482 g/L pada kacang yang dicuci dan direbus.................................. 15
5.2.4a Nilai residu insektisida kaliandra berbahan aktif chlorpirifos
482 g/L pada kacang di Kecamatan Marga setelah
perlakuan ......................................................................................... 16
5.2.4b Nilai residu insektisida kaliandra berbahan aktif chlorpirifos
482 g/L pada kacang di Kecamatan Baturiti setelah
perlakuan ......................................................................................... 16
5.2.5 Nilai residu insektisida kaliandra berbahan aktif chlorpirifos
482 g/L pada kacang panjang setelah perlakuan.............................. 17

vii
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal


1. Foto-foto Kegiatan 22
2. Instrument (Bahan dan Peralatan dalam penelitian) 24
3. Personalia Tenaga Peneliti beserta Kualifikasinya 25
4. Publikasi Ilmiah 26
5. Anggaran penggunaan dana penelitian 100 % 27

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sayuran dalam kehidupan manusia sangat berperan penting, yaitu sumber
vitamin, mineral dan terutama serat bagi tubuh. Konsumsi sayuran saat ini sangat
penting, untuk mencegah penyakit degeneratif seperti kanker usus, sembelit,
diabetes militus dan lain-lain. Kacang panjang merupakan salah satu sayuran yang
sangat digemari di masyarakat, mudah mendapatkannya dan harganyapun cukup
murah serta terjangkau. Di Bali sayur kacang panjang ini sangat diperlukan
terutama pada upacara keagamaan di Bali, karena biasanya dipakai sebagai menu
utama dalam olahan upacara atau hari raya, baik dimasak maupun mentah.
Produksi atau hasil panen kacang panjang terbanyak terdapat di
Kabupaten Tabanan dengan luas panen 108 Ha dan jumlah panen 1.862
kuintal (BPS, 2013). Kacang panjang yang dijual di pasar kota Denpasar
kebanyakan diperoleh dari kabupaten Tabanan. Kacang panjang yang
dipergunakan sebagai sampel diambil dari Kecamatan Baturiti dan Penebel,
karena pada daerah ini kadar residu insektisida kaliandranya cukup tinggi
dibandingkan pada Kecamatan Marga dan Kerambitan.
Menurut Triani (2013), rerata kadar residu insektisida kaliandra pada
kacang panjang yang dihasilkan di Kecamatan Baturiti sebesar 0,0397 mg/Kg,
sedangkan pada Kecamatan Penebel sebesar 0,2447 mg/Kg. Dengan melihat hasil
inilah maka diupayakan untuk melakukan pengurangan kadar residu agar kacang
panjang tersebut menjadi cukup aman dikonsumsi.
Berdasarkan Triani (2013), pengendalian hama yang mudah dan cepat
dikalangan petani sayuran adalah menggunakan pestisida. Karena penggunaan
pestisida sangat ampuh dan cepat dalam pengendalian hama pada tanaman,
sehingga penggunaan yang berlebihan dikalangan petani sayuran tersebut sudah
merupakan hal biasa. Dari 13 petani di Kecamatan Baturiti, Marga, Kerambitan
dan Penebel mengendalikan hama serangganya dengan menggunakan insektisida
yaitu curacron, winder, immadokloprid, score, kalindra, perpaton, rizotin, dan
lannate. Semua petani yang disurvai (Triani, 2013), menggunakan insektisida
Kaliandra sebagai pengendali hama terbesar.
Menurut Triani (2005), rerata residu insektisida Sidazinon pada polong
kacang panjang di Kecamatan Baturiti, Tabanan, Marga dan Kerambitan
masing-masing sebesar 0,05977 ppm, 0,03045 ppm, 0,03726 ppm dan
0,05305 ppm, masih berada di bawah nilai MRL (Maximum Residue
Limit) untuk sayuran yaitu 0,5 ppm. Dengan melihat hasil ini maka residu
insektisida pada kacang panjang merupakan masalah yang perlu
diperhatikan dalam hubungannya dengan kualitas dan keamanan sayuran
terhadap kesehatan masyarakat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi pencemaran oleh pestisida adalah terus melakukan monitoring kadar
residu, selanjutnya dilakukan upaya untuk mengurangi kadar residu dengan
memberikan perlakuan pada kacang panjang yaitu pencucian dengan air mengalir
dan perebusan pada bahan.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahannya adalah :
1. Mengurangi kadar residu kadar residu insektisida kaliandra 482 EC yang
berbahan aktif klorpirifos 482 g/L pada kacang panjang dengan perlakuan
pencucian pada air mengalir dengan waktu tertentu
2. Mengurangi kadar residu kadar residu insektisida kaliandra 482 EC yang
berbahan aktif klorpirifos 482 g/L pada kacang panjang dengan perlakuan
perebusan dengan variasi waktu.
3. Mengetahui kadar residu insektisida kaliandra 482 EC yang berbahan aktif
klorpirifos 482 g/L pada kacang panjang yang dihasilkan dari pembeli
pertama sampai ke konsumen melalui jalur distribusi penjualan produk.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kacang Panjang (Vigna sinensis)


Tanaman kacang panjang termasuk tanaman Leguminosae adalah
tanaman yang dapat menyuburkan tanah. Tanaman ini ada yang bersifat
semusim, ada pula yang bersifat tahunan. Leguminosae meliputi tiga
golongan besar yaitu Papilionaceae, Mimosaceae dan Caesalpiniaceae.
Subfamili yang terkenal sebagai sayuran adalah Papilionaceae atau bunga
kupu-kupu. Tanaman sayuran termasuk Leguminosae, di antaranya adalah
kacang panjang, buncis, kara, kecipir, kara pedang dan kapri (Sunarjono,
2003).
Kacang panjang mempunyai dua sifat yaitu sebagai sayuran dan
sebagai penyubur tanah, karena pada akar-akar tanaman ini terdapat bintil-
bintil bakteri Rhizobium. Bakteri ini berfungsi sebagai pengikat nitrogen
bebas dari udara. Kacang panjang banyak ditanam oleh petani di pematang
sawah, tegalan sawah dan di pekarangan, baik sebagai monokultur maupun
sebagai tanaman sela (Sunarjono, 2003).
Kandungan gizi yang terdapat pada buah kacang panjang yaitu
protein 17,3 g, kalsium 165 mg, vitamin B 0,57 mg dan vitamin C 2 mg.
Kandungan gizi pada daun kacang panjang yaitu protein 4,1 g, kalsium 134
mg, vitamin A 5,24 SI, vitamin B 0,28 mg dan vitamin C 29 mg
(Suriawiria, 2000).

2.2 Pestisida
Pestisida sebagai salah satu bentuk bahan kimia yang bersifat toksik,
banyak digunakan di bidang pertanian sejak terbukti sangat efektif dan
efisien untuk berbagai tujuan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7
tahun 1973 pestisida didefinisikan sebagai zat kimia atau bahan lain, yang
digunakan untuk berbagai keperluan seperti: membrantas, mencegah hama
dan penyakit yang merusak tanaman (Anon., 2003a).
Menurut Sudarmo (1992), pestisida berdasarkan organisme yaitu
insektisida, berasal dari kata insectum (bahasa Latin) yang artinya potongan,

3
keratan, segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga, contohnya
Kaliandra 482 EC, Dupont Lannate 40 SP, Tamaron dll.

2.3 Penggolongan Pestisida


Pestisida dikenal melalui merek dagang dan dikenal juga melalui
jenis bahan aktif yang dikandungnya. Nama bahan aktif merupakan nama
umum dari nama senyawa kimia yang mengandung racun. Nama senyawa
kimia biasanya terlalu panjang dan tidak praktis digunakan. Tata nama
(nomenklatur) pestisida merupakan ketetapan internasional. Berikut ini
contoh tata nama sebuah produk pestisida: Furadan 3 G (merek dagang),
Carbofuran (Nama umum/ bahan aktif), 2, 3 dihidro-2, 2 dimetil-7
benzoni karbamat (Nama kimia) dan termasuk golongan karbamat
(Novizan, 2002).
Di antara golongan-golongan insektisida yang paling banyak
digunakan dalam pertanian dan kehutanan pada saat ini adalah dari golongan
organoklorin, organoposfat dan karbamat. Beberapa contoh pestisida golongan
organoposfat dengan contoh nama umum dan nama kimianya dapat dilihat
pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Beberapa contoh pestisida golongan organoposfat dengan


nama umum dan nama kimianya
Nama Umum Nama Kimia
Chlorpirifos O,O- Dietil O- (3,5,6-trichloro-2-piridil) Phosphorothioate
Diazinon O,O- Dietil O- (2-isopropil-6-metil-4 pirimidinil) phosphorothioate
Dichlorvos 2,2- Dicholorovinil dimethil phospate
Fenthion O,O-Dimetil O-((4-metiltio) –m-tolil) phosphorothioate
Leptophos O-(4-Bromo-2,5-dicloropenil) O-metil penil phosphonothioate
Monocrotophos Dimetil phospate ester dengan (E)-3-hidroksi- N- metilcrotonamide
Paraoxon Dietil p-nitropenil phospate
Pirazinon O,O-dietil O-(6-metil-2-propil-4-piridiminil) phosphorothioate

Sumber : Moye (1981) dalam Triani (2005)

2.4 Residu Pestisida pada Tanaman


Data tentang kadar residu pestisida dalam sayuran di Indonesia
masih terbatas disebabkan oleh fasilitas pemantauan residu pestisida yang
kurang lengkap. Pemantauan yang dilakukan oleh Lembaga Ekonomi

4
Universitas Pajajaran menunjukkan bahwa pada umumnya kandungan residu
pestisida dalam contoh sayuran (kentang, kubis, sawi, tomat dan wortel) di
daerah Jawa Barat adalah rendah. Contoh sayuran yang diambil di tujuh
daerah pusat sayuran di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur
ditemukan residu beberapa jenis insektisida (DDT, Aldrin, Diazinon,
Dieldrin, Fenitrothion, Fentoat dan Klorpirifos) meskipun masih jauh di
bawah nilai MRL (Maximum Residue Limit) menurut FAO/WHO 1978
(Nugrohati dan Untung, 1986).
Menurut hasil penelitian Triani (2005), residu insektisida Sidazinon pada
polong kacang panjang di Kecamatan Baturiti, Kecamatan Tabanan,
Kecamatan Marga dan Kecamatan Kerambitan masing-masing sebesar
0,05977 ppm, 0,03045 ppm, 0,03726 ppm dan 0,05305 ppm. Residu ini
masih berada di bawah nilai MRL (Maximum Residue Limit) untuk
sayuran yaitu 0,5 ppm, sehingga polong kacang panjang yang dihasilkan di
Kabupaten Tabanan cukup aman untuk dikonsumsi. Hasil survai
menunjukkan adanya variasi dalam penggunaan dosis, konsentrasi insektisida
Sidazinon dan interval waktu antara penyemprotan terakhir dengan waktu
panen kacang panjang pada petani di tiap Kecamatan (Kerambitan,
Tabanan, Marga dan Baturiti), di Kabupaten Tabanan.

2.5 Dampak Penggunaan Pestisida


Air bawah tanah, danau dan muara, daerah ini sangat peka terhadap
akumulasi, kontaminasi bahan buangan, pestisida dan bahan kimia lainnya.
Aplikasi penggunaan pestisida, run-off dari pertanian, pabrik-pabrik kimia
dan limbah, akan mengalir ke air. Efek polusi pestisida pada tanah yang
berhubungan dengan air tergantung pada karakteristik kimia campuran,
kestabilan di dalam air dan potensi daya larutnya (Perry et al., 1998).
Manusia terkena racun pestisida merupakan kejadian yang kebetulan,
yang berkaitan dengan pekerjaan, pencemaran makanan, penggunaan di
dalam rumah dan melalui materi yang bukan makanan (seperti air, tanah
dan udara). Pestisida dapat masuk ke tubuh manusia melalui kulit, mulut,
paru-paru dan melalui mata. Pada tubuh manusia dapat menghambat aktivitas
enzim cholinesterase sehingga acetyl cholin tak dapat dihidrolisa.

5
Keadaan ini mengakibatkan terjadinya penumpukan acetyl cholin yang
berlebihan sehingga meracuni tubuh. Gejala keracunan dapat bersifat kronis
maupun akut. Gejala kronis biasanya berkaitan dengan pekerjaan dan
menimbulkan keluhan yang tidak spesifik seperti sakit kepala, insomnia,
pusing, tak dapat konsentrasi, dan mual. Dampak residu pestisida pada
kesehatan dalam jangka panjang yaitu menyebabkan kanker, mutasi genetik,
kelainan alat reproduksi dan cacat lahir (Utomo, et al., 2000).

2.6 Mengurangi Bahaya Residu Pestisida pada Bahan Makanan


Cara mengurangi residu pestisida yaitu dengan mencuci menggunakan air
yang mengalir, bukan dengan air diam. Jika yang kita gunakan air diam
(direndam) justru sangat memungkinkan racun yang telah larut menempel
kembali ke sayuran. Pencucian bisa menurunkan residu sebanyak 70 % untuk
jenis pestisida karbaril dan sebanyak 50 persen untuk DDT. Perendaman dalam air
panas (blanching) juga dapat menurunkan residu. Ada baiknya kita mengurangi
konsumsi sayur yang masih mentah karena diperkirakan mengandung residu lebih
tinggi daripada yang sudah dimasak terlebih dulu. Pemasakan atau pengolahan
baik dalam skala rumah tangga sudah terbukti dapat menekan tekanan kandungan
residu pestisida pada sayuran (Anon., 2012).

6
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengurangi kadar residu insektisida kaliandra 482 EC yang berbahan aktif
klorpirifos 482 g/L pada kacang panjang dengan perlakuan pencucian pada
air mengalir dengan waktu tertentu
2. Mengurangi kadar residu kadar residu insektisida kaliandra 482 EC yang
berbahan aktif klorpirifos 482 g/L pada kacang panjang dengan perlakuan
perendaman dengan variasi waktu.
3. Mengurangi kadar residu kadar residu insektisida kaliandra 482 EC yang
berbahan aktif klorpirifos 482 g/L pada kacang panjang dengan perlakuan
perebusan dengan variasi waktu.
4. Mengetahui kadar residu insektisida kaliandra 482 EC yang berbahan aktif
klorpirifos 482 g/L pada kacang panjang yang dihasilkan dari pembeli
pertama sampai ke konsumen melalui jalur distribusi penjualan produk.

3.2 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan di masyarakat sebagai sumber informasi
untuk memperoleh bahan makanan yang aman untuk dikonsumsi, serta
merupakan bahan informasi bagi Pemda Tabanan agar selalu memantau
penggunaan pestisida oleh petani di lapangan.

7
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Tabanan, Bali. Kabupaten
Tabanan terletak di bagian selatan Pulau Bali yang merupakan salah satu
dari beberapa Kabupaten yang ada di Propinsi Bali yang memiliki daerah
pegunungan dan pantai. Terletak pada posisi 80 14’ 30” - 80 30’ 70”
Lintang Selatan, 1140 54’ 52” - 1150 12’ 57” Bujur Timur menyebabkan
daerah ini beriklim tropis sehingga cocok untuk daerah pertanian.
Kabupaten Tabanan yang mempunyai luas wilayah 839,33 km2 atau 14,90
% dari luas Propinsi Bali (5.632,86 Km2) (Anon., 2003b).
Berdasarkan atas hasil pengamatan dan penjelasan Kepala Dinas
Pertanian Kabupaten Tabanan (2013), dari empat Kecamatan, sebagai
penghasil kacang panjang terbanyak yaitu Kerambitan, Marga, Baturiti dan
Penebel. Pengambilan sampel dilakukan di kecamatan di Kabupaten Tabanan
yang luas tanam sayur kacang panjang terbesar (di atas 500 Ha). Data luas
tanam, luas panen dan produksi kacang panjang disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data luas tanam, luas panen dan produksi kacang panjang tahun
2012
Luas Panen
Luas Tanam Habis Produksi total
No Kecamatan (ha) (Ha) (Ku)
1 Selemadeg Barat 0 0 0
2 Selemadeng 0 0 0
3 Selemadeg Timur 0 0 0
4 Kerambitan 12 10 665
5 Tabanan 3 5 448
6 Kediri 0 0 0
7 Marga 11 10 892
8 Baturiti 50 47 3165
9 Penebel 58 51 6290
10 Pupuan 0 0 0
Kabupaten 134 123 11460
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan (2013)

8
Pengambilan sampel dilakukan di kecamatan yang luas tanam kacang
panjangnya terbesar (di atas 10 Ha) yaitu pada Kecamatan Kerambitan,
Marga, Baturiti dan Penebel, Kabupaten Tabanan. Sampel diambil dari 13
sampel petani (sesuai dengan penelitian sebelumnya, dan dari masing-masing
petani ditiap kecamatan dihomogenkan, sehingga sampel tersebut mewakili tiap
kecamatan penghasil kacang panjang terbanyak di Kabupaten Tabanan).
Penentuan sampel (petani kacang panjang) dilakukan dengan cara
proportional dan purposive sampling (Muhajir, 2000).
Sampel kacang panjang yang diambil sebanyak 1 kg dari setiap
lahan petani dan dianalisis untuk mengetahui kadar residu kaliandra 482 EC
yang berbahan aktif klorpirifos 482 g/L. Selama perjalanan ke laboratorium
untuk analisis kimia, sampel tersebut ditempatkan pada toples plastik yang
ditutup rapat (Triani, 2005).
Analisis residu insektisida kaliandra 482 EC yang berbahan aktif
klorpirifos 482 g/L dilaksanakan di Laboratorium Forensik, Poltabes
Denpasar. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dari bulan April – September
2014.

4.2 Analisis Laboratorium


4.2.1 Bahan dan peralatan penelitian
Sampel yang digunakan untuk analisis adalah kacang panjang yang
diperoleh dari petani kacang panjang Kabupaten Tabanan.
Bahan-bahan kimia yang diperlukan adalah solven/ pelarut (aseton,
CH2Cl2, petroleum eter) dan florisil (particle size 1,15093 mm, for column
chromatography) dan insektisida kaliandra berbahan aktif chlorpirifos 482 g/L.
Peralatan analisis yang dipergunakan adalah blender, erlemeyer (ukuran
125 ml dan 250 ml), beaker glass (ukuran 25 ml, 50 ml, 250 ml), corong, kertas
saring, gelas ukur (ukuran 100 ml, 200 ml, dan 10 ml), pipet mikro, syrine (10 µl),
timbangan (Mettler Toledo), vial plastik untuk eluat, Evaporator (Airflow
Monitor, Mach-Aire Ltd), tabung uji, kolom kromatografi dan Gas
Chromatography - MS (Model 61540 N, serial number US. 10521060), hot plate,
thermometer.

9
4.2.2 Prosedur analisis residu pestisida
Analisis residu insektisida dikerjakan berdasarkan Triani (2005)
dimodifikasi (2013) dengan menggunakan GC–MS. Tahapan analisis meliputi:
pembuatan larutan standar, Recovery test, ekstraksi sampel, pemurnian (Clean
up), dan analisis kuantitatif (perhitungan kadar residu).
Recovery test merupakan patokan untuk menilai apakah metode yang
digunakan sudah cukup baik. Dalam penelitian ini Recovery test diperoleh
sebesar 65 %. Tahapan analisisnya meliputi :
1. Pembuatan Standar
Larutan standar untuk penelitian ini diperoleh dengan melarutkan
insektisida kaliandra 20,7 µl ke dalam 10 ml aseton sehingga diperoleh
Larutan standar 1000 ppm. Konsentrasi larutan standar yang digunakan 0
ppm, 0,1 ppm, 0,5 ppm dan 1 ppm. Larutan standar sebanyak 2 µl
diinjeksikan ke GC-MS, diperoleh area standar, lalu dibuat kurva linearnya dan
diperoleh persamaan. Persamaan linear ini dipakai untuk perhitungan kadar.
2. Recovery test
Sebanyak 25 g sampel kacang panjang ditambahkan 5,2 ml chlorpirifos,
petroleum eter (PE) 50 ml dan diklorometan (DM) 50 ml, lalu dihancurkan
dengan blender selama ± 2 menit. Kemudian ekstrak didiamkan selama ± 1 jam
sampai terpisah antara fase organik I dan ampas. Fase organik I ditampung
didalam beaker glass diuapkan di dalam evaporator (Airflow Monitor, Mach-Aire
Ltd), sedangkan ampas diekstrak lagi dengan penambahan PE dan DM masing-
masing 50 ml diblender sebentar, lalu didiamkan sampai terpisah. Setelah agak
kering ditambahkan PE ± 10 ml, lalu dituangkan pada kolom kramotgrafi yang
telah diisi florisil yang dilapisi kertas saring sebanyak 15,7 cc. Dilarutkan kembali
dengan PE ± 40 ml, hasil/eluat ditampung dalam beaker glass, eluat yang
dihasilkan bening. Lalu diuapkan kembali sampai ± 1 ml, ekstrak yang tertinggal
ditambahkan aseton ditempatkan pada vial plastik sampai volume ± 1000 µl. Lalu
diinjeksikan pada GC-MS.

10
3. Ekstraksi sampel
Sampel kacang panjang yang diambil dari tepi luar, tengah dan tepi
dalam yang diambil ± 0,5 kg (pada setiap tepi) dari setiap lahan petani,
ditempatkan pada wadah penampungan dan dicampur. Sebanyak 25 g
sampel diambil acak ditambahkan petroleum eter (PE) 50 ml dan diklorometan
(DM) 50 ml, lalu dihancurkan dengan blender selama ± 2 menit. Kemudian
ekstrak didiamkan selama ± 1 jam sampai terpisah antara fase organik dan ampas.
Fase organik ditampung didalam beaker glass diuapkan di dalam evaporator
(Airflow Monitor, Mach-Aire Ltd), sedangkan ampas diekstrak lagi dengan
penambahan PE dan DM masing-masing 50 ml diblender sebentar, lalu didiamkan
sampai terpisah, dicampur lagi ke dalam fase organik sebelumnya. Fase organik
yang diperoleh tersebut diuapkan kembali sampai volumenya ± 2 ml.
4. Pemurnian (clean up)
Ekstrak (± 2 ml) dimasukkan ke dalam kolom kromatografi yang
telah diisi kertas saring dan florisil (15,7 cc). Ditambahkan larutan petroleum
eter ± 40 ml pada kolom tersebut. Hasil pemurnian (eluat) ± 20 ml, ditampung
dalam beaker glass 25 ml, kemudian diuapkan kembali dengan Air Flow
suhu 2700C sampai volumenya ± 1 ml, larutan dipindahkan pada vial plastic
dengan bantuan aseton sampai volume ± 1000 µl. Lalu diinjeksikan pada GC-MS.
5. Analisis kuantitatif (perhitungan kadar residu).
GC-MS dengan kondisi siap pakai (standar) pada suhu kolom 250 0C,
oven temperatur 700C, arus listrik 1624 V, coloum flow cal 1,0. Analisis
dilakukan pada kondisi tersebut dengan menyuntikkan 2 µl larutan sampel
ke dalam GC-MS dan menghasilkan kromatogram dengan area tertentu.
Konsentrasi residu insektisida dalam sampel dapat dihitung dari grafik
kromatogram yang dihasilkan, kemudian dibandingkan dengan kromatogram
standar.
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah kadar residu
insektisida kaliandra yang diperoleh dari hasil analisis di laboratorium dapat
dihitung dengan rumus:
X
R =
W

11
Dimana :
R = Kadar residu insektisida (mg/kg atau ppm)
W = Berat sampel kacang panjang yang digunakan (Kg)
X = Kadar clorpirifos dengan ekstrak (sampel) kacang panjang (mg)

Adanya residu insektisida pada sampel di masing-masing Kecamatan


dibandingkan dengan nilai BMR (Baku Mutu Residu Pestisida) pada hasil
pertanian (Anon., 2008).

12
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Data Sampel Sebelum Perlakuan


Berdasarkan hasil analisis residu insektisida kaliandra berbahan aktif
chlorpirifos 482 g/L, maka diperoleh data residu seperti disajikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Nilai residu insektisida kaliandra berbahan aktif chlorpirifos 482 g/L
pada kacang panjang di tiap kecamatan di Kabupaten Tabanan

Sampel Residu awal sebelum perlakuan


(mg/Kg)
Kec. Marga 0,0222
Kec. Baturiti 0,0014
Kec. Penebel 0,0006
Kec. Kerambitan 0,0052

Pada Tabel 5.1 terlihat bahwa kadar residu insektisida kaliandra pada
kacang panjang di Kabupaten Tabanan, ditemukan masih di bawah BMR untuk
produk hasil pertanian yaitu 0,1 mg/kg (Anon., 2008). Hasil residu ini masih
berada dibawah BMR, sehingga kacang panjang tersebut masih cukup aman untuk
dikonsumsi.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar residu insektisida pada
Kecamatan Marga lebih tinggi dibandingkan Kecamatan Baturiti, Penebel dan
Kerambitan disebabkan karena penelitian tahun lalu sampai tahun ini, aplikasi
menggunakan insektisida Kaliandra berbahan aktif clorpirifos pada petani kacang
panjang tersebut sebesar 100 % (data petani dari hasil survai, 2014), mereka tidak
menggunakan insektisida lainnya, 100 % menggunakan insektisida kaliandra.
Dengan melihat hal tersebut, maka kadar residu tersebut terlihat lebih tinggi
dibandingkan kecamatan lainnya.

5.2 Data Sampel Setelah Perlakuan


5.2.1 Perlakuan pencucian
Berdasarkan hasil analisis residu insektisida kaliandra berbahan aktif
chlorpirifos 482 g/L, maka diperoleh data residu pada sampel yang dicuci seperti
disajikan pada Tabel 5.2.1.

13
Tabel 5.2.1 Nilai residu insektisida kaliandra berbahan aktif chlorpirifos 482 g/L
pada kacang panjang yang dicuci

Residu setelah perlakuan


Sampel Perlakuan
(mg/Kg)
Dicuci 15 detik dengan air
mengalir 0,0025
Kacang panjang dari
Kc. Marga Dicuci 30 detik dengan air
mengalir 0,0015

Dicuci 15 detik dengan air


mengalir 0,0005
Kacang panjang dari
Kc. Kerambitan Dicuci 30 detik dengan air
mengalir 0,0004

Pada Tabel 5.2.1 terlihat bahwa kadar residu insektisida kaliandra masih
di bawah BMR untuk produk hasil pertanian yaitu 0,1 mg/kg (Anon., 2008).
Hasil residu tersebut, setelah mengalami mengalami penurunan.

5.2.2 Perlakuan perebusan


Berdasarkan hasil analisis residu insektisida kaliandra berbahan aktif
chlorpirifos 482 g/L, maka diperoleh data residu pada sampel yang rebus seperti
disajikan pada Tabel 5.2.2.

Tabel 5.2.2 Nilai residu insektisida kaliandra berbahan aktif chlorpirifos 482 g/L
pada kacang panjang yang direbus tanpa dilakukan pencucian sampel

Residu setelah perlakuan


Sampel Perlakuan
(mg/Kg)
Direbus selama 15 menit
0,0043
Kacang panjang dari
Kc. Marga Direbus selama 30 menit
0,0010

Pada Tabel 5.2.2 terlihat bahwa kadar residu insektisida kaliandra masih
di bawah BMR untuk produk hasil pertanian yaitu 0,1 mg/kg (Anon., 2008).
Hasil residu tersebut mengalami penurunan dibandingkan tanpa perlakuan atau
identifikasi awal.

14
5.2.3 Perlakuan pencucian dan perebusan
Berdasarkan hasil analisis residu insektisida kaliandra berbahan aktif
chlorpirifos 482 g/L, maka diperoleh data residu pada sampel yang dicuci dan
direbus seperti disajikan pada Tabel 5.2.3.

Tabel 5.2.3 Nilai residu insektisida kaliandra berbahan aktif chlorpirifos 482 g/L
pada kacang panjang yang dicuci dan direbus

Residu setelah perlakuan


Sampel Perlakuan
(mg/Kg)
Dicuci selama 15 detik,
kemudian direbus selama 15 0,0009
menit
Dicuci selama 15 detik,
kemudian direbus selama 30 0,0006
Kacang panjang dari menit
Kc. Marga Dicuci selama 30 detik,
kemudian direbus selama 15 0,0015
menit
Dicuci selama 30 detik,
kemudian direbus selama 30 0,0004
menit
Dicuci selama 15 detik,
Kacang panjang dari
kemudian direbus selama 15 0,0010
Kc. Kerambitan
menit
Dicuci selama 30 detik,
Kacang panjang dari
kemudian direbus selama 15 0,0007
Kc. Penebel
menit

Pada Tabel 5.2.2 terlihat bahwa kadar residu insektisida kaliandra masih
di bawah BMR untuk produk hasil pertanian yaitu 0,1 mg/kg (Anon., 2008).

5.2.4 Perlakuan perendaman dan perebusan


Berdasarkan hasil analisis residu insektisida kaliandra berbahan aktif
chlorpirifos 482 g/L, maka diperoleh data residu pada sampel yang direndam dan
direbus seperti disajikan pada Tabel 5.2.4a dan Tabel 5.2.4b.

15
Tabel 5.2.4a. Nilai residu insektisida kaliandra berbahan aktif chlorpirifos 482
g/l pada kacang panjang di Kecamatan Marga setelah perlakuan

Kadar Residu (mg/kg)


Rebus
(menit)
0 15 30
Rendam
(menit)
0 0,0065 0,0043 0,0010
15 0,0032 0,0021 0,0009
30 0,0026 0,0013 0,005

Tabel 5.2.4b. Nilai residu insektisida kaliandra berbahan aktif chlorpirifos 482 g/l
pada kacang panjang di Kecamatan Baturiti setelah perlakuan

Kadar Residu (mg/kg)


Rebus
(menit)
0 15 30
Rendam
(menit)
0 0,0014 0,0008 0,0007
15 0,0018 0,0007 0,0005
30 0,0011 0,0005 0,0025

Pada Tabel 5.2.4a dan 5.2.4b terlihat bahwa kadar residu insektisida
kaliandra masih di bawah BMR untuk produk hasil pertanian yaitu 0,1 mg/kg
(Anon., 2008).

16
5.2.5 Kadar residu dari pembeli pertama sampai penjual di Pasar Baturiti

Berdasarkan hasil analisis residu insektisida kaliandra berbahan aktif


chlorpirifos 482 g/L pada kacang panjang yang mengalami distribusi ke pasar
yaitu pasar Baturiti serta mengalami penyimpanan sebelum dilakukan pengolahan,
maka data tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.2.5.

Tabel 5.2.5 Nilai residu insektisida kaliandra berbahan aktif chlorpirifos 482 g/L
pada kacang panjang setelah perlakuan

Kecamatan Perlakuan Hasil


Pencucian pada air
mengalir (PDAM) selama Fisik : hijau, hijau kekuningan, hijau
30 detik, setelah itu kekuningan dan layu, masih hijau
dilakukan penyimpanan kekuningan dan layu.
selama 5 hari
(desa Perean) Kadar Residu : 0,0027 mg/kg
Baturiti

Jalur distribusi penjualan


dari petani, ke pengepul, Kadar residu (dari Petani) : 0,0014 mg/kg
setelah itu ke pasar Kadar residu (dari Pengepul) : 0,0004 mg/kg
Baturiti Kadar residu (Pasar Baturiti) : 0,0005 mg/kg

Hasil analisis membuktikan bahwa kacang panjang setelah dipetik lalu


dicuci dan disimpan selama 5 hari, mengalami kenaikan residu insektisida, hal ini
kemungkinan disebabkan kadar residu masih ada di produk sebelum dilakukan
penyimpanan. Sedangkan kadar residu insektisida pada kacang panjang yang
mengalami distribusi dari petani sampai pedagang di pasar Baturiti mengalami
penurunan kadar.

17
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Penelitian Tahap ke dua (tahun kedua) :

Analisis residu insektisida kaliandra 482 EC yang berbahan aktif klorpirifos 482 g/L
pada kacang panjang setelah perlakuan

 Identifikasi : kadar residu insektisida kaliandra 482 EC yang berbahan aktif


klorpirifos 482 g/L dengan GC-MS (tahap awal sebelum perlakuan)  sudah
dilakukan
 Identifikasi: kadar residu kadar residu insektisida kaliandra 482 EC yang berbahan
aktif klorpirifos 482 g/L dengan GC-MS pada kacang panjang setelah pencucian
dengan air mengalir  sudah dilakukan
 Identifikasi: kadar residu kadar residu insektisida kaliandra 482 EC yang berbahan
aktif klorpirifos 482 g/L dengan GC-MS pada kacang panjang setelah perebusan
dengan variasi waktu  sudah dilakukan
 Identifikasi: kadar residu kadar residu insektisida kaliandra 482 EC yang berbahan
aktif klorpirifos 482 g/L dengan GC-MS pada kacang panjang setelah perendaman dan
perebusan  sudah dilakukan
 Identifikasi: kadar residu kadar residu insektisida kaliandra 482 EC yang berbahan
aktif klorpirifos 482 g/L dengan GC-MS pada kacang panjang yang dijual di pasar
Kab. Tabanan  sudah dilakukan hanya beberapa karena terkendala dengan masalah
dana yang kurang, maka dianalisis hanya pada 1 pasar saja yaitu pasar Baturiti

Rencana tahap selanjutnya :


 Karakteristik mutu sayur kacang panjang dan análisis kesukaan terhadap berbagai
perlakuan pengurangan kadar serta memperoleh perlakuan yang terbaik dalam
pengendalian kadar residu dan bekerjasama dengan dinas terkait untuk membuat
standar penggunaan pestisida dalam aplikasinya pada tanaman pangan serta
mengurangi kadar residu dengan penelitian penggunaan dosis pestisida yang dikurangi

18
atau mengunakan biopestisida, kami rencanakan dilaksanakan pada tahapan
selanjutnya, kemungkinan dengan skim penelitian yang lain atau penulis
mempergunakan rencana ini untuk melanjutkan kuliah ke tahap selanjutnya, sebagai
tugas akhir.

19
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa residu insektisida
kaliandra pada kacang panjang yang dihasikan di Kabupaten Tabanan berada di
bawah baku mutu residu (BMR) untuk produk hasil pertanian yaitu 0,1 mg/kg, ini
merupakan kesimpulan pada identifikasi awal, sebelum perlakukan, sedangkan
setelah perlakuan terlihat dari data juga mengalami penurunan. Dari penelitian ini
juga diperoleh suatu cara/proses pengurangan kadar residu dengan perlakukan
yaitu:
1. Untuk konsumsi kacang panjang yang mentah (untuk lalapan) sebaiknya
dicuci dengan air mengalir selama 30 detik dengan rerata debit air sebesar
2,72 detik/ 500 ml air.
2. Untuk konsumsi kacang panjang yang matang sebaiknya dicuci selama
15 detik dengan air mengalir serta rerata debit air sebesar 2,72 detik/ 500
ml air , kemudian direbus selama 15 menit.
Upaya pemantauan dan monitoring terhadap kadar residu insektisida pada
kacang panjang harus terus dilakukan, karena sayuran ini sangat digemari dan
mudah diperoleh di masyarakat.

7.2 Saran
Perlu penelitian lebih lanjut tentang residu insektisida lainnya yang digunakan
oleh petani serta analisis karakteristik mutu sayur kacang panjang dan kesukaan
terhadap berbagai perlakuan pengurangan kadar.
Perlu juga dilakukan penelitian tentang perlakuan pengurangan kadar residu
insektisida lainnya pada sayuran lainnya, serta analisis residu pada air sisa
perlakuan pengurangan. Dilanjutkan lagi penelitian tentang perlakukan
pengurangan kadar residu dengan perendaman menggunakan berbagai macam
bahan perendam serta berbagai olahan pemanasan sayuran.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003a. Materi POP (Persistent Organic Pollutans). Denpasar :


Dikompilasi oleh Program Magister Ilmu Lingkungan Program
Pascasarjana Universitas Udayana.
Anonim. 2003b. Tabanan dalam Angka 2003. Tabanan : Bappeda Kabupaten
Tabanan, BPS Kabupaten Tabanan.
Anonim. 2008. Batas Maksimum Residu Pestisida Pada Hasil Pertanian. Badan
Standardisasi Nasional, SNI 7313:2008. Jakarta.
Anonim. 2012. Mengurangi Bahaya Resdiu Pestisida pada Bahan Makanan.
http://hartoko.wordpress.com/2012/10/09/mengurangi-bahaya-residu-
pestisida-dalam-makanan/. Diakses Tanggal 20 Februari 2013.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan. 2013. Data Kacang Panjang yang
Dihasilkan di Kabupaten Tabanan 2011. BPS Kab. Tabanan.
Muhajir, N.H. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit Rake Sarasin
Edisi IV. Yogyakarta
Novizan, 2002. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Jakarta : PT. AgroMedia
Pustaka.
Nugrohati, S. dan K. Untung. 1986. Pestisida dalam Sayuran. Seminar
Keamanan Pangan dalam Pengolahan dan Penyajian. Yogyakarta 1 –
3 September.
Perry, A. S., I. Yamamoto, I. Ishaaya dan R. Y. Perry. 1998. Insecticides
in Agriculture and Environment. Springer-Verlag Berlin, Heidelberg.
Sudarmo, S. 1992. Pestisida untuk Tanaman. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Sunarjono, H. H. 2003. Seri Agribisnis: Bertanam 30 Jenis Sayur. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Triani, I, G, A, L. 2005. Residu Insektisida Sidazinon pada Kacang Panjang
(Vigna sinensis) yang Dihasilkan di Kabupaten Tabanan. Laporan
Penelitian Program Studi Ilmu Lingkungan (Tesis), Program Magister
Ilmu Lingkungan, Universitas Udayana. Denpasar.
Utomo, B., J. Hari, S. Rihadi. 2000. Tingkat Keracunan Pestisida pada
Tenaga Penyemprot Pertanian dan Perkebunan di Jawa Timur
(Pengamatan di 9 Dati II Tahun 1998). Artikel: Medika No. 7
Tahun XXVI, 420-423.

21
Lampiran 1. Foto-foto Kegiatan

Gambar 1. Foto tanaman kacang panjang Gambar 2. Pengisian kuisioner

Gambar 3. Berfoto bersama petani Gambar 4. Kacang panjang yang siap


untuk dipasarkan

Gambar 5. Ekstraksi kacang panjang Gambar 6. Clean up/ pemurnian

22
Gambar 7. Hasil elusi Gambar 8. Analisis residu dengan
GC-MS

23
Lampiran 2. Instrument (Bahan dan Peralatan) dalam penelitian

Bahan-bahan Analisis :
Bahan untuk analisis adalah kacang panjang yang diperoleh dari
Kecamatan Marga, Penebel, Kerambitan dan Baturiti, serta dari pasar Baturiti.
Bahan-bahan kimia yang diperlukan adalah solven/ pelarut (aseton,
CH2Cl2, petroleum eter) dan florisil (particle size 1,15093 mm, for column
chromatography) dan insektisida kaliandra berbahan aktif chlorpirifos 482 g/L.

Peralatan Analisis :
Blender, erlemeyer (ukuran 125 ml dan 250 ml), beaker glass (ukuran 25
ml, 50 ml, 250 ml), corong, kertas saring, gelas ukur (ukuran 100 ml, 200 ml, dan
10 ml), pipet mikro, syrine (10 µl), timbangan (Mettler Toledo), vial plastik untuk
eluat, Evaporator (Airflow Monitor, Mach-Aire Ltd), tabung uji, kolom
kromatografi dan Gas Chromatography - MS (Model 61540 N, serial number
US. 10521060), hot plate, thermometer.

24
Lampiran 3. Personalia Tenaga Peneliti beserta Kualifikasinya

No. Nama/ NIDN Instansi Bidang Ilmu Uraian Tugas


Asal
1. I G.A. Lani PS. TIP – Lingkungan Analisis laboratorium residu
Triani, S.TP, FTP Unud insektisida, analisis data dan
M.Si/ pembuatan laporan
0029057705
2. I.A. Mahatma T, PS. TIP – Manajemen Survai untuk analisis pada jalur
S.TP, M.Si / FTP Unud Industri distribusi produk dan analisis
0002067302 data
3. Dr. Ir. L. P. PS. TIP – Biomedis Survai untuk analisis pada jalur
Wrasiati, MP/ FTP Unud distribusi produk
0018116501
4. R. Ag. Ay. Ag. PS. TIP – Mahasiswa PS. Survai lapangan, penyebaran
Bayu FTP Unud TIP kuisioner dan analisis
Chandraliawathy laboratorium

5. I Made Wawan PS. TIP – Mahasiswa PS. Survai lapangan, penyebaran


Wijaya FTP Unud TIP kuisioner dan analisis
laboratorium
6. Made Rizki PS. TIP – Mahasiswa PS. Survai lapangan, penyebaran
Putri Dinanti FTP Unud TIP kuisioner dan analisis
laboratorium

25
Lampiran 4. Publikasi Ilmiah

Hasil penelitian ini dipresentasikan di Senastek 2014 :

I Gusti Ayu Lani Triani, S.TP, M.Si

Hasil penelitian ini dipresentasikan di Semnas IATPI 2014 :

26
Lampiran 7. Anggaran Penggunaan Dana Penelitian 100 %

27
28
29

Anda mungkin juga menyukai