Kopi
Kopi
TUGAS AKHIR
Oleh:
WAHYUDI
1722040059
i
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
Oleh:
WAHYUDI
1722040059
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui :
Tanggal Lulus :
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
Nama : Wahyudi
Nim : 1722040059
Menyetujui,
Tim Penguji :
Mengetahui,
Ketua Program Studi,
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah
Wahyudi
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan, rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir yang berjudul Survei Teknik Pemeliharaan Tanaman Kopi
(Coffea L) Di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan.
Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini, penulis menyadari banyaknya
kesalahan didalamnya baik kesalahan penulisan maupun kesalahan pemilihan kata,
oleh karena itu penulis mengharapkan banyak saran yang membangun demi
menyempurnakan laporan ini. Ucapan terima kasih kepada orang tua serta segenap
keluarga dan para dosen pengajar yang telah memberikan bantuan baik berupa
material serta spiritual hingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan penelitian
mahasiswa hingga dalam penyusunan laporan. Melalui kesempatan ini, penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Muhammad Yusuf, SP., MP. selaku dosen pembimbing I
2. Dr. Nurmiaty, SP., MP. selaku dosenpembimbing II
3. Junyah Leli Lisnaini, S.P., M.P. selakudosen penguji I
4. Ir. Miss Rahma Yassin, M.Si selaku dosen penguji II
5. Abdul Mutalib, SP., MP. selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan
6. Muhammad Yusuf, S.P., M.P. selaku Ketua Program Studi BudidayaTanaman
Perkebunan
7. Dr. Ir. Darmawan, M.P. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep
8. Staf dose, administrasi, dan PLP Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan
Penyusunan laporan ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu,
penulis dengan rendah hati menerima saran dan kritikan dari pihak pembaca yang
bersifat membangun menuju perbaikan laporan ini dengan baik. Akhir kata, besar
harapan penulis semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.
v
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK .................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................ 1
1.2. Tujuan dan Kegunaan ................................................................. 3
vi
5.2. Saran ........................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 31
LAMPIRAN ................................................................................................. 33
vii
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 1.Rekomendasi Dosis Pupuk pada Umur Tanaman dan Musim Yang
Berbeda ......................................................................................................... 15
Tabal 2.Perbandingan Teknik Pemeliharaan Tanaman Kopi di Desa Pondan 24
Tabel 3.Perbandingan Teknik Pemeliharaan Tanaman Kopi di Desa Bolokan 25
Tabel 4.Perbandingan Teknik Pemeliharaan Tanaman Kopi di Desa maroson 26
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
Lampiran 1. Kebun kopi petani Idol Fina ..................................................... 34
Lampiran 2. Kebun kopi petani Renaliu Rante ............................................. 34
Lampiran 3. Kebun kopi petani Idris ............................................................. 34
Lampiran 4. Kebun kopi petani Matta ........................................................... 35
Lampiran 5. Kebun kopi petani Yahones Ike Kiwon .................................... 35
Lampiran 6. Kebun kopi petani Aris Saluputtu ............................................. 35
RINGKASAN
ix
Wahyudi, 1722040059. Survey teknik pemeliharaan tanaman kopi (coffea L) di tiga
desa di Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh Muhammad Yusuf dan
Nurmiaty.
Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis
yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai
sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa
melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah
juta jiwa petani kopi di Indonesia. Permintaan kopi Indonesia dari waktu kewaktu
terus meningkat karena seperti kopi Robusta mempunyai keunggulan bentuk yang
cukup kuat serta kopi Arabika mempunyai karakteristik cita rasa (acidity, aroma,
flavour) yang unik dan excellent.
Pelaksanaan survey ini dilakukan pada bulan Februari 2020, di tiga Desa di Toraja
Utara yaitu Desa Pondan Kecematan Bittuang, Desa Bolokan Kecematan Bittuang,
dan Desa Maroson Kecematan Rembon, Kabupaten Tanah Toraja, Provinsi Sulawesi
Selatan.
Hasil survey menujunjukkan teknik pemeliharaan tanaman kopi di tiga desa terdiri
dari 4 jenis teknik pemeliharaan yaitu pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama
penyakit, dan pengendalian gulma.Saat ini peningkatan produksi kopi di Indonesia
masih terhambat oleh rendahnya mutu biji kopi yang dihasilkan sehingga
mempengaruhi mutu biji kopi yang dihasilkan sehingga mempengaruhi pengembangan
produksi akhir kopi. Hal ini disebabkan, karena penanganan pasca panen yang tidak
tepat antara lain proses fermentasi, pencucian, sortasi, pengeringan dan penyangraian.
x
BAB I. PENDAHULUAN
Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan
penting sebagai sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai
sumber devisa melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang
dari satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia (Rahardjo, 2012). Permintaan
kopi Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat karena seperti kopi Robusta
mempunyai keunggulan bentuk yang cukup kuat serta kopi Arabika mempunyai
karakteristik cita rasa (acidity, aroma, flavour) yang unik dan excellent
(Hilmawan, 2013).
Saat ini peningkatan produksi kopi di Indonesia masih terhambat oleh rendahnya
mutu biji kopi yang dihasilkan sehingga mempengaruhi mutu biji kopi yang
disebabkan, karena penanganan pasca panen yang tidak tepat antara lain proses
merupakan salah satu tahapan yang penting dalam pemrosesan biji kopi untuk
menghasilkan biji kopi yang berkualitas. Selain itu spesifikasi alat dan mesin yang
(Hermawan, 2013).
Dalam hal perkopian di Indonesia, kopi rakyat memegang peranan yang penting,
mengingat sebagian besar (93 %) produksi kopi merupakan kopi rakyat. Namun
1
demikian kondisi pengelolaan usaha tani pada kopi rakyat relatif masih kurang
baik dibanding kondisi perkebunan besar Negara (PBN). Ada dua permasalahan
produktivitas dan mutu hasil yang kurang memenuhi syarat untuk diekspor. Di
Sulawesi Selatan berdasarkan data Statistik Dinas Perkebunan Prov. Sul Sel tahun
2008, luas areal pertanaman kopi Arabika sebesar 47.181,46 ha yang melibatkan
65.178 KK petani dengan total produksi hanya sebesar 19.384,69 ton, karena
Demikian halnya dengan Kabupaten Enrekang yang merupakan salah satu daerah
penghasil kopi Arabika di Sulawesi Selatan dari luas areal sebesar 11.384 ha
dengan jumlah petani sebanyak 16.632 KK produksinya pada tahun 2008 hanya
(Hermawan, 2013).
Kabupaten Toraja Utara merupakan salah satu daerah penghasil kopi di Sulawesi
Selatan. Kopi arabika dan kopi robusta adalah hasil tanaman perkebunan yang
Kabupaten Toraja Utara sendiri.Hal ini disebabkan oleh produksi kopi yang
mencapai 3.033,67 ton yang dipanen dari luas lahan 9.924,75 ha.
Salah satu yang mempengaruhi produksi kopi adalah penerapan teknik budidaya
2
tanam dan penanaman kopi, pemeliharaan, serta penanganan panen dan pasca
panen (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Kegiatan pemeliharaan tanaman kopi
Survei ini bertujuan untuk mengetahui teknik pemeliharaan tanaman kopi di tiga
desa di Toraja Utara khususnya di Desa Pondan, Desa Maroson, dan Desa
Bolokan. Adapun kegunaan survei ini adalah sebagai bahan informasi dalam
3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Di Indonesia, ada banyak jenis tanaman kopi yang mampu di budidayakan secara
sempurna, baik dari pembibitan hingga tanaman kopi siap panen. Pada prinsipnya,
perkebunan mencapai 2.198,5 ha, luas perkebunan kopi 1836 ha, kelapa 10 ha,
lada 4,5 ha, kakao 226 ha, dan cengke 122 ha.jumlah penduduk yang terdapat di
4
kecematan bittuang 14.886 jiwa yang terdiri dari 7.556 jiwa penduduk laki-laki
wilayah 134,47 km², ketinggian mencapai 762 mdpl. Batas wilayah kecematan
perkebunan kopi 669 ha, kelapa 17,5 ha, lada 6 ha, kakao 379 ha, dan cengke 72
ha. Jumlah penduduk yang terdapat di kecematan bittuang 18,114 jiwa yang
terdiri dari 9,176 jiwa penduduk laki-laki dan 8,938 jiwa penduduk perempuan.
a. pemupukan
Kebutuhan pemupukan dalam tanaman kopi ini ditentukan oleh 2 faktor utama,
yaitu: pengambilan hara oleh tanaman dari dalam tanah dan persediaan kandungan
5
hara dalam tanah.Tanaman kopi ini mengambil hara dari dalam tanah untuk
ini sama pentingnya dengan pembuatan buah, karena buah kopi ini hanya
vegetatif. Pengambilan hara dari tanaman kopi ini sangat berbeda-beda dan
pada mutu, dan stabilisasi produksi.Secara Umum pupuk dapat dibedakan menjadi
pupuk organik dan an organik.Pupuk organik berasal dari kotoran ternak dan sisa
sisa tumbuhan, Pupuk an organik Pupuk itu dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
tunggal hanya mengandung satu jenis unsur hara, yaitu N,P, atau K, sedangkan
pupuk majemuk mengandung lebih dari satu unsur hara dalam berbagai
b. Pengendalian Gulma
dilaksanakan dengan dua cara yaitu secara manual dan kimia disesuaikan dengan
membabat gulma disekitar tanaman kopi seluas proyeksi tajuk tanaman dengan
6
menggunakan sabit atau cangkul. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan
sistemik dengan bahan aktif yaitu Gliphosate, Sulphosate, dengan sasaran selektif
gulma berdaun sempit, 2.4 Damin dengan sasaran utama gulma berdaun lebar
c. Pemangkasan
panen (PLP), pangkas seleksi (wiwil selektif) dan wiwil kasar. Cabang-cabang
yang terdapat di tanaman kopi adalah cabang belum berbuah (B0), cabang yang
telah berbuah satu kali (B1), cabang yang yang telah berbuah dua kali (B2), dan
cabang yang telah berbuah tiga kali (B3). Cabang-cabang yang termasuk cabang
berlebihan harus dipangkas agar cahaya matahari dapat masuk ke dalam tajuk dan
7
cabang–cabang yang akan dipelihara pada musim pembungaan yang akan datang.
tanaman, sehingga dapat mengurangi gugur buah. Alat yang digunakan gergaji
kopi di Indonesia adalah penggerek buah kopi, penggerek cabang kopi, kutu putih,
daun kopi, bercak daun, busuk buah kopi, jamur upas, penyakit akar dan
kerugian besar adalah penggerek buah kopi, karat daun dan nematode (PSP3-
Hama PBKo menyerang semua jenis kopi (Arabika, Robusta, dan Liberika). Ada
dua tipe kerusakan yang disebabkan oleh hama ini, yaitu gugur buah muda dan
kehilangan hasil panen secara kuantitas maupun kualitas. Serangan pada buah
kopi yang bijinya masih lunak mengakibatkan buah tidak berkembang, warnanya
pada buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan mutu biji kopi
karena biji berlubang. Biji kopi yang cacat sangat berpengaruh negatif terhadap
8
susunan senyawa kimianya, terutama pada kafein dan gula pereduksi yang akan
mempengaruhi citarasa.
hidup PBKo.
Petik bubuk, yaitu memetik semua buah yang sudah terserang PBKo pada
saat 15-30 hari menjelang panen raya. Kemudian semua buah tersebut
direndam dengan air panas atau dikubur untuk membunuh serangga yang
Rampasan/racutan, yaitu memetik semua buah kopi yang ada, baik yang
sudah matang maupun yang belum pada akhir masa panen raya.
dari botol air mineral yang dicat merah dilubangi di bagian samping untuk
masuk kumbang dan pada bagian dasar diisi air ditambah dengan deterjen
9
berupa cairan dengan bahan dasar etanol dalam plastik atau botol kecil
X. compactus ini dianggap sebagai hama yang sangat penting karena mudah
telur di dalam lubang gerekan. Larva dan kumbang dewasa aktif menggerek
jaringan kayu dari cabang dan ranting kopi sehingga terputus aliran makanan ke
Lebih dari 224 spesies tanaman, dalam 62 famili, menjadi inang penggerek
cabang ini.
tanaman.
dibakar agar telur, larva dan imago yang masih ada di dalamnya mati.
eleostearic acid.
Kutu hijau menyerang tanaman kopi dengan cara mengisap cairan daun dan
cabang yang masih hijau sehingga menyebabkan daun menguning dan mengering.
10
Kutu ini biasanya menggerombol dan tinggal di permukaan bawah daun, terutama
permukaan bawah daun ditumbuhi jamur embun jelaga (Capnodium sp.) yang
berwarna hitam.
Pengendalian hama kutu hijau dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
menyebabkan kematian kutu hijau sampai 90% selama musim hujan dan
Gejala penyakit karat daun dapat dilihat pada permukaan atas dan bawah daun,
terinfeksi timbul bercak kuning, kemudian berubah menjadi cokelat. Jika diamati
11
pada bagian bawah daun tampak bercak yang awalnya berwarna kuning muda,
selanjutnya berubah menjadi kuning tua, pada bagian tersebut akan terlihat jelas
tepung yang berwarna oranye atau jingga. Tepung tersebut adalah uredospora
jamur (H. vastatrix). Gejala lanjut pada daun tampak bercak cokelat saling
bergabung, menjadi lebih besar, kemudian mengering, dan gugur. Pada serangan
berat mengakibatkan hampir seluruh daun gugur sehingga tanaman akan kelihatan
naungan. Pengendalian dengan kultur teknis jika dilakukan dengan benar dapat
karat daun adalah ekstrak biji mahoni dengan konsentrasi 0,1–0,2% efektif
Gejala serangan pada daun terdapat bercak-bercak bulat, cokelat kemerahan, atau
cokelat tua, berbatas jelas, dan konsentris. Pada bercak yang tua terdapat pusat
12
berwarna putih kelabu, sering tampak seperti tepung hitam yang merupakan
Gejala khas serangan jamur upas adalah cabang atau ranting yang terserang layu
ujung pohon, bahkan dapat terjadi pada batang. Pengendalian penyakit ini dapat
dilakukan dengan
pohon penaung.
Batang atau cabang yang besar yang terserang jamur upas dilumas dengan
fungisida.
bunodes).
13
Gejala serangan jamur akar baik jamur akar putih, cokelat, dan hitam, biasanya
sama yaitu daun-daun tanaman sakit menguning, layu, dan rontok. Pengendalian
a. pemupukan
Pemupukan secara tepat dan efektif akan mendorong tanaman kopi untuk
ketika musim penghujan tiba, tanah dalam kondisi lembab, serta suhu didaerah
Jenis Pupuk
Pupuk kandang: berupa limba dari kotoran ternak (sapi, kerbau, kuda,
ayam, babi,dll).
14
Pupuk kompos: berupa limba pertanian (sisa sisa tanaman) dan limba
industri pertanian.
Waktu Pemupukan
Menurut Pusat Penelitian Tanaman kopi dan Kakao (2006), umur tanaman
dan musim sangat menentukan dosisi pupuk yang digunakan pada tanaman
15
>10 200 100 125 70 200 100 125 70
Sumber: Pusat Penelitian Tanamankopi dan Kakao inIdonesia 2006.
b. Pemangkasan
1. Pemangkasan Bentuk.
panjang.
16
- Pemangkasan dilakukan kira-kira 60-80 cm di atas tanah,pada jarak 2-
2. Pemangkasan Produksi
2-3 kali.
3. Pemangkasan Rejuvinasi
17
- Batang dipotong miring Utara-Selatan setinggi 30-50 cm.
- Bekas potongan diolesi dengan ter atau aspal untuk mencegah serangan
- Dari beberapa tunas yang tumbuh pilih 1-2 tunas yang pertumbuhannya
- Setelah cukup besar dapat disambung dengan jenis yang baik kemudian
dipelihara.
(terutama pada penyakit Akar dan Jamur Upas). Lubang bekas bongkaran
18
Prinsip pengendalian dianjurkan adalah pengendalian secara ramah lingkungan,
penyakit seperti diatas merupakan langkah yang sangat tepat. Salah satu
karena Trichoderma akan berkompetisi dalam hal nutrisi dengan jamur lain
- Pengendalian Gulma
- Pencabutan
19
- Pembabatan
Membabat habis semua gulma yang hidup di perkebunan kopi juga bisa
- Penginjakkan
menanam kopi.
- Pengolahan Tanah
- Pemakaian Mulsa
tanah untuk mengurangi intensitas cahaya yang diterima oleh benih gulma.
20
menjadi sarang hama dan penyakit sehingga perlu pemantauan secara
berkala.
terjadinya pengendalian selektif 24D dan dalpon. Ada pula herbisida non-selektif
pasca tumbuh tanaman kopi. Cara pemberiannya bisa dilakukan dengan perlakuan
pelaksanaannya mudah, hasilnya cepat terlihat, biaya lebih murah dan bisa
Gulma pada tanaman kopi juga bisa dikendalikan memakai metode biologis.
lain. Sehingga metode biologis ini cukup sulit dikerjakan dibandingkan dengan
21
Terwujudnya metode pengendalian gulma secara biologis harus memenuhi
bersifat monofag atau tidak ada tuan rumah, areanya cukup luas, sulit
22
BAB III METODOLOGI
Pelaksanaan servei ini dilakukan pada bulan Februari 2020, di tiga Desa di Toraja
Alat yang digunakan yaitu alat tulis, buku, dan alat potret (smartphone),
23