Anda di halaman 1dari 33

SURVEI TEKNIK PEMELIHARAAN TANAMAN KOPI (Coffea L)

DI KABUPATEN TORAJA UTARA, SULAWESI SELATAN

TUGAS AKHIR

Oleh:
WAHYUDI
1722040059

PRODI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


JURUSAN BUDIDAYATANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

SURVEI TEKNIK PEMELIHARAAN TANAMAN KOPI (Coffea L)


DI KABUPATEN TORAJA UTARA, SULAWESI SELATAN

TUGAS AKHIR

Oleh:
WAHYUDI
1722040059

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi


Di Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan
Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Muhammad Yusuf, SP., MP. Dr. Nurmiaty, SP., MP.


NIP.197006271998031006 NIP.197206171999032002

Mengetahui :

Direktur Ketua Jurusan

Dr. Ir. Darmawan, M.P Abdul Mutalib, SP., MP.


NIP. 19670202199803002 NIP.197003311997031002

Tanggal Lulus :

ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

Judul : Survei Teknik Pemeliharaan Tanaman kopi (Coffea L)


di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan

Nama : Wahyudi

Nim : 1722040059

Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan

Jurusan : Budidaya Tanaman Perkebunan

Menyetujui,
Tim Penguji :

1. Muhammad Yusuf, SP., MP. (..........................................)

2. Dr. Nurmiaty, SP., MP (..........................................)

3. Junyah Leli Lisnaini, SP., MP (..........................................)

4. Ir.Miss Rahma Yassin, M.Si (..........................................)

Mengetahui,
Ketua Program Studi,

Muhammad Yusuf, S.P., M.P.


NIP . 197006271998031006

iii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah

ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep,04 Juli 2020


Yang menyatakan,

Wahyudi

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan, rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir yang berjudul Survei Teknik Pemeliharaan Tanaman Kopi
(Coffea L) Di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan.
Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini, penulis menyadari banyaknya
kesalahan didalamnya baik kesalahan penulisan maupun kesalahan pemilihan kata,
oleh karena itu penulis mengharapkan banyak saran yang membangun demi
menyempurnakan laporan ini. Ucapan terima kasih kepada orang tua serta segenap
keluarga dan para dosen pengajar yang telah memberikan bantuan baik berupa
material serta spiritual hingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan penelitian
mahasiswa hingga dalam penyusunan laporan. Melalui kesempatan ini, penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Muhammad Yusuf, SP., MP. selaku dosen pembimbing I
2. Dr. Nurmiaty, SP., MP. selaku dosenpembimbing II
3. Junyah Leli Lisnaini, S.P., M.P. selakudosen penguji I
4. Ir. Miss Rahma Yassin, M.Si selaku dosen penguji II
5. Abdul Mutalib, SP., MP. selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan
6. Muhammad Yusuf, S.P., M.P. selaku Ketua Program Studi BudidayaTanaman
Perkebunan
7. Dr. Ir. Darmawan, M.P. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep
8. Staf dose, administrasi, dan PLP Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan

Penyusunan laporan ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu,
penulis dengan rendah hati menerima saran dan kritikan dari pihak pembaca yang
bersifat membangun menuju perbaikan laporan ini dengan baik. Akhir kata, besar
harapan penulis semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.

v
DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PENGSAHAN ........................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x

ABSTRAK .................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................ 1
1.2. Tujuan dan Kegunaan ................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Gambaran umum daerah survei .................................................. 4
2.2. Teknik pemeliharaan kopi .......................................................... 5
2.3. Rekomendasi pemeliharaan tanaman kopi ................................. 14
BAB III METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat ..................................................................... 23
3.2. Alat dan Bahan ........................................................................... 23
3.3. Metode Pelaksanaan ................................................................... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1.Hasil ............................................................................................. 24
4.2. Pembahasan ................................................................................ 27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan ................................................................................. 30

vi
5.2. Saran ........................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 31

LAMPIRAN ................................................................................................. 33

RIWAYAT HIUP ........................................................................................ 36

vii
DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 1.Rekomendasi Dosis Pupuk pada Umur Tanaman dan Musim Yang
Berbeda ......................................................................................................... 15
Tabal 2.Perbandingan Teknik Pemeliharaan Tanaman Kopi di Desa Pondan 24
Tabel 3.Perbandingan Teknik Pemeliharaan Tanaman Kopi di Desa Bolokan 25
Tabel 4.Perbandingan Teknik Pemeliharaan Tanaman Kopi di Desa maroson 26

viii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
Lampiran 1. Kebun kopi petani Idol Fina ..................................................... 34
Lampiran 2. Kebun kopi petani Renaliu Rante ............................................. 34
Lampiran 3. Kebun kopi petani Idris ............................................................. 34
Lampiran 4. Kebun kopi petani Matta ........................................................... 35
Lampiran 5. Kebun kopi petani Yahones Ike Kiwon .................................... 35
Lampiran 6. Kebun kopi petani Aris Saluputtu ............................................. 35

RINGKASAN

ix
Wahyudi, 1722040059. Survey teknik pemeliharaan tanaman kopi (coffea L) di tiga
desa di Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh Muhammad Yusuf dan
Nurmiaty.

Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis
yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai
sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa
melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah
juta jiwa petani kopi di Indonesia. Permintaan kopi Indonesia dari waktu kewaktu
terus meningkat karena seperti kopi Robusta mempunyai keunggulan bentuk yang
cukup kuat serta kopi Arabika mempunyai karakteristik cita rasa (acidity, aroma,
flavour) yang unik dan excellent.

Pelaksanaan survey ini dilakukan pada bulan Februari 2020, di tiga Desa di Toraja
Utara yaitu Desa Pondan Kecematan Bittuang, Desa Bolokan Kecematan Bittuang,
dan Desa Maroson Kecematan Rembon, Kabupaten Tanah Toraja, Provinsi Sulawesi
Selatan.

Hasil survey menujunjukkan teknik pemeliharaan tanaman kopi di tiga desa terdiri
dari 4 jenis teknik pemeliharaan yaitu pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama
penyakit, dan pengendalian gulma.Saat ini peningkatan produksi kopi di Indonesia
masih terhambat oleh rendahnya mutu biji kopi yang dihasilkan sehingga
mempengaruhi mutu biji kopi yang dihasilkan sehingga mempengaruhi pengembangan
produksi akhir kopi. Hal ini disebabkan, karena penanganan pasca panen yang tidak
tepat antara lain proses fermentasi, pencucian, sortasi, pengeringan dan penyangraian.

Kara kunci : survei, tanaman kopi, pemeliharaan.

x
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai

ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan

penting sebagai sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai

sumber devisa melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang

dari satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia (Rahardjo, 2012). Permintaan

kopi Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat karena seperti kopi Robusta

mempunyai keunggulan bentuk yang cukup kuat serta kopi Arabika mempunyai

karakteristik cita rasa (acidity, aroma, flavour) yang unik dan excellent

(Hilmawan, 2013).

Saat ini peningkatan produksi kopi di Indonesia masih terhambat oleh rendahnya

mutu biji kopi yang dihasilkan sehingga mempengaruhi mutu biji kopi yang

dihasilkan sehingga mempengaruhi pengembangan produksi akhir kopi. Hal ini

disebabkan, karena penanganan pasca panen yang tidak tepat antara lain proses

fermentasi, pencucian, sortasi, pengeringan dan penyangraian. Proses pengeringan

merupakan salah satu tahapan yang penting dalam pemrosesan biji kopi untuk

menghasilkan biji kopi yang berkualitas. Selain itu spesifikasi alat dan mesin yang

digunakan juga dapat mempengaruhi setiap tahapan pengolahan biji kopi

(Hermawan, 2013).

Dalam hal perkopian di Indonesia, kopi rakyat memegang peranan yang penting,

mengingat sebagian besar (93 %) produksi kopi merupakan kopi rakyat. Namun

1
demikian kondisi pengelolaan usaha tani pada kopi rakyat relatif masih kurang

baik dibanding kondisi perkebunan besar Negara (PBN). Ada dua permasalahan

utama yang diidentifikasi pada perkebunan kopi rakyat, yaitu rendahnya

produktivitas dan mutu hasil yang kurang memenuhi syarat untuk diekspor. Di

Sulawesi Selatan berdasarkan data Statistik Dinas Perkebunan Prov. Sul Sel tahun

2008, luas areal pertanaman kopi Arabika sebesar 47.181,46 ha yang melibatkan

65.178 KK petani dengan total produksi hanya sebesar 19.384,69 ton, karena

produktivitasnya yang masih sangat rendah yaitu hanya sebesar 636,24

kg/ha/tahun, sementara potensi produksinya dapat mencapai 1.500 kg/ha/tahun.

Demikian halnya dengan Kabupaten Enrekang yang merupakan salah satu daerah

penghasil kopi Arabika di Sulawesi Selatan dari luas areal sebesar 11.384 ha

dengan jumlah petani sebanyak 16.632 KK produksinya pada tahun 2008 hanya

sebesar 5.350 ton karena produktivitas hanya mencapai 648,48 kg/ha/tahunnya

(Hermawan, 2013).

Kabupaten Toraja Utara merupakan salah satu daerah penghasil kopi di Sulawesi

Selatan. Kopi arabika dan kopi robusta adalah hasil tanaman perkebunan yang

dominan dan banyak diminati oleh masyarakat luar maupun masyarakat di

Kabupaten Toraja Utara sendiri.Hal ini disebabkan oleh produksi kopi yang

menjadi produk unggulan di Kabupaten Toraja Utara.Hasil produksi kopi

mencapai 3.033,67 ton yang dipanen dari luas lahan 9.924,75 ha.

Salah satu yang mempengaruhi produksi kopi adalah penerapan teknik budidaya

tanaman. Teknik budidaya tanaman kopi yang penting dilakukan adalah

pembibitan, pembukaan dan persiapan lahan, penanaman penaung, persiapan

2
tanam dan penanaman kopi, pemeliharaan, serta penanganan panen dan pasca

panen (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Kegiatan pemeliharaan tanaman kopi

meliputi penyulaman, pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, serta

pengendalian hama dan penyakit (Prastowo et al, 2010).

1.2. Tujuan dan kegunaan

Survei ini bertujuan untuk mengetahui teknik pemeliharaan tanaman kopi di tiga

desa di Toraja Utara khususnya di Desa Pondan, Desa Maroson, dan Desa

Bolokan. Adapun kegunaan survei ini adalah sebagai bahan informasi dalam

usaha pengembangan budidaya tanaman kopi.

3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Di Indonesia, ada banyak jenis tanaman kopi yang mampu di budidayakan secara

sempurna, baik dari pembibitan hingga tanaman kopi siap panen. Pada prinsipnya,

bentuk-bentuk perawatan/pemeliharaan tanaman kopi tersebut meliputi pemberian

pupuk, pembersihan gulma, pemangkasan tanaman, serta pengendalian hama

penyakit (Febriana et al, 2016).

2.1.Gambaran umum daerah survei

Gambar 1.Pete Kecematan Bittuang


Sumber: google maps

Desa Pondan Dan Desa Bolokan Berada diKecematan Bittuang. Kecematan

bittuang memiliki luas wilayah163,27 km², ketinggian mencapai 1.425 mdpl.

Batas Kecematan Bittuang yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kecematan

Masanda, sebelah selatan berbatasan dengan Kecematan Saluputti, sebelah timur

perbatasan dengan Kabupaten Mamasa, dan sebelah barat perbatasan dengan

Kabupaten Toraja Utara. Kecematan Bittuang mempunyai luas wilayah

perkebunan mencapai 2.198,5 ha, luas perkebunan kopi 1836 ha, kelapa 10 ha,

lada 4,5 ha, kakao 226 ha, dan cengke 122 ha.jumlah penduduk yang terdapat di

4
kecematan bittuang 14.886 jiwa yang terdiri dari 7.556 jiwa penduduk laki-laki

dan 6.951 jiwa penduduk perempuan.

Gambar 2. Pete Kecematan Rembon


Sumber: google maps

Desa maroson berada di kecematan rembon. Kecematan Rembon memiliki luas

wilayah 134,47 km², ketinggian mencapai 762 mdpl. Batas wilayah kecematan

Rembon yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kecematan Rantetayo, sebelah

selatan berbatasan dengan Kecematan Makale Selatan, sebelah timur perbatasan

dengan Kecematan Makale Utara, dan sebelah barat perbatasan dengan

Kecematan Malimbong Ballepe Dan Kecematan Bonggakaradeng. Kecematan

Rembon mempunyai luas wilayah perkebunan mencapai 1.143,5 ha, luas

perkebunan kopi 669 ha, kelapa 17,5 ha, lada 6 ha, kakao 379 ha, dan cengke 72

ha. Jumlah penduduk yang terdapat di kecematan bittuang 18,114 jiwa yang

terdiri dari 9,176 jiwa penduduk laki-laki dan 8,938 jiwa penduduk perempuan.

2.2. Teknik pemeliharaan kopi

a. pemupukan

Kebutuhan pemupukan dalam tanaman kopi ini ditentukan oleh 2 faktor utama,

yaitu: pengambilan hara oleh tanaman dari dalam tanah dan persediaan kandungan

5
hara dalam tanah.Tanaman kopi ini mengambil hara dari dalam tanah untuk

pertumbuhan vegetatif dan juga untuk pertumbuhan buah. Pertumbuhan vegetatif

ini sama pentingnya dengan pembuatan buah, karena buah kopi ini hanya

terbentuk oleh cabang-cabang lateral yang merupakan produk pertumbuhan

vegetatif. Pengambilan hara dari tanaman kopi ini sangat berbeda-beda dan

menurut jenis kopi itu sendiri.

Pemupukan bermanfaat untuk perbaikan kondisi tanaman, peningkatan produksi

pada mutu, dan stabilisasi produksi.Secara Umum pupuk dapat dibedakan menjadi

pupuk organik dan an organik.Pupuk organik berasal dari kotoran ternak dan sisa

sisa tumbuhan, Pupuk an organik Pupuk itu dibagi menjadi 2 golongan, yaitu

pupuk tunggal (single fertilizer) dan pupuk majemuk (compound fertilizer).Pupuk

tunggal hanya mengandung satu jenis unsur hara, yaitu N,P, atau K, sedangkan

pupuk majemuk mengandung lebih dari satu unsur hara dalam berbagai

kombinasi. (PSP3-LPPM-IPBet al, 2018).

b. Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma dilaksanakan sebelum pemupukan dan panen.Pengendalian

gulma sebelum pemupukan bertujuan untuk menghindari persaingan penyerapan

hara antara tanaman kopi dengan gulma, sedangkan pengendalian gulma

menjelang panen bertujuan untuk memudahkan dalam pemanenan dan

mengurangi jumlah kehilangan buah yang jatuh ke tanah. Pengendalian gulma

dilaksanakan dengan dua cara yaitu secara manual dan kimia disesuaikan dengan

kebutuhan kebun. Pengendalian gulma secara manual dilaksanakan dengan cara

membabat gulma disekitar tanaman kopi seluas proyeksi tajuk tanaman dengan

6
menggunakan sabit atau cangkul. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan

dengan menggunakan herbisida. Herbisida yang digunakan adalah herbisida

sistemik dengan bahan aktif yaitu Gliphosate, Sulphosate, dengan sasaran selektif

gulma berdaun sempit, 2.4 Damin dengan sasaran utama gulma berdaun lebar

(Febriana et al, 2016).

c. Pemangkasan

Tujuan Pemangkasan adalah mempertahankan ketinggian tanaman dengan tinggi

160 cm untuk memudahkan perawatan atau pemeliharaan dan panen.

Pemangkasan batang tunggal (single stem) terdiri dari pangkas bentuk,

pemeliharaan, dan peremajaan.Pemangkasan bentuk yaitu perlakuan kliping

terutama untuk tanaman yang sulit menumbuhkan cabang reproduktif.

Pemangkasan pemeliharaan atau pemangkasan produksi terdiri atas pangkas lepas

panen (PLP), pangkas seleksi (wiwil selektif) dan wiwil kasar. Cabang-cabang

yang terdapat di tanaman kopi adalah cabang belum berbuah (B0), cabang yang

telah berbuah satu kali (B1), cabang yang yang telah berbuah dua kali (B2), dan

cabang yang telah berbuah tiga kali (B3). Cabang-cabang yang termasuk cabang

produktif adalah cabang B1, B2, dan B3 (Febriana et al, 2016).

Pemangkasan seleksi bertujuan mempersiapkan cabang pemikul buah untuk

persediaan tahun yang akan datang. Pada prinsipnya cabang–cabang yang

berlebihan harus dipangkas agar cahaya matahari dapat masuk ke dalam tajuk dan

sirkulasi udara berlangsung baik, sehingga proses pertumbuhan menjadi baik.

Pemangkasan seleksi dilaksanakan dua kali dalam setahun. Pemangkasan seleksi

mulai dilakukan 23 bulan setelah PLP (Desember–Januari) dengan memilih

7
cabang–cabang yang akan dipelihara pada musim pembungaan yang akan datang.

Pemangkasan halus dilakukan untuk mengurangi kelembaban yang terjadi pada

tanaman, sehingga dapat mengurangi gugur buah. Alat yang digunakan gergaji

dan gunting pangkas (Febriana et al, 2016).

d. Pengendalian Hama dan Penyakit

Penanganan hama dan penyakit kopi merupakan bagian penting pemeliharaan

tanaman kopi dalam rangka mempertahankan potensi produksi kopi sesuai

kapasitas genetiknya. Hama tanaman kopi yang mudah ditemukan di pertanaman

kopi di Indonesia adalah penggerek buah kopi, penggerek cabang kopi, kutu putih,

dan penggerek batang/cabang. Sedangkan penyakit tanaman kopi mencakup karat

daun kopi, bercak daun, busuk buah kopi, jamur upas, penyakit akar dan

nematode. Di antara hama dan penyakit tersebut yang dilaporkan menimbulkan

kerugian besar adalah penggerek buah kopi, karat daun dan nematode (PSP3-

LPPM-IPBet al, 2018).

Pengendalian Hama Tanaman Kopi

a. Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei)

Hama PBKo menyerang semua jenis kopi (Arabika, Robusta, dan Liberika). Ada

dua tipe kerusakan yang disebabkan oleh hama ini, yaitu gugur buah muda dan

kehilangan hasil panen secara kuantitas maupun kualitas. Serangan pada buah

kopi yang bijinya masih lunak mengakibatkan buah tidak berkembang, warnanya

berubah menjadi kuning kemerahan, dan akhirnya gugur, sedangkan serangan

pada buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan mutu biji kopi

karena biji berlubang. Biji kopi yang cacat sangat berpengaruh negatif terhadap

8
susunan senyawa kimianya, terutama pada kafein dan gula pereduksi yang akan

mempengaruhi citarasa.

Pengendalian hama PBKo dapat dilakukan dengan cara:

 Pemupukan dilakukan secara berkala sesuai dosis anjuran, untuk memicu

waktu pembungaan yang relatif seragam sehingga dapat memutus siklus

hidup PBKo.

 Pengendalian gulma setelah panen, agar memudahkan pengambilan sisa-

sisa buah kopi yang jatuh ke tanah.

 Pemangkasan tanaman kopi dan penaungnya dilakukan secara rutin untuk

mengurangi tingkat kelembapan dan suhu lingkungan sehingga

menciptakan kondisi yang kurang cocok untuk perkembangan PBKo.

 Petik bubuk, yaitu memetik semua buah yang sudah terserang PBKo pada

saat 15-30 hari menjelang panen raya. Kemudian semua buah tersebut

direndam dengan air panas atau dikubur untuk membunuh serangga yang

ada di dalam buah.

 Rampasan/racutan, yaitu memetik semua buah kopi yang ada, baik yang

sudah matang maupun yang belum pada akhir masa panen raya.

 Pengendalian secara fisik dan mekanis dengan menggunakan alat dan

senyawa perangkap kumbang betina. Alat perangkap sederhana terbuat

dari botol air mineral yang dicat merah dilubangi di bagian samping untuk

masuk kumbang dan pada bagian dasar diisi air ditambah dengan deterjen

sebagai tempat penampung hama. Senyawa penarik hama (atractant)

9
berupa cairan dengan bahan dasar etanol dalam plastik atau botol kecil

yang digantungkan di dalam alat perangkap.

b. Penggerek Cabang dan Ranting (Xylosandruscompactus L.)

X. compactus ini dianggap sebagai hama yang sangat penting karena mudah

beradaptasi dengan lingkungan, meskipun hidupnya terbatas di daerah panas dan

tropis. Kumbang betina menggerek cabang dan ranting, kemudian meletakkan

telur di dalam lubang gerekan. Larva dan kumbang dewasa aktif menggerek

jaringan kayu dari cabang dan ranting kopi sehingga terputus aliran makanan ke

bagian atas cabang yang mengakibatkan bagian tanaman tersebut mengering.

Lebih dari 224 spesies tanaman, dalam 62 famili, menjadi inang penggerek

cabang ini.

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

 Pemeliharaan tanaman kopi sesuai dengan GAP untuk menjaga kesehatan

tanaman.

 Pemotongan dan pemusnahan bagian tanaman telah terserang, kemudian

dibakar agar telur, larva dan imago yang masih ada di dalamnya mati.

 Pengendalian secara fisik dan mekanis dengan menggunakan alat dan

senyawa perangkap kumbang betina.

 Menggunakan insektisida nabati BIOTRIS yang berbahan aktif alpha-

eleostearic acid.

c. Kutu Hijau (Coccus viridis)

Kutu hijau menyerang tanaman kopi dengan cara mengisap cairan daun dan

cabang yang masih hijau sehingga menyebabkan daun menguning dan mengering.

10
Kutu ini biasanya menggerombol dan tinggal di permukaan bawah daun, terutama

pada tulang daun.Daun atau ranting-ranting muda yang terserang, terutama

permukaan bawah daun ditumbuhi jamur embun jelaga (Capnodium sp.) yang

berwarna hitam.

Pengendalian hama kutu hijau dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

 Pengendalian secara kultur teknis ditekankan pada pemangkasan dan

pengaturan tanaman penaung agar tidak terlalu rimbun.

 Aplikasi insektisida nabati yang paling mudah adalah dengan

menggunakan air rendaman tembakau (1 kg tembakau/ 2 liter air) yang

diencerkan menjadi 10 kali .

 Pemanfaatan musuh alami berupa predator, prasitoid, dan patogen.

Predator yang dilaporkan efektif adalah kumbang Azya lutiepes dan

Halmus chalybeus. Parasitoid yang banyak digunakan adalah

Coccophagus rusti dan Encarsia sp. Selain predator dan parasitoid,

pengendalian biologi untuk mengendalikan C. viridis adalah jamur

patogen serangga, yaitu Lecanicillium lecanii. Jamur ini dapat

menyebabkan kematian kutu hijau sampai 90% selama musim hujan dan

akhir musim kemarau.

Pengendalian Penyakit Tanaman Kopi

a. Penyakit Karat Daun (Hemileia vastatrix)

Gejala penyakit karat daun dapat dilihat pada permukaan atas dan bawah daun,

ditandai dengan bercak kuning-jingga seperti serbuk (powder).Daun yang

terinfeksi timbul bercak kuning, kemudian berubah menjadi cokelat. Jika diamati

11
pada bagian bawah daun tampak bercak yang awalnya berwarna kuning muda,

selanjutnya berubah menjadi kuning tua, pada bagian tersebut akan terlihat jelas

tepung yang berwarna oranye atau jingga. Tepung tersebut adalah uredospora

jamur (H. vastatrix). Gejala lanjut pada daun tampak bercak cokelat saling

bergabung, menjadi lebih besar, kemudian mengering, dan gugur. Pada serangan

berat mengakibatkan hampir seluruh daun gugur sehingga tanaman akan kelihatan

gundul. Pengendalian penyakit ini yaitu dapat dilakukan sebagai berikut:

 Penggunaan varietas tahan. Beberapa klon kopi yang tahan terhadap

penyakit karat daun sudah ditemukan di antaranya S795 dan USDA762.

Kultur teknis meliputi: penyiangan, pemupukan, pemangkasan, dan pengelolaan

naungan. Pengendalian dengan kultur teknis jika dilakukan dengan benar dapat

menurunkan intensitas serangan karat daun.

 Fungisida nabati yang sudah dimanfaatkan untuk mengendalikan penyakit

karat daun adalah ekstrak biji mahoni dengan konsentrasi 0,1–0,2% efektif

menekan penyakit karat daun.

 Fungisida kimia yang digunakan untuk pengendalian karat daun biasanya

berbahan aktif tembaga, seperti tembaga oksida, tembaga khlorida,

tembaga hidroksida, atau tembaga sulfat yang dibuat bubur bordo

b. Penyakit bercak Daun (Cercospora coffeicola)

Gejala serangan pada daun terdapat bercak-bercak bulat, cokelat kemerahan, atau

cokelat tua, berbatas jelas, dan konsentris. Pada bercak yang tua terdapat pusat

12
berwarna putih kelabu, sering tampak seperti tepung hitam yang merupakan

konidium jamur. Pengendalian penyakit ii dapat dilakukan dengan cara:

 Pengendalian dengan fungisida kimia, misalnya fungisida mancozeb

seperti Dhitane dan Delsene.

 Kelembapandikurangi dengan mengurangi penyiraman,menjarangkan atap

penaung sehingga sinar matahari dapat langsung masuk.

 Sanitasi dengan menggunting daun yang sakit kemudian dibakar atau

dibenamkam di dalam tanah.

c. Penyakit Jamur Upas (Upasiasalmonicolor)

Gejala khas serangan jamur upas adalah cabang atau ranting yang terserang layu

mendadak.Serangan dapat terjadi pada cabang yang di bawah, tengah, maupun di

ujung pohon, bahkan dapat terjadi pada batang. Pengendalian penyakit ini dapat

dilakukan dengan

 Cabang yang sakit dipotong sampai batas sehat ditambah 30 cm.

 Kelembapan dikurangi dengan memangkas tanaman kopi dan pengaturan

pohon penaung.

 Ranting yang sakit diolesi dengan fungisida tembaga konsentrasi 10%

seperti Nordox, Cupravit, atau fungisida tridemorf (Calixin RM).

 Batang atau cabang yang besar yang terserang jamur upas dilumas dengan

fungisida.

 Buah-buah yang sakit dipetik, dikumpulkan, dan dibakar atau dipendam

d. Jamur Akar (Rigidoporus lignosus, Phellinus noxiu s, dan Roselina

bunodes).

13
Gejala serangan jamur akar baik jamur akar putih, cokelat, dan hitam, biasanya

sama yaitu daun-daun tanaman sakit menguning, layu, dan rontok. Pengendalian

penyakit ini dapa dilakukan dengan cara:

 Sanitasi dengan membongkar tanaman yang sakit bersama akar-akarnya

sampai bersih, kemudian dibakar.

 Fungisida dioleskan pada pangkal batang/akar tanaman sakit atau sebagai

tindakan preventif dapat menggunakan agens hayati Trichodermasp.

 Membuat parit isolasi sedalam 60–90 cm, untuk mencegah penyebaran

pada tanaman disekitarnya.

 Pengendalian juga dapat menggunakan belerang atau kapur 300 g/pohon

(Harni et al, 2015).

2.3. Rekomendasi pemeliharaantanaman kopi

a. pemupukan

Pemupukan secara tepat dan efektif akan mendorong tanaman kopi untuk

berbunga. Pemupukan sebaiknya dilakukan pada saat kondisi ideal yakni:

ketika musim penghujan tiba, tanah dalam kondisi lembab, serta suhu didaerah

perkebunan mencapai 25 derajat.

 Jenis Pupuk

 Pupuk kandang: berupa limba dari kotoran ternak (sapi, kerbau, kuda,

ayam, babi,dll).

 Pupuk organik hayati: berasal dari tanaman- tanaman penaung.

(gliricidae, dadap, cassia, lamtoro).

14
 Pupuk kompos: berupa limba pertanian (sisa sisa tanaman) dan limba

industri pertanian.

 Cara Pemberian Pupuk

 Ditebar ± 50 cm disekitar pokok tanaman dibawah tajuk.

 Dimasukkan kedalam rorak, berukuran 100x40x40 cm pada jarak 75

cm dari pokok tanaman.

 Menerapkan pola tanaman diversifikasi dengan memanfaatkan pohon

penaung produktif bertajuk tinggi (petai, jengkol, durian), dan trnak

ruminansia (2 ekor/ ha) dalam usaha tani terpadu.

 Waktu Pemupukan

Pemupukan kopi umumnya diberikan 2 kali dalam setahun, terkecuali kopi

muda diberikan lebih dari 2-3 kali.

 Dosis pemupukan pada tanaman kopi

Menurut Pusat Penelitian Tanaman kopi dan Kakao (2006), umur tanaman

dan musim sangat menentukan dosisi pupuk yang digunakan pada tanaman

kopi. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 1. Rekomendasi Dosis Pupuk pada Umur Tanaman dan Musim


Yang Berbeda

Umur Awal musuim huja (gr/ph) Akhir musim hujan


tanaman (gr/ph)
(tahun) Urea SP3 KCI Kieserit Urea SP36 KCI kieserit
6
1 20 15 15 10 20 25 15 10
2 50 40 40 15 50 40 40 15
3 75 50 50 25 75 50 50 25
4 100 50 70 35 100 50 70 35
5-10 150 80 100 50 150 80 100 50

15
>10 200 100 125 70 200 100 125 70
Sumber: Pusat Penelitian Tanamankopi dan Kakao inIdonesia 2006.

b. Pemangkasan

Terdapat 2 sistem pemangkasan kopi yaitu pemangkasan berbatang tunggal dan

pemangkasan berbatang ganda. Sistem pemangkasan yang umum dipraktekkan

adalah sistem pemangkasan berbatang tunggal. Sistem ini mengarah pada

pengaturan peremajaan tanaman dengan hanya menumbuhkan satu batang utama

untuk membentuk cabang-cabang yang meliputi pemangkasanbentuk,

pemangkasan produksi dan pemangkasan rejuvenasi (peremajaan).

1. Pemangkasan Bentuk.

Pemangkasan ini dapat dilakukan dengan cara:

a. Pemenggalan pucuk pohon

- Agar tanaman tidak terlalu tinggi

- Agar pertumbuhan cabang-cabang samping menjadi lebihkuat dan

panjang.

- Kopi Arabika dipangkas setinggi 1,5-1,8 m, sedangkan kopiRobusta

setinggi 1,8-2,5 m dari permukaan tanah.

- Pemangkasan dilakukan pada akhir musim kemarau, agar pertumbuhan

cabang-cabang baik dan kuat.

b. Pemangkasan cabang primer

- Dilakukan agar tanaman tidak membentuk payung.

- Untuk mendorong pembentukan cabang sekunder.

16
- Pemangkasan dilakukan kira-kira 60-80 cm di atas tanah,pada jarak 2-

3 ruas dari batang, kemudian secara berturut-turut dilakukan pada

cabang primer di atasnya.

2. Pemangkasan Produksi

Pemangkasan ini antara lain meliputi:

- Membuang tunas wiwilan (tunas air) yang tumbuh keatas.

- Memangkas cabang balik yang tidak menghasilkan buah.

- Memangkas cabang-cabang tua yang tidak produktif karenatelah berbuah

2-3 kali.

- Memangkas cabang-cabang yang terserang oleh hama danpenyakit.

- Memangkas cabang sekunder yang telah tua.

Gambar 3. Pemangkasan Produksi

3. Pemangkasan Rejuvinasi

Dilakukan terhadap tanaman tua, produksinya rendah, untuk mempermuda atau

meremajakan dan memperbaiki mutu bahan tanaman. Dikerjakan setelah panen

pada awal musim hujan dengan cara:

17
- Batang dipotong miring Utara-Selatan setinggi 30-50 cm.

- Bekas potongan diolesi dengan ter atau aspal untuk mencegah serangan

hama dan penyakit.

- Tanah sekeliling tanaman dicangkul dan diberi pupuk.

- Dari beberapa tunas yang tumbuh pilih 1-2 tunas yang pertumbuhannya

baik dan dipelihara sebagai batang utama atau bahan sambungan.

- Setelah cukup besar dapat disambung dengan jenis yang baik kemudian

dipelihara.

Gambar 4. Pangkasan Peremajaan

c. Pengendalian Hama Penyakit

- Membongkar pohon terserang sampai keakarnya, lalu membakar

(terutama pada penyakit Akar dan Jamur Upas). Lubang bekas bongkaran

di tabur Jamur Trichoderma200 gr.

- Pohon sehat disekitar pohon sakit dan pohon-pohon sisipan ditaburi

Trichoderma 200 gr/pohon dan pupuk kandang/pupuk organik. Diulang

setiap 3 bulan sampai areal tersebut bebas dari jamur. (perlakuan

Trichoderma ini untuk semua jenis penyakit pada tanaman kopi)

18
Prinsip pengendalian dianjurkan adalah pengendalian secara ramah lingkungan,

yaitu Penggunaan Agenhayati Antagonis terhadap Jamur-jamur patogen pembawa

penyakit seperti diatas merupakan langkah yang sangat tepat. Salah satu

agenhayati antagonis terhadap jamur-jamur patogen pembawa penyakit adalah

Trichoderma. Trichoderma merupakan cendawan antagonis yang sangat berperan

membantu mengatasi beberapa jenis penyakit pada tanaman seperti penyakit

diatas. Dimana Cendawan Trichoderma ini dilaporkan sebagai bio Fungisida

karena Trichoderma akan berkompetisi dalam hal nutrisi dengan jamur lain

dilapangan sehingga jamur-jamur patogen pembawa penyakit mati terinfeksi oleh

jamur Trichoderma ini. Sisi lain Trichoderma juga dilaporkan sebagai

biodecomposer atau mikroba pengurai bahan organik menjadi kompos. Sehingga

banyak kalangan petani memanfaatkan biang/isolat Trichoderma sebagai starter

pengomposan pada pembuatan pupuk organik/kompos, seperti membuat kompos

dari jerami dan serasah dedaunan.

- Pengendalian Gulma

1. Pengendalian Gulma secara Mekanik

Terdiri atas lima teknik pengendalian, antara lain:

- Pencabutan

Teknik pencabutan dilaksanakan dengan mencabut atau menyiangi

tumbuhan gulma yang tumbuh di area perkebunan. Kelebihan dari teknik

ini adalah hamper tidak ada dampak negative yeng ditimbulkan.

Walaupun pengerjaannya mudah namuan metode pencabutan ini tidak

terlalu efektif terutama dalam menghilangkan umbi gulma.

19
- Pembabatan

Membabat habis semua gulma yang hidup di perkebunan kopi juga bisa

Anda berlakukan.Metode ini paling pas dilakukan di perkebunan yang

memiliki tanah berkontur miring sebab dapat mencegah terjadinya erosi.

Supaya pelaksanaannya lebih efisien, pembabatan sebaiknya diterapkan

ketika gulma masih berbentuk biji.

- Penginjakkan

Di daerah yang teknologi pertaniannya belum begitu berkembang, gulma

biasanya dikendalikan dengan cara diinjak. Jadi gulma tersebut

dibenamkan ke dalam tanah menggunakan kaki supaya tidak tumbuh lagi.

Pada umumnya, metode ini diterapkan ketika dalam proses persiapan

menanam kopi.

- Pengolahan Tanah

Gulma dapat dikendalikan pula dengan pengolahan tanah. Metode ini

dikenal sebagai upaya yang ramah lingkungan karena sekaligus dapat

memperbaiki karakteristik dan struktur tanah.Paling bagus, pengendalian

gulma memakai pengolahan tanah ini diaplikasikan pada saat

pengendalian gulma semusim dan pengendalian gulma tahunan.

- Pemakaian Mulsa

Pemakaian mulsa untuk mengendalikan gulma berfungsi sebagai penutup

tanah untuk mengurangi intensitas cahaya yang diterima oleh benih gulma.

Dengan demikian potensi harapan hidupnya pun akan berkurang dan

menghambat pertumbuhannya. Hanya saja, keberadaan mulsa kerapkali

20
menjadi sarang hama dan penyakit sehingga perlu pemantauan secara

berkala.

2. Pengendalian Gulma secara Kimiawi

Pengendalian gulma secara kimiawi biasanya memanfaatkan herbisida. Pada

konsentrasi tertentu penggunaan herbisida sangat efektif khususnya bila memicu

terjadinya pengendalian selektif 24D dan dalpon. Ada pula herbisida non-selektif

yang bisa mematikan rumput-rumputan dan tanaman berdaun lebar.

Penggunaan herbisida bisa di pakai ketika masa pra-tanaman, pra-tumuh, dan

pasca tumbuh tanaman kopi. Cara pemberiannya bisa dilakukan dengan perlakuan

merata, perlakuan jalur, penyemproran terara, maupun perlakuakn setempat.

Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi yaitu menghemat tenaga kerja,

pelaksanaannya mudah, hasilnya cepat terlihat, biaya lebih murah dan bisa

menyesuaikan formulasinya. Disisi lain, herbisida menimbulkan kerugian yang

meliputi pencemaran lingkungan, butuh keterampilan khusus, resikonya terbilang

besar serta sulit mendapatkan bahannya.

3. Pengendalian Gulma secara Biologis

Gulma pada tanaman kopi juga bisa dikendalikan memakai metode biologis.

Caranya adalah mematikan pertumbuhan gulma dengan memanfaatkan organisme

lain. Sehingga metode biologis ini cukup sulit dikerjakan dibandingkan dengan

dua metode yang sebelumnya.

21
Terwujudnya metode pengendalian gulma secara biologis harus memenuhi

beberapa persyaratan di antaranya aktifitas penyebaran organisme bisa diatur,

bersifat monofag atau tidak ada tuan rumah, areanya cukup luas, sulit

dikendalikan secara konvensional, dan organisme tersebut harus aman. Jika

syarat-syarat di atas bisa terpenuhi, maka pengendalian secara biologi ini

merupakan metode yang paling efektif dan efisien.

22
BAB III METODOLOGI

3.1. Waktu dan tempat

Pelaksanaan servei ini dilakukan pada bulan Februari 2020, di tiga Desa di Toraja

Utara yaitu Desa Pondan Kecematan Bittuang, Desa Bolokan Kecemaran

Bittuang, dan Desa Maroson Kecematan Rembon, Kabupaten Tanah Toraja

Provinsi, Sulawesi Selatan.

3.2. Alat dan bahan

Alat yang digunakan yaitu alat tulis, buku, dan alat potret (smartphone),

sedangkan bahan yang di gunakan yaitu tanaman kopi.

3.3. Metode pelaksanaan

Metode survei ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data secara langsung di lapangan.

b. Wawancara, yaitu metode yang dilakukan tanya jawab secara langsung

kepada petani kopi.

c. Pengambilan data berdasarkan jumlah produksi, luas lahan, dan hasil

prodiksi 3 tahun terakhir. Data diolah menggunakan metode statistik dan

ditabulasi dalam bentuk tabel.

23

Anda mungkin juga menyukai