Anda di halaman 1dari 23

PERBANDINGAN PRUNING DAN OVER PRUNING

TERHADAP PRODUKSI TANAMAN KELAPA SAWIT


DI PT BARITO PUTRA PLANTATION

TUGAS AKHIR

JUMADIL
1622040224

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

PERBANDINGAN PRUNING DAN OVER PRUNING


TERHADAP PRODUKSI TANAMAN KELAPA SAWIT
DI PT BARITO PUTRA PLANTATION

TUGAS AKHIR

Tanggal Lulus : 01 Juli 2019

i
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

Judul Laporan : Perbandingan Pruning dan Over Pruning


Terhadap Produksi Tanaman Kelapa Sawit
di Pt Barito Putra Plantation
Nama Mahasiswa : Jumadil

Nim : 1622040224

Jurusan : Budidaya Tanaman Perkebunan

Perguruan Tinggi : Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Hari/Tgl Ujian TA : Senin/ 01 Juli 2019

Di Sahkan Oleh

Tim Penguji

1. Junyah Leli Isnaini, SP . MP

2. Ir. Erna Halid, M.Si

3. Sri Muliani, SP.MP

4. Sitti Inderiati, SP.M.Bio.

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Pangkep, Juni 2019

Yang menyatakan,

Jumadil

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena Rahmat

dan Karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini tepat

pada waktunya dengan judul “Perbandingan Pemangkasan (pruning) dan Over

Pruning Terhadap Produksi Tanaman Kelapa Sawit yang Menghasilkan di Pt.

Barito Putra Plantation”.

Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis menyadari adanya

dukungan dan campur tangan dari berbagai pihak, sehingga penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar–besarnya kepada kedua orang tua serta segenap keluarga

yang tak kenal lelah memberikan dorongan serta semangat. Baik itu selama praktik

sampai penyusunan laporan hingga selesai. Melalui kesempatan ini pula, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Junyah Leli Isnaini, SP. MP. Selaku pembimbing I.

2. Ibu Ir. Erna Halid, M.Si selaku pembimbing II.

3. Ibu Sri Muliani, SP.MP selaku penguji I dan Ibu Siti Inderiati, SP.M.Bio. selaku

penguji II

4. Bapak Hermansyah selaku pembimbing lapang di PT. Barito Putra Plantation.

5. Bapak Safingi sebagai asisten lapangan di PT. Barito Putra Plantation.

6. Bapak Dr. Junaedi, S.P.,M.P. selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman

Perkebunan.

7. Bapak Dr. Ir. H. Darmawan, M.P selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri

Pangkep.

iv
8. Para Dosen, Staf dan PLP yang mendampingi kami dalam segala aktivitas

perkulihan di kampus.

9. Para Mandor, Staf, dan Karyawan PT. Barito Putra Plantation (BPP) dalam

praktek kerja lapang.

10. Rekan - rekan seperjuangan di Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan.

Penyusunan laporan ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan oleh karena

itu, penulis dengan rendah hati menerima saran dan kritikan dari pihak pembaca

yang bersifat membangun, sehingga laporan ini bisa menjadi lebih baik. Akhir kata,

besar harapan penulis semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.

Pangkep, Juni 2019

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI .................................................. ii

HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii

RINGKASAN ............................................................................................... ix

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2. Tujuan dan Kegunaan ....................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit .................................................... 3

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit ............................................ 6

2.3. Varietas Tanaman Kelapa Sawit ....................................................... 6

2.4. Pengertian Pemangkasan (Pruning) Tanaman Kelapa Sawit ............ 8

III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................ 11


3.2. Alat dan Bahan .................................................................................. 11
3.3.Metode Pelaksanaan ........................................................................... 11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil .................................................................................................. 12


4.2.Pembahasan ........................................................................................ 13

vi
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan ....................................................................................... 15


5.2. Saran.................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 16

LAMPIRAN .................................................................................................. 18

RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... 21

vii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.

Lampiran 1. Kegiatan Pemangkasan (pruning) ................................................ 17

Lampiran 2. Tanaman Kelapa Sawit yang Sudah di Pangkas (Pruning) ......... 17

Lampiran 3. Kegiatan Penyusunan Pelepah di Gawangan Mati ...................... 17

Lampiran 4. Alat Pemangkasan (dodos) .......................................................... 17

viii
RINGKASAN

Jumadil, 1622040224. Perbandingan Pemangkasan (Pruning) dan Over Pruning


Terhadap Produksi Tanaman Kelapa Sawit di PT Barito Putra Plantation. Di bawah
bimbingan Juniah Leli Isnaini dan Erna Halid.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pemangkasan (pruning)
dan over pruning dari hasil produksi/ton yang baik pada tanaman kelapa sawit.
Dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan April dengan metode observasi.
Hasil pengamatan ini menunjukan bahwa perbedaan hasil produksi pruning lebih
tinggi dari over pruning tanaman kelapa sawit.

ix
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup

penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cukup cerah.

Komoditas kelapa sawit, baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya,

menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa non migas terbesar bagi negara

setelah karet dan kopi. Prospek pasar dunia untuk minyak sawit dan produk

produknya cukup bagus. Karena itu, perkebunan kelapa sawit sekarang telah

diperluas secara besar besaran. Ekspansi areal kebun dilakukan oleh perkebunan

Negara, perkebunan besar swasta, hingga perkebunan rakyat. Pada perkebunan

rakyat, perluasan dilakukan dengan cara mandiri dan juga ada yang bermitra dengan

perusahaan perkebunan. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia luasnya telah

mencapai lebih dari 7 juta hektar. Selain itu, pertumbuhan ekspor minyak sawit juga

menunjukkan peningkatan, pada tahun 2000 ekspor crude palm oil (CPO) kurang

dari 2 juta ton hingga pada tahun 2005 sudah lebih dari 4 juta ton, lalu pada tahun

2011 mencapai lebih dari 12 juta ton (Sunarko, 2014).

Data Badan Pusat Statistik (2017), menunjukkan bahwa luas tanaman

perkebunan kelapa sawit Indonesia semakin meningkat dari tahun 2012 seluas

10.133.320 ha meningkat menjadi 11.300.400 ha di tahun 2015. Sedangkan ekspor

minyak sawit Indonesia sejak tahun 2000 sebesar 4.110.000 ton juga meningkat

terus hingga di tahun 2015 telah menembus angka ekspor sebesar 26.467.600 ton

dengan nilai devisa sebesar 15.385.3 juta US$.

1
Produksi dapat dipertahankan atau dapat ditingkatkan jika pemeliharaan

tanaman lebih diperhatikan. Salah satu pemeliharaan pada tanaman kelapa sawit

yang dapat mempengaruhi peningkatan produksi yaitu pada tahap pemangkasan.

Menurut Vidanarko (2011) salah satu cara dalam meningkatkan produksi kelapa

sawit yaitu dengan melakukan pemangkasan (Pruning) secara teratur.

Pruning atau pemangkasan merupakan salah satu pekerjaan kultur teknis

yang diperlukan dalam upaya peningkatan produktivitas kelapa sawit. Pekerjaan ini

mengandung dua aspek yang saling bertolak belakang, yakni mengusahakan agar

pelepah yang masih produktif (daun masih hijau) tetap dipertahankan, tetapi di lain

pihak kadangkala harus dipotong untuk mempermudah pekerjaan panen dan

kehilangan buah (brondolan tersangkut di pelepah).

Pemangkasan (pruning) merupakan faktor yang harus diperhatikan, karena

bila dilakukan dengan cara yang kurang tepat seperti daun terpotong telalu banyak

akan merangsang pertumbuhan bunga jantan sehingga dapat menurunkan produksi.

Dan jika terlambat dipangkas, pohon akan lebat dan menyulitkan pemanenan buah.

Pemangkasan harus diusahakan sampai batas songgo dua artinya ditinggalkan dua

pelepah di bawah buah.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan pruning dan over

pruning dalam jumlah produsi kelapa sawit.

Kegunaan dari percobaan yaitu untuk menambah wawasan, serta

mengetahui jumlah produksi yang baik antara pruning dan over pruning pada

tanaman kelapa sawit.

2
ll. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008 Morfologi Tanaman Kelapa

Sawit yaitu:

a. Akar

Akar kelapa sawit merupakan tanaman yang berkeping satu (monokotil)

yang sistem perakarannya serabut. Akar yang pertama muncul dari biji yang

berkecambah disebut radikula. Radikula selanjutnya akan mati dan digantikan

dengan akar-akar primer yang tumbuh dari bagian bawah batang, kemudian

bercabang akar skunder, tertier dan kuarter. Diameter akar primer 5-10 mm,

sekunder 2-4 mm, tertier 1-2 mm, dan kuarter 0,1-0,3 mm. Sedangkan akar

primer tumbuh ke bawah sampai 1,5 m.

b. Batang

Batang tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak

bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi

pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia

(ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di

dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak dimakan. Pada batang

tanaman kelapa sawit terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat

kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman

tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas,

sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas.

3
c. Daun

Daun tanaman kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu

burung atau ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri

yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anak-anak daun (foliage leaflet)

tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun. Di tengah-tengah setiap anak daun

terbentuk lidi sebagai tulang daun.

d. Bunga dan buah

Bunga dan Buah tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah

mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga

jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat.

Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan silang (cross pollination).

Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari

pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan atau serangga penyerbuk.

Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicarp),

daging buah (mesocrap) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak,

kulit biji (endocrap) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan

keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak,

serta lembaga (embryo).

Lembaga (embryo) yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke dua arah,

yaitu:

1. Arah tegak lurus ke atas (foto tropy), disebut dengan plumula yang

selanjutnya akan menjadi batang dan daun.

2. Arah tegak lurus ke bawah (geotrophy) disebut dengan radicula yang

selanjutnya akan menjadi akar.

4
Plumula tidak keluar sebelum radikulanya tumbuh sekitar 1 cm. Akar-akar

adventif pertama muncul di sebuah ring di atas sambungan radikula-hipokotil

dan seterusnya membentuk akar-akar sekunder sebelum daun pertama muncul.

Bibit kelapa sawit memerlukan waktu 3 bulan untuk memantapkan dirinya 23

sebagai organisme yang mampu melakukan fotosintesis dan menyerap

makanan dari dalam tanah. Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat.

Semakin tua warnanya berubah menjadi hijau kehitaman, kemudian menjadi

kuning muda, dan setelah matang menjadi merah kuning (orange). Jika sudah

berwarna orange, buah mulai rontok dan berjatuhan (buah leles).

e. Biji Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji

dura afrika panjangnya 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4 gam, sehingga

dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji dura deli memiliki bobot 13 gam per biji, dan

biji tenera afrika rata-rata memiliki bobot 2 gam per biji. Biji kelapa sawit

umumnya memiliki periode dorman (masa non-aktif). Perkecambahannya

dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan sekitar 50%. Agar

perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat keberhasilannya

lebih tinggi, biji kelapa sawit memerlukan pre-treatment.

5
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

Kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan – hutan,

lalu dibudidayakan. Tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan

yang baik agar mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal. Keadaan iklim

dan tanah merupakan faktor utama bagi pertumbuhan kelapa sawit, di samping

faktor – faktor lainnya seperti sifat genetika, perlakuan budidaya, dan penerapan

teknologi lainnya. Kelapa sawit dapat tumbuh pada bermacam jenis tanah. Ciri

tanah yang baik untuk kelapa sawit diantaranya gembur, aerasi dan drainase

baik, kaya akan humus, dan tidak memiliki lapisan padas. Tanaman kelapa sawit

cocok dibudidayakan pada pH 5,5 – 7,0. Curah hujan dibawah 1250 mm/th

sudah merupakan pembatas pertumbuhan, karena dapat terjadi defisit air,

namun jika curah hujan melebihi 2500 mm/th akan mempengaruhi proses

penyerbukan sehingga kemungkinan terjadi aborsi bunga jantan maupun bunga

jantan maupun bunga betina menjadi lebih tinggi. Ketinggian tempat yang baik

untuk ditanam tanaman kelapa sawit yaitu antara 0 – 500 m dpl dengan

kemiringan lereng sebesar 0 – 3 % (Tim Bina Karya Tani, 2009).

2.3. Varietas Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman

monokotil yang tergolong dalam famili palmae. Tanaman kelapa sawit digolongkan

berdasarkan ketebalan tempurung (cangkang) dan warna buah (Pahan, 2012).

Menurut Pahan (2012), berdasarkan ketebalan cangkang, tanaman kelapa sawit

dibagi menjadi tiga varietas, yaitu:

6
1. Varietas Dura, dengan ciri-ciri yaitu ketebalan cangkangnya 2-8 mm, dibagian

luar cangkang tidak terdapat lingkaran serabut, daging buahnya relatif tipis,

dan daging biji besar dengan kandungan minyak yang rendah. Varietas ini

biasanya digunakan sebagai induk betina oleh para pemulia tanaman.

2. Varietas Pisifera, dengan ciri-ciri yaitu ketebalan cangkang yang sangat tipis

(bahkan hampir tidak ada). Daging buah pissifera tebal dan daging biji sangat

tipis. Pisifera tidak dapat digunakan sebagai bahan baku untuk tanaman

komersial, tetapi digunakan sebagai induk jantan oleh para pemulia tanaman

untuk menyerbuki bunga betina.

3. Varietas Tenera merupakan hasil persilangan antara dura dan pisifera. Varietas

ini memiliki ciri-ciri yaitu cangkang yang yang tipis dengan ketebalan 1,5 – 4

mm, terdapat serabut melingkar disekeliling tempurung dan daging buah yang

sangat tebal. Varietas ini umumnya menghasilkan banyak tandan buah.

Berdasarkan warna buah, tanaman kelapa sawit terbagi menjadi 3 jenis yaitu:

1. Nigescens , dengan ciri-ciri yaitu buah mudanya berwarna ungu

kehitamhitaman, sedangkan buah yang telah masak berwarna jingga kehitam-

hitaman.

2. Virescens, dengan ciri-ciri yaitu buah mudanya berwarna hijau, sedangkan buah

yang telah masak berwarna jingga kemerah-merahan dengan ujung buah tetap

berwarna hijau. 3. Albescens, dengan ciri-ciri yaitu buah mudanya berwarna

keputih-putihan, sedangkan buah yang telah masak berwarna kekuning-

kuningan dengan ujung buah berwarna ungu kehitaman (Adi, 2011).

7
2.4. Pengertian Pemangkasan (Pruning) Tanaman Kelapa Sawit

Pruning atau pemangkasan merupakan salah satu pekerjaan kultur teknis

yang diperlukan dalam upaya peningkatan produktivitas kelapa sawit. Pekerjaan ini

mengandung dua aspek yang saling bertolak belakang, yakni mengusahakan agar

pelepah yang masih produktif (daun masih hijau) tetap dipertahankan, tetapi di lain

pihak kadangkala harus dipotong untuk mempermudah pekerjaan panen dan

memperkecil losses (brondolan tersangkut di pelepah).

Dalam satu tahun kelapa sawit dapat menghasilkan 20-30 pelepah daun.

Kemampuan produksi tersebut menurun menjadi 18-25 pelepah daun seiring

dengan dengan pertambahan umur tanaman. Dengan demikian rata-rata produksi

pelepah adalah 1,5-2,5 pelepah/bulan. Namun, hanya sekitar 8-22 pelepah daun

yang ditemukan bunga atau buah, sedangkan pelepah lainnya tidak menghasilkan

bunga atau buah. Pelepah daun yangmenghasilkan bunga atau buah disebut pelepah

penyangga (songgo) dan pelepah yang tidak menghasilkan bunga dan buah disebut

pelepah kosong. Pelepah penyangga akan dipangkas bersamaan dengan panen

buah, sedangkan pelapah kosong akan dipangkas secara rutin dengan interval waktu

tertentu diluar waktu panen. Untuk terus melangsungkan metabolisme yang baik,

seperti proses fotosintesis dan respirasi maka jumlah pelepah pada setiap batang

tanaman harus dipertahankan dalam jumlah tertentu sesuai dengan umur tanaman.

Untuk tanaman berumur 3-8 tahun, jumlah pelepah yang optimal sekitar 48-56 (6-

7 lingkaran duduk daun) dan untuk tanaman yang berumur lebih dari 8 tahun,

jumlah pelepah sekitar 40-48 pelepah (5-6 lingkaran duduk daun). Pemangkasan

dilakukan 6 bulan sekali untuk tanaman menghasilkan. Pemangkasan dapat

dilakukan dengan menggunakan alat chisel (dodos). Alat yang digunakan dalam

8
pemangkasan berbeda menurut pertambahan umur tanaman kelapa sawit (Fauzi

dkk,2008).

Menurut Widodoro (2012) pemangkasan dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Pemangkasan pendahuluan, dilakukan 6 bulan sekali sebelum tanaman

memasuki fase tanaman menghasilkan (TM).

2. Pemangkasan periodik, dilaksanakan setelah tanaman memasuki fase

TM, biasanya secara periodik 6 bulan sekali.

3. Pemangkasan panen, dilakukan bersamaan dengan panen yaitu memotong 1-2

daun samping dari daun penyangga.

Menurut Sunarko (2014), pemangkasan bertujuan untuk menjaga tajuk

tanaman yang sehat. Dengan cara, membuang daun yang lebat, mati atau

kering, rusak, dan terserang hama penyakit. Selain itu, tujuan pemangkasan

untuk mempertahankan luas daun yang optimal dan menjaga kebersihan

tanaman, sehingga tercipta lingkungan yang bersih serta menghambat resiko

terserang hama dan penyakit. Pemangkasan juga berguna untuk mempermudah

pemanenan, pengamatan buah masak, dan menghindari tersangkutnya

berondolan buah di pelepah daun. Pada tanaman yang baru memasuki masa

TM harus dilakukan pemangkasan dengan tujuan untuk mempermudah

pembersihan piringan dan pelaksanaan pemupukan. Pemangkasan dibedakan

menjadi tiga jenis, yaitu pemangkasan pendahuluan yang dilakukan enam

bulan sebelum tanaman memasuki periode TM, lalu pemangkasan periodik

yang dilakukan pada TM dengan rotasi tertentu, dan pemangkasan panen yang

dilakukan sekaligus saat panen.

9
Menurut Pardamean (2014), pemangkasan pelepah daun bertujuan untuk

mencegah serangan hama penyakit, berkembangnya pakisan dan tikus,

mempermudah panen buah, serta mempelancar penyerbukan, selain

membuang daun yang tidak berfungsi. Pelepah daun dipotong mendekati

batang dengan bekas potongan miring keluar berbentuk tapak kuda membentuk

sudut 300. Alat yang dipakai, yaitu dodos. Jika terlambat dipangkas, pohon

akan gondrong dan menyulitkan pemanenan buah. Pemangkasan harus

diusahakan sampai batas songgo dua (ditinggalkan dua pelepah di bawah buah)

10
III. METODELOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan ini dilakukan pada bulan Januari 2019 yang berlokasi di

Perkebunan PT. Barito Putra Plantation Kecematan Marahaban, Kabupatan Barito

Kuala, Kalimantan Selatan,

3.2. Alat dan Bahan

a. Alat yaitu:

Alat yang digunakan yaitu alat tulis menulis, kamera dan alat

pangkas (dodos,parang).

b. Bahan yaitu:

Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah tanaman kelapa

sawit yang akan dipangkas sesuai dengan yang direkomendasikan oleh

perusahaan PT. Barito Putra Plantation

3.3. Metode Pelaksanaan

Adapun metode yang digunakan yaitu metode observasi adalah teknik

pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan

selama kegiatan percobaan di PT Barito Putra Plantation. Pengambilan sampel

dilakukan dengan metode purposive sampling.

11
Cara prngambilan sampel yaitu menentukan blok dan tahun tanam, blok

yang diambil sebanyak satu blok per tahun. Blok yang di pilih adalah blok yang di

beri perlakuan pruning oleh perusahaan.

12
13

Anda mungkin juga menyukai