)
KLON S1 PADA PEMBERIAN BERBAGAI TAKARAN
BOKASI
TUGAS AKHIR
Oleh:
DIFA ANGGRAENI
1522040411
i
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tdak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oelh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Difa Anggraeni
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan hidayahnyalah sehingga penulis dapat menyusun
laporan tugas akhir yang berjudul.
Laporan tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
kasih kepada Ayahanda Hasanuddin dan Nenek Nurhayati serta segenap keluarga
yang selalu membantu baik moril dan material sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan tugas akhir ini . ucapan terima kasih dan penghargaan
kepada Muhammad Yusuf, SP., M.P dan Dr. junaedi, S.P., M.Si yang telah
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halalan
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2.Tujuan dan Kegunaan .................................................................. 3
1.3.Hipotesis ...................................................................................... 3
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
ABSTRAK
ix
1
I. PENDAHULUAN
Kakao adalah salah satu komoditas unggulan perkebunan yang prospektif serta
diusahakan melalui perkebunan rakyat (± 94,01%). Sampai tahun 2010 areal kakao
telah mencapai Ha dengan produksi ton dan tersebar di 32 provinsi. Kakao merupakan
salah satu komoditas unggulan perkebunan sebagai penghasil devisa negara, sumber
Pada tahun 2009, luas areal tanaman kakao di Indonesia mencapai 1.587.136 ha
yang terdiri dari 1.491.808 ha (93,9%) Perkebunan Rakyat, 49.489 ha Perkebunan Besar
Negara dan 45.839 ha Perkebunan Besar Swasta, dengan jumlah petani yang terlibat
secara langsung sebanyak 1.475.353 KK. Produksi sebesar 809.583 ton menempatkan
Indonesia sebagai negara produsen terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading
(1.380.000 ton). Ekspor kakao Indonesia pada tahun 2009 mencapai 521,3 ribu ton
dengan nilai US$ 1,3 milyar menempatkan kakao sebagai penghasil devisa terbesar
ketiga sub sektor perkebunan setelah kelapa sawit dan karet. Sentra kakao Indonesia
tersebar di Sulawesi (63,8%), Sumatera (16,3%), Jawa (5,3%), Nusa Tenggara Timur,
Nusa Tenggara Barat dan Bali (4,0%), Kalimantan (3,6%), Maluku dan Papua
Indonesia merupakan salah satu negara pembudidaya tanaman kakao paling luas
di dunia dan termasuk negara penghasil kakao terbesar ketiga setelah Ivory-Coast dan
Ghana, yang nilai produksinya mencapai 1.315.800 ton/tahun. Dalam kurun waktu 5
tahun terakhir, perkembangan luas areal perkebunan kakao meningkat secara pesat
dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 8%/tahun dan saat ini mencapai 1.462.000 ha.
Hampir 90% dari luasan tersebut merupakan perkebunan rakyat (Karmawati, dkk.,
2010). Tanaman kakao berasal dari Amerika Selatan, kemudian menyebar ke Amerika
Utara, Afrika, dan Asia. Di Indonesia, kakao dikenal sejak tahun 1560, namun menjadi
komoditi penting sejak tahun 1951. Komoditas kakao memegang peran penting dalam
(KTI) khususnya daerah Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan.
Sebagai komoditas terpenting ketiga setelah karet dan kelapa sawit, kakao merupakan
salah satu sumber utama pendapatan petani di 30 propinsi yang menyediakan lapangan
kerja dan sumber pendapatan bagi 900 ribu kepala keluarga petani di KTI (Basri, dkk.,
2012).
1.3.Hipotesis
Diduga dalam pemberian perlakuan pupuk bokashi pada campuran media tanam
dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan bibit tanaman kakao.
3
Bokashi adalah Bahan Organik Kaya akan Sumber Hayati. Bokashi merupakan
hasil fermentasi bahan organik dari limbah pertanian (pupuk kandang, jerami, sampah,
sekam serbuk gergaji, rumput dan lain-lain.) dengan menggunakan EM-4. EM-4
digunakan untuk proses pembuatan bokashi, yang dapat menjaga kesuburan tanah
Bokashi selain dapat digunakan sebagai pupuk tanaman juga dapat digunakan sebagai
pakan ternak.
Tingginya harga pupuk kimia buatan dan kelangkaan pupuk di sejumlah wilayah
saat ini sangat meresahkan para petani. Sejumlah petani di beberapa daerah bahkan
telah mulai melirik jenis pupuk lain sebagai pengganti pupuk kimia buatan yang
digunakan. Salah satu jenis pupuk yang dapat menggantikan kehadiran pupuk kimia
Bokasi adalah bahan organik kaya akan sumber hayati, bokashi merupakan hasil
fermentasi bahan organik dari limbah pertanian (pupuk kandang, jerami, sampah, sekam
serbuk gergaji, rumput, dan lain-lain.) dengan menggunakan EM-4. EM-4 (Efektif
untuk proses pembuatan bokashi, yang dapat menjaga kesuburan tanah sehingga
selain dapat digunakan sebagai pupuk tanaman juga dapat digunakan sebagai pakan
4
ternak. Pupuk bokashi merupakan salah satu pupuk organik yang banyak memberikan
sekeliling tanaman, sehingga terjadi peningkatan kandungan unsur hara secara efektif
terkait dengan sangat rendahnya kandungan karbon organik dalam tanah, yaitu 2%.
2,5%. Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik
kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang
fisik dan kandungan kimia yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan
pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi. Selain itu, peranannya
cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan. Pupuk
organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase
perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus. Bahan organik juga
5
berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat
Penambahan bahan organik di samping sebagai sumber hara bagi tanaman, juga
sebagai sumber energi dan hara bagi mikroba. Bahan dasar pupuk organik yang berasal
dari sisa tanaman sedikit mengandung bahan berbahaya. Penggunaan pupuk kandang,
limbah industri dan limbah kota sebagai bahan dasar kompos berbahaya karena banyak
mengandung logam berat dan asam-asam organik yang dapat mencemari lingkungan.
Selama proses pengomposan, beberapa bahan berbahaya ini akan terkonsentrasi dalam
produk akhir pupuk. Untuk itu diperlukan seleksi bahan dasar kompos yang
mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3). Pupuk organik dapat berperan
sebagai pengikat butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan
pupuk. Keadaan ini memengaruhi penyimpanan, penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu
tanah. Bahan organik dengan karbon dan nitrogen yang banyak, seperti jerami atau
sekam lebih besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan
Klon ini berproduksi optimal pada tahun kelima setelah tanam dengan potensi
produksi sekitar 1,5-2,5 ton/ha pertumbuhannya. Klon ini memiliki kadar lemak 49-
53%/100 gramnya. Morfologi klon Sulawesi 1 ini adalah bentuk buah panjang berwarna
merah, tidak mempunyai leher botol, permukaan buah halus 10,23 cm kerutan pada
buah dangkal dengan warna merah. Biji berbentuk dan pantat buah runcing. Panjang
buah mencapai 20,17 cm dengan diameter oval, daun berbentuk panjang sempit dengan
6
flusberwarna merah, percabanagan yang berbentuk mengarah keatas. Klon ini cukup
toleran terhadap serangan hama penyakit, pbk 2,25% busuk buah 1,27% VSD 1,50%.
Tanaman kakao dapat di perbanyak secara generatif dan vegetatif. Namun secara
umum, pembibitan kakao secara geeratif lebih sering dilakukan para petani. Mungkin
menggunakan setek, okulasi, cangkok atau kultur jaringan. Terdapat beberapa kelebihan
Teknik generatif lebih praktis karena benih bisa disimpan dalam waktu lama,
pengiriman benih lebih fleksibel dan tanaman berdiri kokoh karena memiliki akar
tunjang. Hanya saja, dengan teknik ini sifat-sifat tanaman belum tentu seragam dan bisa
saja berlainan dengan tanaman induknya. Ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan
tersebut antara lain penyiapan benih tanaman, penyiapan tempat pembibitan kakao,
proses perkawinan antara dua tanaman induk yang terpilih melalui organ bunga pada
salah satu induk, kemudian terjadi penyerbukan dan menghasilkan buah dengan
kandungan biji di dalamnya. Biji ini dapat ditanam untuk menumbuhkan tanaman yang
baru yang memungkinkan terjadinya variasi karakter, mulai dari sistem perakaran,
batang, bunga dan daun yang tergantung dari indukan yang terpilih.
7
perakarannya yang kuat dan rimbun, oleh karena itu sering dijadikan sebagai batang
bawah untuk okulasi atau sambungan. Selain itu, tanaman hasil perbanyakan secara
generatif juga digunakan untuk program penghijauan dilahanlahan kritis yang lebih
ada beberapa kelemahan perbanyakan secara generatif, yaitu sifat biji yang dihasilkan
sering menyimpang dari sifat pohon induknya. Jika ditanam ratusan atau ribuan biji
yang berasal dari satu pohon induk yang sama akan menghasilkan banyak tanaman baru
dengan sifat yang beragam. Ada sifat yang sama atau bahkan lebih unggul dibandingkan
dengan sifat pohon induknya, namun ada juga yang sama sekali tidak membawa sifat
unggul pohon induk, bahkan lebih buruk sifatnya. Keragaman sifat dipengaruhi oleh
mutasi gen dari pohon induk jantan dan betina (Agro Media, 2007).
vegetative tanaman (daun, tunas, batang, akar, jaringan, organ) dapat menjadi alternatif
bagi industri bibit karena tidak tergantung pada musim buah. Keberhasilan pembibitan
sangat dipengaruhi oleh kecocokan metode, kondisi lingkungan, dan jenis tanaman
(Djam’an, 2009).
Bahan yang digunakan untuk perbanyakan secara vegetatif bisa berupa akar, batang,
cabang, bisa juga daun. Sampai saat ini bagian vegetatif bagian vegetatif tanaman kakao
yang banyak digunakan sebagai bahan tanam untuk perbanyakan vegetatif adalah
batang atau cabang yang disebut dengan entres (kayu okulasi). Ciri entres yang baik
antara lain tidak terlalu muda dan tua, ukurannya yang relatif sama dengan batang
8
bawah, tidak terkena hama dan penyakit, dan masih segar. Perbanyak vegetatif tanaman
kakao dapat dilakukan dengan cara okulasi, setek, atau kultur jaringan. Perbanyakan
vegetatif yang dilakukan adalah dengan cara okulasi, karena penyetekan masih sulit
dilakukan di tingkat perkebun. Sementara itu, perbanyakan secara kultur jaringan masih
dalam penelitian. Okulasi dilakukan dengan menempelkan mata kayu pada kayu batang
bawah yang telah disayat kulit kayunya dengan ukuran tertentu, diikat, dan dipelihara
sesuai dengan entres yang digunakan. Jika entres berasal dari cabang ortotrop, tanaman
yang dihasilkan akan mempunyai pertumbuhan seperti tanaman yang berasal dari biji.
Jika entres berasal dari cabang plagiotrop, pertumbuhan tanaman yang dihasilkan akan
menggunakan bagian-bagian tanaman seperti cabang, ranting, pucuk, daun, umbi dan
akar. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut
agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang dan daun
bulan Januari 2018 yang berlokasi Screen House Budidaya Tanaman Perkebunan
Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah, polybag, penggaris,
3.3.Metode Pelakasanaan
dengan perlakuan media tanam (P) yang terdiri dari (empat) perlakuan yaitu
P0 = tanah (kontrol),
Jenis klon kakao yang digunakan berasal dari klon S1. Kemudian dari empat
perlakuan tersebut diulang sebanyak 3 kali, dan setiap ulangan terdapat dua unit
3.4.Pelaksanaan Percobaan
Buah biji kakao yang akan digunakan sebagai benih, dikupas dan dilakukan
sortasi biji. Biji yang digunakan adalah biji yang berada di bagian tengah buah kakao
karena diharapkan mempunyai ukuran dan bentuk yang relatif seragam. Kemudian biji
dibersihkan pulp (lendir) dengan menggunakan abu dapur dan pasir halus, setelah biji
kakao dibersihkan maka dilakukan persemaian 2-3 hari kemudian dilakukan penanaman
3. Pemeliharaan
penyiangan, penyiraman ini dilakukan pada pagi hari dan sore hari atau tergantung pada
dibersihkan.
11
4. Parameter Pengamatan
1. Tinggi Tanaman
Diukur mulai dari pangkal batang hingga sampai ujung daun dengan interval 3
2. Jumlah Daun
3. Diameter Batang
Diukur pada bagian batang atau di bagian pangkal yang paling besar dengan
Penyemaian biji kakao dilakukan selama dua sampai tiga hari, kemudian