Anda di halaman 1dari 20

PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.

)
KLON S1 PADA PEMBERIAN BERBAGAI TAKARAN
BOKASI

TUGAS AKHIR

Oleh:

DIFA ANGGRAENI
1522040411

PRODI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2018

i
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tdak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oelh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, 23 Mei 2018


Yang menyatakan,

Difa Anggraeni

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan hidayahnyalah sehingga penulis dapat menyusun
laporan tugas akhir yang berjudul.
Laporan tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk

menyelesikan studi pada jurusan Budidaya Tanaman perkebunan Politehnik

Pertanian Negeri Pangkep. Melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima

kasih kepada Ayahanda Hasanuddin dan Nenek Nurhayati serta segenap keluarga

yang selalu membantu baik moril dan material sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan tugas akhir ini . ucapan terima kasih dan penghargaan

kepada Muhammad Yusuf, SP., M.P dan Dr. junaedi, S.P., M.Si yang telah

membimbing dalam penyusunan laporan ini,. Selanjutnya ucapan terima kasih

juga disammpaikan kepada :

1. Dr. Ir. H. Darmawan, M.P. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri


Pangkep.
2. Dr. Junaedi, S.P., M.Si selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman
Perkebunan .
3. Muhammad Yusuf., S.P. M.P. dan Dr. Junaedi, S.P., M.Si selaku dosen
pembimbing I dan II.
4. Sri Muliani, S.P., M.P dan Nildayanti, S.P., M.P selaku dosen penguji I
dan II.
5. Seluruh staf dosen dan teknisi Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan.

Penyusunan laporan ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Olehnya


itu, penulis dengan rendah hati menerima saran dan kritikan dari pihak pembaca
yang bersifat membangun menuju perbaikan laporan ini dengan baik. Akhir kata,
besar harapan penulis semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.

Pangkep, 25 April 2018

Penulis

v
DAFTAR ISI
Halalan

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii
ABSTRAK ..................................................................................................... x

BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2.Tujuan dan Kegunaan .................................................................. 3
1.3.Hipotesis ...................................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1.Pupuk Organik Bokashi ............................................................... 3
2.2.Pembibitan Tanaman Kakao.. ...................................................... 6

BAB III. METODE KEGIATAN


3.1. Waktu dan Tempat ...................................................................... 9
3.2. Alat dan Bahan ............................................................................ 8
3.3. Metode Pelaksanaan.................................................................... 9
3.4. Pelaksanaan Percobaan ...............................................................
10BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil ............................................................................................ 12
4.2. Pembahasan ................................................................................ 14
BAB V. PENUTUP
5.1.Kesimpulan .................................................................................. 16
5.2.Saran ............................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17

LAMPIRAN .................................................................................... ............. 21

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 23

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tinggi tanaman (cm) pada bibit klon kakao S1


pengamatan umur 2 minggu setelah tanam ................................ 12

Gambar 2. Jumlah daun (helai) pada bibit klon kakao S1


pengamatan umur minggu setelah tanam .................................. 12

Gambar 3. Diameter batang (cm) pada bibit klon kakao S1


pada pengamatan umur 2 minggu setelah tanam ...................... 13

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dena penyusunan polybag di lapangan .................................. 19

Lampiran 2. Rata-rata pengamatan tinggi tanaman (cm)


bibit tanaman kakao 3 BST ..................................................... 20

Lampiran 3. Rata-rata pengamatan jumlah daun (helai)


bibit tanaman kakao 3 BST ..................................................... 22

Lampiran 4. Rata-rata pengamatan Diameter batang (cm)


bibit tanaman kakao 3 BST ..................................................... 24

viii
ABSTRAK

Difa Anggraeni 1522040411. Pertumbuhan Bibit Kakao Klon S1 pada Pemberian


Berbagai Takaran Bokashi (Theobroma cacao L.), dibawah bimbingan
Muhammad Yusuf dan Junaedi.

Percobaan ini dilaksanakan di Screen House Jurusan Budidaya Tanaman


Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep yang dimulai pada bulan
November 2017 sampai januari 2018. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
uji efektivitas pertumbuhan terhadap bibit tanaman kakao klon S1 dengan
pemberian bokashi sebagai media tumbuh Po kontrol (tanah), P1 tanah + bokashi
dengan perbandingan (1:1), P2 tanah + bokashi dengan perbandingan (1:2), dan
P3 tanah + bokashi dengan perbandingan (2:1). Hasil percobaan menunjukkan
bahwa media tanam P1 tanah + bokashi dengan perbandingan (1:1) memiliki
pertambahan tinggi tanaman tertinggi (rata-rata 34,27 cm) dan jumlah daun
terbesar (rata-rata 16,67 helai) serta diameter batang terbesar (rata-rata 0,55 cm).

Kata kunci: Bokashi, bibit kakao, pertumbuhan.

ix
1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kakao adalah salah satu komoditas unggulan perkebunan yang prospektif serta

berpeluang besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena sebagian besar

diusahakan melalui perkebunan rakyat (± 94,01%). Sampai tahun 2010 areal kakao

telah mencapai Ha dengan produksi ton dan tersebar di 32 provinsi. Kakao merupakan

salah satu komoditas unggulan perkebunan sebagai penghasil devisa negara, sumber

pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja petani, mendorong pengembangan

agribisnis dan agroindustri, pengembangan wilayah serta pelestarian lingkungan

(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012).

Pada tahun 2009, luas areal tanaman kakao di Indonesia mencapai 1.587.136 ha

yang terdiri dari 1.491.808 ha (93,9%) Perkebunan Rakyat, 49.489 ha Perkebunan Besar

Negara dan 45.839 ha Perkebunan Besar Swasta, dengan jumlah petani yang terlibat

secara langsung sebanyak 1.475.353 KK. Produksi sebesar 809.583 ton menempatkan

Indonesia sebagai negara produsen terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading

(1.380.000 ton). Ekspor kakao Indonesia pada tahun 2009 mencapai 521,3 ribu ton

dengan nilai US$ 1,3 milyar menempatkan kakao sebagai penghasil devisa terbesar

ketiga sub sektor perkebunan setelah kelapa sawit dan karet. Sentra kakao Indonesia

tersebar di Sulawesi (63,8%), Sumatera (16,3%), Jawa (5,3%), Nusa Tenggara Timur,

Nusa Tenggara Barat dan Bali (4,0%), Kalimantan (3,6%), Maluku dan Papua

(7,1%)(Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, 2012).


2

Indonesia merupakan salah satu negara pembudidaya tanaman kakao paling luas

di dunia dan termasuk negara penghasil kakao terbesar ketiga setelah Ivory-Coast dan

Ghana, yang nilai produksinya mencapai 1.315.800 ton/tahun. Dalam kurun waktu 5

tahun terakhir, perkembangan luas areal perkebunan kakao meningkat secara pesat

dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 8%/tahun dan saat ini mencapai 1.462.000 ha.

Hampir 90% dari luasan tersebut merupakan perkebunan rakyat (Karmawati, dkk.,

2010). Tanaman kakao berasal dari Amerika Selatan, kemudian menyebar ke Amerika

Utara, Afrika, dan Asia. Di Indonesia, kakao dikenal sejak tahun 1560, namun menjadi

komoditi penting sejak tahun 1951. Komoditas kakao memegang peran penting dalam

perekonomian nasional dan merupakan komoditas andalan Kawasan Timur Indonesia

(KTI) khususnya daerah Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan.

Sebagai komoditas terpenting ketiga setelah karet dan kelapa sawit, kakao merupakan

salah satu sumber utama pendapatan petani di 30 propinsi yang menyediakan lapangan

kerja dan sumber pendapatan bagi 900 ribu kepala keluarga petani di KTI (Basri, dkk.,

2012).

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis pupuk

bokashi terhadap pertumbuhan bibit kakao.

1.3.Hipotesis

Diduga dalam pemberian perlakuan pupuk bokashi pada campuran media tanam

dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan bibit tanaman kakao.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pupuk Organik Bokasi

Bokashi adalah Bahan Organik Kaya akan Sumber Hayati. Bokashi merupakan

hasil fermentasi bahan organik dari limbah pertanian (pupuk kandang, jerami, sampah,

sekam serbuk gergaji, rumput dan lain-lain.) dengan menggunakan EM-4. EM-4

(Efektif Microorganisme-4) merupakan bakteri pengurai dari bahan organik yang

digunakan untuk proses pembuatan bokashi, yang dapat menjaga kesuburan tanah

sehingga berpeluang untuk meningkatkan produksi dan menjaga kestabilan produksi.

Bokashi selain dapat digunakan sebagai pupuk tanaman juga dapat digunakan sebagai

pakan ternak.

a. Manfaat dan Dosis

Tingginya harga pupuk kimia buatan dan kelangkaan pupuk di sejumlah wilayah

saat ini sangat meresahkan para petani. Sejumlah petani di beberapa daerah bahkan

telah mulai melirik jenis pupuk lain sebagai pengganti pupuk kimia buatan yang

digunakan. Salah satu jenis pupuk yang dapat menggantikan kehadiran pupuk kimia

buatan adalah bokasi.

Bokasi adalah bahan organik kaya akan sumber hayati, bokashi merupakan hasil

fermentasi bahan organik dari limbah pertanian (pupuk kandang, jerami, sampah, sekam

serbuk gergaji, rumput, dan lain-lain.) dengan menggunakan EM-4. EM-4 (Efektif

Mikroorganisme-4) merupakan bakteri pengurai dai bahan prganik yang digunakan

untuk proses pembuatan bokashi, yang dapat menjaga kesuburan tanah sehingga

berpeluang untuk meningkatkan produksi dan menjaga kestabilan produksi. Bokashi

selain dapat digunakan sebagai pupuk tanaman juga dapat digunakan sebagai pakan
4

ternak. Pupuk bokashi merupakan salah satu pupuk organik yang banyak memberikan

manfaat bagi masyarakat. Dengan penggunaan pupuk bokashi diharapkan dapat

membantu menyuburkan tanaman, mengembalikan unsure hara dalam tanah, sehingga

kesuburan tanah tetap terjaga dan ramah lingkungan.

b. Kandungan Pupuk Bokashi

Pada umumnya, pupuk organik buatan digunakan dengan cara menyebarkannya di

sekeliling tanaman, sehingga terjadi peningkatan kandungan unsur hara secara efektif

dan efisien bagi tanaman yang diberi pupuk organik tersebut.

Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian

intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, terutama

terkait dengan sangat rendahnya kandungan karbon organik dalam tanah, yaitu 2%.

Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan karbon organik sekitar

2,5%. Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik

kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan

kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang

dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan.

Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik

fisik dan kandungan kimia yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan

pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi. Selain itu, peranannya

cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan. Pupuk

organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase

perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus. Bahan organik juga
5

berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat

meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman.

Penambahan bahan organik di samping sebagai sumber hara bagi tanaman, juga

sebagai sumber energi dan hara bagi mikroba. Bahan dasar pupuk organik yang berasal

dari sisa tanaman sedikit mengandung bahan berbahaya. Penggunaan pupuk kandang,

limbah industri dan limbah kota sebagai bahan dasar kompos berbahaya karena banyak

mengandung logam berat dan asam-asam organik yang dapat mencemari lingkungan.

Selama proses pengomposan, beberapa bahan berbahaya ini akan terkonsentrasi dalam

produk akhir pupuk. Untuk itu diperlukan seleksi bahan dasar kompos yang

mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3). Pupuk organik dapat berperan

sebagai pengikat butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan

pupuk. Keadaan ini memengaruhi penyimpanan, penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu

tanah. Bahan organik dengan karbon dan nitrogen yang banyak, seperti jerami atau

sekam lebih besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan

bahan organik yang terdekomposisi seperti kompos.

c. Jenis klon kakao S1

Klon ini berproduksi optimal pada tahun kelima setelah tanam dengan potensi

produksi sekitar 1,5-2,5 ton/ha pertumbuhannya. Klon ini memiliki kadar lemak 49-

53%/100 gramnya. Morfologi klon Sulawesi 1 ini adalah bentuk buah panjang berwarna

merah, tidak mempunyai leher botol, permukaan buah halus 10,23 cm kerutan pada

buah dangkal dengan warna merah. Biji berbentuk dan pantat buah runcing. Panjang

buah mencapai 20,17 cm dengan diameter oval, daun berbentuk panjang sempit dengan
6

flusberwarna merah, percabanagan yang berbentuk mengarah keatas. Klon ini cukup

toleran terhadap serangan hama penyakit, pbk 2,25% busuk buah 1,27% VSD 1,50%.

2.2. Pembibitan Tanaman Kakao

a. Perbanyakan Secara Generatif

Tanaman kakao dapat di perbanyak secara generatif dan vegetatif. Namun secara

umum, pembibitan kakao secara geeratif lebih sering dilakukan para petani. Mungkin

karena dirasa lebih praktis. Perbanyakan generatif adalah teknik memperbanyak

tanaman dengan menggunakan biji, sedangkan perbanyakan vegetatif biasanya

menggunakan setek, okulasi, cangkok atau kultur jaringan. Terdapat beberapa kelebihan

dan kekurangan perbanyakan generatf dibanding vegetatif.

Teknik generatif lebih praktis karena benih bisa disimpan dalam waktu lama,

pengiriman benih lebih fleksibel dan tanaman berdiri kokoh karena memiliki akar

tunjang. Hanya saja, dengan teknik ini sifat-sifat tanaman belum tentu seragam dan bisa

saja berlainan dengan tanaman induknya. Ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan

dalam pembibitan kakao menggunakan teknik perbanyakan generatif. Tahapan-tahapan

tersebut antara lain penyiapan benih tanaman, penyiapan tempat pembibitan kakao,

penyemaian, penyiapan media tanam, pemindahan kecambah dan pemeliharaan bibit.

Perbanyakan tanaman secara generatif merupakan perbanyakan yang melalui

proses perkawinan antara dua tanaman induk yang terpilih melalui organ bunga pada

salah satu induk, kemudian terjadi penyerbukan dan menghasilkan buah dengan

kandungan biji di dalamnya. Biji ini dapat ditanam untuk menumbuhkan tanaman yang

baru yang memungkinkan terjadinya variasi karakter, mulai dari sistem perakaran,

batang, bunga dan daun yang tergantung dari indukan yang terpilih.
7

Keunggulan tanaman hasil perbanyakan secara generatif adalah system

perakarannya yang kuat dan rimbun, oleh karena itu sering dijadikan sebagai batang

bawah untuk okulasi atau sambungan. Selain itu, tanaman hasil perbanyakan secara

generatif juga digunakan untuk program penghijauan dilahanlahan kritis yang lebih

mementingkan konservasi lahan dibandingkan dengan produksi buahnya. Sementara itu

ada beberapa kelemahan perbanyakan secara generatif, yaitu sifat biji yang dihasilkan

sering menyimpang dari sifat pohon induknya. Jika ditanam ratusan atau ribuan biji

yang berasal dari satu pohon induk yang sama akan menghasilkan banyak tanaman baru

dengan sifat yang beragam. Ada sifat yang sama atau bahkan lebih unggul dibandingkan

dengan sifat pohon induknya, namun ada juga yang sama sekali tidak membawa sifat

unggul pohon induk, bahkan lebih buruk sifatnya. Keragaman sifat dipengaruhi oleh

mutasi gen dari pohon induk jantan dan betina (Agro Media, 2007).

b. Perbanyakan Secara Vegetatif

Pembibitan secara vegetatif merupakan pembibitan yang menggunakan bagian

vegetative tanaman (daun, tunas, batang, akar, jaringan, organ) dapat menjadi alternatif

bagi industri bibit karena tidak tergantung pada musim buah. Keberhasilan pembibitan

sangat dipengaruhi oleh kecocokan metode, kondisi lingkungan, dan jenis tanaman

(Djam’an, 2009).

Bahan yang digunakan untuk perbanyakan secara vegetatif bisa berupa akar, batang,

cabang, bisa juga daun. Sampai saat ini bagian vegetatif bagian vegetatif tanaman kakao

yang banyak digunakan sebagai bahan tanam untuk perbanyakan vegetatif adalah

batang atau cabang yang disebut dengan entres (kayu okulasi). Ciri entres yang baik

antara lain tidak terlalu muda dan tua, ukurannya yang relatif sama dengan batang
8

bawah, tidak terkena hama dan penyakit, dan masih segar. Perbanyak vegetatif tanaman

kakao dapat dilakukan dengan cara okulasi, setek, atau kultur jaringan. Perbanyakan

vegetatif yang dilakukan adalah dengan cara okulasi, karena penyetekan masih sulit

dilakukan di tingkat perkebun. Sementara itu, perbanyakan secara kultur jaringan masih

dalam penelitian. Okulasi dilakukan dengan menempelkan mata kayu pada kayu batang

bawah yang telah disayat kulit kayunya dengan ukuran tertentu, diikat, dan dipelihara

sampai menempel dengan sempurna walaupun tanpa ikatan lagi.

Tanaman kakao hasil perbanyakan vegetatif memiliki bentuk pertumbuhan yang

sesuai dengan entres yang digunakan. Jika entres berasal dari cabang ortotrop, tanaman

yang dihasilkan akan mempunyai pertumbuhan seperti tanaman yang berasal dari biji.

Jika entres berasal dari cabang plagiotrop, pertumbuhan tanaman yang dihasilkan akan

seperti cabang plagiotrop dengan bentuk pertumbuhan seperti kipas.

Perbanyakan tanaman secara vegetatif akan menghasilkan populasi tanaman

homogen dalam sifat-sifat genetiknya. Perbanyakan secara vegetatif dilakukan dengan

menggunakan bagian-bagian tanaman seperti cabang, ranting, pucuk, daun, umbi dan

akar. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut

agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang dan daun

sekaligus. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara cangkok,

rundukan, setek dan kultur jaringan (AgroMedia,2007).


9

BAB III. METODOLOGI

3.1.Waktu dan Tempat

Percobaan pertumbuhan bibit kakao dilaksanakan pada bulan Oktober sampai

bulan Januari 2018 yang berlokasi Screen House Budidaya Tanaman Perkebunan

Politehnik Pertanian Negeri Pangkep.

3.2.Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah, polybag, penggaris,

jangka sorong, ember, cangkul, gembor, dan alat tulis menulis.

Bahan yang digunakan adalah kakao, pupuk bokasi, dan tanah.

3.3.Metode Pelakasanaan

Percobaan ini dilaksanakan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK),

dengan perlakuan media tanam (P) yang terdiri dari (empat) perlakuan yaitu

P0 = tanah (kontrol),

P1 = media tanah + pupuk bokashi (1:1),

P2 = media tanah + pupuk bokashi perbandingan media (1:2) dan

P3 = media tanah + pupuk bokashi (2:1).

Jenis klon kakao yang digunakan berasal dari klon S1. Kemudian dari empat

perlakuan tersebut diulang sebanyak 3 kali, dan setiap ulangan terdapat dua unit

polybag sehinggaa jumlah keseluruhan adalah 24 unit percobaan.


10

3.4.Pelaksanaan Percobaan

Adapun langkah-langkah percobaan sebagai berikut:

1. Persiapan Media Tanam

Dalam persiapan media tanam dimulai dengan pengisian media ke dalam

polybag yang ukuran 20 cm + 30 cm, selanjutnya polybag disusun berdasarkan denah

rancangan acak kelompok. tiga perlakuan empat ulangan.

2. Penanaman Biji Kakao

Buah biji kakao yang akan digunakan sebagai benih, dikupas dan dilakukan

sortasi biji. Biji yang digunakan adalah biji yang berada di bagian tengah buah kakao

karena diharapkan mempunyai ukuran dan bentuk yang relatif seragam. Kemudian biji

dibersihkan pulp (lendir) dengan menggunakan abu dapur dan pasir halus, setelah biji

kakao dibersihkan maka dilakukan persemaian 2-3 hari kemudian dilakukan penanaman

pada media polibag.

3. Pemeliharaan

Pada saat di melakukan Pemeliharaan adalah penyiraman, penggemburan dan

penyiangan, penyiraman ini dilakukan pada pagi hari dan sore hari atau tergantung pada

kondisi media tanam. Penggemburan dilakukan apabila tanah mulai memadat,

sedangkan penyiangan dilakukan apabila terdapat gulma dalam polibag akan

dibersihkan.
11

4. Parameter Pengamatan

Parameter pertumbuhan yang di amati selama diukur meliputi:

1. Tinggi Tanaman

Diukur mulai dari pangkal batang hingga sampai ujung daun dengan interval 3

minggu setelah tanam, dalam satuan (cm).

2. Jumlah Daun

menghitung jumlah daun yang terbentuk sempurna dengan interval 3 minggu

setelah tanam, dalam satuan (helai).

3. Diameter Batang

Diukur pada bagian batang atau di bagian pangkal yang paling besar dengan

interval 3 minggu setelah tanam, dalam satuan (mm).

Penyemaian biji kakao dilakukan selama dua sampai tiga hari, kemudian

dilakuakn penanaman benih ke dalam polibag yang terdapat perlakuan di dalamnya.

Pengamatan pertama di lakukan setelah tanaman berumur tiga minggu.

Anda mungkin juga menyukai