Anda di halaman 1dari 34

PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP HASIL PRODUKTIVITAS SI

KELAPA SAWIT PADA UMUR DAN TOPOGRAFI BERBEDA

SKRIPSI

Disusun Oleh:

MHD RIZKI ANANDA


16/18086/BP

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN STIPER

YOGYAKARTA

2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP HASIL PRODUKTIVITAS

KELAPA SAWIT PADA UMUR DAN TOPOGRAFI BERBEDA

Disusun Oleh:

MHD RIZKI ANANDA


16/18086/BP

Telah dipertanggungjawabkan didepan Dosen Penguji Program Studi

Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian STIPER Yogyakarta

Pada tanggal

Dosen Pembimbing : Erick Firmansyah, SP. M.Sc. ………..

Dosen Penguji : Ir. Sri Gunawan, M.P ………..

Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian

Dr. Dimas Deworo Puruhito S.P., M.P.

ii
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri.

Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau

diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata

penulisan karya ilmiah yang lazim.

Yogyakarta, 15 September 2021

Yang menyatakan,

Mhd Rizki Ananda

iii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini dapat selesai atas
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, pada kesempatan ini penyusun
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunianya yang
dilimpahkan bagi penulis.
2. Kedua orang tua saya yang memberi kasih sayang dan dukungan penuh
baik secara moril maupun materil yang telah diberikan sehingga penulis
dapat menyelesaikannya.
3. Erick Firmansyah, SP. M.Sc. selaku dosen pembimbing.
4. Ir. Sri Gunawan, M.P selaku Dosen Penguji.
5. Rektor Institut Pertanian Stiper Yogyakarta.
6. Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Stiper Yogyakarta.
7. Ketua Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Stiper Yogyakarta.
8. Kepada seluruh mahasiswa/i kelas SPKS-A 2016 yang telah memberikan
dukungan dan bantuan dalam penyelesaian skripsi.
9. Kepada keluarga trading saya yaitu Rizal budimam, Theo Purba, Echa
Renaldi dan Dewi selaku penasehat.
10. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu sehingga selesainya
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.
Penyusun berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi mahasiswa Institut Pertanian STIPER Yogyakarta guna
menambah wawasan dan pengetahuaan di bidang pertanian.

Yogyakarta, 15 September 2021

Penyusun

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................ii
SURAT PERNYATAAN.................................................................................iii
KATA PENGANTAR......................................................................................iv
DAFTAR ISI....................................................................................................v
DAFTAR TABEL............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................vii
RINGKASAN...................................................................................................viii

I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan Penelitian..................................................................................4
D. Manfaat Penelitian................................................................................4

II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5


A. Kelapa Sawit.........................................................................................5
B. Topografi...............................................................................................7
C. Pemupukan............................................................................................9
D. Umur Tanaman.....................................................................................10
E. Hipotesis...............................................................................................11

III. METODE PENELITIAN........................................................................12


A. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................12
B. Metode Dasar 12
C. Jenis Data yang Diambil.......................................................................12
D. Analisis Data 13

IV. HASIL PENELITIAN.............................................................................14


V. PEMBAHASAN.......................................................................................17
VI. KESIMPULAN........................................................................................20
A. Kesimpulan.........................................................................................20
B. Saran...................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................21
LAMPIRAN.....................................................................................................23

v
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Rerata produktivitas sawit pada topografi dan dosis pemupukan yang
berbeda (ton ha-1 bulan -1)......................................................................14

Tabel 2. Pengaruh Topografi terhadap Produktivitas Kelapa Sawit (ton ha-1


tahun-1)..................................................................................................14

Tabel 3. Pengaruh Topografi terhadap Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit
(ton ha-1 tahun-1)....................................................................................15

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Pengaruh Topografi terhadap Produktivitas Kelapa Sawit...............16

Gambar 2. Pengaruh Topografi terhadap jumlah TBS Kelapa Sawit.................16

vii
RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan
terhadap produktivitas kelapa sawit pada umur kelapa sawit dan topografi yang
berbeda: (1) pengaruh pemupukan terhadap produksi kelapa sawit pada umur
tanaman yang berbeda, (2) pengaruh pemupukan terhadap produksi kelapa
sawit pada topografi yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan metode survey yaitu dengan melihat secara
langsung guna untuk memperoleh data atau fakta-fakta. Penelitian ini
menggunakan data sekunder selama 5 tahun yang meliputi: curah hujan,
topografi lahan, riwayat pemupukan, produktivitas, dan jumlah tandan buah
segar (TBS). Teknik analisis data menggunakan Analisis varians (Anova) atau
sidik ragam, untuk mengetahui untuk melihat pengaruh variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel terikat pada jenjang α = 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pemupukan tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap produtivitas kelapa sawit pada umur tanaman yang
berbeda dan (2) pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas
kelapa sawit pada topografi yang berbeda.

Kata kunci: Pemupukan, Hasil Produksi, Kelapa Sawit, Umur, Topografi

viii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kelapa sawit merupakan jenis tanaman perkebunan berupa pohon.

Tanaman ini mulai ditanam sebagai tanaman komersial di indonesia sejak

1911. Indonesia merupakan negara penhasil kelapa sawit terbesar didunia.

Kebutuhan buah kelapa sawit meningkat tajam seiiring dengan

meningkatnya kebutuhan CPO didunia. Luas kebun kelapa sawit dari tahun

ke tahun cenderung menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikkan.

Pada tahun 1969 luas areal hanya 120.000 ha dan menjadi 5,16 juta ha pada

tahun 2017 telah mencapai 12,30 juta ha. Berdasarkan tingkat penguasaan

lahan hingga tahun 2017, 10 juta petani menguasai 4.756.272 ha, 163 badan

usaha milik negara 752.585 ha, 761 dan perkebunan besar swasta

menguasai 6.798.000 ha [ CITATION Dit17 \l 1033 ]. Cari data Statistik

kelapa sawit 2019 (luas lahan sawit 16,38 juta ha

Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki

prospek sebagai tanaman multiguna dan sumber devisa perekonomian

nasional. Perkebunan kelapa sawit 10 tahun terakhir telah diperluas secara

besar-besaran dengan pola perkebunan besar, pola kebun inti-plasma, pola

kemitraan bagi hasil, dan pola-pola lainnya. Luas perkebunan kelapa sawit

pada tahun 2017 baru mencapai 12.307.677 ha [ CITATION Dit17 \l 1033 ]

Secara umum, kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil berakar

serabut. Terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah

dan horizontal ke samping. Serabut akar tersebut, bercabang-cabang ke atas

1
dan ke bawah membentuk akar sekunder, kemudian bercabang lagi menjadi

akar tersier, begitu seterusnya, sehingga pertumbuhan akar ke samping lebih

banyak dan lebih kuat. Akar tersier dan akar kuarter memiliki jumlah yang

sangat banyak dan membentuk massa yang sangat lebat dekat permukaan

tanah. Tanaman kelapa sawit tidak memiliki rambut (bulu) akar, sehingga

diperkirakan penyerapan unsur hara dilakukan oleh akar kuarter. Dengan

perakaran tersebut, kelapa sawit seharusnya dibudidayakan di tanah maupun

lahan yang subur [ CITATION Sun141 \l 1033 ].

Pada lahan yang bertopografi miring atau berbukit, perlu dibuat teras

bersambung (continous terace) maupun teras individu (tapak kuda, plat

form) yang dapat mengurangi bahaya erosi, sekaligus juga dapat

mengawetkan tanah sehingga mampu menyimpan air dengan baik. Pada

lahan berbukit proses pemanenan dirasa sedikit sulit, dibandingkan lahan

yang bertopografi datar. Hal ini karena konsep jaringan jalan pada areal

berbukit dibuat sesuai dengan kontur tanah. Selain itu faktor kekurangan

unsur hara yang disebabkan dari hilangnya pupuk yang diberikan karena

erosi atau hilang tercuci air hujan lebih besar sehingga berpengaruh

terhadap produktivitas maupun pertumbuhan kelapa sawit. [ CITATION

Mus18 \l 1033 ]

Topografi di dalam satu unit kebun sering kali bervariasi mulai dari

dataran, perbukitan dan berlereng curam. Hal ini terjadi karena luas areal

yang baik untuk satu unit kebun tidak mencukupi jika dikaitkan dengan

kapasitas pabrik yang telah dibangun sehingga perlu dilakukan perluasan

2
areal berlereng meskipun disadari bahwa faktor pembatas lahan tersebut

sangat besar sehingga produktivisnya berbeda-beda.

Selain faktor topografi, pemupukan juga mempengaruhi

pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit. Produktivitas tanaman yang

tinggi pada perkebunan kelapa sawit dewasa ini tidak terlapis dari peranan

pemupukan yang baik. Biaya pemupukan tergolong tinggi yaitu 30% dari

total biaya produksi atau 40-60% dari total pemeliharaan. Pupuk adalah

salah satu sumber unsur hara yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan

dan produksi kelapa sawit (Akiyat, 2008).

Salah satu efek pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu

meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi

tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman

terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan.

Selain itu, pemupukan bermamfaat melengkapi persediaan unsur hara

didalam tanah sehingga keutuhan tanaman terpengaruhi dari pada akhirnya

tercapai daya hasil produksi yang maksimal. Pupuk juga menggantikan

unsur hara yang hilang kerena pencucuian dan terangkut dikonversi melalui

produk yang dihasilkan (TBS) serta memperbaiki kondisi yang tidak

menguntungkan atau mempertahankan kondisi tanah yang baik untuk

pertumbuhan kelapa sawit. [ CITATION Pah08 \l 1033 ].

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

3
1. Bagaimana pengaruh pemupukan terhadap produksi kelapa sawit pada

umur tanaman yang berbeda?

2. Bagaimana pengaruh pemupukan terhadap produksi kelapa sawit pada

topografi yang berbeda?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh pemupukan terhadap produksi kelapa sawit

pada umur tanaman yang berbeda.

2. Untuk mengetahui pengaruh pemupukan terhadap produksi kelapa sawit

pada topografi yang berbeda.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

pengaruh pemupukan terhadap produksi kelapa sawit pada umur dan

topografi yang berbeda dengan tujuan untuk mengetahui hasil panen yang

baik bagi pengusaha perkebunan maupun petani kelapa sawit.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman

yang berasal dari Afrika Barat. Namun, ada sebagian pendapat mengatakan

bahwa kelapa sawit berasal dari kawasan Amerika Selatan yaitu Brazil. Hal

ini karena lebih banyak ditemukan spesies tanaman kelapa sawit di hutan

Brazil dibanding di Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit tumbuh

subur di luar daerah asalnya, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand dan Papua

Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang tinggi.

[ CITATION Fau12 \l 1033 ].

Kelapa sawit pertama kali masuk Indonesia pada tahun 1848 yang di

bawa oleh pemerintah kolonial Belanda, tepatnya di Kebun Raya Bogor.

Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial

pada tahun 1911, dan perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia

ialah Adrien Hallet seorang berkebangsaan Belgia. Dan sampai saaat ini,

perkebunan kelapa sawit telah berkembang lebih jauh sejalan dengan

kebutuhan dunia akan minyak nabati dan produk industri. Produk minyak

5
kelapa sawit merupakan komponen penting dalam perdagangan minyak

nabati dunia [ CITATION Pah111 \l 1033 ] (Pahan, 2011)

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara

27°C dengan suhu maksimum 33°C dan suhu minimum 22°C sepanjang

tahun. Curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk

pertumbuhan kelapa sawit adalah 1.250-3.000 mm yang merata sepanjang

tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari 3), curah hujan optimal

berkisar 1.750-2.500 mm. Lama penyinaran yang optimal adalah 6 jam per

hari dan kelembaban nisbi untuk kelapa sawit pada kisaran 50-90%

(optimalnya pada 80%). Elevasi untuk pengembangan tanaman kelapa sawit

adalah kurang dari 400 m dari permukaan laut (dpl) (Sulistyo, 2010).

Pelepah yang masih tertinggal pada batang akan terkelupas sehingga

kelihatan batang kelapa sawit berwarna hitam beruas. Dalam 1-2 tahun

pertama perkembangan batang lebih mengarah ke samping, diameter batang

dapat mencapai 60 cm. Setelah itu, perkembangan mengarah ke atas sehingga

diameter batang hanya sekitar 40 cm dan pertumbuhan meninggi berlangsung

cepat. Namun, pemanjangan batang kelapa sawit berlangsung relatif lambat

(Sunarko, 2014).

Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian diantaranya, kumpulan

anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak daun

(midrib). Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat. Tangkai daun

(petiole) yang merupakan bagian daun dan batang. Seludang daun (sheath)

yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberi kekuatan

6
pada batang. Perkembangan dan menuanya daun kelapa sawit secara

individual terjadi dalam arah basipetal (dari atas ke bawah). Pada daun

nomor nol, rachis sudah memanjang secara lengkap, sedangkan anak-anak

daun sudah membuka semua pada daun nomor satu. Luas daun meningkat

secara progresif pada umur sekitar 8-10 tahun setelah tanam. Produksi daun

per tahun pada tanaman yang secara genetik sama, tetapi ditanam pada

lingkungan berbeda ternyata berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh

perbedaan curah hujan dan kesuburan tanah. Luas daun pada umur yang sama

beragam dari satu daerah ke daerah yang lain, tergantung dari faktor-faktor,

seperti kesuburan dan kelembapan tanah serta tingkat stress (penutupan

stomata). Faktor intensitas cahaya yang sampai ke kanopi tanaman juga

sangat berpengaruh pada jumlah daun kelapa sawit (Pahan, 2011).

Kelapa sawit merupakan tanaman yang paling produktif dengan

produksi minyak per Ha yang paling tinggi dari seluruh tanaman penghasil

minyak nabati lainnya. Agribisnis kelapa sawit adalah salah satu dari sedikit

industri yang merupakan keunggulan kompetitif Indonesia untuk bersaing di

tingkat Global.

B. Topografi

Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah,

termasuk di dalamnya adalah perbedaan kemiringan lereng, panjang lereng,

bentuk lereng dan posisi lereng [ CITATION Har93 \l 1033 ].Topografi

merupakan salah satu karakter tanah penting yang menentukan kecocokan

tanah untuk kepentingan pertanian [ CITATION Par03 \l 1033 ]. Komponen

7
topografi yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

adalah permukaan lahan, kemiringan lereng, arah kemiringan lereng, dan

ketinggian tempat. Bentuk permukaan lahan berpegaruh terhadap drainase

tanah, sudut kemiringan lereng berpengaruh terhadap perbandingan run off

dan infiltrasi air, sedangkan ketinggian tempat berpengaruh terhadap faktor

biotik disekitar tanaman.

Daerah dengan curah hujan tinggi menyebabkan pergerakan air pada

satu lereng menjadi tinggi pula sehingga dapat menghanyutkan partikel-

partikel tanah. Proses penghancuran dan transportasi oleh air akan

mengangkut berbagai partikelpartikel tanah, bahan organik, unsur hara, dan

bahan tanah lainnya.

Penanaman pada areal dengan topografi curam memungkinkan

terjadinya erosi yang mengakibatkan lapisan tanah atas semakin tipis.

Kondisi ini mengakibatkan terjadinya penurunan perkembangan bunga dan

fruit set, serta penurunan produktivitas tanaman (Harjowigeno, 1993).

Semakin tinggi derajat kemiringan pada lereng maka bidang runtuh pada

lereng akan semakin besar pula. Dari pengukuran diperoleh sudut runtuh

untuk lereng dengan kemiringan 30o adalah 26,56o. Keruntuhan lereng

dengan kemiringan yang kurang dari 40o terjadi pada bagian kaki lereng,

sedangkan keruntuhan di bagian kaki hingga puncak lereng terjadi pada

lereng dengan kemiringan lebih dari 60o. Kadar air pada lereng meningkat

30% hingga 47% akibat rembesan. Peningkatan kadar air tanah ini

menyebabkan berkurangnya kuat geser tanah berkisar 2% hingga 19,5%.

8
Secara umum bahwa kuat geser tanah mengalami penurunan akibat

rembesan air (Muntohar, 2006). Arsyad (1982) mengajukan klasifikasi

kesesuaian lahan sebanyak 6 kelas yaitu: lahan kelas I yang tergolong sangat

baik, lahan kelas II yang sesuai untuk segala jenis pertanian, kelas III sesuai

dengan hambatan kerusakan yang lebih besar, kelas IV sesuai dengan

hambatan yang lebih besar dibanding kelas III, kelas V tidak sesuai dan kelas

VI tidak sesuai yang lebih parah dibanding kelas V.

C. Pemupukan

Budidaya kelapa sawit meliputi beberapa tahapan kegiatan salah

satunya kegiatan pemeliharaan yang memerlukan perhatian intensif yaitu

pemupukan. Hal tersebut karena biaya pemupukan tergolong tinggi, kurang

lebih 30 % dari total biaya produksi atau 40-60 % dari biaya pemeliharaan

sehingga menuntut pihak praktisi perkebunan untuk secara tepat menentukan

jenis dan kualitas pupuk yang akan digunakan dan mengelolanya mulai dari

pengadaan hingga aplikasinya di lapangan baik secara teknis maupun

manajerial (Winarna et al., 2003).

Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik

(buatan), bila ditambahkan ke dalam tanah ataupun tanaman dapat menambah

unsur hara. Pemupukan adalah cara atau metode pemberian pupuk. Jadi

pupuk adalah bahannya sedangkan pemupukan adalah cara pemberiannya.

Pupuk banyak macam dan jenisnya serta berbeda pula sifat-sifatnya dan

berbeda pula reaksi dan peranannya di dalam tanah dan tanaman

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

9
Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), berdasarkan senyawanya

pupuk terbagi atas pupuk organik, yakni pupuk yang berupa senyawa

organik. misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dan guano.

Sedangkan pupuk anorganik atau mineral, yakni semua pupuk buatan, baik

pupuk tunggal maupun majemuk.

 Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup

yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai,

misalnya pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari

sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk

organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi

jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah tetapi kandungan bahan organik

di dalamnya sangatlah tinggi (Novizan, 2007).

Pupuk organik sangat penting sebab memperbaiki struktur tanah,

menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di

dalam tanah dan mengandung zat makanan tanaman (Rinsema, 1993). Pupuk

anorganik (pupuk buatan) adalah pupuk yang terbuat dari proses rekayasa

biologis, kimia, atau fisika. Defenisi pupuk anorganik umumnya mengacu

pupuk yang diproduksi oleh pabrik-pabrik pupuk untuk memenuhi kebutuhan

unsur-unsur hara tanaman yang kurang atau tidak tersedia di alam.

D. Umur Tanaman

Produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh umur tanaman,

tanaman tua berumur lebih dari 15 tahun memiliki tandan yang lebih berat

dibandingkan dengan tanaman yang muda. Untuk kelapa sawit yang berumur

10
di atas 10 tahun, berat tandan rata-rata sama untuk setiap tahunnya. Semakin

tinggi kandungan unsur hara di dalam tanah, semakin tinggi juga

produktivitas kelapa sawit.

Umur ekonomis kelapa sawit yang dibudidayakan umumnya 25 tahun,

pada umur lebih dari 25 tahun tanaman sudah tinggi sehingga sulit dipanen.

Tandannya pun sudah jarang sehingga diperhitungkan tidak ekonomis lagi.

Pengelompokan berdasarkan umur tanaman adalah: 3-8 tahun tergolong

muda, 9-13 tahun tergolong remaja, 14-20 tahun tergolong dewasa.

Dimasukkan potensi produksi kelapa sawit pada kelas keseusian lahan

yang berbeda

E. Hipotesis

1. Pemupukan pada umur tanaman yang berbeda akan berpengaruh terhadap

produksi kelapa sawit

2. Pemupukan pada topografi yang berbeda akan berpengaruh terhadap

produksi kelapa sawit

11
III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT.Gutrie Pecconina Indonesia,

Kelurahan Sungai Medak, Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin,

Sumatera Selatan. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan September

sampai Oktober 2020.

B. Metode Dasar: Menjawab Tujuan

C. Perlakuan pemupukan

D. data topografi dll

E. Sampel di afdeling/blok mana??

F.

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode survey yaitu

dengan melihat secara langsung guna untuk memperoleh data atau fakta-

fakta. Metode survey bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang

variabel dari sekolompok obyek (populasi). Dalam metode survey, pengkaji

memilih kelompok subjek dari populasi sebagai responden kajian,

12
mengambil informasi dari responded dan seterusnya menganalisis informasi

tersebut untuk menjawab pertanyaan kajian. Subjek kajian dipilih dari

populasi melalui prosedur sampel acak. Hasil analisis digeneralisasi dari

subjek kepada seluruh populasi. Kebanyakan kajian survey menguraikan

ciri-ciri populasi melalui taburan frekuensi dan persentase (Mustari et al.,

2012).

G. Jenis Data yang Diambil

Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga

pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna (Hanke

dan Reitsch, 1998). Secara singkat dapat dikatakan bahwa data sekunder

adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain (Kuncoro, 2009; Hamid

dan Susilo, 2011). Data selama 5 tahun yang dikumpulkan dalam penelitian

ini berupa:

1. Curah hujan datan dan analisisnya mana??

2. Topografi lahan datanyan mana

3. Riwayat pemupukan datanya mana

4. Produktivitas datanya mana, bulanan, tahunan

5. Jumlah Tandan Buah Segar (TBS)

H. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan 2 analisis data yaitu:

1. Analisis deskriptif

13
Metode deskriptif kuantitatif merupakan suatu metode analisis yang

mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan suatu fenomena, peristiwa,

gejala, dan kejadian yang terjadi secara faktual, sistematis, serta akurat.

2. Analisis varians (sidik ragam)

Analisis varians (Anova) adalah uji untuk melihat pengaruh variabel

bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

3. Uji T 2 Sampel

Analisis T 2 sampel dilakukan untuk mengetahui perbedaan curah hujan

dan produksi antara lahan datar dan berbukit.

IV. HASIL PENELITIAN

Sidik ragam pengaruh topografi dan pemupukan sebagai variabel bebas

terhadap produktivitas kelapa sawit sebagai variabel terikat ditunjukkan pada

Tabel 1. Data tersebut merupakan rerata produktivitas dari 2 blok pada masing-

masing topografi. Data diperoleh dari tahun tanam 2009.

Tabel 1. Rerata produktivitas sawit pada topografi dan dosis pemupukan yang
berbeda (ton ha-1 bulan -1) Berbeda nyata???
Dosis Pupuk Compound 44 (MT bhs indonesia ha-1) Rerata
7
Topografi pertana
0 1 2 3 4 5 6 man
jadinya
berapa
Datar 1,87 1,72 1,97 2,5 2,31 1,87 1,9 2,00 1,88 p
Berbukit 1,63 1,6 1,89 1,44 2,29 1,87 1,9 2,00 1,53 p

14
Rerata 1,7 b 1,7 c 1,9 ab 1,9 ab 2,3 a 1,9 ab 1,9 ab 2,0 ab (-)
Ket.: angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris atau kolom tidak
menunjukkan perbedaan nyata pada jenjang 5%
: (-) tidak terjadi interaksi nyata
Data Mentah yg belum di olah mana??? Perlakuan pemukan 0 sd 7

dilokasi mana saja sampelnya. Dan datanya mana

Hasil analisis varian menunjukkan tidak terjadi interaksi nyata antara

topografi dan dosis pupuk terhadap produktivitas kelapa sawit. Pemberian

pupuk compound 44 dengan dosis 4 MT/Ha memberikan dampak terhadap

produktivitas terbaik namun tidak berbeda nyata dibanding perlakuan lain,

kecuali dibandingkan perlakuan 0 dan 1 MT/ha. Topografi berbeda tidak

memberikan perbedaan yang nyata terhadap produktivitas kelapa sawit.

Sidik ragam pengaruh topografi sebagai variabel bebas terhadap

produktivitas kelapa sawit sebagai variabel terikat ditunjukkan pada Tabel 2.

Data tersebut merupakan rerata produktivitas dari 2 blok yang memiliki tahun

tanam 2009 pada masing-masing topografi.

Tabel 2. Pengaruh Topografi terhadap Produktivitas Kelapa Sawit (ton ha-1


tahun-1) dibandingkan dengan potensi
Topograf Rata-
Tahun
i Rata
  2015 2016 2017 2018 2019  
Datar 24,7 a 18,23 a 21,64 a 23,62 a 20,56 a 21,75
Berbukit 19,3 b 17,26 b 17,90 a 23,40 a 17,93 a 19,15
Rerata 22 17,745 19,77 23,51 19,245 (+)
Ket.: angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom tidak
menunjukkan perbedaan nyata pada jenjang 5%
(+): Terjadi Interaksi Nyata

15
Hasil analisis varian menunjukkan topografi memberikan pengaruh

nyata terhadap produktivitas kelapa sawit pada tahun 2015 dan 2016. Sementara

pada tahun 2017-2019 topografi yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata

terhadap produktivitas kelapa sawit.

Sidik ragam pengaruh topografi sebagai variabel bebas terhadap jumlah

Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit sebagai variabel terikat ditunjukkan

pada Tabel 3. Data tersebut merupakan rerata produktivitas dari 2 blok yang

memiliki tahun tanam 2009 pada masing-masing topografi.

Tabel 3. Pengaruh Topografi terhadap Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit
(ton ha-1 tahun-1) bandingkan dengan potensi
Topograf Tahun Rerata
i 2015 2016 2017 2018 2019
Datar 5351 a 3508 a 3888 a 3886 a 3959 a 4118
Berbukit 2751 b 2460 b 2411 b 3092 a 2501 b 2643
Rerata 4051 2984 3150 3489 3230 (+)

Ket.: angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom tidak
menunjukkan perbedaan nyata pada jenjang 5%
(+): terjadi interaksi nyata

Hasil analisis varian menunjukkan topografi memberikan pengaruh

nyata terhadap jumlah TBS kelapa sawit pada tahun 2015, 2016, 2017, dan

2019. Sementara pada tahun 2018 topografi yang berbeda tidak memberikan

pengaruh nyata terhadap jumlah TBS kelapa sawit.

Terjadi fluktuasi produktivitas dan jumlah tandan buah segar (TBS)

kelapa sawit pada topografi datar dan gelombang (Gambar 1. dan Gambar 2.).

Topografi datar secara konsisten memberikan produktivitas dan jumlah TBS

lebih tinggi dibandingkan topografi berbukit.

16
Pengaruh Topografi terhadadap produktivitas Kelapa Sawit
30.00
24.72
Produktivitas (ton ha-1)

23.62
23.40
25.00 21.64 20.56
19.32 18.23 17.90 17.93
20.00 17.23 Datar
15.00 Berbukit
10.00
5.00
0.00
2015 2016 2017 2018 2019
Tahun

Gambar 1. Pengaruh Topografi terhadap Produktivitas Kelapa Sawit

Pengaruh Topografi terhadap Jumlah TBS Kelapa Sawit

6000
5351
5000
3887 3886 3959
4000 3508
Jumlah TBS

3092 Datar
2750 2501
3000 2459 2411 Berbukit
2000
1000
0
2015 2016 2017 2018 2019
Tahun

Gambar 2. Pengaruh Topografi terhadap jumlah TBS Kelapa Sawit

Hasil uji T 2 sampel terhadap Analisis T 2 sampel dilakukan untuk

mengetahui perbedaan curah hujan dan produksi menunjukkan terdapat

perbedaan nyata antara lahan datar dan berbukit. Nilai signifikansi perbedaan

curah hujan antara lahan datar dan berbukit adalah 0.004, sementara nilai

signifikansi curah hujan antara lahan datar dan berbukit adalah 0.00.

17
Data BJR??? mana

18
V. PEMBAHASAN

Hasil sidik ragam menunjukkan tidak terdapat interaksi nyata antara

Pupuk Compound 44 dengan topografi lahan terhadap produktivitas kelapa

sawit umur 8-10 tahun. Pupuk Compound 44 adalah N, P, K, Dosis pupuk

Compound 44 sebesar 2 MT/ha/tahun telah mampu memberikan produktivitas

yang setara dengan dosis yang lebih tinggi. Hal ini diduga bahwa kandungan

hara sudah mencukupi kebutuhan kelapa sawit umur 8-10 tahun. Dosis pupuk

Compound 44 sebesar 2 MT/ha/tahun setara dengan 240 kg N / tanaman,120 kg

P / tanaman,440 kg K / tanaman dan 60 kg MgO / tanaman.

Menurut hasil analisis Kebutuhan N, P, K tanaman kelapa sawit umur 8-

10 tahun adalah sebesar 860 kg. Pemupukan harus dilakukan dengan prinsip 4T

yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu dan tepat cara (Sumber kesuburan

tanah dan pemupukan). Pemberian dosis yang melebihi kebutuhan tanaman

tidak akan memberikan produktivitas lebih tinggi.

Pada lahan yang bertopografi miring atau berbukit, perrlu dibuat teras

bersambung (continous terace) maupun teras individu (tapak kuda, plat form)

yang dapat mengurangi bahaya erosi, sekaligus juga dapat mengawetkan tanah

sehingga mampu menyimpan air dengan baik. Pada lahan berbukit proses

pemanenan dirasa sedikit sulit, dibandingkan lahan yang bertopografi datar. Hal

ini karena konsep jaringan jalan pada areal berbukit dibuat sesuai dengan kontur

tanah. Selain itu faktor kekurangan unsur hara yang disebabkan dari hilangnya

pupuk yang diberikan karena erosi atau hilang tercuci air hujan lebih besar

19
sehingga berpengaruh terhadap produktivitas maupun pertumbuhan kelapa sawit

(Mustafa, 2018).

Berdasarkan Analisa varian menunjukkan topografi berbeda tidak

memberikan perbedaan yang nyata terhadap produktivitas kelapa sawit. Hal ini

diduga bahwa pengelolaan di lahan berbukit sudah intensif sehingga dapat

menghasilkan produksi yang dapat mengimbangi produksi di lahan datar,

mengingat bahwa manajemen di lahan berbukit lebih sulit daripada di lahan

datar.

Hasil analisis varian menunjukkan topografi memberikan pengaruh nyata

terhadap produktivitas kelapa sawit pada tahun 2015 dan 2016. Hal ini diduga

karena adanya perbedaan kesuburan tanah, terutama disebabkan ketersediaan

unsur hara di daerah berbukit lebih rendah dibandingkan ketersediaan unsur hara

di daerah datar. Sementara pada tahun 2017-2019 topografi yang berbeda tidak

memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas kelapa sawit. Dengan adanya

perawatan kultur teknis menunjukkan bahwa pengelolaan di lahan berbukit telah

lebih ditingkatkan adalah dari aplikasi pemupukan. Hal ini dapat dilihat dari

dosis pemupukan pada lahan berbukit rata-rata lebih tinggi daripada dosis

pemupukan di lahan datar. Pelaksanaan kultur teknis lainnya yang lebih

dikembangkan di lahan berbukit adalah pemeliharaan infrastruktur/ prasarana,

seperti melakukan perbaikan tangga-tangga panen dan pembuatan jalur angkong

pada terasan sebagai akses pekerja dari pasar pikul ke TPH, serta perawatan

terasan.

20
Adanya kegiatan konservasi tanah dan air seperti pemeliharaan terasan

yang intensif pada lahan berbukit, maka selain bertujuan untuk mencegah

degradasi lahan karena erosi, kehilangan unsur hara yang diberikan dari aplikasi

pemupukan semakin kecil, ditambah dengan dosis aplikasi pemupukan yang

lebih tinggi daripada lahan datar, sehingga kombinasi kedua kultur teknis ini

dapat menjaga unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan tanaman tetap tersedia

secara optimal. Selain itu juga dilakukan kultur teknis pengendalian gulma dan

penunasan pelepah sehingga pemupukan menjadi lebih efektif.

Pengaruh topografi terhadap produktivitas kelapa sawit secara grafis

mengikuti trend dari jumlah Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. Pada lahan

datar tahun 2016, jumlah Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit mengalami

penurunan sehingga berakibat pada produktivitas kelapa sawit yang rendah.

Namun, pada tahun 2017 hingga tahun 2019 mengalami kenaikan yang relative

stabil. Sedangkan pada lahan berbukit, jumlah Tandan Buah Segar (TBS) kelapa

sawit mengalami penurunan dari tahun 2015 hingga 2017 dan di tahun 2018

meningkat signifikan. Namun di tahun 2019 kembali mengalami penurunan.

Hasil analisis uji T menunjukan perbedaan nyata antara curah hujan dan

produksi di lahan datar dan berbukit hal ini diduga bahwa di lahan datar

peyimpanan air lebih lama dibandingkan berbukit dikarenakan di lahan berbukit

cenderung airnya mengalir ke bawah dan tidak tersimpan dengan baik dibadan

bukit sehingga tidak termanfaatkan dengan baik oleh tanaman,sementara air

sangat penting bagi tanaman.

21
Hasil Produksi dilahan datar lebih tinggi dibanding yang berbukit hal ini

diduga bahwa buah yang matang lebih mudah terpanen dibanding buah yang di

lahan berbukit mengingat bahwa manajemen di lahan yang berbukit lebih sulit

daripada di lahan datar.

Salah satu jenis perawatan kultur teknis menunjukan bahwa pengelolaan

di lahan berbukit harus ditingkatkan adalah dari aplikasi pemupukan.Hal ini

dapat dilihat dari dosis pemupukan pada lahan berbukit rata-rata lebih tinggi

daripada dosis pemupukan di lahan datar. Hal ini diduga karena adanya

perbedaan kesuburan tanah, terutama disebabkan ketersediaan unsur hara di

daerah berbukit lebih rendah dibandingkan ketersediaan unsur hara di daerah

datar.

Pelaksanaan kultur terknis lainnya yang lebih dikembangkan di lahan

berbukit adalah pemeliharaan infrastruktur/prasarana seperti melakukan

perbaikan tangga-tangga panen dan pembuatan jalur angkong pada terasan

sebagai akses pekerja dari pasar pikul ke TPH, serta perawatan terasan.

Dengan adanya kegiatan konservasi tanah dan air seperti pemeliharaan

terasan yang intensif pada lahan berbukit,maka selain bertujuan untuk mencegah

degradasi lahan karena erosi,kehilangan unsur hara yang diberikan dari aplikasi

pemupukan semakin kecil, ditambah dengan dosis aplikasi pemupukan yang

lebih tinggi daripada lahan datar, sehingga kombinasi kedua kultur teknis ini

dapat menjaga unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan tanaman tetap tersedia

secara optimal.

22
VI. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Pemupukan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap produtivitas

kelapa sawit pada umur tanaman yang berbeda

2. Pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kelapa sawit

pada topografi yang berbeda. Hasilnya berbeda?

Kesimpulan menyesuaikan hasil analisis

B. Saran

Perlu di kaji lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian pupuk pada lahan

topografi berbukit terhadap sifat kimia dan biologi tanah.

23
DAFTAR PUSTAKA

Akiyat. (2008). Pembibitan Kelapa Sawit. Medan: PPKS.

Arsyad, S. (1982). Pengawetan tanah dan Air (Soil and. Water Conservation).
Dept. Ilmu Tanah, IPB.

Ditjendbun. (2017). Statistik perkebunan indonesia. Jakarta: Sekretariat


Direktorat Jenderal Perkebunan.

Fauzi. (2012). Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadanya.

Hamid, E.S., & Susilo, Y.S. (2011). Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil
dan Menengah Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
Ekonomi Pembangunan, Vol.12, No. 1, Juni 2011.

Hardjowigeno. (1993). Klasifikasi Tanah Pedogenesis. Jakarta: Akademika


Pressindo.

Kuncoro, M. (2009). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

Muntohar, A.S. (2006). The Swelling Of Expansive Subgrade At Wates-


Purworejo Roadway, Sta. 8+127. Civil Engineering Dimension. Vol.
8 No.2.

Mustafa. (2018). Pengaruh topografi lahan dan umur permanen terhadap


kapasitas kerja perkebunan kelapa sawit.

Mustari, M. (2012). Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Laksbang


Pressindo.

Novizan. (2007). Petunjuk Pempukan yang Efektif. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Pahan. (2008). Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari


Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya.

Pahan. (2011). Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.

Paramathan. (2003). Land selection for oil palm. Singapore: Potash & Phosphate
Institute of Canada, Potash & Phosphate Institute, International Potash
Institute.

Rinsema. (1993). Pupuk Dan Cara Pemupukan. Jakarta: Bharata.

24
Rosmarkam, A., & Yuwono, N.W. (2002). Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta:
Kanisius.

Sulistyo. (2010). Metode Penelitian. Jakarta: Penaku.

Sunarko. (2014). Budi Daya Kelapa Sawit di Berbagai Jenis Lahan. Jakarta:
AgroMedia.

Winarna. (2003). Penggunaan TKS dan Kompos TKS untuk Meningkatkan


Pertumbuhn dan Produksi Tanaman, dalam W. Darmosarkoro, E.S.
Sutarta, dan Winarna (Ed). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit, Vol.
1. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

25
LAMPIRAN

26

Anda mungkin juga menyukai