SKRIPSI
Disusun Oleh:
FAKULTAS PERTANIAN
YOGYAKARTA
2021
i
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
Disusun Oleh:
Pada tanggal
Mengetahui
ii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri.
Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata
Yang menyatakan,
iii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini dapat selesai atas
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, pada kesempatan ini penyusun
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunianya yang
dilimpahkan bagi penulis.
2. Kedua orang tua saya yang memberi kasih sayang dan dukungan penuh
baik secara moril maupun materil yang telah diberikan sehingga penulis
dapat menyelesaikannya.
3. Erick Firmansyah, SP. M.Sc. selaku dosen pembimbing.
4. Ir. Sri Gunawan, M.P selaku Dosen Penguji.
5. Rektor Institut Pertanian Stiper Yogyakarta.
6. Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Stiper Yogyakarta.
7. Ketua Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Stiper Yogyakarta.
8. Kepada seluruh mahasiswa/i kelas SPKS-A 2016 yang telah memberikan
dukungan dan bantuan dalam penyelesaian skripsi.
9. Kepada keluarga trading saya yaitu Rizal budimam, Theo Purba, Echa
Renaldi dan Dewi selaku penasehat.
10. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu sehingga selesainya
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.
Penyusun berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi mahasiswa Institut Pertanian STIPER Yogyakarta guna
menambah wawasan dan pengetahuaan di bidang pertanian.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................ii
SURAT PERNYATAAN.................................................................................iii
KATA PENGANTAR......................................................................................iv
DAFTAR ISI....................................................................................................v
DAFTAR TABEL............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................vii
RINGKASAN...................................................................................................viii
I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan Penelitian..................................................................................4
D. Manfaat Penelitian................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................21
LAMPIRAN.....................................................................................................23
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rerata produktivitas sawit pada topografi dan dosis pemupukan yang
berbeda (ton ha-1 bulan -1)......................................................................14
Tabel 3. Pengaruh Topografi terhadap Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit
(ton ha-1 tahun-1)....................................................................................15
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii
RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan
terhadap produktivitas kelapa sawit pada umur kelapa sawit dan topografi yang
berbeda: (1) pengaruh pemupukan terhadap produksi kelapa sawit pada umur
tanaman yang berbeda, (2) pengaruh pemupukan terhadap produksi kelapa
sawit pada topografi yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan metode survey yaitu dengan melihat secara
langsung guna untuk memperoleh data atau fakta-fakta. Penelitian ini
menggunakan data sekunder selama 5 tahun yang meliputi: curah hujan,
topografi lahan, riwayat pemupukan, produktivitas, dan jumlah tandan buah
segar (TBS). Teknik analisis data menggunakan Analisis varians (Anova) atau
sidik ragam, untuk mengetahui untuk melihat pengaruh variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel terikat pada jenjang α = 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pemupukan tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap produtivitas kelapa sawit pada umur tanaman yang
berbeda dan (2) pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas
kelapa sawit pada topografi yang berbeda.
viii
I. PENDAHULUAN
meningkatnya kebutuhan CPO didunia. Luas kebun kelapa sawit dari tahun
Pada tahun 1969 luas areal hanya 120.000 ha dan menjadi 5,16 juta ha pada
tahun 2017 telah mencapai 12,30 juta ha. Berdasarkan tingkat penguasaan
lahan hingga tahun 2017, 10 juta petani menguasai 4.756.272 ha, 163 badan
usaha milik negara 752.585 ha, 761 dan perkebunan besar swasta
kemitraan bagi hasil, dan pola-pola lainnya. Luas perkebunan kelapa sawit
serabut. Terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah
1
dan ke bawah membentuk akar sekunder, kemudian bercabang lagi menjadi
banyak dan lebih kuat. Akar tersier dan akar kuarter memiliki jumlah yang
sangat banyak dan membentuk massa yang sangat lebat dekat permukaan
tanah. Tanaman kelapa sawit tidak memiliki rambut (bulu) akar, sehingga
Pada lahan yang bertopografi miring atau berbukit, perlu dibuat teras
yang bertopografi datar. Hal ini karena konsep jaringan jalan pada areal
berbukit dibuat sesuai dengan kontur tanah. Selain itu faktor kekurangan
unsur hara yang disebabkan dari hilangnya pupuk yang diberikan karena
erosi atau hilang tercuci air hujan lebih besar sehingga berpengaruh
Mus18 \l 1033 ]
Topografi di dalam satu unit kebun sering kali bervariasi mulai dari
dataran, perbukitan dan berlereng curam. Hal ini terjadi karena luas areal
yang baik untuk satu unit kebun tidak mencukupi jika dikaitkan dengan
2
areal berlereng meskipun disadari bahwa faktor pembatas lahan tersebut
tinggi pada perkebunan kelapa sawit dewasa ini tidak terlapis dari peranan
pemupukan yang baik. Biaya pemupukan tergolong tinggi yaitu 30% dari
total biaya produksi atau 40-60% dari total pemeliharaan. Pupuk adalah
salah satu sumber unsur hara yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan
unsur hara yang hilang kerena pencucuian dan terangkut dikonversi melalui
B. Rumusan Masalah
3
1. Bagaimana pengaruh pemupukan terhadap produksi kelapa sawit pada
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
topografi yang berbeda dengan tujuan untuk mengetahui hasil panen yang
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kelapa Sawit
yang berasal dari Afrika Barat. Namun, ada sebagian pendapat mengatakan
bahwa kelapa sawit berasal dari kawasan Amerika Selatan yaitu Brazil. Hal
ini karena lebih banyak ditemukan spesies tanaman kelapa sawit di hutan
subur di luar daerah asalnya, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand dan Papua
Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang tinggi.
Kelapa sawit pertama kali masuk Indonesia pada tahun 1848 yang di
pada tahun 1911, dan perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia
ialah Adrien Hallet seorang berkebangsaan Belgia. Dan sampai saaat ini,
kebutuhan dunia akan minyak nabati dan produk industri. Produk minyak
5
kelapa sawit merupakan komponen penting dalam perdagangan minyak
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara
27°C dengan suhu maksimum 33°C dan suhu minimum 22°C sepanjang
tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari 3), curah hujan optimal
berkisar 1.750-2.500 mm. Lama penyinaran yang optimal adalah 6 jam per
hari dan kelembaban nisbi untuk kelapa sawit pada kisaran 50-90%
adalah kurang dari 400 m dari permukaan laut (dpl) (Sulistyo, 2010).
kelihatan batang kelapa sawit berwarna hitam beruas. Dalam 1-2 tahun
(Sunarko, 2014).
anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak daun
(midrib). Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat. Tangkai daun
(petiole) yang merupakan bagian daun dan batang. Seludang daun (sheath)
6
pada batang. Perkembangan dan menuanya daun kelapa sawit secara
individual terjadi dalam arah basipetal (dari atas ke bawah). Pada daun
daun sudah membuka semua pada daun nomor satu. Luas daun meningkat
secara progresif pada umur sekitar 8-10 tahun setelah tanam. Produksi daun
per tahun pada tanaman yang secara genetik sama, tetapi ditanam pada
perbedaan curah hujan dan kesuburan tanah. Luas daun pada umur yang sama
beragam dari satu daerah ke daerah yang lain, tergantung dari faktor-faktor,
produksi minyak per Ha yang paling tinggi dari seluruh tanaman penghasil
minyak nabati lainnya. Agribisnis kelapa sawit adalah salah satu dari sedikit
tingkat Global.
B. Topografi
7
topografi yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
Semakin tinggi derajat kemiringan pada lereng maka bidang runtuh pada
lereng akan semakin besar pula. Dari pengukuran diperoleh sudut runtuh
dengan kemiringan yang kurang dari 40o terjadi pada bagian kaki lereng,
lereng dengan kemiringan lebih dari 60o. Kadar air pada lereng meningkat
30% hingga 47% akibat rembesan. Peningkatan kadar air tanah ini
8
Secara umum bahwa kuat geser tanah mengalami penurunan akibat
kesesuaian lahan sebanyak 6 kelas yaitu: lahan kelas I yang tergolong sangat
baik, lahan kelas II yang sesuai untuk segala jenis pertanian, kelas III sesuai
hambatan yang lebih besar dibanding kelas III, kelas V tidak sesuai dan kelas
C. Pemupukan
lebih 30 % dari total biaya produksi atau 40-60 % dari biaya pemeliharaan
jenis dan kualitas pupuk yang akan digunakan dan mengelolanya mulai dari
unsur hara. Pemupukan adalah cara atau metode pemberian pupuk. Jadi
Pupuk banyak macam dan jenisnya serta berbeda pula sifat-sifatnya dan
9
Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), berdasarkan senyawanya
pupuk terbagi atas pupuk organik, yakni pupuk yang berupa senyawa
Sedangkan pupuk anorganik atau mineral, yakni semua pupuk buatan, baik
Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup
misalnya pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari
sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk
jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah tetapi kandungan bahan organik
dalam tanah dan mengandung zat makanan tanaman (Rinsema, 1993). Pupuk
anorganik (pupuk buatan) adalah pupuk yang terbuat dari proses rekayasa
D. Umur Tanaman
tanaman tua berumur lebih dari 15 tahun memiliki tandan yang lebih berat
dibandingkan dengan tanaman yang muda. Untuk kelapa sawit yang berumur
10
di atas 10 tahun, berat tandan rata-rata sama untuk setiap tahunnya. Semakin
pada umur lebih dari 25 tahun tanaman sudah tinggi sehingga sulit dipanen.
yang berbeda
E. Hipotesis
11
III. METODE PENELITIAN
C. Perlakuan pemupukan
F.
dengan melihat secara langsung guna untuk memperoleh data atau fakta-
12
mengambil informasi dari responded dan seterusnya menganalisis informasi
2012).
dan Reitsch, 1998). Secara singkat dapat dikatakan bahwa data sekunder
adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain (Kuncoro, 2009; Hamid
dan Susilo, 2011). Data selama 5 tahun yang dikumpulkan dalam penelitian
ini berupa:
H. Analisis Data
1. Analisis deskriptif
13
Metode deskriptif kuantitatif merupakan suatu metode analisis yang
gejala, dan kejadian yang terjadi secara faktual, sistematis, serta akurat.
3. Uji T 2 Sampel
Tabel 1. Data tersebut merupakan rerata produktivitas dari 2 blok pada masing-
Tabel 1. Rerata produktivitas sawit pada topografi dan dosis pemupukan yang
berbeda (ton ha-1 bulan -1) Berbeda nyata???
Dosis Pupuk Compound 44 (MT bhs indonesia ha-1) Rerata
7
Topografi pertana
0 1 2 3 4 5 6 man
jadinya
berapa
Datar 1,87 1,72 1,97 2,5 2,31 1,87 1,9 2,00 1,88 p
Berbukit 1,63 1,6 1,89 1,44 2,29 1,87 1,9 2,00 1,53 p
14
Rerata 1,7 b 1,7 c 1,9 ab 1,9 ab 2,3 a 1,9 ab 1,9 ab 2,0 ab (-)
Ket.: angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris atau kolom tidak
menunjukkan perbedaan nyata pada jenjang 5%
: (-) tidak terjadi interaksi nyata
Data Mentah yg belum di olah mana??? Perlakuan pemukan 0 sd 7
Data tersebut merupakan rerata produktivitas dari 2 blok yang memiliki tahun
15
Hasil analisis varian menunjukkan topografi memberikan pengaruh
nyata terhadap produktivitas kelapa sawit pada tahun 2015 dan 2016. Sementara
pada tahun 2017-2019 topografi yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata
Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit sebagai variabel terikat ditunjukkan
pada Tabel 3. Data tersebut merupakan rerata produktivitas dari 2 blok yang
Tabel 3. Pengaruh Topografi terhadap Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit
(ton ha-1 tahun-1) bandingkan dengan potensi
Topograf Tahun Rerata
i 2015 2016 2017 2018 2019
Datar 5351 a 3508 a 3888 a 3886 a 3959 a 4118
Berbukit 2751 b 2460 b 2411 b 3092 a 2501 b 2643
Rerata 4051 2984 3150 3489 3230 (+)
Ket.: angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom tidak
menunjukkan perbedaan nyata pada jenjang 5%
(+): terjadi interaksi nyata
nyata terhadap jumlah TBS kelapa sawit pada tahun 2015, 2016, 2017, dan
2019. Sementara pada tahun 2018 topografi yang berbeda tidak memberikan
kelapa sawit pada topografi datar dan gelombang (Gambar 1. dan Gambar 2.).
16
Pengaruh Topografi terhadadap produktivitas Kelapa Sawit
30.00
24.72
Produktivitas (ton ha-1)
23.62
23.40
25.00 21.64 20.56
19.32 18.23 17.90 17.93
20.00 17.23 Datar
15.00 Berbukit
10.00
5.00
0.00
2015 2016 2017 2018 2019
Tahun
6000
5351
5000
3887 3886 3959
4000 3508
Jumlah TBS
3092 Datar
2750 2501
3000 2459 2411 Berbukit
2000
1000
0
2015 2016 2017 2018 2019
Tahun
perbedaan nyata antara lahan datar dan berbukit. Nilai signifikansi perbedaan
curah hujan antara lahan datar dan berbukit adalah 0.004, sementara nilai
signifikansi curah hujan antara lahan datar dan berbukit adalah 0.00.
17
Data BJR??? mana
18
V. PEMBAHASAN
yang setara dengan dosis yang lebih tinggi. Hal ini diduga bahwa kandungan
hara sudah mencukupi kebutuhan kelapa sawit umur 8-10 tahun. Dosis pupuk
10 tahun adalah sebesar 860 kg. Pemupukan harus dilakukan dengan prinsip 4T
yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu dan tepat cara (Sumber kesuburan
Pada lahan yang bertopografi miring atau berbukit, perrlu dibuat teras
bersambung (continous terace) maupun teras individu (tapak kuda, plat form)
yang dapat mengurangi bahaya erosi, sekaligus juga dapat mengawetkan tanah
sehingga mampu menyimpan air dengan baik. Pada lahan berbukit proses
pemanenan dirasa sedikit sulit, dibandingkan lahan yang bertopografi datar. Hal
ini karena konsep jaringan jalan pada areal berbukit dibuat sesuai dengan kontur
tanah. Selain itu faktor kekurangan unsur hara yang disebabkan dari hilangnya
pupuk yang diberikan karena erosi atau hilang tercuci air hujan lebih besar
19
sehingga berpengaruh terhadap produktivitas maupun pertumbuhan kelapa sawit
(Mustafa, 2018).
memberikan perbedaan yang nyata terhadap produktivitas kelapa sawit. Hal ini
datar.
terhadap produktivitas kelapa sawit pada tahun 2015 dan 2016. Hal ini diduga
unsur hara di daerah berbukit lebih rendah dibandingkan ketersediaan unsur hara
di daerah datar. Sementara pada tahun 2017-2019 topografi yang berbeda tidak
lebih ditingkatkan adalah dari aplikasi pemupukan. Hal ini dapat dilihat dari
dosis pemupukan pada lahan berbukit rata-rata lebih tinggi daripada dosis
pada terasan sebagai akses pekerja dari pasar pikul ke TPH, serta perawatan
terasan.
20
Adanya kegiatan konservasi tanah dan air seperti pemeliharaan terasan
yang intensif pada lahan berbukit, maka selain bertujuan untuk mencegah
degradasi lahan karena erosi, kehilangan unsur hara yang diberikan dari aplikasi
lebih tinggi daripada lahan datar, sehingga kombinasi kedua kultur teknis ini
dapat menjaga unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan tanaman tetap tersedia
secara optimal. Selain itu juga dilakukan kultur teknis pengendalian gulma dan
mengikuti trend dari jumlah Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. Pada lahan
datar tahun 2016, jumlah Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit mengalami
Namun, pada tahun 2017 hingga tahun 2019 mengalami kenaikan yang relative
stabil. Sedangkan pada lahan berbukit, jumlah Tandan Buah Segar (TBS) kelapa
sawit mengalami penurunan dari tahun 2015 hingga 2017 dan di tahun 2018
Hasil analisis uji T menunjukan perbedaan nyata antara curah hujan dan
produksi di lahan datar dan berbukit hal ini diduga bahwa di lahan datar
cenderung airnya mengalir ke bawah dan tidak tersimpan dengan baik dibadan
21
Hasil Produksi dilahan datar lebih tinggi dibanding yang berbukit hal ini
diduga bahwa buah yang matang lebih mudah terpanen dibanding buah yang di
lahan berbukit mengingat bahwa manajemen di lahan yang berbukit lebih sulit
dapat dilihat dari dosis pemupukan pada lahan berbukit rata-rata lebih tinggi
daripada dosis pemupukan di lahan datar. Hal ini diduga karena adanya
datar.
sebagai akses pekerja dari pasar pikul ke TPH, serta perawatan terasan.
terasan yang intensif pada lahan berbukit,maka selain bertujuan untuk mencegah
degradasi lahan karena erosi,kehilangan unsur hara yang diberikan dari aplikasi
lebih tinggi daripada lahan datar, sehingga kombinasi kedua kultur teknis ini
dapat menjaga unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan tanaman tetap tersedia
secara optimal.
22
VI. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Perlu di kaji lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian pupuk pada lahan
23
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. (1982). Pengawetan tanah dan Air (Soil and. Water Conservation).
Dept. Ilmu Tanah, IPB.
Hamid, E.S., & Susilo, Y.S. (2011). Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil
dan Menengah Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
Ekonomi Pembangunan, Vol.12, No. 1, Juni 2011.
Kuncoro, M. (2009). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Paramathan. (2003). Land selection for oil palm. Singapore: Potash & Phosphate
Institute of Canada, Potash & Phosphate Institute, International Potash
Institute.
24
Rosmarkam, A., & Yuwono, N.W. (2002). Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta:
Kanisius.
Sunarko. (2014). Budi Daya Kelapa Sawit di Berbagai Jenis Lahan. Jakarta:
AgroMedia.
25
LAMPIRAN
26