Oleh
Puspita Rini
A34304049
Oleh
Puspita Rini
A34304049
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr Ir Winarso D. Widodo, MS
NIP. 131 664 405
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala kemudahan yang diberikan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Sekat
dalam Kemasan Kardus terhadap Masa Simpan dan Mutu Pepaya IPB 9”.
Skripsi ini disusun dalam rangka melaksanakan tugas akhir sebagai syarat
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor.
Ucapan terimakasih yang setulusnya penulis sampaikan kepada Dr Ir
Winarso D. Widodo, MS. selaku dosen pembimbing atas bantuan, saran dan
bimbingannya, Ir Ketty Suketi, MS. dan Dewi Sukma, SP. Msi. selaku dosen
penguji, serta staf PKBT atas berbagai bantuan dan fasilitasnya. Ucapan
terimakasih juga ditujukan kepada Ibu dan Bapak atas segala dukungan materi,
moril, kasih sayang yang tulus dan doa yang selalu menyertaiku serta kepada
orang-orang terdekat (gun, oo, udi, tant, bo, hemz, xit, no, feby, chonx, cens dan
semuanya) terimakasih atas segalanya juga semua pihak yang telah membantu
hingga terselesaikannya tugas akhir ini.
Skripsi ini telah dibuat dengan semaksimal mungkin. Oleh karena itu semoga
hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................. 1
Tujuan .............................................................................................. 3
Hipotesis .......................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Pepaya IPB 9 (Carica papaya L.)....................................................... 4
Fisiologi Pasca Panen........................................................................ 5
Kalium Permanganat (KMnO4)............................................................. 7
Bahan Kemasan Pepaya........................................................................ 8
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Percobaan.. ......................................................... 10
Bahan dan Alat Percobaan................................................................. 10
Metode Percobaan.. ........................................................................... 10
Pelaksanaan Percobaan...................................................................... 12
Pengamatan... .................................................................................... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN
Daya Simpan Buah............................................................................ 17
Susut bobot.................................................................................. 17
Warna kulit buah ......................................................................... 18
Kekerasan kulit buah ................................................................... 19
Mutu Kimia Buah.............................................................................. 20
Padatan terlarut total.................................................................... 20
Asam tertitrasi total ...................................................................... 21
Pembahasan ...................................................................................... 22
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ....................................................................................... 26
Saran................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 27
LAMPIRAN ................................................................................................ 30
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Kandungan Gizi dalam Setiap 100 g Pepaya.............................................. 5
2. Susut Bobot Buah Pepaya Selama Masa Simpan dengan Lima
Perlakuan Sekat........................................................................................ 17
3. Skor Warna Kulit Buah Pepaya Selama Masa Simpan dengan Lima
Perlakuan Sekat........................................................................................ 18
4. Kekerasan Kulit Buah Pepaya Selama Masa Simpan dengan Lima
Perlakuan Sekat........................................................................................ 19
5. Kandungan PTT, ATT serta PTT/ATT Buah Pepaya Selama
Masa Simpan dengan Lima Perlakuan Sekat............................................. 21
Lampiran
1. Sidik Ragam Pengaruh Sekat dan KMnO4 terhadap Susut Bobot Buah
Pepaya selama Masa Simpan.................................................................... 37
2. Sidik Ragam Pengaruh Sekat dan KMnO4 terhadap Skor Warna Kulit
Buah Pepaya selama Masa Simpan........................................................... 33
3. Sidik Ragam Pengaruh Sekat dan KMnO4 terhadap Kekerasan Kulit
Buah Pepaya selama Masa Simpan........................................................... 34
4. Sidik Ragam Pengaruh Sekat dan KMnO4 terhadap Padatan
Terlarut Total (PTT) Buah Pepaya selama Masa Simpan .......................... 35
5. Sidik Ragam Pengaruh Sekat dan KMnO4 terhadap Asam Tertitrasi
Total (ATT) Buah Pepaya selama Masa Simpan....................................... 36
6. Rekapitulasi Data Semua Peubah Terhadap Perlakuan dan Kelompok....... 37
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Pepaya IPB 9 Matang dengan Warna Daging Buah Jingga Kemerahan ..... 4
2. Pola Respirasi pada Buah Klimakterik ...................................................... 6
3. Berbagai Bentuk KMnO4. ......................................................................... 12
4. Tahapan Pelaksanaan Percobaan ............................................................... 13
5. Peletakkan Buah dalam Kemasan Kardus pada Awal Perlakuan (H0)........ 14
6. Indeks Warna Kulit Buah Pepaya IPB 9 ................................................... 16
7. Gejala Antraknosa pada Pepaya ................................................................ 23
8. Kerusakan pada Pangkal Buah Akibat Penyakit Antraknosa...................... 24
Lampiran
1. Perubahan Warna dan Kerusakan Pepaya IPB 9 dari Awal Hingga Akhir
Perlakuan ................................................................................................. 31
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pepaya merupakan salah satu buah tropika unggulan Indonesia untuk
ekspor maupun konsumsi dalam negeri. Buah ini untuk perdagangan termasuk
buah yang menduduki tempat penting. Pepaya dalam perdagangan di Indonesia
menduduki posisi kelima setelah pisang, mangga, nanas dan jeruk (Pusat
Informasi Bioteknologi Indonesia, 2008).
Pada tahun 2005 bulan Januari hingga Februari volume ekspor mencapai
40.7 ton dengan nilai US$ 77.857. Kemudian pada tahun 2006 volume ekspor
mencapai 140.1 ton dengan nilai total US$ 62.924 sedangkan tahun 2007 (hingga
bulan mei) hanya 33.5 ton dengan nilai US$ 13.620. Negara tujuan ekspor antara
lain Jepang dan Hongkong (Departemen Pertanian, 2007).
Padahal produksi pepaya di Indonesia pada tahun 2005 mencapai 548.6
ton dan tahun 2006 mencapai 643.4 ton (Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika,
2008). Tingginya jumlah pepaya yang diproduksi tidak dibarengi dengan jumlah
pepaya yang diekspor. Volume ekspor pepaya perlu ditingkatkan dengan menjaga
kualitas pepaya setelah dipanen.
Menurut Villegas (1997), prospek pepaya sama produktifnya dengan
pisang dan pemeliharaannya juga sama mudahnya. Namun di pasar mancanegara
pepaya jauh ketinggalan karena sifat buah yang lebih mudah rusak dan produk
olahannya terbatas dibandingkan dengan pisang.
Buah pepaya disukai konsumen sebagai buah meja walaupun ada juga
pepaya olahan seperti manisan, acar, saus dan selai pepaya. Menurut Pantoja et al.
(2002), buah yang matang biasa dikonsumsi segar namun buah yang masih hijau
dapat dimasak sebagai sayur atau dibuat manisan.
Buah ini memiliki banyak keunggulan selain rasanya yang enak juga
memiliki kandungan gizi tinggi seperti, kalsium, pro-vitamin A dan asam askorbat
(Nakasone dan Paull, 1998). Pepaya juga memiliki kandungan papain yaitu enzim
proteolitik yang terdapat dalam getahnya.
Budidaya dan penanganan pasca panen pepaya memiliki masalah. Masalah
dalam budidaya pepaya tidak terlalu berarti dibandingkan dengan penanganan
pasca panen terutama pada transportasi buah baik untuk tujuan ekspor maupun
distribusi dalam negeri. Penanganan pasca panen pepaya agak sulit karena pepaya
mudah mengalami kerusakan saat didistribusikan ke berbagai tempat. Kerusakan
biasa terjadi pada bagian kulit pepaya juga daging buahnya. Beberapa cacat dapat
mempengaruhi nilai kualitas penampilan serta jumlah pepaya yang akan
didistribusikan (Santoso dan Purwoko, 1995). Teknik penyimpanan dan
pengemasan pepaya merupakan hal yang perlu diperhatikan khususnya terhadap
pemasakannya dalam distribusi.
Cepatnya pemasakan mengakibatkan pepaya menjadi buah yang tidak
tahan simpan. Pemasakan ini harus ditunda agar pepaya masak saat sampai tempat
tujuan. Buah ini termasuk buah klimakterik yaitu buah yang masak jika telah
mencapai puncak respirasi yang diinisiasi etilen.
Buah pepaya untuk konsumsi lokal dipetik ketika terjadi perubahan warna
hijau menjadi kuning pada kulit buahnya. Buah untuk ekspor dipetik lebih awal
lalu disimpan dengan perlakuan khusus (Samson, 1980). Beberapa contoh
perlakuan khusus seperti, penyimpanan pada suhu rendah, penyimpanan pada
atmosfer terkendali serta penggunaan kalium permanganat (KMnO4) sebagai
pengoksidasi etilen.
Kalium permanganat untuk penyimpanan karena dapat mencegah
pemasakan pada pepaya jika digunakan bersamaan dengan udara terkendali.
Kalium permanganat dapat merusak etilen karena merupakan zat pengoksidasi
kuat. Keunggulannya tidak menguap dan dapat meminimalisasi kerusakan
kimiawi (Wills et al., 1981). Pengendalian metabolisme untuk mempertahankan
kualitas internal buah perlu dikembangkan lebih jauh secara kimia, modifikasi
lingkungan maupun rekayasa genetika (Efendi, 2005).
Salah satu kemasan yang banyak digunakan dalam distribusi pepaya
adalah kotak kardus. Penggunaan sekat antar buah dalam kotak kardus dan
penambahan KMnO4 diduga dapat memperpanjang daya simpan dan menghambat
penurunan mutu buah. Oleh sebab itu diperlukan percobaan untuk mengetahui
efektifitas yang paling baik.
Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan sekat
antar buah dalam kemasan kotak kardus dengan penambahan KMnO4 terhadap
daya simpan dan mutu buah.
Hipotesis
Perlakuan penggunaan sekat antar buah dalam kemasan kotak kardus dan
penambahan KMnO4 mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap daya simpan
dan mutu buah.
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1. Pepaya IPB 9 Matang dengan Warna Daging Buah Jingga Kemerahan
Kandungan gizi yang terdapat dalam setiap 100 g pepaya secara umum
dapat dilihat pada Tabel 1.
Syarat tumbuh pepaya IPB 9 tidak berbeda dengan pepaya lainnya yaitu
tumbuh baik pada iklim tropis yang hangat. Salah satu faktor utama pertumbuhan
yaitu suhu. Pepaya dapat ditanam pada kisaran suhu 22-26°C. Angin diperlukan
untuk penyerbukan bunga, namun angin yang tidak kencang. Kelembaban udara
yang dibutuhkan pun tidak terlalu tinggi yaitu hanya berkisar 40%. Curah hujan
berkisar antara 1000-2000 mm/tahun. Drainase yang bagus diperlukan untuk
pertumbuhan pepaya. Tinggi air yang ideal tidak lebih dalam dari 50-150 cm dari
permukaan tanah. Tanah yang paling baik untuk pertumbuhan pepaya adalah
tanah yang subur dan mengandung banyak humus juga banyak menahan air dan
gembur. Tanaman pepaya tumbuh baik pada tanah netral dengan pH 6-7
(Warintek Bantul, 2007).
C2H4
CO2
Metode Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
satu faktor perlakuan. Perlakuannya kotak kardus dengan sekat dan tanpa sekat
dengan perbedaan jumlah buah dalam satu kemasan kardus dan penambahan
KMnO4. Perbedaan jumlah yang digunakan adalah 2 dan 4 buah pepaya IPB 9
dalam satu kardus. Perlakuan ini diulang dua kali sehingga terdapat 40 satuan
percobaan. Pepaya yang digunakan sebanyak 128 buah.
Model matematika yang digunakan adalah
Yij = µ + αi + βj + єij
Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan penggunaan sekat dalam kardus perlakuan ke-i dan
ulangan ke-j
µ = Nilai rata-rata
αi = Pengaruh perlakuan penggunaan sekat dalam kardus ke-i
βj = Pengaruh kelompok ke-j
єij = Galat percobaan
i = 1, 2, 3, 4, 5 (perlakuan penggunaan sekat dalam kardus)
j = 1, 2, 3, 4
Perlakuan :
A1 = Kontrol (empat buah pepaya tanpa sekat dan tanpa KMnO4)
A2 = Dua buah pepaya dengan sekat dan KMnO4
A3 = Dua buah pepaya tanpa sekat dengan KMnO4
A4 = Empat buah pepaya dengan sekat dan KMnO4
A5 = Empat buah pepaya tanpa sekat dengan KMnO4
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam taraf α 5%.
Sebelum melakukan perlakuan percobaan, terlebih dahulu dilakukan
pembuatan bahan penyerap etilen yang akan digunakan. Langkah-langkahnya
yaitu dengan merendam 750 g zeolit no. 2 berukuran 60 mesh (sebagai penyerap
KMnO4) kedalam 75 ml larutan KMnO4 jenuh (75g/l) selama 30 menit. Bahan
penyerap yang telah direndam lalu dikeringanginkan selanjutnya dikemas
menggunakan kain kassa (Gambar 3). Penggunaan kain kassa sebagai pengemas
ditujukan agar bahan penyerap etilen tersebut rapi dan tidak merusak kulit buah
pepaya.
Gambar 3. Berbagai Bentuk KMnO4; serbuk, larutan jenuh dan zeolit dengan
KMnO4 dalam kain kassa
Bahan penyerap etilen dibagi menjadi dua atau empat buah sama rata saat
dikemas dalam kain kassa. Total berat bahan penyerap KMnO4 tiap kardus adalah
75 g. Kain kassa tersebut lalu direkatkan pada sisi dalam kardus.
Kardus berisi dua buah pepaya yang digunakan berukuran panjang 30 cm,
lebar 15 cm dan tinggi 30 cm. Sedangkan kardus berisi empat buah pepaya
berukuran panjang 30 cm, lebar 30 cm dan tinggi 30 cm. Hal ini disesuaikan
dengan ukuran pepaya IPB 9. Kardus juga dibedakan menjadi bersekat dan tidak
bersekat untuk perlakuan.
Pelaksanaan Percobaan
Langkah pertama adalah mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan
seperti pepaya IPB 9, kardus untuk bahan kemasan, kertas koran sebagai pengisi,
KMnO4, bahan penyerap KMnO4 dan alat-alat lab lainnya. Pepaya IPB 9
didapatkan dari Kebun Percobaan IPB Tajur, Bogor.
Pengambilan contoh untuk pengamatan dilakukan secara acak.
Pengambilan contoh ini sangat penting untuk mengetahui hasil perlakuan yang
dilakukan. Setelah diamati, terdapat perbedaan daya simpan pada kelompok
panen. Kelompok satu dan dua tahan disimpan hanya sampai 10 HSP sedangkan
kelompok tiga dan empat tahan simpan hingga 14 HSP.
Tahapan pelaksanaannya mulai dari sortasi buah pepaya untuk
mendapatkan buah yang seragam. Lalu pepaya dicuci untuk menghilangkan
kotoran dan getah. Setelah itu pepaya diberi desinfektan untuk mencegah
pertumbuhan jamur maupun mikroorganisme yang tidak diinginkan. Caranya
dengan mencelupkan pepaya selama 30 detik ke dalam Clorox 10%.
Selanjutnya pepaya dikeringanginkan dan dimasukkan ke dalam kemasan
kardus yang telah diberi bahan penyerap KMnO4 pada sisi bagian dalam kardus
dan kertas koran. Kemudian kardus-kardus tersebut disimpan pada suhu ruang
(26.8°C-28.3°C) sampai terjadi perubahan indeks kematangan yang signifikan.
Tahapan pelaksanaan percobaan seperti Gambar 4.
Kardus yang digunakan untuk percobaan ini dapat dilihat pada Gambar 5.
Kardus-kardus ini telah dimasukkan pepaya beserta bahan penyerap yang telah
dikemas. Bagian dalam kardus yang masih ada sisa tempat diisi dengan kertas
koran agar pepaya tidak bergeser ataupun bergerak jika dipindahkan dari satu
tempat ke tempat lain. Seperti pemindahan pepaya dari tempat penyimpanan ke
tempat pengamatan.
A1 A2 A3
Koran Sekat Bahan Penyerap Etilen
Buah Pepaya
A4 A5
Gambar 5. Peletakkan Buah dalam Kemasan Kardus pada Awal Perlakuan (H0);
A1: Empat pepaya tanpa sekat tanpa KMnO4 (Kontrol), A2: Dua
pepaya dengan sekat dan KMnO4, A3: Dua pepaya tanpa sekat dengan
KMnO4, A4: Empat pepaya dengan sekat dan KMnO4, A5: Empat
pepaya tanpa sekat dengan KMnO4
Pengamatan
Peubah yang diamati selama perlakuan adalah Padatan Terlarut Total
(PTT), Asam Tertitrasi Total (ATT), kekerasan kulit buah, susut bobot buah dan
warna kulit buah. Pengamatan nondestruktif (susut bobot dan warna kulit buah)
dilakukan pada 0, 4, 7, 10 dan 14 HSP. Pengamatan destruktif (kekerasan kulit
buah, PTT dan ATT) pada 0, 7 dan 14 hari hingga pepaya tidak layak untuk
dikonsumsi. Jika saat pengamatan nondestruktif terlihat bahwa pepaya sudah
rusak parah akibat terserang penyakit maka perlu dilakukan pengamatan
destruktif.
Padatan Terlarut Total (PTT) buah pepaya diukur dengan menghancurkan
sedikit daging buah pepaya. Air tetesan dari pepaya tersebut kemudian diteteskan
ke refraktometer untuk diukur kandungan brixnya. Sebelum menggunakan
refraktometer, lensa alat tersebut harus sudah bersih dari kotoran.
Asam Tertitrasi Total (ATT) diukur berdasarkan netralisasi asam organik
yang terkandung dalam buah oleh basa kuat yang digunakan. Caranya dengan
menghancurkan daging buah sebanyak 25 g kemudian daging buah tersebut
disaring dengan menambahkan aquades dan dimasukkan ke dalam labu takar 100
ml. Setelah disaring, larutan diambil sebanyak 25 ml dan ditambahkan indikator
Phenolftalein dua tetes, kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga larutan
berubah warna menjadi merah muda. Titrasi dilakukan duplo. Kandungan ATT
dihitung dengan menggunakan rumus;
Asam tertitrasi total (mg/100 g bahan) = ml NaOH x fp x 100
Bobot contoh (g)
fp : faktor pengenceran = 4
Kekerasan buah diukur dengan hand penetrometer pada bagian ujung,
tengah dan pangkal sebanyak dua kali. Data tersebut kemudian dirata-rata untuk
mendapatkan nilai kekerasan satu buah pepaya.
Susut bobot buah pepaya diukur dengan menimbang bobot awal sebelum
perlakuan dan saat pengamatan. Rumus yang dipakai dalam menghitung susut
bobot adalah sebagai berikut;
% Susut Bobot = Bobot awal – Bobot saat pengamatan x 100 %
Bobot awal
Jika ada buah pepaya yang terserang penyakit saat pengamatan maka buah
tersebut dikeluarkan dari kemasan dan dipisahkan dari yang lain. Identifikasi
penyakit dilakukan di Klinik Tanaman departemen Proteksi Tanaman Fakultas
Pertanian IPB.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Susut bobot
Perlakuan penggunaan sekat dan penambahan KMnO4 dalam pengemasan
pepaya tidak memberikan pengaruh yang nyata pada peubah susut bobot. Namun
secara umum semua perlakuan mengalami kenaikan susut bobot selama masa
simpan (Tabel 2).
Tabel 2. Susut Bobot Buah Pepaya Selama Masa Simpan dengan Lima Perlakuan
Sekat
Perlakuan 7 HSP 10 HSP 14 HSP
………………………….%....................................
A1 1.305 5.869 11.067
A2 1.791 6.576 10.02
A3 1.761 10.793 17.236
A4 1.679 8.564 13.917
A5 1.687 7.569 11.424
Keterangan : HSP = Hari Setelah Perlakuan
A1 = Kontrol (empat buah pepaya, tanpa sekat dan tanpa KMnO4)
A2 = Dua buah Pepaya dengan Sekat dengan KMnO4
A3 = Dua Buah Pepaya Tanpa Sekat dengan KMnO4
A4 = Empat Buah Pepaya dengan Sekat dengan KMnO4
A5 = Empat buah Pepaya tanpa Sekat dengan KMnO4
Susut bobot buah terjadi karena adanya proses respirasi dan transpirasi
(kehilangan air). Hasil penelitian Purwoko dan Fitradesi (2000) tentang pelapisan
buah pepaya menunjukkan bahwa pepaya yang disimpan pada suhu ruang dan
suhu dingin tanpa pelapis memperlihatkan susut bobot yang besar. Menurut
Santoso dan Purwoko (1995), kehilangan air dapat menjadi penyebab utama
deteriorasi karena tidak saja berpengaruh langsung pada kehilangan kuantitatif
(bobot) tetapi juga menyebabkan kehilangan kualitas dalam penampakannya
(dikarenakan layu dan pengkerutan), kualitas tekstur (pelunakan, pelembekan,
mudah patah, hilangnya kerenyahan dan ”juice”) dan kualitas nutrisi.
Hasil penelitian Priyono (2005) menunjukkan perlakuan pemberian batu
bata yang telah direndam KMnO4 jenuh selama 30 menit untuk penyimpanan
pepaya dalam kotak kaca pada suhu rendah (16ºC -20ºC) tidak menunjukkan
pengaruh nyata terhadap susut bobot dan padatan terlarut total (PTT). Hasil yang
sama didapatkan dari percobaan ini yaitu pengaruh penggunaan sekat dan
penambahan KMnO4 dalam pengemasan pepaya juga tidak menunjukkan
pengaruh nyata terhadap peubah tersebut.
Tabel 3. Skor Warna Kulit Buah Pepaya Selama Masa Simpan dengan Lima
Perlakuan Sekat
Perlakuan 4 HSP 7 HSP 10 HSP 14 HSP
……………………………Skor…………………………...
A1 3.125 5.125 6.875 7.000
A2 3.125 4.250 6.750 7.000
A3 3.375 5.500 7.000 7.000
A4 2.875 5.250 6.875 7.000
A5 4.000 5.250 6.500 6.500
Keterangan : sama dengan keterangan Tabel 2.
Tabel 4. Kekerasan Kulit Buah Pepaya Selama Masa Simpan dengan Lima
Perlakuan Sekat
Perlakuan 7 HSP 10 HSP 14 HSP
………………………kg/detik…………………..
A1 0.702 0.622 0.481
A2 0.809 0.593 0.559
A3 0.794 0.543 0.431
A4 0.717 0.668 0.529
A5 0.721 0.482 0.544
Keterangan : sama dengan keterangan Tabel 2.
Hasil penelitian Priyono (2005) menunjukkan bahwa penggunaan KMnO4
berpengaruh terhadap kekerasan buah pepaya sampai 15 HSP. Namun selisih
angka pada 12 HSP cukup kecil dan tidak menunjukkan pengaruh nyata sehingga
kekerasan buah cukup dibedakan.
Semakin lama buah disimpan maka kekerasannya pun berkurang. Hal ini
dikarenakan proses transpirasi yang berpengaruh terhadap kelayuan dan
kelembekan buah. Perbedaan umur petik diduga mempengaruhi kekerasan kulit
buah. Hasil penelitian Rafikasari (2006) tentang umur petik dan kualitas buah
pepaya menunjukkan semakin lama umur petik maka nilai kekerasan semakin
menurun sedangkan warna daging, kulit buah dan PTT semakin meningkat.
Secara umum dari ketiga peubah fisik yang diamati selama penyimpanan,
yaitu perubahan susut bobot, warna dan kekerasan, pepaya hanya dapat bertahan
dalam kondisi baik pada 7 HSP. Setelah disimpan lebih dari 7 HSP sudah banyak
pepaya yang terserang penyakit. Kondisi buah yang kurang seragam
menyebabkan perbedaan hasil perlakuan antar kelompok. Contohnya pada
kelompok satu dan dua yang memiliki daya simpan lebih rendah daripada
kelompok tiga dan empat.
Pembahasan
Buah pepaya IPB 9 didapatkan dari kebun percobaan IPB Tajur Bogor.
Panen pepaya dilakukan sebanyak empat kali. Hal ini sesuai dengan kelompok
percobaan yang bergantung pada hasil panen pepaya. Pepaya yang dipanen setiap
dua minggu sekali berukuran cukup besar dan berwarna hijau. Pepaya diberi
perlakuan dan disimpan selama 14 hari dalam suhu ruang.
Selama pengamatan, diperoleh hasil yang berbeda terhadap lamanya masa
simpan pada dua kelompok. Kelompok satu dan dua memilki daya simpan lebih
rendah daripada kelompok tiga dan empat. Perbedaan yang teramati adalah pada
kelompok satu dan dua hanya tahan sampai 10 HSP didalam kardus, sedangkan
pada kelompok tiga dan empat tahan hingga 14 HSP. Kesamaan yang diperoleh
yaitu pada hari terakhir pengamatan semua pepaya sudah rusak dan tidak dapat
dikonsumsi.
Hal ini diduga karena pada saat perlakuan kelompok satu dan dua curah
hujan tinggi sehingga suhu cukup rendah berkisar 26.8ºC dan kelembaban relatif
(RH) cukup tinggi yaitu 72.7%. Kelembaban yang tinggi dapat mempercepat
timbulnya penyakit yang disebabkan oleh cendawan. Kelompok tiga dan empat
mengalami perubahan suhu ruang yang cukup nyata. Suhu rata-rata dan RH pada
dua kelompok ini adalah 28.3ºC dan RH 65.5%, suhu menjadi lebih tinggi dan
kelembaban relatif lebih rendah. Rata-rata suhu dan kelembaban ini didapatkan
dari pengamatan setiap hari dalam suhu ruang tempat menyimpan perlakuan.
Kelompok satu merupakan yang paling cepat terserang penyakit. Pada hari
ke-4 sudah timbul bintik coklat kehitaman cekung kedalam pada kulit buah
(Gambar 7) dan terdapat spora cendawan. Setelah dilakukan identifikasi di Klinik
Tanaman departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor didapatkan bahwa pepaya tersebut terserang penyakit antraknosa yang
disebabkan oleh Colletotrichum gloeosporioides.
Kesimpulan
Secara umum daya simpan buah pepaya bertahan selama 7 HSP dengan
kondisi fisik dan mutu kimia buah yang masih baik. Kerusakan yang terjadi pada
kulit buah sebagian besar belum tampak pada 7 HSP dan tingkat kemanisan buah
dalam kondisi yang baik. Penggunaan sekat tidak efektif untuk memperpanjang
masa simpan dan tidak mempengaruhi mutu pepaya IPB 9. Ketidakefektifan
diduga karena bahan percobaan (pepaya) yang digunakan kurang seragam.
Saran
Perlu dilakukan penelitian tentang jumlah etilen yang dapat diserap oleh
KMnO4 dan konsentrasi yang tepat dalam pengemasan pepaya. Hal lain yang
perlu diperhatikan adalah ketersediaan buah pepaya sebagai bahan percobaan
sehingga penentuan (tagging) saat panen dapat dilakukan lebih leluasa dan kriteria
bahan percobaan dapat ditentukan berdasarkan umur buah bukan kriteria fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti, N. 2004. Pengaruh Bahan Pengemas dan Bahan Pengisi (Liner) terhadap
Tingkat Kerusakan dan Kualitas Buah Pepaya. Skripsi: Departemen
Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 34 hal.
Departemen Pertanian. 2008. Pusat Data dan Informasi Pertanian: Ekspor Pepaya
Pernegara Tujuan. http://database.deptan.go.id/bdsp/hasil_kom.asp.
Jakarta. [Diakses tanggal 19 Agustus 2008].
Purwoko, B. S. dan P. Fitradesi. Pengaruh jenis bahan pelapis dan suhu simpan
terhadap kualitas dan daya simpan buah pepaya. Buletin Agronomi. 28 (2):
66-72.
Pusat Informasi Bioteknologi Indonesia. 2008. Pepaya yang Tak Busuk Saat
Distribusi. http://indobic.or.id/berita_detail.php?id_berita=123. [Diakses
tanggal 6 juli 2008].
Rafikasari, I. 2006. Umur Petik dan Kualitas Buah Pepaya. Skripsi: Program Studi
Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 56 hal.
Villegas, V. N. 1997. Carica papaya L., hal 125-131. In: E. W. M. Verheij and R.
E. Coronel (Eds.). PROSEA Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-
Buahan yang Dapat Dimakan. Terjemahan dari Plant Resources Of
Southeast Asia 2: Edible Fruits and Nuts. Diterjemahkan oleh S.
Danimiharja, H. S. Utarno, N. W. Utami dan D. S. H. Hoesen. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 568 hal.
2. A2
3. A3
4. A4
5. A5
Gambar lampiran 1. Perubahan Warna dan Kerusakan Pepaya IPB 9 dari Awal
Hingga Akhir Perlakuan; Kontrol A1 (Empat Pepaya Tanpa
Sekat, Tanpa KMnO4), A2 (Dua Pepaya dengan Sekat dan
KMnO4), A3 (Dua Pepaya Tanpa Sekat dengan KMnO4),
A4 (Empat Pepaya dengan Sekat dan KMnO4) dan A5
(Empat Pepaya Tanpa Sekat dengan KMnO4)
Tabel Lampiran 1. Sidik Ragam Pengaruh Sekat dan KMnO4 terhadap Susut
Bobot Buah Pepaya selama Masa Simpan
Lama
Sumber F Pr>F
Simpan db KK JK KT
Keragaman Hitung Hitung
(HSP)
7 Kelompok 3 11.251 3.750 2.18 0.143tn
Perlakuan 4 7.308 1.827 1.06 0.416tn
Galat 12 20.639 1.719
Total
terkoreksi 19 54.211 39.199
10 Kelompok 3 14.399 4.799 0.57 0.644tn
Perlakuan 4 59.191 14.797 1.76 0.201tn
Galat 12 100.697 8.391
Total
terkoreksi 19 36.788 174.289
14 Kelompok 1 18.059 18.059 1.97 0.233tn
Perlakuan 4 67.061 16.765 1.83 0.286tn
Galat 4 36.680 9.170
Total
terkoreksi 9 23.783 121.801
Keterangan = HSP = Hari Setelah Perlakuan
db = Derajat Bebas
KK = Koefisien Keragaman
JK = Jumlah Kuadarat
KT = Kuadrat Tengah
tn = Tidak Nyata pada Uji F Taraf 5%
Tabel Lampiran 2. Sidik Ragam Pengaruh Sekat dan KMnO4 terhadap Skor
Warna Kulit Buah Pepaya selama Masa Simpan
Lama
Sumber F Pr>F
Simpan db KK JK KT
Keragaman Hitung Hitung
(HSP)
4 Kelompok 3 19.100 6.366 12.42 0.0005**
Perlakuan 4 2.950 0.737 1.44 0.280tn
Galat 12 6.150 0.512
Total
terkoreksi 19 21.693 28.200
7 Kelompok 3 10.037 3.345 3.24 0.060tn
Perlakuan 4 3.700 0.925 0.90 0.496tn
Galat 12 12.400 1.033
Total
terkoreksi 19 20.030 26.137
10 Kelompok 3 2.400 0.800 5.57 0.012*
Perlakuan 4 0.575 0.143 1.00 0.444tn
Galat 12 1.725 0.143
Total
terkoreksi 19 5.575 4.700
14 Kelompok 1 0.100 0.100 1.00 0.373tn
Perlakuan 4 0.400 0.100 1.00 0.500tn
Galat 4 0.400 0.100
Total
terkoreksi 9 4.583 0.900
Keterangan = sama dengan Tabel Lampiran 2.
* = Nyata pada Uji F taraf 5%
** = Nyata pada Uji F taraf 1%
Tabel Lampiran 3. Sidik Ragam Pengaruh Sekat dan KMnO4 terhadap Kekerasan
Kulit Buah Pepaya selama Masa Simpan
Lama
Sumber F Pr>F
Simpan db KK JK KT
Keragaman Hitung Hitung
(HSP)
7 Kelompok 3 0.182 0.060 8.21 0.003**
Perlakuan 4 0.038 0.009 1.31 0.322tn
Galat 12 0.088 0.007
Total
terkoreksi 19 11.480 0.309
10 Kelompok 1 0.002 0.002 0.24 0.652tn
Perlakuan 4 0.041 0.010 1.20 0.430tn
Galat 4 0.034 0.008
Total
terkoreksi 9 15.863 0.077
14 Kelompok 1 0.034 0.034 9.05 0.039*
Perlakuan 4 0.021 0.005 1.43 0.368tn
Galat 4 0.015 0.003
Total
terkoreksi 9 12.177 0.012
Keterangan = sama dengan Tabel Lampiran 3.
Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Pengaruh Sekat dan KMnO4 terhadap Padatan
Terlarut Total (PTT) Buah Pepaya selama Masa Simpan
Lama
Sumber F Pr>F
Simpan db KK JK KT
Keragaman Hitung Hitung
(HSP)
7 Kelompok 3 12.871 4.290 9.24 0.001**
Perlakuan 4 3.785 0.946 2.04 0.152tn
Galat 12 5.574 0.464
Total
terkoreksi 19 6.589 22.231
10 Kelompok 1 0.0002 0.0002 0.00 0.983tn
Perlakuan 4 2.673 0.668 1.28 0.408tn
Galat 4 2.088 0.522
Total
terkoreksi 9 7.453 4.762
14 Kelompok 1 0.900 0.900 1.76 0.255tn
Perlakuan 4 0.443 0.110 0.22 0.915tn
Galat 4 2.042 0.510
Total
terkoreksi 9 6.363 3.386
Keterangan = sama dengan Tabel Lampiran 3.
Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Pengaruh Sekat dan KMnO4 terhadap Asam
Tertitrasi Total (ATT) Buah Pepaya selama Masa Simpan
Lama
Sumber F Pr>F
Simpan db KK JK KT
Keragaman Hitung Hitung
(HSP)
7 Kelompok 3 2.392 0.797 0.10 0.955tn
Perlakuan 4 38.288 9.572 1.25 0.340tn
Galat 12 91.568 7.630
Total
Terkoreksi 19 28.015 132.248
10 Kelompok 1 123.904 123.904 16.51 0.015*
Perlakuan 4 16.384 4.096 0.55 0.714tn
Galat 4 30.016 7.504
Total
Terkoreksi 9 18.814 170.304
14 Kelompok 1 8.464 8.464 2.00 0.229tn
Perlakuan 4 36.624 2.816 0.67 0.648tn
Galat 4 16.896 4.224
Total
Terkoreksi 9 8.464 36.624
Keterangan = sama dengan Tabel Lampiran 3.
Tabel Lampiran 6. Rekapitulasi Data Semua Peubah Terhadap Perlakuan dan
Kelompok
Masa Simpan
Peubah Perlakuan Kelompok
(HSP)
7 tn tn
Susut Bobot 10 tn tn
14 tn tn
4 tn **
7 tn tn
Warna
10 tn *
14 tn tn
7 tn **
Kekerasan 10 tn tn
14 tn *
7 tn **
Padatan Terlarut Total
10 tn tn
(PTT)
14 tn tn
7 tn tn
Asam Tertitrasi Total
10 tn *
(ATT)
14 tn tn
Keterangan : HSP = Hari Setelah Perlakuan
tn = tidak nyata pada taraf 5%
* = nyata pada taraf 5%
** = nyata pada taraf 1%