Oleh
Sinta Fatmawati
A34404031
PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
EVALUASI DAYA HASIL SEMBILAN HIBRIDA
CABAI (Capsicum annuum L.) DI SUBANG
Oleh
Sinta Fatmawati
A34404031
PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Muhamad Syukur, SP. MSi. Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS.
NIP. 132 258 034 NIP. 131 284 838
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
Latar Belakang................................................................................................1
Tujuan .............................................................................................................2
Hipotesis .........................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................3
Sejarah dan Penyebaran Cabai .......................................................................3
Taksonomi dan Botani Cabai .........................................................................3
Pemuliaan Tanaman Cabai .............................................................................5
Pembentukkan Hibrida Cabai .........................................................................5
Prosedur Pelepasan Varietas ...........................................................................6
BAHAN DAN METODE ........................................................................................8
Waktu dan Tempat..........................................................................................8
Bahan dan Alat ...............................................................................................8
Metode Percobaan ..........................................................................................9
Pelaksanaan Penelitian ...................................................................................9
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................14
Kondisi Umum .............................................................................................14
Rekapitulasi F-hitung, Peluang, dan Koefisien Keragaman .........................17
Umur Berbunga dan Umur Panen ................................................................18
Tinggi Tanaman, Tinggi Dikotomus, dan Lebar Kanopi .............................20
Bobot per Buah, Panjang Buah, Diameter Buah, dan Tebal Kulit Buah ......21
Bobot Buah Layak Pasar, Bobot Buah per Tanaman, dan Produktivitas .....23
Peubah Kualitatif ..........................................................................................25
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................29
Kesimpulan ...................................................................................................29
Saran .............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................30
DAFTAR TABEL
Lampiran
Lampiran
Latar Belakang
Permintaan cabai menunjukkan indikasi yang semakin meningkat seiring
dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan perindustrian berbahan baku
cabai. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Hortikultura (2008), produksi cabai di
Indonesia pada tahun 2004-2006 yaitu berturut-turut 714.705, 661.730, 736.019,
dan data sementara tahun 2007 yaitu 641.558 ton. Produktivitas dan luas lahan
cabai tahun 2004-2006 berturut-turut adalah 6.49 ton/ha dengan luas lahan
110.170 ha, produktivitas 6.39 ton/ha dengan luas lahan 103.531 ha, produktivitas
6.51 ton/ha dengan luasan 113.079 ha, dan data sementara tahun 2007 adalah 6.22
ton/ha dengan luas lahan 103.082 ha. Menurut Williams et al. (1993), angka
tersebut masih sangat rendah bila dibandingkan dengan potensi produktivitas di
Brunei yang dapat mencapai 30,3 ton/ha.
Untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat, berbagai usaha
dalam meningkatkan produktivitas cabai sangat perlu dilakukan. Benih bermutu
dari varietas unggul merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan produksi di bidang pertanian, tidak terkecuali cabai. Salah satu
alternatif untuk meningkatkan produktivitas cabai adalah dengan perakitan
varietas unggul, diantaranya dengan varietas hibrida. Produktivitas varietas
hibrida lebih tinggi dibandingkan dengan varietas open polinated (OP).
Peningkatan hasil hibrida cabai dapat mencapai 61% lebih tinggi dari tetuanya
(Kalloo, 1986).
Saat ini banyak petani yang telah menggunakan benih varietas hibrida,
akan tetapi sebagian benih varietas tersebut merupakan benih impor. Menurut
Direktorat Jenderal Hortikultura (2008), kebutuhan benih cabai tahun 2007
sebanyak 30 ton, dan rata-rata jumlah impor benih cabai mencapai 30% dari
ketersediaan benih. Untuk memenuhi permintaan cabai yang semakin meningkat,
maka perakitan varietas dalam negeri diharapkan mampu menghasilkan varietas
unggul baru yang sesuai ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Selanjutnya dari
varietas tersebut dapat diproduksi benih yang dapat ditanam oleh petani sehingga
mampu bersaing di pasar benih nasional.
2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi daya hasil sembilan hibrida
cabai (Capsicum annuum L.) hasil perakitan Bagian Genetika dan Pemuliaan
Tanaman IPB dan lima varietas pembanding.
Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat satu atau lebih hibrida cabai IPB
yang mempunyai daya hasil lebih tinggi dari varietas pembanding.
TINJAUAN PUSTAKA
lonjong dengan tepi daun yang rata. Warna daun hijau sampai hijau tua
(Kusandriani, 1996).
Bunga cabai merupakan bunga sempurna (hermaphrodite), bunga jantan
dan bunga betina terletak pada satu bunga yang biasanya menggantung dan keluar
dari ketiak daun. Setiap bunga memiliki satu kepala putik (stigma) berbentuk
bulat, lima sampai enam helai benang sari dengan bentuk lonjong. Posisi benang
sari dan putik dalam bunga sangat mempengaruhi penyerbukan. Apabila posisi
kepala putik lebih tinggi dari kotak sari akan terjadi penyerbukan silang dan
sebaliknya, apabila putik lebih rendah dari benang sari maka akan terjadi
penyerbukan sendiri (Kusandriani, 1996). Setiadi (2005) menambahkan, mahkota
bunga cabai memiliki cuping sebanyak 5-6 helai dengan panjang 1-1.5 cm dan
lebar sekitar 0.5 cm. Warna kepala putik kuning kehijauan sedangkan warna
kepala sari berwarna biru atau ungu.
Buah cabai masak pada 45 hari setelah terjadi penyerbukan (Greenleaf,
1986). Warna buah cabai sangat bervariasi, mulai dari hijau, kuning, jingga,
ataupun campuran dari warna tersebut sesuai dengan kematangan buah. Bentuk
buah cabai juga sangat beragam, berkisar dari linier, kerucut, dan bulat. Panjang
buah 1 cm hingga lebih dari 30 cm dengan ketebalan daging buah yang juga
bervariasi (Rubatzki dan Yamaguchi, 1999).
memperlihatkan gejala klorosis yaitu tanaman tumbuh kerdil dan daun yang
menguning, sedangkan pada pH kurang dari 5, tanaman akan kerdil.
Cabai dapat tumbuh pada suhu yang relatif tinggi, akan tetapi tanaman
cabai tidak dapat berbuah pada suhu di bawah 16 0C dan di atas 320C. Suhu
optimum untuk penyerbukan dan pembuahan cabai yaitu pada suhu antara 200C
dan 250C (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Heterosis adalah keunggulan hibrida (F1) yang melebihi nilai atau kisaran
kedua tetuanya. Penyebab dari heterosis masih belum pasti, akan tetapi secara
genetik terjadi karena adanya: 1) heterozigositas dalam arti over dominan, dimana
nilai F1 melebihi nilai kedua tetuanya karena adanya interaksi antar gen dalam
satu lokus, 2) akumulasi gen dominan, dimana gen dominan dari satu tetua
menambah dominan dari tetua lain, 3) interaksi antar alel berbeda lokus yang
memberikan nilai lebih karena hasil penambahan dan perkalian gen dominan
pendukung keunggulan sifat (Poespodarsono, 1998).
Produksi benih cabai hibrida dapat lebih efisien jika menggunakan
tanaman jantan steril (male sterility). Selain efisien penggunaan jantan steril juga
dapat meningkatkan kemurnian benih F1 karena tidak ada kemungkinan
menyerbuk sendiri. Sistem mandul jantan steril dapat dibedakan menjadi: mandul
jantan sitoplasmik genik (Cytoplasmic-genic male sterility), dan mandul jantan
sitoplasmik (Cytoplasmic male sterility) (Berke, 1999).
Setelah dilakukan uji adaptasi maka dilanjutkan dengan uji multilokasi. Syarat uji
multilokasi untuk tanaman buah dan sayuran semusim yaitu dilakukan pada dua
kali musim sebanyak tiga unit dan tiga lokasi atau elevasi (Peraturan Menteri
Pertanian, 2006).
Saat ini telah banyak varietas cabai hibrida yang telah dilepas dan
diperdagangkan di pasar nasional, baik varietas yang berasal dari dalam negeri
maupun varietas impor. Varietas-varietas tersebut diantaranya yaitu varietas
Adipati, Gada, dan imperial yang dikembangkan oleh perusahaan benih dalam
negeri, serta varietas Biola dan Hot Beauty yang merupakan varietas introduksi
(Tabel Lampiran 1).
BAHAN DAN METODE
Metode Percobaan
Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal, yaitu sembilan hibrida cabai IPB dan
lima varietas hibrida pembanding yang diulang tiga kali. Setiap satuan percobaan
terdiri dari 20 tanaman. Model matematika yang digunakan adalah:
Yij= + i+ j+ ε
ij
Keterangan:
i : 1, 2, 3, ……14
j : 1, 2, 3
Yij : nilai respon yang diberikan oleh hibrida ke-i dan kelompok ke-j
: nilai rata-rata
i : pengaruh hibrida ke-i
j : pengaruh kelompok ke-j
ε
ij : pengaruh galat percobaan dari hibrida ke-i dan kelompok ke-j
Jika terdapat perbedaan diantara hibrida yang diuji berdasarkan uji F-
hitung pada taraf 5% maka dilakukan uji lanjut dengan Uji Dunnett pada taraf 5%.
Pelaksanaan Penelitian
Penyemaian
Penyemaian benih dilakukan pada tray semai yang telah diisi dengan
media semai steril. Sebelum disemai, benih cabai direndam terlebih dahulu
dengan air hangat selama + 24 jam dengan tujuan mempercepat pengecambahan
benih. Pemeliharaan persemaian meliputi pemupukan dengan Gandasil D, NPK
mutiara dan penyemprotan pestisida. Pembibitan dilakukan di rumah plastik
selama empat minggu atau setelah bibit mempunyai empat sampai lima helai
daun.
Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan dilakukan satu bulan sebelum penanaman dengan tujuan
untuk menggemburkan tanah, yaitu dengan membajak tanah dan pemberian
pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha. Lahan dibuat bedengan-bedengan dengan
panjang 35 meter, lebar 1 meter dan tinggi 0.3 meter. Jarak antar petak percobaan
10
selebar 0.5 m. Pupuk dasar yang digunakan adalah Urea, SP-36 dan KCl, dengan
dosis berturut-turut adalah 200, 150 dan 150 kg/ha dilakukan satu minggu
sebelum tanam. Kemudian bedengan ditutup dengan mulsa plastik hitam perak
(MPHP), dilanjutkan dengan pembuatan lubang tanam dengan jarak ta nam
50 cm X 50 cm.
Penanaman
Penanaman dilakukan setelah bibit mempunyai empat sampai lima helai
daun. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati setelah satu minggu setelah
tanam (MST). Pengajiran dilakukan tiga hari setelah tanam.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, pewiwilan, penyiangan,
pemupukan, dan pengendalian hama penyakit. Penyiraman dilakukan dengan cara
menggenangi bedengan dengan air tiga hari sekali. Pewiwilan dilakukan apabila
sudah terdapat tunas air pada ketiak daun dan batang utama. Penyiangan gulma
dilakukan secara manual menggunakan cangkul dan kored. Pengendalian hama
dan penyakit dilakukan apabila terlihat gejala adanya serangan hama dan
penyakit. Tindakan preventif dilakukan dengan penyemprotan pastisida satu kali
seminggu pada fase vegetatif dan dua kali seminggu pada fase generatif. Aplikasi
pestisida dilakukan bergantian dengan dosis sesuai anjuran.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah buah mencapai kematangan 75% sampai
matang penuh. Pemanenan dilakukan satu kali seminggu selama delapan minggu.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman contoh setiap satu satuan
percobaan. Peubah yang diamati mengacu pada pedoman penilaian pelepasan
varietas hortikultura (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2006) dan IPGRI
Descriptor for Capsicum spp. (1995).
11
2. Bentuk daun: delta, oval, lanset, diamati setelah 50% populasi tanaman
berbuah masak (Gambar 2).
3. Tepi daun: rata, bergerigi, bergerigi ganda, beringgit, dan berombak diamati
pada saat fase generatif.
4. Ujung daun: runcing, meruncing, tumpul, membulat, rompang, terbelah, dan
berduri diamati setelah 50% populasi tanaman berbuah masak.
5. Warna daun: kuning, hijau muda, hijau, hijau tua, ungu muda, ungu,
variegata, diamati setelah 50% populasi tanaman berbuah masak.
6. Warna batang: hijau, hijau garis ungu, ungu dan lainnya, diamati setelah
panen pertama.
7. Warna kelopak bunga: hijau muda, hijau, hijau tua saat antesis.
13
8. Warna tangkai bunga: hijau muda, hijau, hijau tua diamati saat bunga
antesis.
9. Warna mahkota bunga: putih, kuning muda, kuning, ungu dengan dasar
putih, putih dengan dasar ungu, ungu dan lainnya diamati saat bunga
antesis.
10. Jumlah helai mahkota: diamati saat bunga antesis.
11. Warna anter: ungu, ungu muda, diamati saat bunga mekar.
12. Warna kepala putik: diamati saat bunga mekar.
13. Bentuk buah: memanjang, bulat, segitiga, campanulate, blocky, diamati
setelah panen ke-2 (Gambar 3).
14. Permukaan kulit buah: halus, semi keriting, keriting, dari 10 buah segar dari
panen ke-2.
15. Warna buah muda: hijau, hijau muda, hijau tua, diamati saat mulai berbuah.
16. Warna buah masak: putih, kuning, lemon, oranye pucat, oranye, merah
terang, merah, merah tua, ungu, cokelat, hitam diamati saat buah masak
penuh.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Agustus 2008 di kebun
petani Subang, Jawa Barat, dengan ketinggian 47 m dpl. Lahan yang digunakan
merupakan lahan sawah. Berdasarkan data Laboratorium Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan IPB, lahan percobaan mempunyai pH tanah 5.50, kadar Fe
7.76 ppm, dan kandungan bahan organik 1.64%, serta mempunyai tekstur liat
debu pasir (Tabel Lampiran 2). Setiadi (2005) mengemukakan, lahan sawah
umumnya mempunyai sifat asam dengan pH < 6 dengan kadar liat dan Fe tinggi.
Rata-rata curah hujan pada saat penelitian adalah 115.575 mm/bulan
dengan 49 hari hujan (Tabel Lampiran 3). Curah Hujan pada fase vegetatif lebih
tinggi daripada saat cabai memasuki fase generatif. Kondisi tersebut sangat sesuai
untuk pertanaman cabai. Menurut Setiadi (2005), penanaman cabai di lahan sawah
sebaiknya dilakukan pada akhir musim hujan karena ada hubungannya dengan
kandungan pH yang rendah dan Fe yang tinggi.
Penyemaian dilakukan di rumah plastik agar bibit terhindar dari hama dan
penyakit. Pertumbuhan bibit telihat baik. Transplanting dilakukan pada saat bibit
telah berumur 4 minggu atau telah mempunyai 4-5 helai daun. Pengajiran
dilakukan satu minggu setelah tanam.
Penanaman dilakukan pada tanggal 13 April 2008. Pelaksanaan
penanaman dilakukan pada sore hari agar intensitas cahaya matahari tidak tinggi.
Bibit yang sehat dan curah hujan yang relatif rendah tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman sehingga tanaman tumbuh dengan baik.
Hama menyerang tanaman baik pada saat fase vegetatif dan generatif.
Hama yang menyerang pada fase vegetatif adalah belalang (Valanga sp.) yang
mengakibatkan batang tanaman patah dan daun yang berlubang, serangan tersebut
terlihat pada saat awal penanaman. Selain itu juga terdapat serangan hama thrips
(Thrips sp.) dan kutu daun (Myzus persicae) dengan gejala serangan terlihat pada
saat 4 MST yang menyerang semua hibrida cabai yang diuji (Gambar 4). Lahan
percobaan berdampingan dengan kebun kacang panjang yang merupakan inang
kutu daun sehingga kutu daun menyerang dari awal (4 MST) sampai akhir
15
percobaan. Menurut Pracaya (2007), thrips menyerang bagian daun, kuncup, serta
bunga dan buah yang masih muda dan berkembang baik jika kelembaban relatif
sekitar 70%. Thrips menghisap cairan dari permukaan daun sehingga udara masuk
ke dalam sel-sel daun dan mengakibatkan bercak putih keperakan dan daun yang
menggulung ke bagian dalam. Kutu daun bersembunyi di balik daun dan
mengeluarkan kotoran embun madu sehingga mengundang cendawan jelaga.
A B
C D
Hama yang menyerang pada fase generatif adalah ulat daun (Spodoptera
sp.) (Gambar 4), ulat buah (Helicoperpa armigera) dan lalat buah (Dachus sp.)
(Gambar 5). Serangan lalat buah dan ulat buah yang terjadi cukup tinggi dan
menyerang semua hibrida yang dievaluasi, sedangkan serangan ulat daun tidak
terlalu banyak sehingga tidak berpengaruh terhadap tanaman cabai. Menurut
Tjahjadi (1989), lalat betina bertelur dalam buah cabai sehingga akan terdapat
luka tusukan. kemudian telur akan berkembang menjadi ulat yang akan memakan
daging buah dan menyebabkan buah berlubang.
16
A B
Gambar 5. Serangan Hama pada Buah Cabai. A. Ulat Buah, B. Lalat Buah
B C
Biola dan Hot Beauty. Sementara itu hibrida IPB CH25 (73.67 HST), IPB
CH28 (76.33 HST), IPB CH50 (76.00 HST), dan IPB CH51 (71.33 HST) umur
panennya tidak berbeda dengan seluruh pembanding (Tabel 3).
Tabel 3. Nilai Rataan Umur Berbunga dan Umur Panen Hibrida Cabai yang Diuji
Umur Berbunga Umur Panen
Hibrida (HST) (HST)
IPB CH1 24.67d 60.67bd
IPB CH2 25.00d 69.67d
IPB CH3 22.33abd 64.00bd
IPB CH5 24.00d 61.33bd
IPB CH19 24.00d 65.00bd
IPB CH25 30.67abce 73.67
IPB CH28 27.00e 76.33
IPB CH50 26.00 76.00
IPB CH51 24.33d 71.33
Adipati 25.33 71.33
Biola 26.67 82.33
Gada 24.67 68.33
Hot Beauty 28.00 81.33
Imperial 23.33 70.67
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d. dan e, berturut-turut berbeda nyata
dengan Adipati, Biola, Gada, Hot Beauty, dan Imperial berdasarkan uji Dunnett
taraf 5%
umur berbunga yang sama yaitu 24 HST (Tabel 3), hal ini dikarenakan masa
pengisian buah untuk IPB CH51 lebih lama dibandingkan IPB CH5.
Gardner et al. (1991) mengemukakan, jangka waktu pertumbuhan
bervariasi tergantung pada bobot kering, volume, tinggi, dan faktor lain pada
suatu organisme. Bobot kering kecambah pada periode yang pendek akan lebih
kecil dibandingkan pada kecambah yang memiliki periode yang lebih panjang.
Tabel 4. Nilai Rataan Tinggi Tanaman, Tinggi Dikotomus, dan Lebar Kanopi
Hibrida Cabai yang Diuji
Tinggi Tanaman Tinggi Dikotomus Lebar Kanopi
Hibrida
(cm) (cm) (cm)
IPB CH1 92.89 25.17b 75.86b
IPB CH2 88.88 29.83cde 78.21
IPB CH3 84.10b 22.76abc 76.05b
IPB CH5 76.04b 28.01bde 70.11b
IPB CH19 93.78 24.38ab 81.04
IPB CH25 87.66 29.99cde 86.47
IPB CH28 84.78b 26.05b 74.37b
IPB CH50 89.97 24.31ab 69.62b
IPB CH51 84.41b 23.30ab 69.32b
Adipati 93.87 28.03 75.03
Biola 107.01 32.09 94.78
Gada 79.95 25.90 76.05
Hot Beauty 87.36 24.51 83.41
Imperial 82.76 24.90 78.41
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d, dan e, berturut-turut berbeda nyata
dengan Adipati, Biola, Gada, Hot Beauty, dan Imperial berdasarkan uji Dunnett
taraf 5%.
21
Hibrida IPB CH3 (22.76 cm) mempunyai tinggi dikotomus yang lebih
pendek daripada varietas Adipati, Biola dan Gada. Sementara itu, hibrida IPB
CH25 (29.99 cm) mempunyai tinggi dikotomus yang lebih tinggi daripada Biola
(Tabel 4).
Hibrida IPB CH1, IPB CH3, IPB CH5, IPB CH28, IPB CH50 dan IPB
CH51 memiliki lebar kanopi lebih sempit dibandingkan dengan Biola. Lebar
kanopi hibrida IPB tersebut berturut-turut adalah 75.86, 75.86, 70.11, 74.37,
69.62, dan 69.32 cm. Lebar kanopi hibrida IPB CH2, IPB CH19, dan IPB CH25
tidak berbeda dengan varietas pembanding (Tabel 4).
Bobot per Buah, Panjang Buah, Diameter Buah, dan Tebal Kulit Buah
Berdasarkan nilai rataan pada Tabel 5, hibrida IPB CH51 (16.50 g)
memiliki bobot buah lebih besar dibandingkan dengan semua pembanding.
Sementara itu IPB CH5 memiliki bobot yang lebih kecil dibandingkan dengan
semua pembanding dengan bobot 5.83 g.
Seperti halnya bobot buah, IPB CH51 memiliki ukuran buah lebih panjang
dibandingkan dengan semua pembanding kecuali Gada. Hibrida IPB CH5
memiliki ukuran buah lebih pendek dari semua pembanding kecuali Hot Beauty
(Gambar 7). Adapun hibrida yang tidak berbeda nyata dengan semua pembanding
adalah IPB CH1 dan IPB CH25 (Tabel 5).
Tabel 5 menunjukkan diameter IPB CH3 (1.75 cm) lebih besar
dibandingkan dengan semua pembanding. Hibrida yang tidak berbeda nyata
dengan semua pembanding adalah IPB CH19.
Hibrida IPB CH5 dan IPB CH19 memiliki tebal kulit yang tipis daripada
Adipati. Hibrida IPB CH3 dan IPB CH51 memiliki kulit buah lebih tebal
dibandingkan Biola, Gada, Hot Beauty, dan Imperial. Sementara itu, hibrida yang
tidak berbeda nyata dengan seluruh pembanding yaitu IPB CH1, IPB CH2, IPB
CH25, IPB CH28 dan IPB CH50 (Tabel 5).
22
Tabel 5. Nilai Rataan Bobot per Buah, Panjang Buah, Diameter Buah, dan Tebal
Kulit Buah Hibrida Cabai yang Diuji
Bobot Buah Panjang Buah Diameter Buah Tebal Kulit
Hibrida
(g) (cm) (cm) Buah (cm)
IPB CH1 10.53 18.06 1.50bde 0.18
IPB CH2 10.63 17.92c 1.60bcde 0.18
IPB CH3 14.30bde 20.65bd 1.75abcde 0.23bcde
IPB CH5 5.83abcde 14.46abce 1.18ac 0.14a
IPB CH19 8.77ac 16.86c 1.43 0.15a
IPB CH25 11.27 18.53 1.57bcde 0.19
bde
IPB CH28 13.37 19.79d 1.63bcde 0.19
IPB CH50 12.03de 20.47bd 1.50bde 0.20
IPB CH51 16.50abcde 21.76abde 1.56bcde 0.22bcde
Adipati 13.33 18.61 1.52 0.21
Biola 9.23 17.68 1.27 0.17
Gada 12.40 20.57 1.36 0.18
Hot Beauty 8.77 16.70 1.32 0.16
Imperial 8.87 19.10 1.28 0.16
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d, dan e, berturut-turut berbeda nyata
dengan Adipati, Biola, Gada, Hot Beauty, dan Imperial berdasarkan uji Dunnett
taraf 5%.
a b c d e f g h i j k l m n
Gambar 7. Keragaan Buah Cabai Hibrida yang Dievaluasi. a. IPB CH1, b. IPB
CH2, c. IPB CH3, d. IPB CH5, e. IPB CH19, f. IPB CH25, g. IPB
CH28, h. IPB CH50, i. IPB CH51, j. Adipati, k. Biola, l. Gada,
m. Hot Beauty, dan n. Imperial
23
Bobot Buah Layak Pasar, Bobot Buah per Tanaman, dan Produktivitas
Seluruh hibrida tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding pada
peubah bobot buah layak pasar kecuali IPB CH5. Hibrida IPB CH5 memiliki
bobot buah layak pasar yang lebih rendah daripada Biola dengan bobot 260.00 g
(Tabel 6).
Pada peubah bobot buah per tanaman dan produktivitas, hibrida IPB CH3
(827.70 g) memiliki bobot buah per tanaman lebih besar dibandingkan dengan
Adipati, Gada, dan Imperial, dan tidak berbeda nyata dengan Biola dan Hot
Beauty. Untuk hibrida cabai lainnya, bobot buah per tanaman dan produktivitas
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan semua pembanding (Tabel 6).
Tabel 6. Nilai Rataan Bobot Buah Layak Pasar, Bobot Buah per Tanaman, dan
Produktivitas Hibrida Cabai yang Diuji
Bobot Buah Bobot Buah Produktivitas
Hibrida
Layak Pasar (g) per Tanaman (g) (ton/ha)
IPB CH1 404.33 592.10 15.16
IPB CH2 372.83 488.00 12.49
IPB CH3 674.87 827.70ace 21.19ace
IPB CH5 260.00b 348.07 8.91
IPB CH19 452.03 610.43 15.63
IPB CH25 525.51 644.61 16.50
IPB CH28 427.93 673.57 17.24
IPB CH50 375.33 497.53 12.74
IPB CH51 331.87 460.90 11.80
Adipati 446.47 448.17 11.47
Biola 551.97 629.37 16.11
Gada 456.20 533.33 13.65
Hot Beauty 460.67 571.23 14.62
Imperial 469.40 525.83 13.46
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, dan e, berturut-turut berbeda nyata
dengan Adipati, Biola, Gada, dan Imperial berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.
Produktivitas hibrida IPB CH3 yang tinggi juga terjadi pada penelitian
Dirgantara (2007), Kaharjanti (2008), dan Anggoro (2008). Bobot buah per
tanaman IPB CH3 di Bogor yaitu 289.93 g/tanaman (Dirgantara, 2007). Bobot
buah per tanaman IPB CH3 di daerah Boyolali lebih tinggi dari semua
24
Bobot buah semua hibrida dan varietas pembanding di Bogor lebih rendah
dibandingkan dengan daerah percobaan lainya (Tabel 7). Adanya perbedaan yang
cukup besar antara produktivitas semua hibrida dan produktivitas varietas
pembanding di Bogor dengan lokasi percobaan lainnya karena adanya perbedaan
iklim pada saat percobaan. Dirgantara (2007) melaporkan, curah hujan daerah
Bogor pada saat percobaan sangat tinggi dengan hujan yang lebat. Menurut
Prajnanta (1999), kondisi lingkungan tersebut tidak cocok untuk pertanaman cabai
25
karena akan mengakibatkan bunga cabai rontok dan bunga tidak terserbuki oleh
serangga penyerbuk. Air hujan yang menggenangi bedengan mengakibatkan
aerasi yang buruk, selain itu hujan yang terus menerus akan meningkatkan
kelembaban disekitar pertanaman. Faktor lain yang mempengaruhi adalah
intensitas cahaya matahari. Intensitas cahaya matahari di Bogor lebih rendah jika
dibandingkan dengan daerah percobaan lainnya. Cabai termasuk tanaman berhari
netral, yaitu antara 10-12 jam penyinaran sehari. Pertumbuhan tanaman akan
terhambat jika tanaman ternaungi, bunga yang dihasilkan sedikit serta kualitas dan
kuantitas produksi yang rendah.
Peubah Kualitatif
Sifat kualitatif merupakan sifat yang dapat dikelompokkan dan biasanya
dinyatakan dalam kategori. Sifat kualitatif dikendalikan oleh gen sederhana
sehingga dapat dibedakan dengan tegas (Poespodarsono, 1988).
Tabel 8. Penampilan Batang dan Habitus Tanaman Hibrida Cabai yang Diuji
Hibrida Batang Habitus Tanaman
IPB CH1 Hijau bergaris ungu Menyamping
IPB CH2 Hijau bergaris ungu Menyamping
IPB CH3 Hijau bergaris ungu Menyamping
IPB CH5 Hijau bergaris ungu Menyamping
IPB CH19 Hijau bergaris ungu Menyamping
IPB CH25 Hijau bergaris ungu Menyamping
IPB CH28 Hijau bergaris ungu Menyamping
IPB CH50 Hijau bergaris ungu Menyamping
IPB CH51 Hijau bergaris ungu Menyamping
Adipati Hijau bergaris ungu Menyamping
Biola Hijau bergaris ungu Menyamping
Gada Hijau bergaris ungu Menyamping
Hot Beauty Hijau bergaris ungu Menyamping
Imperial Hijau bergaris ungu Menyamping
dievaluasi. Semua hibrida mempunyai kesamaan baik dalam hal habitus tanaman
maupun warna batang yaitu habitus tanaman menyamping dengan batang
berwarna hijau bergaris ungu (Tabel 8).
Seperti halnya habitus tanaman dan warna batang, pada daun juga terdapat
kesamaan yaitu berbentuk lanset, tepi daun yang rata, dan ujung daun yang
meruncing. Pada sifat warna daun, IPB CH28 dan Gada memiliki daun yang
berwarna lebih gelap dibandingkan dengan hibrida lainnya (Tabel 9).
Tabel 9. Penampilan Beberapa Karakter Kualitatif pada Daun Hibrida Cabai yang
Diuji
Hibrida Daun
Warna Bentuk Tepi Ujung
IPB CH1 Hijau Lanset Rata Meruncing
IPB CH2 Hijau Lanset Rata Meruncing
IPB CH3 Hijau Lanset Rata Meruncing
IPB CH5 Hijau Lanset Rata Meruncing
IPB CH19 Hijau Lanset Rata Meruncing
IPB CH25 Hijau Lanset Rata Meruncing
IPB CH28 Hijau tua Lanset Rata Meruncing
IPB CH50 Hijau Lanset Rata Meruncing
IPB CH51 Hijau Lanset Rata Meruncing
Adipati Hijau Lanset Rata Meruncing
Biola Hijau Lanset Rata Meruncing
Gada Hijau tua Lanset Rata Meruncing
Hot Beauty Hijau Lanset Rata Meruncing
Imperial Hijau Lanset Rata Meruncing
Tabel 10. Penampilan Beberapa Karakter Kualitatif Bunga Hibrida Cabai yang
Diuji
Warna Warna Warna Jumlah Warna Warna
Hibrida Kelopak Tangkai Mahkota Helai Anther Kepala
Mahkota Putik
IPB CH1 Hijau Hijau Putih 5&6 Ungu Kekuningan
IPB CH2 Hijau Hijau Putih 5&6 Ungu Kekuningan
IPB CH3 Hijau Hijau Putih 5&6 Ungu Kekuningan
IPB CH5 Hijau Hijau Putih 6 Ungu Kekuningan
IPB CH19 Hijau Hijau Putih 5&6 Ungu Kekuningan
IPB CH25 Hijau Hijau Putih 6&7 Ungu Kekuningan
IPB CH28 Hijau Hijau Putih 5, 6 & 7 Ungu Kekuningan
IPB CH50 Hijau Hijau Putih 5&6 Ungu Kekuningan
IPB CH51 Hijau Hijau Putih 5&6 Ungu Kekuningan
Adipati Hijau Hijau Putih 5&6 Ungu Kekuningan
Biola Hijau Hijau Putih 5&6 Ungu Kekuningan
Gada Hijau Hijau Putih 5&6 Ungu Kekuningan
Hot Beauty Hijau Hijau Putih 5&6 Ungu Kekuningan
Imperial Hijau Hijau Putih 5&6 Ungu Kekuningan
A B C
Gambar 8. Keragaan Jumlah Helai Mahkota Bunga Cabai Hibrida yang
Dievaluasi. A. Lima Helai, B. Enam Helai, C. Tujuh Helai
Tabel 11. Penampilan Beberapa Karakter Kualitatif Buah Hibrida Cabai yang
Diuji
Permukaan Warna Buah Warna Buah Bentuk Buah
Hibrida
Buah Muda Tua
IPB CH1 Semi keriting Hijau Merah Memanjang
IPB CH2 Semi keriting Hijau Merah Memanjang
IPB CH3 Semi keriting Hijau Merah Memanjang
IPB CH5 Semi keriting Hijau Merah Memanjang
IPB CH19 Semi keriting Hijau Merah Memanjang
IPB CH25 Semi keriting Hijau Merah Memanjang
IPB CH28 Semi keriting Hijau Tua Merah Memanjang
IPB CH50 Semi keriting Hijau Merah Memanjang
IPB CH51 Semi keriting Hijau Merah Memanjang
Adipati Licin Hijau Merah Memanjang
Biola Licin Hijau Merah Memanjang
Gada Semi keriting Hijau tua Merah Memanjang
Hot Beauty Semi keriting Hijau Merah Memanjang
Imperial Semi keriting Hijau Merah Memanjang
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan diantara
hibrida yang diuji. Perbedaan sangat nyata terdapat pada umur berbunga, umur
panen, tinggi dikotomus, bobot per buah, panjang buah, diameter buah, tebal kulit
buah, bobot buah per tanaman, dan produktivitas. Terdapat perlakuan yang nyata
antara hibrida yang diuji yaitu pada peubah tinggi tanaman, lebar kanopi, dan
bobot buah layak pasar, dan tidak berbeda nyata pada peubah lebar daun.
Semua hibrida tidak menunjukkan perbedaan pada peubah kuantitatif kecuali pada
peubah warna daun (hijau, hijau tua), warna buah muda (hijau, hijau tua),
permukaan buah (semi keriting, licin), dan jumlah helai mahkota (5, 6 dan 7
helai).
Hibrida yang dievaluasi mempunyai keunggulan dari varietas pembanding.
Umur panen yang lebih cepat dimiliki oleh hibrida IPB CH3, IPB CH5, dan IPB
CH 19 dibandingkan Biola dan Hot Beauty. Berdasarkan bobot buah per tanaman,
hibrida IPB CH3 (827.70 g) memiliki bobot yang lebih tinggi daripada varietas
Adipati, Gada, dan Imperial.
Saran
Hibrida IPB CH3 dapat dilepas sebagai varietas baru. Hibrida cabai
tersebut cocok dikembangkan sebagai varietas hibrida dataran rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia. 2008. Panduan Lengkap Budi Daya dan Bisnis Cabai. PT. Agromedia
Pustaka. Jakarta. 189 hal.
Anggoro, D. 2008. Evaluasi Daya Hasil Sembilan Hibrida Cabai Besar IPB di
Rembang. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 46 hal.
Anwar, S. 2006. Variabilitas genetik, heritabilitas dan korelasi antar beberapa
peubah fiosiologi dengan indeks derajat toleransi kedelai terhadap cekaman
alumunium. Agromedia 24 (1): hal 1-14.
Bari, A., S. Musa, dan E. Sjamsudin. 2006. Pengantar Pemuliaan Tanaman.
Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Berke, T. G. 1999. Hybrid Seed Production in Capsicum. 49-65p. in A. S. Basra
(Ed). Hibryd Seed Production in Vegetables: Rationale and Methods in
Selected Crops. The Haworth Press, Inc. New York.
Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi. 2006. Pedoman Pelepasan Varietas
Hortikultura. Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian. 128
hal.
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2006. Pusat Data dan Informasi Pertanian
Departemen Pertanian 2006. http://www.litbang.go.id. [12 September
2008].
. 2008. Luas Panen, Produksi, Rata-rata Hasil
Tanaman Sayuran Indonesia. http://www.hortikultura.deptan.go.id. [12
September 2008].
. 2008. Upaya Perbaikan Industri Benih
Hortikultura untuk Mengurangi Impor Benih serta Pengembangan Sentra
Produksi Benih Hortikultura. http://www.hortikultura.deptan.go.id/ekspor-
impor%20benih. [16 September 2008].
Dirgantara, H. I. 2007. Evaluasi Daya Hasil 11 Hibrida Cabai (Capsicum annuum
L.) di Kebun Petani Ciherang. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 54
hal.
Duriat, A. S., W. W. Hadisoeganda, T. A. Soetiassa, dan L. Prabaningrum. 1996.
Teknologi Produksi Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Lembang. 113 hal.
East West Seed Indonesia. 2006. Katalog Varietas Benih Sayuran Unggul. PT.
East West Indonesia. Purwakarta. 60 hal.
Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. (Terjemahan). H. Susilo. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
424 hal.
31
Wilayah Adaptasi Dataran rendah Dataran rendah- Dataran rendah- Dataran rendah-
sedang sedang sedang
Walkey
pH 1:1 & Kjehdal Bray HCl N NH4 Oac pH 7.0 N KCl 0.05 N HCl Tekstur
Black I 25%
KB
H2O KCl C-org N-Total P Ca Mg K Na KTK Al H Fe Cu Zn Mn Pasir Debu Liat
5.50 4.30 1.64 0.18 3.7 36.8 4.14 2.92 0.52 0.48 15.53 52.16 0.24 0.18 7.76 2.52 13.40 30.40 7.24 29.63 63.13
Sumber : Laboratorium Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB
36
Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Umur Berbunga Sembilan Hibrida IPB dan
Lima Varietas Pembanding
Sumber Db JK KT F-hitung Pr > F
Ulangan 2 0.571 0.285 0.24 0.7872
Hibrida 13 176.952 13.612 11.50 0.0001
Galat 26 30.762 1.183
Total 41 208.286
KK: 4.28%
Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Umur Panen Sembilan Hibrida IPB dan Lima
Varietas Pembanding
Sumber Db JK KT F-hitung Pr > F
Ulangan 2 3.190 1.592 0.05 0.9521
Hibrida 13 2037.738 156.749 4.83 0.0003
Galat 26 843.476 32.441
Total 41 2884.476
KK: 8.01%
Tabel Lampiran 6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sembilan Hibrida IPB dan
Lima Varietas Pembanding
Sumber Db JK KT F-hitung Pr > F
Ulangan 2 32.056 16.028 0.23 0.799
Hibrida 13 2196.405 168.954 2.38 0.029
Galat 26 1844.270 70.933
Total 41 4072.731
KK: 9.56%
37
Tabel Lampiran 7. Sidik Ragam Tinggi Dikotomus Sembilan Hibrida dan Lima
Varietas Pembanding
Sumber Db JK KT F-hitung Pr > F
Ulangan 2 2.868 1.434 0.94 0.4041
Hibrida 13 303.992 23.384 15.30 0.0001
Galat 26 39.737 1.528
Total 41 346.598
KK: 4.69%
Tabel Lampiran 8. Sidik Ragam Lebar Kanopi Sembilan Hibrida dan Lima
Varietas Pembanding
Sumber Db JK KT F-hitung Pr > F
Ulangan 2 66.005 33.002 0.62 0.5479
Hibrida 13 1899.530 146.118 2.73 0.0143
Galat 26 1393.570 53.599
Total 41 3359.106
KK: 9.41%
Tabel Lampiran 9. Sidik Ragam Lebar Daun Sembilan Hibrida dan Lima
Varietas Pembanding
Sumber Db JK KT F-hitung Pr > F
Ulangan 2 0.313 0.156 0.75 0.4832
Hibrida 13 4.956 0.381 1.82 0.0934
Galat 26 5.438 0.209
Total 41 10.707
KK: 11.19%
Tabel Lampiran 10. Sidik Ragam Bobot per Buah Sembilan Hibrida dan Lima
Varietas Pembanding
Sumber Db JK KT F-hitung Pr > F
Ulangan 2 3.492 1.746 1.23 0.3085
Hibrida 13 299.216 23.017 16.23 0.0001
Galat 26 36.881 1.419
Total 41 339.590
KK: 10.70%
38
Tabel Lampiran 11. Sidik Ragam Panjang Buah Sembilan Hibrida dan Lima
Varietas Pembanding
Sumber Db JK KT F-hitung Pr > F
Ulangan 2 3.630 1.815 1.61 0.2198
Hibrida 13 145.607 11.201 9.92 0.0001
Galat 26 29.369 1.130
Total 41 178.606
KK: 5.37%
Tabel Lampiran 12. Sidik Ragam Diameter Buah Sembilan Hibrida dan Lima
Varietas Pembanding
Sumber Db JK KT F-hitung Pr > F
Ulangan 2 0.0242 0.0120 2.22 0.1288
Hibrida 13 1.019 0.0783 14.39 0.0001
Galat 26 0.142 0.005
Total 41 1.185
KK: 5.12%
Tabel Lampiran 13. Sidik Ragam Tebal Kulit Buah Sembilan Hibrida dan Lima
Varietas Pembanding
Sumber Db JK KT F-hitung Pr > F
Ulangan 2 0.003 0.002 5.59 0.0095
Hibrida 13 0.026 0.002 6.72 0.0001
Galat 26 0.008 0.0003
Total 41 0.037
KK: 9.45%
Tabel Lampiran 14. Sidik Ragam Bobot Buah Layak Pasar Sembilan Hibrida IPB
dan Lima Varietas Pembanding
Sumber Db JK KT F-hitung Pr > F
Ulangan 2 6820.852 3410.426 0.28 0.7563
Hibrida 13 439555.915 33811.993 2.80 0.0123
Galat 26 314106.368 12081.014
Total 41 760483.136
KK: 25.35%
39
Tabel Lampiran 15. Sidik Ragam Bobot Buah per Tanaman Sembilan Hibrida dan
Lima Varietas Pembanding
Sumber Db JK KT F-hitung Pr > F
Ulangan 2 188111.563 94055.782 6.92 0.0039
Hibrida 13 535294.028 41176.464 3.03 0.0078
Galat 26 353370.718 13591.182
Total 41 1076776.309
KK: 20.79%
Tabel Lampiran 16. Sidik Ragam Produktivitas Sembilan Hibrida dan Lima
Varietas Pembanding
Sumber Db JK KT F-hitung Pr > F
Ulangan 2 123.253 61.626 6.92 0.0039
Hibrida 13 350.898 26.992 3.03 0.0078
Galat 26 231.617 8.908
Total 41 705.768
KK: 20.79%
40