Anda di halaman 1dari 109

ANALISIS DAYA SAING KAKAO (Theobroma cacao L.

)
HASIL PRODUKSI SUMATERA UTARADI PASAR EKSPOR

SKRIPSI

FAUZI RAHIM POHAN


120304136
AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MEDAN

2016

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS DAYA SAING KAKAO (Theobroma cacao L.)
HASIL PRODUKSI SUMATERA UTARA DI PASAR EKSPOR

SKRIPSI

Diajukan Kepada
Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Derajat
Sarjana Pertanian

FAUZI RAHIM POHAN


120304136
AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

FAUZI RAHIM POHAN: Analisis Daya Saing Kakao (Theobroma


cacao L.) Hasil Produksi Sumatera Utara di Pasar Ekspor. Penelitian ini
dibimbing oleh Bapak Ir.Thomson Sebayang, M.T selaku Ketua Komite
Pembimbing dan Ibu Emalisa, S.P., M.Si selaku Anggota Komite Pembimbing.
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis perkembangan volume
produksi, volume ekspor, nilai ekspor kakao hasil produksi Sumatera Utara
periode 2006-2015 dan menganalisis daya saing kakao hasil produksi Sumatera
Utara di pasar ekspor periode 2006-2015.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analsisis trend linear,
Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Export Product Dynamic (EPD).
Data yang digunakan adalah data sekunder.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa volume produksi kakao hasil
produksi Sumatera Utara periode 2006-2015 cenderung menurun rata-rata sebesar
707,9 ton setiap tahun, begitu juga dengan volume ekspor kakao hasil produksi
Sumatera Utara periode 2006-2015 cenderung menurun rata-rata sebesar 1.350,9
ton setiap tahun, namun nilai ekspornya cenderung meningkat rata-rata sebesar
US$ 537.000 setiap tahun, dan kakao hasil produksi Sumatera Utara periode
2006-2015 memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif yang merupakan
indikator daya saing.

Kata Kunci: kakao, daya saing, Revealed Comparative Advantage (RCA),


Export Product Dynamic (EPD)

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

FAUZI RAHIM POHAN lahir di Pematangsiantar 28 September 1994, anak

pertama dari dua bersaudara dari Ayahanda Drs. Ahmad Pohan dan Ibunda

Dra.Raisah Sembiring.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2000 masuk Sekolah Dasar Yayasan Perguruan Keluarga

Pematangsiantar dan tamat pada tahun 2006.

2. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 4

Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2009.

3. Tahun 2009 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 4

Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2012.

4. Tahun 2012 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis selama kuliah adalah:

1. Bulan Agustus hingga September 2014 melaksanakan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) di Nagori Haranggaol Horison, Kecamatan Haranggaol,

Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi

ini adalah “Analisis Daya Saing Kakao (Theobroma Cacao L.) Hasil Produksi

Sumatera Utara Di Pasar Ekspor”. Kegunaan dari skripsi ini adalah sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Program Studi

Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Ucapan terimakasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak

Ir.Thomson Sebayang, MT dan Ibu Emalisa, SP, M.Si selaku dosen komite

pembimbing skripsi yang telah sabar meluangkan waktu dan pikiran dalam

memberikan arahan, bimbingan, petunjuk, dan juga saran kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih

kepada Bapak Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si dan Ibu Ir.Lily Fauzia, M.Si

selaku dosen komite penguji yang telah meluangkan waktunya untuk menguji

penulis selama sidang meja hijau.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1) Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dr.Ir. Satia Negara Lubis,

M.Ec selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara yang telah memfasilitasi penyelenggaraan

perkuliahan serta kegiatan administrasi dan organisasi di kampus.

2) Seluruh dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis

selama ini.

Universitas Sumatera Utara


3) Seluruh Pegawai di Fakultas Pertanian, Pegawai Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian USU yang telah banyak memudahkan dalam administrasi

selama penulis menjalankan skripsi.

4) Terkhusus kepada ayahanda Bapak Drs.Ahmad Pohan dan Ibunda Ibu

Dra.Raisah Sembiring dan juga adik saya Annisa Rizkya Pohan, penulis

menyampaikan rasa hormat dan terima kasih atas seluruh cinta, motivasi, kasih

sayang dan dukungan, baik secara materi maupun doa yang diberikan kepada

penulis selama menjalani kuliah.

5) Teman-teman yang telah membantu penulis, Nadia Gina Pasaribu, Cindy

Oktavia Siahaan, Grace Anasthasya Siahaan, Donny Light Ebenezer

Simanihuruk, Citra Paraditha, Reza Susanto, Shella Agustia Purba dan Raja

Eka Citra Kalisa, serta seluruh teman-teman agribisnis angkatan 2012 yang

tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

6) Teman-teman IMABI yang telah memberikan dukungannya, Betty Damayanti,

Fredrick Alexander Marpaung dan Fitri Widya Ningsih.

7) Teruntuk jodohku, maaf aku tidak menulis namamu karena aku belum

menemukanmu sampai skripsi ini selesai.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik demi tercapainya karya terbaru kedepannya.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat

bagi kita semua.

Medan, Oktober 2016

Fauzi Rahim Pohan

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................. i
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .............................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 6
1.5 Keaslian Penelitian ................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................... 8
2.1.1 Kakao (Theobroma cacao L.)........................................ 8
2.1.2 Gambaran Umum Kakao Indonesia dan Dunia ............ 10
2.1.3 Peranan Kakao Dalam Perekonomian .......................... 12
2.2 Landasan Teori ...................................................................... 15
2.2.1 Perdagangan Internasional ........................................... 15
2.2.2 Konsep Daya Saing ..................................................... 16
2.2.3 Revealed Comparative Advantage (RCA) ................... 19
2.2.4 Export Product Dynamic (EPD) ................................... 21
2.3 Penelitian Terdahulu .............................................................. 25
2.4 Kerangka Pemikiran .............................................................. 29
2.5 Hipotesis Penelitian ............................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ................................... 32
3.2 Metode Pengumpulan Data .................................................. 33
3.3 Metode Analisis Data ............................................................ 33
3.4 Definisi dan Batasan Operasional .......................................... 36
3.5.1 Definisi ........................................................................ 36
3.5.2 Batasan Operasional .................................................... 37

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN


4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ................................................. 38
4.1.1 Kondisi Grafis ............................................................. 38
4.1.2 Kondsi Iklim dan Topografi ........................................ 39
4.1.3 Kondisi Demografi ...................................................... 40
4.2 Tanaman Perkebunan Sumatera Utara .................................. 42

Universitas Sumatera Utara


BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Perkembangan Volume Produksi Kakao di Sumatera Utara 45
5.2 Perkembangan Volume Ekspor dan Nilai Ekspor Kakao
dsdsHasil Produksi Sumatera Utara ............................................ 47
5.2.1 Perkembangan Volume Ekspor Kakao Hasil Produksi
xxxxxxxxSumatera Utara ............................................................ 50
5.2.2 Perkembangan Nilai Ekspor Kakao Hasil Produksi
xxxxxxxxSumatera Utara ............................................................ 46
5.3 Daya Saing Kakao Hasil Produksi Sumatera Utara ................ 55
5.3.1 Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) .... 57
5.3.2 Analisis Export Product Dynamic (EPD) .................... 60

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ............................................................................ 68
6.2 Saran ...................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Judul Tabel Halaman


1 Volume dan Nilai Ekspor Kakao Indonesia Tahun 2010-2015 3
2 Luas Areal dan Produksi Kakao Indonesia Tahun 2010-2015 3
3 Konsumsi Kakao dalam Bentuk Coklat Instan dan Coklat 4
Bubuk di Indonesia Tahun 2010-2015
4 Perkembangan Produksi Kakao 5 Negara Terbesar Dunia 10
5 Perkembangan Konsumsi Kakao 5 Negara Terbesar Dunia 11
6 Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Primer Perkebunan 12
2015
7 Ekspor Biji Coklat Menurut Negara Tujuan Utama Tahun 13
2014
8 Matriks Posisi Daya Saing dengan Metode EPD 23
9 Daftar Penelitian Terdahulu 25
10 Luas Areal dan Produksi Kakao Menurut Provinsi di 32
Indonesia Tahun 2015
11 Matriks Posisi Daya Saing dengan Metode EPD 35
12 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/ 41
Kota (jiwa) Tahun 2010
13 Luas lahan (Ha) dan Produksi (Ton) Tanaman Perkebunan 43
Rakyat Sumatera Utara Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015
14 Luas Lahan, Produktivitas dan Volume Produksi Kakao 44
Sumatera Utara Periode 2006-2015
15 Perkembangan Volume Ekspor Kakao Hasil Produkssi 48
Sumatera Utara Kakao Hasil Produksi Sumatera Utara Tahun
2006-2015
16 Perkembangan Nilai Ekspor Kakao Hasil Produkssi 51
Sumatera Utara Kakao Hasil Produksi Sumatera Utara Tahun
2006-2015
17 Perkembangan Harga Produsen Kakao Sumatera Utara Tahun 52
2006-2015 (Rp/100kg)
18 Perkembangan Kurs Rupiah (IDR) Terhadap Dollar (USD) 54
Tahun 2006-2015
19 Nilai Ekspor Kakao dan Nilai Ekspor Total dari Sumatera 56
Utara, Indonesia dan Dunia Tahun 2006-2015
20 Hasil Estimasi Nilai RCA Kakao Hasil Produksi Sumatera 58
Utara di Pasar Ekspor Tahun 2006-2015
21 Hasil Estimasi Nilai RCA Kakao Hasil Produksi Sumatera 59
Utara di IndonesiaTahun 2006-2015
22 Hasil Estimasi Analisis EPD Kakao Hasil Produksi Sumatera 61
Utara di Pasar Ekspor Periode 2006-2015
23 Hasil Estimasi Analisis EPD Kakao Hasil Produksi Sumatera 65
Utara di Indonesia Periode 2006-2015

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Bagan Judul Gambar Halaman


1. Posisi daya saing produk dengan metode EPD 24
2. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Daya Saing Kakao 28
(Theobroma cacao L.) Hasil Produksi Sumatera Utara di
Pasar Ekspor
3. Grafik Perkembangan Produksi Kakao di Sumatera Utara 45
4. Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kakao 48
Hasil Produksi Sumatera Utara
5. Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Kakao 50
Hasil Produksi Sumatera Utara
6. Daya Saing Kakao Sumatera Utara di Pasar Ekspor 62
dengan Metode EPD 2006-2015
7. Daya Saing Kakao Sumatera Utara di Tingkat Nasional 65
dengan Metode EPD 2006-2015

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Lampiran


1 Ekspor dan Nilai Ekspor Kakao Sumatera Utara
006-2015
2 Ekspor dan Nilai Ekspor Total Sumatera Utara
006-2015
3 Ekspor dan Nilai Ekspor Kakao Indonesia Tahun 2006-2015
4 Ekspor dan Nilai Ekspor Total Indonesia Tahun 2006-2015
5 eal dan Produksi Kakao Sumatera Utara Berdasarkan Status
Kepimilikan Lahan Tahun 2006-2015
6 angan Kurs Rupiah (IDR) Terhadap Dollar (USD) Tahun 2006-
2015
7 angan Harga Kakao di Tingkat Produsen Sumatera Utara Tahun
2006-2015 (Rp/100kg)
7(a) angan Harga Kakao di Tingkat Produsen Sumatera Utara Tahun
2006-2015 (USD/100Kg)
8 spor Komoditi Kakao Dunia Tahun 2006-2015
9 spor Total Dunia Tahun 2006-2015
10 timasi Nilai RCA Kakao Hasil Produksi Sumatera Utara di Pasar
Ekspor Tahun 2006-2015
11 timasi Nilai RCA Kakao Hasil Produksi Sumatera Utara di Tingkat
Nasional Tahun 2006-2015
12 timasi Analisis EPD Kakao Hasil Produksi Sumatera Utara di Pasar
Ekspor Periode 2006-2015
13 timasi Analisis EPD Kakao Hasil Produksi Sumatera Utara di
Tingkat Nasional Periode 2006-2015

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian di Indonesia masih menjadi primadona untuk membangun

perekonomian negara. Kinerja ekspor komoditas pertanian menunjukkan

pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan. Subsektor

perkebunan merupakan salah satu subsektor unggulan yang dapat menghasilkan

devisa negara yang cukup besar. Beberapa komoditi hasil perkebunan yang

menjadi unggulan di Indonesia antara lain: kakao, kelapa sawit, kopi, teh, dan

sebagainya (Wibowo, 2008).

Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang memegang

peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia, yakni selain sebagai

penghasil devisa negara, juga merupakan sumber pendapatan, penciptaan

lapangan kerja, mendorong pengembangan agribisnis dan agroindustri serta

pengembangan pengelolaan sumberdaya alam (Susanto, 2008).

Saat ini Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga di dunia, setelah

Pantai Gading dan Ghana. Meskipun begitu, ditinjau dari segi produktivitas,

Indonesia masih berada di bawah produktivitas rata-rata negara lain penghasil

kakao. Sedangkan dari kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia

dimana bila dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa setara

dengan kakao yang berasal dari Ghana dan kakao Indonesia mempunyai kelebihan

yaitu tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai untuk blending. Sejalan

dengan keunggulan tersebut, peluang pasar kakao Indonesia cukup terbuka baik

ekspor maupun kebutuhan dalam negeri (Mochtar, 2011).

1
Universitas Sumatera Utara
Kualitas biji kakao Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan biji kakao terbaik

dunia yang berasal dari Ghana, namun pada umumnya petani kakao Indonesia

tidak melakukan fermentasi pada biji kakao yang baru dipanen. Ketika biji kakao

dikeluarkan dari buahnya, untuk hasil yang terbaik seharusnya dilakukan

fermentasi terlebih dahulu sebelum dilakukan pengeringan tetapi pada umunya

petani kakao Indonesia langsung melakukan pengeringan tanpa proses fermentasi.

Hal inilah yang merendahkan citra mutu kakao Indonesia (Wibowo, 2008).

Pada umumnya petani tidak melakukan fermentasi dalam menjual biji kakao.

Alasan utama adalah tidak adanya perbedaan harga antara kakao yang

difermentasi dengan yang tidak difermentasi (asalan). Sementara untuk

melakukan fermentasi petani harus menyimpan dalam kotak fermentasi selama 4-

6 hari dan setiap hari harus diperhatikan kandungan airnya. Menurut petani

pekerjaan ini cukup melelahkan. Selanjutnya, enggannya petani melakukan

fermentasi karena biji kakao yang difermentasikan akan mengalami penyusutan

berat dibandingkan dengan kakao yang tidak difermentasi selain itu belum adanya

realisasi jaminan harga untuk kakao fermentasi (KPPU, 2009).

Perkembangan ekspor kakao Indonesia tergolong cukup pesat dari waktu ke

waktu. Namun citra mutu kakao Indonesia yang dikenal rendah serta rendahnya

kapasitas industri pengolahan tentunya akan menghambat peningkatan daya saing

kakao Indonesia di pasar dunia (Wibowo, 2008).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Kakao Indonesia Tahun 2010-2015

Tahun Volume Ekspor Perkembangan Nilai Eskpor Perkembangan


(Ton) (%) (US$) (%)
2010 503.522 - 924.157.000 -
2011 515.523 2 1.268.914.000 37,30
2012 535.236 4 1.413.535.000 11,39
2013 552.880 3 1.643.726.000 16,28
2014 410.257 -26 1.345.429.000 -18,14
2015 414.092 1 1.151.494.000 -14,41
Total 2.931.510 7.747.255.000
Rata-Rata 488.585 -2,55 1.291.209.167 5,40
Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia, Direktorat Jendral Perkebunan, 2015

Pada Tabel 1 memperlihatkan volume ekspor kakao Indonesia cenderung

menurun dengan penurunan rata-rata sebesar 2,5 % per tahun. Begitu juga halnya

dengan nilai ekspor kakao yang berfluktuasi yaitu rata-rata meningkat sebesar 5,4

% per tahun.

Hal yang sama terlihat pada perkembangan luas areal dan produksi kakao

Indonesia yang mengalami kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun,

sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Areal dan Produksi Kakao Indonesia Tahun 2010-2015


Tahun Luas Areal Perkembangan Total Produksi Perkembangan
(Ha) (%) (Ton) (%)
2010 1.320.820 - 740.006 -
2011 1.379.279 4 803.594 8,59
2012 1.425.216 3 809.583 0,74
2013 1.587.136 11 837.918 3,49
2014 1.650.621 4 712.231 -14,99
2015 1.732.641 5 740.513 3,97
Total 9.095.713 4.643.845
Rata-Rata 1.515.952,16 5 773.974,16 0.30
Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia, Direktorat Jendral Perkebunan, 2015

Universitas Sumatera Utara


Pada Tabel 2 diperlihatkan bahwa perkembangan luas areal kakao meningkat rata-

rata sebesar 5 % per tahun dan produksi juga meningkat rata-rata sebesar 0,30 %

per tahun selama periode 2010-2015. Nilai ekspor kakao yang terus meningkat

akan mendorong petani untuk memperluas areal pertanaman kakao agar dapat

menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar untuk tujuan ekspor.

Sedangkan dari segi konsumsi, perkembangan konsumsi domestik kakao juga

mengalami kecenderungan perkembangan meningkat dalam kurun waktu terakhir.

Konsumsi kakao Indonesia dalam bentuk olahan dibedakan menjadi konsumsi

coklat instan dan coklat bubuk, sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Konsumsi Kakao dalam Bentuk Coklat Instan dan Coklat Bubuk di
Indonesia Tahun 2010-2015

Coklat Instan Coklat Bubuk


Tahun Konsumsi Pertumbuhan Konsumsi Pertumbuhan
(Gr/kapita) (%) (Gr/kapita) (%)
2010 20,5 - 9,5 -
2011 21,3 3,9 10,4 9,4
2012 15,6 -26,7 5,2 -50,0
2013 23,4 50,0 15,6 200,0
2014 54,6 133,3 43,2 176,9
2015 31,2 -42,8 1564 -75,9
Rata-Rata 27,7 23,5 274,6 52,0
Sumber: Outlook Komoditi Kakao, Kementerian Pertanian, 2015

Pada Tabel 3 diperlihatkan bahwa perkembangan konsumsi kakao tahun 2010-

2015 cukup mengalami peningkatan. Konsumsi coklat instan di Indonesia selama

periode tersebut meningkat sebesar 23,5 % per tahun, sedangkan konsumsi coklat

bubuk meningkat 52,0 % per tahun. Lonjakan konsumsi yang sangat besar terjadi

pada tahun 2014, dimana konsumsi coklat instan mencapai 54,6 gram/kapita atau

naik 133,3 % dibandingkan tahun sebelumnya, sedangkan konsumsi coklat bubuk

mencapai 43,2 gram/kapita atau naik 176,9 % terhadap tahun sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2014), tanaman kakao hampir ditanam

di seluruh pelosok tanah air dengan sentra utama secara berurutan adalah Sulawesi

Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Sumatera

utara. Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah penghasil kakao

terbesar di Indonesia serta menjadi salah provinsi pengekspor kakao ke pasar

dunia.

Provinsi Sumatera Utara termasuk salah satu sentra penghasil kakao di Indonesia.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian mengenai daya saing kakao di pasar ekspor,

khususnya hasil produksi Sumatera Utara.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah penelitian ini

diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan volume produksi kakao hasil produksi Sumatera

Utara periode 2006-2015?

2. Bagaimana perkembangan volume dan nilai ekspor kakao hasil produksi

Sumatera Utara periode 2006-2015?

3. Bagaimana daya saing (komparatif dan kompetitif) kakao hasil produksi

Sumatera Utara di pasar ekspor?

Universitas Sumatera Utara


1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis perkembangan volume produksi kakao hasil produksi

Sumatera Utara periode 2006-2015.

2. Untuk menganalisis perkembangan volume dan nilai ekspor kakao hasil

produksi Sumatera Utara periode 2006-2015.

3. Untuk menganalisis daya saing (komparatif dan kompetitif) kakao hasil

produksi Sumatera Utara di pasar ekspor.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan serta evaluasi bagi pemerintah dalam penetapan arah

dan prioritas kebijakan pembangunan daya saing agribisnis kakao di Sumatera

Utara.

2. Sebagai sumber informasi untuk petani dalam perencanaan pengembangan

agribisnis kakao.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan.

1.5 Keaslian Penelitian

1. Metode penelitian : Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis kuantitatif yang difokuskan pada

bagaimana perkembangan volume produksi, volume

ekspor, dan nilai ekspor kakao hasil produksi Sumatera

Utara, serta bagaimana daya saing kakao hasil produksi

Sumatera Utara di pasar ekspor.

Universitas Sumatera Utara


2. Variabel Penelitian : Volume produksi, volume ekspor, dan nilai ekspor kakao

hasil produksi Sumatera Utara, nasional serta dunia.

3. Jumlah observasi : Jumlah observasi/sampel dalam penelitian ini adalah 10

yaitu data timeseries selama 10 tahun dari tahun 2006

sampai 2015.

4. Waktu Penelitian : Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2016.

5. Lokasi Penelitian : Penelitian ini dilaksanakan dalam ruang lingkup

Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Kakao (Theobroma cacao L.)

Beberapa literatur menjelaskan bahwa tanaman kakao berasal dari hutan-hutan

tropis di Amerika Tengah dan di Amerika Selatan bagian utara. Dengan tempat

tumbuhnya di hutan hujan tropis, tanaman kakao telah menjadi bagian dari

kebudayaan masyarakat selama 2000 tahun. Penduduk yang pertama kali

mengusahakannya sebagai bahan makanan dan minuman adalah suku Indian

Maya dan suku Astek (Aztec). Nama latin tanaman kakao adalah Theobroma

Cacao yang berarti makanan para dewa. Masyarakat suku Indian Maya dan suku

Astek di Amerika Tengah telah membudidayakan tanaman kakao sejak lama,

yaitu sebelum kedatangan orang-orang Eropa (Wibowo, 2008).

Di Indonesia, tanaman kakao diperkenalkan oleh orang Spanyol pada tahun 1560

di Minahasa, Sulawesi Utara. Ekspor dari pelabuhan Manado ke Manila tahun

1825 hingga 1838 tercatat sebanyak 92 ton. Nilai ekspor tersebut dikabarkan

menurun karena adanya serangan hama pada tanaman kakao. Tahun 1919

Indonesia masih mampu mengekspor sampai 30 ton, tetapi setelah tahun 1928

ternyata ekspor tersebut terhenti. Menurut van Hall, pada tahun 1859 sudah

terdapat 10.000–12.000 tanaman kakao di Ambon. Dari pohon sebanyak itu

dihasilkan 11,6 ton kakao. Namun, kemudian tanamannya hilang tanpa ada

informasi lebih lanjut (Spillane, 2000).

8
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan sistem klasifikasi mahluk hidup, adapun tanaman kakao ( Theobroma

cacao L). diklasifikasikan sebagai berikut (Susanto, 2008):

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Malvales

Family : Malvaceae (Sterculiaceae)

Genus : Theobroma

Spesies : T. cacao

Tanaman kakao memiliki banyak sekali jenisnya, kendati demikian ada 3 jenis

yang umum dibudidayakan yakni jenis Criollo, Forastero, serta Trinitario.

Kakao Criollo
Kakao criollo menghasilkan biji dengan kualitas yang sangat baik. Kakao dari

jenis ini juga dikenal dengan istilah kakao mulia, choiced cocoa, fine flavour

cocoa, atau edel cocoa. Buah kakao criollo biasanya berwarna merah atau hijau

dengan kulit buah yang tipis, berbintil kasar, dan lunak. Biji berbentuk bulat telur,

berukuran besar, dan kotiledon berwarna putih saat basah (Wibowo, 2008).

Kakao Forastero
Kakao forastero menghasilkan biji dengan kualitas sedang. Kakao dari jenis ini

juga dikenal dengan istilah bulk cacao, dan ordinary cocoa. Buah kakao forastero

biasanya berwarna hijau dengan kulit yang lebih tebal. Biji berbentuk gepeng dan

tipis dengan kotiledon berwarna ungu saat basah (Susanto, 2008).

Universitas Sumatera Utara


Kakao Trinitario
Jenis ini merupakan hybrida dari jenis criollo dengan jenis forestero secara alami,

sehingga jenis ini sangat heterogen, kakao trinatario menghasilkan biji yang

termasuk fine flavour cocoa ada yang termasuk bulk cocoa. Buahnya berwarna

hijau atau merah dan bentuknya bermacam-macam, biji buahnya juga bermacam-

macam dengan kotiledon berwarna ungu muda sampai ungu tua pada waktu basah

(Spillane, 2000).

2.1.2 Gambaran Umum Kakao Indonesia dan Dunia

Indonesia termasuk peringkat ketiga dalam produksi kakao dunia setelah Pantai

Gading dan Ghana hingga saat ini. Kakao diproduksi oleh 50 lebih negara yang

berada di kawasan tropis yang secara geografis dapat dibagi dalam tiga wilayah

yaitu benua Afrika, Asia Oceania dan Amerika Latin.

Produsen utama kakao di wilayah Afrika adalah Pantai Gading, Ghana, Nigeria

dan Kamerun. Di wilayah Asia Oceania, Indonesia merupakan produsen utama,

diikuti oleh Papua New Guinea dan Malaysia. Sementara produsen utama kakao

di wilayah Amerika Latin adalah Brazil, diikuti oleh Ekuador, Dominika,

Colombia dan Mexico.

Tabel 4. Perkembangan Produksi Kakao 5 Negara Terbesar Dunia

Produksi kakao (ribu ton)


Tahun
P. Gading Ghana Indonesia Cameroon Brazil
2010/02 1264,7 340,6 455,0 131,0 123,6
2011/03 1351,5 496,8 410,0 160,0 162,6
2012/04 1407,2 737,0 430,0 165,7 163,4
2013/05 1286,3 599,3 460,0 184,9 170,8
2014/06 1407,8 740,5 560,0 166,1 161,6
Sumber: International Cocoa Organization (ICCO), 2015.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4 memperlihatkan perkembangan produksi Indonesia lebih besar dari pada

Ghana pada periode Februari 2010. Namun pada periode Maret 2011, Ghana

menggantikan Indonesia sebagai negara terbesar penghasil kakao kedua dunia.

Tabel 5. Perkembangan Konsumsi Kakao 5 Negara Terbesar Dunia

Konsumsi kakao (ton)


Tahun
P. Gading Ghana Indonesia Cameroon Brazil
2010/02 245.453 33.774 109.684 35.367 116.663
2011/03 302.512 155.079 116.857 37.114 205.189
2012/04 367.725 128.901 143.163 29.616 205.989
2013/05 336.173 50.983 131.121 19.887 214.442
2014/06 401.769 170.690 120.635 19.918 210.567
Sumber: International Cocoa Organization (ICCO), 2015.

Tabel 5 memperlihatkan konsumsi kakao Indonesia pada periode Juni 2014

mengalami penurunan hal ini dikarenakan sebagian besar diekspor ke luar negeri

dan penurunan terhadap impor biji kakao. Sementara untuk konsumsi kakao di

empat negara lainnya cenderung fluktuatif. Sedangkan konsumsi kakao Kamerun

termasuk yang paling rendah dari pada empat negara lainnya.

Pasar kakao dunia secara umum dapat dibagi atas dua segmen berdasarkan mutu

biji yaitu segmen pasar untuk biji kakao bermutu tinggi yang dicirikan oleh biji

terfermentasi dengan sempurna (dikategorikan sebagai Well Fermented Cocoa

Beans atau WFCB) dan segmen pasar untuk biji kakao dengan mutu fisik yang

cukup baik tetapi tidak difermentasi (dikategorikan sebagai Fair Average Quality

atau FAQ). Kakao Indonesia yang mampu bersaing pada pasar WFCB hanya

sekitar 2 % dari total ekspor. Penyebab utamanya adalah karena sekitar 80 % dari

total produksi biji kakao Indonesia masih belum melakukan penanganan

pascapanen dengan baik, terutama belum dilaksanakannya proses fermentasi biji

kakao (Mochtar, 2011).

Universitas Sumatera Utara


2.1.3 Peranan Kakao Dalam Perekonomian
Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan utama di dunia. Komoditas

ini dicari karena merupakan bahan baku pembuatan coklat. Biji kakao yang telah

mengalami serangkaian proses pengolahan sehingga bentuk dan aromanya seperti

yang ada di pasaran sekarang (Susanto, 2008).

Di Indonesia sendiri kakao merupakan komoditas penghasil devisa keempat

setelah kelapa, minyak sawit, dan karet pada subsekor perkebununan. Hal ini

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Primer Perkebunan Indonesia


Tahun 2015

Sumber: BPS, Buletin Perdagangan Internasional, 2016.

Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa pada subsektor perkebunan, minyak sawit

menyumbang devisa paling tinggi dilihat dari nilai ekspor yang mencapai

US$17.4649.000.000 diikuti oleh karet juga kopi pada posisi dengan nilai ekspor

US$4.741.600.000 dan US$10.039.600.000 pada posisi keempat kakao dengan

nilai ekspor US$974.500.000.

Universitas Sumatera Utara


Kebanyakan kakao diekspor dalam bentuk bahan baku mentah yaitu berupa biji

kakao, sedangkan sisanya diolah di dalam negeri untuk menghasilkan hasil

turunan kakao seperti cocoa powder, cocoa butter, cocoa cake, cocoa liquor.

Namun demikian, Indonesia masih mengimpor biji kakao karena kebutuhan akan

biji kakao berkualitas baik. Hal ini bukan merupakan indikasi yang bagus bagi

perkakaoan nasional, karena kelebihan stok kakao nasional seharusnya dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi dari produk olahan kakao sehingga

ketergantungan impor kakao dapat dikurangi (Spillane, 2000).

Adapun negara-negara tujuan ekspor kakao ini adalah Tiongkok, Thailand,

Singapura dan lain-lain sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Ekspor Biji Coklat Menurut Negara Tujuan Utama Tahun 2014

Volume Ekspor Nilai Ekpor


Negara Tujuan
(ton) (000 US$)
Tiongkok 480,0 1.285,2
Thailand 4.978,5 16.177,6
Singapura 10.617,1 31.185,3
Malaysia 43.733,0 120.723,0
Amerika Serikat 218,9 1.148,5
Kanada 120,8 822,6
India 7.820,1 23.200,2
Belanda 237,5 1.211,1
Jerman 600,7 2.986,1
Lainnya 7.819,3 1.985,3
Jumlah 76.625,9 200.724,9
Sumber: BPS, Buletin Perdagangan Internasional, 2015.

Disamping itu, perkebunan kakao juga menyumbang dalam penyediaan lapangan

kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 1,1 juta kepala keluarga petani yang

kebanyakan berada di Kawasan Indonesia Timur (KTI). Dengan areal luas lahan

mencapai 1,473,259 Ha pada tahun 2012 dan dengan produktivitas 792,791 ton,

(Departemen Pertanian) hampir 92,8 % merupakan perkebunan rakyat sedangkan

Universitas Sumatera Utara


selebihnya dikelola oleh swasta dan perkebunan negara. Hal ini sangat berbeda

dengan pelaksanaan perundangan Undang-Undang No.9 Tahun 1999 yang

menyatakan monopoli dan atau pemusatan kegiatan yang berkaitan dengan

produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang menguasai hajat hidup

orang banyak serta cabang-cabang produksi yang penting bagi negara diatur

dengan undang-undang dan diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara dan

atau badan atau lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh pemerintah. Badan

usaha untuk perkebunan kakao nasional adalah PT (Spillane, 2000).

Beberapa permasalahan yang dihadapi komoditas ini antara lain masih rendahnya

produktivitas komoditas kakao yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

penggunaan benih asalan, belum banyak digunakan benih klonal, masih tingginya

serangan hama PBK (penggerek buah kakao), hingga saat ini belum ditemukan

klon kakao yang tahan terhadap hama PBK, sebagian besar perkebunan berupa

perkebunan rakyat yang dikelola masih dengan cara tradisional dan umur tanaman

kakao sebagian besar sudah tua, di atas 25 tahun jauh di atas usia paling produktif

13-19 tahun (Zulfebriansyah, 2007).

Masalah yang lainnya yaitu pengelolaan produk kakao masih tradisional dimana

sebagian besar biji kakao produksi nasional tidak difermentasi sehingga mutu

kakao Indonesia dikenal sangat rendah. Akibat mutu rendah, harga biji dan produk

kakao Indonesia sangat rendah di pasar internasional. Selama ini kurangnya

ketertarikan serta minat para petani produsen untuk menghasilkan kakao

fermentasi disebabkan karena kurangnya insentif yang diberikan oleh pembeli

terhadap biji kakao hasil fermentasi (Wibowo, 2008).

Universitas Sumatera Utara


2.2 Landasan Teori
2.2.1 Perdagangan Internasional
Perdagangan Internasional adalah kegiatan yang terkait dengan perdagangan

antara suatu tempat dengan tempat lain dan melewati batas-batas negara, bersifat

interdependensi dengan menerapkan aturan tradisional, bilateral, regional maupun

yang telah disepakati secara internasional melalui perjanjian atau dalam

keanggotan dalam suatu institusi global. Perdagangan ini merupakan suatu

kejadian dari eksistensi pelaku bisnis, individu dan pemerintah yang ingin

melakukan transaksi jual beli barang atau jasa yang diproduksi di negara lain.

Kebebasan untuk memilih dan menentukan produk-produk tersebut ditentukan

oleh kondisi ketersediaan serta harga barang dan jasa (Purwito 2015).

Perdagangan internasional memberikan manfaat kepada negara-negara yang

mempunyai sumber daya alam yang besar. Sehingga dapat menjamin adanya

pasar yang lebih stabil dan berpotensi untuk dapat bersaing dalam pasar

internasional dengan fluktuasi harga yang terkendali dan stabil, terutama dalam

era perdagangan bebas. Kelancaran produksi dan didistribusikan ke negara yang

memerlukan, perdagangan menjadi lebih bermakna bagi masing-masing negara,

melalui pemerintahannya. Kebijakan perdagangan merupakan suatu tindakan yang

diambil oleh pemerintah guna mengantisipasi kepentingan negara dalam

mempercepat pertumbuhan ekonomi dalam upaya memperoleh nilai tambah bagi

produk yang dihasilkan di dalam negeri, terutama untuk meningkatkan daya saing

(Martin et.al, 1991).

Universitas Sumatera Utara


2.2.2 Konsep Daya Saing
Daya saing merupakan salah satu kriteria untuk menentukan keberhasilan dan

pencapaian sebuah tujuan yang lebih baik oleh suatu negara dalam peningkatan

pendapatan dan pertumbuhan ekonomi. Dalam perdagangan, daya saing akan

menentukan posisi suatu komoditi di pasar. Salah satu indikator daya saing suatu

komoditi ialah pangsa pasar. Disebutkan bahwa jika pangsa pasar suatu komoditi

meningkat, berarti daya saing komoditi itu meningkat. Oleh karena itu analisis

daya saing secara umum dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan

pangsa pasar dan pertumbuhan pasar (Martin et.al, 1991).

Pendefinisian daya saing juga dikemukakan oleh Organization for Economic Co-

operation and Development (OECD) yang mendefinisikan daya saing sebagai

kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa yang berskala

internasional melalui mekanisme perdagangan yang adil dan bebas, sekaligus

menjaga dan meningkatkan pendapatan riil masyarakat dalam jangka panjang.

Daya saing yang baik dapat terlihat jika komoditi tersebut memiliki keunggulan

komparatif dan keunggulan kompetitif di dalamnya (Abdullah, 2002).

Keunggulan Komparatif
Istilah comparative advantage (keunggulan komparatif), mula-mula dikemukakan

oleh David Ricardo (1917) saat membahas perdagangan antara dua negara. Dalam

teori tersebut, Ricardo membuktikan bahwa apabila ada dua negara yang saling

berdagang dan masing-masing negara mengkonsentrasikan diri untuk mengekspor

barang yang bagi negara tersebut memiliki keunggulan komparatif, maka kedua

negara tersebut akan mendapatkan keuntungan. Dalam ekonomi regional,

keunggulan komparatif suatu komoditi bagi suatu daerah adalah bahwa komoditi

Universitas Sumatera Utara


itu lebih unggul secara relatif dengan komoditi lain di daerahnya. Pengertian

unggul dalam hal ini adalah dalam bentuk perbandingan dan bukan dalam bentuk

nilai tambah riil. Dengan kata lain, keunggulan komparatif adalah suatu kegiatan

ekonomi yang menurut perbandingan lebih menguntungkan bagi pengembangan

daerah (Tarigan, 2005).

Keunggulan komparatif juga dapat diartikan sebagai perdagangan komoditas antar

daerah. Suatu daerah yang memiliki hasil pertanian unggul dan dibutuhkan oleh

daerah lain dapat menjual komoditasnya tersebut. Keunggulan komparatif bersifat

dinamis, dengan kata lain keunggulan komparatif tidak stabil dan tidak dapat

diciptakan karena dipengaruhi oleh (Pearson et.al, 2005):

1. Perubahan dalam sumberdaya alam seperti komposisi lahan, ketinggian

tempat, iklim, temperatur dan kelembapan.

2. Perubahan harga input seperti pupuk, pestisida, bibit, alat pertanian dan tenaga

kerja.

3. Perubahan teknologi baik dalam pembudidayaan seperti pemangkasan

sehingga akan meningkatkan produksi serta kemudahan dalam mengambil

hasil produksi.

4. Biaya transportasi tergantung atas lokasi penanaman dekat dan jauh sangat

mempengaruhi biaya transportasi.

Pengetahuan akan keunggulan komparatif suatu daerah dapat digunakan para

penentu kebijakan untuk mendorong perubahan struktur perekonomian daerah ke

arah sektor yang mengandung keunggulan komparatif. Jadi, apabila sektor yang

memiliki keunggulan komparatif bagi suatu daerah telah diketahui lebih dahulu,

Universitas Sumatera Utara


pembangunan sektor itu dapat segera dilaksanakan tanpa menunggu tekanan

mekanisme pasar yang sering berjalan lambat (Abdullah, 2002).

Konsep keunggulan komparatif sering kali digunakan untuk menerangkan

spesialisasi suatu negara dalam memproduksi suatu barang dan jasa. Selain itu,

konsep ini dapat juga dilakukan untuk wilayah yang lebih kecil seperti provinsi.

Dalam model disebutkan bahwa sekalipun suatu negara mengalami kerugian atau

ketidakunggulan absolut dalam memproduksi suatu komoditi jika dibandingkan

dengan negara lain, namun perdagangan yang saling menguntungkan masih dapat

berlangsung. Negara yang kurang efisien akan berspesialisasi dalam produksi dan

mengekspor komoditi yang mempunyai keunggulan komparatif, sebaliknya

negara tersebut akan mengimpor komoditi yang memiliki keunggulan absolut

lebih besar. Dari komoditi inilah negara tersebut akan mengalami kerugian

komparatif (Salvatore, 1997).

Keunggulan Kompetitif
Keunggulan kompetitif (competitive advantage) merupakan alat untuk mengukur

dayasaing suatu aktivitas berdasarkan kepada kondisi perekonomian aktual.

Adanya konsep keunggulan kompetitif didasarkan kepada asumsi bahwa

perekonomian yang tidak mengalami distorsi sama sekali sulit ditemukan di dunia

nyata, dan keunggulan komparatif suatu aktifitas ekonomi dilihat dari sudut

pandang individu yang berkepentingan langsung (Abdullah, 2002).

Secara operasional keunggulan kompetitif dapat didefinisikan sebagai

kemampuan untuk memasok barang dan jasa pada waktu, tempat, dan bentuk

yang diinginkan konsumen, baik di pasar domestik maupun internasional pada

Universitas Sumatera Utara


harga yang sama atau lebih baik dari yang ditawarkan pesaing untuk memperoleh

laba paling tidak sebesar ongkos penggunaan (opportunity cost) sumberdaya

(Kuncoro, 2009).

Keunggulan kompetitif dapat dicapai dan dipertahankan dengan cara

meningkatkan produktivitas sumberdaya yang digunakan. Apabila suatu

komoditas tidak memiliki keunggulan kompetitif, maka hal ini berarti bahwa di

negara penghasil komoditas tersebut terjadi distorsi pasar atau terdapat hambatan

yang merugikan produsen (Pearson et.al, 2005).

2.2.3 Revealed Comparative Advantage (RCA)


Metode Revealed Comparative Advantage (RCA) merupakan salah satu metode

yang dapat digunakan untuk mengukur keunggulan komparatif suatu komoditi di

suatu wilayah (negara, provinsi, dan lain-lain). Metode ini didasarkan pada suatu

konsep bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan

komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Pola pendekatan tidak hanya

menggambarkan biaya untuk memproduksi komoditi tersebut, tetapi juga

perbedaan faktor-faktor non harga yang menentukan keunggulan komparatif suatu

komoditi. Pada dasarnya metode ini mengukur kinerja ekspor suatu komoditi

tertentu dengan total ekspor suatu wilayah dibandingkan dengan pangsa komoditi

tersebut dalam perdagangan dunia (Tambunan, 2004).

Analisis keunggulan komparatif RCA diperkenalkan pertama kali oleh Bela

Balassa pada tahun 1965 dalam penelitiannya mengenai pengaruh liberalisasi

perdagangan luar negeri terhadap keunggulan komparatif hasil industri Amerika

Serikat, Jepang dan negara-negara yang tergabung dalam pasar bersama Eropa

Universitas Sumatera Utara


(MEE). Pada mulanya Balassa menggunakan dua konsep pemikiran, pertama

didasarkan pada rasio impor dan ekspor, dan kedua pada prestasi ekspor relatif.

Dengan alasan bahwa impor lebih peka terhadap tingkat perlindungan tarif, dan

pada perkembangan selanjutnya Balassa meninggalkan ukuran yang pertama.

Balassa mengevaluasi prestasi ekspor masing-masing komoditi di negara-negara

tertentu dengan membandingkan bagian relatif ekspor suatu wilayah dalam ekspor

dunia untuk masing-masing dalam rumus sebagai berikut (Halwani, 2005):

𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿⁄𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿
𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝒊𝒊𝒊𝒊 =
𝑾𝑾𝑾𝑾⁄𝑾𝑾𝑾𝑾

Dimana:

RCA ij = keunggulan komparatif (daya saing) negara i tahun ke-t

X ij = nilai ekspor komoditi j negara i tahun ke-t

X is = nilai ekspor total negara i tahun-t

Wj = nilai ekspor komoditi j di dunia tahun ke-t

Ws = nilai ekspor total produk dunia tahun ke-t

Nilai RCA suatu komoditi menunjukkan dua kemungkinan, yaitu:

1. Jika nilai RCA > 1, maka komoditi memiliki keunggulan komparatif diatas

rata-rata dunia sehingga kakao memiliki daya saing kuat.

2. Jika nilai RCA < 1, maka komoditi memiliki keunggulan komparatif di bawah

rata-rata dunia sehingga kakao memiliki daya saing lemah.

Indeks RCA merupakan perbandingan antara nilai RCA sekarang dengan nilai

RCA tahun sebelumnya. Rumus indeks RCA adalah sebagai berikut (Abdullah,

2002):

𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝒕𝒕
𝑰𝑰𝑰𝑰𝑰𝑰𝑰𝑰𝑰𝑰𝑰𝑰 𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹 =
𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝒕𝒕−𝟏𝟏

Universitas Sumatera Utara


Dimana:

Indeks RCAt = kinerja ekspor komoditi negara i periode ke t.

RCAt = nilai RCA tahun sekarang (t)

RCAt-1 = nilai RCA tahun sebelumnya (t-1)

Nilai indeks RCA berkisar antara nol sampai tak hingga. Nilai indeks RCA sama

dengan satu berarti tidak terjadi kenaikan RCA atau kinerja ekspor komoditi yang

dianalisis di pasar dunia tidak berubah dari tahun sebelumnya. Jika nilai indeks

RCA lebih kecil dari satu berarti terjadi penurunan kinerja ekspor kamoditi.

Sedangkan jika nilai indeks RCA lebih besar dari satu maka kinerja ekspor

komoditi tersebut lebih tinggi dari tahun sebelumnya (Tambunan, 2004).

2.2.4 Export Product Dynamics (EPD)


Export Product Dynamic (EPD) digunakan untuk mengidentifikasi produk yang

kompetitif dan dinamis dalam ekspor suatu negara. Jika pertumbuhannya di atas

rata-rata secara kontinu selama waktu yang panjang, maka produk ini mungkin

menjadi sumber pendapatan ekspor yang penting bagi negara tersebut.

Selanjutnya, jika produk dinamis tersebut mempunyai karakteristik produksi yang

spesifik, maka hal ini juga menjadi informasi yang penting dalam kesempatan

ekspor, dalam hubungannya dengan produk yang serupa. Pada akhirnya,

identifikasi produk-produk dinamis tersebut mengatasi berbagai hambatan

perdagangan beberapa produk di pasar ekspor dikarenakan semakin terfokusnya

negoisasi multilateral atau bilateral (Halwani, 2005).

Beberapa produk mungkin bukan merupakan bagian yang besar pada ekspor suatu

negara, namun identifikasi produk dilakukan untuk melihat pertumbuhan produk

Universitas Sumatera Utara


dalam ekspor suatu negara. Jika pertumbuhan produk di atas rata-rata secara

berkesinambungan dalam waktu yang panjang, maka produk ini dapat menjadi

sumber pendapatan ekspor yang penting bagi negara tersebut. Identifikasi produk

juga dilakukan untuk mendapatkan informasi yang penting dalam ekspor dengan

produk yang serupa, seperti melihat karakteristik produksi yang spesifik

(Tambunan, 2004).

Terdapat empat indikator posisi daya saing dalam analisis ini, antara lain sebagai

berikut (Abdullah, 2002):

1. Posisi Rising Star adalah keadaan dimana terjadi pertumbuhan pangsa pasar

komoditi dan pangsa pasar total negara tersebut dalam perdagangan dunia. Hal

ini menunjukkan bahwa negara tersebut mengalami pertumbuhan pangsa

ekspor bernilai positif di pasar dunia. Dengan kata lain, pada periode tersebut

permintaan dunia untuk produk tersebut secara keseluruhan meningkat setiap

tahunnya. Poisi ini merupakan posisi pasar tertinggi atau dapat dikatakan

sebagai posisi pasar yang paling ideal karena pangsa pasar pada komoditi

suatu, sehingga negara memanfaatkan peluang pasar dengan baik.

2. Posisi Lost Opportunity mengindikasikan pangsa pasar komoditi mengalami

penurunan, sedangkan pada pangsa pasar total negara tersebut mengalami

peningkatan dalam perdagangan dunia. Kondisi ini paling tidak diinginkan

karena hal ini berarti kehilangan kesempatan pangsa ekspor di pasar dunia.

Suatu negara kehilangan kesempatan pangsa atau jangkauan ekspor untuk

komditi yang dihasilkan dalam pasar internasional.

3. Posisi Falling Star menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pangsa pasar

komoditi, akan tetapi mengalami penurunan pada pangsa pasar totalnya dalam

Universitas Sumatera Utara


perdagangan dunia, maka dikatakan negara mampu memanfaatkan pasar

tersebut dengan baik Posisi ini juga tidak diinginkan walaupun tidak seperti

kondisi Lost Opportunity, karena pangsa pasarnya meningkat meskipun bukan

pada pangsa pasar totalnya di pasar dunia.

4. Posisi Retreat berarti produk tersebut tidak diinginkan lagi di pasar dunia.

Sehingga posisi ini dinamakan retreat, dalam artian komoditi mundur dari

pasar pesaingan. Hal ini dikarenakan pada posisi ini pangsa pasar komoditi

serta pangsa pasar total negara tersebut sama-sama mengalami penurunan di

pasar dunia.

Tabel 8. Matriks Posisi Daya Saing dengan Metode EPD

Share of Product in World Trade


Share of Country’s
Rising Falling
Export in World Trade
(Dynamic) (Stagnant)
Rising
Rising Star Falling Star
(Competitive)
Falling
Lost Opportunity Retreat
(Non-Competitive)

Tabel 8 menggambarkan empat dekomposisi umum ekspor berdasarkan posisi

pangsa pasar. Komoditi yang diestimasi posisi daya saingnya akan menempati

salah satu dari empat kuadran (Tabel 8), tergantung dari daya tarik pasar dan

kekuatan bisnis komoditi tersebut. Dengan dimasukkannya komoditi yang diuji ke

dalam matriks EPD akan lebih mudah untuk melihat posisi daya saing komoditi.

Untuk mengetahui posisi daya saing suatu produk seperti pada Tabel 8, dapat

dikonversi dari kuadran yang terdapat pada Gambar 1 dimana posisi daya saing

akan berada di salah satu kuadran. Posisi dalam kuadran tersebut

mempresentasikan kekuatan bisnis (sumbu X) dan daya tarik pasar (sumbu Y)

suatu produk dirumukan sebagai berikut (Abdullah, 2002):

Universitas Sumatera Utara


𝑿𝑿𝒊𝒊𝒊𝒊 𝑿𝑿𝒊𝒊𝒊𝒊
∑𝒏𝒏𝒕𝒕=𝟏𝟏 � � × 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 % − ∑𝒏𝒏𝒕𝒕=𝟏𝟏 �𝑾𝑾 � × 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 %
𝑾𝑾𝒊𝒊𝒊𝒊 𝒊𝒊𝒊𝒊
𝒕𝒕 𝒕𝒕−𝟏𝟏
𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝑿𝑿 =
𝑻𝑻

Sedangkan daya tarik pasar (sumbu Y) secara matematis dirumuskan sebagai

berikut:

𝑿𝑿 𝑿𝑿
∑𝒏𝒏𝒕𝒕=𝟏𝟏 � 𝒕𝒕 � × 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 % − ∑𝒏𝒏𝒕𝒕=𝟏𝟏 � 𝒕𝒕 � × 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 %
𝑾𝑾 𝒕𝒕 𝒕𝒕 𝑾𝑾 𝒕𝒕 𝒕𝒕−𝟏𝟏
𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒀𝒀 =
𝑻𝑻
Keterangan:

X ij = nilai ekspor komoditi j negara i

X t = nilai ekspor total negara i

W ij = nilai ekspor komoditi j dunia

W t = nilai ekspor total dunia

T = jumlah tahun yang dipergunakan


Y
Lost
Opportu
nity Rising
Star
X

Retreat Falling
Star

Gambar 1. Posisi daya saing produk dengan metode EPD

Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus sebelumnya, maka

posisi daya saing komoditi yang dianalisis dapat diketahui. Hal ini dilakukan

dengan cara mengonversikan hasil perhitungan ke dalam kuadran seperti yang

dapat dilihat pada Gambar 1. Apabila kekuatan bisnis (sumbu X) bernilai positif

maka posisi daya saing berada di kuadran sebelah kanan, yakni antara Rising Star

atau Falling Star. Namun apabila bernilai negatif, maka posisi daya saing berada

Universitas Sumatera Utara


di kuadran sebelah kiri, yakni antara Lost Opportunity atau Retreat.

Pengkonversian yang sama dilakukan pada daya tarik pasar (sumbu Y), sehingga

didapat satu titik untuk menentukan posisi daya saing yaitu titik dimana keduanya,

sumbu X dan sumbu Y, menempati satu kuadran yang sama dari keempat kuadran

tersebut.

Kelebihan dari menggunakan metode analisis EPD adalah diketahuinya apakah

suatu produk merupakan produk dengan performa yang dinamis atau tidak serta

kompetitif atau tidak. Selain itu, metode analisis ini dapat mengukur posisi pasar

dari produk suatu negara untuk tujuan pasar tententu.

2.3. Penelitian Terdahulu


Tabel 9. Daftar Penelitian Terdahulu

Nama Judul Rumusan Metode


No Kesimpulan
Peneliti Penelitian Masalah Analisis
1. Dede Analisis 1. Bagaimana 1. Herfindal 1. Berdasarkan
Haryono Daya Saing struktur pasar Index analisis
(2011) Kakao kakao di pasar 2. Revealed Herfindahl Index
Indonesia di internasional? Comparative struktur pasar
Pasar 2. Apakah Advantage dalam
Internasional komoditas (RCA) perdagangan
kakao 3. Teori Berlian kakao
Indonesia Porter internasional
memiliki 4. Analisis adalah cenderung
keunggulan SWOT oligopoli.
komparatif? 2. Komoditi kakao
3. Apakah Indonesia
komoditas memiliki
kakao keunggulan
Indonesia komparatif dalam
memiliki perdagangan
keunggulan internasional
kompetitif? 3. Komoditi kakao
4. Strategi apa Indonesia
yang keunggulan
dirumuskan komparatif dalam
untuk perdagangan
memperkuat internasional

Universitas Sumatera Utara


Nama Judul Rumusan Metode
No Kesimpulan
Peneliti Penelitian Masalah Analisis
daya saing 4. Strategi yang
kakao dapat dilakukan
Indonesia di meningkatkan
pasar daya saing kakao
internasional? Indonesia di
pasar
internasional.
diantaranya
optimalisasi
lahan kakao
untuk
meningkatkan
pangsa pasar
melalui
peningkatan
produksi dan
peningkatan
produktivitas dan
peningkatan
industry.
2. Eka Analisis 1. Apakah Policy 1. Pengusahaan
Puspita Dayasaing komoditas Analysis komoditas Kakao
(2011) dan Dampak Kakao di Kota Matrix (PAM) di Kota Depok
Kebijakan Depok atau Matriks memiliki
Pemerintah memiliki Analisis keunggulan
Terhadap dayasaing? Kebijakan komparatif dan
Komoditas 2. Bagaimana kompetitif yang
Kakao Di dampak merupakan
Kota Depok kebijakan indikator
pemerintah dayasaing.
terhadap 2. Kebijakan
dayasaing pemerintah
komoditas terhadap output
Kakao di Kota mendukung
Depok? peningkatan
keunggulan
kompetitif.

3. Purnama Analisis Bagaimana Revealed Kakao Produksi


sari Daya Saing daya saing Comparative Indonesia
(2014) Ekspor kakao di pasar Advantage memilki daya
Kakao dunia? (RCA), saing di pasar
Indonesia di Comparative dunia dengan
Pasar Dunia Export market share
Performance yang cenderung
(CEP) dan stabil

Universitas Sumatera Utara


Nama Judul Rumusan Metode
No Kesimpulan
Peneliti Penelitian Masalah Analisis
Market Share pada 10 tahun
Index (MSI) terakhir ini
merupakan
sebuah potensial
dalam upaya
peningkatan pada
tahuntahun
berikutnya.
4. Abdul Analisis Bagaimana Revealed Indonesia juga
Muis Kinerja dan kinerja dan Comparative memiliki
(2012) Daya Saing daya saing Advantage keunggulan
Perdagangan perdagangan (RCA), Indeks komparatif
Biji Kakao biji kakao dan Spesialisasi sebagai eksportir
dan Produk produk-produk Perdagangan biji kakao dan
Kakao kakao olahan (ISP), Export kakao olahan.
Olahan Indonesia di Product Hasil analisis
Indonesia di pasar Dynamics EPD dan
Pasar internasional? (EPD), dan CMSA, terdapat
Internasional Constant sedikit
Market Share perbedaan.
Analysis Analisis EPD
(CMSA) hampir semua
produk kakao
memiliki daya
saing, sedangkan
analisis CMSA
menunjukkan
produk-produk
kakao yang
memiliki daya
saing adalah
produk-produk
kakao olahan.
5. Irna Daya Saing 1. Bagaimana Herfindahl 1. Struktur pasar
(2014) Kakao struktur pasar Index, kakao di pasar
Indonesia di kakao di pasar Revealed internasional
Pasar internasional? Comparative menunjukkan
Internasional 2. Bagaimana Advantage kecenderungan
keunggulan (RCA), ke arah pasar
komparatif analisis SWOT persaingan
kakao oligopoli
Indonesia? 2. Nilai Revealed
3. Bagaimana Comparative
keunggulan Advantage(RCA)
kompetitif komoditi kakao
kakao Indonesia

Universitas Sumatera Utara


Nama Judul Rumusan Metode
No Kesimpulan
Peneliti Penelitian Masalah Analisis
Indonesia? memiliki
4. Bagaimana keunggulan
strategi dalam komparatif dalam
memperkuat perdagangan
daya saing internasional
kakao 3. Teori Berlian
Indonesia di Porter
pasar menunjukkan
Internasional? bahwa kakao
Indonesia
berdaya saing
lemah secara
kompetitif
4. SWOT
menunjukkan
terdapat beberapa
strategi yang
dapat dilakukan
untuk
meningkatkan
daya saing kakao
Indonesia di
pasar
internasional.
Diantaranya
adalah
optimalisasi
lahan kakao
dan peningkatan
industri terkait
sehingga dapat
meningkatkan
kualitas kakao
dengan
penggunaan bibit
unggul.

Universitas Sumatera Utara


2.4. Kerangka Pemikiran
Sumatera Utara merupakan salah satu pusat perkebunan di Indonesia sehingga

sektor perkebunan menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi

Provinsi Sumatera Utara. Komoditi basik perkebunan yang paling penting dari

Sumatera Utara saat ini antara lain salah satunya adalah kakao. Provinsi Sumatera

Utara merupakan salah satu provinsi sentra produksi kakao di Indonesia, sehingga

memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan agribisnis kakao untuk tujuan

pasar ekspor. Hal ini dapat mendorong pendapatan petani kakao, serta

perokonomian daerah melalui devisa perdagangan antar negara yang dilakukan.

Kakao diproduksi perkebunan, yang mana diantaranya terdapat Perkebunan

Rakyat (PR), Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Milik Pemerintah

(PTP). Kakao yang diproduksi kemudian sebagian dipasarkan di dalam negeri

untuk memenuhi kebutuhan domestik akan kakao yang nantinya akan

menghasilkan produk turunan seperti cocoa powder, cocoa butter, cocoa cake,

cocoa liquor. Sedangkan, sebagian besar lagi kakao akan diekspor karena

walaupun produksi kakao Sumatera Utara tergolong tinggi, industri pengolahan

kakao masih belum berkembang di Sumatera Utara.

Kakao yang diekspor bersaing di pasar dunia. Kondisi ini mengharuskan

Sumatera Utara meningkatkan keunggulan potensi kakao yang dimiliki agar

Sumatera Utara dapat menikmati manfaat dari perdagangan internasional yang

dilakukan.

Maka dari itu, dilakukan analisis dengan menggunakan metode Revealed

Comparative Adventage (RCA) dan Export Product Dynamic (EPD) untuk

Universitas Sumatera Utara


menganalisis posisi daya saing (komparatif dan kompetitif) kakao produksi

Sumatera Utara di pasar ekspor. Adapun skema kerangka pemikiran penellitian

dapat dilihat pada Gambar 2.

Kakao Produksi Sumatera Utara

Perkebunan Rakyat Perkebunan Milik Perkebunan Besar


(PR) Pemerintah (PTP) Swasta (PBS)

Produksi

Domestik Ekspor SUMUT Dunia

Analisis Daya Saing

Revealed Comparative Export Product


Advantage (RCA) Dynamic (EPD)

Kesimpulan
Keterangan:

= menyatakan alur

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Daya Saing Kakao


(Theobroma cacao L.) Hasil Produksi Sumatera Utara di Pasar
Ekspor

Universitas Sumatera Utara


2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini ialah:

1. Perkembangan volume produksi kakao periode 2006-2015 di Sumatera Utara

cenderung meningkat.

2. Perkembangan volume dan nilai ekspor kakao periode 2006-2015 di Sumatera Utara

cenderung meningkat.

3. Kakao hasil produksi Sumatera Utara memiliki daya saing (komparatif dan

kompetitif) di pasar ekspor.

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara metode purposive, artinya

penentuan daerah dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan tertentu.

Sumatera Utara dipilih atas dasar pertimbangan karena Sumatera Utara

merupakan sentra produksi kakao terbesar keempat di Indonesia, setelah Sulawesi

Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan, juga merupakan sentra

produksi terbesar di Pulau Sumatera sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Luas Areal dan Produksi Kakao Menurut Provinsi di Indonesia
Tahun 2015
Luas/ Produksi
No Provinsi/ Province Area Production
(Ha) (Ton)
1. Aceh 106.211 28.329
2. Sumatera Barat 76.486 31.789
3. Sumatera Utara 150.319 58.740
4. Riau 7.629 3.631
5. Kepulauan Riau 9 1
6. Jambi 2.082 512
7. Sumatera Selatan 10.218 2.837
8. Kep. Bangka Belitung 816 151
9. Bengkulu 13.517 4.672
10. Lampung 63.317 25.507
WILAYAH SUMATERA 430.604 156.170
11. DKI. Jakarta - -
12. Jawa Barat 8.963 2.427
13. Banten 8.207 2.586
14. Jawa Tengah 7.718 2.012
15. D.I. Yogyakarta 5.012 853
16. Jawa Timur 65.432 30.364
WILAYAH JAWA 95.332 38.242
17. Bali 10.803 3.967
18. Nusa Tenggara Barat 7.846 1.166
19. Nusa Tenggara Timur 53.953 11.755
WILAYAH NUSA TENGGARA & BALI 72.602 16.887
20. Kalimantan Barat 11.754 2.032
21. Kalimantan Tengah 929 205
22. Kalimantan Timur 22.455 6.927
WILAYAH KALIMANTAN 35.895 9.237

32

Universitas Sumatera Utara


Luas/ Produksi
No Provinsi/ Province Area Production
(Ha) (Ton)
24. Sulawesi Utara 17.723 4.434
25. Gorontalo 13.462 3.826
26. Sulawesi Tengah 284.125 149.071
27. Sulawesi Selatan 254.622 117.672
28. Sulawesi Barat 142.858 41.823
29. Sulawesi Tenggara 255.347 120.243
WILAYAH SULAWESI 998.138 467.070
30. Maluku 27.666 8.555
31. Maluku Utara 31.684 10.656
32. Papua 32.946 9.768
33. Papua Barat 15.746 4.277
WILAYAH MALUKU & PAPUA 108.041 33.256
INDONESIA 1.740.612 720.862
Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia, Direktorat Jendral Perkebunan, 2015

3.2 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode

Pengumpulan Data Sekunder. Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan

data sekunder yang terdiri dari data runtut waktu (time series) tahunan dari tahun

2006 hingga 2015. Adapun data yang dikumpulkan antara lain data volume

produksi kakao Sumatera Utara, volume dan nilai ekspor kakao Sumatera Utara

dan dunia, serta total keseluruhan nilai ekspor Sumatera Utara dan dunia untuk

periode 2006-2015. Data yang dikumpulkan diperoleh dari berbagai instansi

terkait, seperti Dinas Perkebunan Sumatera Utara dan Badan Pusat Statistik

Sumatera Utara. Selain itu, data-data pendukung lainnya juga diperoleh melalui

internet, literatur dan jurnal yang relevan dengan penelitian ini.

3.3 Metode Analisis Data


Untuk menganalisis identifikasi masalah 1 dan 2 yaitu perkembangan produksi,

volume dan nilai ekspor kakao hasil produksi Sumatera Utara tahun 2006-2015,

digunakan metode analisis trend linier. Trend linier merupakan garis peramalan

Universitas Sumatera Utara


yang sifatnya linier sehingga secara matematis bentuk fungsinya adalah sebagai

berikut:

Y' = a + bX

Keterangan:

Y’ = nilai trend periode tertentu = nilai peramalan pada periode tertentu

a = konstanta = nilai trend pada periode dasar

b = koefisien arah garis trend = perubahan trend setiap periode

X = unit periode yang dihitung dari periode dasar.

Dan untuk menganalisis identifikasi masalah 3, yaitu daya saing (keungggulan

komparatif dan kompetitif) kakao hasil produksi Sumatera Utara di pasar ekspor,

digunakan metode analisis Revealed Comparative Advantage (RCA), dan Export

Product Dynamic (EPD).

Metode Revealed Comparative Advantage (RCA)


Revealed Comparative Advantage (RCA) merupakan metode yang digunakan

untuk mengukur kinerja ekspor komoditi tertentu dari suatu negara dengan

mengevaluasi peranan ekspor komoditi tersebut dalam ekspor total suatu negara

dibandingkan dengan pangsa komoditi tersebut dalam perdagangan dunia.

Namun, pada penelitian ini, kinerja ekspor kakao Sumatera Utara akan diukur

dengan mengevaluasi peranan ekspor kakao dalam ekspor total Sumatera Utara

dengan pangsa kakao dalam perdagangan dunia. Nilai RCA kakao produksi

Sumatera Utara akan dihitung setiap tahun selama periode 2006-2015. Secara

matematis, Revealed Comparative Advantage (RCA) dirumuskan sebagai berikut

(Abdullah, 2002):

𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿⁄𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿
𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝒊𝒊𝒊𝒊 =
𝑾𝑾𝑾𝑾⁄𝑾𝑾𝑾𝑾

Universitas Sumatera Utara


Dimana:

RCA ij = keunggulan komparatif (daya saing) Sumatera Utara tahun ke-t

X ij = nilai ekspor kakao Sumatera Utara tahun ke-t

X is = nilai ekspor total Sumatera Utara tahun-t

Wj = nilai ekspor kakao di dunia tahun ke-t

Ws = nilai ekspor total produk dunia tahun ke-t

t = 2006,…, 2015

Nilai RCA suatu komoditi menunjukkan dua kemungkinan, yaitu:

1. Jika nilai RCA > 1, maka Sumatera Utara memiliki keunggulan komparatif

diatas rata-rata dunia sehingga kakao memiliki daya saing kuat.

2. Jika nilai RCA < 1, maka Sumatera Utara memiliki keunggulan komparatif di

bawah rata-rata dunia sehingga kakao memiliki daya saing lemah.

Metode Export Product Dynamics (EPD)


Export Product Dynamics merupakan suatu indikator daya saing dengan

mengukur posisi pasar suatu negara untuk tujuan pasar tertentu. Metode ini dapat

mengukur dinamis tidaknya suatu produk di pasar. Namun, pada penelitian ini

akan dianalisis posisi daya saing kakao produksi Sumatera Utara periode 2006-

2015 untuk tujuan pasar ekspor. Metode EPD terdiri dari matriks yang

menempatkan produk yang dianalisis ke dalam empat kategori.

Tabel 11. Matriks Posisi Daya Saing dengan Metode EPD

Share of Product in World Trade


Share of Country’s
Rising Falling
Export in World Trade
(Dynamic) (Stagnant)
Rising
Rising Star Falling Star
(Competitive)
Falling
Lost Opportunity Retreat
(Non-Competitive)

Universitas Sumatera Utara


Untuk mengetahui posisi daya saing suatu produk seperti pada Tabel 11, dapat

dikonversi dari kuadran yang terdapat dalam dimana posisi daya saing akan

berada di salah satu kuadran. Posisi dalam kuadran tersebut mempresentasikan

kekuatan bisnis (sumbu X) dan daya tarik pasar (sumbu Y) suatu produk

dirumuskan sebagai berikut (Abdullah, 2002):

𝑿𝑿𝒊𝒊𝒊𝒊 𝑿𝑿𝒊𝒊𝒊𝒊
∑𝒏𝒏𝒕𝒕=𝟏𝟏 � � × 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 % − ∑𝒏𝒏𝒕𝒕=𝟏𝟏 �𝑾𝑾 � × 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 %
𝑾𝑾𝒊𝒊𝒊𝒊 𝒊𝒊𝒊𝒊
𝒕𝒕 𝒕𝒕−𝟏𝟏
𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝑿𝑿 =
𝑻𝑻

Sedangkan daya tarik pasar (sumbu Y) secara matematis dirumuskan sebagai

berikut:

𝑿𝑿 𝑿𝑿
∑𝒏𝒏𝒕𝒕=𝟏𝟏 � 𝒕𝒕 � × 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 % − ∑𝒏𝒏𝒕𝒕=𝟏𝟏 � 𝒕𝒕 � × 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 %
𝑾𝑾 𝒕𝒕 𝒕𝒕 𝑾𝑾 𝒕𝒕 𝒕𝒕−𝟏𝟏
𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒀𝒀 =
𝑻𝑻

Keterangan:

X ij = nilai ekspor kakao Sumatera Utara

X t = nilai ekspor total Sumatera Utara

W ij = nilai ekspor kakao dunia

W t = nilai ekspor total dunia

T = jumlah tahun yang dipergunakan

3.4 Definisi dan Batasan Operasional


3.4.1 Definisi

1. Kakao adalah kakao yang yang diperdagangakan dengan tujuan ekspor ke

pasar internasional.

2. Produksi kakao adalah hasil panen tanaman kakao produksi Sumatera Utara

yang dijual ke pasar ekspor berupa biji kakao dalam satuan ton.

3. Volume ekspor adalah besarnya jumlah kakao produksi Sumatera Utara yang

Universitas Sumatera Utara


diekspor dalam satuan ton.

4. Nilai ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya ekspor kakao

produksi Sumatera Utara dalam satuan US$.

5. Daya saing adalah kemampuan Sumatera Utara memproduksi, menguasai,

meningkatkan dan mempertahankan posisi pangsa pasar kakao domestik di

pangsa pasar kakao dunia.

6. Keunggulan kompetitif adalah pengukur daya saing yang dilihat dari

perbandingan pertumbuhan pangsa pasar ekspor kakao produksi Sumatera

Utara di pasar ekspor.

7. Keunggulan komparatif adalah pengukur daya saing yang dilihat dari pangsa

pasar kakao produksi Sumatera Utara dibandingkan dengan pangsa pasar

kakao dalam perdagangan dunia.

8. Reveal Comparative Adventage (RCA) adalah metode yang digunakan untuk

mengukur keunggulan komparatif suatu komoditi di suatu wilayah (negara,

provinsi, dan lain-lain)

9. Export Product Dynamic (EPD) adalah metode mengukur keunggulan

kompetitif dengan mengukur posisi pasar suatu negara untuk tujuan pasar

tertentu.

3.4.2 Batasan Operasional


1. Sektor potensial yang diteliti adalah sektor tanaman perkebunan yaitu

komoditas kakao.

2. Daerah penelitian adalah Provinsi Sumatera Utara.

3. Periode waktu yang dianalisis adalah periode tahun 2006-2015.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Deskripsi Provinsi Sumatera Utara

4.1.1 Kondisi Geografis

Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1°-4° Lintang Utara dan 98°-100° Bujur

Timur. Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 72.981,23 km². Sumatera Utara

dibagi kepada 25 kabupaten, 8 kota (dahulu kotamadya), 325 kecamatan, dan

5.456 kelurahan/desa.

Provinsi Sumatera Utara memiliki 162 pulau, yaitu 6 pulau di Pantai Timur dan

156 pulau di Pantai Barat. Provinsi ini berbatasan dengan daerah perairan dan laut

serta provinsi lain. Batas wilayah Provinsi Sumatera Utara meliputi Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam di sebelah Utara, Provinsi Riau dan Sumatera Barat

di sebelah Selatan, Samudera Hindia di sebelah Barat, serta Selat Malaka di

sebelah Timur. Letak geografis Provinsi Sumatera Utara berada pada jalur

strategis pelayaran Internasional Selat Malaka yang dekat dengan Singapura,

Malaysia dan Thailand. Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 71.680 km² atau

sekitar 14,95 % dari seluruh luas Sumatera dan 3,69 % dari luas wilayah

Indonesia, sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-Pulau Batu, serta beberapa

pulau kecil, baik di bagian barat maupun bagian timur pantai Pulau Sumatera. Hal

inilah yang menjadikan provinsi Sumatera Utara adalah Provinsi yang sangat

potensial dalam membantu dan memacu pertumbuhan ekonomi negara.

Berdasarkan letak dan kondisi alamnya, Sumatera Utara dibagi atas kelompok

wilayah, yaitu Pesisir Timur, Pegunungan Bukit Barisan, Pesisir Barat dan

Kepulauan Nias. Wilayah Sumatera Utara memiliki potensi yang cukup besar dan

38
Universitas Sumatera Utara
luas untuk dikembangkan menjadi areal pertanian dalam menunjang pertumbuhan

industri.

Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara sekaligus yang juga

merupakan pusat pengembangan wilayah Sumatera Utara, memiliki fasilitas

komunikasi, perbankan, dan jasa-jasa perdagangan lainnya yang mampu

mendorong pertumbuhan wilayah. Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur

pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu

masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik

maupun luar negeri (ekspor-impor).

4.1.2 Kondisi Iklim dan Topografi

Provinsi Sumatera Utara terletak dekat garis khatulistiwa, oleh karena itu Provinsi

ini tergolong ke dalam daerah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh angin asat

dan angin Muson. Kelembapan udara rata-rata 78 %-91 % per tahun, Curah hujan

(800-4000) mm/tahun dan penyinaran matahari 43 %.

Ketinggian permukaan daratan Provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi,

sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter di atas permukaan laut, beriklim

cukup panas bisa mencapai 30,1oC, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan

yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian

yang suhu minimalnya bisa mencapai 21,4oC.

Wilayah Sumatera Utara terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan dataran

tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur ditengah-tengah dari Utara

ke Selatan. Kemiringan tanah antara 0 – 12 % seluas 65,51 %, 13 – 39 % seluas

8,64 % dan diatas 40 % seluas 24,28 %, sedangkan luas Wilayah Danau Toba

Universitas Sumatera Utara


112.920 Ha. Berdasarkan Topografi Daerah Sumatera Utara dibagi atas 3 (tiga)

bagian yaitu bagian Timur dengan keadaan relatif datar, bagian tengah

bergelombang sampai berbukit dan bagian Barat merupakan dataran

bergelombang.Wilayah Pantai Timur yang merupakan dataran rendah seluas

24.921,99 km2 atau 34,77 % dari luas wilayah Sumatera Utara adalah daerah yang

subur, kelembaban tinggi dengan curah hujan relatif tinggi pula. Wilayah ini

memiliki potensi ekonomi yang tinggi sehingga cenderung semakin padat karena

arus migrasi dari wilayah Pantai Barat dan dataran tinggi. Wilayah dataran tinggi

dan wilayah Pantai Barat seluas 46.758,69 km2 atau 65,23 % dari luas wilayah

Sumatera Utara, yang sebagian besar merupakan pegunungan, memiliki variasi

dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi dan kontur serta daerah yang

struktur tanahnya labil.

Provinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan musim penghujan.

Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan November sampai dengan Maret dan

musim penghujan biasanya terjadi pada bulan April sampai dengan bulan

September, diantara kedua musim itu terdapat musim pancaroba.

4.1.3 Kondisi Demografi

Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis dengan Batak, Nias, dan

Melayu sebagai penduduk asli wilayah ini dan menganut berbagai agama seperti

Kristen, Katolik, Islam, Budha, Hindu dan berbagai aliran kepercayaan lainnya.

Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara menurut sensus penduduk pada tahun

2010 berjumlah 13.766.851 jiwa, terdiri dari 49,8 % laki-laki, dan 50,2 %

perempuan. Adapun data jumlah penduduk Sumatera Utara menurut jenis kelamin

dan kabupaten/kota tahun 2015 dapat diliat pada Tabel 12.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 12. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota
(jiwa) Tahun 2010

Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Jumlah


Kabupaten
Nias 65 933 69 386 135 319
Mandailing Natal 209 401 216 981 426 382
Tapanuli Selatan 135 707 137 425 273 132
Tapanuli Tengah 172 037 170 865 342 902
Tapanuli Utara 143 794 147 070 290 864
Toba Samosir 88 680 89 888 178 568
Labuhanbatu 229 110 224 520 453 630
Asahan 351 415 348 305 699 720
Simalungun 420 591 423 442 844 033
Dairi 138 608 138 967 277 575
Karo 189 815 192 807 382 622
Deli Serdang 998 669 985 929 1 984 598
Langkat 506 513 499 452 1 005 965
Nias Selatan 151 380 153 630 305 010
Humbang Hasundutan 89 906 91 120 181 026
Pakpak Bharat 22 435 22 085 44 520
Samosir 61 080 61 985 123 065
Serdang Bedagai 304 403 301 964 606 367
Batu Bara 199 508 196 971 396 479
Padang Lawas Utara 124 229 123 057 247 286
Padang Lawas 126 313 125 614 251 927
Labuhanbatu Selatan 156 578 150 593 307 171
Labuhanbatu Utara 175 405 172 060 347 465
Nias Utara 65 705 67 030 132 735
Nias Barat 40 375 44 044 84 419
Kota
Sibolga 43 280 42 886 86 166
Tanjungbalai 83 006 81 669 164 675
Pematangsiantar 119 582 125 522 245 104
Tebing Tinggi 76 488 78 316 154 804
Medan 1 081 797 1 109 343 2 191 140
Binjai 130 551 130 939 261 490
Padangsidimpuan 100 642 105 854 206 496
Gunungsitoli 65 651 68 545 134 196
Sumatera Utara 6 868 587 6 898 264 13 766 851
Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka, 2016

Universitas Sumatera Utara


4.2 Tanaman Perkebunan Sumatera Utara

Sumatera Utara merupakan salah satu pusat perkebunan di Indonesia. Perkebunan

di Sumatera Utara dibuka sejak penjajahan Belanda. Komoditi hasil perkebunan

yang paling penting di Sumatera Utara saat ini antara lain kakao, kelapa sawit,

karet, dan kopi.

Luas lahan kakao di Sumatera Utara pada tahun 2015 adalah 67.392,00 Ha dengan

produksi sebesar 43.610 Ton, dengan sentra penghasil kakao yaitu Kabupaten

Asahan dengan luas lahan 9.356 Ha. Selain itu, luas lahan kebun kelapa sawit

rakyat di Sumatera Utara pada tahun 2015 sebesar 395.489 Ha dengan produksi

5.101.384,09 Ton. Kabupaten Asahan juga merupakan pusat perkebunan kelapa

sawit rakyat di Sumatera Utara dengan luas lahan 72.416 Ha. Luas lahan karet

rakyat di Sumatera Utara tahun 2015 adalah sebesar 396.259 Ha. Kabupaten

Mandailing Natal, Langkat dan Labuhan Batu Selatan merupakan pusat

perkebunan karet rakyat di Sumatera Utara dengan luas lahan tanaman karet pada

tahun 2015 secara berturut yaitu 84.212 Ha, 37.710 Ha, dan 26,701 Ha.

Sedangkan, produksi kopi (Robusta dan Arabika) Sumatera Utara tahun 2015

adalah sebesar 57.643,44 ton dengan luas lahan 79.465,06 Ha. Kabupaten Dairi

dan Simalungun merupakan penghasil kopi dari Sumatera Utara. Bahkan kopi

sidikalang sudah dikenal di Pulau Jawa dan Eropa. Luas lahan dan produksi

tanaman perkebunan rakyat di Sumatera Utara pada tahun 2015 dapat dilihat pada

Tabel 13.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 13 Luas lahan (Ha) Dan Produksi (Ton) Tanaman Perkebunan Sumatera Utara Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015

Kakao Kelapa Sawit Karet Kopi


Kabupaten/
Kota Luas lahan Produksi Luas lahan Produksi Luas lahan Produksi Luas lahan Produksi
(Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton)
Kabupaten
Nias 1.521,00 821,00 - - 3.573,00 2.917,00 193,00 45,00
Mandailing Natal 4.523,00 3.723,00 15.957,00 209.636,36 78.409,00 84.212,00 3.988,00 2.414,00
Tapanuli Selatan 4.268,00 2.102,00 5.337,00 51.304,55 24.343,00 8.300,00 3.320,00 1.000,00
Tapanuli Tengah 3.007,00 2.521,00 3.318,00 26.459,09 32.477,00 20.512,00 136,00 54,00
Tapanuli Utara 3.055,00 1.212,00 54,00 86,36 9.096,00 5.621,00 15.352,00 11.186,00
Toba Samosir 226,00 76,00 659,00 3.713,64 464,00 405,00 2.841,00 2.368,00
Labuhanbatu 571,00 325,00 34.648,00 474.600,00 23.546,00 24.621,00 0,00 0,00
Asahan 9.356,00 7.126,00 72.416,00 926418,18 7.263,00 8.924,00 0,00 0,00
Simalungun 5.889,00 4.612,00 5.863,00 43.781,82 14.257,00 12.276,00 9.839,00 10.800,00
Dairi 605,00 303,00 176,00 1.104,55 384,00 206,00 10.748,00 12.533,00
Karo 4.309,00 2.945,00 1.334,00 8.627,27 131,00 67,00 5.913,00 6.888,00
Deli Serdang 6.304,00 4.432,00 14.561,00 196.018,18 6.320,00 6.612,00 713,00 600,00
Langkat 3.214,00 2.600,00 45.538,00 606.863,64 43.676,00 37.710,00 129,00 89,00
Nias Selatan 4.653,00 2.523,00 678,00 36,36 9.721,00 8.800,00 0,00 0,00
Humbang Hasundutan 1.642,00 665,00 289,00 618,18 4.245,00 2.174,00 12.042,00 6.424,00
Pakpak Bharat 232,00 79,00 1.623,00 3.677,27 1.761,00 628,00 1.429,00 1.296,00
Samosir 280,00 171,00 - - 12.032,00 12.497,00 4.247,00 2.300,00
Serdang Bedagai 1.292,00 1.076,00 12.661,00 164.686,36 524,00 400,00 0,00 0,00
Batu Bara 2.043,00 1.465,00 8.843,00 95.545,45 40.332,00 25.748,00 775,00 512,00
Padang Lawas Utara 893,00 453,00 26.784,00 286.927,27 12.458,00 4.229,00 1.060,00 413,00
Padang Lawas 334,00 134,00 33.715,00 418.740,91 26.206,00 26.701,00 30,00 11,00

Universitas Sumatera Utara


Kakao Kelapa Sawit Karet Kopi
Kabupaten/
Kota Luas lahan Produksi Luas lahan Produksi Luas lahan Produksi Luas lahan Produksi
(Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton)
Labuhanbatu Selatan 318,00 323,00 42.738,00 619.736,36 22.942,00 26.500,00 0,00 0,00
Labuhanbatu Utara 647,00 423,00 68.238,00 862.727,27 10.375,00 8.272,00 0,00 0,00
Nias Utara 6.522,00 2.712,00 - - 6.255,00 2.596,00 186,00 40,00
Nias Barat 1.259,00 532,00 - - 3.573,00 2.917,00 127,00 47,00
Kota
Padangsidimpuan 12,00 111,00 69,00 75,00 1.123,00 423,00 54,00 41,00
Gunungsitoli 172,00 145,00 - - 4.346,00 2.571,00 114,00 56,00
Sumatera Utara 67.392,00 43.610,00 395.489,00 5.101.384,09 396,259,00 333.922,00 933.972,00 590.117,00
Sumber: BPS, Sumatera Dalam Angka, 2016.

Universitas Sumatera Utara


BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Perkembangan Volume Produksi Kakao di Sumatera Utara

Perkembangan volume produksi kakao pada periode 2006-2015 di Sumatera Utara

berfluktuasi dari tahun ketahun namun cenderung menurun. Hal ini diperlihatkan

pada Gambar 3 berikut.

Produksi Kakao Sumatera Utara


63000
62000
61000
60000
y = 14.810-707,9x
Produksi

59000
58000
Produksi(ton)
57000
56000 Linear (Produksi(ton))
55000
54000
2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016
Tahun

Sumber:Data Lampiran 5 (diolah)

Gambar 3. Grafik Perkembangan Produksi Kakao di Sumatera Utara

Perkembangan produksi kakao dijelaskan melalui persamaan regresi yang

diperoleh, yakni Y = 14.810 – 707,9x (Gambar 3). Persamaan ini memberikan arti

bahwa volume produksi kakao di Sumatera Utara cenderung menurun rata-rata

sebesar 707,9 ton setiap tahun, dengan tingkat penurunan sebesar 0,85 % per

tahun.

Penurunan produksi kakao di Sumatera Utara ini sejalan dengan menurunnya

tingkat produktivitas lahan kakao di Sumatera Utara dalam periode terebut, seperti

yang diperlihatkan pada Tabel 14.

45
Universitas Sumatera Utara
Tabel 14. Luas Lahan, Produktivitas, dan Volume Produksi Kakao Sumatera
Utara Periode 2006-2015
Luas Lahan Volume Produksi Produktivitas
Perkem Perkem Produk Perkem
Tahun Produksi
Luas (Ha) bangan bangan tivitas bangan
(ton)
(%) (%) (kg/ha) (%)
2006 77.915,61 61.087,18 860
2007 80.862,17 3,78 61.944,36 1,40 859 -0,12
2008 85.268,18 5,45 60.252,66 -2,73 811 -5,59
2009 90.967,75 6,68 62.565,76 3,84 849 4,69
2010 92.932,53 2,16 59.467,17 -4,95 802 -5,54
2011 83.543,76 -10,10 56.182,51 -5,52 790 -1,50
2012 79.728,54 -4,57 55.682,43 -0,89 798 1,01
2013 79.198,14 -0,67 56.550,84 1,56 821 2,88
2014 79.778,23 0,73 55.732,12 -1,45 845 2,92
2015 81.884,71 2,64 56.339,35 1,09 832 -1,54
Rata-
83.207,96 0,68 58.580,44 -0,85 823 -0,31
Rata
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, 2015.

Tabel 14 memperlihatkan bahwa pada periode 2006-2015, luas lahan kakao di

Sumatera Utara cenderung meningkat dengan rata-rata peningkatannya sebesar

0,68 % per tahun. Walaupun, sempat terjadi penurunan luas lahan pada periode

2011 sebesar 10,1 % dengan luas lahan turun menjadi 83.543,76 Ha dari yang

sebelumnya 92.932,53 Ha pada periode 2010. Sedangkan, produktivitas lahan

kakao di Sumatera Utara mengalami penurunan dengan rata-rata penurunan

sebesar 0,33 % per tahun. Produktivitas kakao Sumatera Utara selama periode

tersebut adalah rata-rata sebesar 823 kg/Ha. Tingkat produktivitas ini masih

tergolong rendah jika dibandingkan dengan rata-rata produktivitas nasional yaitu

adalah sebbesar 900 kg/Ha atau dibandingkan dengan standar produktivitas kakao

hasil penelitian Balai Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia yaitu sebesar 1,5

ton/Ha.

Universitas Sumatera Utara


Penurunan volume produksi kakao hasil produksi Sumatera Utara yang terjadi

dipengaruhi oleh adanya penurunan produktivitas, meskipun nyatanya luas lahan

mengalami kecenderungan meningkat. Hal ini terjadi dikarenakan seiring dengan

bertambahnya luas lahan kakao Sumatera Utara maka luas lahan yang bertambah

adalah luas lahan kakao belum menghasilkan. Maka dengan demikian, walaupun

secara keseluruhan luas kakao cenderung meningkat, namun produktivitasnya

masih rendah sebab luas lahan yang bertambah adalah luas lahan kakao belum

menghasilkan.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode trend linear

menunjukkan bahwa volume produksi kakao Sumatera Utara periode 2006-2015

cenderung menurun. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa volume

produksi cenderung meningkat, ditolak. Dari informasi luas lahan dan

produktivitas kakao Sumatera Utara periode 2006-2015, dapat diketahui bahwa

penurunan volume produksi kakao yang terjadi di Sumatera Utara diakibatkan

oleh penurunan produktivitas kakao periode 2006-2015, walaupun terjadi

perluasan lahan kakao pada periode yang sama.

5.2 Perkembangan Volume Ekspor dan Nilai Ekspor Kakao Hasil Produksi
Sumatera Utara

5.2.1 Perkembangan Volume Ekspor Kakao Sumatera Utara

Perkembangan volume ekspor kakao hasil produksi Sumatera Utara pada periode

2006-2015 dari tahun ke tahun sebagaimana terlihat pada Gambar 4 berikut.

Universitas Sumatera Utara


Volume Ekspor Kakao Hasil Produksi Sumatera Utara
70000
60000
y = 27.610-1350x
50000
40000
Volume Ekspor (ton)
30000
Linear (Volume Ekspor (ton))
20000
10000
0
2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016

Sumber: Data Lampiran 1 (diolah)

Gambar 4. Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kakao


Hasil Produksi Sumatera Utara

Gambar 4 merupakan grafik hasil analisis trend linear dari data perkembangan

volume ekspor kakao hasil produksi Sumatera Utara periode 2006-2015. Adapun

data perkembangan volume ekspor kakao hasil produksi Sumatera Utara dapat

dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Perkembangan Volume Ekspor Kakao Hasil Produksi Sumatera


Utara Tahun 2006-2015

Volume Ekpor Perkembangan


Tahun
(ton) (%)
2006 46.145
2007 51.990 12,67
2008 52.859 1,67
2009 55.453 4,91
2010 58.051 4,69
2011 40.348 -30,50
2012 37.777 -6,37
2013 36.180 -4,23
2014 42.816 18,34
2015 45.654 0,15
Rata-Rata 46.142 -0,61
Sumber: BPS, Buletin Perdagangan Internasional, 2016

Perkembangan volume kakao dijelaskan melalui persamaan regresi yang

Universitas Sumatera Utara


diperoleh, yakni Y = 27.610 - 1350x (Gambar 3). Persamaan ini memberikan arti

bahwa volume ekspor kakao hasil produksi Sumatera Utara cenderung menurun

rata-rata sebesar 1.350,9 ton setiap tahun dengan tingkat penurunan sebesar 0,61

% per tahun. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa volume ekspor

cenderung meningkat, ditolak.

Penurunan volume ekspor kakao sejalan dengan menurunnya volume produksi

kakao di Sumatera Utara periode 2006-2015. Penurunan volume ekspor yang

cukup besar terjadi pada periode 2010 yaitu dari 58.051 ton turun menjadi 40.348

ton pada 2011 atau terjadi penurunan sebesar 30,5 %. Penurunan volume ekspor

kakao hasil produksi Sumatera Utara ini salah satunya dipengaruhi oleh

penurunan volume produksi kakao Sumatera Utara pada periode yang sama.

Selain itu, penurunan volume ekspor kakao yang terjadi sejak tahun 2010 diduga

karena adanya kebijakan pemerintah yang secara resmi menerapkan kebijakan

Bea Keluar (BK) terhadap eskpor biji kakao melalui Peraturan Menteri Keuangan

(PMK) No.67/PMK.011/2010 tentang Penetapan Barang Ekspor yang dikenakan

Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar. yang dimulai pada bulan April 2010. Kebijakan

ini menambah biaya bagi eksportir sehingga memaksa para eksportir untuk

mengurangi ekspor biji kakao secara langsung dan meningkatkan pengolahan biji

kakao di dalam negeri.

Dari informasi di atas dapat disimpulkan bahwa, penurunan volume ekspor kakao

di Sumatera Utara dipengaruhi oleh menurunnya volume produksi kakao periode

2006-2015, serta diduga karena adanya kebijakan pemerintah yang menerapkan

kebijakan Bea Keluar (BK) terhadap ekspor biji kakao per April 2010.

Universitas Sumatera Utara


5.2.2 Perkembangan Nilai Ekspor Kakao Sumatera Utara
Berbeda dengan volume eskpor yang dalam perkembangannya mengalami

kecenderungan menurun dari waktu ke waktu, nilai ekspor kakao hasil produksi

Sumatera Utara periode 2006-2015 justru mengalami kecenderungan meningkat.

Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.

Nilai Ekspor Kakao Hasil Produksi Sumatera Utara


180000
160000
140000
y = 97.409 - 537,1x
120000
100000 Nilai Ekspor (000 US$)
80000
60000 Linear (Nilai Ekspor (000
40000 US$))
20000
0
2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016

Sumber: Data lampiran 1 (diolah)

Gambar 5. Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Kakao


Hasil Produksi Sumatera Utara

Gambar 5 merupakan grafik hasil analisis trend linear dari data perkembangan

nilai ekspor kakao hasil produksi Sumatera Utara periode 2006-2015. Adapun

data perkembangan nilai ekspor kakao hasil produksi Sumatera Utara dapat

dilihatt pada Tabel 16.

Tabel 16. Perkembangan Nilai Ekspor Kakao Hasil Produksi Sumatera


Utara Tahun 2006-2015

Nilai Ekspor Perkembangan


Tahun
(000 US$) (%)
2006 57.500
2007 82.918 44,21
2008 119.043 43,57
2009 140.375 17,92
2010 163.908 16,76

Universitas Sumatera Utara


Nilai Ekspor Perkembangan
Tahun
(000 US$) (%)
2011 123.828 -24,45
2012 91.988 -25,71
2013 87.124 -5,29
2014 93.587 7,42
2015 97.364 9,30
Rata-Rata 114.652 4,28
Sumber: BPS, Buletin Perdagangan Internasional, 2016

Perkembangan nilai ekspor kakao dijelaskan melalui persamaan regresi yang

diperoleh, yakni Y = 97.409 – 537,1x (Gambar 5). Persamaan ini memberikan arti

bahwa nilai ekspor kakao hasil produksi Sumatera Utara cenderung meningkat

rata-rata sebesar US$ 537.000 setiap tahun dengan tingkat pertumbuhan sebesar

4,28 % per tahun. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan nilai ekspor

meningkat, diterima.

Secara teoritis, nilai ekspor merupakan hasil perkalian antara volume ekspor

kakao dengan harga kakao. Sehingga ketika volume eskpor kakao menurun,

namun nilai ekspornya meningkat, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

peningkatan nilai ekspor ini bukan disebabkan oleh meningkatnya volume ekspor

melainkan karena harga kakao meningkat pada periode tersebut. Hal ini sejalan

dengan kenyataan bahwa harga produsen kakao hasil produksi Sumatera Utara

periode 2006-2015 mengalami peningkatan. Tabel 17 memperlihatkan

perkembangan harga produsen kakao Sumatera Utara Tahun 2006-2015.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 17. Perkembangan Harga Kakao di Tingkat Produsen Sumatera Utara Tahun 2006-2015 (Rp/100kg)

Harga (Rp/100Kg)
Bulan
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jan 1.100.000 1.400.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.800.000 1.500.000 1.757.500 1.800.000 2.700.000
Feb 1.100.000 1.675.000 1.500.000 1.700.000 1.700.000 1.800.000 1.600.000 1.700.000 2.100.000 2.800.000
Mar 1.100.000 1.675.000 1.300.000 1.850.000 2.300.000 1.800.000 1.650.000 1.750.000 2.067.500 2.700.000
Apr 1.100.000 1.500.000 1.825.000 1.900.000 2.300.000 1.800.000 1.700.000 1.775.000 2.200.000 2.350.000
May 1.100.000 1.500.000 1.825.000 1.900.000 2.200.000 1.825.000 1.700.000 1.550.000 2.200.000 2.400.000
Jun 1.100.000 1.500.000 1.700.000 1.950.000 2.200.000 1.875.000 1.700.000 1.550.000 2.400.000 2.400.000
Jul 1.000.000 1.700.000 1.700.000 1.900.000 2.200.000 1.925.000 1.700.000 1.550.000 2.275.000 2.500.000
Aug 1.000.000 1.650.000 1.700.000 1.900.000 2.000.000 1.875.000 1.675.000 1.550.000 2.275.000 2.400.000
Sep 1.000.000 1.650.000 1.725.000 2.100.000 1.825.000 1.900.000 1.650.000 1.550.000 2.625.000 2.400.000
Oct 1.000.000 1.500.000 1.725.000 2.150.000 1.825.000 1.975.000 1.625.000 1.800.000 2.825.000 2.825.000
Nov 1.000.000 1.450.000 1.725.000 1.650.000 1.825.000 1.975.000 1.750.000 1.800.000 2.925.000 2.825.000
Dec 1.100.000 1.450.000 1.700.000 1.750.000 1.700.000 1.750.000 1.750.000 1.800.000 2.700.000 2.825.000
Rata-Rata 1.058.333 1.554.167 1.660.417 1.854.167 1.964.583 1.858.333 1.666.667 1.677.708 2.366.042 2.593.750
Perkembangan (%) 32 6 10 6 -6 -12 1 29 9
Rata-Rata Perkembangan 2006-2015 (%) 8
Sumber: BPS, Statistik Harga Produsen Sektor Pertanian di Sumatera Utara, 2016.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 17 menunjukkan perkembangan harga produsen kakao Sumatera Utara

tahun 2006-2015 yang secara umum mengalami peningkatan rata-rata sebesar 8 %

per tahun, meskipun pada tahun 2011 dan 2012 harga kakao mengalami

penurunan. Pada tahun 2011 penurunan harga produsen kakao terjadi sebesar 6 %

yaitu dari Rp.1.964.583/100kg menjadi Rp.1.858.333/100kg dan pada tahun 2012

penurunan harga produsen kakao terjadi sebesar 12 % yaitu dari

Rp.1.858.333/100kg menjadi Rp.1.666.667/100kg. Adanya peningkatan harga

produsen kakao Sumatera Utara akan mempengaruhi harga jual kakao yang akan

diperdagangkan ke pasar ekspor. Dengan kata lain, semakin tinggi harga produsen

kakao, maka semakin tinggi nilai ekspor kakao hasil produksi Sumatera Utara di

pasar ekspor.

Peningkatan nilai ekspor kakao hasil produksi Sumatera Utara periode 2006-2015

tidak luput dipengaruhi oleh kurs dollar terhadap rupiah. Hal ini dikarenakan

dalam perdagangannya, eksportir kakao menerima pembayaran dari luar negeri

dalam bentuk dollar yang nilainya semakin tinggi seiring dengan melemahnya

rupiah. Semakin meningkat kurs dollar terhadap rupiah, maka semakin meningkat

pula harga jual kakao di pasar ekspor.

Pada penelitian ini diperlihatkan bahwa nilai ekspor kakao hasil produksi

Sumatera Utara meningkat sejalan dengan peningkatan kurs dollar terhadap

rupiah. Kurs dollar yang semakin meningkat terhadap rupiah mengakibatkan

harga jual kakao Sumatera Utara meningkat, sebab kakao yang yang di ekspor

akan dijual dalam dollar. Maka semakin kuat dollar terhadap rupiah, semakin

tinggi pula harga kakao yang secara tidak langung membuat nilai ekspor kakao

hasil produksi Sumatera Utara ikut naik di pasar ekspor.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 18. Perkembangan Kurs Rupiah (IDR) Terhadap Dollar (USD) Tahun 2006-2015

IDR per USD (Rp)


Bulan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jan 9.812 8.986 9.468 11.200 9.400 9.000 9.070 9.630 12.160 12.467
Feb 9.330 9.074 9.225 11.354 9.375 9.015 8.980 9.720 12.133 12.758
Mar 9.266 9.169 9.049 12.060 9.255 8.810 9.075 9.675 11.592 12.983
Apr 9.040 9.120 9.314 11.629 9.065 8.685 9.138 9.726 11.271 12.995
May 8.813 9.138 9.353 10.711 9.010 8.562 9.195 9.723 11.527 13.005
Jun 9.319 8.834 9.353 10.164 9.214 8.544 9.532 9.795 11.674 13.207
Jul 9.299 9.042 9.182 10.114 9.214 8.540 9.385 9.926 11.905 13.339
Aug 9.079 9.324 9.129 9.919 8.930 8.459 9.439 10.279 11.753 13.505
Sep 9.093 9.468 9.237 10.119 9.014 8.532 9.530 11.144 11.711 14.086
Oct 9.207 9.121 9.512 9.625 8.925 8.780 9.575 11.357 12.159 14.764
Nov 9.086 9.091 11.044 9.544 8.925 8.893 9.615 11.129 12.057 13.788
Dec 9.117 9.419 12.850 9.444 9.020 8.991 9.595 11.765 12.291 13.829
Rata-Rata 9.205 9.149 9.726 10.490 9.112 8.734 9.344 10.322 11.853 13.394
Perkembangan (%) -1 6 7 -15 -4 7 9 13 12
Rata-Rata Perkembangan 2006-2015 (%) 4
Sumber: XE, 2016

Universitas Sumatera Utara


Tabel 18 memperlihatkan perkembangan kurs dollar terhadap rupiah periode 2006

sampai dengan 2015 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 4 % per tahun.

Kondisi kurs dollar paling kuat terhadap rupiah terjadi pada periode Oktober 2015

yaitu sebesar Rp.14.764. Sedangkan kurs dollar paling lemah terhadap rupiah

terjadi pada periode Agustus 2011 yaitu sebesar Rp.8.459.

Dari informasi di atas dapat disimpulkan bahwa, adanya peningkatan nilai ekspor

kakao di Sumatera Utara pada periode 2006-2015 tidak dipengaruhi oleh volume

ekspornya, melainkan oleh peningkatan harga produsen kakao Sumatera Utara

dan peningkatan kurs dollar terhadap rupiah.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode trend linear

menunjukkan bahwa volume ekspor kakao Sumatera Utara periode 2006-2015

cenderung menurun, namun nilai ekspor kakao pada periode yang sama cenderung

meningkat. Adanya penurunan volume ekspor kakao dipengarui oleh semakin

menurunnya volume produksi kakao selama periode 2006-2015, serta diduga

karena adanya kebijakan pemerintah yang menerapkan kebijakan Bea Keluar

(BK) terhadap ekspor biji kakao per April 2010. Sedangkan peningkatan nilai

ekspor kakao Utara periode 2006-2015 dipengaruhi peningkatan harga produsen

kakao Sumatera Utara dan peningkatan kurs dollar terhadap rupiah.

5.3 Daya Saing (Komparatif dan Kompetitif) Kakao Hasil Produksi


Sumatera Utara Di Pasar Ekspor

Pasar ekspor merupakan suatu pasar dilakukannya transaksi antara pelaku ekspor

dan pelaku impor, baik antar individu suatu negara dengan individu negara lain,

individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan

pemerintah negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Kegiatan transaksi

Universitas Sumatera Utara


tersebut tidak hanya dilakukan oleh dua negara saja, tetapi dilakukan oleh negara-

negara lain. Hal ini menyebabkan adanya persaingan, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Daya saing merupakan salah satu kriteria yang

menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional.

Salah satu indikator daya saing suatu komoditi ialah pangsa pasar. Disebutkan

bahwa jika pangsa pasar suatu komoditi meningkat, berarti daya saing komoditi

itu meningkat. Oleh karena itu, penelitian menganalisis daya saing kakao hasil

produksi Sumatera Utara secara umum dilakukan dengan menggunakan

pendekatan pangsa pasar dan pertumbuhan pasar yang dihitung berdasarkan nilai

ekspor. Tabel 19 memperlihatkan nilai ekspor kakao dan nilai ekspor total dari

Sumatera Utara, Indonesia dan dunia.

Tabel 19. Nilai Ekspor Kakao dan Nilai Ekspor Total dari Sumatera Utara,
Indonesia dan Dunia Tahun 2006-2015.

Nilai Ekspor (000 US$)


Tahun Sumatera Utara*) Indonesia**) Dunia***)
Kakao Total Kakao Total Kakao Total
2006 57.500 5.523.901 619.016 100.798.624 4.388.603 11.952.387.109
2007 82.918 7.082.899 622.600 114.100.890 4.768.357 13.772.780.256
2008 119.043 9.261.977 854.584 137.020.424 5.852.501 15.972.312.416
2009 140.375 6.460.117 1.087.484 116.510.026 8.279.471 12.314.697.361
2010 163.908 9.147.778 1.190.739 157.779.103 8.276.770 15.057.105.841
2011 123.828 11.883.268 614.496 203.496.620 9.570.141 18.066.514.928
2012 91.988 10.393.936 384.829 190.031.845 10.156.604 18.202.308.765
2013 87.124 9.598.008 446.094 182.551.794 8.088.680 18.684.466.211
2014 93.587 9.361.110 196.492 175.980.836 9.865.541 18.686.070.183
2015 97.364 9.573.634 114.977 150.366.291 8.563.871 18.646.287.324
Rata-
114.652 9.459.979 611.212 164.217.117 7.781.054 16.135.493.039
Rata
Sumber: *) BPS, Buletin Perdagangan Internasional, 2016
**) BPS, Statistik Indonesia, 2016
***) UNComtrade, 2016

Universitas Sumatera Utara


Daya saing yang baik dapat terlihat jika komoditi tersebut memiliki keunggulan

komparatif dan keunggulan kompetitif di dalamnya. Maka dari itu, pada penelitian

ini digunakan metode analisis Comparative Adventage (RCA) dan Export Product

Dynamic (EPD). Metode RCA digunakan untuk mengukur keunggulan

komparatif dan metode EPD digunakan untuk untuk mengukur keunggulan

kompetitif kakao hasil produksi Sumatera Utara periode 2006-2015.

5.3.1 Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA)

RCA merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur keunggulan

komparatif kakao hasil produksi Sumatera Utara. Nilai RCA yang lebih besar dari

satu (RCA>1) menunjukkan bahwa kakao hasil produksi Sumatera Utara

memiliki keunggulan komparatif diatas rata-rata (dunia) atau berdaya saing yang

kuat sehingga dapat dipertahankan untuk tetap melakukan ekspor.

Pada penelitian ini, nilai RCA kakao produksi Sumatera Utara akan dihitung

setiap tahun selama periode 2006-2015. Nilai RCA didapat dengan cara

melakukan perbandingan antara nilai ekspor kakao kakao Sumatera Utara tahun

ke t dengan nilai ekspor total Sumatera Utara tahun ke t, kemudian dibagi dengan

perbandingan nilai ekspor kakao dunia tahun ke t dengan nilai ekspor total dunia

tahun ke t, dimana t adalah tahun penelitian. Secara matematis, Revealed

Comparative Advantage (RCA) dirumuskan sebagai berikut (Abdullah, 2002):

𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿⁄𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿
𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝒊𝒊𝒊𝒊 =
𝑾𝑾𝑾𝑾⁄𝑾𝑾𝑾𝑾

Keterangan:

RCA ij = keunggulan komparatif (daya saing) Sumatera Utara tahun ke-t

X ij = nilai ekspor kakao Sumatera Utara tahun ke-t

Universitas Sumatera Utara


X is = nilai ekspor total Sumatera Utara tahun-t

Wj = nilai ekspor kakao di dunia tahun ke-t

Ws = nilai ekspor total produk dunia tahun ke-t

t = 2006,…, 2015

Tabel 20. Hasil Estimasi Nilai RCA Kakao Hasil Produksi Sumatera Utara di
Pasar Ekspor Tahun 2006-2015

Tahun Xij/Xis Wj/Ws RCA Kriteria


2006 0,0104 0,0004 28,35
2007 0,0117 0,0003 33,81
2008 0,0129 0,0004 35,08
2009 0,0217 0,0007 32,32
2010 0,0179 0,0005 32,60
RCA > 1
2011 0,0104 0,0005 19,67
2012 0,0089 0,0006 15,86
2013 0,0091 0,0004 20,97
2014 0,0100 0,0005 18,94
2015 0,0102 0,0005 22,14
Rata-Rata 25,97 RCA > 1
Sumber: Data lampiran 1,2,7,8 (diolah)

Tabel 20 memperlihatkan bahwa pada periode 2006-2015, kakao hasil produksi

Sumatera Utara memiliki nilai RCA lebih besar dari satu dengan nilai rata-rata

sebesar 25,97. Hal ini menunjukkan bahwa pangsa pasar ekspor kakao Sumatera

Utara lebih besar dibandingkan pangsa pasar ekspor kakao di tingkat dunia. Maka

dengan demikian dapat dikatakan bahwa Sumatera Utara mempunyai keunggulan

komparatif, yang artinya kakao hasil produksi Sumatera Utara berdaya saing kuat

di pasar ekspor internasional.

Nilai RCA teringgi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 35,08. Sedangkan,

pertumbuhan nilai RCA yang besar terjadi pada tahun 2013, yaitu sebesar 32,19

% dari 15,86 menjadi 20,97. Penurunan nilai RCA paling besar terjadi terjadi pada

tahun 2011 sebesar 39,65 % dari 32,60 menjadi 19,67. Nilai RCA kakao hasil

Universitas Sumatera Utara


produksi Sumatera Utara terendah terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 15,86.

Keunggulan komparatif kakao hasil produksi Sumatera Utara di pasar ekspor ini

sejalan dengan keunggulan komparatif yang juga dimilikinya secara nasional.

Dengan kata lain, secara nasional kakao hasil produksi Sumatera Utara juga

berdaya saing kuat dengan keunggulan komparatif diatas rata-rata nasional.

Adapun secara matematis, Revealed Comparative Advantage (RCA) dirumuskan

sebagai berikut (Abdullah, 2002):

𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿⁄𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿
𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝒊𝒊𝒊𝒊 =
𝑾𝑾𝑾𝑾⁄𝑾𝑾𝑾𝑾

Keterangan:

RCA ij = keunggulan komparatif (daya saing) Sumatera Utara tahun ke-t

X ij = nilai ekspor kakao Sumatera Utara tahun ke-t

X is = nilai ekspor total Sumatera Utara tahun-t

Wj = nilai ekspor kakao Indonesia tahun ke-t

Ws = nilai ekspor total produk Indonesia tahun ke-t

Tabel 21. Hasil Estimasi Nilai RCA Kakao Hasil Produksi Sumatera Utara di
di Tingkat Nasional Tahun 2006-2015

Tahun Xij/Xis Wj/Ws RCA Kriteria


2006 0,0104 0,0061 1,70
2007 0,0117 0,0055 2,15
2008 0,0129 0,0062 2,06
2009 0,0217 0,0093 2,33
2010 0,0179 0,0075 2,37
RCA > 1
2011 0,0104 0,0030 3,45
2012 0,0089 0,0020 4,37
2013 0,0091 0,0024 3,71
2014 0,0100 0,0011 8,95
2015 0,0102 0,0008 13,30
Rata-Rata 4,44 RCA > 1
Sumber: Data lampiran 3,4,7,8 (diolah)

Universitas Sumatera Utara


Tabel 21 memperlihatkan bahwa pada periode 2006-2015, kakao hasil produksi

Sumatera Utara memiliki nilai RCA lebih besar dari satu dengan nilai rata-ratam

sebesar 4,44. Hal ini menunjukkan bahwa pangsa pasar ekspor kakao Sumatera

Utara lebih besar dibandingkan pangsa pasar ekspor kakao Indonesia. Maka, dapat

dikatakan bahwa Sumatera Utara mempunyai keunggulan komparatif, yang

artinya kakao hasil produksi Sumatera Utara berdaya saing kuat di itngkat

nasional.

5.3.2 Analisis Export Product Dynamic (EPD)

Metode Export Product Dynamic (EPD) digunakan untuk mengetahui keunggulan

kompetitif kakao hasil produksi Sumatera Utara. Metode ini juga dapat memiliki

kemampuan untuk membandingkan kinerja ekspor di antara negara-negara di

seluruh dunia, dengan melihat posisi pangsa pasar yang dimiliki oleh komoditi

tersebut. Dalam penelitian ini, metode ini digunakan untuk mengukur keunggulan

kompetitif kakao hasil produksi Sumatera Utara periode 2006-2015. Untuk

mengetahui posisi daya saing dengan menggunakan metode ini dapat diketahui

dari hasil konversi kuadran posisi daya saing dari perhitungan kekuatan bisnis

(sumbu X) dan daya tarik pasar (sumbu Y) yang secara matematis dirumuskan

sebagai berikut (Abdullah, 2002):

𝑿𝑿𝒊𝒊𝒊𝒊 𝑿𝑿𝒊𝒊𝒊𝒊
∑𝒏𝒏𝒕𝒕=𝟏𝟏 � � × 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 % − ∑𝒏𝒏𝒕𝒕=𝟏𝟏 �𝑾𝑾 � × 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 %
𝑾𝑾𝒊𝒊𝒊𝒊 𝒊𝒊𝒊𝒊
𝒕𝒕 𝒕𝒕−𝟏𝟏
𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝑿𝑿 =
𝑻𝑻

Sedangkan daya tarik pasar (sumbu Y) dirumuskan sebagai berikut:

𝑿𝑿 𝑿𝑿
∑𝒏𝒏𝒕𝒕=𝟏𝟏 � 𝒕𝒕 � × 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 % − ∑𝒏𝒏𝒕𝒕=𝟏𝟏 � 𝒕𝒕 � × 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 %
𝑾𝑾 𝒕𝒕 𝒕𝒕 𝑾𝑾 𝒕𝒕 𝒕𝒕−𝟏𝟏
𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒀𝒀 =
𝑻𝑻

Universitas Sumatera Utara


Keterangan:

X ij = nilai ekspor kakao Sumatera Utara

X t = nilai ekspor total Sumatera Utara

W ij = nilai ekspor kakao dunia

W t = nilai ekspor total dunia

Tabel 22. Hasil Estimasi Analisis EPD Kakao Hasil Produksi Sumatera
Utara di Pasar Ekspor Periode 2006-2015

Tahun (Xij/Wij)×100 % (Xt/Wt)×100 % X Y EPD


2006 1,310 0,046
2007 1,739 0,051 0,33 0,11 Rising Star
2008 2,034 0,058 0,17 0,13 Rising Star
2009 1,695 0,052 -0,17 -0,10 Retreat
2010 1,980 0,061 0,17 0,16 Rising Star
2011 1,294 0,066 -0,35 0,08 Lost Opportunity
2012 0,906 0,057 -0,30 -0,13 Retreat
2013 1,077 0,051 0,19 -0,10 Falling Star
2014 0,949 0,050 -0,12 -0,02 Retreat
2015 1,137 0,051 0,20 0,02 Rising Star
Rata-Rata 0,01 0,02 Rising Star
Sumber: Data lampiran 1,2,7,8 (diolah)

Tabel 22 memperlihatkan hasil estimasti analisis EPD kakao hasil produksi

Sumatera Utara di pasar ekspor periode 2006-2015. Hasil estimasi ini kemudian

dikonversikan kedalam kuadran posisi daya saing EPD, sehingga diketahui posisi

daya saing kakao hasil produksi Sumatera Utara pada periode 2006-2015, seperti

yang dapat dilihat pada Gambar 6.

Universitas Sumatera Utara


Lost Opportunity 0,2 Rising Star

0,15 2010
2008
0,1 2007
2011
0,05
2006-2015 2015
0
2014
-0,4 -0,3 -0,2 -0,1 0 0,1 0,2 0,3 0,4
-0,05

2009 -0,1 2013


2012
-0,15
Retreat Falling Star

Gambar 6. Daya Saing Kakao Sumatera Utara di Pasar Ekspor dengan


Metode EPD 2006-2015

Gambar 6 memperlihatkan hasil konversi perhitungan dengan menggunakan

rumus EPD ke bagan posisi daya saing sehingga diketahui posisi daya saing kakao

hasil produksi Sumatera Utara di pasar ekspor. Hasil estimasi kakao hasil

produksi Sumatera Utara selama periode 2006-2015 menunjukkan dalam

perkembangannya posisi daya saing kakao Sumatera Utara mengalami beberapa

kali pergeseran. Pada periode 2009, 2012, dan 2014 posisi daya saing kakao

Sumatera Utara berada terletak pada kuadran Retreat. Sedangkan, pada periode

2011 posisi daya saing kakao Sumatera Utara berada terletak pada kuadran Lost

Opportunity. Namun, secara umum, posisi daya saing terletak pada kuadran

Rising Star. Posisi daya saing Rising Star mengindikasikan bahwa kakao hasil

produksi Sumatera Utara memiliki pertumbuhan pangsa ekspor bernilai positif di

pasar dunia. Posisi tersebut disebabkan oleh pangsa kakao selama periode 2006-

2015 cenderung mengalami peningkatan. Dengan kata lain, pada periode tersebut

permintaan dunia untuk komoditas kakao hasil produksi Sumatera Utara secara

keseluruhan meningkat sebesar 0,01 % setiap tahunnya, diikuti dengan

pertumbuhan pangsa pasar ekspor total Sumatera Utara yang meningkat rata-rata

Universitas Sumatera Utara


sebesar 0,02 % per tahun. Hal ini juga menandakan bahwa kakao merupakan

produk yang memiliki daya saing atau kompetitif di pasar dunia. Posisi Rising

Star merupakan posisi yang paling baik karena pada posisi ini Sumatera Utara

mengalami penambahan pangsa pasar kakao dan menjadi sumber pendapatan

ekspor yang penting bagi Sumatera Utara, sehingga Sumatera Utara dapat

memanfaatkan peluang pasar dengan baik.

Kakao hasil produksi Sumatera Utara di pasar eskpor memiliki pangsa pasar

dengan nilai terbesar berada pada tahun 2008 dengan persentasi 2,03 % dalam

perdagangan kakao dunia, diikuti dengan pangsa pasar total ekspor Sumatera

Utara sebesar 0,05 % dalam perdagangan dunia. Sedangkan, pangsa pasar kakao

dengan nilai terkecil berada pada tahun 2012 dengan persentasi 0,90 % dalam

perdagangan kakao dunia, diikuti dengan pangsa pasar total ekspor Sumatera

Utara sebesar 0,05 % dalam perdagangan dunia. Dalam perkembangannya,

peningkatan pangsa pasar kakao Sumatera Utara terbesar dalam perdagangan

kakao dunia terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 0,33 %, diikuti dengan

peningkatan pangsa pasar total ekspor Sumatera Utara sebesar 0,11 % dan

penurunan pangsa kakao terbesar terjadi pada 2011 yaitu sebesar 0,35 % namun,

diikuti peningkatan pangsa pasar total ekspor Sumatera Utara sebesar 0,08 %.

Keunggulan kompetitif kakao hasil produksi Sumatera Utara di pasar ekspor ini

sejalan dengan keunggulan kompetitifnya secara nasional. Dengan kata lain,

secara nasional kakao juga berdaya saing kuat. Adapun untuk mengetahui posisi

daya saing dengan menggunakan metode ini dapat diketahui dari hasil konversi

kuadran posisi daya saing dari perhitungan kekuatan bisnis (sumbu X) dan daya

Universitas Sumatera Utara


tarik pasar (sumbu Y) yang secara matematis dirumuskan sebagai berikut

(Abdullah, 2002):

𝑿𝑿𝒊𝒊𝒊𝒊 𝑿𝑿𝒊𝒊𝒊𝒊
∑𝒏𝒏𝒕𝒕=𝟏𝟏 � � × 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 % − ∑𝒏𝒏𝒕𝒕=𝟏𝟏 �𝑾𝑾 � × 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 %
𝑾𝑾𝒊𝒊𝒊𝒊 𝒊𝒊𝒊𝒊
𝒕𝒕 𝒕𝒕−𝟏𝟏
𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝑿𝑿 =
𝑻𝑻

Sedangkan daya tarik pasar (sumbu Y) secara matematis dirumuskan sebagai

berikut:

𝑿𝑿 𝑿𝑿
∑𝒏𝒏𝒕𝒕=𝟏𝟏 � 𝒕𝒕 � × 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 % − ∑𝒏𝒏𝒕𝒕=𝟏𝟏 � 𝒕𝒕 � × 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 %
𝑾𝑾 𝒕𝒕 𝒕𝒕 𝑾𝑾 𝒕𝒕 𝒕𝒕−𝟏𝟏
𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒀𝒀 =
𝑻𝑻

Keterangan:

X ij = nilai ekspor kakao Sumatera Utara

X t = nilai ekspor total Sumatera Utara

W ij = nilai ekspor kakao Indonesia

W t = nilai ekspor total Indonesia

Tabel 23. Hasil Estimasi Analisis EPD Kakao Hasil Produksi Sumatera
Utara di Tingkat Nasional Periode 2006-2015

Tahun (Xij/Wij)×100 % (Xt/Wt)×100 % X Y EPD


2006 0,009 0,005
2007 0,013 0,006 0,43 0,13 Rising Star
2008 0,014 0,007 0,05 0,09 Rising Star
2009 0,013 0,006 -0,07 -0,18 Retreat
2010 0,014 0,006 0,07 0,05 Rising Star
2011 0,020 0,006 0,46 0,01 Rising Star
2012 0,024 0,005 0,19 -0,06 Falling Star
2013 0,020 0,005 -0,18 -0,04 Retreat
2014 0,048 0,005 1,44 0,01 Rising Star
2015 0,085 0,006 0,78 0,20 Rising Star
Rata-Rata 0,35 0,02 Rising Star
Sumber: Data lampiran 3,4,7,8 (diolah)

Tabel 22 memperlihatkan hasil estimasti analisis EPD kakao hasil produksi

Sumatera Utara di pasar ekspor periode 2006-2015. Hasil estimasi ini kemudian

Universitas Sumatera Utara


dikonversikan kedalam kuadran posisi daya saing EPD, sehingga diketahui posisi

daya saing kakao hasil produksi Sumatera Utara pada periode 2006-2015, seperti

yang dapat dilihat pada Gambar 7.

Lost Opportunity Rising Star


0,25
0,20 2015
0,15
2007
0,10 2008
0,05 2010 2006-2015
2011 2014
0,00
-0,50 2009 -0,05 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00
2012
-0,10
-0,15
2013
-0,20
Retreat Falling Star
Gambar 7. Daya Saing Kakao Sumatera Utara di Tingkat Nasional dengan
Metode EPD 2006-2015

Gambar 7 memperlihatkan hasil konversi perhitungan dengan menggunakan

rumus EPD ke bagan posisi daya saing sehingga diketahui posisi daya saing kakao

hasil produksi Sumatera Utara di tingkat nasional. Hasil estimasi kakao hasil

produksi Sumatera Utara selama periode 2006-2015 menunjukkan dalam

perkembangannya posisi daya saing kakao Sumatera Utara mengalami beberapa

kali pergeseran. Pada periode 2009 dan 2013 posisi daya saing kakao Sumatera

Utara berada terletak pada kuadran Retreat. Sedangkan, pada periode 2012 posisi

daya saing kakao Sumatera Utara berada terletak pada kuadran Falling Star.

Namun, secara keseluruhan hasil estimasi kakao hasil produksi Sumatera Utara

selama periode 2006-2015 menunjukkan posisi daya saing terletak pada kuadran

Rising Star. Posisi daya saing Rising Star mengindikasikan bahwa pangsa kakao

selama periode 2006-2015 cenderung mengalami peningkatan. Dengan kata lain,

Universitas Sumatera Utara


pada periode tersebut permintaan dunia untuk komoditas kakao hasil produksi

Sumatera Utara secara keseluruhan meningkat sebesar 0,35 % setiap tahunnya,

diikuti dengan pertumbuhan pangsa pasar ekspor total Sumatera Utara yang

meningkat rata-rata sebesar 0,02 % per tahun.

Kakao hasil produksi Sumatera Utara di tingkat nasional memiliki pangsa pasar

dengan nilai terbesar berada pada tahun 2015 dengan persentasi 0,08 % dalam

perdagangan kakao nasional, diikuti dengan pangsa pasar total ekspor Sumatera

Utara sebesar 0,006 % dalam perdagangan nasional. Sedangkan, pangsa pasar

kakao dengan nilai terkecil berada pada tahun 2006 dengan persentasi 0,09 %

dalam perdagangan kakao dunia, diikuti dengan pangsa pasar total ekspor

Sumatera Utara sebesar 0,06 % dalam perdagangan nasional. Dalam

perkembangannya, peningkatan pangsa pasar kakao Sumatera Utara terbesar

dalam perdagangan kakao nasional terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 1,44 %,

diikuti dengan peningkatan pangsa pasar total ekspor Sumatera Utara sebesar

0,01% dan penurunan pangsa kakao terbesar terjadi pada 2013 yaitu sebesar

0,18%, diikuti penurunan pangsa pasar total ekspor Sumatera Utara sebesar

0,04%.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode Revealed Comparative

Advantage (RCA) dan Export Product Dynamic (EPD) didapat hasil bahwa kakao

hasil produksi Sumatera Utara memiliki daya saing (komparatif dan kompetitif) di

pasar ekspor. Hal ini berdasarkan hasil analisis dengan metode RCA menunjukkan

nilai RCA>1, yang berarti bahwa kakao hasil produksi Sumatera Utara di pasar

ekspor memiliki keunggulan komparatif, dimana pangsa pasar ekspor kakao

Sumatera Utara lebih besar dibandingkan pangsa pasar ekspor kakao di tingkat

Universitas Sumatera Utara


dunia. Sedangkan untuk hasil metode EPD, menunjukkan bahwa posisi pasar

kakao di pasar ekspor berada pada posisi Rising Star, yang mengindikasikan

bahwa kakao hasil produksi Sumatera Utara memiliki keunggulan kompetitif,

dimana kakao hasil produksi Sumatera Utara memiliki pertumbuhan pangsa

ekspor bernilai positif di pasar dunia.

Hal ini sesuai dengan penelitian Haryono (2011) mengenai analisis daya saing

komoditas kakao Indonesia di pasar internasional. Hasil analisis penelitian

tersebut menunjukkan bahwa secara umum komoditi kakao hasil produksi

Indonesia berdaya saing di pasar internasional. Hal ini berdasarkan hasil analisis

yang menunjukkan bahwa kakao Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan

keunggulan kompetitif dalam perdagangan internasional.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Volume produksi kakao di Sumatera Utara periode 2006-2015 cenderung

menurun rata-rata sebesar 707,9 ton setiap tahun.

2. Volume ekspor kakao hasil produksi Sumatera Utara periode 2006-2015

cenderung menurun rata-rata sebesar 1.350,9 ton setiap tahun, namun nilai

ekspor kakao hasil produksi Sumatera Utara cenderung meningkat rata-rata

sebesar US$ 537.000 setiap tahun.

3. Kakao hasil produksi Sumatera Utara memiliki daya saing (komparatif dan

kompetitif) di pasar ekspor.

6.2 Saran

1. Bagi pemerintah, agar mengupayakan peningkatan produktivitas dengan

melakukan peremajaan kebun tua/rusak, dan memfasilitasi petani untuk

menggunakan bibit unggul, serta pengarahan mengenai teknik perawatan

kakao secara utuh yang dapat dilakukan melalui para penyuluh pertanian.

Upaya meningkatkan produktivitas tanaman kakao menjadi penting karena

perkebunan kakao Sumatera Utara tergolong luas.

2. Bagi petani, untuk meningkatkan produksi kakao maka petani perlu

menerapkan Standard Operating Procedure (SOP) dalam membudidayakan

kakao, ssehingga mutu hasil produksi juga dapat terjamin.

3. Bagi peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian lanjut, dapat meneliti

mengenai ongkos logistik ekspor komoditas kakao Sumatera Utara untuk

tujuan menganalisis efisiensi ongkos logistik tujuan ekspor.

68

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, P. 2002. Daya Saing Daerah, Konsep dan Pengukurannya di


Indonesia, Edisi 1.Yogyakarta: BPFE.
Abdullah, Piter et.al, 2002. Daya Saing Daerah Konsep dan Pengukuranya Di
Indonesia. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarata.

Anonim. 2014. International Cocoa Organization (ICCO). Quarterly Bulletin of


Cocoa Statistics. Vol: XXXIII (1).
Badan Pusat Statistik. 2016. Buletin Perdagangan Internasional Sumatera Utara.
Medan.
_________________. 2016. Harga Produsen Kakao Sumatera Utara. Medan.
_________________. 2016. Sumatera Dalam Angka 2016. Medan.
Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara. 2015. Data Statistik Perkebunan
Sumatera Utara Tahun 2006-2015. Medan
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Statistik Perkebunan Indonesia: 2013-
2015 Kakao. Jakarta.
Direktorat Jendral Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia. Jakarta.
Halwani, H, 2005. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi (Edisi
Kedua). Bogor: Ghalia Indonesia.

Harono, D. 2011. Analisis Daya Saing Dan Dampak Kebijakan Pemerintah


Terhadap Produksi Kakao Di Jawa Timur. Bogor: Intitut Pertanian Bogor.

ICCO. 2016. ICCO Monthly Averages of Daily Prices. London. diakses 19 Juli
2016 dari <http://www.icco.org/statistics/cocoa-prices/monthly
averages.html?currency=usd&startmonth=01&startyear=2005&endmonth=
12&endyear=2012&show=Tabel&option=com_statistics&view=statistics&I
temid=114&mode=custom&type=1>.

Kementerian Pertanian. 2015. Outlook Komoditi Kakao. Jakarta: Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian

Kementrian Pertanian. 2016. Outlook Komoditi Kakao. Jakarta.


Komisi Pengawas Persaingan Usaha. 2009. Background Paper Kajian Industri
dan Perdagangan Kakao. Jakarta: KPPU.

Kuncoro, M. 2009. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi 3. Jakarta:
Agromedia.
Martin et.al. 1991. Ekonomi Internasional. Terjemahan. Jakarta: Erl Wibowo.

Universitas Sumatera Utara


Mochtar A. H. 2011. Prospek industri pengolahan kakao di Indonesia. Bandung:
Agromedia.
Pearson, et.al. 2005. Aplikasi Policy Analysis Matrix Pada Pertanian Indonesia.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Purwito, A dan Indriani. 2015. Ekspor, Impor, Sistem Harmonisasi, Nilai Pabean,
dan Pajak Dalam Kepabeanan. Bogor: Mitra Wacana Media.

Puspitasari, E. 2011. Analisis Dayasaing dan Dampak Kebijakan Pemerintah


Terhadap Komoditas Kakao Di Kota Depok. Bogor: Intitut Pertanian Bogor.

Salvatore. 1997. Ekonomi Internasional. Terjemahan. Edisi Ke-5 Prentice Hall.


Jakarta: Erl Wibowo.
Spillane, J. 2000. Komoditi Kakao: Peranannya Dalam Perekonoian Indonesia.
Yogyakarta: Kanisius.

Susanto, F.X. 2008. Tanaman Kakao. Budidaya dan Pengolahan Hasil.


Yogyakarta: Kanisius.
Syarfi, I.W, Fairuzi, S dan Asful, F. 2008. Potensi Pengembangan Industri
Pengolahan Kakao. Bengkulu.

Tambunan, T. 2004. Globalisasi dan Perdagangan Internasional, Bogor: Ghalia


Indonesia.

Tarigan R. 2005. Perencanaan Pembangunan Regional. Jakarta: Bumi Aksara.

Wibowo, A. 2008. Paduan Lengkap Kakao Manajemen Agribisnis Hulu Hingga


Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.
XE. 2016. XE Currency Rate Data. Canada. diakeses 24 Juli 2016 dari
http://www.xe.com/currencytables/.

Zulfebriansyah. 2007. Komoditas Kakao: Potret Peluang dan Pembiayaan.


Economic Riview.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

Lampiran 1. Volume Ekspor dan Nilai Ekspor Kakao Sumatera Utara Tahun 2006-
2015
Volume Ekpor Perkembangan Nilai Ekspor Perkembangan
Tahun
(ton) (%) (000 US$) (%)
2006 46.145 57.500
2007 51.990 12,67 82.918 44,21
2008 52.859 1,67 119.043 43,57
2009 55.453 4,91 140.375 17,92
2010 58.051 4,69 163.908 16,76
2011 40.348 -30,50 123.828 -24,45
2012 37.777 -6,37 91.988 -25,71
2013 36.180 -4,23 87.124 -5,29
2014 42.816 18,34 93.587 7,42
2015 45.654 0,15 97.364 9,30
Rata-Rata 46.142 -0,61 114.652 4,28
Sumber: BPS, Buletin Perdagangan Internasional, 2016

Lampiran 2. Volume Ekspor dan Nilai Ekspor Total Sumatera Utara Tahun 2006-
2015
Perkembang Perkembang
Volume Ekpor Nilai Ekspor (000
an an
(ton) US$)
Tahun (%) (%)
2006 8.704.824 5.523.901
2007 7.841.873 -0,10 7.082.899 0,28
2008 8.520.892 0,09 9.261.977 0,31
2009 8.058.927 -0,05 6.460.117 -0,30
2010 7.992.103 -0,01 9.147.778 0,42
2011 8.161.003 0,02 11.883.268 0,30
2012 8.695.942 0,07 10.393.936 -0,13
2013 9.275.859 0,07 9.598.008 -0,08
2014 9.087.526 -0,02 9.361.110 -0,02
2015 9.263.584 0,02 9.573.634 0,02
Rata-
8.631.980 0,02 9.459.979 0,06
Rata
Sumber: BPS, Buletin Perdagangan Internasional, 2016

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Volume Ekspor dan Nilai Ekspor Kakao Indonesia Tahun 2006-2015
Perkembanga
Volume Ekpor Perkembangan Nilai Ekspor
Tahun n
(ton) (%) (000 US$)
(%)
2006 490.777.601 619.016
2007 379.829.201 -22,61 622.600 0,58
2008 380.512.864 0,18 854.584 37,26
2009 439.305.321 15,45 1.087.484 27,25
2010 432.426.847 -1,57 1.190.739 9,49
2011 210.066.999 -51,42 614.496 -48,39
2012 163.500.822 -22,17 384.829 -37,37
2013 188.420.191 15,24 446.094 15,92
2014 63.334.317 -66,39 196.492 -55,95
2015 39.622.124 -37,44 114.977 -41,48
Rata-
611.212
Rata 239.648.686 -18,51 -11,66
Sumber: BPS, Buletin Perdagangan Internasional, 2016

Lampiran 4. Volume Ekspor dan Nilai Ekspor Total Indonesia Tahun


2006-2015
Volume Ekpor Perkembangan Nilai Ekspor Perkembangan
Tahun
(ton) (%) (000 US$) (%)
2006 327.172.270.176 100.798.624
2007 342.773.529.783 0,05 114.100.890 0,13
2008 355.053.970.205 0,04 137.020.424 0,20
2009 378.999.100.814 0,07 116.510.026 -0,15
2010 478.846.797.632 0,26 157.779.103 0,35
2011 582.219.779.283 0,22 203.496.620 0,29
2012 600.137.346.950 0,03 190.031.845 -0,07
2013 700.005.037.290 0,17 182.551.794 -0,04
2014 549.465.743.578 -0,22 175.980.836 -0,04
2015 509.661.764.626 -0,07 150.366.291 -0,15
Rata-Rata 519.298.692.547 0,06 164.217.117 0,05
Sumber: BPS, Buletin Perdagangan Internasional, 2016

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Luas Areal dan Produksi Kakao Sumatera Utara Berdasarkan Status Kepimilikan Lahan Tahun 2006-2015

Perkebunan Rakyat PTPN PBSN PBSA


Luas Produksi Perkembangan
Tahun Luas Produksi Luas Produksi Luas Produksi Luas Produksi (Ha) (ton) (%)
(Ha) (ton) (Ha) (ton) (Ha) (ton) (Ha) (ton)
2006 49.171,94 32.781,38 23.761,16 20.573,50 3.048,47 3.387,80 1.934,04 3.855,50 77.915,61 61.087,18
2007 55.554,76 34.765,53 20.264,64 20.375,65 3.048,77 3.237,88 1.994,00 3.565,30 80.862,17 61.944,36 1,40
2008 60.221,22 36.042,11 18.711,96 17.790,55 4.217,41 3.934,00 2.117,59 2.486,00 85.268,18 60.252,66 -2,73
2009 66.090,95 38.294,11 18.986,60 17.852,35 3.739,20 3.918,30 2.151,00 2.501,00 90.967,75 62.565,76 3,84
2010 67.119,80 39.582,11 19.503,97 20.357,90 4.005,03 3.984,14 2.303,73 2.543,02 92.932,53 59.467,17 -4,95
2011 66.413,33 37.683,48 11.852,55 13.374,05 2.810,52 2.647,58 2.467,36 2.477,40 83.543,76 56.182,51 -5,52
2012 66.220,18 39.800,07 7.759,80 8.810,70 3.062,09 4.198,97 2.686,46 2.872,29 79.728,54 55.682,43 -0,89
2013 66.623,88 41.101,64 6.782,06 8.034,00 3.096,20 4.478,20 2.696,00 2.937,00 79.198,14 56.550,84 1,56
2014 64.934,36 41.265,77 8.909,87 8.860,39 3.111,78 4.248,66 2.736,15 2.921,98 79.778,23 55.732,12 -1,45
2015 64.636,65 37.722,69 11.891,76 13.413,26 2.849,73 2.686,79 2.506,57 2.516,61 81.884,71 56.339,35 1,09
Rata-Rata 83.207,96 58.580,44 -0,85
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, 2016

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Perkembangan Kurs Rupiah (IDR) Terhadap Dollar (USD) Tahun 2006-2015

IDR per USD (Rp)


Bulan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jan 9.812 8.986 9.468 11.200 9.400 9.000 9.070 9.630 12.160 12.467
Feb 9.330 9.074 9.225 11.354 9.375 9.015 8.980 9.720 12.133 12.758
Mar 9.266 9.169 9.049 12.060 9.255 8.810 9.075 9.675 11.592 12.983
Apr 9.040 9.120 9.314 11.629 9.065 8.685 9.138 9.726 11.271 12.995
May 8.813 9.138 9.353 10.711 9.010 8.562 9.195 9.723 11.527 13.005
Jun 9.319 8.834 9.353 10.164 9.214 8.544 9.532 9.795 11.674 13.207
Jul 9.299 9.042 9.182 10.114 9.214 8.540 9.385 9.926 11.905 13.339
Aug 9.079 9.324 9.129 9.919 8.930 8.459 9.439 10.279 11.753 13.505
Sep 9.093 9.468 9.237 10.119 9.014 8.532 9.530 11.144 11.711 14.086
Oct 9.207 9.121 9.512 9.625 8.925 8.780 9.575 11.357 12.159 14.764
Nov 9.086 9.091 11.044 9.544 8.925 8.893 9.615 11.129 12.057 13.788
Dec 9.117 9.419 12.850 9.444 9.020 8.991 9.595 11.765 12.291 13.829
Rata-Rata 9.205 9.149 9.726 10.490 9.112 8.734 9.344 10.322 11.853 13.394
Perkembangan (%) -1 6 7 -15 -4 7 9 13 12
Rata-Rata Perkembangan 2006-2015 (%) 4
Sumber: XE, 2016

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Perkembangan Harga Kakao di Tingkat Produsen Sumatera Utara Tahun 2006-2015 (Rp/100kg)

Harga (Rp/100Kg)
Bulan
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jan 1.100.000 1.400.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.800.000 1.500.000 1.757.500 1.800.000 2.700.000
Feb 1.100.000 1.675.000 1.500.000 1.700.000 1.700.000 1.800.000 1.600.000 1.700.000 2.100.000 2.800.000
Mar 1.100.000 1.675.000 1.300.000 1.850.000 2.300.000 1.800.000 1.650.000 1.750.000 2.067.500 2.700.000
Apr 1.100.000 1.500.000 1.825.000 1.900.000 2.300.000 1.800.000 1.700.000 1.775.000 2.200.000 2.350.000
May 1.100.000 1.500.000 1.825.000 1.900.000 2.200.000 1.825.000 1.700.000 1.550.000 2.200.000 2.400.000
Jun 1.100.000 1.500.000 1.700.000 1.950.000 2.200.000 1.875.000 1.700.000 1.550.000 2.400.000 2.400.000
Jul 1.000.000 1.700.000 1.700.000 1.900.000 2.200.000 1.925.000 1.700.000 1.550.000 2.275.000 2.500.000
Aug 1.000.000 1.650.000 1.700.000 1.900.000 2.000.000 1.875.000 1.675.000 1.550.000 2.275.000 2.400.000
Sep 1.000.000 1.650.000 1.725.000 2.100.000 1.825.000 1.900.000 1.650.000 1.550.000 2.625.000 2.400.000
Oct 1.000.000 1.500.000 1.725.000 2.150.000 1.825.000 1.975.000 1.625.000 1.800.000 2.825.000 2.825.000
Nov 1.000.000 1.450.000 1.725.000 1.650.000 1.825.000 1.975.000 1.750.000 1.800.000 2.925.000 2.825.000
Dec 1.100.000 1.450.000 1.700.000 1.750.000 1.700.000 1.750.000 1.750.000 1.800.000 2.700.000 2.825.000
Rata-Rata 1.058.333 1.554.167 1.660.417 1.854.167 1.964.583 1.858.333 1.666.667 1.677.708 2.366.042 2.593.750
Perkembangan (%) 32 6 10 6 -6 -12 1 29 9
Rata-Rata Perkembangan 2006-2015 (%) 8
Sumber: BPS, Statistik Harga Produsen Sektor Pertanian di Sumatera Utara, 2016.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7(a). Perkembangan Harga Kakao di Tingkat Produsen Sumatera Utara Tahun 2006-2015 (USD/100Kg)

Harga (USD/100Kg)
Bulan
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jan 112,11 155,80 158,43 133,93 159,57 200,00 165,38 182,50 148,03 216,57
Feb 117,90 184,59 162,60 149,73 181,33 199,67 178,17 174,90 173,08 219,47
Mar 118,71 182,68 143,66 153,40 248,51 204,31 181,82 180,88 178,36 207,96
Apr 121,68 164,47 195,94 163,38 253,72 207,25 186,04 182,50 195,19 180,84
May 124,82 164,15 195,12 177,39 244,17 213,15 184,88 159,42 190,86 184,54
Jun 118,04 169,80 181,76 191,85 238,77 219,45 178,35 158,24 205,59 181,72
Jul 107,54 188,01 185,14 187,86 238,77 225,41 181,14 156,16 191,10 187,42
Aug 110,14 176,96 186,22 191,55 223,96 221,66 177,46 150,79 193,57 177,71
Sep 109,97 174,27 186,75 207,53 202,46 222,69 173,14 139,09 224,15 170,38
Oct 108,61 164,46 181,35 223,38 204,48 224,94 169,71 158,49 232,34 191,34
Nov 110,06 159,50 156,19 172,88 204,48 222,08 182,01 161,74 242,60 204,89
Dec 120,65 153,94 132,30 185,30 188,47 194,64 182,39 153,00 219,67 204,28
Rata-Rata 115,02 169,89 172,12 178,18 215,73 212,94 178,37 163,14 199,54 193,93
Perkembangan (%) 47,70 1,32 3,52 21,07 -1,29 -16,23 -8,54 22,31 -2,81
Perkembangan 2006-2015 (%) 7,45

Universitas Sumatera Utara


Lampira 8. Nilai Eskpor Ekspor Komoditi Kakao Dunia Tahun 2006-2015
Exported
Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported
Exporters value in
value in 2006 value in 2007 value in 2008 value in 2009 value in 2010 value in 2011 value in 2012 value in 2013 value in 2014
2015
World 4388603 4768357 5852501 8279471 8276770 9570141 10156604 8088680 9865541 8563871
Côte d'Ivoire 1422913 1438372 1754113 2596121 2492515 3017377 2324954 2044456 3045103 3765103
Ghana 1096322 896390 974135 1088777 847415 2071557 1967762 1380501 2343234 274323
Nigeria 453325 377325 510312 1250868 1048004 958770 3033000 1542736 627033 627033
Netherlands 53165 98337 116217 267904 384659 537646 417124 491753 609913 573697
Ecuador 143288 190441 216511 342648 350199 471652 346191 433272 587795 705415
Cameroon 221863 215837 400325 543363 610990 512344 394829 491753 563632 512344
Belgium 233384 294080 309892 293848 292165 290411 340604 334552 435318 530213
Malaysia 20732 34726 18036 37053 85014 83454 129157 113920 293041 224923
Dominican Republic 70958 101366 109251 143700 164525 165203 173946 162289 212116 209116
Indonesia 619017 622600 854585 1087485 1190740 614496 384830 446095 196492 215149
Peru 4299 11484 17895 20532 35443 64733 69034 84447 152829 192274
United States of America 52374 53071 41238 27107 70536 30338 35154 39656 143883 49414
Papua New Guinea 147750 83920 125663 128247 139786
Estonia 77245 100785 103116 93068 123037 183439 158603 131106 122741 129771
Uganda 10016 15936 22834 27829 35121 44546 38434 54833 59429 56684
Germany 18200 18180 17064 38020 30671 40258 31029 45925 58835 62639
France 6042 9811 6511 878 5819 3890 14777 13792 34468 17308
Liberia 1272 2265 10825 12361 14455 29860 25156 19084 26375 25156
Colombia 4667 3566 1937 6042 14510 7981 10515 18311 24353 10515
Tanzania, United Republic of 9885 12450 25555 20156 18909 22427 20633 16361 22139 20633
Venezuela, Bolivarian Republic of 388 25349 15571 7299 10584 12521 0 4937 21972 10584

Universitas Sumatera Utara


Exported
Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported
Exporters value in
value in 2006 value in 2007 value in 2008 value in 2009 value in 2010 value in 2011 value in 2012 value in 2013 value in 2014
2015
Madagascar 13625 19796 16293 14827 11076 12795 8792 13178 20001 21387
United Arab Emirates 4 19 2 21586 23717 12 18 19116 21586
Haiti 5016 6391 8682 9049 13786 7305 8862 4383 15319 13786
Solomon Islands 4414 9393 10185 15107 15697 16526 9202 12923 16526
Sao Tome and Principe 3393 3513 5041 5494 5400 5228 4829 5415 9335 5228
Turkey 6 6 124 2755 6571 2 1507 5795 8507 6961
Togo 5308 14733 15539 10442 9316 5220 7815 7552 9316
Congo, Democratic Republic of
903 1541 1735 2071 2521 2547 4748 7077 7537 2547
the
Viet Nam 41 318 1013 2427 4229 5088 6549 7158 6216 5088
Guinea 47319 10306 5514 1610 2644 14790 3285 2227 5551 3285
Vanuatu 2496 2177 3209 3953 2606 3226 4852 4725 3226
Philippines 189 132 209 465 504 356 639 1078 4460 5731
Nicaragua 1552 1323 2150 2658 3127 2723 5528 9506 4225 7070
Panama 1368 2267 1457 1363 3235 2628 1594 1329 3349 1904
Canada 424 2596 1268 315 913 2179 667 328 2374 1770
United Kingdom 1834 2097 13376 17859 11153 7427 3437 3241 2371 2286
Trinidad and Tobago 2983 3318 2666 1973 2264 2736 1830 2502 2280 2264
Brazil 830 1709 1581 936 1052 2897 1976 1366 2039 21018
Equatorial Guinea 3112 4366 3491 2754 2452 3004 1347 1395 1731 2452
Grenada 258 869 2315 716 912 1589 6733 1675 1637 6733
Switzerland 788 641 1485 905 1933 3698 1555 1517 1634 1638
Jamaica 1081 1987 1035 1778 1187 1110 2322 833 1623 1187
Italy 2668 459 1536 809 1168 1314 1374 2185 1487 325
Sierra Leone 1266 1354

Universitas Sumatera Utara


Exported
Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported
Exporters value in
value in 2006 value in 2007 value in 2008 value in 2009 value in 2010 value in 2011 value in 2012 value in 2013 value in 2014
2015
Cuba 375 803 4 453 416 195 244 445 1186 1244
Costa Rica 750 1212 948 424 738 565 569 826 929 1234
Mexico 2408 5875 591 207 1514 1058 987 3935 873 460
Honduras 2 151 62 303 230 361 266 582 823 887
Congo 170 163 102 97 117 158 957 751 867
Singapore 2128 3745 836 13850 22328 13387 3681 2289 733 264
Kenya 1 0 5 0 1 3 0 538 567
China 0 0 0 0 0 0 0 2668 486 410
Sri Lanka 0 50 44 20 1036 0 13 52 440 456
Bolivia, Plurinational State of 529 720 581 1162 2379 1917 1406 796 341 444
India 1 0 232 1711 1301 1686 723 193 249 13446
Belize 16 19 0 60 2 21 200 118 237 507
Austria 2 0 49 186 91 80 39 67 236 140
Japan 51 20 1103 1509 281 90 120 127 231 5
Gabon 165 84 245 73 88 1766 288 205 148 232
Czech Republic 0 0 1 5 10 34 16 67 127 92
Croatia 0 4 0 0 0 0 0 112 111 4
Saint Lucia 31 69 151 89 132
Tokelau 86 99
Bosnia and Herzegovina 0 0 0 34 0 0 0 0 85 0
Guatemala 31 31 65 13 38 23 19 38 67 295
Lebanon 0 0 8 2 0 9 3 40 62 77
Poland 1 0 58 2 3 5 7 73 46 6786
Fiji 11 10 16 3 22 6 2 11 45 56

Universitas Sumatera Utara


Exported
Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported
Exporters value in
value in 2006 value in 2007 value in 2008 value in 2009 value in 2010 value in 2011 value in 2012 value in 2013 value in 2014
2015
Bulgaria 1 0 0 0 0 0 0 0 42 101
Slovenia 0 3 0 0 0 5 22 48 34 41
Saudi Arabia 16 0 0 0 0 0 0 0 30 45
El Salvador 32 2 32 38 15 61 47 42 30 99
Armenia 0 0 0 0 0 0 0 0 29 0
South Africa 2 1 2 0 265 158 18 12 28 22
Western Sahara 26 54
New Zealand 0 14 0 0 176 44 0 4 26 70
Denmark 42 1 5 3 7 5 21 2 23 7
Swaziland 0 0 308 271 0 21 32
Nepal 0 0 0 0 0 20 34
Sweden 1 7 0 2 6 4 3 22 18 42
Free Zones 8 67 17 22
Australia 17 0 14 7 18 12 596 4 14 32
Samoa 1 0 0 0 0 1 0 1 13 2
Egypt 0 0 78 1 0 2 0 0 9 11
Spain 149 115 4183 278 52404 415 146 331 9 15817
Dominica 1 3 3 5 3 0 0 0 7
Finland 0 0 0 0 0 2 7 31 4 3
Gambia 0 0 0 0 0 0 0 0 3
Romania 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3
Russian Federation 0 0 0 0 0 0 0 59 3 1947
Norway 0 1 0 0 2 5 4 18 2 0
Georgia 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0

Universitas Sumatera Utara


Exported
Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported
Exporters value in
value in 2006 value in 2007 value in 2008 value in 2009 value in 2010 value in 2011 value in 2012 value in 2013 value in 2014
2015
Iceland 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
Luxembourg 1 0 1 0 36 3 0 1 1 4
Belarus 0 0 0 0 0 70 0 0 1 0
Bahrain 0 0 0 0 0 0 5 1 0
Central African Republic 0 42 30 0 9 0 0 0 0 0
Lithuania 0 0 0 0 0 1 9 0 0 1
Latvia 0 0 0 737 0 0 2126 0 0 0
Korea, Republic of 860 0 244 803 0 0 0 0 0 0
Kuwait 0 0 0 0 0 3 0 0 0
Kazakhstan 0 0 0 0 0 0 3 1 0
Iran, Islamic Republic of 2 0 0 0
Ireland 265 307 1408 49 81 0 0 0 0 0
Israel 2 1 2 10 1 1 0 0 0 0
Hong Kong, China 0 0 0 0 0 0 12 19 0 0
Greece 2 0 0 0 0 0 3 0 0 0
Pakistan 0 66 6 2 0 6 0 0 0
Portugal 0 0 2 0 0 0 0 2 0 1
Qatar 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Serbia 3 1 0 0 87 2 0 0 0 1
New Caledonia 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
Niger 69 0 4 0 0 0 0 0 0 1
Taipei, Chinese 0 1 1 4 10 0 3 1 0 0
Oman 0 0 0 0 0 0 1 0 0 27
Namibia 0 11 2 2 0 0 0 0 0

Universitas Sumatera Utara


Exported
Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported
Exporters value in
value in 2006 value in 2007 value in 2008 value in 2009 value in 2010 value in 2011 value in 2012 value in 2013 value in 2014
2015
Malawi 0 0 0 41 0 9238 0 0 0
Slovakia 0 0 0 393 0 0 0 0 0 0
Thailand 14 8 21 0 0 3 1989 0 0 0
Tunisia 0 0 0 2040 0 584 0 2 0
Ukraine 0 0 0 0 1 0 0 0 0
Yemen 0 0 1 0 0 0 0 0 0
Zambia 0 0 0 0 0 0 0 27 0 0
Burkina Faso 0 0 0 0 0 0 0 0
Serbia and Montenegro
Syrian Arab Republic 0 0 0 13 38 5 5 3
Sudan (North + South) 0 0 0 0 4
Mali 0 0 0 0 0 0 1
Netherlands Antilles 0 0 0 26
Guinea-Bissau 38 455 377 877 197
Pitcairn 4
Gibraltar
Falkland Islands (Malvinas)
Bangladesh 0 0 0 7 0 0 82
Cayman Islands 310
Myanmar 0 3
British Virgin Islands

Sumber: UNComtrade, 2016

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9. Nilai Ekspor Total Dunia Tahun 2004-2015
Exported Exported value Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported
Exporters
value in 2006 in 2007 value in 2008 value in 2009 value in 2010 value in 2011 value in 2012 value in 2013 value in 2014 value in 2015
World 11952387109 13772780256 15972312416 12314697361 15057105841 18066514928 18202308765 18684466211 18686070183 18646287324
China 968935601 1220059668 1430693100 1201646800 1577763800 1898388400 2048782200 2209007280 2342343011 2281855922
United States of
1037029245 1162538150 1299898877 1056712100 1278099187 1481682202 1544932014 1577587252 1619742864 1704597471
America
Germany 1121962887 1328841354 1466137400 1127839900 1271096300 1482202274 1410129633 1450950921 1498157778 1529522475
Japan 646725059 714327036 781412163 580718734 769773832 823183759 798567588 715097244 690217466 725074044
Korea,
325457247 371477104 422003479 363531063 466380620 555208898 547854448 559618559 573074773 596900733
Republic of
Netherlands 400685883 477640554 545853405 431502452 492645872 530575759 554677907 571246855 571347542 597384764
France 479012852 539730712 594504995 464112811 511651043 581541871 556575682 567987698 566656165 505788842
Italy 417152997 500203413 541786283 406479127 446839830 523256296 501528851 518095103 529528733 558948444
Hong Kong,
322668792 349385575 370241819 329421935 400692015 455573380 492907472 535186743 524064899 598557620
China
United
458598557 454005490 482020962 359615540 422014118 517288693 481225754 548041853 511145443 560076319
Kingdom
Russian
301550666 352266399 467993955 301796059 397067521 516992618 524766421 527265919 497833529 533501801
Federation
Canada 388178676 419881604 455632184 315176831 386579900 450430008 454098967 456605444 473556513 508742067
Belgium 366835492 431743843 471797820 370879194 407595914 475957504 446854421 511505015 472201274 498968087
Singapore 271809169 299297446 338175938 269832461 351867167 409503631 408393020 410249671 409768670 346806797
Mexico 249960546 271821215 291264809 229712337 298305075 349326582 370706658 379949273 397098816 420789105
Saudi Arabia 211305812 234950759 313462235 192314122 251143033 364697697 388401064 375873343 349682412 394697697
Spain 214061202 253753922 279231468 223132208 246265330 298170964 285936446 310963648 318649312 283339315
India 121200606 145898053 181860898 176765036 220408496 301483250 289564769 336611389 317544642 264020963
Taipei, Chinese 224011893 246331460 255055284 203493850 273705866 306997986 300621666 303726396 313563342 280021065
Switzerland 147856286 172280973 200614754 172702655 195609280 234819262 312282673 357905224 311145884 290063879
Australia 123324473 139122219 186853014 153899576 212108726 269423385 256242913 252155105 240444684 291170805

Universitas Sumatera Utara


Exported Exported value Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported
Exporters
value in 2006 in 2007 value in 2008 value in 2009 value in 2010 value in 2011 value in 2012 value in 2013 value in 2014 value in 2015
Malaysia 160669231 175961863 198702475 157194832 198790691 226992682 227449500 228316107 234134977 200042982
Thailand 130580046 153571126 175907915 152497203 195311520 228823973 229544513 228527440 227572764 210883579
Brazil 137806190 160648870 197942443 152994743 197356436 256038702 242579776 242178054 225098405 191134325
United Arab
123324473 156634000 210000000 105706357 162774302 222249178 234068139 237539561 222018639 222018639
Emirates
Poland 109584113 138784983 171859898 136641305 157064948 188105090 179603599 203847918 214476794 198233484
Indonesia 100798616 114100873 137020424 116509992 157779103 203496619 190031839 182551754 176036194 157779103
Czech Republic 95140986 120900492 146087029 112884321 132140914 162391721 156422743 161524152 174279452 158153962
Austria 134169531 156588407 172227952 131387248 144882002 169511433 158820954 166271420 169714989 152789096
Sweden 147370408 169061477 183880642 131116175 158410622 186898110 172439164 167494677 164413807 170089773
Turkey 85534676 107271750 132002385 102138526 113979452 134915252 152536653 151802637 157714946 183934972
Viet Nam 39826223 48561343 62685130 57096274 72236665 96905674 114529171 132032854 150217139 172032854
Norway 122200204 136357021 173221369 114675480 130656792 160409821 160952207 155350553 143791331 195449475
Qatar 34051307 42019943 67307143 48060322 74964415 114549326 133368232 136855116 131591553 77971079
Ireland 108762824 122232811 127111345 116894674 118337540 127004051 117769695 115323454 118287435 120224155
Hungary 74055406 94590870 108211166 82571847 94748737 111216834 103006014 107729976 112196295 98662010
Denmark 90638722 101616124 115876233 91800963 95758910 111902281 105892855 110421736 110748921 94425785
Nigeria 59215233 53963111 81820518 49937460 86567913 125641031 143151183 90554485 102878500 125641031
Kuwait 56003317 62691156 87457022 51959754 62684525 102726258 125641031 114124843 101131955 125641031
South Africa 52601760 64026608 73965546 53863892 82625557 107946318 98872228 95111531 90612104 81534366
Slovakia 41686247 58036003 70188697 55553022 63998613 78487243 79866996 85184158 85976289 75433874
Iraq 29333098 36302001 60793715 38451641 49613621 76478955 91122799 88999605 85442829 76478955
Kazakhstan 38244423 47747902 71171956 43195762 57244064 88107934 92281521 84698536 79458749 76478955
Chile 59379149 68560429 64507601 55458977 71106106 81437589 77965383 76684108 76639248 63360064
Finland 77279103 89798885 96896071 62860483 70116501 78794218 72974489 74445386 74338834 59785666

Universitas Sumatera Utara


Exported Exported value Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported
Exporters
value in 2006 in 2007 value in 2008 value in 2009 value in 2010 value in 2011 value in 2012 value in 2013 value in 2014 value in 2015
Iran, Islamic
63247000 68560429 71171956 55458977 83785000 130544000 98872228 95111531 73874216 83785000
Republic of
Venezuela,
Bolivarian 61385240 16225709 83477843 56583100 66962673 91094183 95034872 87961213 70598540 66962673
Republic of
Romania 32336030 40264716 49538878 40620890 49413386 62692001 57904330 65881442 69877891 60606484
Israel 46791913 54091395 61337485 47934614 58413028 67796328 63140635 66781207 68965008 64063442
Argentina 46546224 55779580 70018851 55672119 68187227 84051151 80927108 76633914 68335096 80927108
Portugal 44777436 52483606 57246285 44249980 49414051 59588302 58140500 62794139 63885574 55275992
Angola 2126081 41694937 67746740 39829538 52932622 65700026 74214598 71390453 63755923 65700026
Algeria 54612722 60163160 79297592 45193920 57050974 73436306 71865749 65998138 63227783 71865749
Philippines 47410117 50465711 49077540 38435802 51497515 48042129 51995224 56697803 61809755 58648378
Colombia 24390975 29991332 37625882 32852986 39819529 56953516 60273618 58821870 54794812 39819529
Ukraine 38367609 49294390 66952306 39695648 51430286 68393034 68694495 63320469 53913302 68694495
Oman 21585733 24691545 37719141 27650631 36599577 47091873 52138226 55497131 50718324 31926531
New Zealand 22409180 26930933 30577985 24932601 30931878 37633151 37304685 39443578 41635623 38043447
Peru 23764897 28084585 31288212 26738260 35807438 46386022 46366536 42568899 38459251 33246845
Belarus 19738543 24275244 32570781 21304173 25283462 41418672 46059935 37203035 36080537 26757866
Greece 20942762 23504156 31127437 24236625 27585696 33377039 35151146 36261644 35755371 28202835
Bangladesh 11696700 13142953 15506719 15558634 19230983 24313744 27228136 31163645 33732987 24313744
Lithuania 14135190 17162396 23769895 16496339 20813923 28068648 29652662 32599743 32394296 25563341
Slovenia 20982713 26551122 29252924 22405415 24434752 28984136 27080022 28628740 30522102 31972703
Bulgaria 15101457 18575129 22485509 16502520 20608005 28165220 26698780 29510574 29386540 25693976
Egypt 13719963 16167275 25966761 24182270 26331836 31582439 29417006 28779409 26812196 29417006
Ecuador 12727796 13800364 18818325 13863050 17489922 22342524 23852017 24957644 25730109 18330608
Pakistan 16932873 17838407 20279046 17554698 21413103 25343769 24613676 25120883 24722182 25343769
Myanmar 8468902 8523512 12727796 13800364 7625237 8468902 8523512 10868533 24050924 26050924

Universitas Sumatera Utara


Exported Exported value Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported
Exporters
value in 2006 in 2007 value in 2008 value in 2009 value in 2010 value in 2011 value in 2012 value in 2013 value in 2014 value in 2015
Morocco 12530624 14607346 20305698 14068940 17764791 21649934 21417184 21965433 23815816 21649934
Azerbaijan 6372165 6058319 47756229 14688728 21278420 26480189 23827186 23904108 21751737 26480189
Libya, State of 32503487 44696436 27255515 36440414 18714155 58220868 42203498 20175869 27255515
Trinidad and
14018734 13396245 18650425 9125971 10981679 19610762 19346594 19231101 18327198 9125971
Tobago
Bahrain 11661614 13664874 13082980 8384000 16059213 22561917 16621226 20036210 18030743 13082980
Estonia 10039367 11739447 13703858 10445840 12811364 18139131 18161224 18285107 17568135 13970209
Tunisia 11694351 15165396 19319957 14445136 16426570 17846965 17007446 17060465 16768213 17846965
Serbia 6427892 8824701 10972082 8345076 9794516 11779478 11229031 14610779 14843348 13327648
Luxembourg 14183096 16197287 17380797 12542133 13911259 16307879 13726903 13826006 14767552 17251897
Croatia 10376964 12360222 14123675 10491835 11810676 13364022 12368983 12741618 13843900 12938800
Latvia 5891473 7893151 9280774 7171470 8850801 11988196 12685522 13324705 13602815 11500388
Côte d'Ivoire 8147736 8067713 9778784 10280077 10283509 11049063 10860995 12083808 12985053 10860995
Equatorial
8437142 9671872 16053558 9103433 9502651 13254022 15562803 14511890 12938377 15562803
Guinea
Bolivia,
Plurinational 4223298 4812702 6899336 5296740 6965357 9144424 11814277 12207463 12856061 9144424
State of
Cambodia 3566413 3531237 4358188 4992010 5590104 6704137 7838101 9248134 12780278 6704137
Turkmenistan 5443523 6488978 9135111 2275881 2675343 7450705 11074422 11806765 12300401 2675343
Ghana 3613994 3533792 3809919 5070533 5233390 18146653 15761184 12643899 11948895 5233390
Sri Lanka 6760001 7661315 8176817 7121491 8304052 10011282 9369784 10004879 11295486 9369784
Costa Rica 7254866 8927619 9744538 8836345 9044841 10222241 11250804 11472064 11251853 11250804
Guatemala 3198084 6898540 7736697 7208586 8460153 10161041 10124555 10065329 10890691 10753226
Brunei
7636103 7271097 9013208 12630077 13000828 11447187 10508833 9000946
Darussalam
Papua New
5499320 4517686 6848627 9945537 7763530
Guinea
Dominican
6079884 6793734 6421634 4374408 4766734 6112524 7168472 7960984 9927796 7911749
Republic

Universitas Sumatera Utara


Exported Exported value Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported
Exporters
value in 2006 in 2007 value in 2008 value in 2009 value in 2010 value in 2011 value in 2012 value in 2013 value in 2014 value in 2015
Zambia 3770370 4617454 5098688 4312055 7200267 9000946 9364653 10594069 9687918 6983184
Paraguay 1843244 2817188 4463309 3167021 6504798 7763530 7282792 9456253 9635735 8361163
Uruguay 3989321 4517549 5941895 5404763 6724162 7911749 8709217 9065754 9165708 7732784
Jordan 5166645 5700017 7781765 6365744 7023137 7963486 7877136 7919621 8385330 4374408
Gabon 6015410 6302025 9565944 5355978 7165145 10553591 10214082 9773669 8335968 4312055
Botswana 4506182 5072523 4950877 3455712 4693238 5881918 5971245 7573299 7915468 3167021
Sudan (North +
5478706 9500949 9079520 11529255 8981723 3817446 6701798 7520152 5404763
South)
Uzbekistan 5536527 6491479 8571332 5680268 6721619 7036950 6101464 8186260 7103035 6365744
Congo,
Democratic 1489817 2087897 3764685 2806622 5639910 6917942 6873840 7665278 7044600 5355978
Republic of the
Congo 6293206 9169742 8201530 6917585 13823647 7437933 10453102 6550002 3455712
Kenya 3501656 4080800 5000949 4463443 5169112 5853310 5536953 6284425 9079520
Namibia 3375927 4040274 4729337 5870620 5848292 5900941 5376995 6337216 5983840 5376995
Bosnia and
3427782 4151965 5021083 3953920 4803107 5850079 5161809 5687463 5892102 5099118
Herzegovina
Mongolia 1542321 1886553 2871174 4817496 4384669 4269056 5774331 4817496
Free Zones 4883421 7037837 3268402 2877595 3852984 3080876 3829476 3746723 5715533 3080876
Tanzania,
United 1864681 2139347 3121079 2982405 4050546 4734960 5547229 4412549 5704654 4734960
Republic of
Ethiopia 1042963 1277145 1601835 1618166 2329793 2614892 2891347 4076944 5666889 2697080
El Salvador 3729993 4014539 4641070 3866080 4499243 5308179 5339088 5491094 5272670 5484928
Cameroon 3576420 4230115 2126728 1732408 3878433 2147386 4274981 2147386 5159520 2147386
Iceland 3453146 4772043 5355430 4056962 4603089 5348791 5063442 4997710 5051300 4746219
Nicaragua 758642 1194541 2537600 1393054 1847629 2280872 4550647 4594148 4973501 5050230
Malta 2847260 3158339 3028516 2280269 3716754 5278694 5646270 5206239 4970788 2574318
Macedonia, The 2400715 3356248 2691528 3351429 4455375 4015403 4266855 4933845 4489934

Universitas Sumatera Utara


Exported Exported value Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported
Exporters
value in 2006 in 2007 value in 2008 value in 2009 value in 2010 value in 2011 value in 2012 value in 2013 value in 2014 value in 2015
Former
Yugoslav
Republic of
Mozambique 2381132 2412079 2653260 2147169 2243069 3604118 3469852 4023719 4725331 3196082
Lao People's
Democratic 1085495 1163822 1410652 1423141 2069554 3019817 3210830 3924014 4654013 1847629
Republic
Honduras 1879661 2391439 3106368 2595325 3103683 3533561 4696174 3897174 4533348 3716754
Korea,
Democratic
1840580 1879275 2235739 1494917 2123377 3430875 3102024 3619659 3391416 3351429
People's
Republic of
Lebanon 2282514 2816321 3478305 3484155 4254185 4266856 4446163 3937066 3312206 2243069
Zimbabwe 6427357 3308364 1693889 2268898 3199231 3512125 3882429 3507296 3063741 2704096
Chad 2513134 2514590 3920958 2298531 3034936 3785291 3222339 3068526 2958964 3034936
Netherlands
129272 116110 146230 3229351 2832159 4874690 4635598 3963537 2895667 2832159
Antilles
Georgia 935139 1232361 1497485 1133622 1583337 2189122 2375383 2908444 2861189 1792719
Burkina Faso 452663 470114 795542 1288134 2312412 2143141 2650538 2845603 795542
Senegal 1491566 1546256 2170481 2017386 2161128 2541705 2531665 2665925 2813661 2017386
Mauritius 2333369 2228669 2401466 1765792 1849522 2255421 2257737 2341299 2662999 2452646
Albania 792630 1077690 1354922 1087915 1549956 1948207 1967919 2331522 2430724 1549956
Yemen 6654084 6298943 7583784 6258955 6437477 6947667 7062059 7129806 2416888 6437477
Moldova,
1051601 1341798 1591416 1282981 1541487 2216815 2161879 2428303 2339530 1541487
Republic of
Cuba 2980152 3621115 3176033 2332188 2775595 3577440 2947980 3117915 2311465 2947980
Uganda 962193 1336668 1724295 1567614 1618603 2159077 2357493 2407736 2261964 2267009
Madagascar 1008158 1343309 1667401 1095898 1082168 1259683 1224514 1626889 2243190 1955177
Mauritania 1353710 1627128 1164530 725370 2457999 2623807 2462517 2139811 1164530
Guinea 770491 1058983 1430535 1307402 1895623 1776459 2139157 1780484 1946668 1307402

Universitas Sumatera Utara


Exported Exported value Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported
Exporters
value in 2006 in 2007 value in 2008 value in 2009 value in 2010 value in 2011 value in 2012 value in 2013 value in 2014 value in 2015
Cyprus 1414866 1486412 1713315 1350949 1506458 1954770 1826017 2134405 1923547 1834664
Suriname 1359057 1401839 2025567 2466872 2380469 2204441 1917671 2380469
Swaziland 1462822 1113278 1607162 1705493 1861783 1883619 1705493
New Caledonia 1135375 1647803 1632085 2082815 1267588 1657544 1292925 1237436 1618989 1259742
Armenia 1003961 1121222 1055013 683989 1011425 1320411 1428121 1467800 1490190 1482667
Jamaica 1988808 2223961 2438810 1316037 1327602 1622860 1711790 1569117 1451988 1622860
Malawi 666217 868559 878999 1187917 1066204 1425289 1182866 1207984 1421597 1425289
Fiji 678908 745733 921911 628675 841361 1069471 1220602 1107990 1373264 1069471
Faroe Islands 630967 746230 852091 761744 791210 1049715 983912 1285113 1365764 1049715
Macao, China 2556992 2542428 1998153 960686 869753 869952 1020521 1240029 869952
Guyana 567385 784714 830214 788385 900754 1048656 1045337 1375940 1174050 1286440
Kyrgyzstan 794067 1134181 1617561 1178274 1488401 1978932 1683237 1773228 1131217 1683237
Haiti 640521 662992 657961 661595 681375 893065 944701 1028441 1082052 893065
Gibraltar 180685 267528 228073 271734 370049 378559 484046 622984 1065435 378559
Niger 469972 627075 1025554 628012 483502 1080650 1306748 1337151 1049677 791031
Liberia 1725857 1061315 1230954 1429632 1010339 1049203 1161051 1254304 1024210 1049203
Lesotho 121552 244660 628128 503303 770118 678193 354583 992409 770118
Benin 224593 274387 421064 425348 533902 388592 460338 602014 951000 388592
Palestine, State
512983 558446 518355 575513 745661 782369 900618 943717 745661
of
Nepal 885999 874201 907634 870663 863258 900859 874201
Mali 1526125 1440625 1918264 1996261 2374497 2610387 830281 898704 1996261
Syrian Arab
10919371 11545710 14380038 9693797 11352924 8001959 2143786 1430679 878210 11352924
Republic
Marshall
1166798 574707 1641065 787017 448456 506066 999010 858193 861720 448456
Islands
Tajikistan 901499 1094474 1066734 914755 1228921 1215043 1321195 1123100 857745 1228921

Universitas Sumatera Utara


Exported Exported value Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported
Exporters
value in 2006 in 2007 value in 2008 value in 2009 value in 2010 value in 2011 value in 2012 value in 2013 value in 2014 value in 2015
Panama 8033926 8820595 9816620 10716687 10986603 14554816 821852 843913 818204 695678
Togo 280028 754542 734720 667222 865543 900407 1002253 724861 900407
Bahamas 509420 669977 701529 584879 620143 726943 828692 811465 689194 828692
Rwanda 143309 183513 398312 260660 241828 401311 506989 608097 653365 506989
Ship stores and
14522 607018 171139 408300 423327 139279 48116 73384 603139 73384
bunkers
Seychelles 379935 340648 366971 412428 402676 478280 613530 570534 613530
Afghanistan 540066 403441 388484 375851 401815 464008 570534 464008
Eritrea 17649 71870 28588 32320 15720 339342 587792 263366 565191 263366
Greenland 409834 431129 490156 371560 390915 491510 476937 490065 540496 490065
Barbados 441214 314230 454195 322725 313684 508446 566439 467424 480753 482919
Solomon
121879 207984 238264 127108 238421 417425 489231 458517 489231
Islands
Timor-Leste 53136 442087 58136
Montenegro 556459 626289 616616 387540 436575 627532 468788 494376 440659 353017
British Virgin
384088 431207 553264 331990 526191 623286 1244354 1041509 424524 623286
Islands
Cayman Islands 2152141 325218 510820 219437 1158368 992171 623735 862603 419843 992171
Belize 274429 266634 295058 249660 282040 396185 340449 415726 364893 328894
Vanuatu 36698 29906 37746 46174 63532 454105 368051 324150 374150
Sierra Leone 279253 679253
Somalia 158655 224102 199809 190502 294298 398595 424928 564184 270416 424928
Guinea-Bissau 53491 84692 136806 103464 173624 385427 180847 297204 265148 180847
Falkland
Islands 162305 180872 200945 181944 187353 196427 214616 194803 206040 214616
(Malvinas)
Bhutan 413886 674524 521415 495846 413482 452963 531227 156963 176040 531227
French
186316 167047 195493 148271 153191 149818 139032 151488 170097 139032
Polynesia

Universitas Sumatera Utara


Exported Exported value Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported
Exporters
value in 2006 in 2007 value in 2008 value in 2009 value in 2010 value in 2011 value in 2012 value in 2013 value in 2014 value in 2015
Saint Lucia 93746 52455 164022 146292 196292
Maldives 135603 108171 126363 76665 74203 83279 161607 166505 144840 144209
Burundi 228522 156195 141786 112932 118158 197836 242700 205749 141501 114382
Aruba 110202 99004 101007 135747 124523 151360 173061 167761 116214 151360
United States
Minor Outlying 228935 186161 197253 113448 105710 224578 271397 168488 116191 224578
Islands
Saint Kitts and
39706 34089 51168 37674 32013 44886 86973 104186 107855 44886
Nevis
Gambia 11463 13337 13670 66026 34985 94913 118848 106204 103937 94913
Andorra 165380 150846 139099 100478 92319 114023 105950 98978 94781 114023
Kiribati 10144 7518 6276 3894 8598 5816 6675 83326 8598
Cabo Verde 110286 114798 32018 35169 46558 68893 55773 69228 80542 68893
Dominica 41473 36833 39994 33486 34116 31508 37013 48225 79684 31508
Djibouti 363709 97942 117806 87274 97552 54195 117806
Samoa 65147 97467 71991 45976 70250 66264 76102 62109 50922 37013
Saint Vincent
and the 38107 47714 52206 49064 41516 38432 43042 50565 49738 87274
Grenadines
Comoros 8533 4290 10542 14452 22394 12471 10134 49451 76102
Grenada 25371 33411 30538 36058 28944 39016 40036 48206 38550 43042
Christmas
19932 26097 55197 12424 16977 22983 38725 29855 36087 12471
Islands
Micronesia,
Federated 8922 16190 21194 36694 45090 27621 35972 40036
States of
Cook Islands 17639 16025 30651 20789 25040 33772 51133 26497 34461 33772
British Indian
Ocean 4126 4251 8270 6112 4426 14565 31460 33832 33444 14565
Territories
Nauru 9894 24023 135047 23664 59178 76044 99914 67709 31274 76044

Universitas Sumatera Utara


Exported Exported value Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported
Exporters
value in 2006 in 2007 value in 2008 value in 2009 value in 2010 value in 2011 value in 2012 value in 2013 value in 2014 value in 2015
Turks and
8533 11830 34814 25300 8533
Caicos Islands
French South
Antarctic 7215 6070 11205 8786 69673 19642 17410 37128 24952 19642
Territories
Antigua and
98628 205702 34828 29028 29006 32923 23082 26046
Barbuda
Central African
109837 131087 114201 80532 89816 103937 114178 48510 20701 96854
Republic
Tokelau 20290 27212 27644 39132 29241 43604 19742 15234 20425 19742
Anguilla 10870 14670 12866 31807 13288 16107 9180 11761 18932 16107
Tonga 9292 7798 8257 14392 15583 17084 18879 14392
Saint Helena 14177 17434 43927 23778 21151 24382 18683 21693 18415 24382
Bermuda 9624 21705 11969 8622
Palau 8999 11400 16500
Sao Tome and
3874 6729 10632 8117 6381 11042 6047 6938 10497 13560
Principe
Cocos
(Keeling) 6273 4849 29810 5436 9599 54690 6958 6745 8649 4849
Islands
Tuvalu 3927 1368 4083 4577 15404 13255 30998 25316 7494 4083
Western Sahara 4037 5397 11305 1303 1082 4271 1301 1796 4701 1303
Norfolk Island 1289 2920 4083 4207 3321 3774 3745 5916 4414 3321
Niue 2390 2737 9362 76238 294703 4127 3913 5673 4023 4127
St. Pierre and
29816 20552 15260 9931 6919 14542 7058 5677 3538 6919
Miquelon
Montserrat 1311 2701 4060 3148 8117 6381 1791 5962 3376 8117
Northern
14331 13877 14374 3888 3135 2901 4086 4703 2767 3135
Mariana Islands
Wallis and
1359 1125 18791 787 1523 409 892 853 2093 409
Futuna Islands
Pitcairn 28555 6227 9477 2108 1986 4406 6698 1536 1145 3698

Universitas Sumatera Utara


Exported Exported value Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported Exported
Exporters
value in 2006 in 2007 value in 2008 value in 2009 value in 2010 value in 2011 value in 2012 value in 2013 value in 2014 value in 2015
American
269 163 343 36 1 46 55
Samoa
Bouvet Island 13 6 5 9
British
Antarctic
Territories
Mayotte 7402 7813 7742 6780 9131 16039 28470 26731 20970 27470
Neutral Zone 134 2584 68 411 16 1
Guam 27 1
Serbia and
Montenegro
Sumber: UNComtrade, 2016

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10. Hasil Estimasi Nilai RCA Kakao Hasil Produksi Sumatera Utara di
Pasar Ekspor Tahun 2006-2015

Tahun Xij/Xis Wj/Ws RCA Kriteria


2006 0,0104 0,0004 28,35
2007 0,0117 0,0003 33,81
2008 0,0129 0,0004 35,08
2009 0,0217 0,0007 32,32
2010 0,0179 0,0005 32,60
RCA > 1
2011 0,0104 0,0005 19,67
2012 0,0089 0,0006 15,86
2013 0,0091 0,0004 20,97
2014 0,0100 0,0005 18,94
2015 0,0102 0,0005 22,14
Rata-Rata 25,97 RCA > 1

Keterangan:
RCA ij = keunggulan komparatif (daya saing) Sumatera Utara tahun ke-t
X ij = nilai ekspor kakao Sumatera Utara tahun ke-t
X is = nilai ekspor total Sumatera Utara tahun-t
Wj = nilai ekspor kakao di dunia tahun ke-t
Ws = nilai ekspor total produk dunia tahun ke-t
t = 2006,…, 2015

Lampiran 11. Hasil Estimasi Nilai RCA Kakao Hasil Produksi Sumatera Utara di
Tingkat Nasional Tahun 2006-2015

Tahun Xij/Xis Wj/Ws RCA Kriteria


2006 0,0104 0,0061 1,70
2007 0,0117 0,0055 2,15
2008 0,0129 0,0062 2,06
2009 0,0217 0,0093 2,33
2010 0,0179 0,0075 2,37
RCA >1
2011 0,0104 0,0030 3,45
2012 0,0089 0,0020 4,37
2013 0,0091 0,0024 3,71
2014 0,0100 0,0011 8,95
2015 0,0102 0,0008 13,30
Rata-Rata 4,44 RCA >1

Universitas Sumatera Utara


Keterangan:
RCA ij = keunggulan komparatif (daya saing) Sumatera Utara tahun ke-t
X ij = nilai ekspor kakao Sumatera Utara tahun ke-t
X is = nilai ekspor total Sumatera Utara tahun-t
Wj = nilai ekspor kakao Indonesia tahun ke-t
Ws = nilai ekspor total produk Indonesia tahun ke-t

Lampiran 12. Hasil Estimasi Analisis EPD Kakao Hasil Produksi Sumatera Utara
di Pasar Ekspor Periode 2006-2015
(Xij/Wij)×100% (Xt/Wt)×100%
Tahun X Y EPD
2006 0,01310 0,00046
2007 0,01739 0,00051 0,33 0,11 Rising Star
2008 0,02034 0,00058 0,17 0,13 Rising Star
2009 0,01695 0,00052 -0,17 -0,10 Retreat
2010 0,01980 0,00061 0,17 0,16 Rising Star
2011 0,01294 0,00066 -0,35 0,08 Lost Opportunity
2012 0,00906 0,00057 -0,30 -0,13 Retreat
2013 0,01077 0,00051 0,19 -0,10 Falling Star
2014 0,00949 0,00050 -0,12 -0,02 Retreat
2015 0,01137 0,00051 0,20 0,02 Rising Star
Rata-Rata 0,01 0,02 Rising Star

Keterangan:
X ij = nilai ekspor kakao Sumatera Utara
X t = nilai ekspor total Sumatera Utara
W ij = nilai ekspor kakao dunia
W t = nilai ekspor total dunia

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 13. Hasil Estimasi Analisis EPD Kakao Hasil Produksi Sumatera Utara
di Tingkat Nasional Periode 2006-2015
(Xij/Wij)×100% (Xt/Wt)×100%
Tahun X Y EPD
2006 0,00009 0,00005
2007 0,00013 0,00006 0,43 0,13 Rising Star
2008 0,00014 0,00007 0,05 0,09 Rising Star
2009 0,00013 0,00006 -0,07 -0,18 Retreat
2010 0,00014 0,00006 0,07 0,05 Rising Star
2011 0,00020 0,00006 0,46 0,01 Rising Star
2012 0,00024 0,00005 0,19 -0,06 Falling Star
2013 0,00020 0,00005 -0,18 -0,04 Retreat
2014 0,00048 0,00005 1,44 0,01 Rising Star
2015 0,00085 0,00006 0,78 0,20 Rising Star
Rata-Rata 0,35 0,02 Rising Star

Keterangan:
Xij = nilai ekspor kakao Sumatera Utara
Xt = nilai ekspor total Sumatera Utara
Wij = nilai ekspor kakao Indonesia
Wt = nilai ekspor total Indonesia

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai