HASIL PENELITIAN
Oleh :
GUSTAF RIFALDY
NPM : 114110002
HASIL PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon
Oleh :
GUSTAF RIFALDY
NPM : 114110002
NPM : 114110002
Menyetujui
Komisi Pembimbing
PembimbingI,I,
Pembimbing Pembimbing
Pembimbing II,
II,
Mengesahkan
Gustaf Rifaldy
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah..................................................................... 8
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................. 8
1.4 Kerangka Pemikiran .................................................................... 9
1.4 Hipotesis ...................................................................................... 12
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 13
2.1 Botani Tanaman Cabai Rawit ...................................................... 13
2.2 Morfologi Tanaman Cabai Rawit ................................................ 13
2.3 Syarat Tumbuh............................................................................. 15
2.4 Pupuk Organik Cair ..................................................................... 17
2.5 Pupuk Nitrogen ............................................................................ 19
III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 22
3.1 Tempat dan Waktu Perobaan ....................................................... 22
3.2 Bahan dan Alat Percobaan ........................................................... 22
3.3 Rancangan Percobaan .................................................................. 22
3.4 Pelaksanaan Percobaan ................................................................ 23
3.5 Pengamatan .................................................................................. 29
3.6 Analisis Data ................................................................................ 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 35
4.1 Pengamatan Penunjang ................................................................ 35
4.2 Pengamatan Utama ...................................................................... 38
4.3 Korelasi Antara Komponen Pertumbuhan dan Hasil................... 49
V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 56
ii
LAMPIRAN ..................................................................................................... 60
iii
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
4 Pemupukan................................................................................. 27
6 Sidik Ragam............................................................................... 32
iv
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halman
v
Nitrogen Terhadap Diameter Batang Umur 35 HST (cm)..............
vi
PENDAHULUAN
Cabai berasal dari bagian tropis dan subtropis yaitu Benua Amerika,
sampai ke Amerika Latin. Penggunaan cabai telah dilakukan sejak dahulu oleh
Benua Amerika pada tahun 1492’an. Saat itu Ia tiba di Pantai San Salvador dan
biji cabai tersebut ke negara Italia. Karena hal ini cabai tersebar ke penjuru bumi.
berikut; cabai rawit, lombok rawit, cengek (Indonesia), hot pepper (Inggris), cili
padi, lada merah dan lada mira (Melayu), phrik kheenuu (Thailand), la jiao, ye le
terungan (Solanaceae) yang berasal dari Meksiko, Peru, dan Bolivia, tetapi sudah
terdapat 20 spesies cabai yang sebagian besar hidup dan berkembang di Benua
jenis saja, yakni cabai besar, cabai keriting, cabai rawit, dan paprika (Harpenas
1
2
memudahkan pemanenan dan buahnya memiliki rasa yang sangat pedas (Asep
Herpanes dan Dermawan, 2011). Cabai rawit memiliki beberapa jenis kultivar,
salah satu yang banyak diminati oleh konsumen adalah cabai rawit kultivar
Dewata F1. Menurut Asep Harpenas dan Dermawan (2011) keunggulan dari
kultivar Dewata yaitu, produksi tinggi, tahan terhadap layu bakteri, bisa
digunakan sebagai tanaman hias (ornamental potted plant) dan daya simpan buah
5-6 hari.
Tanaman cabai mendapat perhatian khusus dari petani karena memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi terutama pada waktu-waktu tertentu seperti pada
bulan Ramadhan dan pada hari besar keagamaan. Buahnya dikenal sebagai bahan
penyedap dan pelengkap berbagai khas masakan Indonesia serta bahan baku
Cabai rawit mengandung zat gizi yang cukup lengkap. Menurut Setiadi
rawit kering mengandung 1000 SI. Sementara itu, cabai hijau segar mengandung
260 vitamin A, cabai merah segar 470, cabai merah kering 576 SI. Sedangkan
menurut Rukmana (2002), cabai rawit mengandung nutrisi (gizi) cukup tinggi
cabai juga mengandung capsaicin yang memberikan efek rasa pedas. Kandungan
capsaicin pada cabai mampu menstimulus hormon endorfin yang memberi efek
nikmat sekaligus pembangkit selera, oleh sebab itu ketika seseorang menyantap
2011). Cabai dengan rasa pedasnya telah lama diyakini berkhasiat bagi kesehatan.
Konon cabai telah biasa digunakan sebagai bahan obat tradisional oleh suku India
Indonesia masih rendah dibanding negara lain. Di Cina, populasi cabai per hektar
Tabel 2. Data Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Cabai Rawit di Indonesia
Selama Lima Tahun Terakhir
mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun ke tahun kecuali pada tahun 2015
produksi cabai rawit harus terus dilakukan, hal ini dikarenakan permintaan
konsumsi cabai merah dengan rata-rata 0,75 kg/kapita/thn dan cabai rawit 2,77
kg/kapita/thn. Pada tahun 2019 total konsumsi cabai diperkirakan akan naik
Konsumsi
Tahun
(kg/kapita/tahun)
2011 1,210
2012 1,403
2013 1,272
2014 1,262
2015 1,315
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Pusdatin (2016)
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi cabai rawit salah
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Mega Silvia, Gt. M. Sugian
dari kotoran hewan seperti sapi, kambing, ayam, dan kotoran kelelawar. Salah
satu ternak yang cukup berpotensi sebagai sumber pupuk organik adalah kambing.
lengkap dengan proporsi yang berbeda dan saling melengkapi satu sama lain.
Mangan, Tembaga, Borium dll) yang dapat menyediakan unsur-unsur atau zat
pupuk kotoran kambing memiliki kelebihan yaitu memperbaiki sifat fisik, kimia,
serta biologi tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi
kehidupan di dalam tanah serta sebagai sumber zat makanan bagi tanaman
(Sutedjo, 2002). Selain itu, kadar hara kotoran kambing mengandung N sebesar
2006).
menghambat proses pelepasan unsur hara dari kotoran kambing tersebut. Salah
satu alternatif pengolahan kotoran padat kambing adalah dengan dibuat sebagai
Pupuk Organik Cair (POC). Sampai saat ini belum begitu banyak pemanfaatan
kotoran padat yang diolah menjadi pupuk organik cair, padahal dengan diolah
menjadi pupuk organik cair kotoran padat tersebut dapat disimpan dalam waktu
pengomposan, juga terbukti dapat menghilangkan bau yang timbul saat proses
unsur hara dalam pupuk organik tersebut masih relatif kecil sehingga dalam
pemberian pupuk anorganik, maka pemberian pupuk organik akan tidak efektif.
7
Nitrogen merupakan salah satu unsur hara esensial yang sangat dibutuhkan
tanaman. Menurut Arifin Fahmi, Syamsudin, Sri Nuryani H Utami dan Bostang
Radjagukguk (2010) nitrogen pada umumnya diserap tanaman dalam bentuk NH4+
atau NO3-, yang dipengaruhi oleh sifat tanah, jenis tanaman dan tahapan dalam
pertumbuhan tanaman. Selain itu nitrogen adalah unsur hara yang mobil, mudah
defisiensi.
warna, dan hasil tanaman. Nitrogen membuat bagian tanaman menjadi hijau
membuat menjadi besar, menambah kadar protein dan lemak bagi tanaman (Harin
Eki Pramitasari, Tatik Wardiyati dan Mochammad Nawawi, 2016). Apabila unsur
hara esensial tersebut tidak cukup bagi tanaman, maka dapat berakibat rendahnya
pertumbuhan tanaman sehingga hasil dari cabai rawit akan tidak optimal
dengan serapan N rendah, kandungan klorofil yang dihasilkan juga rendah, yang
Pertumbuhan dan hasil suatu tanaman saling berhubungan satu sama lain.
tanaman seperti jumlah buah dan bobot buah. Hasil penelitian Murniati, Setyono
dan Sjarif (2013) menyatakan bahwa peubah yang memiliki koefisien korelasi
positif terhadap produksi buah cabai (bobot per tanaman) adalah tinggi tanaman,
diameter batang dan lebar tajuk. Ini berarti peningkatan pertumbuhan seperti
jumlah daun dapat meningkatkan hasil bobot buah per tanaman. Salah satu faktor
memiliki peran yang sangat besar dalam menghasilkan buah yang maksimal
(Johan Ifantri dan Ardiyanto, 2015). Jika proses fotosintesis meningkat dan
menghasilkan fotosintat dalam jumlah yang banyak yang akan disimpan dalam
menyebabkan diameter buah dan panjang buah meningkat pula (Kiki Waskito,
Nurul Aini dan Koesriharti, 2017). Selain itu menurut Surtinah (2007) semakin
tinggi tanaman tomat maka berat buah semakin meningkat, semakin tinggi
tanaman semakin banyak cabangnya dan semakin banyak bunga yang dihasilkan
total dikategorikan rendah. Pemberian pupuk organik cair dan pupuk nitrogen
konsentrasi POC kotoran kambing dan takaran pupuk nitrogen yang tepat guna
L.).
9
dan takaran pupuk nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai
mengenai budidaya cabai rawit (Capsicum frutescens L.), selain itu diharapkan
dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya bagi penulis dan
10
pembaca pada umumnya tentang konsentrasi POC yang baik dan takaran pupuk
nitrogen yang tepat untuk tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.).
jenis dan menu makanan yang memanfaatkan cabai turut mendongkrak kebutuhan
non migas, seperti tanaman produk pertanian. (Asep Harpenas dan Dermawan,
2011).
(2015) bahwa pemberian pupuk organik dari bokashi kotoran kambing 15-30
sawi lebih tinggi dan nyata berbeda dengan perlakuan kontrol (tanpa pupuk
Penelitian Adhis Dian Safitri dkk (2017) dilakukan pada tanah gambut, hasil
penelitian pada tanaman cabai rawit dengan pemberian POC kotoran kambing
pada konsentrasi 20% dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah
total buah, berat total buah, dan jumlah total biji, dibandingkan dengan
Selain pemberian POC, tanaman cabai juga memerlukan unsur hara esensial
dalam jumlah yang cukup, salah satunya yaitu nitrogen. Nitrogen merupakan
salah satu unsur hara esensial yang kehadirannya sangat dibutuhkan seluruh
tanaman termasuk tanaman cabai untuk pertumbuhan dan produksi yang optimal.
tanaman menjadi lebih lebar, berwarna hijau dan lebih berkualitas (Wahyudi,
tinggi yaitu sekitar 45-46%. Sifat Urea yang cepat terlarut menjadikannya cepat
tersedia bagi tanaman (Resqi Hapsari Ramadhani, Moch. Roviq dan Moch.
Dawam Maghfoer, 2016). Karena sifatnya yang mudah terlarut, maka perlu
dengan tanah, hal ini perlu dilakukan untuk menjaga agar Urea tidak mudah
menguap.
seperti akar, batang dan daun. Hal ini sejalan dengan Elfin Efendi, Rita Mawarni
dan Junaidi (2017) bahwasannya pupuk Urea merupakan perlakuan terbaik pada
tanaman pakchoy yang menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun, produksi per
Nitrogen 80,5 kg/ha (30% lebih rendah dari dosis rekomendasi) dapat
meningkatkan jumlah buah per tanaman, dan bobot buah per tanaman,
dibandingkan 115 kg/ha (dosis rekomendasi), 103,5 kg/ha (10% lebih rendah) dan
Pupuk organik cair mengandung unsur hara yang lengkap dan ramah
pupuk organik cair tersebut menjadi lebih efisien maka perlu diperhatikan takaran
pupuk nitrogen agar kondisi tanaman tidak menerima nitrogen terlalu banyak
yang mengakibatkan tanaman berada dalam fase vegetatif terlalu lama, juga tidak
kompetisi pemanfaatan unsur nitrogen antara organ vegetatif dan organ generatif.
Selain itu, Unsur hara nitrogen juga berperan sebagai penyusun klorofil
Dari keterangan tersebut maka akan dicoba dengan menanam cabai rawit
yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit (Capsicum frutesens
I.5 Hipotesis
sebagai berikut:
13
berikut:
Ordo : Solanales
Genus : Capsicum
Cabai rawit adalah tanaman perdu yang tingginnya hanya sekitar 50-135
cm. Tanaman ini tumbuh tegak lurus ke atas. Batangnya kaku, berbuku-buku, dan
tidak berbulu. Sewaktu masih muda, batang tanaman cabai rawit bersegi. Namun,
setelah dewasa batang ini akan menjadi keras dan membulat (Ellen Tjandra,
2015).
cabai rawit memiliki umur yang lebih panjang daripada kebanyakan jenis tanaman
cabai lainnya. Cabai rawit mulai berubah pada usia 2,5-3 bulan dengan masa
14
15
Akar cabai rawit merupakan akar tunggang. Akar tanaman ini umumnya
berada dekat dengan permukaan tanah dan melebar sejauh 30-50 cm. Secara
vertikal, akar cabai rawit dapat menembus tanah sampai kedalaman 30-60 cm.
Batang cabai umumnya berwarna hijau tua dan berkayu. Panjang batang
berkisar 30–37,5 cm dan berdiameter 1,5–3 cm. Jumlah cabangnya, yakni antara
7–15 per tanaman. Panjang cabangnya sekitar 5–7 cm dengan sdiameter sekitar
0,5–1 cm. Di daerah percabangan terdapat tangkai daun dan daun. Tangkai daun
berfungsi untuk menopang daun. Ukuran tangkai daun sangat pendek, yakni
Daun cabai rawit berukuran kecil dengan ujung yang meruncing. Ada yang
berbentuk bulat telur dan ada pula yang berbentuk spiral. Permukaanya berbulu
halus. Daun merupakan daun tunggal yang bertangkai. Letaknya berselingan pada
Bunga cabai berkelamin dua (hermaprodit), yaitu dalam satu bunga terdapat
kelamin jantan dan kelamin betina. Bunga cabai tersusun atas tangkai bunga,
dasar bunga, kelopak bunga, mahkota, alat kelamin jantan dan kelamin betina,
letak bunga mengantung dan biasa tumbuh pada ketiak daun ada yang tunggal
atau bergerombol dalam tandan, biasanya dalam satu tandan terdapat 2 - 3 bunga,
warna bunga cabai bermacam-macam ada yang putih, putih kehijauan, dan ungu,
bunga 1-1,5 cm dan panjang tangkainya 1 - 2 cm. Mahkota bunga akan gugur
pada saat buah mulai terbentuk, kelopak bunga tertinggal dan melekat dipangkal
sehingga menyerupai taji ayam jago. Ada juga yang berbentuk elips mirip lonceng
dan menyerupai tanduk kerbau. Buah yang masih muda berwarna putih kehijauan
atau hijau tua. Ketika sudah tua menjadi hijau kekuningan, jingga, atau merah
Warnanya juga beragam, mulai dari putih hingga kunging jerami. Bagian
terluarnya terdapat lapisan keras. Biji inilah yang berperan untuk menghasilkan
Secara umum pertumbuhan cabai rawit akan sangat baik kalau ditanam di
daerah dengan curah hujan dan panas yang cukup. Penanaman pada tempat yang
berbeda dari persyaratan tersebut akan menghasilkan buah dan kualitas yang
kurang maksimal. Faktor lokasi penanaman juga berperan cukup besar dalam
berproduksinya cabai rawit. Cabai rawit paling cocok ditanam pada ketinggian 0-
500 m dari permukaan laut dan suhu rata-rata 19o – 30o C serta curah hujan 1.000-
Tanaman cabai rawit memiliki suhu ideal pada kisaran 15 – 32o C. Tanaman
cabai cukup sensitif terhadap suhu rendah. Pada suhu dibawah 15oC,
keseimbangan osmosis akan terganggu. Akibatnya tanaman tidak bisa tumbuh dan
Sementara itu, pada suhu lebih dari 32oC, dapat terjadi proses transpirasi
Transpirasi adalah proses hilangnya uap air dari permukaan tumbuhan. Akibatnya,
17
viabilitas serbuk sari akan turun, bahkan bunga cabai akan gugur. Suhu yang
tinggi juga dapat menyebabkan translokasi gula ke organ pembungaan. Hal ini
Selain itu, suhu yang tinggi juga meningkatkan laju respirasi sehingga gula hasil
2015).
produksinya. Cabai paling ideal ditanam dengan intensitas cahaya matahari antara
untuk tanaman cabai yang berada di garis khatulistiwa adalah 10–12 jam sehari
Tanah untuk media tumbuh cabai rawit secara umum harus kaya bahan
Curah hujan yang ideal untuk bertanam cabai rawit adalah 1.000 mm/tahun.
tinggi akan merusak tanaman cabai serta membuat lahan penanaman becek dan
terutama saat pembentukan bunga dan buah. Kelembapan yang melebihi 80%
tanaman. Sebaliknya, iklim yang kurang dari 70% membuat cabai kering dan
mengandung unsur hara. Cabai tumbuh optimal di tanah regosol dan andosol.
Penambahan bahan organik, seperti pupuk kandang dan kompos pada saat
memperbaiki struktur tanah serta mengatasi tanah yang kurang subur dan miskin
Kadar keasaman (pH) tanah yang cocok untuk penanaman cabai secara
intensif adalah 6 -7. Tanah dengan pH rendah atau asam harus dinetralkan dulu
dengan cara menebarkan kapur pertanian. Sebaliknya, tanah yang terlalu basa atau
pH-nya tinggi bisa dinetralkan dengan cara menaburkan belerang pada lahan
kotoran padat sebanyak 0,5 kg per hari, dalam jangka waktu yang lama ini akan
menjadi masalah jika tidak ditangani dengan baik. Ada berbagai cara untuk
menjadikan pupuk kandang yang dapat memberi manfaat untuk menyuplai unsur
hara bagi tanaman dan memperbaiki sifat fisik serta kimia tanah (Rino Anggi
kapasitas menahan air, meningkatkan daya sangga tanah, sumber energi bagi
lebih tinggi serta kandungan air lebih sedikit dibandingkan dengan pupuk kandang
lain sementara kadar P relatif kecil. Nilai rasio C/N kotoran kambing umumnya
masih diatas 30, pupuk kandang yang baik harus mempunyai rasio C/N dibawah
Widodowati, dan Widati 2005). Pupuk ini sangat cocok diterapkan pada paruh
pemupukan kedua untuk merangsang tumbuhnya bunga dan buah (Sutedjo, 2002).
Kotoran padat kambing merupakan salah satu jenis kotoran hewan yang
menggunakan kotoran padat kambing sebagai pupuk untuk tanaman tanpa melalui
padat kambing tidak dapat tumbuh dengan maksimal karena kotoran padat
kambing memiliki tekstur yang cukup keras dan lama diuraikan oleh tanah, selain
itu pupuk padat kotoran kambing juga tidak dapat digunakan langsung karena
dapat menimbulkan polusi tanah. Salah satu alternatif pengolahan kotoran padat
kambing adalah dengan dibuat sebagai pupuk cair (Agus Supardi, 2011).
Pupuk organik cair (POC) adalah jenis pupuk berbentuk cair tidak padat
mudah sekali larut pada tanah dan membawa unsur-unsur penting untuk
jarang terdapat dalam pupuk organik padat dalam bentuk kering. Pupuk organik
cair apabila dicampur dengan pupuk organik padat, dapat mengaktifkan unsur
pada biokultur meningkat dari 0,27% menjadi 1,22%. Demikian pula kandungan
2008).
mengandung unsur N, P, dan K sebagai unsur makro bagi tanaman karena hara
dalam pupuk anorganik cepat tersedia bagi tanaman. Salah satu sumber daya
ketersediaan unsur hara pada media tanam di lahan, terutama nitrogen yang
merupakan unsur hara makro penting bagi tanaman yang diperlukan dalam
pertumbuhan bagian bagian vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun
merupakan salah satu unsur pupuk yang diperlukan dalam jumlah paling banyak,
namun keberadaannya dalam tanah sangat mobil sehingga mudah hilang dari
keduanya merupakan ion yang larut dalam air. Tanaman yang mempunyai
ketersediaan N yang cukup akan tumbuh dengan cepat. Sebagai pelengkap bagi
dari molekul klorofil dan karenanya pemberian N dalam jumlah cukup akan
mengakibatkan pertumbuhan vegetatif yang vigor dan warna hijau segar (Sunu
Nitrogen yang diserap dalam tanaman dirubah menjadi -N, -NH-, -NH2.
Bentuk reduksi ini kemudian dirubah menjadi senyawa yang lebih kompleks dan
sangat hebat sekali dan warna daun menjadi hijau tua. Kelebihan N dapat
tidak seimbang dengan unsur lain seperti P, K, dan S penguapan (Ganda Darmono
tumbuh pada tanah yang mempunyai unsur hara nitrogen yang cukup akan
berwarna lebih hijau. Selain itu N juga dapat berperan dalam pembentukan protein
Gejala kekurangan N akan terlihat pada warna daun, yaitu daun menjadi
tanaman akan terbatas dan tanaman akan menjadi kerdil. Sebaliknya apabila unsur
mudah roboh dan mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit (Sarwono
Hardjowigeno, 2015).
III. METODE PENELITIAN
Kabupaten Kuningan. Lokasi penelitian ini berada pada ketinggian 512 meter di
atas permukaan laut. Suhu udara rata-rata berkisar 28oC-29oC dan pH tanah 5,44
(masam). Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai Oktober 2018.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih cabai rawit
kultivar Dewata F1 (deskripsi cabai rawit dapat dilihat pada Lampiran 1), POC
kotoran kambing, kapur dolomit, pupuk nitrogen (Urea), SP-36 (36% P2O5),
pupuk kalium (KCl) herbisida, insektisida, fungisida, kompos, air dan bahan-
penggaris, jangka sorong, gelas ukur, timbangan digital, handsprayer, ajir, ember,
plastik semai, plakat nama, alat tulis dan kalkulator serta peralatan lain yang
dari 12 kombinasi perlakuan dan tiga ulangan, kombinasi perlakuan yang diuji
23
24
kambing. Alat-alat yang digunakan adalah timbangan, kayu balok, pisau, drum
b. Cara Pembuatan
sudah dihaluskan tadi diayak terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam drum
gula merah 250 g yang sudah dihaluskan dan dilarutkan ke dalam 1 liter air,
Kemudian larutan EM4, air dan gula merah tadi dimasukkan ke dalam drum
plastik dan diaduk sampai rata. Selanjutnya drum plastik yang sudah terdapat
campuran bahan disaring agar terpisah antara ampas dan cairan pupuk dan yang
digunakan hanya cairan dari pupuk (Suparhun, 2015). Pembuatan POC dilakukan
Lampiran 2.
2. Pengolahan Lahan
14 hari sebelum tanam dengan cara membalikan tanah dengan dicangkul sehingga
untuk mengubah struktur tanah menggumpal menjadi remah. Setelah itu selesai
proses selanjutnya adalah pemberian kapur dolomit sebanyak 3.6 ton/ha (1.8
kg/petak).
kedua ini bertujuan untuk membuat petak percobaan yang berukuran 2,5 m x 2 m
sebanyak 36 petak percobaan. Jarak antar ulangan 60 cm, jarak antar petak 30 cm
dan tinggi petakan 30 cm. Adapun denah tata letak percobaan disajikan pada
Lampiran 3.
3. Persiapan Benih
Benih yang digunakan yaitu benih cabai rawit (Capsicum frutescens L.)
kultivar dewata F1. Sebelum disemai, benih direndam terlebih dahulu dengan air
26
hangat selama semalam. Biji yang terapung dibuang dan biji yang tenggelam
dapat disemai.
4. Penyemaian
perbandingan volume 1:1, kemudian diaduk menjadi satu setelah itu media
disemai di dalam polibag sebanyak 1 biji per polibag kemudian disiram. Polibag
dibuat sebanyak 720 buah dan ditambah 130 polibag sebagai cadangan apabila
ada bibit yang mati atau rusak, sehingga totalnya yaitu 850 polibag.
5. Penanaman
Penanaman bibit dilakukan pada saat umur 28 HSS ketika tanaman berdaun
4 helai. Pada proses pindah tanam, lubang tanam yang dibuat pada bedengan
sekitar 10 cm dan pemindahan bibit dilakukan pada sore hari, bibit ditanam satu
per satu di lubang tanam dengan jarak tanam 50 cm x 50 cm dengan ukuran petak
Pemindahan bibit dari polibag ke lahan dengan cara polibag disobek kemudian
6. Pemeliharaan
.
27
a. Pemupukan
Pupuk yang dipakai dalam pemupukan tanaman cabai rawit adalah pupuk
organik dan pupuk anorganik. Pupuk yang digunakan adalah Urea, SP-36, KCl
pemupukan susulan. Pemupukan dasar dilakukan pada saat pindah tanam, adapun
Aplikasi pupuk nitrogen yaitu berupa pupuk Urea diberikan sebanyak 2 kali,
pada saat pindah tanam dan 14 HST masing-masing setengah dari takaran
perlakuan. Pupuk SP-36 diberikan sebanyak 80 kg/ha pada saat pindah tanam.
Sedangkan untuk pupuk KCl diberikan sebanyak 50 kg/ha pada saat pindah tanam
larikan tersebut dan setelahnya pupuk kembali ditutup dengan tanah. Adapun
kebutuhan pupuk yang digunakan untuk tiap petak percobaan disajikan pada
Tabel 4.
Tabel 4. Pemupukan
2. SP-36 80 kg 40 g 0 HST
jam 10 dengan cara disemprotkan ke daun. Pemberian POC itu sendiri dilakukan
setiap dua kali dalam seminggu, yaitu pada saat tanaman berumur 7, 10, 13 dan 16
hari setelah tanam. Menurut Suparhun (2015) pemberian POC kotoran kambing
pada umur tanaman cabai rawit 7 hari setelah tanam, setiap dua kali dalam
cabang, jumlah total buah dan bobot tanaman yang lebih baik. Adapun kebutuhan
POC kotoran kambing yang digunakan untuk tiap petak percobaan disajikan pada
Tabel 5.
c. Penyulaman
dilakukan ketika sudah di lahan dan dilakukan pada sore hari agar tanaman lebih
d. Perempelan
Tujuannya untuk membuang tunas air dan bunga pertama karena tidak akan
produktif dan hanya memanfaatkan hasil fotosintesis dari daun-daun yang lain
melambat. Perempelan tunas air dilakukan saat tanaman berumur 20 HST dan
29
e. Penyiraman
penyemaian pada waktu pagi dan sore hari secara merata ke permukaan tanah dan
jumlah air disesuaikan dengan keadaan tanah, jangan kurang sehingga terlalu
kering dan jangan terlalu banyak sehingga tergenang. Setelah tanaman cabai rawit
sudah pindah tanam, penyiraman dilakukan setiap hari sampai tanaman berumur
f. Penyiangan
7. Panen
Cabai rawit vaietas Dewata F1 mulai panen pada umur 65 hari setelah
tanam, namun untuk lebih mudahnya cabai akan dipanen ketika cabai berwarna
hari sekali hingga 5 kali panen. Pada saat panen yang terakhir, cabai rawit yang
sudah siap panen walaupun belum berwarna merah juga ikut dipanen.
3.5 Pengamatan
1. Pengamatan Penunjang
utama dalam menjawab hipotesis, meliputi data analisis tanah, data analisis POC
kotoran kambing, data curah hujan dan serangan organisme pengganggu tanaman
(gulma, hama, penyakit), daya tumbuh, umur berbunga dan umur panen.
2. Pengamatan Utama
jumlah buah per tanaman, panjang buah, diameter buah, dan bobot buah per
tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh. Pengamatan
dilakukan 3 kali, yaitu pada saat tanaman berumur 21, 28 dan 35 hari setelah
tanam (HST).
31
b. Jumlah Daun
Merupakan rata-rata jumlah daun dari tanaman sampel. Dipilih daun yang
dilakukan 3 kali, yaitu pada saat tanaman berumur 21, 28 dan 35 hari setelah
tanam (HST).
c. Diameter Batang
Pengamatan dilakukan 3 kali, yaitu pada saat tanaman berumur 21, 28 dan 35 hari
Jumlah buah per tanaman adalah jumlah buah yang dipetik dari tanaman
sampel dari seluruh panen dan dihitung setelah panen. dari 5 kali panen dengan
e. Panjang Buah
Panjang buah yang dipanen diukur mulai pangkal buah hingga ujung buah
tanpa tangkai buah dengan menggunakan penggaris. Dari setiap tanaman sampel
f. Diameter Buah
pada bagian tengah buah. Buah yang diukur sama dengan buah yang digunakan
pada setiap petak perlakuan. Pengamatan ini dilakukan pada setiap kali panen.
1. Analisis Keragaman
Data hasil pengamatan utama diolah mengunakan uji statistik model linier
Yij = µ + ri + tj + εij
Keterangan :
µ = Rata-rata umum
Berdasarkan model linier tersebut dapat disusun daftar sidik ragam seperti
pada Tabel 6.
Sumber
DB JK KT Fhitung F5%
Keragaman
Ulangan (r) 2 ∑Yij..2/r-Y..2/rt JK(r)/DB(r) KT(r)/KTG 3,555
Perlakuan (t) 11 ∑Yij..2/t-Y..2/rt JK(t)/DB(t) KT(t)/KTG 2,456
Galat 22 JK(total)-JK(r) -JK(t) JK(g)/DB(g)
Total 35
Sumber : Kemas Ali Hanafiah (2001)
Keterangan:
Yi = Total ulangan ke-j
Yj = Total perlakuan ke-i
Y.. = Total umum
33
2. Analisis Lanjut
Berdasarkan daftar sidik ragam, untuk nilai F hitung yang lebih besar dari F
tabel, maka dilanjutkan dengan menggunakan Uji Gugus Scott-Knott pada taraf
5%.
sampai terbesar.
Keterangan:
r = Banyaknya ulangan
diuji sudah seragam. Jika λ > x2 maka gugus nilai rata-rata perlakuan yang
rawit, maka koefisien korelasi yang digunakan yaitu dengan koefisien korelasi
n ∑ XY − (∑ X)(∑ Y)
r=
√[n ∑ X 2 − (∑ X)2 ][n ∑ Y 2 − (∑ Y)2 ]
H0 : r = 0
H1 : r ≠ 0
n−2
t =r√
1 − r2
Keterangan : Batas nilai positif dan negatif (+ atau -) mempunyai kategori yang
sama.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data dari hasil analisis tanah sebelum penelitian pada lokasi
kandungan K2O tersedia 168,70 ppm (Kategori Sangat Tinggi), Tekstur : 3 fraksi
(Laboratorium Tanah Puslitagro, 2018) (Lampiran 6). Tanah untuk media tumbuh
cabai rawit secara umum harus kaya bahan organik, gembur, serta pH (derajat
Rahman, 2014). dengan pH tanah pada lokasi percobaan 5,44 tersebut kurang dari
syarat tumbuh cabai rawit serta kurang subur bagi tanaman, maka perlu dilakukan
pengapuran tanah. Pengapuran dilakukan pada -14 HST, dengan takaran 3,6
ton/ha atau setara dengan 1,8 kg/petak. pH akhir setelah pengapuran 6,3 (netral).
Berdasarkan hasil analisis POC kotoran kambing yang diperoleh dari Balai
kotoran kambing terdapat beberapa kandungan seperti kadar air sebesar 97,06 %,
C-organik 0,19 %, N total 0,10 %, C/N 2, P2O5 0,04 % dan K2O 0,94 %. pH POC
36
37
Pengamatan terhadap curah hujan yang diperoleh dari Dinas Sumber Daya
Air dan Pertambangan Kabupaten Kuningan dapat diketahui bahwa curah hujan
(Lampiran 10). Curah hujan yang ideal untuk tanaman cabai rawit adalah 1000
mm/tahun.
Total benih yang disemai pada percobaan ini adalah 850 benih dan terdapat
33 benih yang tidak tumbuh ketika disemai. Daya tumbuh benih cabai rawit pada
dilakukan 7 hari setelah tanam (HST) agar pertumbuhan tanaman seragam dengan
tanaman yang lain. Tanaman untuk penyulaman diperoleh dari persemaian yang
telah disediakan. Umur berbunga cabai rawit selama percobaan yaitu pada umur
25 hari setelah tanam, sedangkan dideskripsi cabai rawit mulai berbunga umur 35
Hama yang menyerang cabai rawit adalah ulat grayak (Spodoptera litura).
Hama ini menyerang tanaman cabai rawit pada saat tanaman masih dalam
semaian hingga tanaman berbuah. Gejala serangan yang disebabkan oleh ulat
grayak adalah bagian sisi daun terlihat habis. Selain menyerang bagian daun, ulat
grayak dapat menyerang buah cabai yang masih muda dengan cara memakan kulit
saat ulat grayak baru terlihat, selanjutnya pengendalian secara kimiawi dengan
Belalang (Oxya chinensis), hama ini menyerang tanaman cabai rawit pada
umur 7 hari setelah tanam (HST). Serangan belalang menyebabkan bagian daun
termasuk tulang daun sampai tangkai daun habis. Untuk pengendalian dilakukan
pada saat tanaman masih muda. Gejala serangan orong-orong ditandai tanaman
atau batang menjadi rebah, karena dipotong pada pangkalnya sehingga tanaman
tidak dapat tumbuh dengan normal. Pengendalian pada hama ini dilakukan dengan
cara mekanik.
Kutu daun aphis hijau, kutu ini menjadi vektor (penyalur) virus akibatnya
tanaman cabai rawit yang terserang hama ini ditandai dengan perubahan tekstur
daun menjadi keriput, keriting, melinting dan menyempit. Selain itu pertumbuhan
tanaman menjadi kerdil, walaupun tanaman mampu bertahan hidup sampai fase
generatif tetapi bunga dan buah yang dihasilkan sangat sedikit diakibatkan
tanaman tidak dapat lagi tumbuh dengan normal. Pengendaliannya yaitu dengan
buah cabai rawit dan langsung merusak buah cabai rawit dengan cara melubangi
dan memakan bagian dalamnya. Hama ini umumnya menyerang buah cabai rawit
Penyakit yang nampak pada saat percobaan yaitu penyakit layu fusarium
(Fusarium oxysparum), gejala serangan penyakit ini ditandai daun yang terserang
mengalami kelayuan mulai dari bagian bawah, menguning dan menjalar ke atas ke
ranting muda. Bila infeksi berkembang tanaman menjadi layu. Warna jaringan
akar dan batang menjadi coklat. Tempat luka infeksi tertutup hifa putih seperti
kapas, biasanya ditemui di akar, pangkal batang dan bagian bawah daun. Selain
yang terserang penyakit lalu bakar tanaman yang terserang penyakit ini.
1. Tinggi Tanaman
takaran pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi
tanaman cabai rawit. Hasil analisis dapat dilihat secara rinci pada tabel 8.
40
pupuk nitrogen belum dapat memberikan pengaruh tinggi tanaman cabai rawit
yang berbeda pada umur 21, 28 dan 35 HST. POC memiliki unsur hara yang
lengkap tetapi kandungan unsur haranya relatif kecil. Menurut Murbandono 1990
dalam Netti Nurlenawati (2010) kandungan unsur hara dalam pupuk organik
tersebut masih relatif kecil sehingga dalam aplikasi penggunaannya masih perlu
anorganik sudah diberikan agar pemberian POC menjadi lebih efektif tetapi
keberadaan nitrogen di dalam tanah mudah sekali tercuci oleh air dan mudah
menguap karena suhu yang tinggi, sehingga tanaman tidak dapat maksimal dalam
menyerap unsur hara dalam tanah terutama nitrogen. Sejalan dengan Radjagukguk
(2010) nitrogen adalah unsur hara yang mobil, mudah sekali terlindi dan mudah
yang jatuh selama periode penelitian dan suhu yang tinggi memungkinkan
41
terjadinya evapotranspirasi. Menurut Ida Setya, dkk (2016) Hal tersebut dapat
berakibat pada terhambatnya penyerapan air dan larutan hara oleh akar tanaman.
Hal ini diduga menjadi penyebab tidak adanya perbedaan yang nyata pada
2. Jumlah Daun
takaran pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah
daun cabai rawit. Hasil analisis dapat dilihat secara rinci pada tabel 9.
takaran pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah
daun cabai rawit umur 21, 28, dan 35 HST. Hal ini disebabkan karena kandungan
unsur hara terutama N yang terdapat pada lahan percobaan sangat rendah. Data
hasil analisis laboratorium bahwa kandungan unsur hara N total pada lahan
(2017) ketersediaan nitrogen di dalam tanah dipengaruhi antara lain oleh bahan
organik tanah, kadar air tanah, suhu serta fiksasi nitrogen oleh bakteri tanah.
Selain faktor tersebut, upaya penambahan nitrogen pada lahan percobaan dengan
pemberian POC dan takaran pupuk nitrogen nampaknya belum mampu untuk
hara diakibatkan suhu yang tinggi sehingga evaporasi terjadi pada kadar air tanah
yang merupakan pelarut unsur hara agar bisa digunakan tanaman sehingga larutan
hara menguap lebih cepat sebelum dapat diserap oleh akar tanaman. Hal ini dapat
3. Diameter Batang
batang umur 21 HST, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
diameter batang cabai rawit umur 28 dan 35 HST. Hasil analisis dapat dilihat
Tabel 10. Pengaruh Konsentrasi POC dan Takaran Pupuk Nitrogen Terhadap
Diameter Batang
pupuk nitrogen memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter batang cabai
rawit pada umur 21 HST. Pada umur 21 HST diameter batang terendah ada pada
konsentrasi POC 0% dan 20% kurang mampu memberikan diameter batang yang
lebih baik, sedangkan untuk diameter batang dengan nilai rata-rata tertinggi
didapati pada perlakuan K (POC 25%, N = 90,0 kg/ha) dengan nilai 2,75 mm, hal
ini dikarenakan perlakuan konsentrasi POC yang lebih tinggi dan takaran pupuk
kambing mengandung nitrogen dan kalium yang relatif lebih tinggi. Hal ini
sejalan dengan (Alfiyan Arif, Arifin Noor Sugiharto dan Eko Widaryanto, 2014)
bahwa nitrogen merupakan unsur hara makro penting bagi tanaman yang
umur 28 dan 35 HST tidak memberikan pengaruh yang nyata pada perlakuan
konsentrasi POC dan takaran pupuk nitrogen, hal ini dikarenakan pada umur
tersebut tanaman cabai rawit sudah mulai memasuki fase generatif sehingga
tanaman. Hal ini sejalan dengan Fahrurrozi, Idarman Tarmizi, dan Bandi
takaran pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah
buah per tanaman cabai rawit. Hasil analisis dapat dilihat secara rinci pada tabel
11.
Tabel 11. Pengaruh Konsentrasi POC dan Takaran Pupuk Nitrogen Terhadap
Jumlah Buah per Tanaman
takaran pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah
45
buah per tanaman cabai rawit. Hal ini diduga konsentrasi POC dan pupuk takaran
nitrogen belum mampu memenuhi unsur hara yang dibutuhkan tanaman, selain
kandungan hara yang terdapat dalam pupuk organik cair relatif sedikit, takaran
pupuk nitrogen yang yang kurang tepat akan mempengaruhi serapan N oleh
tanaman akan rendah sehingga pembentukan klorofil juga rendah yang akan
menjadi indikasi bahwa jika proses fotosintesis rendah maka akan menghasilkan
fotosintat dalam jumlah yang rendah pula yang akan mengakibatkan hasil
pertumbuhan generatif, hal ini sejalan dengan Syaiful Rahman (2014) yang
menyatakan kelembapan yang kurang dari 70% membuat cabai kering dan
5. Diameter Buah
takaran pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter
buah cabai rawit. Hasil analisis dapat dilihat secara rinci pada tabel 12.
46
Tabel 12. Pengaruh Konsentrasi POC dan Takaran Pupuk Nitrogen Terhadap
Diameter Buah
takaran pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter
buah cabai rawit. Hal ini diduga konsentrasi POC dan takaran pupuk nitrogen
belum mampu memenuhi unsur hara yang dibutuhkan tanaman, pemupukan yang
perkembangan vegetatif maupun generatif. Oleh karena itu diameter buah sangat
Menurut Kiki Waskito, Nurul Aini dan Koesriharti (2017) menyatakan jika
banyak yang akan disimpan dalam bentuk karbohidrat dalam buah, banyaknya
fotosintat yang terbentuk akan menyebabkan diameter buah dan panjang buah
meningkat pula.
47
6. Panjang Buah
takaran pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang
buah cabai rawit. Hasil analisis dapat dilihat secara rinci pada tabel 13.
Tabel 13. Pengaruh Konsentrasi POC dan Takaran Pupuk Nitrogen Terhadap
Panjang Buah
takaran pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang
buah cabai rawit. Menurut Kiki Waskito, Nurul Aini dan Koesriharti (2017)
jumlah yang banyak yang akan disimpan dalam bentuk karbohidrat dalam buah,
takaran pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot
buah per tanaman dan bobot buah per petak cabai rawit. Hasil analisis dapat
Tabel 14. Pengaruh Konsentrasi POC dan Takaran Pupuk Nitrogen Terhadap
Bobot Buah per Tanaman dan Bobot Buah per Petak
Perlakuan Bobot Buah per Tanaman (gram) Bobot Buah per Petak (gram)
A 43,83 a 124,00 a
B 58,78 a 168,80 a
C 39,58 a 130,80 a
D 37,42 a 115,13 a
E 46,58 a 146,00 a
F 49,49 a 141,53 a
G 38,86 a 129,07 a
H 56,29 a 140,53 a
I 33,64 a 106,73 a
J 42,73 a 133,47 a
K 43,88 a 150,53 a
L 48,74 a 154,67 a
Keterangan : Angka rata-rata disertai huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang nyata menurut Uji Gugus Scott-Knot pada taraf
5%.
Berdasarkan Tabel 14 menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi POC dan
takaran pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot
buah per tanaman dan bobot buah per petak cabai rawit. Hal ini dikarenakan bobot
buah dipengaruhi oleh jumlah buah, diameter buah dan panjang buah, selain itu
pengaruh POC dan nitrogen terhadap fase pertumbuhan sangatlah penting karena
pada fase pertumbuhan seperti tinggi tanaman dan jumlah daun akan
49
mempengaruhi hasil cabai rawit. Hal ini diduga konsentrasi POC dan takaran
pupuk nitrogen belum mampu memenuhi kebutuhan tanaman cabai rawit, Selain
tanaman. Selain itu suhu yang tinggi saat percobaan memungkinkan terjadinya
dalam tanah diduga menguap sehingga kebutuhan unsur N kurang tepenuhi yang
berpengaruh nyata terhadap bobot buah per tanaman maupun bobot buah per
petak.
1. Korelasi Tinggi Tanaman Umur 21, 28, dan 35 HST Dengan Bobot
korelasi yang nyata antara tinggi tanaman umur 21 HST, 28 HST dan 35 HST
dengan bobot buah per petak (Lampiran .........). Hasil uji korelasi dapat dilihat
Tabel 14. Korelasi Tinggi Tanaman Umur 21, 28 dan 35 HST dengan Bobot
Buah Per Petak
bahwa terdapat korelasi yang nyata antara tinggi tanaman umur 21 HST dengan
bobot buah per petak, pada tinggi tanaman 21 HST nilai r = 0,34 dengan kategori
r yaitu lemah dengan keterangan nyata. Pada tinggi tanaman umur 28 HST
dengan bobot buah per petak terdapat korelasi yang nyata dengan nilai r = 0,45
dengan kategori r yaitu sedang, dengan keterangan nyata. Pada tinggi tanaman
umur 35 HST dengan bobot buah per petak terdapat korelasi yang nyata dengan
nilai r = 0,50 dengan kategori r yaitu sedang, dengan keterangan nyata. adanya
korelasi yang nyata antara pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 21 HST, 28
cabang dan jumlah bunga yang akan menghasilkan jumlah buah yang lebih
banyak sehingga mempengaruhi bobot buah hal ini sejalan dengan Surtinah
(2007) semakin tinggi tanaman tomat maka berat buah semakin meningkat,
semakin tinggi tanaman semakin banyak cabangnya dan semakin banyak bunga
2. Korelasi Jumlah Daun Umur 21, 28, dan 35 HST Dengan Bobot Buah
Per Petak
korelasi yang nyata antara jumlah daun dan bobot buah per petak umur 21 HST,
tetapi berkorelasi nyata antara jumlah daun 28 HST dan 35 HST dengan bobot
buah per petak (Lampiran .........). Hasil uji korelasi dapat dilihat secara rinci pada
Tabel 15.
Tabel 15. Korelasi Jumlah Daun Umur 21, 28 dan 35 HST dengan Bobot Buah
Per Petak
bahwa tidak terdapat korelasi yang nyata antara jumlah daun umur 21 HST
dengan bobot buah per petak, pada jumlah daun 21 HST nilai r = 0,23 dengan
kategori r yaitu lemah dengan keterangan tidak nyata. Pada jumlah daun umur 28
HST dengan bobot buah per petak terdapat korelasi yang nyata dengan nilai r =
0,44 dengan kategori r yaitu sedang, dengan keterangan nyata. Pada jumlah daun
umur 35 HST dengan bobot buah per petak terdapat korelasi yang nyata dengan
nilai r = 0,51 dengan kategori r yaitu sedang, dengan keterangan nyata. Tidak
adanya korelasi yang nyata antara jumlah daun dan bobot buah per petak pada
umur 21 HST diduga kondisi jumlah daun tanaman masih relatif sedikit jika
jumlah daun dan bobot buah per petak pada umur 28 HST, dan 35 HST
Ifantri dan Ardiyanto (2015) bahwa salah satu faktor penting penunjang
terbentuknya buah secara sempurna adalah daun, daun memiliki peran yang
3. Korelasi Diameter Batang Umur 21, 28, dan 35 HST Dengan Bobot
korelasi yang nyata antara diameter batang umur 21 HST, 28 HST 35 HST dengan
bobot buah per petak (Lampiran .........). Hasil uji korelasi dapat dilihat secara
Tabel 16. Korelasi Diameter Batang Umur 21, 28 dan 35 HST dengan Bobot
Buah Per Petak
bahwa tidak terdapat korelasi yang nyata antara diameter batang umur 21 HST
dengan bobot buah per petak, pada diameter batang 21 HST nilai r = 0,09 dengan
kategori r yaitu lemah dengan keterangan tidak nyata. Pada diameter batang umur
28 HST dengan bobot buah per petak tidak terdapat korelasi yang nyata dengan
53
nilai r = 0,31 dengan kategori r yaitu lemah, dengan keterangan tidak nyata. Pada
diameter batang umur 35 HST dengan bobot buah per petak terdapat korelasi yang
nyata dengan nilai r = 0,33 dengan kategori r yaitu lemah, dengan keterangan
nyata. tidak adanya korelasi yang nyata antara diameter batang pada umur 21
HST, 28 HST, dan 35 HST dikarenakan antara organ vegetatif dan organ
reproduktif terjadi persaingan dalam memperebutkan hara. Hal ini sejalan dengan
terjadinya kompetisi pemanfaatan unsur nitrogen antara organ vegetatif dan organ
generatif. Oleh karena itu diameter batang umur 21 HST, 28 HST, dan 35 HST
5.1 Kesimpulan
pengaruh konsentrasi pupuk organik cair dan takaran pupuk nitrogen terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) Kultivar
pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman (21, 28, dan 35 HST), jumlah
daun (21, 28, dan 35 HST), diameter batang (28 dan 35 HST), jumlah buah
per tanaman , diameter buah, panjang buah, bobot buah per tanaman dan
bobot buah per petak pada cabai rawit (Capsicum frutescens L.) Kultivar
Dewata F1
2. Terdapat korelasi yang nyata antara pertumbuhan tinggi tanaman pada umur
21, 28 dan 35 HST, jumlah duan 28, dan 35 HST serta diameter batang 35
5.2 Saran
lebih lanjut untuk menambah data tentang cabai rawit disarankan melakukan
aplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Adhis Dian Safitri, Riza Linda, Rahmawati. 2017. Aplikasi Pupuk Organik Cair
(POC) Kotoran Kambing Difermentasikan Dengan EM4 Terhadap
Pertumbuhan Dan Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum
frutescents L.) Var. Bara. Jurnal Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 182 – 187.
Agus Supardi. 2011. Aplikasi Pupuk Cair Hasil Fermentasi Kotoran Padat
Kambing Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea ) Sebagai
Pengembangan Materi Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan. Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Alfiyan Arif, Arifin Noor Sugiharto dan Eko Widaryanto. 2014. Pengaruh Umur
Transplanting Benih Dan Pemberian Berbagai Macam Pupuk Nitrogen
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays L.
saccharata Sturt.). Jurnal Produksi Tanaman. Volume 2 Nomor 1.
Arifin Fahmi, Syamsudin, Sri Nuryani H Utami dan Bostang Radjagukguk. 2010.
Pengaruh Interaksi Hara Nitrogen dan Fosfor Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Jagung (Zea mays L) Pada tanah regosol dan Latosol. Berita
Biologi 10(3).
Asep Harpenas dan R Dermawan. 2011. Budi Daya Cabai Unggul. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Badan Pusat Statistik dan Diretktorat Jenderal Hortikultura. 2017. Produksi, Luas
Panen dan Produktifvitas Cabai Rawit Lima Tahun Terkhir. Dalam
http://www.pertanian.go.id. diakses tanggal 03 Januari 2018.
Bagus Herdy Firmanto. 2009. Budidaya Cabai Hibrida. CV Wacana Gelora Cipta.
Bandung.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. 2008. Membuat Pupuk Cair Bermutu
dari Limbah Kambing. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Volume 30 Nomor 6.
Cahyono B. 2003. Cabai Rawit: Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Kanisius. Yogyakarta.
Elfin Efendi, Rita Mawarni dan Junaidi. 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk
Nitrogen Dan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi
Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.). Jurnal Penelitian Pertanian Bernas
Volume 13 Nomor 2.
Ellen Tjandra. 2015. Panen Cabai Rawit di Polybag. Cahaya Atma. Yogyakarta.
55
56
Hartatik, W. Dan Widowati, L.R. 2006. Pupuk Kandang, Pupuk Organik dan
Pupuk Hayati. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber
Daya Lahan Pertanian.
Ida Setya Wahyu Atmaja, Ismail Saleh, R. Eviyati, dan Dodi Budirokhman. 2016.
Kajian Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk NPK Terhadap Kualitas dan
Mutu Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) Kultivar Getas Pada Musim
Kemarau. Agrovigor Volume 9 no 2. Fakultas Pertanian Unswagati.
Johan Ifantri dan Ardiyanto. 2015. Pengaruh Jumlah Daun dan Jenis Pupuk
Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Melon (Cucumis melo L.).
Fakultas Pertanian. Universitas PGRI Yogyakarta.
Kemas Ali Hanafiah. 2001. Rancangan Teori dan Aplikasi, PT. Raja Grafindo.
Jakarta.
Kiki Waskito, Nurul Aini dan Koesriharti. 2017. Pengaruh Komposisi Media
Tanam dan Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Terong (Solanum melongena L.).
Mega Silvia, Gt. M. Sugian Noor, dan M. Ermayn Erhakav. 2012. Respon
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Cabe Rawit (Capsicum Frutescent L.)
Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Kambing Pada Tanah Ultisol.
Agroscientiae. Volume 19. Nomor 3.
Nur Edy Suminarti. 2010. Pengaruh Pemupukan N dan K pada Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Talas yang Ditanam di Lahan Kering. Akta Agrosia.
Volume 13, Nomor 1.
Outlook. 2016. Outlook Cabai. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian.
Resqi Hapsari Ramadhani, Moch. Roviq dan Moch. Dawam Maghfoer. 2016.
Pengaruh Sumber Pupuk Nitrogen Dan Waktu Pemberian Urea Pada
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays Sturt. var.
saccharata). Jurnal Produksi Tanaman. Volume 4 Nomor 1.
Rino Anggi Wijaksono, Rijadi Subiantoro, dan Bambang Utoyo. 2016. Pengaruh
Lama Fermentasi pada Kualitas Pupuk Kandang Kambing. Jurnal Agro
Industri Perkebunan. Volume 4 Nomor 2.
Sarmi Julita, Hercules Gultom dan Mardaleni. 2013. Pengaruh Pemberian Mikro
Organisme Lokal (MOL) Nasi dan Hormon Tanaman Unggul Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai (Capsicum annum L.). Jurnal
Dinamika Pertanian. XXVIII Nomor 3.
Setiadi. 2008. Cabai Rawit Jenis dan Budaya. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suparhun, S, 2015, Pengaruh Pupuk Organik dan POC dari Kotoran Kambing
terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.), Jurnal
Agrotekbis, vol.3 no. 5 hal. 602-611.
Sutedjo, Mul Mulyani. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.
Syaiful Rahman. 2014. Meraup Untung Bertanam Cabai Rawit dengan Polybag.
Lily Publisher. Yogyakarta.
Tim Penulis Agriflo. 2012. Cabai Prospek Bisnis dan Teknologi Mancanegara.
Agriflo. Jakarta.
Untung Suwahyono dan Tim Penulis PS. 2014. Cara Cepat Buat Kompos dari
Limbah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wijaya. 2000. Analisis Statistik dengan Program SPSS 10.0. Alfabeta. Bandung.
Dihaluskan Dihaluskan
Inkubasi 14 Hari
Penyaringan
A B C D E F
I
G H I J K L
U
L K J I H G
II
F E D C B A
D E F A B C
III
J K L G H I
Keterangan :
- I, II, III = Ulangan - Tinggi petakan = 30 cm
- Ukuran petak = 2,5 m x 2 m - Jarak antar ulangan = 60 cm
- Jarak antar petak = 30 cm
63
Keterangan:
A = Jarak Tanam 50 cm x 50 cm
B = Lebar Petak 2 m
C = Panjang Petak 2,5 m
D = Tanaman Sampel
64
65 1 Oktober ▪ Panen ke 1
▪ Pengamatan ke 4 (Jumlah buah per
tanaman, panjang buah, diameter
buah, bobot buah pertanaman dan
65
perpetak)
80 16 Oktober2018 ▪ Panen ke 4
▪ Pengamatan ke 7 (Jumlah buah per
tanaman, panjang buah, diameter
buah, bobot buah pertanaman dan
perpetak)
Spektro Flame
pH Meter Oven Tanur Kjeldahl
FM FM
% %
POC
1 LJL - - - 97,06 0,19 0,10 2 0,04 0,94
Kotoran
4
Kambing
Sumber: Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) 2018
Keterangan: FM = Fotometer
68
Penyelesaian:
Luas petak
= x Volume semprot per hektar
1 ha
5 m²
= 10.000 m² x 500.000 ml
Diketahui: Konsentrasi POC = 15%, 20%, 25% = 15, 20, 25 ml per liter
Volume semprot per hektar = 500 L
Populasi tanaman per hektar = 40.000 tanaman
Populasi tanaman per petak = 20 tanaman
Ditanyakan: kebutuhan POC per petak?
Penyelesaian:
75.000 ml
= 40.000 Tanaman = 1.875 ml per tanaman
100.000 ml
= 40.000 Tanaman = 2.5 ml per tanaman
= 50 ml per petak
125.000 ml
= 40.000 Tanaman = 3.125 ml per tanaman
Penyelesaian:
5 𝑚² 𝑋 150 𝑘𝑔
= = 0.075 kg
10.000
= 0.075 kg x 1000 g
= 75 g per petak
5 𝑚² 𝑋 200 𝑘𝑔
= = 0.1 kg
10.000
= 0.1 kg x 1000 g
70
5 𝑚² 𝑋 250 𝑘𝑔
= = 0.125 kg
10.000
= 0.125 kg x 1000 g
Feb 444 401 401 69 103 78 240 278 249 265 2528 252,8
Mart 420 126 126 195 163 118 121 109 272 279 1929 192,9
April 172 154 201 210 102 296 281 338 357 84 2195 219,5
Nov 201 129 171 130 116 125 62 0 125 444 1503 150,3
Des 319 114 247 278 306 319 312 0 339 124.5 2358.5 235,85
Juml 2076 1344 2076 1247 1077 1414 1812 1020 2411 1798 16275 1627,5
BB 7 6 8 5 6 7 6 4 10 5 64 6,4
BL 0 2 3 3 0 1 3 1 2 3 18 1,8
BK 5 4 1 4 6 4 3 7 0 4 38 3,8
Sumber: Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan Kabupaten Kuningan (2018)
Keterangan :
Menurut Schmidt – Ferguson
BB : Bulan Basah (Curah hujan ≥ 100 mm per tahun)
BL : Bulan Lembab ( Curah hujan 60 - 100 mm per tahun)
BK : Bulan Kering (Curah hujan ≤ 60 mm per tahun)
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pencatatan curah hujan selama 10 tahun terakhir,
maka tipe curah hujan di Desa Nanggerang dapat dihitung sebagai berikut :
Jumlah rata − rata bulan kering
Q= × 100%
Jumlah rata − rata bulan basah
72
3,8
= × 100%
6,4
= 0,593 × 100%
= 59,3 %
Jadi, tipe curah hujan di daerah penelitian termasuk dalam tipe curah hujan
Penelitian dilakukan pada tanggal 1 Juli – 21 Oktober 2018 dengan curah hujan
per harinya 0 mm/hari.
74
Ulangan
No Perlakuan I II III Jumlah rata2
1 E 10,60 10,90 14,70 36,20 12,07
2 D 11,00 12,30 14,30 37,60 12,53
3 C 9,30 12,80 16,90 39,00 13,00
4 F 12,60 13,00 13,40 39,00 13,00
5 J 10,60 12,90 15,50 39,00 13,00
6 I 10,60 11,60 18,00 40,20 13,40
7 L 12,20 9,30 20,60 42,10 14,03
8 B 10,40 14,90 17,50 42,80 14,27
9 A 12,30 17,20 13,70 43,20 14,40
10 G 11,20 15,10 17,30 43,60 14,53
11 H 12,00 15,50 18,80 46,30 15,43
12 K 13,70 19,50 17,30 50,50 16,83
Jumlah 136,50 165,00 198,00 499,50
N R NR FK Alpha
12 3 36 6930,56 0,05
No Varians DB JK KT F Fα
1 Ulangan 2 157,87 78,94 17,65 3,44
2 Perlakuan 11 58,98 5,36 1,20 2,26
3 Galat 22 98,41 4,47
4 Jumlah 35 315,27
75
Ulangan
No Perlakuan I II III Jumlah rata2
1 E 13,50 15,70 21,32 50,52 16,84
2 F 18,16 19,40 17,80 55,36 18,45
3 I 16,10 16,90 23,60 56,60 18,87
4 D 16,90 18,70 21,10 56,70 18,90
5 C 15,30 18,90 22,60 56,80 18,93
6 J 15,80 18,60 22,40 56,80 18,93
7 G 15,50 20,90 22,40 58,80 19,60
8 A 16,60 23,80 18,80 59,20 19,73
9 B 15,00 21,00 24,10 60,10 20,03
10 H 14,30 22,40 24,90 61,60 20,53
11 L 18,80 16,40 28,80 64,00 21,33
12 K 21,00 22,00 24,10 67,10 22,37
Jumlah 196,96 234,70 271,92 703,58
N R NR FK Alpha
12 3 36 13750,69 0,05
No Varians DB JK KT F Fα
1 Ulangan 2 234,13 117,06 18,33 3,44
2 Perlakuan 11 67,64 6,15 0,96 2,26
3 Galat 22 140,50 6,39
4 Jumlah 35 442,27
76
Ulangan
No Perlakuan I II III Jumlah rata2
1 E 18,60 23,20 29,20 71,00 23,67
2 I 23,20 25,00 30,00 78,20 26,07
3 C 21,60 27,20 29,90 78,70 26,23
4 D 25,10 25,60 28,40 79,10 26,37
5 J 23,20 26,90 29,20 79,30 26,43
6 F 26,50 27,00 26,30 79,80 26,60
7 A 23,50 30,40 26,40 80,30 26,77
8 H 20,40 29,40 33,80 83,60 27,87
9 B 22,80 27,40 33,50 83,70 27,90
10 G 22,40 29,40 32,30 84,10 28,03
11 L 27,70 23,10 37,70 88,50 29,50
12 K 29,30 30,10 33,60 93,00 31,00
Jumlah 284,30 324,70 370,30 979,30
N R NR FK Alpha
12 3 36 26639,68 0,05
No Varians DB JK KT F Fα
1 Ulangan 2 308,54 154,27 18,63 3,44
2 Perlakuan 11 113,68 10,33 1,25 2,26
3 Galat 22 182,19 8,28
4 Jumlah 35 604,41
77
Ulangan
No Perlakuan I II III Jumlah rata2
1 J 15,00 13,80 16,20 45,00 15,00
2 E 14,60 14,80 17,20 46,60 15,53
3 F 15,80 15,20 15,60 46,60 15,53
4 C 15,20 16,00 17,20 48,40 16,13
5 D 15,60 17,40 16,20 49,20 16,40
6 I 15,80 14,40 19,00 49,20 16,40
7 B 15,80 17,00 16,80 49,60 16,53
8 L 17,00 14,60 19,40 51,00 17,00
9 G 15,80 16,60 18,80 51,20 17,07
10 K 17,80 16,60 17,20 51,60 17,20
11 H 14,60 18,80 19,00 52,40 17,47
12 A 18,00 20,00 15,00 53,00 17,67
Jumlah 191,00 195,20 207,60 593,80
N R NR FK Alpha
12 3 36 9794,40 0,05
No Varians DB JK KT F Fα
1 Ulangan 2 12,42 6,21 2,60 3,44
2 Perlakuan 11 22,89 2,08 0,87 2,26
3 Galat 22 52,57 2,39
4 Jumlah 35 87,88
78
Ulangan
No Perlakuan I II III Jumlah rata2
1 E 19,80 19,00 27,60 66,40 22,13
2 F 21,20 22,20 24,20 67,60 22,53
3 C 19,80 21,80 27,80 69,40 23,13
4 D 20,60 22,60 26,20 69,40 23,13
5 B 20,00 24,60 28,40 73,00 24,33
6 A 24,40 25,60 24,80 74,80 24,93
7 I 21,40 24,60 30,00 76,00 25,33
8 H 20,00 27,60 29,60 77,20 25,73
9 G 23,40 27,20 27,40 78,00 26,00
10 J 23,80 25,40 32,00 81,20 27,07
11 L 19,60 21,80 41,40 82,80 27,60
12 K 25,40 27,20 38,00 90,60 30,20
Jumlah 259,40 289,60 357,40 906,40
N R NR FK Alpha
12 3 36 22821,14 0,05
No Varians DB JK KT F Fα
1 Ulangan 2 419,80 209,90 19,66 3,44
2 Perlakuan 11 183,18 16,65 1,56 2,26
3 Galat 22 234,92 10,68
4 Jumlah 35 837,90
79
Ulangan
No Perlakuan I II III Jumlah rata2
1 E 29,20 42,00 67,40 138,60 46,20
2 C 40,40 47,60 56,60 144,60 48,20
3 D 50,00 47,60 49,60 147,20 49,07
4 I 39,00 46,00 66,80 151,80 50,60
5 F 47,60 51,80 54,00 153,40 51,13
6 G 46,40 46,80 66,40 159,60 53,20
7 J 44,40 57,40 60,80 162,60 54,20
8 A 52,20 58,20 52,40 162,80 54,27
9 L 41,80 46,00 93,40 181,20 60,40
10 B 46,80 57,80 81,20 185,80 61,93
11 H 38,20 63,60 84,80 186,60 62,20
12 K 53,20 66,80 84,60 204,60 68,20
Jumlah 529,20 631,60 818,00 1978,80
N R NR FK Alpha
12 3 36 108768,04 0,05
No Varians DB JK KT F Fα
1 Ulangan 2 3573,23 1786,61 19,31 3,44
2 Perlakuan 11 1502,73 136,61 1,48 2,26
3 Galat 22 2036,00 92,55
4 Jumlah 35 7111,96
80
Ulangan
No Perlakuan I II III Jumlah rata2
1 C 2,14 1,66 1,66 5,46 1,82
2 B 2,32 1,82 1,82 5,96 1,99
3 G 2,32 1,84 1,84 6,00 2,00
4 E 2,26 2,28 2,28 6,82 2,27
5 A 2,48 2,18 2,18 6,84 2,28
6 L 2,52 2,20 2,20 6,92 2,31
7 I 2,20 2,38 2,38 6,96 2,32
8 D 2,24 2,44 2,44 7,12 2,37
9 F 2,36 2,64 2,64 7,64 2,55
10 J 2,32 2,80 2,80 7,92 2,64
11 H 2,32 2,86 2,86 8,04 2,68
12 K 2,76 2,74 2,74 8,24 2,75
Jumlah 28,24 27,84 27,84 83,92
N R NR FK Alpha
12 3 36 195,63 0,05
No Varians DB JK KT F Fα
1 Ulangan 2 0,01 0,00 0,09 3,44
2 Perlakuan 11 2,80 0,25 5,38 2,26
3 Galat 22 1,04 0,05
4 Jumlah 35 3,85
81
Ulangan
No Perlakuan I II III Jumlah rata2
1 E 2,30 3,08 3,64 9,02 3,01
2 C 2,34 3,44 3,32 9,10 3,03
3 D 2,80 3,28 3,06 9,14 3,05
4 F 2,82 3,38 3,12 9,32 3,11
5 A 3,08 3,28 3,10 9,46 3,15
6 G 2,80 3,16 3,76 9,72 3,24
7 B 2,80 3,36 3,58 9,74 3,25
8 H 2,64 3,38 4,02 10,04 3,35
9 I 3,52 2,98 3,74 10,24 3,41
10 L 3,02 2,98 4,40 10,40 3,47
11 K 3,36 3,36 3,94 10,66 3,55
12 J 2,94 8,24 3,46 14,64 4,88
Jumlah 34,42 43,92 43,14 121,48
N R NR FK Alpha
12 3 36 409,93 0,05
No Varians DB JK KT F Fα
1 Ulangan 2 4,64 2,32 2,84 3,44
2 Perlakuan 11 8,47 0,77 0,94 2,26
3 Galat 22 17,95 0,82
4 Jumlah 35 31,06
83
Ulangan
No Perlakuan I II III Jumlah rata2
1 C 2,82 4,28 2,88 9,98 3,33
2 E 2,66 3,60 4,44 10,70 3,57
3 A 3,68 3,90 3,26 10,84 3,61
4 F 3,62 3,74 3,66 11,02 3,67
5 J 3,24 3,90 4,26 11,40 3,80
6 G 3,50 3,78 4,12 11,40 3,80
7 D 3,50 3,74 4,18 11,42 3,81
8 I 3,92 3,74 3,84 11,50 3,83
9 B 3,54 4,04 4,04 11,62 3,87
10 H 3,14 4,20 4,54 11,88 3,96
11 L 3,54 3,84 4,72 12,10 4,03
12 K 4,22 4,24 4,12 12,58 4,19
Jumlah 41,38 47,00 48,06 136,44
N R NR FK Alpha
12 3 36 517,11 0,05
No Varians DB JK KT F Fα
1 Ulangan 2 2,15 1,07 5,91 3,44
2 Perlakuan 11 1,71 0,16 0,85 2,26
3 Galat 22 4,00 0,18
4 Jumlah 35 7,85
84
Ulangan
No Perlakuan I II III Jumlah rata2
1 I 22,20 36,20 31,25 89,65 29,88
2 C 29,20 36,15 35,80 101,15 33,72
3 D 37,33 32,83 32,35 102,52 34,17
4 G 23,25 37,20 43,20 103,65 34,55
5 A 35,00 29,50 48,75 113,25 37,75
6 J 33,00 36,00 48,20 117,20 39,07
7 K 33,35 33,00 53,20 119,55 39,85
8 E 21,40 42,80 55,40 119,60 39,87
9 L 46,33 23,80 58,80 128,93 42,98
10 H 17,80 73,05 42,70 133,55 44,52
11 B 30,00 53,98 51,70 135,68 45,23
12 F 35,00 56,60 45,33 136,93 45,64
Jumlah 363,87 491,12 546,68 1401,67
N R NR FK Alpha
12 3 36 54574,15 0,05
No Varians DB JK KT F Fα
1 Ulangan 2 1463,95 731,97 5,71 3,44
2 Perlakuan 11 858,95 78,09 0,61 2,26
3 Galat 22 2821,19 128,24
4 Jumlah 35 5144,09
No Varians DB JK KT F Fα
1 Ulangan 2 1463,95 731,97 5,71 3,44
2 Perlakuan 11 858,95 78,09 0,61 2,26
3 Galat 22 2821,19 128,24
4 Jumlah 35 5144,09
85
Ulangan
No Perlakuan I II III Jumlah rata2
1 I 6,55 6,86 6,82 20,23 6,74
2 A 6,85 6,73 6,68 20,26 6,75
3 J 6,82 6,85 6,87 20,54 6,85
4 G 6,58 7,09 7,08 20,74 6,91
5 K 7,11 7,05 6,62 20,78 6,93
6 D 6,84 6,67 7,28 20,79 6,93
7 F 6,99 6,95 6,87 20,81 6,94
8 H 6,64 7,16 7,02 20,81 6,94
9 C 6,90 7,01 7,21 21,11 7,04
10 E 7,04 7,01 7,10 21,15 7,05
11 L 7,05 6,88 7,34 21,27 7,09
12 B 6,89 7,22 7,25 21,36 7,12
Jumlah 82,25 83,48 84,13 249,86
N R NR FK Alpha
12 3 36 1734,13 0,05
No Varians DB JK KT F Fα
1 Ulangan 2 0,15 0,08 2,01 3,44
2 Perlakuan 11 0,48 0,04 1,15 2,26
3 Galat 22 0,83 0,04
4 Jumlah 35 1,46
86
Ulangan
No Perlakuan I II III Jumlah rata2
1 G 3,56 3,99 3,33 10,88 3,63
2 I 3,67 3,81 3,59 11,06 3,69
3 F 3,70 3,94 3,46 11,10 3,70
4 C 3,65 3,78 3,68 11,12 3,71
5 D 3,74 3,71 3,68 11,14 3,71
6 J 3,73 3,66 3,87 11,26 3,75
7 A 3,75 3,84 3,79 11,39 3,80
8 L 4,03 3,91 3,58 11,52 3,84
9 K 4,03 3,78 3,74 11,55 3,85
10 H 3,50 4,50 3,61 11,61 3,87
11 E 3,90 3,88 3,89 11,67 3,89
12 B 4,02 4,51 4,08 12,60 4,20
Jumlah 45,29 47,31 44,30 136,90
N R NR FK Alpha
12 3 36 520,61 0,05
No Varians DB JK KT F Fα
1 Ulangan 2 0,39 0,20 4,72 3,44
2 Perlakuan 11 0,74 0,07 1,63 2,26
3 Galat 22 0,91 0,04
4 Jumlah 35 2,05
87
Ulangan
No Perlakuan I II III Jumlah rata2
1 I 25,27 43,25 32,40 100,92 33,64
2 D 44,93 33,92 33,40 112,25 37,42
3 G 25,25 48,67 42,65 116,57 38,86
4 C 33,00 43,75 42,00 118,75 39,58
5 J 38,00 41,40 48,80 128,20 42,73
6 A 41,80 34,45 55,25 131,50 43,83
7 K 41,65 39,60 50,40 131,65 43,88
8 E 27,53 48,80 63,40 139,73 46,58
9 L 59,87 28,75 57,60 146,22 48,74
10 F 40,93 63,40 44,13 148,47 49,49
11 H 20,13 101,25 47,50 168,88 56,29
12 B 37,50 74,10 64,75 176,35 58,78
Jumlah 435,87 601,33 582,28 1619,48
N R NR FK Alpha
12 3 36 72853,51 0,05
No Varians DB JK KT F Fα
1 Ulangan 2 1366,11 683,06 2,85 3,44
2 Perlakuan 11 1846,75 167,89 0,70 2,26
3 Galat 22 5271,46 239,61
4 Jumlah 35 8484,32
88
Ulangan
No Perlakuan I II III Jumlah rata2
1 I 81,20 141,60 97,40 320,20 106,73
2 D 132,60 84,40 128,40 345,40 115,13
3 A 154,80 99,60 117,60 372,00 124,00
4 G 89,60 150,60 147,00 387,20 129,07
5 C 131,60 111,80 149,00 392,40 130,80
6 J 90,60 171,80 138,00 400,40 133,47
7 H 71,80 222,60 127,20 421,60 140,53
8 F 125,40 165,80 133,40 424,60 141,53
9 E 103,20 145,80 189,00 438,00 146,00
10 K 113,00 104,20 234,40 451,60 150,53
11 L 190,60 103,40 170,00 464,00 154,67
12 B 121,00 194,00 191,40 506,40 168,80
Jumlah 1405,40 1695,60 1822,80 4923,80
N R NR FK Alpha
12 3 36 673439,07 0,05
No Varians DB JK KT F Fα
1 Ulangan 2 7628,30 3814,15 2,20 3,44
2 Perlakuan 11 9891,00 899,18 0,52 2,26
3 Galat 22 38107,92 1732,18
4 Jumlah 35 55627,21