Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)


PEMELIHARAAN TANAMAN KAKAO
DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO KP KALIWINING – RAMBIPUJI
JEMBER

Disusun oleh:
ADI FIKRIYANTO NIS : 1125/104.079
FAUSI ROHMAN NIS : 1128/107.079
FUSIYAN EFENDI NIS : 1129/108.079
MOH. ROSANDI NIS : 1130/109.079
MOH. FEBRIANSYAH PUTRA NIS : 1131/110.079
MOH. IMRON GHAZALI NIS : 1132/111.079
MOH. SYAYYIF ALI HASYIM NIS : 1133/112.079
MUHAMMAD MADZKUR RIFKY NIS : 1135/114.079
NOVAL ROFIANTO NIS : 1137/116.079
NUR FERRY AZIL AL FIRDAUS NIS : 1138/117.079
RUDI A. NIS : 1139/118.079

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


DINAS PENDIDIKAN
SMK IBRAHIMY 2 SUKOREJO SITUBONDO
Jl. KHR. Syamsul Arifin Sukorejo Sumberejo Banyuputih Situbondo
No. Telp. (0338) 451128 / 454666 Kode pos : 68374
Email : smkiduas@yahoo.com
Website : www.smkibrahimy2.sch.id
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)
PEMELIHARAAN TANAMAN KAKAO DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN
KAKAO INDONESIA
KP KALIWINING – RAMBIPUJI
JEMBER

Mengetahui

Pembimbing Lapangan 1 Pembimbing Lapangan 2

Siyono SP. Rudi Hartoyo,


A.Md.
NIK 11100043 NIK
111000548

Pembimbing Sekolah Pembimbing Lapangan


3

Sutrisno SP. Agus Wibisono


NIP 1961076199831001 NIP 111000562

Mengesahkan
Kepala Sekolah

i
Mahrus Ali, MM.
NUPTK 1947754655200052

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga memudahkan kami dari Januari hingga bulan Maret untuk melaksanakan
kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang bertujuan menambah keterampilan dan
kemampuan kami pada ruang lingkup perusahaan dan dunia kerja yang sesungguhnya di
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PUSLITKOKA) KP Kaliwining.
Dari hasil Praktik Kerja Lapangan (PKL) kami sajikan berupa laporan yang
berjudul “PEMELIHARAAN TANAMAN KAKAO” Selama praktek kerja lapangan
dan penulisan laporan kami dapat bantuan dari berbagai pihak dalam kesempatan ini kami
berterimakasih kepada, yaitu :
1. Dr. Agung Wahyu Susilo SP., MP. Selaku Kepala Pusat Penelitian Kopi Dan
Kakao Indonesia.
2. Sutrisno SP, Selaku Kepala Kopetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Perkebunan
SMK IBRAHIMY 2 SUKOREJO SITUBONDO.
3. Siyono, SP. Selaku Kasubag KP. Kaliwining.
4. Rudi Hartoyo. A.Md. selaku Penjab Lapangan.
5. Agus Wibisono, selaku pembimbing lapangan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia (PUSLITKOKA) KP. Kaliwining.
6. Orang tua dan pihak lainnya yang membantu dalam lancarnya Praktik Kerja
Lapangan.

Demi kesempurnaan penulisan laporan tersebut maka kami mohon saran dan kritik.
Mudah – mudahan laporan dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 19 Maret 2022

ii
Pelapor

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3 Tujuan PKL.........................................................................................................................2
1.4 Waktu dan Pelaksanaan....................................................................................................2
BAB II PROFIL PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA (PUSLITKOKA)..............................4
2. 1 Sejarah Berdirinya (PUSLITKOKA)......................................................................................4
BAB III TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................7
3.1 Klasifikasi Tanaman Kakao................................................................................................7
3.2 Morfologi Tanaman Kakao................................................................................................7
3.3 Jenis – Jenis Tanaman Kakao.............................................................................................9
3.4 Syarat Tumbuh Kakao.....................................................................................................10
3.5 Hama Tanaman Kakao.....................................................................................................11
3.6 Penyakit Tanaman Kakao................................................................................................13
BAB IV KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL).......................................................................15
4.1 Alat Dan Bahan................................................................................................................15
4.2 Pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan................................................................15
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................................................19
5.1 Hasil................................................................................................................................19
5.2 Pembahasan....................................................................................................................22
BAB VI PENUTUP............................................................................................................................24
6.1 Kesimpulan......................................................................................................................24
6.2 Saran...............................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................25

iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kakao merupakan salah satu hasil perkebunan di daerah tropis. Keberadaan tanaman
ini tersebar hingga ke berbagai negara seperti Kolombia, Dominica, Peru, Ekuador, Brazil,
Pantai Gading, Ghana dan Indonesia. Di Indonesia, kakao merupakan salah satu komoditas
ekspor dari subsektor perkebunan yang merupakan komoditas unggulan nasional. Kakao
merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai
ketinggian 10 m. Meskipun demikian, dalam budi daya tanaman ini tingginya dibuat tidak
lebih dari 5 m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk
memperbanyak cabang produktif.

Di Indonesia merupakan salah satu negara dengan perkebunan kakao cukup luas di
dunia meskipun tanaman kakao sendiri baru diintroduksi pada sekitar tahun1845. Hingga
kini di Indonesia bersama dua negara lainnya yaitu Pantai Gading dan Ghana menjadi
pemasok kakao utama dunia. Dalam kurun waktu sekitar 165 tahun sejak pertama kali
dikembangkan, luas areal perkebunan kakao di Indonesia telah mencapai 1.425.216 ha.
Dari total areal perkebunan kakao di Indonesia tersebut 92,17% merupakan kebun milik
rakyat 3,87% milik swasta dan hanya 3,96% yang merupakan milik negara (Direktorat
Jendral Perkebunan, 2016).

Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan cukup penting sebagai salah satu
sumber devisa negara, memiliki banyak kegunaan dan perannya dalam industri bahan
makanan, industri farmasi dan perdagangan. Penanganan pasca panen kakao di tingkat
petani merupakan kegiatan yang sangat penting dan harus dilakukan oleh petani untuk
menjamin mutu biji kakao. Rendahnya kualitas yang dihasilkan selama ini disebabkan
penanganan pasca panen yang dilakukan petani sangat sederhana akibatnya mutu biji
kakao rendah, harga jual rendah sehingga pendapatan rendah. Keberhasilan pasca panen
kakao sangat bergantung pada mutu bahan baku dari kegiatan proses produksi/budidaya,
karena itu penanganan proses produksi di kebun juga harus memperhatikan dan
menerapkan prinsip – prinsip cara budidaya yang baik dan benar (good agricultural
practices/GAP).

Di Indonesia, kakao mulia dihasilkan oleh beberapa perkebunan tua di jawa. Varietas
penghasill kakao mulia berasal dari pemuliaan yang dilakukan pada masa kolonial

1
Belanda, dan dikenal dari namanya yang berawalan “DR” (misalnya DR-38). Singkatan ini
diambil dari nama perkebunan tempat dilakukannya seleksi (Djati Ronggo, di daerah
Ungaran, Jawa Tengah). Varietas kakao mulia berpenyerbukan sendiri. Sebagian besar
daerah produsen kakao di Indonesia menghasilkan kakao curah. Kakao curah berasal dari
varietas – varietas yang self-incompatible. Kualitas kakao curah biasanya rendah,
merkipun produksinya lebih tinggi. Bukan rasa yang diutamakan tetapi biasanya
kandungan lemaknya.

Kakao secara umum adalah tumbuhan penyerbuk silang dan memiliki system
inkompatibilitas sendiri. Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama lalat kecil
(midge) Forcipomyia, semut bersayap, afid, dan beberapa lebah (Trigona) yang biasanya
terjadi pada malam hari 1. Bunga siap diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari.
Walaupun demikian, beberapa varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri dan
menghasilkan jenis komonitas dengan nilai jual yang lebih tinggi. Buah tumbuh dari bunga
yang diserbuki. Ukuran buah jauh lebih besar dari bunganya, dan berbentuk bulat hingga
memanjang. Buah terdiri dari lima alur buah dan memiliki ruang dan didalamnya terdapat
biji. Warna buah berubah – ubah. Sewaktu muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila
masak kulit luar buah biasanya berwarna kuning hingga jingga.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pemangkasan tananam kakao ?


2. Bagaimana proses pemupukan tanaman kakao ?
3. Bagaiamana proses pemanenan tanaman kakao?

1.3 Tujuan PKL

1. Praktikan mengetahui berbagai macam pemangkasan pemupukan dan pemanenan


tanaman kakao di lapangan
2. Praktikan memahami cara melakukan pemangkasan pemupukan dan pemanenan
tanaman kakao.
3. Praktikan memahami cara pemupukan serta dosis pemupukan pada tanaman kakao
di lapangan.

1.4 Waktu dan Pelaksanaan


Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan dengan selang waktu 3
bulan, yakni tepatnya 5 Januari 2022 – 25 Maret 2022.

2
3
BAB II
PROFIL PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA
(PUSLITKOKA)

2. 1 Sejarah Berdirinya (PUSLITKOKA)

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) didirikan pada 1 Januari
1911 dengan nama waktu itu Besoekisch Proefstation. Setelah mengalami beberapa kali
perubahan baik nama maupun pengelola, saat ini secara fungsional Puslitkoka berada di
bawah PT. Riset Perkebunan Nusantara Holding PTPN III
Puslitkoka adalah lembaga non profit yang memperoleh mandat untuk melakukan
penelitian dan pengembangan komoditas kopi dan kakao secara nasional, sesuai dengan
Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 786/Kpts/Org/9/1981 tanggal 20
Oktober 1981. Juga sebagai penyedia data dan informasi yang berhubungan dengan kopi
dan kakao.
Sejak berdiri pada tahun 1911, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
berkantor di Jl. PB. Sudirman No. 90 Jember. Namun mulai 1987 seluruh
kegiatan/operasional dipindahkan ke kantor baru berlokasi di Desa Nogosari, Kecamatan
Rambipuji, Jember berjarak + 20 km arah Barat Daya dari Kota Jember. Pada tahun 2008
terakreditasi oleh Lembaga Sertfikasi KNAPPP dengan Nomor Sertifikat: 006/Kp/KA-
KNAPPP/I/2008.
Puslitkoka memiliki misi strategis dalam menghasilkan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) guna mendukung pengembangan kopi dan kakao nasional. Misi
tersebut tidak hanya terbatas dalam upaya pencapaian IPTEK dan produk unggulan namun
juga melakukan diseminasi di sentra - sentra pengembangan kopi dan kakao di seluruh
wilayah Indonesia. Puslitkoka memiliki sejumlah rekam jejak cerita sukses (success story)
dalam program pengembangan kopi dan kakao nasional. Hal ini tidak terlepas dari
ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten dalam menghasilkan IPTEK
selaras dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, khususnya petani/pekebun serta para
pelaku industri. Kunci sukses keberhasilan tersebut tidak terlepas dari hasil sinergi antar
para pemangku kepentingan nasional dan internasional dalam mewujudkan program
pengembangan kopi dan kakao di Indonesia.
Seiring dengan perkembangan waktu yang selaras dengan torehan prestasi demi
prestasi, Puslitkoka ditetapkan sebagai Pusat Unggulan IPTEK (center of excellence) untuk
komoditas kakao dan kopi, masing-masing pada tahun 2012 dan 2013 oleh Kementerian

4
Riset dan Teknologi dalam upaya mendukung implementasi Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Di antara puncak capaian prestasi
tersebut, Puslitkoka mendapatkan anugerah Prayogasala dari Menteri Riset dan Teknologi
tahun 2012 sebagai lembaga litbang unggul nasional.
Sejak 20 Mei 2016, tugas dan fungsi PUSLITKOKA diperluas tidak hanya
menghasilkan IPTEK unggul namun juga mendidik enterpreneur baru berbasis komoditas
kopi dan kakao dengan ditetapkannya Coffee and Cocoa Science Techno Park (CCSTP)
sebagai unit strategis Puslitkoka oleh Menteri Riset dan Dikti.

5
6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Klasifikasi Tanaman Kakao

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Family : Sterculiaceae
Genus : Theobroma L
Species : Theobroma cacao L
(Sumber: USDA,2018)

3.2 Morfologi Tanaman Kakao

a. Morfologi Akar
Kakao adalah tanaman dengan surface root feeder, artinya sebagian besar
akar lateralnya (mendatar) berkembang dekat permukaan tanah, yaitu pada
kedalaman tanah (jeluk) 0-30 cm. Jangkauan jelajah akar lateral dinyatakan
jauh di luar proyeksi tajuk. Ujungnya membentuk cabang-cabang kecil yang
susunannya ruwet (intricate)

b. Morfologi Batang Dan Cabang


Habitat asli tanaman kakao adalah hutan tropis dengan naungan
pohonpohon yang tinggi, curah hujan tingi, suhu sepanjang tahun relatif sama,
serta kelembaban tinggi yang relatif tetap. Dalam habitat seperti itu, tanaman
kakao akan tumbuh tinggi tetapi bunga dan buahnya sedikit. Jika
dibudidayakan di kebun, tinggi tanaman umur tiga tahun mencapai 1,8 – 3,0
meter dan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,50 – 7,0 meter.
Tinggi tanaman tersebut beragam, dipengaruhi oleh intensitas naungan serta
faktor-faktor tumbuh yang tersedia. Tanaman kakao bersifat dimorfisme,

7
artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah
pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrop atau tunas air,
sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya ke samping disebut dengan
plagiotrop (cabang kipas atau fan).

c. Morfologi Daun
Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfisme.
Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada
tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm. Tangkai daun
bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya. Salah satu sifat
khusus daun kakao yaitu adanya dua persendian (articulation) yang terletak di
pangkal dan ujung tangkai daun. Dengan persendian ini dilaporkan daun
mampu membuat gerakan untuk menyesuaikan dengan arah datangnya sinar
matahari.

d. Morfologi Bunga
Tanaman kakao bersifat kauliflori, artinya bunga tumbuh dan berkembang dari
bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut
semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut dengan bantalan
bunga (cushioll). Bunga kakao mempunyai rumus K5C5A5+5G (5), artinya bunga
disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota, 10
tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-masing terdiri dari 5
tangkai sari tetapi hanya 1 lingkaran yang fertil, dan 5 daun buah yang bersatu.
Bunga kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna bunga ini khas
untuk setiap kultivar. Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). Daun
mahkota panjangnya 6-8 mm, terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk
seperti kuku binatang (claw) dan bisanya terdapat dua garis merah. Bagian
ujungnya berupa lembaran tipis, fleksibel, dan berwarna putih.

e. Morfologi Buah Dan Biji


Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam
warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah
masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna
merah, setelah masak berwarna jingga. Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan

8
dangkal yang letaknya berselang-seling. Pada tipe criollo dan trinitario alur
kelihatan jelas, kulit buahnya tebal tetapi lunak dan permu-kaannya kasar.
Sebaliknya, pada tipe forastero, permukaan kulit halus; tipis, tetapi liat. Buah akan
masak setelah berumur enam bulan. Biji tersusun dalam lima baris mengelilingi
poros buah. Jumlahnya beragam, yaitu 20 – 50 butir per buah.

3.3 Jenis – Jenis Tanaman Kakao

a. Jenis Criollo
Kakao jenis ini termasuk termasuk jenis yang menghasilkan biji kakao
dengan mutu terbaik sebagai kakao mulia, fine flovour cocoa, choiced
cocoa dan edel cocoa. Criollo memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Pertumbuhan tanaman kurang kuat dan produksinya relatif rendah.


2. Tunas-tunas muda umumnya berbulu.
3. Masa berbuah lambat.
4. Agak peka terhadap serangan hama dan penyakit.
5. Kulit buah tipis dan mudah diiris.
6. Terdapat 10 alur yang letaknya berselang-seling, dimana 5 alur agak
dalam dan 5 alur dangkal.
7. Ujung buah umunya berbentuk tumpul, sedikit bengkok, dan tidak
memiliki bottle neck.
8. Tiap buah berisi 30-40 biji, yang bentuknya agak bulat sampai bulat.
9. Endospermaenya berawrna putih.
10. Warna buah muda umunya merah dan bila sudah masak menjadi
orange.
11. Berjumlah lebih kurang 7% dari produksi kakao dunia dan merupakan
jenis edel yang dihasilkan di Equador, Venezuela, Trinidad, Grenada,
Jamaika, Srilangka, Indonesia dan Samoa.

b. Jenis Forastero
Kakao jenis ini umumnya termasuk kakao bermutu sedang atau bulk
cocoa atau lebih dikenal dengan ordinary cocoa. forastero memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:

9
1. Pertumbuhan tanaman kuat dan produksinya tinggi.
2. Masa berbuah lebih awal.
3. Umunya diperbanyak dengan semaian hibrida.
4. Relatif lebih tahan serangan hama dan penyakit.
5. Kulit buah agak keras tetapi permukaanya halus.
6. Alur-alur pada kulit buah agak dalam.
7. Memiliki bottle neck dan ada pula yang tidak memiliki.
8. Endospermaenya berwarna ungu-tua dan berbentuk gepeng.
9. Kulit buah berawarna hijau terutama yang berasal dari amazona
10. Jumlahnya sekitar 93% dari produksi kakao dunia dan merupakan jenis
bulk yang dihasilkan Afrika Barat, Brazil dan Dominika.

c. Jenis Trinitario
Kakao jenis ini merupakan hibrida dari jenis kakao criollo dan
forastero secara alami sehingga jenis kakao ini sangat heterogen. Trinitario
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Kakao jenis ini menghasilkan biji kakao fine flavour cocoa dan ada
yang termasuk dalam bulk cocoa.
2. Memiliki pertumbuhan yang cepat.
3. Fermentasi singkat.
4. Produktivitas tinggi.
5. Tahan penyakit vaskular streak dieback.
6. Bentuknya bermacam-macam dengan buah berwarna hijau dan merah.
7. Biji kakaonya juga bermacam-macam dengan kotiledon berwarna
unggu muda sampai unggu tua pada saat basah.

3.4 Syarat Tumbuh Kakao

a. Iklim

1. Tanaman kakao akan tumbuh optimal pada wilayah hujan tropis terutama
pada garis lintang 10º LS sampai 10º LU.
2. Tinggi tempat 0 s.d 600 meter dpl.

10
3. Curah hujan 1.500 s.d 2.500 mm/th. Suhu maksimum 20-32ºC, minimum
18-21ºC.
4. Tidak ada angin kecang terus menerus, kecepatan angin maksimum 4
m/detik.
b. Tanah

1. Kemiringan tanah kurang dari 45% dengan kedalaman tanah efektif lebih
dari 150 cm.
2. Tekstur tanah terdiri atas 50% pasir, 10 – 20% debu, 30 - 40% lempung,
atau geluh lempung pasiran atau lempung pasiran.
3. Kadar bahan organik > 3,5% atau kadar C > 2% Nisba C/N 10 - 12
Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) > 15 me/100g tanah Kejenuhan Basa >
35% pH (H2O) 4,0 – 8,5; optimum 6,0 – 7,0
4. Kadar unsur hara minimum: N 0,28%, P (Bray I) 32 ppm; K tertukar 0,50
me/100 g; Ca tertukar 5,3 me/100 g; Mg tertukar 1 me/100 g.
3.5 Hama Tanaman Kakao

1. Ulat Kilan (Hyposidea infixaria)

Ulat Kilan (Hyposidea infixaria) merupakan hama yang termasuk


dalam famili Geometridae. Hama ini menyerang pada saat tanaman berumur
sekitar 2 hingga 4 bulan, hama ini memakan daun muda tanaman kakao dan
yang menyisakan bagian tulang daunnya saja.

2. Ulat Matahari (Parasa lepida dan Ploneta diducta)

Ulat matahari merupakan hama yang menyerang pada bagian daun


muda, kuncup daun dan bunga kakao yang masih muda. Spesies ulat matahari
yang menyerang tanaman kakao yaitu Parasa lepida dan Ploneta diducta.

3. Ulat Jaran (Dasychira inclusa)

Hama yang menyerang tanaman kakao ini merupakan anggota dari


famili Limanthriidae. Hama ini memiliki bulu gatal pada bagian dorsal mirip
seperti rambut pada leher kuda. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan
melepaskan predator alami ulat ini yaitu Apanteles mendosa dan Carcelia spp
selain itu pengendalain dapat dilakukan secar kimia dengan melakukan
penyemprotan menggunakan insektisida kimia.

11
4. Kutu Putih (Pseudococcus Lilacinus)

Hama yang Kutu Putih (Pseudococcus Lilacinus) merupakan salah satu


hama yang menyerang buah muda kakao. Serangan pertama terletak pada
bagian pangkal buah dan menjalar pada bagian buah yang lain. Buah yang
terserang hama ini akan memiliki pertumbuhan yang terhambat sehingga
mengakibatkan buah kering dan mati. Pengendalian hama ini dapat dilakukan
dengan cara memangkas bagian yang terserang hama lalu membakarnya, bisa
juga dengan melepaskan predator alaminya seperti Scymus sp, semut hitam
atau parasit Coccophagus preudococci, atau bisa juga dengan menyemprotkan
bahan kimia.

5. Kakao Mot atau Lalat Buah (Acrocercops cranerella)

Hama ini merupakan anggota dari famili Lithocolletidae. Hama ini


menyerang bagian buah, terutama pada kakao yang masih muda. Buah yang
terserang hama ini akan memiliki kulit buah berwarna kuning pucat, biji tidak
mengembang dan juga lengket. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan
cara melakukan sanitasi kebun, menyelumbungi buah dengan plastik atau yang
lainnya dengan bagian bawah terbuka, melepaskan predator alami hama ini
seperti semut hitam dan juga jamur antagonis Beauveria bassiana dengan cara
disemprotkan.

6. Pengerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella)

Hama ini biasanya menyerang buah yang memiliki panjang sekitar 8


cm, buah yang terserang akan memiliki belang kuning hijau atau kuning
jingga, terdapat lubang bekas keluar larva, biji kecil saling melekat dan
berwarna hitam, saat buah di goyang maka tidak berbunyi. Pengendalian hama
ini dapat dilakukan dengan cara melakukan pemangkasan, mengatur waktu
panen, melakukan penyelumbungan buah, atau juga dapat menyemprotkan
insektisida.

7. Kepik Penghisap Buah (Helopeltis sp)

Buah kakao yang terserang hama ini akan memiliki bercak cekung dengan
warna cokelat kehitaman dan ukurannya sekitar 2 hingga 3 mm. Biasanya bercak
itu terletak pada ujung buah. Buah yang terserang hama ini kemudian akan kering

12
dan mati. Jika hama ini menyerang ranting atau pucuk daun maka daun serta
ranting akan layu, kering kemudian meranggas. Pengendalian hama ini dapat
dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida dan melepaskan predator
alaminya yaitu semut hitam.

3.6 Penyakit Tanaman Kakao

1) Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora)

Buah kakao yang terserang penyakit ini akan terdapat bercak berwarna
cokelat kehitaman dari ujung hingga pangkal buah. Pengendalian penyakit ini dapat
dilakukan dengan cara melakukan sanitasi kebun, melakukan kultur teknis, atau
dengan menyemprotkan fungisida setiap 2 minggu sekali atau juga bisa dengan
cara penggunaan klon yang tahan terhadap hama dan penyakit. Juga bisa menjadi
salah satu cara pengendalian agar terhindar dari penyakit busuk buah.

2) Penyakit Jamur Upas (Upasia salmonicolor)

Penyakit jamur ini menyerang bagian batang dan cabang tanaman kakao.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara mengoleskan pestisida pada
bagian batang atau cabang yang terserang, melakukan penyemprotan pestisida,
melakukan pemangkasan, atau dengan memangkas bagian batang atau cabang yang
terserang kemudian membakarnya.

3) Penyakit Kanker Batang Tanaman Kakao

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi cendawan Phythotora palmivora yang


penyerang bagian batang dan cabang tanaman kakao. Tanaman kakao yang
terserang penyakit ini akan memiliki bercak hitam pada bagian batang atau cabang,
kemudian bercak tersebut membusuk. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan
dengan cara menjaga kelembapan kebun.

4) Penyakit VSD (Vaskular Streak Dieback)

Penyakit pada tanaman kakao ini disebabkan oleh infeksi cendawan


Oncobasidium theobromae. Penyakit ini menyerang tanaman pada fase pembibitan
hingga produksi. Biasanya serangan penyakit ini dimulai pada bagian pucuk
ranting tanaman kakao. Apabila terserang penyakit ini maka daun kakao akan
menguning dan memiliki bercak berwarna hijau muda dan mengalami kerontokan.

13
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara melepaskan predator alami
untuk penyebab penyakit ini yaitu Trichoderma sp.

14
BAB IV
KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

4.1 Alat Dan Bahan

a. Alat
1. kamera
2. alat tulis
3. gunting pangkas
4. lembar pengamatan
5. gergaji
6. cangkul
7. sabit
8. timba
b. Bahan
1. tanaman kakao
2. pupuk Za, NPK mutiara

4.2 Pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

 Pemangkasan Bentuk
i. TBM I (dilakukan pada waktu tanaman umur 8 – 12 bulan)
a) Memangkas cabang – cabang lemah, memlihara 3 (tanaman
orthotropy), cabang kuat (tanaman plagiotrop) yang letaknya
merata ke segala arah agar pertumbuhannya seimbang.
b) Membuang tunas – tunas air mulai dari jorket sampai permukaan
tanah sehingga batang kakao bersih dari tunas air secara teratur 2-3
minggu sekali.
c) Memotong ujung cabang – cabang primer yang tumbuh terlalu
panjang.
ii. TBM II (dilakukan saat tanaman kakao berumur 18 – 24 bulan )

15
a) Membuang semua cabang sekunder yang tumbuh pada cabang
primer sepanjang 30 – 60 cm dari jorket.
b) Memotong cabang – cabang yang menggantung.
c) Mengusahakan semua daun pada tajuk mendapat sinar matahari
secara merata dengan memotong cabang – cabang yang menumpuk.
 Pemangkasan Produksi
a) Membuang tunas – tunas air yang ada di sekitar jorket kira – kira 50
– 60 cm.
b) Menghilangkan cabang – cabang yang kering.
c) Membuang cabang – cabang yang arah pertumbuhannya ke dalam
atau menggantung dan memotong cabang yang diameternya kurang
dari 2,5 cm.
d) Membuang cabang – cabang yang saling melintang, dan tumpang
tindih.
e) Memnagkas cabang dan ranting yang menyebabkan tajuk pohon
menjadi terlalu rimbun.
f) Membatasi tinggi tanaman dengan mempertahankan setinggi 3,5 m.
 Pemangkasan Pemeliharaan
a) Memangkas daun – daun agar tidak terlalu rimbun sehingga sinar
matahari bisa tersebar merata ke seluruh daun, memotong cabang
yang tumpang tindih dengan cabang tanaman kakao lainnnya.
 Pemupukan Tanaman Kakao
a) Membuat takaran pupuk yang akan diaplikasikan sesuai kebutuhan
tanaman kakao yaitu dengan dosis 500 gram/tanaman.
b) Membersihkan lahan di sekitar tanaman kakao dengan
menggunakan cangkul/sabit dengan jarak tajuk pohon (kurang lebih
1 m).
c) Membuat galian melingkari pohon sedalam kurang lebih 10 cm.
d) Menaburkan pupuk pada alur yang melingkari piringan tajuk
tanaman secara merata.
e) Menutup kembali alur pupuk tersebut dengan tanah.
f) Dosis pupuk 500 gram pupun ZA 250 gram Degnan campuran
pupuk NPK Murtiara 250 gram per tanaman.

16
 Pemanenan Buah Kakao
a) Mengetahui ciri – ciri buah kakao yang sudah siap dipanen, yaitu
warna buah kuning atau orange.
b) Memanen buah secara rutin setiap 10 – 15 hari sekali.
c) Pemecahan buah dilakukan dengan hati – hati agar tidak melukai
biji.
d) Menggunakan alat sabit dan gunting pangkas

17
18
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

No. Gambar Keterangan


1. Tunas Air (wiwilan)
a) Tunas air atau wiwilan merupakan tunas
yang baru tumbuh dan terletak pada
cabang primer dan sekunder,
b) Tujuan dilakukan pemangkasan tunas ari
yatiu agar pertumbuhan tanaman kakao
lebih produktif karena tunas yang baru
tumbuh membutuhkan nutrisi yang
banyak yang dapat menyaingi kebutuhan
nutrisi untuk pembentukan bunga dan
buah.

2. Cabang Balik

19
a) Cabang balik merupakan cabang
produksi yang tumbuh pada cabang
primer dan mempunyai arah
pertumbuhan menuju ke dalam mahkota
tajuk.
b) Pemangkasan cabang balik bertujuan
agar tidak mengganggu pertumbuhan
cabang utama dan agar tidak mengurangi
efisiensi penyerapan cadangan makanan
untuk bunga dan buah.

3. Sanitasi
a) Membersihkan areal tanaman kakao dari
gulma dan merapikan sisa pangkasan
yang menggangu.
b) Tujuan dilakukan sanitasi agar tidak
terjadi perebutan unsur hama yang dapat
mengakibatkan pertumbuhan tanaman
kakao terganggu, selain itu agar
lingkungan tumbuh, tanaman menjadi
lebih rapi, bersih dan kondusif dalam
mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.

4. Pemupukan

20
a) Pemupukan dilakukan dengan
mencampur pupuk ZA 250 gram
dengan pupuk NPK Mutiara 250 gram
dalam suatu wadah secara merata.
b) Pupuk yang telah dicampur selanjutnya
dimasukkan ke alur yang telah dibuat
dengan dosis 500 gram/tanaman.
c) Pemupukan bertujuan menambah unsur
hara didalam tanah yang dibutuhkan
oleh tanaman dan menggantikan unsur
hara yang mungkin hilang akibat
pencucian oleh air hujan.

5. Pemanenan
a) Pemanenan dengan cara melihat warna
buah kakao yang sudah matang dan
siap di panen yaitu warna orange dan
kekuningan.
b) Memanen buah kakao secara rutin 10 –
15 hari sekali.
c) Menggunakan alat sabit dan gunting
pangkas.

21
5.2 Pembahasan
Menurut Susanto (1994), biji kakao yang ada di Indonesia merupakan komoditas
ekspor luar negeri, dan sebagian kecil dari produksi biji kakao tersebut untuk kebutuhan
dalam negeri. Kakao yang diproduksi oleh perkebunan besar baik negara maupun swasta
telah memiliki mutu dan kualitas yang baik. Sedangkan kakao yang dibudidayakan oleh
rakyat masih menghasilkan produk dengan mutu dan kualitas yang kurang baik. Hal ini
disebabkan oleh kendala - kendala yang dialami oleh petani kakao. Salah satu kendala
yang dialami petani dalam membudidayakan tanaman kakao yaitu dalam aspek
pemeliharaan. Pemeliharaan yang perlu diperhatikan dalam melakukan budidaya tanaman
kakao antara lain: penanaman yang baik; pengaturan tanaman penaung; pemangkasan
kakao; hubungan antara pemangkasan kakao dengan indeks luas daun; pemupukan
tanaman kakao; pengendalian hama dan penyakit; serta mengendalikan gulma. Namun
dalam hal ini yang harus diperhatikan yaitu pemangkasan dan pemupukan tanaman kakao.
Pemangkasan penting dilakukan pada tanaman kakao. Hal ini bertujuan untuk
mengatur intensitas penyinaran matahari, membentuk kerangka dasar tanaman kakao agar

22
dapat tumbuh dengan seimbang, mengurangi resiko serangan hama dan penyakit karena
pohon yang terlalu rimbun yang dapat memicu adanya serangan hama dan penyakit,
membuang bagian tanaman yang tidak dikehendaki seperti adanya cabang kakao yang
perlu dipangkas karena keberadaanya tidak menghasilkan produksi, memicu produktivitas
tanaman kakao (pembentukan daun baru dan merangsang pembentukan buah dan bunga),
serta dapat mempermudah pemeliharaan tanaman.
Pemangkasan pada tanaman kakao terbagi menjadi 3 macam, yaitu pemangkasan
bentuk, pemangkasan pemeliharaan, pemangkasan produksi. Pemangkasan bentuk pada
praktikum kali ini dilakukan hanya pada sebagian cabang sekunder dan dilakukan pada
awal musin hujan pada tanaman TBM I sampai TBM III. Pemangkasan produksi,
dilakukan dengan tujuan untuk mempertahankan kerangka tanaman yang telah terbentuk
dengan baik, merangsang pembentukan daun baru, bunga dan buah, terhindar dari
serangna hama dan penyakit serta mengatur penyebaran daun yang produktif.
Pemangkasan pemeliharaan dilakukan dengan memangkas sebagian daun atau cabang
pada tanaman kakao yang terlalu rimbun dan tunas air. Pemangkasan produksi pada
tanaman kakao dilakukan dengan memangkas ranting – ranting yang rusak atau sakit dan
cabang cacing atau cabang yang tidak dapat tumbuh. Pemangkasan dilakukan dengan
menggunakan gergaji atau menggunakan gunting pangkas.
Pemupukan merupakan salah satu aspek yang tak kalah penting bagi tanaman
kakao. Pemupukan yang memadai perlu dilakukan untuk mengatasi adanya kemunduran
tanah yang disebabkan oleh berkurangnya kesuburan tanah, kerusakan fisik dan biologis,
serta menipisnya ketebalan tanah. Pemupukan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
menambah unsur hara tertentu didalam tanah yang tidak mencukupi bagi kebutuhan
tanaman yang dibudidayakan (Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao Indoesia, 2004). Pupuk
yang digunakan yaitu Urea SP36 dan KCI, dengan masing – masing dosis yang digunakan
yaitu 222 gram, 207 gram dan 331,8 gram. Cara pengaplikasian pupuk pada kakao yaitu
dengan membuat alur pupuk pada piringan kakao. Selanjutnya ketiga pupuk tersebut
dicampur dan diletakkan pada alur yang telah dibuat. Setelah selesai diberi pupuk piringan
alur ditutup dengan tanah guna mencargah penguapan pupuk saat cuaca panas atau
menghindari pencucian saat cuaca hujan. Pada praktikum ini kakao yang telah dipupuk
tidak perlu dilakukan penyiraman. Hal ini karena kondisi curah hujan lapangan yang tinggi
sehingga resiko pupuk tercuci tinggi.
Pemberian pupuk pada tanaman disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indoesia (2004) mengatakan bahwa pemupukan sebaiknya

23
dilakukan berdasarkan keseimbangan. Pemberian pupuk pada tanaman yang mengandung
unsur hara tertentu yang berlebihan akan menggunakan penyerapan unsur hara yang lain.
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi perolehan hasil yang maksimal dari suatu
pemupukan yaitu dosis, jenis pupuk, waktu, tempat dan cara pengaplikasiannya.

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
1. Pemangkasan kakao bertujuan agar tanaman mendapat intensitas cahaya
matahari secara optimal. Terdapat tiga pemangkasan yaitu pemangkasan
bentuk, pemeliharaan dan produksi. Cabang – cabang yang perlu
dipangkas yaitu tunas air, tunas baru, cabang mati, cabang cacing, cabing
balik dan lain lain.
2. Pemupukan merupakan kegiatan penambahan unsur hara pada tanaman.
Tujuan pemupukan yaitu untuk memperbaiki kondisi dan daya tahan
tanaman terhadap hama penyakit dan perubahan lingkungan,
mempertahankan stabilitas produksi agar berproduksi secara maksimal,
dan memnuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman. Pada kebun percobaan

24
Kaliwinin pupuk yang diberikan yaitu ZA 250 gram, NPK Mutiara 250
gram menjadi 500 gram.
3. Pemberian pupuk harus dilakukan secara seimbang agar penyerapan unsur
hara pada tanaman dapat terjadi secara merata.
4. Pemanenan dilakukan dengan cara melihat buah yang siap dipanen dan
memanen buah secara rutin mencegah agar buah tidak membusuk.

6.2 Saran
Praktik pemeliharan, pemangkasan, pemanenan dan pemupukan tanaman
kakao telah berjalan baik dan lancar, namun sebaiknya tanaman kakao yang
dipelihara dan dibuat bahan praktikum terletak pada tanah yang tidak terkena
bebatuan, karena dapat mempersulit dalam melakukan pemeliharaan (pembuatan
alur untuk pemupukan) sehingga pembuatan alur kurang maksimal.
Pemanenan secara rutin mencegah agar buah kakao tidak membusuk.
Pemupukan secara rutin meningkatkan produksi buah kakao.

DAFTAR PUSTAKA

Koko. L. 2014. Teractive Cocoa as a new fertilizer based Reactive Phosphate Rock for
cocoa productivity in Cote d’lvoire: A participatory approach to update
fertilization recommendation. Procedia Engineering. 8(3): 348 – 353.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2006. Panduan Lengkap Budi DayaKakao.
Jakarta : Agromedia Pustaka. 328.
Susanto, F.X. 1994. Tanaman Kakao Budidaya dan Pengolahan Hasil. Yogyakarta:
Kanisius.
https://iccri.net/profil-pusat-penelitian-kopi-dan-kakao indonesia/#:~:text=Pusat
%20Penelitian%20Kopi%20dan%20Kakao%20Indonesia%20(Puslitkoka)
%20merupakan%20lembaga%20riset,waktu%20itu%20bernama%20Besoekisch
%20Proefstation.
[USDA] United State Departement of Agriculture. 2018. USDA National Nutrient
Database for Standart Reference. www.nal.usda.gov/fnic/foodcomp/sea rch/
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/75463/jenis-jenis-kakao-unggulan-indonesia/
25
26

Anda mungkin juga menyukai