Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Barik, Vol. 2 No.

2, Tahun 2021, 72-81


https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/JDKV/
e-ISSN: 2747-1195

PERANCANGAN BUKU KERIS SUMENEP


SEBAGAI MEDIA PELESTARIAN WARISAN BUDAYA

Ardan Dikri Purnama1, Meirina Lani Anggapuspa, S.Sn., M.Sn.2


1
Jurusan Desain, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
ardan.17021264018@mhs.unesa.ac.id
2
Jurusan Desain, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
meirinaanggapuspa@unesa.ac.id

Abstrak
Indonesia dikenal memiliki banyak kekayaan budaya di dalamnya. Keris merupakan salah satu dari
warisan budaya yang masih eksis hingga saat ini. Sumenep merupakan kota yang terus melestarikan
keris hingga dinobatkan sebagai “Sumenep Kota Keris”. Dari penobatan ini, justru berbanding terbalik
dengan pengetahuan masyarakat tentang keris yang ada di Sumenep. Pengetahuan tentang keris yang
meliputi sejarah, kisah, dan sumber keris masih kurang begitu lengkap. Berdasarkan permasalahan
tersebut, maka dirancanglah sebuah media berupa buku untuk memberikan penjelasan mengenai keris
yang ada di Kota Sumenep. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh selanjutnya
dianalisis menggunakan reduksi data dan 5W1H, kemudian menghasilkan sebuah visualisasi konsep.
Dilanjutkan dengan penyajian desain akhir buku yang berisi informasi sejarah singkat Sumenep, awal
mula keris di Sumenep, karakteristik, Mpu yang dimiliki Sumenep beserta keris yang telah
dihasilkannya, serta visualisasi keris Mpu Kelleng dan Mpu Murkalli dalam bentuk foto (gambar) dan
infografis. Selain memberikan pengetahuan, buku ini diharapkan mampu memberi dampak pada
sektor perekonomian dan pariwisata di Sumenep. Mengingat masih banyak kekurangan dalam proses
perancangan buku yang dibuat, diharapkan terdapat perancangan lainnya yang dapat mengulas Mpu
yang dimiliki oleh Kota Sumenep, hingga karakteristik keris yang dihasilkannya.

Keywords: Buku, Keris, Sumenep, Budaya

Abstract
Indonesia is known to have a lot of cultural wealth in it. Keris is one of the cultural heritages that still
exist today. Sumenep is a city that continues to preserve the keris until it is named "Sumenep Keris
City". From this coronation, it is inversely proportional to public knowledge about the kris in
Sumenep. Knowledge of kris which includes history, stories, and sources of kris is still not complete.
Based on these problems, a media in the form of a book was designed to provide an explanation of the
kris in the city of Sumenep. This study uses qualitative research methods with data collection
techniques through observation, interviews, and documentation. The data obtained is then analyzed
using data reduction and 5W1H, then produces a visualization of the concept. Followed by the
presentation of the final design of the book which contains brief historical information on Sumenep,
the origins of the kris in Sumenep, characteristics, Mpu owned by Sumenep and the kris they have
produced, as well as visualization of Mpu Kelleng and Mpu Murkalli kris in the form of photos
(pictures) and infographics. In addition to providing knowledge, this book is expected to have an
impact on the economic and tourism sectors in Sumenep. Given that there are still many shortcomings
in the process of designing the book, it is hoped that there will be other designs that can review the
MPU owned by the city of Sumenep, to the characteristics of the keris it produces.

Keywords: Book, Keris, Sumenep, Culture

72
“Perancangan Buku Keris Sumenep Sebagai Media Pelestarian Warisan Budaya”

PENDAHULUAN tetapi dengan penobatan tersebut menjadi sedikit


Indonesia merupakan salah satu negara yang berbanding terbalik dengan pengetahuan
memiliki berbagai macam kerajaan di dalamnya masyarakat tentang keris yang ada di Sumenep.
pada masa lalu, sekitar 400 masehi sejak Penyebab ketidaktahuan masyarakat akan keris
masuknya ajaran Hindu-Buddha di Nusantara. karena tidak adanya sumber-sumber yang dapat
Pada era ini, penyebaran dan perkembangan menjadi acuan sebagai bahan pembelajaran.
ajaran Hindu-Buddha tidak lepas dengan Pengetahuan tentang keris yang meliputi sejarah,
berdirinya kerajaan-kerajaan yang ada di kisah, dan sumber keris masih kurang begitu
Nusantara. Salah satu di antaranya Kota lengkap. Bahkan hingga saat ini belum pernah
Sumenep, yang terletak di ujung timur pulau dibukukan sebelumnya. Hal ini didukung dengan
Jawa. Dahulu, Sumenep merupakan salah satu ucapan seorang tokoh keturunan kesultanan
bagian dari kerajaan Singasari dan Majapahit Sumenep, RB. Fakhrurozi yang mengatakan
yang pada saat itu dipimpin oleh Adipati Arya “Sumenep memiliki banyak anak muda yang
Wiraraja. Hingga pada akhirnya, Adipati Arya berpotensi untuk dapat melestarikan kebudayaan
Wiraraja dipindahkan ke Sumenep pada tahun keris di Sumenep, tetapi harus didukung dengan
1269 M dan memimpin dengan kedudukan edukasi seputar keris yang kuat. Sehingga
sebagai Adipati di wilayah Sumenep (Zulkarnain, diperlukan adannya bacaan atau buku terkait
2003). Dihitung dari sejak adanya kadipaten keris Sumenep sebagai literasi untuk regenerasi
hingga sekarang, Sumenep memiliki banyak selanjutnya. Mengenal dan memahami tentang
kekayaan di dalamnya. Salah satu hal yang keris terutama pada keris Sumenep menjadi poin
menarik dapat ditemukan saat memasuki Kota pokok yang penting bagi masyarakat muda
Sumenep. Terdapat replika keris yang terletak khususnya di Sumenep untuk turut membantu
pada pintu gerbangnya, dengan tulisan “Selamat dan menjaga dalam pelestarian warisan budaya
Datang di Kota Keris”. Sumenep menyandang yang dimiliki Indonesia.
sebagai Kota Keris pada tahun 2012. Berdasarkan pemaparan di atas, diperlukan
Keris di Indonesia telah menorehkan adanya sebuah media guna menunjang
pencapaian yang tinggi, tepat pada 25 November pengetahuan serta literasi seputar keris di
2005 UNESCO mengakui keris sebagai warisan Sumenep. Media yang dibuat adalah buku keris
budaya Indonesia. UNESCO menyebutnya Sumenep untuk membantu dalam melestarikan
dengan istilah “a Masterpiece of The Oral and warisan budaya. Buku dapat memuat informasi
Intangible Heritage of Humanity” (Karya agung yang lengkap mengenai sejarah dan karakteristik
lisan tak benda warisan kemanusiaan). Tak lepas keris Sumenep. Melalui media ini diharapkan
dari pengakuan ini dan branding yang dilakukan generasi penerus terutama di Kota Sumenep
pemerintah Kota Sumenep. Pada tahun 2012, mendapatkan pengetahuan terhadap keris-keris
Sumenep dinobatkan sebagai Kota Keris oleh yang ada di Sumenep dan buku ini dapat
UNESCO dengan catatan, sebagai pengrajin keris dijadikan panduan dalam belajar seputar keris
terbanyak di dunia terletak di Sumenep. Terdapat Sumenep.
sekitar 652 pengrajin pusaka warisan leluhur di Berdasarkan latar belakang yang telah
tahun 2018. dipaparkan sebelumnya, maka diperoleh rumusan
Adanya penobatan sebagai Kota Keris di masalah berupa bagaimana konsep perancangan
Sumenep, adalah tugas bagi generasi penerus buku keris Sumenep sebagai media pelestarian
untuk terus menjaga dan turut melestarikan budaya, serta bagaimana proses merancang buku
kebudayaan yang Indonesia miliki. Menurut Dr. keris Sumenep sebagai media pelestarian warisan
Hari Poerwanto dalam bukunya mengatakan, budaya. Adapun tujuan perancangannya ialah
manusia dan kebudayaan merupakan dua entitas memaparkan konsep perancangan buku keris
yang tidak dapat terpisahkan, dan manusia Sumenep dan melakukan proses perancangan
merupakan pendukung kebudayaan. Sekalipun pada buku sebagai media pelestarian warisan
manusia akan mati, tetapi kebudayaan yang budaya. Buku dipilih sebagai media utama
dimilikinya akan diwariskan untuk keturunanya, karena dirasa dapat mewadahi informasi yang
demikian seterusnya (Poerwanto, 2000). Akan lengkap dan kompleks sehingga penyampaian

73
Ardan Dikri Purnama, Jurnal Barik, Vol. 2 No. 2, Tahun 2021, 72-81

informasi dapat dilakukan secara mendalam. keris, berbagai buku tentang keris, serta jurnal
Selain itu, buku juga dapat mengembalikan dan artikel mengenai keris.
budaya membaca di kalangan masyarakat yang Teknik analisis data yang digunakan pada
semakin modern. Manfaat yang didapat dalam perancangan ini terdapat 2 teknik analisis, yaitu
perancangan ini, dapat mempelajari secara reduksi data dan 5W1H.
langsung tentang sejarah keris Sumenep, dan Pada reduksi data, data beragam yang telah
juga dapat disalurkan kembali melalui kreatifitas dikumpulkan dari lapangan, perlu dilakukan
dalam bentuk karya buku keris. Selain itu, juga pencatatan dan diteliti secara rinci. Setelah itu,
dapat menjadi media literasi yang dapat dibaca reduksi data dilakukan dengan tujuan data-data
dan menjadi media pembelajaran dan yang terkumpul tersusun rapi dan tidak
pemahaman tentang keris yang ada di Kota membingungkan saat proses perancangan.
Sumenep. 5W1H merupakan analisis yang dilakukan
Permasalahan mengenai keris pernah diteliti untuk mengetahui bagaimana perilaku sasaran
sebelumnya oleh Siswanto Ahmad Erwin dan terhadap masalah dalam perancangan ini,
Angga Wira Pratama yang menghasilkan berdasarkan data yang telah dikumpulkan,
karakteristik keris Sumenep memiliki perbedaan berikut adalah analisis menggunakan metode
dengan keris lainnya. Keris Sumenep memiliki 5W1H yaitu, What (Apa yang akan dirancang
perabot yang cenderung berukir, baik ukiran sebagai media pelestarian Keris Sumenep?), Who
sedikit maupun ukiran yang hampir memenuhi (Siapa target audience dalam upaya
seluruh permukaan hulu dan warangka keris. menginformasikan mengenai Keris Sumenep?),
Selain itu, Keris Sumenep memiliki ciri-ciri Why (Mengapa membuat buku Keris Sumenep?),
khusus terutama pada bentuk dan ragam hiasnya When (Kapan buku keris ini dapat disebarluaskan
terlihat jelas memiliki karakteristik yang indah. atau dipasarkan?), Where (Kemana buku ini akan
disebarluaskan atau dipasarkan?), How
METODE PENELITIAN (Bagaimana solusi permasalahan yang muncul
Metode penelitian ini menggunakan metode ini, Ketika masih banyak yang belum mengetahui
kualitatif. Tahapan yang dilakukan meliputi tentang Keris Sumenep?).
fenomena, rumusan masalah, pengumpulan data,
analisis data, melakukan konsep perancangan
desain, memvisualisasikan konsep desain,
kemudian desain akhir.
Metode pengumpulan data yang digunakan
meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Diagram 1. Proses Penelitian (Dokumentasi pribadi).
Di tambah dengan studi Pustaka untuk
mendukung informasi dalam perancangan
melalui buku dan internet. KERANGKA TEORETIK
Observasi dilakukan di desa Aeng Tong- Keris
Tong, Saronggi, Sumenep yang merupakan Menurut ensiklopedi budaya nasional, keris
sentra pengrajin keris di Sumenep. adalah salah satu jenis senjata tikam tradisional
Wawancara dilakukan dengan putera Indonesia. Selain tersebar hampir di seluruh
Mahkota yakni ‘RB. Fakhrurrozi’, keturunan Indonesia, budaya keris juga ditemui di negara-
langsung dari keraton ‘Gusmang’, serta beberapa negara Malaysia,Thailand, Philipina, Kamboja
masyarakat Sumenep. Pertanyaan yang diajukan dan Brunei Darussalam. Jadi, boleh dikatakan
saat wawancara mengenai keris Sumenep dimulai budaya keris dapat dijumpai di semua daerah
dari sejarah awal mula keris hingga karakteristik bekas wilayah kekuasaan kerajaan Majapahit.
yang dimilikinya. Itulah sebabnya, beberapa ahli budaya
Dokumentasi atau studi literatur pada menyebutkan, keris adalah budaya Nusantara.
perancangan ini didapat dari sumber Pustaka Keris merupakan benda seni yang meliputi
seperti, buku catatan zainal Fattah mengenai seni tempa, seni ukir dan pahat, seni bentuk, serta
seni perlambang. Bahan baku pembuatan keris
adalah besi,baja dan bahan pamor. Bahan pamor

74
“Perancangan Buku Keris Sumenep Sebagai Media Pelestarian Warisan Budaya”

ini ada dua macam. Pertama, batu meteorit atau bentuk bulat dengan garis tengah sekitar 5
batu bintang yang mengandung unsur titanium. milimeter dan meruncing sepanjang 7 cm. Pesi
Bahan pamor lainnya adalah nikel. Besi dan dibuat dengan bahan yang sama dari bilahan
pamor ditempa berulang kali, berlapis-lapis, keris. Terlihat berpamor, karena dibentuk dari
paling sedikit 64 lapisan. Umumnya, sekitar 360 bilahan keris itu juga. Kegunaan yang dimiliki
lapisan dan yang paling banyak 4264 lapisan pesi ini sebagai tempat ukiran (tangkai) keris
(Harsrinuksmo & Lumintu, 1988). (Doyodipuro, 2016).
Pada zaman sekarang pembuatan keris Gonjo, bagian bawah dari sebilah keris,
masih tetap dilakukan secara tradisional di seolah-olah sebagai dasar dari sebuah keris.
Yogyakarta, Surakarta, Madura, Lawu (Sulawesi Dalam proses pembuatan keris, Mpu memotong
Selatan), Taman Mini Indonesia Indah (Jakarta), sebagian bahan keris yang telah ditempa
Kelantan (Malaysia), dan di Bandar Sri Begawan sMpurna lengkap beserta pamornya. Potongan
(Brunei Darussalam). Keris masa kini masih itu dibuat untuk bahan membuat ‘gonjo’. Gonjo
tetap dibuat dengan menggunakan kaidah-kaidah terdapat beberapa jenis,seperti gonjo iras, gonjo
lama. Beberapa diantara para Mpu bahkan masih susulan, gonjo wulung (Doyodipuro, 2016).
tetap membaca mantra dan doa serta melakukan Bongkot, bagian bawah keris, letaknya di
puasa selama masa pembuatan kerisnya atas bagian gonjo. Pada bagian bongkot (sor-
(Harsrinuksmo & Lumintu, 1988). soran) inilah, terdapat bagian-bagian utama
Berbagai bentuk keris dari zaman adanya keris yang disebut ricikan (Doyodipuro, 2016).
kerajaan hingga sekarang telah banyak diciptakan Wadhuk atau biasa juga disebut dengan
oleh para Mpu, baik itu berbentuk lurus maupun gendok, bagian yang paling tengah dari sebuah
lekuk (luk). Dalam menentukan jenis dan motif gonjo. Bentuknya menggembung dan di bagian
sebilah keris haruslah meneliti bentuk bilahan tengah wadhuk inilah terdapat lobang tempat
keris, serta ciri khas yang terdapat pada bilahan masuknya bagian pesi (Doyodipuro, 2016).
keris itu sendiri. Ciri khas yang utama adalah Pucukan, bagian paling ujung atas dari
bentuk, bisa lurus atau lekuk (luk), kemudian sebilah keris. Ujungnya selalu runcing. Ragam
bagian bawah yang disebut sorsoran. Menurut Ki bentuk yang dimiliki bagian pucuk sebilah keris
KRHT Hudoyo Doyodipuro, Occ (2016), apa ada empat macam, yaitu ngudup gambir,
yang diciptakan oleh seorang Mpu dalam mbutut tuma, anggabah kopong dan nyujen
membabar sebilah keris adalah suatu cetusan (Doyodipuro, 2016).
daya cipta yang diwujudkan oleh entakan- Saat dilihat dari cara pembuatannya terdapat
entakan palu di atas paron atau landasan tempat 3 macam jenis keris yakni, pertama Keris
menempa, sehingga terwujudlah detail-detail Ageman, dimana keris ini lebih mementingkan
manifestasi maksud yang dipadatkan dalam keindahan bentuk lahiriah (eksoteri), yang kedua
bentuknya yang abstrak pada lempengan besi, Keris Tayuhan, dimana keris ini di dalam
baja, dan nekel (meteorik). Pemadatan kehendak pembuatannya lebih mementingkan tuah daripada
yang dirangkum dalam doa yang khusyuk keindahan garap, pemilihan bahan besi dan
seorang Mpu ahli tapabrata, maka akan pembuatan pamornya. Dan yang terakhir Keris
terlahirlah sebuah bilahan keris (Doyodipuro, Pusaka, yang mana tetap mementingkan
2016). keduanya keindahan dan tuah.
Dalam buku keris daya magis manfaat tuah Keris Nusantara memiliki berbagai macam
misteri, mengenal keris seutuhnya diperlukan ragam, hingga setiap jenis keris memiliki bentuk
penelitian seksama. Hal ini, dilakukan dengan dan karakteristik yang berbeda-beda. Di dalam
cara mencabut bilahan keris dari sarungnya, mengetahui karakteristik setiap keris perlu
kemudian dilepaskan dari mendak dan selutnya, adanya kajian pada dua aspek diantaranya, bilah
sehingga bilahan keris tadi menjadi telanjang keris dan perabot keris
bulat. Berikut bagian-bagian pada bilahan keris,
meliputi: Buku
Pesi, bagian ujung bawah pada keris yang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
tertanam di dalam tangkai keris. Memiliki (KBBI), buku adalah kumpulan kertas atau

75
Ardan Dikri Purnama, Jurnal Barik, Vol. 2 No. 2, Tahun 2021, 72-81

berbahan lainnya yang dijadikan satu dan berisi 3) Fotografi dalam buku yang ditulis oleh
tulisan atau gambar pada setiap sisi dari sebuah Sudarma, merupakan salah satu media
lembaran kertas. Pada dasarnya buku memiliki komunikasi. Media ini dapat digunakan
makna di dalamnya yang ditulis ataupun dicetak untuk menyampaikan pesan/ide kepada
dari berbagai halaman yang dijilid pada satu sisi. orang lain. Fotografi istilah dari media foto
Buku juga memiliki fungsi untuk merupakan sebuah media yang dapat
menyampaikan informasi dalam bentuk cerita, digunakan pada suatu momen atau peristiwa
pengetahuan, laporan, dan lain-lain (Rustan, penting untuk didokumentasikan (Sudarma,
2009). Dengan demikian informasi yang 2014).
disampaikan dapat menjadi literasi bagi pembaca.
Dalam buku New Book Design karya yang Budaya
ditulis oleh Roger-Fawcett Tang, ada beberapa Menurut Sidi Gazalba secara etimologis,
faktor yang harus diperhatikan saat pembuatan kata ‘kebudayaan’ berasal dari bahasa Sanskerta,
desain buku, di antaranya: buddhayah, bentuk jamak dari kata buddhi yang
Navigation, pada suatu buku, merupakan hal berarti akal atau budi. Menurut ahli budaya, kata
yang penting agar informasi yang akan budaya merupakan gabungan dari dua kata, yaitu
disampaikan ditempatkan dalam komposisi yang budi dan daya (Sedyawati, 2012).
baik, sehingga tidak menimbulkan kebingungan Serupa dengan gagasan honigmann, yang
ataupun menyesatkan para pembaca. membedakan tiga gejala kebudayaan yaitu ideas,
Structure, Isi yang ada di dalam buku activities, dan artifacts, (Koentjaraningrat, 1983)
dibentuk oleh tiga elemen desain yaitu tipografi, membedakan tiga wujud kebudayaan yang ia
grid dan image. sebut: pertama, wujud kebudayaan sebagai suatu
1) Tipografi adalah keterampilan mengatur kompleks ide, gagasan, nilai, norma, dan
bahan cetak secara baik untuk tujuan peraturan; kedua, wujud kebudayaan sebagai
tertentu seperti, mengatur tulisan, membagi- suatu kompleks aktivitas tindakan berpola oleh
bagi ruang atau spasi, dan menata huruf agar manusia dalam masyarakat; dan ketiga, wujud
pembaca memahami teks (Marrison, 2014). kebudayaan sebagai benda hasil karya manusia.
unsur readable dan legible merupakan hal Sebelum masuk ke ranah melestarikan ada
yang penting. Readable yakni tulisan atau kalanya menumbuhkan kesadaran budaya
teks yang dapat dibaca dengan mudah. terlebih dahulu. Dimana setelah ada kesadaran
Legible pembaca dapat mudah memahami budaya maka secara otomatis melestarikan
teks tulisan serta huruf dengan mudah. budaya akan tercipta sendirinya. Dikutip dari
2) Layout menurut Surianto Rustan dalam Buku Budaya Indonesia, adalah tugas kita
bukunya, ialah tata letak, pengorganisasian bersama, para guru dan para pengisi media
atau strukturisasi dari berbagai macam unsur massa, untuk meningkatkan kesadaran budaya
desain untuk membuat susunan lebih teratur dan kesadaran sejarah pada masyarakat luas.
dan tercipta hirarki yang sangat baik agar Kesadaran budaya dapat ditandai dengan
mendapatkan dampak yang kuat. Dari pertama, pengetahuan adanya berbagai
berbagai kedisiplinan desain grafis yang kebudayaan suku bangsa yang masing-masing
cukup banyak, layout merupakan prinsip mempunyai jati diri beserta keunggulannya;
yang konstan, tidak masalah apapun kedua, sikap terbuka untuk menghargai dan
projeknya kecil maupun besar, cetak berusaha memahami kebudayaan suku-suku
maupun online, teks maupun gambar, harus bangsa di luar suku bangsanya sendiri, dengan
tertata dengan baik. Dari segi objektif, kata lain, kesediaan untuk saling kenal; ketiga,
layout dapat dikatakan sebagai sifat fisik pengetahuan akan adanya berbagai riwayat
(spasi, ukuran, posisi) dan arahan dari perkembangan budaya di berbagai tahap masa
berbagai elemen desain dalam area yang silam; dan keempat, pengertian bahwa disamping
telah ditentukan sebelumnya, dan akhirnya merawat dan mengembangkan unsur-unsur
di implementasikan (Rustan, 2009). warisan budaya, kita sebagai bangsa Indonesia
yang bersatu juga sedang memperkembangkan

76
“Perancangan Buku Keris Sumenep Sebagai Media Pelestarian Warisan Budaya”

sebuah kebudayaan baru, yaitu kebudayaan rentang usia 15-50 tahun baik yang memiliki
nasional, yang dapat mengambil sumber dari ketertarikan tentang budaya ataupun belum.
manapun, yaitu dari warisan budaya sendiri Kemudian, konsep desain buku dirancang
maupun dari unsur budaya asing yang dianggap sebagai media informasi dan edukasi dalam
dapat meningkatkan harkat bangsa (Sedyawati, upaya melestarikan warisan budaya terhadap
2012). masyarakat luas. Buku keris Sumenep
kedepannya dapat disebarluaskan ketika sudah
HASIL DAN PEMBAHASAN selesai dicetak dan memang siap untuk
Observasi secara langsung dilakukan di desa diedarkan. Selanjutnya, hasil dari perancangan
Aeng Tong-Tong yang menghasilkan informasi ini akan ditaruh di perpustakaan daerah, dan juga
seputar keris yang ada di Sumenep. Pengrajin dijual di beberapa toko buku. Selain itu, buku
keris terus bertambah. Data terakhir tercatat keris Sumenep juga dapat diedarkan di sekolah
terdapat sekitar 648 pengrajin keris yang hingga dan dijadikan muatan lokal sebagai penunjang
saat ini aktif menerima pesanan di Nusantara. agar masyarakat lebih mengetahui tentang
Wawancara yang dilakukan menghasilkan budaya yang dimilikinya.
informasi bahwa keris di Sumenep awal mulanya
dimulai pada era kadipaten Sumenep di abad ke- Konsep Perancangan
13. Mpu Kelleng diyakini sebagai Mpu pertama Keris Sumenep dikenal memiliki
di Sumenep dan Mpu Murkalli atau biasa disebut karakteristik yang indah pada perabot kerisnya
dengan ‘gung macan’. maka perancangan buku keris Sumenep
Studi Pustaka yang dilakukan menghasilkan menggunakan gaya desain minimalis-infografik
informasi mengenai karakteristik keris sumenep dengan memadukan komposisi elemen gambar.
khususnya yang dibuat oleh Mpu Kelleng dan Penggunaan grid juga diperhatikan untuk
Mpu Murkalli. Keris Sumenep memiliki menyusun konten agar unsur readable dan
karakteristik yang indah. Keindahannya dapat legible terdapat di dalamnya.
terlihat pada perabot (hulu dan warangka) yang Konsep layout buku menggunakan axial
mempunyai bentuk dan ragam hias khas layout, konsep ini memiliki tata letak yang di
Sumenep-Madura yakni, hulu dunoriko, dalamnya memiliki tampilan visual yang kuat.
warangka dhang-ondhangan, dan sebagainya. Buku perancangan Keris Sumenep dalam
Berdasarkan data yang telah terkumpul, pemaparannya terdapat gambar, serta
maka reduksi data dilakukan dengan cara keterangannya.
memilah, merangkum dan mengelompokkan Warna yang digunakan adalah warna netral
data-data utama seperti, gambaran umum terkait seperti, putih, abu-abu dan coklat. Agar kesan
Keris Sumenep. Keris Sumenep merupakan warna dan gambar keris tidak kontras dan
warisan budaya tak benda dengan istilah “a tentunya membuat pembacaan lebih nyaman, dan
Masterpiece of The Oral and Intangible Heritage mampu menghadirkan daya tarik bagi setiap
of Humanity” yang berbentuk senjata tikam pada orang yang melihat buku ini saat dipajang.
zaman dahulu sebelum kemerdekaan Indonesia. Dalam teori warna menurut Brewster, warna
Selain berfungsi sebagai sebagai senjata, keris netral dihasilkan dari campuran ketiga warna
Sumenep juga mempunyai karakteristik yang dasar dalam proporsi 1:1:1. Warna netral dapat
khas. menjadi penyeimbang warna-warna kontras
Kemudian data yang telah terkumpul pada (Nugraha, 2008).
reduksi data, perlu dilakukan jawaban atas Selanjutnya buku Keris Sumenep diuraikan
pertanyaan 5W1H yang telah disebutkan di atas, dengan beberapa pesan verbal yang berisi
jawaban yang telah terkumpul, yaitu media yang informasi tentang topik utama, meliputi:
akan dirancang berupa buku tentang keris 1) Sejarah singkat Sumenep
Sumenep dengan tujuan dapat membantu dalam 2) Awal mula keris di Sumenep
pelestarian warisan budaya yang dimiliki oleh 3) Keris Sumenep
Indonesia. Target audience dari hasil 4) Mpu yang dimiliki Sumenep
perancangan ini ialah masyarakat umum dengan 5) Keris yang telah dihasilkan

77
Ardan Dikri Purnama, Jurnal Barik, Vol. 2 No. 2, Tahun 2021, 72-81

6) Gambar keris
Kemudian jenis huruf yang akan diterapkan
pada buku berjenis serif dan san serif. Untuk
judul buku menggunakan font Playfair Display
karena memiliki kesan yang sederhana dan
elegan. Sementara pada isi konten menggunakan
jenis san serif dengan font roboto karena
memiliki tingkat keterbacaan yang jelas.

Gambar 3. Tight Tissue desain buku Keris Sumenep


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Selanjutnya pada proses fotografi dilakukan


pemotretan pada keris-keris yang ada di Sumenep
Gambar 1. Font Roboto dan Playfair Display
khusunya keris buatan Mpu Kelleng dan Mpu
(Sumber: Dokumen Pribadi) Murkalli. Gambar yang telah dihasilkan diolah
kembali menggunakan Adobe Photoshop untuk
Adapun visualisasi yang ditampilkan ialah diretouch agar gambar menjadi lebih baik lagi.
gambar keris mengenai:
1) Keris Mpu Kelleng
2) Keris Mpu Murkalli

Proses Perancangan
Pada proses perancangan terdapat tiga tahap
di dalamnya, yaitu thumbnail, tight tissue, dan
prototype. Pada tahap thumbnail terdapat sketsa
layout, dan komposisi fotografi menggunakan Gambar 4. Gambar keris Sumenep
rule of thirds untuk menampilkan gambar keris. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Setelah tahap tight tissue, selanjutnya


dilakukan prototyping buku dengan maksud
mengetahui bagaimana bentuk perwujudan buku
sebelum dicetak.

Gambar 2. Thumbnail Layout


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Kemudian pada proses tight tissue dilakukan


penyempurnaan serta pewarnaan menggunakan
Adobe Illustrator, dan dilanjutkan dengan
menyusun teks. Gambar 5. Prototyping buku Keris Sumenep
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

78
“Perancangan Buku Keris Sumenep Sebagai Media Pelestarian Warisan Budaya”

Hasil Perancangan yang terdapat di sisi kiri memberikan pandangan


Buku Keris Sumenep menghasilkan bagaimana proses pembuatan keris dilakukan.
rancangan dengan gaya desain minimalis-
infografik yang memadukan elemen gambar di
dalamnya. Buku ini disajikan dalam bentuk cetak
dengan ukuran B5 (17,6 cm x 25 cm), dicetak
dengan jumlah 42 halaman termasuk sampul
depan dan belakang. Jenis kertas yang digunakan
pada isi konten art paper 150gsm dan untuk
cover 410gsm. Selanjutnya untuk finishing
dilakukan jilid hard cover dan laminasi doff.

Gambar 8. Awal mula keris di Sumenep


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Selanjutnya terdapat penjelasan tentang


perabot keris, yaitu hulu dan warangka.
Penjelasan yang sederhana dengan tambahan
elemen visual berupa ilustrasi ukiran pada hulu
menambah detail dari bentuk hulu itu sendiri.
Gambar 6. Visualisasi cover dan finishing buku Keris
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Halaman pertama pada buku keris Sumenep


disajikan elemen visual berupa gambar Sultan
Abdurrahman, yang merupakan adipati terakhir
Sumenep. Halaman pertama membahas tentang
sejarah singkat Sumenep.

Gambar 9. Hulu dan Warangka


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Kemudian terdapat penjelasan karakteristik


keris Sumenep. Dilengkapi dengan elemen visual
berupa gambar keris untuk menambah kesan
perwujudan dari keris Sumenep.

Gambar 7. Sejarah singkat Sumenep


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Di bawah adalah halaman yang menjelaskan


awal mula keris di Sumenep. Elemen gambar

79
Ardan Dikri Purnama, Jurnal Barik, Vol. 2 No. 2, Tahun 2021, 72-81

menunjang pengetahuan masyarakat dan tentunya


sebagai media pelestarian warisan budaya yang
dimiliki oleh Indonesia. Selain itu juga dapat
menjadi media edukasi ke lingkup yang luas
dengan memanfaatkan perkembangan industri
kreatif dan media.
Proses perancangan buku dilakukan dalam
beberapa tahap, yaitu fenomena, rumusan
masalah, pengumpulan data, analisis data,
menyusun konsep perancangan desain,
memvisualisasikan konsep desain melalui
beberapa tahapan thumbnail, tight tissue, dan
Gambar 10. Karakteristik keris Sumenep prototype, kemudian desain akhir berupa buku
(Sumber: Dokumentasi Pribadi) yang nantinya akan dicetak.
Konten buku keris berisi informasi tentang
Di bawah adalah gambar keris yang telah sejarah singkat Sumenep, awal mula keris di
dihasilkan oleh Mpu Murkalli, salah satu Mpu Sumenep, karakteristik keris Sumenep, Mpu
yang berasal dari Sumenep. Keris yang yang dimiliki Sumenep dan keris yang telah
dihasilkan memiliki dihasilkannya, dan beberapa visualisasi dari
potret gambar keris Mpu Kelleng dan Mpu
Murkalli. Diharapkan dengan upaya ini, selain
bisa memberikan pengetahuan tetapi juga bisa
berdampak pada sektor perekonomian dan
pariwisata di Sumenep. Sehingga dapat menjadi
pelangi dengan keberagaman pariwisata yang
telah ada sebelumnya dan menjadikan Kota
Sumenep memang sangat layak menyandang
“Kota Keris”.
Mengingat masih banyak kekurangan dalam
proses perancangan buku yang dibuat ini,
kedepannya diharapkan terdapat perancangan-
perancangan lainnya yang dapat mengulas Mpu-
Mpu yang dimiliki oleh Kota Sumenep, hingga
Gambar 10. Karakteristik keris Sumenep karakteristik keris yang dihasilkannya.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

REFERENSI
SIMPULAN DAN SARAN
Sumenep pada saat ini menyandang julukan
Borner, K. (2018). Data visualization literacy:
sebagai “Sumenep Kota Keris” di Indonesia.
Definitions, conceptual frameworks,
Perkembangan keris di Sumenep sejak masa
exercise, and assessments, University of
kerajaan Majapahit hingga sekarang tetap
Technology, Germany. Germany:
berlangsung dan dilestarikan oleh warga sekitar.
University of Technology.
Ini merupakan sebuah penghargaan yang patut
Doyodipuro, H. (2016). Keris Daya Magis
dibanggakan dan tentunya perlu didukung oleh
Manfaat Tuah Misteri. Semarang:
seluruh masyarakat Sumenep. Namun dalam
Dahara Prize.
perkembangannya, masih banyak masyarakat
Harsrinuksmo, B., & Lumintu, S. (1988).
yang belum mengetahui bagaimana keris yang
Ensiklopedia Budaya Nasional. Jakarta:
dimiliki Sumenep, dikarenakan kurang adanya
Cipta Adi Pustaka.
media yang membahas tentang keris di Sumenep.
Dengan hal ini, tentunya diperlukan adanya
usaha untuk membuat sebuah media untuk

80
“Perancangan Buku Keris Sumenep Sebagai Media Pelestarian Warisan Budaya”

Koentjaraningrat. (1983). Pengantar Ilmu


Antropologi. Jakarta: Aksara Baru
Jakarta.
Kriyantono, R. (2006). Teknis Praktis Riset
Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Marrison, S. (2014). DosenPendidikan. Retrieved
from
https://www.dosenpendidikan.co.id/tipog
rafi-adalah/
Nugraha, A. (2008). Pengembangan
Pembelajaran Sains pada Anak Usia
Dini. Bandung: JILSI Foundation.
Poerwanto, H. (2000). Kebudayaan dan
Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Rustan, S. (2009). Layout-Dasar &
Penerapannya. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Sedyawati, E. (2012). Budaya Indonesia Kajian
Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Jakarta:
Kharisma Putra Utama Offset.
Serafini, F. (2010). Reading Multimodal Texts:
Perceptual, Structural and Ideological
Perspectives. Original Paper, 85-104.
Sidhartani, S. (2016). Literasi Visual Sebagai
Dasar Pemaknaan Dalam Apresiasi Dan
Proses Kreasi Visual. Jurnal Desain,
155-163.
Siswanto, A. E., & Murwandani, N. G. (2015).
Karakteristik Keris Sumenep Koleksi
Moch. Manshur Hidayat. Jurnal
Pendidikan Seni Rupa, 120-126.
Soewardikoen, D. W. (2019). Metodologi
Penelitian DKV. Yogyakarta: PT
Kanisius.
Sudarma, I. K. (2014). Fotografi. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Zulkarnain, I. (2003). Sejarah Sumenep.
Sumenep: Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kota Sumenep.

81

Anda mungkin juga menyukai