Anda di halaman 1dari 19

PERKEMBANGAN AKSARA PERADABAN KUNO DI NUSANTARA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Desain

Dosen Pengampu :
Dr/ Nanang Ganda Prawira M.Sn serta Aditya Aditama Putri Hk, M.Pd.

Disusun oleh :

Amara Hayrani Himawan 2203500

Crisya Yolanda Anjani Tarigan 2205105

Fajar Januardi 2200300

Muhammad Nur Fakhri Yasya 2200372

Salsabilla Saniah Dewi 2200284

Zaidan 2201537

DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................... 1
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................................... 2
BAB I................................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN............................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................................................3
1.3 Rumusan Masalah..................................................................................................................... 4
1.2 Tujuan Penelitian...................................................................................................................... 5
BAB II................................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN................................................................................................................................. 6
2.1 Tinjauan Pustaka....................................................................................................................... 6
A. Pengertian Aksara................................................................................................................ 6
B. Pengertian Kuno..................................................................................................................6
C. Pengertian Nusantara........................................................................................................... 7
2.2 Isi.............................................................................................................................................. 8
A. Sejarah munculnya aksara di Nusantara...............................................................................8
B. Perkembangan aksara di Nusantara.....................................................................................9
C. Aksara Nusantara dan kepunahan......................................................................................13
BAB III............................................................................................................................................ 16
KESIMPULAN................................................................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................ 17

1
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Aksara Purba........................................................................................................................ 4
Gambar 2 Aksara Palawa...................................................................................................................... 9
Gambar 3 Aksara Kawi......................................................................................................................... 9
Gambar 4 Aksara Bali........................................................................................................................... 9
Gambar 5 - 7 Prasasti Yupa................................................................................................................. 10
Gambar 6 Prasasti Sansekerta.............................................................................................................. 11

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) manusia adalah makhluk yang berakal
budi/mampu menguasai makhluk lain, sejatinya Manusia merupakan makhluk monodualistis
yang artinya selain sebagai makhluk individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial di
mana manusia hidup berdampingan dan saling membutuhkan dengan manusia lainnya. Sebagai
makhluk sosial manusia tidak akan mampu untuk menjalankan kehidupannya sendiri tanpa
bantuan dari manusia lain, agar dapat bergantung dan saling membantu manusia perlu melakukan
komunikasi. Manusia berkesempatan berpikir lebih jauh, ia dapat berusaha lebih lanjut guna
memenuhi kebutuhan hidupnya, baik mengenai yang langsung maupun yang tidak langsung
berhubungan dengan usahanya mempertahankan hidupnya. Nafsu dan hasrat manusia semakin
dapat berkembang, sebaliknya menimbulkan ciptaan-ciptaan
baru lagi. (Soekmono, 1990, 9).1
Kembali pada zaman prasejarah, komunikasi telah
menjadi bagian penting dari kehidupan sosial dan budaya
manusia. Komunikasi membantu manusia untuk berinteraksi,
membangun hubungan sosial, bertukar kemampuan dan
keinginan, serta pemahaman atas satu sama lain. Sejak
zaman prasejarah manusia telah berusaha mengenbangkan
cara untuk berkomunikasi satu sama lain, Paleolitikum Gambar 1 Aksara Purba
(berasal dari bahasa Yunani palaios yang berarti ‘tua’ dan
lithos yang berarti ‘batu’) adalah periode yang pertama dan terpanjang. Paleolitikum bertahan
dari tahun 1,500,000 SM hingga 8000 SM. Pada periode Paleolitikum (35.000-4000 SM),
manusia prasejarah di Eropa dan Afrika melukis di dinding gua. Salah satu yang terkenal adalah
lukisan gua di Lascaux, Perancis Selatan. Di Indonesia, lukisan-lukisan gua ditemukan di situs
Marang (Gua Tewet) Kalimantan Timur (diperkirakan dibuat tahun 10.000 SM), di Papua, dsb.
(Putri, n.d., 1). 2
Lukisan-lukisan prasejarah ini menjadi cikal bakal dari perkembangan aksara dan sistem
penulisan yang lebih maju di masa depan, manusia dari tiap-tiap zaman dan tempat di dunia
mengembangkan peradabannya yang dapat terlihat dari peninggalan budaya, bahasa, juga bahasa.

1Soekmono, R. (1990). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1 (2nd ed.). Kanisius, 9.


2Putri, A. A. (n.d.). PERKEMBANGAN TULISAN & PERADABAN YANG MENAUNGINYA.
https://drive.google.com/file/d/1JFx5UcViL_V1aN_-UTlCPoLXoCQGJFWi/view?usp=drive_web&authuser=0

3
Hal ini juga terjadi di Nusantara, kata Nusantara merupakan istilah untuk bangsa Indonesia yang
sudah ada sebelum era modern. Menurut Hasan (2016, 125) Pengertian Nusantara berasal dari
bahasa jawa kuno, yaitu Nusa berarti pulau dan antara berarti hubungan, jadi Nusantara berarti
rangkaian pulau-pulau Indonesia. Sebuah negara kepulauan.3
Perkembangan aksara di Nusantara dapat dibagi menjadi tiga periode, yaitu periode
prasejarah, periode Hindu-Buddha, dan periode Islam. Pada periode prasejarah, aksara yang
digunakan masih sangat sederhana dan belum berkembang dengan pesat. Namun, pada periode
Hindu-Buddha, aksara berkembang pesat dan banyak menggunakan huruf-huruf Sansekerta,
seperti pada aksara Pallawa, Kawi, dan Jawa Kuno. Hal ini disebabkan oleh pengaruh agama
Hindu dan Buddha yang masuk ke Nusantara pada masa itu. Pada periode Islam, pengaruh agama
dan budaya Islam membawa aksara Arab ke Nusantara. Aksara Arab kemudian berkembang
menjadi aksara Pegon yang digunakan di Jawa dan aksara Jawi yang digunakan di wilayah
Melayu. Selain itu, muncul pula aksara Sunda yang digunakan di Jawa Barat.
Namun seiring berkembangnya zaman dan teknologi terdapat banyak tantangan dalam
perkembangan aksara-aksara Nusantara ini, salah satunya dalam pelestarian, pengajaran, dan
penggunaan aksara. Ini juga menjadi acuan untuk mengetahui bagaimana proses masuk dan
berkembangnya aksara di Nusantara, dan aksara apa saja yang sudah atau akan punah seiring
berkembangnya zaman melihat bahwa saat ini Indonesia sudah menggunakan huruf latin dan
Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi.
Berdasarkan uraian masalah diatas penulis ingin mengkaji aksara di Nusantara dengan
“Perkembangan Aksara Peradaban Kuno di Nusantara” sebagai pembahasan juga batasan
masalah dalam penelitian makalah ini.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses munculnya aksara di Nusantara?
2. Mengapa aksara dapat berkembang di Nusantara?
3. Apa saja aksara Nusantara yang hampir punah?

1.2 Tujuan Penelitian


Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian atas makalah yang peneliti buat
yaitu diantaranya:

1. Untuk menjelaskan proses munculnya aksara di Nusantara.

3 Hasan, Y. (2016, Agustus). TINJAUAN SEJARAH TERHADAP PENETAPAN PULAU-PULAU DI INDONESIA.


JURNAL CRIKSETRA, 5, 125.

4
2. Untuk mengetahui mengapa aksara dapat berkembang di Nusantara.
3. Untuk mengetahui jenis aksara Nusantara yang hampir punah.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka

A. Pengertian Aksara
Indonesia memiliki beragam artefak, salah satunya aksara merupakan benda kuno
yang berupa simbol atau tulisan, aksara atau aksara tradisional yang berbeda-beda. Dari
beberapa aksara-aksara yang hilang dari penggunaan dalam masyarakat dihidupkan kembali,
ada yang dikembangkan oleh masyarakat dan ada yang diajarkan di sekolah. Bukti tertua
keberadaan manuskrip di Nusantara adalah tujuh yupa (balok batu yang digunakan untuk
mengikat sapi) dengan prasasti tentang upacara Waprakeswara Mulawarmman, Raja Kutayo,
Kalimantan Timur. (MEDINFO, 2022)
Aksara Yupa-yupa menggunakan aksara Pallava dan bahasa Sansekerta. Berdasarkan
pemeriksaan terhadap bentuk prasasti Yupa Pallawa, para ahli menyimpulkan bahwa Yupa-
yup dibuat sekitar abad ke-4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tulisan adalah
sistem tanda grafis yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Tanda juga mewakili
bahasa. Selain itu, aksara adalah sistem tanda grafis tertentu, misalnya tulisan Pallawa dan
Inca.
Secara definisi, naskah dapat diartikan sebagai sistem simbol visual yang dicetak di
atas kertas atau media lain (batu, kayu, kain, dll.) Untuk mengekspresikan unsur-unsur
ekspresif dalam bahasa. Istilah lain dari menulis adalah sistem tulisan (CAHYADI, 2019).
Alfabet dan alfabet adalah istilah yang berbeda karena merupakan jenis tulisan berdasarkan
klasifikasi fungsional.
‘Unsur-unsur minor naskah pada aksara biasanya meliputi Grafeme, huruf, diakritik,
tanda baca, dll. Berbagai pulpen dan alat tulis digunakan untuk menulis aksara Nusantara.
Alat tulis untuk menulis adalah batu, kayu, tanduk binatang, lempengan emas, lempengan
perak, lempengan tembaga dan lempengan perunggu; Tulisan dibuat dengan pena berbentuk
pahat. Naskah yang digunakan untuk menulis naskah biasanya berupa daun lontar, daun
nipah, daun kelapa, bilah bambu, kulit kayu, kertas lokal, kertas impor, dan kain; Menulis
dilakukan dengan pulpen berupa pisau atau pulpen dan tinta.’

6
B. Pengertian Kuno
Kuno merupakan warisan dari sebuah peradaban manusia yang terakumulasi dari
sebuah budaya kehidupan masyarakat masa lalu yang isinya mengacu kepada sifatsifat
historis, didaktis, religius, dan belletri. Kuno yang dimaksud adalah yang mengandung nilai-
nilai yang menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat sebagai gambaran kehidupan
manusia pada masa silam serta kebudayaannya. Nilai-nilai ini merupakan informasi kepada
kita tentang bagaimana mereka hidup, pekerjaan sehari-hari, apa yang dirasakan dan
bagaimana sikap hidup mereka.
Dari kata kuno ini menyiratkan tentang informasi yang lampau, karena kuno memiliki
nilai informasi yang sangat berharga baik ditinjau dari aspek sejarah naskah tersebut maupun
kandungan informasi yang termuat di dalamnya. Kuno merupakan rangkaian peristiwa-
peristiwa masa lampau mulai dari permulaan pencatatan sejarah umat manusia sampai
dengan Permulaan Zaman Pertengahan atau Zaman Pasca Klasik. Sejarah tertulis meliputi
kurun waktu sekitar 5.000 tahun, bermula dengan Aksara Paku Sumeria, tata cara tulis-
menulis koheren tertua yang ditemukan dari kurun waktu Proto Melek-Aksara sekitar abad
ke-30 SM.
Istilah Zaman Klasik sering kali digunakan sebagai sebutan bagi kurun waktu dalam
sejarah Dunia Lama mulai dari permulaan pencatatan sejarah Yunani pada 776 SM
(Olimpiade Pertama), kira-kira bersamaan waktu dengan pendirian kota Roma pada 753 SM,
permulaan sejarah Romawi Kuno, dan permulaan Zaman Arkais dalam sejarah Yunani Kuno.
Meskipun batas akhir kurun waktu sejarah kuno masih diperdebatkan, sebagian pakar Barat
menggunakan Keruntuhan Kekaisaran Romawi Barat pada 476 M (paling banyak
digunakan), penutupan Akademi Plato pada 529 M, mangkatnya Kaisar Yustinianus I pada
565 M, datangnya Islam atau bangkitnya Karel Agung sebagai penghujung kurun waktu
sejarah kuno dan Eropa Klasik. (Primadesi, 2010)

C. Pengertian Nusantara
Diyakini bahwa sebelum adanya huruf Arab dan Latin, aksara yang digunakan di Asia
Tenggara saat ini (tidak termasuk Vietnam dan beberapa bagian dari populasi Cina selatan)
sebagian besar dipengaruhi oleh orang India. Hal ini juga terjadi di nusantara. Para sarjana
(lokal dan asing) hampir selalu berpendapat sama bahwa tulisan-tulisan ada di Nusantara
sebagai hasil perkembangan unsur-unsur dari India (Hindu-Buddha) yang datang dan
menetap serta melanjutkan kehidupannya dengan kawin campur dengan penduduk setempat.

7
Diyakini bahwa budaya India hanya datang ke nusantara atas peran para intelektual
Nusantara yang berpartisipasi dalam kancah politik internasional, namun bukan berarti
masyarakat Indonesia saat itu tidak mengenal tulisan sebagai alat. interaksi sosial dengan
bangsa lain. Bentuk tulisan yang penting pada saat itu sebenarnya adalah hasil kreativitas
intelektual lokal yang secara selektif menemukan unsur-unsur asing dari aliran yang berbeda,
yang berujung pada konsensus tentang jenis dan bentuk tulisan. sesuai dengan kondisi
kawasan budaya.
Selama proses inovasi, penduduk pulau mencapai kesiapan mental, sehingga ketika
datang inovasi asing (asing), terutama dari India, penduduk pulau dapat segera berasimilasi
dan beradaptasi, secara alami melalui pengetahuan budaya lokal. dan pengalaman (Damais
1952; 1955). Indonesia memiliki ragam aksara atau tulisan tradisional. Aksara-aksara ini
merupakan turunan dari aksara Brahmi dan digunakan masyarakat Indonesia sebelum
kemerdekaan, terutama sebelum aksara Latin digunakan secara luas.

2.2 Isi
A. Sejarah munculnya aksara di Nusantara
Aksara pertama yang digunakan di Indonesia diperkirakan muncul pada abad ke-5
hingga ke-4 SM, dan dikenal sebagai aksara Brahmi. Aksara ini digunakan oleh Kerajaan
Kutai di Kalimantan Timur dalam penggunaan prasasti batu.
Selain itu, ditemukan pula prasasti beraksara Pallawa yang berasal dari abad ke-4
Masehi yang ditemukan di Jambi, Sumatra. Prasasti ini menunjukkan penggunaan aksara
Pallawa di Nusantara pada masa tersebut.
Setelah aksara Pallawa, pada abad ke-8 hingga ke-
10 di pulau Jawa muncul sebuah bahasa dengan masuknya
bahasa Sanskerta di pulau Jawa yang dipadukan dengan
bahasa Jawa, terciptalah sebuah bahasa yang disebut
dengan bahasa Kawi atau bahasa Jawa Kuno. (Yuraini, D.
Bhattacarya, 2020).

Gambar 2 Aksara Palawa

Aksara Kawi digunakan oleh Kerajaan Medang


di Jawa Tengah untuk menulis prasasti dan naskah kuno seperti Kakawin Ramayana dan
Kakawin Arjunawiwaha. Aksara Kawi kemudian berkembang menjadi aksara Jawa dan Bali.
Aksara Jawa digunakan di Pulau Jawa sejak abad ke-10 hingga sekarang, sementara aksara
Bali digunakan di Bali sejak abad ke-10 hingga sekarang juga.
Setelah
Gambar 3 Aksara Kawi
aksara Kawi,
terdapat pengembangan lebih lanjut pada aksara Jawa

Gambar 4 Aksara Bali


dan aksara Bali. Aksara Jawa berkembang pada abad ke-10 dari aksara Kawi dan digunakan
oleh Kerajaan Medang. Aksara ini kemudian mengalami perkembangan dan modifikasi
dalam bentuk aksara Jawa Kuno, aksara Jawa Madya, dan aksara Jawa Baru. Aksara Jawa
saat ini masih digunakan di Pulau Jawa.
Aksara Bali juga berasal dari aksara Kawi dan berkembang pada abad ke-10 di Bali.
Aksara ini kemudian mengalami pengembangan dan modifikasi dalam bentuk aksara Bali
Kuno, aksara Bali Madya, dan aksara Bali Baru. Aksara Bali masih digunakan di Bali hingga
saat ini.

B. Perkembangan aksara di Nusantara


Menurut Fitriani (2015) bukti tertua
mengenai keberadaan Aksara Nusantara yaitu
berupa tujuh buah yupa (tiang batu untuk
menambatkan tali pengikat sapi) yang bertuliskan
prasasti mengenai upacara waprakeswara yang
diadakan oleh Mulawarman, Raja Kutai di daerah
Kalimantan Timur. Tulisan pada yupa-yupa
Gambar 5 - 7 Prasasti Yupa
tersebut menggunakan Aksara Pallawa dan
Bahasa Sanskrta. Berdasarkan tinjauan pada bentuk huruf Aksara Pallawa pada yupa, para
ahli menyimpulkan bahwa yupa-yupa tersebut dibuat pada sekitar abad IV.
Dapat disimpulkan sejak abad IV itulah Bangsa Indonesia telah mengenal bahasa tulis
yang terus berkembang mengikuti perkembangan bahasa lisan. Perkembangan ini dimulai
terutama sejak bahasa daerah (misalnya Bahasa Melayu Kuno dan Bahasa Jawa Kuno) juga
dituangkan dalam bentuk tulisan selain dari Bahasa Sanskrta yang pada masa sebelumnya
merupakan satu-satunya bahasa yang lazim dituliskan. Sejak abad XV Aksara Nusantara
berkembang pesat dengan ditandai beraneka-ragamnya aksara untuk menuliskan berbagai
bahasa daerah hingga kemudian peranannya mulai tergeser oleh Abjad Arab dan Alfabet
Latin.

9
Gambar 6 Prasasti
Sansekerta

Gambar 6 Prasasti Aksara Gambar 8 Prasati Sansekerta


Kedukan Bukit Melayu Kuno

Sebagaimana halnya dengan identitas budaya lokal di


Gambar 6 Prasasti Aksara
Kedukan Bukit Melayu Kuno Nusantara, pada masa kini Aksara Nusantara merupakan
salah satu warisan budaya yang nyaris punah. Oleh karena itu, beberapa pemerintah daerah
yang merasa tergugah untuk menjaga kelestarian budaya tersebut membuat peraturan-
peraturan khusus mengenai pelestarian aksara daerah masing-masing. Latar belakang inilah
yang akhirnya antara lain menjadi dasar munculnya Aksara Sunda Baku pada tahun 1996.
Hampir semua aksara daerah di Indonesia merupakan turunan Aksara Pallawa yang
berasal dari daerah India Selatan. Aksara Jawi, Akara Pegon, dan Aksara Bilang-bilang
merupakan turunan Abjad Arab; sedangkan Aksara Nagari berasal dari daerah India Utara.
Baik Aksara Pallawa maupun Aksara Nagari adalah turunan dari Aksara Brahmi yang
merupakan induk semua aksara di Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Istilah Aksara Nusantara juga bisa
digunakan untuk merangkum aksara-aksara yang
digunakan dan berkembang di Kepulauan
Filipina. Hampir semua aksara daerah di Filipina
Gambar 9 Aksara Tagbanwa
merupakan turunan Aksara Kawi (Aksara Jawa
Kuno). Aksara-aksara ini meliputi Aksara Baybayin, Aksara Tagbanwa, Aksara Buhid,
Aksara Hanunó'o, dan Aksara Kapampangan. Sedangkan Aksara Eskaya merupakan hasil
budaya asli Bangsa Filipina.
Beberapa aksara daerah dinamai menurut susunan huruf-hurufnya atau menurut nama
abecedarium aksara tersebut. Demikianlah maka Aksara Jawa Baru dan Aksara Bali disebut
Aksara Hanacaraka; sedangkan Aksara Rejang, Aksara Kerinci, Aksara Lampung, dan

10
Aksara Sunda Baku disebut juga Aksara Kaganga mengikuti abecedarium Aksara Pallawa :
ka kha ga gha nga.
Silsilah Bahasa Nusantara:
Zaman Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha
Aksara yang berkembang pada zaman kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha pada umumnya
digunakan untuk menuliskan Bahasa Sansekerta atau bahasa daerah yang sangat terpengaruh
Bahasa Sansekerta. Dalam buku Palaeography: A History of Writing in Indonesia from the
Beginnings, De Casparis membagi perkembangan paleografi itu dalam lima bagian sebagai
berikut.
1. Aksara-aksara di Indonesia sebelum pertengahan abad kedelapan.
● Aksara Palawa Awal (Early Pallava script).
● Aksara Palawa Akhir (Later Pallava script)
2. Aksara Kawi Awal (Early Kawi Script), c. 750-925.
● Fase Arkaik (Archaic phase).
● Bentuk Standar Kawi Awal (Standard form of Early Kawi).
● Perkembangan aksara Nagari Awal (Early Nāgarī ).
3. Aksara Kawi Muda/Akhir (Later Kawi script), c. 925-1250.
4. Aksara-aksara Jawa dan daerah pada periode Majapahit (c. 1250-1450)
5. Aksara-aksara di Indonesia dari pertengahan abad lima belas – tulisan-tulisan asing.
Meliputi:
● Prasasti-prasasti dari paruh kedua dari abad kelimabelas,
● Prasasti-prasasti dari Jawa Tengah,
● Aksara Tamil,
● Aksara Arab.

Zaman Kerajaan-kerajaan Islam


Aksara yang berkembang pada zaman kerajaan-kerajaan Islam di antaranya memiliki
huruf untuk menuliskan bunyi dalam Bahasa Arab yang tidak terdapat dalam bahasa daerah
(misalnya Aksara Jawa dan Aksara Bali) ataupun sistem vokalnya mengikuti sistem vokal
Abjad Arab yang hanya mengenal tiga bunyi vokal (misalnya Aksara Kerinci dan Aksara
Buhid).
● Aksara Batak (Surat Batak)
● Aksara Rejang
● Aksara Kerinci (Surat Incung)

11
● Aksara Lampung (Had Lappung)
● Aksara Jawa (Aksara Jawa Baru / Hanacaraka)
● Aksara Bali
● Aksara Lontara
● Aksara Baybayin (Aksara Tagalog)
● Aksara Tagbanwa
● Aksara Buhid
● Aksara Hanunó'o
● Aksara Kapampangan
● Aksara Eskaya

Dari berbagai tempat di Indonesia telah ditemukan berbagai jenis prasasti yang
dipahatkan atau digoreskan aksara arab pada berbagai bentuk peninggalan. Ada yang
dipahatkan pada batu nisan, pada lempengan logam, mata uang, cap atau meterai, meriam,
dan benda-benda lainnya.
Bersamaan dengan masa perkembangan Aksara Kawi Akhir di Jawa Timur, khususnya
di daerah Gresik, berkembang pula penggunaan Aksara Arab. Di Pemakaman Leran, dekat
Gresik, ditemukan sebuah nisan kubur berprasasti yang ditulis dengan Aksara Arab Kufik.
Dari berbagai kesultanan di Indonesia, seperti dari Aceh, Banten, dan Mataram terdapat
pula prasasti yang dituliskan pada mata uang. Dari Aceh diperoleh mata uang dirham emas
yang bertuliskan nama Sultan Muhammad (1297-1326) dengan Aksara Arab.
Sejumlah meriam dari berbagai kesultanan di Indonesia didapati ada yang berprasasti.
Sebagai contoh dapat disebutkan prasasti yang terdapat pada meriam Ki Amuk yang kini ada
di bekas Ibu Kota Kesultanan Banten. Prasastinya dibuat dalam bentuk tiga buah medalion
yang ditulis dalam bentuk kaligrafi. Sejumlah meriam peninggalan dari masa Kesultanan
Mataram di Jawa Tengah ada pula yang berprasasti yang dituliskan dengan Aksara Jawa.
Sejumlah prasasti beraksara Arab yang biasanya dipahatkan pada papan kayu atau balok
ditemukan pula pada mesjid-mesjid kuna seperti di Mesjid Kudus, yang memperingati saat
pendiriannya, tanggal 28 Rajab tahun 956 H (22 Agustus 1549).
Dari Kesultanan Riau-Lingga diperoleh sebuah prasasti berbahasa Melayu beraksara
Arab yang dituliskan pada artefak berupa kipas berbentuk gunungan (jogan) yang terbuat dari
emas dengan tangkai perak.

Zaman Modern

12
Aksara daerah yang berkembang pada zaman modern memiliki huruf untuk menuliskan
bunyi dalam Bahasa Arab (misalnya f dan z) dan Bahasa Latin (misalnya x dan v) yang tidak
terdapat dalam bahasa daerah.
● Aksara Sunda Baku
Seiring perubahan zaman, budaya, dan bahasa masyarakat penggunanya, suatu
aksara dapat mengalami perubahan jumlah huruf, bentuk huruf maupun bunyinya,
walaupun tetap saja dianggap sebagai bagian dari aksara induknya; atau dengan kata
lain, tidak terpecah menjadi aksara baru. Demikianlah misalnya Abjad Arab yang
digunakan untuk menuliskan Bahasa Arab sedikit berbeda dengan Abjad Arab yang
digunakan untuk menuliskan Bahasa Melayu, atau juga Alfabet Latin yang digunakan
untuk menuliskan Bahasa Latin sedikit berbeda dengan Alfabet Latin yang digunakan
untuk menuliskan Bahasa Jerman. Dalam perjalanan sejarahnya pun Aksara
Nusantara tidak luput dari kecenderungan untuk memunculkan variasi-variasi baru
yang tetap mempertahankan kaidah inti aksara induknya.
Aksara lain yang digunakan selain aksara yang diatas :
 Abjad Arab : Aksara Jawi untuk Bahasa Melayu dan Aksara Pegon
untuk Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda
 Alfabet Latin : Ejaan Van Ophuijsen, Ejaan Soewandi, dan EYD
 Hanzi
 Hangul

C. Aksara Nusantara dan kepunahan


Dalam perkembangan zaman ini banyak aksara
kuno Nusantara yang tergerus dan hampir hilang,
namun tidak semua aksara benar-benar punah
banyak diantaranya menjadi induk dari bahasa-
bahasa baru seperti Bahasa hal ini disebutkan
dalam buku Islam Dalam Goresan Pena Budaya,
Hertini (2019, 180) menyebutkan bahwa tulisan
atau Aksara Jawi merupakan salah satu abjad
pertama digunakan untuk
Gambar 10 menulis bahasa Melayu,
Alfabet Latin
dan telah digunakan sejak zaman Kerajaan Pasai, hingga masa Kesultanan Malaka, Kesultanan
Johor, Kesultanan Aceh juga Kesultanan Patani pada abad ke-17. Tanda nyata penggunaan ini
ditemukan pada Batu Bersurat Terengganu. bertarikh 1303 M (702 H).

13
Menurut Prof. Dr. P.J. Zoetmulder: Bahasa Jawa Kuna adalah bahasa Jawa yang umum
digunakan oleh penduduk Jawa selama era Hindu Jawa sampai runtuhnya Majapahit. Setelah
berakhirnya kerajaan Majapahit (abad XV), masyarakat Jawa diperkirakan tidak lagi
mempergunakan bahasa Jawa Kuno sebagai bahasa yang digunakan sehari – hari. Bahasa
Jawa Kuno saat ini, adalah bahasa yang terdapat dalam naskah-naskah dan dokumen-
dokumen, sehingga disebut bahasa documenter, sama halnya dengan bahasa Sanskerta, Latin,
Yunani. (Yuraini & Bhattacarya, 2020, 227)
Tidak hanya Aksara atau Bahasa Kawi
saja namun banyak aksara lain yang tidak
punah namun sudah tidak digunakan dalam
keperluan sehari-hari, banyak diantaranya
hanya digunakan untuk kepentingan
dokumenter saja, aksara ini tetap dipelajari
untuk tetap dijaga kelestariannya dan
menghindari punah hingga tidak ada yang
Gambar 11 Aksara Jawa terbarui
dapat menguasai bahasa atau aksara tersebut.
Salah satu upaya untuk menjaga
aksara tetap lestari adalah menjadikan
aksara itu digital, orang-orang dapat
menggunakan dan mengakses aksara-
aksara tersebut lewat gawai dan
teknologi lainnya. Seperti dilansir blog
dari Universitas Indonesia, Kampus
Gambar 12 Digitalisasi Aksara Nusantara
ini membuat Seminar dengan tema
“Nusantara, Nagarakretagama dan Kearsipan Indonesia” Beliau menyampaikan Pemanfaatan
Teknologi dalam mendigitalisasikan aksara nusantara yang akan terancam punah. Ketika
aksara nusantara sudah dianggap tidak ada, maka hilang juga cara berpikir, keunikan, sumber
daya dan pengetahuan yang luar biasa, maka kemungkinan akan punah sangat besar jika
tidak digitasi dan digitalisasikan. Diharapkan akan lebih banyak lagi aksara nusantara yang
sudah dapat digitalisasikan di tahun- tahun berikutnya, sehingga mempermudah digitalisasi
terhadap aksara nusantara tersebut, dapat setara dengan huruf latin, dan bisa diakses dengan
mudah melalui aplikasi gadget sehingga bukan generasi masa kini saja tetapi termasuk
generasi mendatang akan bangga dan mencintai aksara nusantara karena sudah hadir secara
digital. (“Prof. Yudho Giri Sucahyo: Pentingnya Digitalisasikan Aksara Nusantara Dalam

14
Bidang Teknologi Informasi Dan Komunikasi – Fakultas Ilmu Komputer Universitas
Indonesia,” 2022).
Aksara ini merupakan warisan budaya yang sangat penting untuk sejarah dunia, bila
dilihat dari sisi bangsa Indonesia aksara ini mencerminkan identitas bangsa Indonesia,
sejarah, dan nilai-nilai budayanya. Oleh karena itu, menjaga keberadaan dan penggunaan
aksara Nusantara menjadi sangat penting untuk mempertahankan warisan budaya.

15
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Aksara Nusantara merupakan bukti dari alat komunikasi pada era sebelum modern,
sesuai dengan kodratnya manusia akan terus mengembangkan ilmu dan kemampuan seuai
dengan kebutuhan di tiap-tiap zamannya. Bahasa, aksara, atau tulisan merupan alat
komunikasi selain gesture dan Bahasa lisan. Perkembangan aksara juga terjadi di Nusantara,
Namun seiring berkembangnya zaman dan teknologi terdapat banyak tantangan dalam
perkembangan aksara-aksara Nusantara ini, salah satunya dalam pelestarian, pengajaran, dan
penggunaan aksara.
Beberapa sarjana lokal maupun asing berpendapat bahwa tulisan-tulisan yang berada
ada di Nusantara sebagai hasil perkembangan unsur-unsur dari India (Hindu-Buddha) yang
datang dan menetap serta melanjutkan kehidupannya dengan kawin campur dengan penduduk
setempat. Aksara pertama yang digunakan di Indonesia diperkirakan muncul pada abad ke-5
hingga ke-4 SM, dan dikenal sebagai aksara Brahmi. Setelah aksara Pallawa, pada abad ke-8
hingga ke-10 di pulau Jawa muncul sebuah bahasa dengan masuknya bahasa Sanskerta di
pulau Jawa yang dipadukan dengan bahasa Jawa, terciptalah sebuah bahasa yang disebut
dengan bahasa Kawi atau bahasa Jawa Kuno. 
Bukti tertua mengenai keberadaan Aksara Nusantara yaitu berupa tujuh buah yupa
yang bertuliskan prasasti mengenai upacara waprakeswara yang diadakan oleh Mulawarman,
Raja Kutai di daerah Kalimantan Timur. Berdasarkan tinjauan pada bentuk huruf Aksara
Pallawa pada yupa, para ahli menyimpulkan bahwa yupa-yupa tersebut dibuat pada sekitar
abad IV. Dapat disimpulkan sejak abad IV itulah Bangsa Indonesia telah mengenal bahasa
tulis yang terus berkembang mengikuti perkembangan bahasa lisan. Sejak abad XV Aksara
Nusantara berkembang pesat dengan ditandai beraneka-ragamnya aksara untuk menuliskan
berbagai bahasa daerah hingga kemudian peranannya mulai tergeser oleh Abjad Arab dan
Alfabet Latin.
Dalam perkembangan zaman ini banyak aksara kuno Nusantara yang tergerus dan
hampir hilang, namun tidak semua aksara benar-benar punah banyak diantaranya menjadi
induk dari bahasa-bahasa baru. Banyak aksara lain yang tidak punah namun sudah tidak
digunakan dalam keperluan sehari-hari, diantaranya hanya digunakan untuk kepentingan
dokumenter saja. Salah satu upaya untuk menjaga aksara tetap lestari adalah menjadikan

16
aksara itu digital, orang-orang dapat menggunakan serta mengakses aksara-aksara tersebut
lewat gawai dan teknologi lainnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

CAHYADI, N. (2019, September 9). AKSARA DAN HARI AKSARA INTERNASIONAL.


Fitriani, R. A. (2015, April 22). Aksara Nusantara.
Hasan, Y. (2016, Agustus). TINJAUAN SEJARAH TERHADAP PENETAPAN PULAU-PULAU
DI INDONESIA. JURNAL CRIKSETRA,, 5, 125. From
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/criksetra/article/download/4809/2555
Hertini, E. (2019). ISLAM DALAM GORESAN PENA BUDAYA (1 ed.). DIVA Press. From
https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39829/1/Sejarah.pdf
MEDINFO, K. (2022, September 11). ARTIKEL- SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AKSARA.
Primadesi, Y. (2010). Peran Masyarakat Lokal dalam Usaha Pelestarian Naskah-Naskah Kuno
Paseban. Komposisi: Jurnal Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Seni, 120.
Prof. Yudho Giri Sucahyo: Pentingnya Digitalisasikan Aksara Nusantara dalam Bidang Teknologi
Informasi dan Komunikasi – Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. (2022, February
17). Fasilkom UI. From https://cs.ui.ac.id/2022/02/17/prof-yudho-giri-sucahyopentingnya-
digitalisasikan-aksara-nusantara-alumni-dalam-bidang-teknologi-informasi-dan-komunikasi/
Putri, A. A. (n.d.). PERKEMBANGAN TULISAN & PERADABAN YANG MENAUNGINYA.
From https://drive.google.com/file/d/1JFx5UcViL_V1aN_-UTlCPoLXoCQGJFWi/view?
usp=drive_web&authuser=0
Soekmono, R. (1990). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1 (2 ed.). Kanisius.
Yuraini, D., & Bhattacarya, W. (2020, September). IMPLEMENTASI BAHASA KAWI SEBAGAI
SEMBOYAN INSTITUSI DI INDONESIA. SPHATIKA: Jurnal Teologi, 11. From
https://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/Sphatika/article/view/1795

18

Anda mungkin juga menyukai