Dosen Pengampu :
OLEH KELOMPOK 1
Kelas : Reg B
Fakultas Teknik
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga Makalah Asal Usul dan Sejarah Bahasa Indonesia ini dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Bahasa Indonesia. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar
dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah ini. Akhir kata,
Penyusun
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................2
BAB 3 PENUTUP............................................................................................
3.0 Kesimpulan.................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di era globalisasi
saat ini berdampak besar terhadap cara berpikir manusia. Dampak positif
yang terjadi dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
‘spirit perubahan’ semacam ada tuntutan pola berpikir manusia yang harus
berjalan maju. Dalam hal ini, pola berpikir manusia dalam mempelajari
tentang ‘sesuatu hal’ yang bersifat menjangkau ke masa depan. Dampak
negatifnya, adalah manusia bisa dipastikan sedikit demi sedikit akan
mengikiskan pola berpikir ke belakang. Artinya, sedikit demi sedikit
manusia bisa dipastikan akan segera ‘melupakan’, semacam ada
penurunan ketertarikan untuk mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan yang
berkaitan tentang sejarah.
Pendidikan di Indonesia, mulai dari tingkatan Sekolah Dasar (SD) maupun
MI (Madrasah Ibtidaiyah), SMP (Sekolah Menengah Pertama) maupun
MTs (Madrasah Tsanawiyah), hingga tingkatan SMA (Sekolah Menengah
Atas) maupun MA (Madrasah Aliah), bisa dipastikan tidak ada
pembahasan materi pembelajaran yang membahas sejarah nasional tentang
sejarah bahasa Indonesia. Dengan demikian, bisa dipastikan masyarakat
Indonesia yang setiap harinya hampir secara keseluruhan aktif
menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, akan terkesan
kurang bijak jika tidak mengetahui sejarah bahasanya sendiri. Oleh karena
itu, untuk menumbuhkembangkan jiwa nasionalisme, pada paket 1 ini,
mahasiswa akan mempelajari dan memahami materi tentang sejarah
bahasa Indonesia.
Memiliki keterikatan sejarah yang panjang dengan bangsa-bangsa Eropa
khususnya sejak era kolonialisme, beberapa kosakata Indonesia telah
diserap ke dalam beberapa bahasa Eropa, terutama bahasa Belanda dan
Inggris. Bahasa Indonesia sendiri juga memiliki banyak kata serapan yang
berasal dari bahasa-bahasa Eropa, terutama dari bahasa Belanda, Portugis,
Spanyol, dan Inggris. Bahasa Indonesia juga memiliki kata serapan yang
berasal dari bahasa Sanskerta, Tionghoa, dan Arab yang membaur menjadi
elemen dalam bahasa Indonesia yang terpengaruh karena adanya faktor-
faktor seperti aktivitas perdagangan maupun religius yang telah
berlangsung sejak zaman kuno di wilayah kepulauan Indonesia.
1
B. Rumusan Masalah
Asal usul Bahasa Indonesia
Sejarah Bahasa Indonesia
Fungsi Bahasa Indonesia Baku
Ciri – ciri Bahasa Indonesia
Perkembangan Bahasa Indonesia
Kedudukan Bahasa Indonesia
C. Manfaat
Untuk mengetahui asal usul Bahasa Indonesia
Untuk mengetahui sejarah Bahasa Indonesia
Untuk mengetahui apa saja fungsi dari Bahasa Indonesia
Untuk mengetahui ciri – ciri Bahasa Indonesia
Untuk mengetahui perkembangan Bahasa Indonesia
Untuk mengetahui kedudukan Bahasa indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Gambar 1.1 Bagan Sejarah Penyebaran Bahasa Melayu
4
Bahasa Indonesia mempunyai sejarah yang cukup Panjang dan gemilang.
Sejarah Bahasa Indonesia itu dapat dibagi atas tiga, yaitu:
Masa prakolonial
Pada abad ke 7 ditemukan sebuah prasasti (batu berhuruf) di Kedukan
Bukit (683). Talang Tuwo (684). Telaga Batu (tanpa tahun), Kota
Kapur, Bangka (686), dan Karang Brahi (688). Penemuan ini
merupakan bukti penemuan Bahasa melayu sebagai bahasa resmi di
kerajaan sriwijaya. Berdasarkan penelitian Dr. J.G. de aparis
dinyatakan bahwa bahasanya adalah Bahasa melayu kuno (keraf,
194:21).
Masa colonial
Pada masa kependudukan jepang (1942 – 1945) di Indonesia,
penggunaan bahasa Indonesia makin diperluas. Seperti hal nya
belanda, Bahasa jepang sesungguhnya bercita – cita menjadikan
bahasanya sebagai Bahasa resmi di Indonesia. Akan tetapi, karena
Bahasa jepang belum dapat menggantikan peranan Bahasa belanda,,
mereka terpaksa menggunakan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa resmi
perintahan dan sebagai bahasa pengantar di sekolah. Akibatnya,
Bahasa indneisa berkembang dengan pesat sehingga pada waktu
kemerdekaan Indonesia di proklamasikan pada tanggal 17 agustus
1945, Bahasa telah siap menerima kedudukan sebagai Bahasa negara.
Masa pascakolonial
Pada tanggal 16 agustus 1972, presiden soeharto meresmikan
penggunaan ejaan yang disempurnakan (EyD) di depan siding dewan
perwakilan rakyat (DPR) sebagai penyempurnaan dari ejaan Republik.
5
1. Pada tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van
Ophuijsen dan dimuat dalam Kitab Logat Melayu
2. Pada tahun 1908 Pemerintah mendirikan sebuah badan penerbitan buku
bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volklectuur (Taman Bacaan
Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai
Pustaka. Balai Pustaka menerbitkan buku-buku novel, seperti Siti
Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, buku-
buku penuntun memelihara kesehatan, yang secara keseluruhan
berdampak positif terhadap penyebaran bahasa Melayu di kalangan
masyarakat luas.
3. Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat yang paling menentukan dalam
perkembangan bahasa Indonesia, karena pada tanggal 28 Oktober 1928
itulah para pemuda pilihan Indonesia memancangkan tonggak yang kukuh
untuk perjalanan bahasa Indonesia
4. Pada tahun 1933 secara resmi berdiri sebuah angkatan sastrawan muda
yang menamakan dirinya sebagai angkatan Pujangga Baru yang dipimpin
oleh Sutan Takdir Alisyahbana dan kawan-kawan
5. Pada tanggal 25–28 Juni 1938, Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari
hasil Kongres Bahasa Indonesia I ini dapat disimpulkan bahwa usaha
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara
sadar oleh cendekiawan dan budayawan kita
6. Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganinya Undang-Undang Dasar
(UUD) 1945, yang salah satu pasal di dalamnya (Pasal 36) menetapkan
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
7. Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikanlah penggunaan Ejaan Republik
(Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen
8. Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober – 2
November 1954 merupakan salah satu perwujudan tekad bangsa
Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang
kemudian diangkat sebagai bahasa Nasional dan ditetapkan sebagai
bahasa negara Indonesia
9. Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia (Soeharto)
meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
(EYD) melalui pidato kenegaraan di depan sidang DPR yang dikuatkan
pula Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972
10. Tanggal 31 Agustus 1972 Mendikbud menetapkan buku Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh Indonesia
6
11. Kongres Bahasa Indonesia III yang diadakan di Jakarta pada tanggal 28
Oktober s.d 2 November 1978 merupakan peristiwa penting bagi
kehidupan bahasa Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka
peringatan hari Sumpah Pemuda yang ke-50 ini, selain memperlihatkan
kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun
1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia
12. Kongres Bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21-
26 November 1983. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka peringatan
Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan,
sehingga amanat yang tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN) yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia
untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapatlah
tercapai
13. Kongres Bahasa Indonesia V juga diadakan di Jakarta pada tanggal 28
Oktober s.d 3 November 1988. Kongres ini dihadiri sekitar tujuh ratus
pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara dan peserta tamu dari
negara sahabat; seperti Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, Belanda,
Jerman, dan Australia. Kongres ini ditandai dengan dipersembahkannya
dua buah karya Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada
pecinta bahasa Nusantara, yakni berupa buku (1) Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), dan (2) Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
14. Kongres Bahasa Indonesia VI diadakan di Jakarta pada tanggal 28
Oktober s.d 2 November 1993. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa
dari Indonesia, dan 53 peserta tamu dari Mancanegara (Australia, Brunei
Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Singapura, Korea
Selatan, dan Amerika Serikat). Kongres mengusulkan agar Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia ditingkatkan menjadi
Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-
Undang Bahasa Indonesia.
15. Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Hotel Indonesia (HI)
pada tanggal 26–30 Oktober 1998. Kongres ini mengusulkan dibentuknya
Badan Pertimbangan Bahasa dengan ketentuan berikut.
a. Keanggotaannya terdiri atas tokoh masyarakat dan pakar yang
mempunyai kepedulian terhadap bahasa dan sastra
b. Tugasnya ialah memberikan nasehat kepada Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa serta mengupayakan peningkatan status
lembaga Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
7
(Mansyur, 2016)
8
membedakannya dengan Bahasa – Bahasa lainya.bahasa Indonesia
baku memperkuan perasaan kepribadian nasional masyarakat Bahasa
Indonesia bakku. Indonesia kita mengatakan identitas kita.
Ketiga, Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penambah wibawa.
Pemilikan Bahasa Indonesia baku akan membawa serta wibawa atau
prestise. Di samping itu, pemakai Bahasa yang mahir berbahasa
Indonesia baku “dengan baik dan benar” memperoleh wibawa di mata
orang lain.
Keempat, Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan
bagi pemakaiannya dengan adanya norma atau kaidah yang
dikodifikasi secara jelas. Norma dan kaidah Bahasa Indonesia baku
menjadi tolak ukur pemakaian Bahasa Indonesia baku secara benar.
Oleh karena itu, penilaian pemakaian Bahasa Indonesia baku dapat
dilakukan
9
2.3 Pengertian Bahasa Daerah
Bahasa daerah adalah bahasa-bahasa suku bangsa di Indonesia. Bahasa
ini jumlahnya sangat banyak dan digunakan menyebar di seluruh
daerah yang berada di Indonesia. Bahasa daerah berfungsi sebagai: (1)
lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, (3) alat
perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah, dan (4) sarana
pendukung budaya daerah dan bahasa Indonesia. Dalam hubungannya
dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah merupakan pendukung
bahasa Indonesia, merupakan bahasa pengantar pada tingkat
permulaan di sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar
rangkaian proses kegiatan pembelajaran, selain merupakan sumber
kebahasaan untuk memperkaya bahasa Indonesia.
Beberapa daerah yang ada di Indonesia berasal dari rumpun bahasa
Austronesia. Namun, bahasa setiap suku dan daerah selalu berubah
dari waktu ke waktu. Perubahan itulah yang membuat bahasa di setiap
daerah berbeda. Peru- bahan yang terjadi dalam sebuah bahasa
disebabkan oleh beberapa hal, misalnya migrasi dan pertemuan dengan
bangsa lain yang menggunakan bahasa yang berbeda.
Kemendikbud Ristek melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa terus berupaya melakukan tindakan preventif agar bahasa-
bahasa daerah yang ada di Indonesia selalu bertahan. Berita baiknya,
hasil riset tahun 2019 Badan Pembinaan dan Pengembagan Bahasa
menyimpulkan bahwa kondisi vitalitas bahasa daerah cenderung stabil.
Akan tetapi jika diperhatikan lebih mendalam, terdapat pebedaan yang
jika diuraikan dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok hasil, yaitu
hasil yang positif dan hasil yang negatifPoin-poin yang menunjukkan
hasil penelitian terhadap gambaran kondisi vitalitas bahasa daerah
yang positif adalah: a) Status vitalitas bahasa daerah "Aman"
mengalami kenaikan 2% dari tahun 2018 ke tahun 2019. b) Status
vitalitas bahasa daerah "Terancam punah" mengalami penurunan 1%
dari tahun 2018 ke tahun 2019. c) Status vitalitas bahasa daerah
10
"Punah" mengalami penurunan 2% dari tahun 2018 ke tahun 2019.
(Anindyatri, A. O, dan Mufidah: 2020)
11
sosial, budaya, dan bahasa daerahnya, dan (4) alat komunikasi
antardaerah dan antarbudaya. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa nasional dan kedudukannya berada di
atas bahasa bahasa daerah.
12
dan lambang negara. Di dalam fungsinya bahasa Indonesia tentulah
harus memiliki indentitasnya sendiri, sehingga serasi dengan lambang
kebang- saan yang lain. Bahasa Indonesia memiliki indentitasnya
hanya apabila masyarakat pemakainya terutama kaum muda dan
pelajar membina dan mengembang-kanya sedemikian rupa sehingga
bersih dari unsur-unsur bahasa lain.
13
Dalam kedudukan sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia juga
berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di
lembaga-lembaga pendidikan, (3) bahasa resmi di dalam perhubungan
pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pemba- ngunan serta pemerintahan, (4) bahasa resmi di dalam
pengembangan kebu- dayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
a). Bahasa resmi kenegaraan
Bahwa bahasa Indonesia dipakai di dalam kegiatan-kegiatan resmi
kenegaraan seperti upacara, peristiwa dan kegiatan kenegaraan baik
dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Salah satu kegiatan
tersebut adalah penulisan dokumen dan putusan-putusan serta surat-
surat yang di keluarkan oleh pemerintah dan badan badan kenegaraan
lainnya serta pidato pidato kenegaraan
b). Bahasa Pengantar dalam Pendidikan
Bahasa Indonesia memiliki fungsi fital di dunia pendidikan di
nusantara ini, mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan
tinggi di seluruh Indonesia, kecuali pada daerah-daerah tertentu yang
masih menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantarnya
seperti Aceh, Batak Sunda Jawa, Madura, Bali dan Makasar, akan
tetapi hanya sampai tahun ke tiga pendidikan Sekolah Dasar.
14
Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang
memungkinkan kita membina dan mengembangkan suatu kebudayaan
nasional sedemikian rupa sehingga bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri
dan indentitasnya sendiri, yang membedakanya dengan kebudayaan
daerah Pada waktu yang sama, bahasa Indonesia dapat dipergunakan
sebagai alat untuk menyatakan nilai-nilai sosial budaya nasional.
15
Fungsi Bahasa Indonesia Baku
Bahasa Indonesia baku mempunyai empat fungsi yang secara satu per satu dapat
dijelaskan sebagai berikut. Pertama, bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai
pemersatu. Bahasa Indonesia baku mempersatukan atau menghubungkan penutur
berbagai dialek bahasa itu. Bahasa Indonesia baku mempersatukan mereka
menjadi satu masyarakat bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia baku mengikat
kebhinekaan rumpun dan bahasa yang ada di Indonesia dengan mengatasi batas-
batas kedaerahan. Bahasa Indonesia baku merupakan wahana atau alat dan
pengungkap kebudayaan nasional yang utama. Fungsi pemersatu ini ditingkatkan
melalui usaha memberla- kukannya sebagai salah satu syarat atau ciri manusia
Indonesia modern.
16
bahasa Indonesia baku menjadi tolak ukur pemakaian bahasa Indonesia baku
secara benar. Oleh karena itu, penilaian pemakaian bahasa Indonesia baku dapat
dilakukan. Norma atau kaidah bahasa Indo- nesia baku juga menjadi acuan umum
bagi segala jenis pemakaian bahasa yang menarik perhatian yang karena
bentuknya yang khas, seperti bahasa ekonomi, bahasa hukum, bahasa sastra,
bahasa iklan, bahasa media massa, surat-menyurat resmi, bentuk surat keputusan,
undangan, pengumuman, kata-kata sambutan, ceramah, dan pidato.
Secara umum dapat diketahui bahwa bahasa Indonesia baku mempunyai tiga ciri,
yaitu (1) memiliki keunggulan wilayah dan waktu penggunaan, (2) kemantapan
dinamis, dan (3) cendekia. Dalam hal ini, kemantapan dinamis berarti bahwa
kaidah bahasa Indonesia baku relatif tetap serta tidak berubah setiap saat. Ciri
cendekia berarti bahwa bahasa Indonesia baku mencerminkan cara berpikir yang
teratur, logis, dan siste matis. Untuk mengungkapkan gagasan, bahasa Indonesia
baku dapat digu- nakan untuk menyampaikan isi pikiran secara teratur dan
sistematis. Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa
kaidah dan aturan yang tetap. Baku atau standar tidak adapat berubah setiap saat.
Pemakaian bahasa baku juga bersifat kecendikiawan. Perwujudan dalam kalimat,
paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau
pemikiran yang teratur dan masuk akal. Ciri ragam bahasa baku yang terakhir
adalah berpraanggapan adanya keseragaman. Secara lebih spesifik dapat juga
disajikan 14 ciri bahasa Indonesia baku sebagai hasil sintesis dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Harimurti Kridalaksana, Anto M. Muliono, dan Suwito
(Barus dkk, 2014: 13-15), yakni sebagai berikut.
17
(1) Pelafalan sebagai bagian sustem fonologi bahasa Indonesia baku adalah
pelafalan yang relatif bebas dari atau sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek
Misalnya:
(2) Bentuk kata yang berawalan me dan ber-, dan lain-lain sebagai bahagian
morfologi bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di
dalam kalimat. Misalnya:
(3) Konjungsi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara
jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Sampai dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapa pun, karena semua
dianggapnya penipu.
(4) Partikel -kah, -lah, dan -pun sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia
baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
(5) Preposisi atau kata depan sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia
18
baku dituliskan secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
(6) Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bahagian morfologi bahasa
Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap sesuai dengan fungsi dan tempatnya
di dalam kalimat.
Misalnya:
(7) Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bahagian morfologi bahasa
Indonesia baku ditulis secara jelas dan tepat dalam kalimat
Misalnya:
(8) Pola kelompok kata kerja aspek + agen+ kata kerja sebagai bahagian kalimat
bahasa Indonesia baku di tulis dan diucapkan secara jelas dan tetap di dalam
kalimat.
Misalnya:
(9) Konstruksi dan bentuk sintesis sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia
baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
19
Misalnya: saudaranya, dikomentari, menerjang ombak
(10) Fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) sebagai bahagian kalimat bahasa
Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap didalam kalimat.
Misalnya:
BAB 3
20
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
21
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
https://ditsmp.kemdikbud.go.id/dari-mana-datangnya-bahasa-indonesia
22