Anda di halaman 1dari 26

ASAL USUL DAN SEJARAH BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu :

Dra. Rosmaini M.Pd

OLEH KELOMPOK 1

Nama : Deswita Sururi Panjaitan (5223144016)

Nazwa Handayani Lubis (5223144028)

Sri Yanida (5222444007)

Prodi : Pendidikan Tata Rias

Kelas : Reg B

Fakultas Teknik

Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga


Universitas Negeri Medan 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya

sehingga Makalah Asal Usul dan Sejarah Bahasa Indonesia ini dapat tersusun

hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas

bantuan dari pihak yang telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah

Bahasa Indonesia. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar

menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Karena keterbatasan

pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak kekurangan

dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah ini. Akhir kata,

semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Medan, 29 Agustus 2023

Penyusun

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................2

2.1 Asal Usul Bahasa Indonesia dan Sejarahnya .............................................

2.2 Pengertian Bahasa Indonesia .....................................................................

2.3 Pengertian Bahasa Daerah..........................................................................

2.4 Pengertian Bahasa Asing............................................................................

2.5 Kedudukan Bahasa Indonesia.....................................................................

2.6 Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional Lambang Kebanggan


Kebangsaaan.....................................................................................................

2.7 Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara..................................................

2.8 Bahasa Indonesia Baku...............................................................................

2.9 Teori Belajar Bahasa...................................................................................

BAB 3 PENUTUP............................................................................................

3.0 Kesimpulan.................................................................................................

3.1 Daftar Pustaka.............................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di era globalisasi
saat ini berdampak besar terhadap cara berpikir manusia. Dampak positif
yang terjadi dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
‘spirit perubahan’ semacam ada tuntutan pola berpikir manusia yang harus
berjalan maju. Dalam hal ini, pola berpikir manusia dalam mempelajari
tentang ‘sesuatu hal’ yang bersifat menjangkau ke masa depan. Dampak
negatifnya, adalah manusia bisa dipastikan sedikit demi sedikit akan
mengikiskan pola berpikir ke belakang. Artinya, sedikit demi sedikit
manusia bisa dipastikan akan segera ‘melupakan’, semacam ada
penurunan ketertarikan untuk mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan yang
berkaitan tentang sejarah.
Pendidikan di Indonesia, mulai dari tingkatan Sekolah Dasar (SD) maupun
MI (Madrasah Ibtidaiyah), SMP (Sekolah Menengah Pertama) maupun
MTs (Madrasah Tsanawiyah), hingga tingkatan SMA (Sekolah Menengah
Atas) maupun MA (Madrasah Aliah), bisa dipastikan tidak ada
pembahasan materi pembelajaran yang membahas sejarah nasional tentang
sejarah bahasa Indonesia. Dengan demikian, bisa dipastikan masyarakat
Indonesia yang setiap harinya hampir secara keseluruhan aktif
menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, akan terkesan
kurang bijak jika tidak mengetahui sejarah bahasanya sendiri. Oleh karena
itu, untuk menumbuhkembangkan jiwa nasionalisme, pada paket 1 ini,
mahasiswa akan mempelajari dan memahami materi tentang sejarah
bahasa Indonesia.
Memiliki keterikatan sejarah yang panjang dengan bangsa-bangsa Eropa
khususnya sejak era kolonialisme, beberapa kosakata Indonesia telah
diserap ke dalam beberapa bahasa Eropa, terutama bahasa Belanda dan
Inggris. Bahasa Indonesia sendiri juga memiliki banyak kata serapan yang
berasal dari bahasa-bahasa Eropa, terutama dari bahasa Belanda, Portugis,
Spanyol, dan Inggris. Bahasa Indonesia juga memiliki kata serapan yang
berasal dari bahasa Sanskerta, Tionghoa, dan Arab yang membaur menjadi
elemen dalam bahasa Indonesia yang terpengaruh karena adanya faktor-
faktor seperti aktivitas perdagangan maupun religius yang telah
berlangsung sejak zaman kuno di wilayah kepulauan Indonesia.

1
B. Rumusan Masalah
 Asal usul Bahasa Indonesia
 Sejarah Bahasa Indonesia
 Fungsi Bahasa Indonesia Baku
 Ciri – ciri Bahasa Indonesia
 Perkembangan Bahasa Indonesia
 Kedudukan Bahasa Indonesia

C. Manfaat
 Untuk mengetahui asal usul Bahasa Indonesia
 Untuk mengetahui sejarah Bahasa Indonesia
 Untuk mengetahui apa saja fungsi dari Bahasa Indonesia
 Untuk mengetahui ciri – ciri Bahasa Indonesia
 Untuk mengetahui perkembangan Bahasa Indonesia
 Untuk mengetahui kedudukan Bahasa indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asal Usul Bahasa Indonesia

Kata ‘Indonesia’, pertama kali dilontarkan oleh salah seorang tokoh


kebangsaan Inggris bernama George Samuel Earl, dengan menyebut kata
‘Indunesia’ pertama kali untuk menamai gugusan pulau di Lautan Hindia.
Namun, para ilmuan berkebangsaan Eropa lebih sering menyebut dengan
kata ‘Melayunesia’. Sejarah dunia mencatat, bahwa dalam majalah Journal
of the Indian Archipelago and Eastern Asia (Volume IV, P. 254, tahun
1850), seorang tokoh Inggris bernama J. R. Logan, menyebut gugusan
pulau di Lautan Hindia dengan kata ‘Indonesian’. Kemudian, seiring
berjalannya waktu, oleh tokoh berkebangsaan Jerman yang bernama Adolf
Bastian, dan dalam bukunya yang berjudul Indonesian Order die Inseln
des Malaysichen Archipel, ia menyebut kata ‘Indonesia’ untuk menamai
gugusan pulau yang bertebaran di Lautan Hindia. Dan, kata ‘Indonesia’
inilah yang kemudian dipakai sebagai nama negara yang berada di
kawasan Asia Tenggara, yang berpenduduk lebih dari 220 juta jiwa
(Ricklefs, 2008).
Apabila kita ingin membicarakan tentang sejarah Bahasa Indonesia,
pastinya kita juga akan membicarakan bahasa Melayu sebagai sumber
(akar) sejarah bahasa Indonesia. Sudah menjadi catatan sejarah nasional,
bahwa bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu,
yang sejak dulu sudah dipakai sebagai bahasa penghubung (lingua franca)
di hampir seluruh kawasan Asia Tenggara. Pertanyaan awal yang pasti
muncul di benak kita adalah kapan sebenarnya bahasa Melayu mulai
dipergunakan sebagai alat komunikasi? (Collins, 2005)
Sejarah Indonesia mencatat bahwa berbagai batu tertulis (prasasti) kuno
yang ditemukan, seperti (1) Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun
683; (2) Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684; (3) Prasasti Kota
Kapur di Bangka Barat, tahun 686; dan (4) Prasasti Karang Brahi antara
Jambi dan Sungai Musi, tahun 688, yang bertulis Pra-Nagari dan
bahasanya Melayu Kuno, memberi petunjuk kepada kita bahwa bahasa
Melayu dalam bentuk Melayu Kuno sudah dipakai sebagai alat
komunikasi pada zaman Sriwijaya. (Burke, 2001).

3
Gambar 1.1 Bagan Sejarah Penyebaran Bahasa Melayu

Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa melayu dan termasuk kedalam


rumpun bahasa Austronesia. Bahasa Melayu sudah lama digunakan
sebagai ‘lingua franca’ (bahasa perhubungan) dinusantara ini pada zaman
Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda
bahasa Melayu dikenal sebagai bahasa sehari hari yang sering dinamai
dengan istilah melayu pasar. Bahasa Melayu pasar sangat mudah di
mengerti,ekspresif,memiliki toleransi kesalahan yang sangat besar, dan
mudah menyerap istilah istilah lain dari berbagai bajasa yang digunakan
para penggunanya.Oleh karena itu, dapat dikatakana bahwa bahasa
Melayu Pasar ada pula bahasa Melayu Tinggi yang digunkan di kalangan
kekluarga kerajaan di sekitar daerah Sumatera, Malaya, dan Jawa.
Pemberian nama Bahasa Indonesia dikukuhkan para pemuda dalam ikrar
ke-3 sumpah pemuda tahun 192, yaitu “menjunjung Bahasa persatuan
Bahasa Indonesia “. Ikrar ini sekaligus bermakna bahwa Bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai Bahasa nasional, sebagai alat yang mempersatukan
seluruh suku bangsa di Indonesia.
Seiring dengan berjalannya waktu, bahasa Melayu diresmikan sebagai
bahasa Indonesia. Dan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab
bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia.
1. Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa
perhubungan, dan bahasa perdagangan
2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari, karena bahasa Melayu
dikenal tingkatan bahasa, seperti dalam bahasa Jawa (ada ngoko, kromo)
atau perbedaan bahasa kasar dan halus, seperti dalam bahasa Sunda (kasar,
lemes)
3. Suku-suku di Indonesia sangat menerima dengan sukarela bahasa Melayu
dijadikan sebagai bahasa negara Indonesia (sebagai bahasa nasional)
Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang lebih luas. (Abdullah, 2013)

4
Bahasa Indonesia mempunyai sejarah yang cukup Panjang dan gemilang.
Sejarah Bahasa Indonesia itu dapat dibagi atas tiga, yaitu:
 Masa prakolonial
Pada abad ke 7 ditemukan sebuah prasasti (batu berhuruf) di Kedukan
Bukit (683). Talang Tuwo (684). Telaga Batu (tanpa tahun), Kota
Kapur, Bangka (686), dan Karang Brahi (688). Penemuan ini
merupakan bukti penemuan Bahasa melayu sebagai bahasa resmi di
kerajaan sriwijaya. Berdasarkan penelitian Dr. J.G. de aparis
dinyatakan bahwa bahasanya adalah Bahasa melayu kuno (keraf,
194:21).
 Masa colonial
Pada masa kependudukan jepang (1942 – 1945) di Indonesia,
penggunaan bahasa Indonesia makin diperluas. Seperti hal nya
belanda, Bahasa jepang sesungguhnya bercita – cita menjadikan
bahasanya sebagai Bahasa resmi di Indonesia. Akan tetapi, karena
Bahasa jepang belum dapat menggantikan peranan Bahasa belanda,,
mereka terpaksa menggunakan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa resmi
perintahan dan sebagai bahasa pengantar di sekolah. Akibatnya,
Bahasa indneisa berkembang dengan pesat sehingga pada waktu
kemerdekaan Indonesia di proklamasikan pada tanggal 17 agustus
1945, Bahasa telah siap menerima kedudukan sebagai Bahasa negara.
 Masa pascakolonial
Pada tanggal 16 agustus 1972, presiden soeharto meresmikan
penggunaan ejaan yang disempurnakan (EyD) di depan siding dewan
perwakilan rakyat (DPR) sebagai penyempurnaan dari ejaan Republik.

Ada beberapa catatan tentang peristiwa atau tahun-tahun penting, yang


mengandung arti sangat menentukan sejarah perkembangan bahasa
Melayu atau Indonesia. Adapun tahun-tahun penting tersebut
dirincikan berikut.

5
1. Pada tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van
Ophuijsen dan dimuat dalam Kitab Logat Melayu
2. Pada tahun 1908 Pemerintah mendirikan sebuah badan penerbitan buku
bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volklectuur (Taman Bacaan
Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai
Pustaka. Balai Pustaka menerbitkan buku-buku novel, seperti Siti
Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, buku-
buku penuntun memelihara kesehatan, yang secara keseluruhan
berdampak positif terhadap penyebaran bahasa Melayu di kalangan
masyarakat luas.
3. Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat yang paling menentukan dalam
perkembangan bahasa Indonesia, karena pada tanggal 28 Oktober 1928
itulah para pemuda pilihan Indonesia memancangkan tonggak yang kukuh
untuk perjalanan bahasa Indonesia
4. Pada tahun 1933 secara resmi berdiri sebuah angkatan sastrawan muda
yang menamakan dirinya sebagai angkatan Pujangga Baru yang dipimpin
oleh Sutan Takdir Alisyahbana dan kawan-kawan
5. Pada tanggal 25–28 Juni 1938, Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari
hasil Kongres Bahasa Indonesia I ini dapat disimpulkan bahwa usaha
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara
sadar oleh cendekiawan dan budayawan kita
6. Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganinya Undang-Undang Dasar
(UUD) 1945, yang salah satu pasal di dalamnya (Pasal 36) menetapkan
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
7. Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikanlah penggunaan Ejaan Republik
(Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen
8. Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober – 2
November 1954 merupakan salah satu perwujudan tekad bangsa
Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang
kemudian diangkat sebagai bahasa Nasional dan ditetapkan sebagai
bahasa negara Indonesia
9. Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia (Soeharto)
meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
(EYD) melalui pidato kenegaraan di depan sidang DPR yang dikuatkan
pula Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972
10. Tanggal 31 Agustus 1972 Mendikbud menetapkan buku Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh Indonesia

6
11. Kongres Bahasa Indonesia III yang diadakan di Jakarta pada tanggal 28
Oktober s.d 2 November 1978 merupakan peristiwa penting bagi
kehidupan bahasa Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka
peringatan hari Sumpah Pemuda yang ke-50 ini, selain memperlihatkan
kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun
1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia
12. Kongres Bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21-
26 November 1983. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka peringatan
Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan,
sehingga amanat yang tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN) yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia
untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapatlah
tercapai
13. Kongres Bahasa Indonesia V juga diadakan di Jakarta pada tanggal 28
Oktober s.d 3 November 1988. Kongres ini dihadiri sekitar tujuh ratus
pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara dan peserta tamu dari
negara sahabat; seperti Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, Belanda,
Jerman, dan Australia. Kongres ini ditandai dengan dipersembahkannya
dua buah karya Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada
pecinta bahasa Nusantara, yakni berupa buku (1) Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), dan (2) Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
14. Kongres Bahasa Indonesia VI diadakan di Jakarta pada tanggal 28
Oktober s.d 2 November 1993. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa
dari Indonesia, dan 53 peserta tamu dari Mancanegara (Australia, Brunei
Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Singapura, Korea
Selatan, dan Amerika Serikat). Kongres mengusulkan agar Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia ditingkatkan menjadi
Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-
Undang Bahasa Indonesia.
15. Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Hotel Indonesia (HI)
pada tanggal 26–30 Oktober 1998. Kongres ini mengusulkan dibentuknya
Badan Pertimbangan Bahasa dengan ketentuan berikut.
a. Keanggotaannya terdiri atas tokoh masyarakat dan pakar yang
mempunyai kepedulian terhadap bahasa dan sastra
b. Tugasnya ialah memberikan nasehat kepada Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa serta mengupayakan peningkatan status
lembaga Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

7
(Mansyur, 2016)

2.2 Pengertian Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan resmi di seluruh wilayah


Indonesia. Ini merupakan bahasa komunikasi resmi, diajarkan di
sekolah-sekolah, dan digunakan untuk penyiaran di media elektronik
dan digital. Sebagai negara dengan tingkat multilingual (terutama
trilingual) teratas di dunia, mayoritas orang Indonesia juga mampu
bertutur dalam bahasa daerah atau bahasa suku mereka sendiri, dengan
yang paling banyak dituturkan adalah bahasa Jawa dan Sunda yang
juga memberikan pengaruh besar ke dalam elemen bahasa Indonesia
itu sendiri.
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, yakni
(1) sebagai bahasa nasional, dan (2) sebagai bahasa negara. Seperti
yang tercantum dalam teks Sumpah Pemuda yang ketiga, Kami putra
dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Satu pernyataan ini adalah bukti yang nyata, bahwa bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa nasional, yang kedudukannya berada di
atas bahasa-bahasa daerah. Di dalam Undang-Undang Dasar 1945
(Bab XV, Pasal 36), kedudukan bahasa Indonesia dinyatakan sebagai
bahasa negara. Dengan demikian, ada dua macam kedudukan bahasa
Indonesia, yakni sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara.
(Hasanah, 2018)
Bahasa Indonesia mempunyai empat fungsi, yaitu :
 Pertama, Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai pemersatu. Bahasa
Indonesia baku mempersatukaan mereka sebagai satu masyarakat
Bahasa indobesia baku . Bahasa Indonesia baku mengikat kebhinekaan
rumpun dan Bahasa yang ada di Indonesia dengan mengatasi batas –
batas ke daerahan . fungsi pemersatu ini ditingkatkan melalui usaha
memberlakukan nya sebagai salah satu syarat atau ciri manusia
indonesia modern.
 Kedua, bahwa Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penanda
kepribadian. Bahasa Indonesia baku merupakan ciri khas yang

8
membedakannya dengan Bahasa – Bahasa lainya.bahasa Indonesia
baku memperkuan perasaan kepribadian nasional masyarakat Bahasa
Indonesia bakku. Indonesia kita mengatakan identitas kita.
 Ketiga, Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penambah wibawa.
Pemilikan Bahasa Indonesia baku akan membawa serta wibawa atau
prestise. Di samping itu, pemakai Bahasa yang mahir berbahasa
Indonesia baku “dengan baik dan benar” memperoleh wibawa di mata
orang lain.
 Keempat, Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan
bagi pemakaiannya dengan adanya norma atau kaidah yang
dikodifikasi secara jelas. Norma dan kaidah Bahasa Indonesia baku
menjadi tolak ukur pemakaian Bahasa Indonesia baku secara benar.
Oleh karena itu, penilaian pemakaian Bahasa Indonesia baku dapat
dilakukan

Bahasa Indonesia mempunyai empat fungsi, yaitu :

 Pertama, Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai pemersatu. Bahasa


Indonesia baku mempersatukaan mereka sebagai satu masyarakat Bahasa
indobesia baku . Bahasa Indonesia baku mengikat kebhinekaan rumpun
dan Bahasa yang ada di Indonesia dengan mengatasi batas – batas ke
daerahan . fungsi pemersatu ini ditingkatkan melalui usaha
memberlakukan nya sebagai salah satu syarat atau ciri manusia indonesia
modern.
 Kedua, bahwa Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penanda
kepribadian. Bahasa Indonesia baku merupakan ciri khas yang
membedakannya dengan Bahasa – Bahasa lainya.bahasa Indonesia baku
memperkuan perasaan kepribadian nasional masyarakat Bahasa Indonesia
bakku. Indonesia kita mengatakan identitas kita.
 Ketiga, Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penambah wibawa.
Pemilikan Bahasa Indonesia baku akan membawa serta wibawa atau
prestise. Di samping itu, pemakai Bahasa yang mahir berbahasa Indonesia
baku “dengan baik dan benar” memperoleh wibawa di mata orang lain.
 Keempat, Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan bagi
pemakaiannya dengan adanya norma atau kaidah yang dikodifikasi secara
jelas. Norma dan kaidah Bahasa Indonesia baku menjadi tolak ukur
pemakaian Bahasa Indonesia baku secara benar. Oleh karena itu, penilaian
pemakaian Bahasa Indonesia baku dapat dilakukan

9
2.3 Pengertian Bahasa Daerah
Bahasa daerah adalah bahasa-bahasa suku bangsa di Indonesia. Bahasa
ini jumlahnya sangat banyak dan digunakan menyebar di seluruh
daerah yang berada di Indonesia. Bahasa daerah berfungsi sebagai: (1)
lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, (3) alat
perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah, dan (4) sarana
pendukung budaya daerah dan bahasa Indonesia. Dalam hubungannya
dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah merupakan pendukung
bahasa Indonesia, merupakan bahasa pengantar pada tingkat
permulaan di sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar
rangkaian proses kegiatan pembelajaran, selain merupakan sumber
kebahasaan untuk memperkaya bahasa Indonesia.
Beberapa daerah yang ada di Indonesia berasal dari rumpun bahasa
Austronesia. Namun, bahasa setiap suku dan daerah selalu berubah
dari waktu ke waktu. Perubahan itulah yang membuat bahasa di setiap
daerah berbeda. Peru- bahan yang terjadi dalam sebuah bahasa
disebabkan oleh beberapa hal, misalnya migrasi dan pertemuan dengan
bangsa lain yang menggunakan bahasa yang berbeda.
Kemendikbud Ristek melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa terus berupaya melakukan tindakan preventif agar bahasa-
bahasa daerah yang ada di Indonesia selalu bertahan. Berita baiknya,
hasil riset tahun 2019 Badan Pembinaan dan Pengembagan Bahasa
menyimpulkan bahwa kondisi vitalitas bahasa daerah cenderung stabil.
Akan tetapi jika diperhatikan lebih mendalam, terdapat pebedaan yang
jika diuraikan dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok hasil, yaitu
hasil yang positif dan hasil yang negatifPoin-poin yang menunjukkan
hasil penelitian terhadap gambaran kondisi vitalitas bahasa daerah
yang positif adalah: a) Status vitalitas bahasa daerah "Aman"
mengalami kenaikan 2% dari tahun 2018 ke tahun 2019. b) Status
vitalitas bahasa daerah "Terancam punah" mengalami penurunan 1%
dari tahun 2018 ke tahun 2019. c) Status vitalitas bahasa daerah

10
"Punah" mengalami penurunan 2% dari tahun 2018 ke tahun 2019.
(Anindyatri, A. O, dan Mufidah: 2020)

2.4 Pengertian Bahasa Asing


Bahasa asing diartikan dengan bahasa-bahasa di Indonesia selain
bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Bahasa asing mempunyai fungsi
sebagai alat per- hubungan antarbangsa dan sarana pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan tekno- logi modem untuk pembangunan nasional.
Sehubungan dengan fungsinya seba- gai akses untuk memanfaatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern, bahasa asing sesungguhnya
hanya melengkapi fungsi bahasa Indonesia yang juga di- kembangkan
agar menjadi sarana serupa. Penggunaan bahasa asing sudah banyak
digunakan pada pembelajaran pendidikan sejak dari zaman kolonial
Belanda. Saat itu, salah satu pembelajaran yang diwajibkan dalam
sekolah-sekolah yaitu pembelajaran bahasa asing, seperti bahasa
Belanda, bahasa Jepang, dan bahasa Jerman Pada akhirnya, tanggal 16
Maret 1995, Menteri Dalam Negeri membuat surat mengenai
penertiban penggunaan bahasa asing di Indonesia. Surat itu
menginstruksi agar papan- papan nama dunia usaha dan perdagangan
di Indonesia yang menggunakan bahasa asing diubah ke dalam bahasa
Indonesia.

2.5 Kedudukan Bahasa Indonesia


Bagi bangsa Indonesia, bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang
sangat penting karena bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa
nasional dan bahasa negara. Berkaitan hal tersebut, kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dikukuhkan pada 28 oktober 1928,
yaitu pada saat Sumpah Pemuda diikrarkan. Dalam kedudukannya
sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1)
lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat
pemersatu berbagai suku bangsa yang berbeda-beda latar belakang

11
sosial, budaya, dan bahasa daerahnya, dan (4) alat komunikasi
antardaerah dan antarbudaya. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa nasional dan kedudukannya berada di
atas bahasa bahasa daerah.

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara ditetapkan pada


18 Agustus 1945, pada saat Undang-Undang Dasar 1945 disahkan
sebagai Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Dalam
Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36 dinyatakan bahwa
bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Dalam kedudukannya sebagai
bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa resmi
kenegaraan, (2) bahasa pengantar di dunia pendidikan, (3) bahasa
untuk kepentingan perencanaan perhubungan pada tingkat nasional
dan pelak- sanaan pembangunan serta pemerintahan, dan (4) bahasa
resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan serta teknologi modern. Sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai bahasa dalam penyelenggara administrasi
negara, seperti bahasa dalam penyelengga- raan pendidikan dan
sebagainya.

2.6 Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional Lambang


Kebanggan Kebangsaaan
Di dalam fungsinya sebagai lambang kebangaan kebangsaan, bahasa
Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa
kebangsaan. Atas dasar kebangaan ini, bahasa Indonesia harus terus
dijaga, pelihara dan kembangkan serta rasa kebanggan pemakainya
senantiasa kita bina.
a) Lambang Identitas Nasional

Bahasa Indonesia fungsinya sebagai Identitas Nasional, yang


mengarah pada penghargaan terhadap bahasa Indonesia selain bendera

12
dan lambang negara. Di dalam fungsinya bahasa Indonesia tentulah
harus memiliki indentitasnya sendiri, sehingga serasi dengan lambang
kebang- saan yang lain. Bahasa Indonesia memiliki indentitasnya
hanya apabila masyarakat pemakainya terutama kaum muda dan
pelajar membina dan mengembang-kanya sedemikian rupa sehingga
bersih dari unsur-unsur bahasa lain.

b) Alat Perhubungan Antarwarga, Antardaerah, Antarbudaya


Bahasa Indonesia memiliki peranan yang fital dimasyarakat umum dan
nasional. Berkat adanya bahasa Indonesia masyarakat dapat berhu-
bungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga salah paham
sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak
perlu dikawatirkan. Masyarakat dapat berpergian ke seluruh plosok
tanah air dengan hanya memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-
satunya alat komunikasi

c) Alat Pemersatu Suku Budaya dan Bahasa


Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu suku, budaya dan bahasa
maksudnya, bahasa Indonesia memungkinkan keserasian di antara
suku- suku, budaya dan bahasa di Nusantara, tanpa harus
menghilangkan iden- titas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai
sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan
Lebih dari itu, dengan bahasa nasional itu masyarakat dapat
meletakkan kepentingan nasional jauh di atas kepentingan daerah atau
golongan.

2.7 Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara

13
Dalam kedudukan sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia juga
berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di
lembaga-lembaga pendidikan, (3) bahasa resmi di dalam perhubungan
pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pemba- ngunan serta pemerintahan, (4) bahasa resmi di dalam
pengembangan kebu- dayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
a). Bahasa resmi kenegaraan
Bahwa bahasa Indonesia dipakai di dalam kegiatan-kegiatan resmi
kenegaraan seperti upacara, peristiwa dan kegiatan kenegaraan baik
dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Salah satu kegiatan
tersebut adalah penulisan dokumen dan putusan-putusan serta surat-
surat yang di keluarkan oleh pemerintah dan badan badan kenegaraan
lainnya serta pidato pidato kenegaraan
b). Bahasa Pengantar dalam Pendidikan
Bahasa Indonesia memiliki fungsi fital di dunia pendidikan di
nusantara ini, mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan
tinggi di seluruh Indonesia, kecuali pada daerah-daerah tertentu yang
masih menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantarnya
seperti Aceh, Batak Sunda Jawa, Madura, Bali dan Makasar, akan
tetapi hanya sampai tahun ke tiga pendidikan Sekolah Dasar.

c). Alat Perhubungan pada Tingkat Nasional


Dalam hal ini bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komu-
nikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan
saja sebagai alat perhubungan antardaerah, dan antarsuku, melainkan
juga sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang sama latar
belakang sosial budaya dan bahasanya.

d) Alat Pegembangan Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan


Teknologi

14
Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang
memungkinkan kita membina dan mengembangkan suatu kebudayaan
nasional sedemikian rupa sehingga bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri
dan indentitasnya sendiri, yang membedakanya dengan kebudayaan
daerah Pada waktu yang sama, bahasa Indonesia dapat dipergunakan
sebagai alat untuk menyatakan nilai-nilai sosial budaya nasional.

2.8 Bahasa Indonesia Baku

Pengertian Bahasa Baku dan Nonbaku

Istilah bahasa baku telah dikenal oleh masyarakat luas. Namun,


pengenalan istilah tidak menjamin bahwa mereka memahami secara
kom- prehensif konsep dan makna istilah itu. Hal ini terbukti bahwa
masih banyak orang atau masyarakat yang berpendapat bahwa bahasa
baku sama dengan bahasa yang baik dan benar. Bahasa yang
dipergunakan di dalam situasi tidak sesuai pun dianggap sebagai
bahasa baku Makna kata baku sendiri tampaknya tidak dipahami
secara benar, apalagi makna bahasa baku. Hal itu disebabkan oleh
keengganan orang mencari makna istilah baku dan bahasa baku di
dalam kamus umum ataupun kamus istilah linguistic. Bahasa
Indonesia baku adalah bahasa yang menjadi pokok, yang menjadi
ukuran, atau yang menjadi standart. Bahasa baku adalah bentuk
bahasa yang biasa memakai kata kata atau ungkapan, struktur kalimat,
ejaan, dan pengucapan yang biasa dipakai oleh mereka yang
berpendidikan, seperti pejabat, ahli, dosen, guru, ilmuwan,
cendikiawan, dan sebagainya. Bahasa nonbaku adalah bahasa yang
biasa diucapkan dan digunakan pada kesempatan yang tidak formal
atau tidak resmi.

15
Fungsi Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia baku mempunyai empat fungsi yang secara satu per satu dapat
dijelaskan sebagai berikut. Pertama, bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai
pemersatu. Bahasa Indonesia baku mempersatukan atau menghubungkan penutur
berbagai dialek bahasa itu. Bahasa Indonesia baku mempersatukan mereka
menjadi satu masyarakat bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia baku mengikat
kebhinekaan rumpun dan bahasa yang ada di Indonesia dengan mengatasi batas-
batas kedaerahan. Bahasa Indonesia baku merupakan wahana atau alat dan
pengungkap kebudayaan nasional yang utama. Fungsi pemersatu ini ditingkatkan
melalui usaha memberla- kukannya sebagai salah satu syarat atau ciri manusia
Indonesia modern.

Kedua, bahwa bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penanda kepribadian.


Bahasa Indonesia baku merupakan ciri khas yang membeda- kannya dengan
bahasa-bahasa lainnya. Bahasa Indonesia baku memperkuat perasaan kepribadian
nasional masyarakat bahasa Indonesia baku. Indonesia kita mengatakan identitas
kita. Bahasa Indonesia baku berbeda dengan bahasa Malaysia atau bahasa Melayu
di Singapura dan Brunai Darussalam. Bahasa Indonesia baku dianggap sudah
berbeda dengan bahasa Melayu Riau yang menjadi induknya.

Ketiga, bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penambah wibawa. Pemilikan


bahasa Indonesia baku akan membawa serta wibawa atau prestise. Fungsi
peimbawa wibawa berkaitan dengan usaha mencapai kesederajatan dengan
peradaban lain yang dikagumi melalui pemerolehan bahasa baku. Di samping itu,
pemakai bahasa yang mahir berbahasa Indonesia baku "dengan baik dan benar
memperoleh wibawa di mata orang lain. Fungsi yang menyangkut kewibawaan itu
juga terlaksana jika bahasa Indonesia baku dapat dipautkan dengan hasil teknologi
baru dan unsur kebudayaan baru. Warga masyarakat secara psikologis akan
mengi-dentifikkan bahasa Indo- nesia baku dengan masyarakat dan kebudayaan
modern dan maju sebagai pengganti pranata, lembaga, bangunan indah, jalan raya
yang besar. Gengsi juga melekat pada bahasa Indonesia karena ia dipergunakan
oleh masyarakat yang berpengaruh yang menambah wibawa pada setiap orang
yang mampu menggunakan bahasa Indonesia baku.

Keempat, bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan. Bahasa


Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pema- kaiannya dengan
adanya norma atau kaidah yang dikodifikasi secara jelas. Norma atau kaidah

16
bahasa Indonesia baku menjadi tolak ukur pemakaian bahasa Indonesia baku
secara benar. Oleh karena itu, penilaian pemakaian bahasa Indonesia baku dapat
dilakukan. Norma atau kaidah bahasa Indo- nesia baku juga menjadi acuan umum
bagi segala jenis pemakaian bahasa yang menarik perhatian yang karena
bentuknya yang khas, seperti bahasa ekonomi, bahasa hukum, bahasa sastra,
bahasa iklan, bahasa media massa, surat-menyurat resmi, bentuk surat keputusan,
undangan, pengumuman, kata-kata sambutan, ceramah, dan pidato.

Konteks Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia baku dipakai di dalam beberapa konteks. Pertama, dalam


komunikasi resmi, yaitu dalam surat-menyurat resmi atau dinas, pengumuman-
pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perun- dang-undangan,
penamaan, dan peristilahan resmi. Kedua, dalam wacana teknis, yaitu dalam
laporan resmi dan karya ilmiah berupa makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan
laporan hasil penelitian. Ketiga, dalam pembicaraan di depan umun, yaitu
ceramah, kuliah, dan kotbah. Keempat, dalam pembi- caraan dengan orang yang
dihormati, yaitu atasan dengan bawahan di dalam kantor, siswa dan guru di kelas
atau di sekolah, guru dan kepala sekolah di pertemuan pertemuan resmi,
mahasiswa dan dosen di ruang perkuliahan. Di dalam konteks pertama dan kedua
didukung oleh bahasa Indonesia baku tulis. Konteks kedua dan ketiga didukung
oleh bahasa Indonesia baku lisan. Di luar konteks itu dipergunakan bahasa
Indonesia nonbaku atau bahasa Indonesia nonstandar

Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku

Secara umum dapat diketahui bahwa bahasa Indonesia baku mempunyai tiga ciri,
yaitu (1) memiliki keunggulan wilayah dan waktu penggunaan, (2) kemantapan
dinamis, dan (3) cendekia. Dalam hal ini, kemantapan dinamis berarti bahwa
kaidah bahasa Indonesia baku relatif tetap serta tidak berubah setiap saat. Ciri
cendekia berarti bahwa bahasa Indonesia baku mencerminkan cara berpikir yang
teratur, logis, dan siste matis. Untuk mengungkapkan gagasan, bahasa Indonesia
baku dapat digu- nakan untuk menyampaikan isi pikiran secara teratur dan
sistematis. Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa
kaidah dan aturan yang tetap. Baku atau standar tidak adapat berubah setiap saat.
Pemakaian bahasa baku juga bersifat kecendikiawan. Perwujudan dalam kalimat,
paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau
pemikiran yang teratur dan masuk akal. Ciri ragam bahasa baku yang terakhir
adalah berpraanggapan adanya keseragaman. Secara lebih spesifik dapat juga
disajikan 14 ciri bahasa Indonesia baku sebagai hasil sintesis dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Harimurti Kridalaksana, Anto M. Muliono, dan Suwito
(Barus dkk, 2014: 13-15), yakni sebagai berikut.

17
(1) Pelafalan sebagai bagian sustem fonologi bahasa Indonesia baku adalah
pelafalan yang relatif bebas dari atau sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek

Misalnya:

Kata [keterampilan] diucapkan [katarampilan] (salah), ketrampilan) (salah)

(2) Bentuk kata yang berawalan me dan ber-, dan lain-lain sebagai bahagian
morfologi bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di
dalam kalimat. Misalnya:

Banjir menyerang kampung yang banyak penduduknya itu.

Ibu mengkritik penampilan kakak

Kuliah sudah berjalan dengan baik.

(3) Konjungsi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara
jelas dan tetap di dalam kalimat.

Misalnya:

Sampai dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapa pun, karena semua
dianggapnya penipu.

Dia sudah mengetahui bahwa kamu akan datang

Tabungannya sudah mulai menipis, tetapi ia tidak berhenti boros. Dito


mengerjakan tugas setelah pulang kuliah.

(4) Partikel -kah, -lah, dan -pun sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia
baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.

Misalnya:

Turunkanlah jangkar itu!

Bagaimanakah cara merawat kapal ?

Bagaimanapun kita harus mengantisipasi ombak besar yang mungkin datang.

(5) Preposisi atau kata depan sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia

18
baku dituliskan secara jelas dan tetap dalam kalimat.

Misalnya:

Saya bertemu dengan kapten kapal itu kemarin.

la benci sekali kepada orang itu,

(6) Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bahagian morfologi bahasa
Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap sesuai dengan fungsi dan tempatnya
di dalam kalimat.

Misalnya:

Mereka-mereka itu harus diawasi setiap saat.

Negara-negara melaksanakan pembangunan ekonomi.

Rumah-rumah itu memiliki fasilitas mewah.

(7) Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bahagian morfologi bahasa
Indonesia baku ditulis secara jelas dan tepat dalam kalimat

Misalnya:

Saya - Anda bisa bekerja sama di dalam tugas ini

Aku- engkau sama-sama berkepentingan tentang problema

Saya-Saudara memang harus bisa berpengertian yang sama itu.

(8) Pola kelompok kata kerja aspek + agen+ kata kerja sebagai bahagian kalimat
bahasa Indonesia baku di tulis dan diucapkan secara jelas dan tetap di dalam
kalimat.

Misalnya:

Reputasi Anda telah kami ketahui

Kiriman barang sudah saya terima

Orderan Anda sudah saya proses

(9) Konstruksi dan bentuk sintesis sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia
baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.

19
Misalnya: saudaranya, dikomentari, menerjang ombak

(10) Fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) sebagai bahagian kalimat bahasa
Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap didalam kalimat.

Misalnya:

Kapal itu terkatung-katung di Samudera Pasifik Perusahaan pelayaran harus


memberi pelayanan yang baik kepada konsumen. Ayah memberikan kami baju
baru saat Idul Fitri kemarin.

2.9 Teori Belajar Bahasa

BAB 3

20
PENUTUP

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA

21
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia

https://ditsmp.kemdikbud.go.id/dari-mana-datangnya-bahasa-indonesia

22

Anda mungkin juga menyukai