Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEDATANGAN DAN PENYEBARAN PENGARUH PERADABAN INDIA


DI KAWASAN ASIA TENGGARA
(Di ajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Asia Tenggara)

Dosen Pengampu:
Drs. Sumarjono, M.Si.
Robit Nurul Jamil, M.Pd

Disusun oleh :

Nadia Fiantika 200210302016


Geo Kristian 200210302041
Haidar Hasani Ashari 200210302083
Adhelia Mahira Putri 200210302090

Kelas B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULITAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt atas segala Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Kedatangan dan Penyebaran Pengaruh Peradaban India di Kawasan Asia
Tenggara” Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena ilmu dan
pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukanmasukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, terutama
rasa terima kasih yang sebesarnya kepada Bapak Drs. Sumarjono, M.Si. dan Bapak
Robit Nurul Jamil, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Asia
Tenggara di Universitas Jember.
Tak lupa penulis berharap semoga Allah swt memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai ibadah, Amin Yaa Rabbal Alamin. Demikianlah semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita khususnya dan pembaca umumnya. Amiin.

Jember, 23 Maret 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2


BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 4
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 5
BAB 2. PEMBAHASAN ................................................................................................... 6
2.1 Asal-Usul Penyebaran Peradaban India Di Kawasanasia Tenggara........................ 6
2.2 Teori Penyebran Peradaban India di Asia Tenggara .......................................... 9
2.3 Penyebaran Peradaban India Bisa Di Kawasan Asia Tenggara ...................... 12
2.4 Pengaruh Penyebaran Peradaban India Di Kawasan Asia Tenggara ............. 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 17

3
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Para sarjana Barat biasanya menggunakan istilah Hinduisme. Ini biasanya
digunakan untuk menunjukkan wilayah Asia Tenggara yang dipengaruhi oleh
budaya India. Sarjana Perancis G. Coedes menggunakan istilah Les etats
hinduises untuk menyebut negara-negara Asia Tenggara yang dipengaruhi oleh
budaya India (Coedes, 1964).
Memang, Hinduisme tidak hanya berperan, tetapi agama Buddha juga
memainkan peran penting dalam mempengaruhi kehidupan budaya negara-
negara Asia Tenggara. Di beberapa negara Asia Tenggara, agama Buddha
adalah agama yang dominan, seperti Burma, Thailand, dan Kamboja. Hindu dan
Budha memainkan peran yang sama di Indonesia.
Tentang sejarah perkembangan agama hindu dan budha di asia tenggara.
Memang sulit untuk menarik garis yang jelas di antara keduanya, terutama
ketika berhadapan dengan Buddhisme esoteris. Menghadapi pemujaan terhadap
Civa Buddha yang berkembang di Jawa sekitar abad ke-13
Pengaruh budaya India terus berkembang hingga mempengaruhi tatanan
sosial politik masyarakat Asia Tenggara. Hal ini dibuktikan dengan berdirinya
kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha di Asia Tenggara pada masa ini.
Ada beberapa teori yang menunjukkan bagaimana negara India ini
menginvasi Asia Tenggara dan menyebarkan budayanya. Ada tiga teori
populer: Teori Ksatria, Teori Waisya, dan Teori Brahmana. Penyebaran
peradaban penduduk asli Amerika mempengaruhi Asia Tenggara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana asal-usul penyebaran peradaban India di kawasanAsia
Tenggara?
2. Bagaimana teori penyebaran peradaban India di Kawasan Asia Tenggara?
3. Bagaimana peradaban India bisa menyebar di kawasan Asia Tenggara?
4. Apa pengaruh yang ditimbulkan dari adanya penyebaran peradaban India
di kawasan Asia Tenggara?

4
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui asal-usul penyebaran peradaban India di kawasanAsia
Tenggara
2. Untuk mengetahui teori penyebaran peradaban India di kawasanAsia
Tenggara
3. Untuk mengetahui penyebaran peradaban India bisa di kawasan Asia
Tenggara
4. Untuk mengetahui pengaruh penyebaran peradaban India di kawasan Asia
Tenggara

5
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Asal-Usul Penyebaran Peradaban India Di Kawasanasia Tenggara


Peninggalan-peninggalan arkeologi yang paling tua yang masih ada
tidak semestinya dari gelombang pertama yang membawa peradaban India. Besar
kemungkinan bahwa para pendeta yang menyucikan candi-candi dari ajaran
Brahmanisme dan Budhisme awal, sudah didahului oleh kaum pelaut, pedagang,
atau perantau yang mendirikan pemukiman-pemukiman yang diindinisasikan yang
pertama. Pemukiman seperti (Oc Eo Conchinchina, Kuala Selinsing di Perak,
Sempaga di Sulawesi, dsb) didirikan di situs-situs Neolitik, yang barangkali dari
dahulu kala disinggahi para pelaut yang datang dari India. Cedes,.G (2010:42).

India mulai melakukan kunjungan rutin ke negeri-negeri Asia Tenggara,


tetapi sekitar 2.000 tahun yang lalu cerita tentang mantan pedisi menjadi umum di
India, menawarkan informasi tentang negeri aneh dan eksotis seperti Yavadvipa ,
pulau yang konon terendam air dalam perak dan emas. Proses penyebaran budaya
India sering disebut "Indianisasi".Diperkirakan pertemuan dengan para pelaut dan
musafir dari India terjadi pada awal tarikh Masehi. Penduduk Asia Tenggara masa
itu telah membentuk komunitas-komunitas di tepian pantai dengan demografi yang
cukup memadai. Mereka membentuk Bandarbandar nelayan yang telah
berhubungan satu dengan lainnya di wilayah tepian pantai yang tidak terlalu jauh.

Di daerah aliran sungai Menam, di situs Phra Pathom, dan lebih ke barat
di situs Phong Turk di tepi sungai Kanburi, telah terungkap adanya subasemen
bangunan dan arca-arca Budha gaya Gupta dan pasca-Gupta serta sebuah arca
Budha kecil dari perunggu abad ke-3 atau 4M. Di Kamboja, Pada abad-abad
pertama Masehi di Asia Tenggara telah muncul sebuah kerajaan bernama Funan.
Kerajaan ini merupakan cakal bakal dari kerajaan Kamboja di kemudian hari.
Kerajaan Tiongkok baru mengadakan hubungan diplomatik dengan kerajaan Funan
pada pertengahan abad ke III. dengan mengirimkan utusan yang bernama Kang Tai
dan Tchou-ying. Menurut orang China, kerajaan Fu-nan didirikan oleh brahmana
Kaundinya pada abad ke-1 M.. Orang-orang ini dikatakan datang dari suatu tempat
yang mungkin sekali adalah India, mungkin Semenanjung Melayu atau mungkin

6
juga dari pulau-pulau sebelah selatan. Berita Cina ini juga mengatakan bahwa di
Oc Eo, kota pelabuhan dari kerajaan Funan, telah diketemukan sebuah medali emas
dari Kaisar Romawi yang bernama Antonius Pius Medali emas ini berasal dari
tahun 152 Masehi dan ditemukan bersamasama dengan sebuah meterar yang
berbahasa Sansekerta dari tahun yang sama. Di Funan sendiri telah ditemukan
empat buah inskripsi berbahasa Sansekerta. Inskripsi ini merupakan inskripsi tertua
yang pernah ditemukan di Funan Salah satu diantaranya diperkirakan berasal dari
jaman ketika adanya perhubungan pertama dengan kerajaan Tiongkok, yaitu kira-
kira pada pertengahan abad ke III Masehi.

Kerajaan Champa, di pantai Vietnam. Peninggalan arkeologi yang paling


tua yang di temukan di Champa adalah sebuah arca Budha dari Dong Durong
(Quang Nam). Tentang Semenanjung Tanah Melayu, orang China menyebut
negeri-negeri kecil yang diindisasikan mulai abad ke 2 M. Prasasti sanskertanya
tidak lebih tua dari abad ke 4M. Menurut catatan sejarah dinasti Ling di Tiongkok
yang memerintah dalam tahun 515 Masehi, disebutkan bahwa kira-kira pada
permulaan abad ke II Masehi, di bagian Utara dari Semenanjung Melayu terdapat
juga sebuah kerajaan yang bersifat India. Kerajaan itu disebutnya Kerajaan Langga-
siu. Nama ini dapat diidentifikasikan dengan Langkasuka. Tradisi Melayu sendiri
yang didasarkan pada kitab Hikaat Marong Mahawangsa, mengatakan bahwa pada
jaman dahulu kala di daerah dekat Kedah terdapat sebuah kerajaan yang bernama
Langkasuka yang dipimpin oleh seorang raja bernama Mahawangsa. Selanjutnya
berita Cima itu mengatakan bahwa di sebelah Utara Langga-siu, di sekstar teluk
Siam, terdapat sebuah kerajaan yang oleh orang Tionghoa disebut Pan-p an.
Kerajaan Pan an ini menginmkan utusannya ke Tiongkok dalam tahun 450 Masehi.
Dikatakan pula bahwa di negeri P'anP'an ini banyak terdapat orang-orang
Brahmana yang dari India. Di samping berita-berita Cina, peninggalan-peninggalan
arkeologi yang ditemukan terserak di daerah Asia Tenggara, juga dapat
memberikan petunjuk' tentang adanya perhubungan pertama dengan kebudayaan
India. Di Pra Pathonm dan Pong Tuk di tembah sungai Menam telah ditemukan
bekas-bekas bangunan serta patung-patung Buddha yang bergaya seni arca Gupta,

7
Juga arca-arca kecil dari perunggu yang bergaya seni arca Amarawati, yang diduga
berkembang di India sekitar abad ke II sampai ke IV Masehi.

Di Nusantara, prasasti-prasasti Sanskerta dari Mulawarman di daerah


Kutai di Kalimantan berasal dari awal abad ke 5 M. dan dari Purnawarman dari
pertengahan abad yang sama. Tetapi beberapa arca Budha ada yang lebih tua,
terutama yang ditemukan di Sulawesi dan sesuai dengan tradisi Amaravati dan dari
Srilanka (abad ke-4/5M), Lalu arca Budha yang ditemukan di selatan daerah Jember
(Jawa Timur) yang menunjukkan pengaruh Sri lanka (abad ke 4-6 M). Adanya
arca-arca Budha asal India sebelum abad ke-5M di pantai Vietnam tengah
merupakan bukti mengenai jauhnya pelayaran yang sejak abad awal tarikh Masehi
membawa orang India sampai ke ujung yang paling jauh dari wilayah Kolonisasi
mereka. Goerge Codes lebih cenderung bahwa pengaruh India dan Hinduisasi ke
nusantara dilakukan karena faktor perdagangan. India sebagai wilayah transit
menuju Timur dan Barat, akhirnya pengaruh India sampai nusantara. Mengapa
Hindu diterima penduduk nusantara, karena masih sesuai dengan kepercayaan
dinamisme dan animisme yang dianut penduduk nusantara.

Rempah-rempah, kayu wangi, kamper kemenyan, termasuk hasil bumi


khas dari wilayah-wilayah dan pulau0pulau di seberang Sungai Gangga:
Takkola”Pasar Kardamunggu”, Karpuradvipa “Pulau kapur barus”, Narikeladvipa
“pulau pohon kelapa”, beserta benyak tempat dalam bahasa sanskerta yang serupa,
serta tempat yang kaya akan emas menunjukkan mengapa orang India tertarik ke
daerah-daerah itu. Lagi pula pelayaran jarak jauh mereka menyebrangi lautan
dimudahkan oleh dua faktor. Faktor pertama bersifat materiil, yaitu berkembangnya
ilmu pengetahuan perkapalan dan pelayaran di India dan di China, denga
pembanguna jung-jung untuk laut lepas yang mampu mengangkut 600-700
penumpang, pembuatnya memakai teknik yang digunakan di teluk persia. Dalam
sebuah teks China dari abad ke-3 M menunjukkan bahwa perangkat layar mereka
dalam arah memanjang itulah yang memungkinkan kapal melaju melawan angin.
Diketahui pula bahwa menjelang pertengahan abad pertama masehi, muslim
Yunani Hippalos telah menemukan silih bergantinya angin musim secara berkala.

8
Pengaruhnya meljitnya perdagangan maritim antara India dan pelabuhan-
pelabuhan Laut Merah yang merupakan gerbang dunis barat. Faktoryang kedua
yaitu yang bersifat moral, adalah perkembangan Budhisme. Maka tersebarnya
peradaban India ke arah Timur awal tarikh Masehi.

Pelaut dari India selatan berlayar ke negri-negeri emas, menghindari


jalan menyusuri pantai Benggala, tetapi mengambil risiko menyebrangi laut lepas.
Mereka melewati selat pada garis lintang 10º antara Kepulauan Andaman dan
Kepulauan Nikobar, atau lebih keselatan melewati selat antara Nikobar dan ujung
Aceh. Jika mereka mengikuti jalan pertama, pelaut sampai di Semenanjung dekat
Taku Pa. Jika mengikuti jalan yang kedua, mereka akan sampai di Semenanjung
dekat Keddah. Ditemukan benda-benda kuno di kedua situs ini. Dapat disimpulkan
bahwa peninggalan-peninggalan arkeologis tertua di wilayah tertua tidak ada yang
lebih tua dari masa Ptolemaeus (abad ke-2 M). Sangat mungkin kebudayaan India
menyebar ke kawasan Asia Tenggara baru sekitar abad ke-2-3 M. Hasil dari
penyebaran tersebut baru meninggalkan bukti-buktinya yang nyata pada abad ke-4-
-5 M.

2.2 Teori Penyebran Peradaban India di Asia Tenggara


Budaya India mulai masuk ke Asia Tenggara dimulai sejak abad pertama.
Penyebaran kebudaya India di wilayah ini dikenal dengan istilah Indianisasi.
Pernyataan ini diciptakan oleh arkeolog Prancis George Coedes dalam karya
sejarahnya yaitu Histoire ancienne des etats hindouises d’Extreme-Orient (The
Indianized States of Southeast Asia). Dia mendefinisikannya sebagai perpanjangan
dari budaya terorganisir berdasarkan asal-usul aristokrat India, Hindu-Buddha dan
dialek Sansekerta. Ada berbagai teori tentang bagaimana Indianisasi menyebar ke
pulau-pulau kecil dan daratan Asia Tenggara. Masing-masing teori yang berbeda
ini memperdebatkan perbedaan kasta India sebagai penyebar utama bahasa dan
budaya India di Asia Tenggara.

A. Teori Pedagang Waisya

9
Teori pertama berfokus pada kasta waisya atau pedagang dan peran
mereka dalam membawa tradisi dan kebudayaan India ke Asia Tenggara ini
melalui perdagangan. Asia Tenggara kaya akan sumber daya yang
diinginkan oleh India, terutama emas. Selama abad ke-4 Masehi, India
kekurangan atau keterbatasan emas karena Kekaisaran Romawi
mendominasi rute perdagangan tanah secara luas. Pedagang Waisya telah
berlayar ke Asia Tenggara untuk berdagang. Menurut G. Coedes salah satu
hal yang menginspirasi dan memotivasi Pedagang India datang ke Asia
Tenggara adalah ingin memperoleh barang pertambangan seperti emas dan
hasil hutan. Namun, kesimpulan bahwa Indianisasi hanya menyebar melalui
perdagangan tidak cukup. Indianisasi telah merasuki semua kelas
masyarakat Asia Tenggara, tidak hanya kelas pedagang.
B. Teori ksatria
Teori lain mengunkapkan Indianisasi menyebar melalui kelas
prajurit atau ksatria. Hipotesis ini dengan baik menjelaskan kemunculan
negara-negara Asia Tenggara ini dibawa oleh para ksatria dengan tujuan
untuk menaklukkan penduduk setempat dan membangun kekuatan politik
mereka sendiri
Namun, menurut Van Luer, teori ini memiliki kelemahan karena kurangnya
data dan bukti arkeologis yang cukup untuk mendukung perkembangbiakan
ksatria India. Selain itu, Van Luer berpendapat bahwa penjajahan oleh para
ksatria pasti dianggap sebagai kemenangan, tetapi catatan seperti itu tidak
dapat ditemukan dalam sumber-sumber tertulis India. Selain itu, penjajahan
selalu melibatkan perpindahan semua elemen sosial dari negara asal, seperti
sistem kasta, kerajinan, tipe rumah, tata kota, bahasa, dan asosiasi. Namun
kenyataannya, apa yang Anda lihat di Indonesia terdapat perbedaan dengan
India
C. Teori Brahmana
Teori Brahmana ini merupakan yang paling banyak dipraktekkan
untuk menyebarkan Indianisasi ke Asia Tenggara. Para brahmana ini
menggunakan rute yang ditetapkan oleh para pedagang Waisya dan

10
membawa banyak tradisi agama dan filosofi Hindu untuk menyebarkan elit
di Asia Tenggara. Setelah tradisi ini diadopsi oleh kelas elit, menyebar ke
semua kelas bawah, dan Indianisasi ada di semua kelas masyarakat Asia
Tenggara. Namun, Brahmana lebih berpengaruh daripada agama dan
filsafat, dan segera Asia Tenggara mengadopsi banyak sistem arsitektur dan
hukum yang dipengaruhi India.
D. Teori Arus Balik
Dalam teori Arus Balik menyatakanbahwa penyebaran pengaruh
budaya India di Asia Tenggara dilatarbelakangi oleh pengaruh raja-raja
lokal dan masyarakat adat. Pada awalnya terdapat hubungan perdagangan
antara Indonesia dan India yang sejalan dengan pesatnya perkembangan
agama Buddha. Ketika biksu Hindu berdagang di Indonesia, mereka
mendorong penduduk setempat untuk memeluk agama mereka. Selain itu,
dalam rangka memperdalam ajaran agama, kami mengirimkan pelajar dan
cendekiawan Asia Tenggara ke India untuk belajar agama langsung dari
India dan untuk mengajarkan ajaran kitab suci yang diajarkan ke negara asal.
Agama Hindu sendiri pada dasarnya bukan agama untuk masyarakat umum,
tetapi hanya untuk Brahmana. Mereka yang telah dijadikan brahmana harus
mempelajari kitab suci agama selama bertahun-tahun sebelum mereka dapat
menerima inti ajaran langsung dari para guru brahmana. Setelah ditahbiskan,
ia dianggap disucikan oleh Siwa dan dapat melakukan ritual tertentu seperti
Vratyatstoma (ritual untuk memuja seseorang).
Indianisai Asia Tenggara terjadi karena jaringan perdagangan
maritim yang luas yang memungkinkan para pedagang untuk mengekstrak
emas dan rempah-rempah dari Asia Tenggara. Ketika jaringan perdagangan
ini terbentuk, itu membuka jalan bagi kelas prajurit baru untuk
menggunakan keterampilan militer di beberapa bagian Asia Tenggara. Pada
akhirnya, jaringan perdagangan yang luas ini juga memungkinkan
masuknya cendekiawan Brahmana yang mengesankan banyak elit Asia
Tenggara dengan pengetahuan mereka tentang hukum, seni, filsafat, dan

11
banyak lagi. Oleh karena itu, sebagian besar adat India dan Hindu
disebarkan ke seluruh lapisan sosial Asia Tenggara oleh para Brahman.

2.3 Penyebaran Peradaban India Bisa Di Kawasan Asia Tenggara


Sejarah tersebarnya peradaban India kea rah timur, dimulai dari Selatan
Myanma lalu mengarah ke Thailand, Kamboja, Campa dan Barulah ke Nusantara.
Peradaban India di istilahkan “indianisai”. “tersebarnya kebudayaan India”, seakan-
akan dihadapkan dengan fakta-fakta sejarah yang tidak rumit dan terjadi pada suatu
masa tertentu. Peninggalan-peninggalan arkeologi yang paling tua masih ada yang
semestinya merupakan bekas-bekas dari gelombang pertama yang membawa
peradaban India.

Penemuan-pencmuan arkeologi di daerah itu dapat menerangkan bahwa


kepentingan-kepentingannya tidak hanya pada saat-saat permulaan dari penatrasi
kebudayaan India saya. tetapi juga pada waktu-waktu kemudian, ketika kerajaan
Crivijaya mengadakan pengawasan yang keras di daerah itu. Di samping itu ada
pula kemungkinan jalur perjalanan lain dengan melalui bagian Utara Burma. Dari
India dengan melalui daerah Assam, Burrua hulu, Yunan terus menuju ke
Tiongkok. Berita Cina menyebutkan bahwa jalur perjalanan 1ni sudah mulai
dipergunakan sejak awal tahun 128 Sebelum Masehi. Jalur perjalanan ini menjadi
semakin ramai, ketika kekuasaan Tiongkok didaerah Yung-ch'ang dalam tahun 699
Masehi dapat menguasai dacrah di seberang sungai Mekong bagian Hulu.

Dalam abad ke IV kerajaan Tiongkok mulai mengendorkan kekuasaannya


di daerah perbatasan Burma ini, untuk kemudian menghapuskan sama sekali
kekuasa an di daerah Yung-ch'ang dalam tahun 342 Masehi. Keadaan semacam ini
berlangsung sampai pada jaman kekuasaan Ko lufeng (749-779M) Kolofeng yang
berkedudukan di Nan-chao telah membuka kembali jalur perdagangan ini Tindakan
Kolofeng ini membawa akibat yang tidak kecil terhadap perkembangan daerah itu.
Antara lan menyebabkan perkembangan ekonomi di dacrah Burma Utara
meningkat dan yang menyebabkan pula adanya hubungan antara orang-orang Pyu

12
di Burma dengan dinasti T-ang di Tiongkok. Maka jalur lalu lintas antara India dan
Tiongkok yang sekian lamanya mati, kini hidup dan ramai sekali. Melalui jalan
inilah pengaruh India telah sampai pula ke kerajaan Thai di Nan-chao.

Disebutkan juga bahwa ada sebuah jalur perjalanan darat lain yang pernah
di pergunakan oleh musafir dulu yaitu jalur darat dari sungai Menam menuju sungai
Mekong. Jalur ini melalui dataran tinggi K-orat dengan melalui daerah Si T’ep
menuju ke daerah Busak di Kamboja. Kota Angkor, yang mempunyai peninggalan-
peninggalan arkeologi yang mengagumkan yang tidak hanya mempunyai sifat sifat
pengaruh India tetapi juga mempunyai ifat-sifat pengaruh dari Asia Tenggara
lainnaya, terletak jalur perjalanan itu.

Orang India yang berkumpul di tempat-tempat perdagangan di pantai untuk


mempunyai hubungan-hubungan dengan masyarakat pribumi di pedalaman
sehingga mempengaruhi kebudayaan mereka. Mekarnya peradaban-peradaban
India India amat sangat terpengaruhi oleh agama Hindu-Budha dan sastra Sanskerta
itu. Orang Brahmana yang menurut kaum pedagang terkenal karena kesaktian
mereka, mungkin dipanggil oleh pemimpin-pemimpin bumiputera untuk
meningkatkan kekuasaan dan martabat mereka. Permukiman India terbentuk.
Selain berdagang dan menyebarkan Hindu-Buddha, orang-orang India di Asia
Tenggara juga merupakan konsultan ketika beberapa wilayah di Asia Tenggara
hendak membentuk kerajaan yang pada awalnya berasal dari kampung yang
membesar dengan kepala kampung sebagai penguasanya.

Di samping itu ada kemungkinan jalur perjalanan lain dengan melalui


bagian utara Burma. Dari India dengan melalui daerah Assam, Burma hulu, Yunan
terus ke Tiongkok. Berita Cina menyebutkan bahwa jalur perjalanan ini sudah
mulai dipergunakan sejak awl tahun 1228 Sebelum Masehi. Jalur perjalanan ini
menjadi semakin ramai, ketika kekuasaan Tiongkok di daerah Yung-chang dalam
tahun 699 Masehi dapat mengusai daerah di seberang sungai daerah di seberang
sungai Mekong bagian hulu. Pendeta I-tsing menceritakan bahwa abad ke III pernah
ada orang pendeta Tinongkok menuju ke kerajaan Gupta di India melalui Jalur
perjalan ini.

13
Dapat disimpulkan masuknya pengaruh kebudayaan India di Asia
Tenggara, diawali dengan perhubungan perdagangan yang timbal balik. Namun
proses mengakibatkan mendalamnya kebudayaan India terutama di perkirakan oleh
orang-orang Asia Tenggara sendiri, yang secara aktif mau mendalami adat
kebiasaan dan agama itu di India, seperti yang telah dibuktikan dengan
ditemukannya bekas asrama bagi orang-orang Indonesia yang belajar di Nalanda.
Oleh karena bukannya tidak mungkin peranan Brahmana ini juga dilakukan oleh
Asia Tenggara sendiri sesudah mereka menjadi terpelajar dalam bidang keagamaan.

2.4 Pengaruh Penyebaran Peradaban India Di Kawasan Asia Tenggara


Akibat kontak budaya yang dilakukan antara orang-orang India dengan Asia
Tenggara yaitu berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu dalam kehidupan
sosial masyarakat Asia Tenggara, hal ini tampak pada sistem pengairan, kesenian,
arsitektur, dan sistem stratifikasi social. Berkaitan dengan ini George Coedes
menyebutkan adanya 4 unsur yang berkembang yaitu:

• Suatu konsepsi kerajaan bercirikan pemujaan Hindu atua Buddhis


• Ekspresi sastra dalam arti dari bahasa Sanskerta
• Pengambilan dari Ramayana, Mahabaratha, Purana dan naskah-
naskah Sanskerta lain yang memilki, inti tradisi kerajaan dan asal-usul
keturunan tradisional keluarga raja-raja dari daerah Sungai Gangga
• Surat-surat petunjuk Dharmasastra atau Undang-Undang suci
Hinduisme tentang manu.
Munculnya keraton besar di Asia Tenggara, misalnya Kerajaan Langkasuka di
Semenanjung Malaya Utara, Kerajaan Funen di Kamboja, Kerajaan Pagen di
Burma, Kerajaan Dvaravati di Thailand dan sebagainya.

Berkembangnya agama Buddha di Asia Tenggara. Kira-kira tahun 100 SM,


Sangiti Buddhisme ke IV di Kaniskhapura atau Peshawar menghasilkan pemecahan
faham Buddha dalam Mahayana dan Hinayana. Paham Buddha Mahayana antara
tahun 150-250 AD sudah berkembang di kawasan Asia Tenggara, hal ini ditandai

14
dengan banyaknya patung Buddha Dipangkara Langgam Amarawati di tepi Sungai
Kistna pada pantai timur India, yaitu di Pongtiuk (Thailand), Duong Duang Annam
dan di daerah Indonesia (Jember, Seguntang, Sempaga) (Noorwijanto, 1996: 23-
24).

Di Teluk Menam tempat Pra Pathom dan P’ong Tuk muncul bukti tertua
pengaruh India. Bukti itu berupa fondasi-fondasi bangunan dan patung-patung
Buddha gaya Gupta, disamping patung perunggu kecil Buddha dalam gaya
Amaravati yang berkembang di India antara abad kedua dan keempat.

Nama-nama yang terdapat di Asia Tenggara dapat diambil untuk


menunjukkan hubungan-hubungan lokasi dengan India. Dengan demikian di
Burma nama-nama Ussa (Pegu) dan Shri Ksetra (Hmawza atau Prome lama)
mungkin menunjukkan hubungan yang sangat tua dengan Orissa, sementara
Talaing, nama Burma bagi rakyat Mon di sebelah selatan, rupanya berasal dari
Telingana di daerah Madras yang ada hubungan erat di bidang kebudayaan.

Ho-ling nama Cina untuk kerajaan Jawa mula-mula, mungkin


menggambarkan Kling, juga nama yang dipakai untuk India bagian selatan di
Malaya dan Kamboja, dan menunjukkan hubungan asli dengan Kalinga. Orang
Batak Karo di Sumatera mempunyai nama-nama marga seperti Chola, Pandya,
Pallawa dan Malaya, semuanya datang dari orang-orang India suku Dravida.

Tradisi dinasti Raja Funan kembali seperti yang telah dikatakan terdahulu
yaitu Chola dan Pallawa di bagian selatan India, ketika melukiskan asal perkawinan
dalam dongeng antara seorang Brahmana bernama Kaundinya dengan puteri Naga.
Kaundinya adalah nama klan Brahmana di India Utara yang cabang-cabangnya
berpengaruh di Mysore dalam abad II Masehi (Hall, 1988: 19-23).

15
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengaruh kebudayaan India tersebar luas di wilayah Asia Tenggara.
Unsur-unsur India, bahkan hingga saat ini, dapat diidentifikasikan melalui bahasa
dan budaya di sebagian kawasan ini, Indianisasi yang dipahami dalam konteks Asia
Tenggara sejajar dengan proses yang terjadi di subbenua India sendiri yaitu
penyebaran unsur-unsur budaya yang berkaitan dengan agama Hindu ke arah
selatan dari akar mereka di Arya, daerah utara.Masuknya pengaruh kebudayaan
India di Asia Tenggara, diawali dengan perhubungan perdagangan yang timbal
balik. Namun proses yang mengakibatkan mendalamnya kebudayaan India
terutama diperankan oleh orang-orang Asia Tenggara sendiri, yang secara aktif mau
mendalami adat kebiasaan dan agama itu di India, seperti yang telah dibuktikan
dengan ditemukannya bekas asrama bagi orang-orang Indonesia yang belajar di
Nalanda. Jadi Indiasi sebagai tersebarnya suatu kebudayaan yang terorganisir, yang
berlandaskan konsep India tentang Kerajaan yang ciri khasnya adalah agama Hindu
atau Agama Budha, mitologi purana, kepatuhan pada Dharmasastra dan cara
pengungkapannya adalah bahasa Sansekerta. Pengaruh kebudayaan India tersebar
luas di wilayah Asia Tenggara. Unsur-unsur India, bahkan hingga saat ini, dapat
diidentifikasikan melalui bahasa dan budaya di sebagian kawasan ini, Indianisasi
yang dipahami dalam konteks Asia Tenggara sejajar dengan proses yang terjadi di
subbenua India sendiri yaitu penyebaran unsur-unsur budaya yang berkaitan dengan
agama Hindu ke arah selatan dari akar mereka di Arya, daerah utara

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T. dan A.B Lapian. 2011. Indonesia dalam Arus Sejarah jilid II:
Kerajaan Hindu-Budha. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve
Amrun, J., & Khairiyah, K. (2019). NUSANTARA; Jalur Lintas Peradaban
Dunia. Nusantara; Journal for Southeast Asian Islamic Studies, 15(1), 50-
61.
Coedes George. 2010. Asia Tenggara Masa Hindu Buddha. Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia
Poesponegoro. dan Marwati, D. 1984. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta:
Balai Pustaka.

17

Anda mungkin juga menyukai