Anda di halaman 1dari 27

KERAJAAN-KERAJAAN HINDU BUDDHA DI INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas Sejarah

Nama Kelompok :

 Luluk rochani putri (01)


 Rena elisya vanisa (02)
 Timotius dana S. (03)
 Wahyu arianto (04)
 Yayang wibi eka S.

kelas XI IPA 3

SMA NEGERI 1 TULUNGAGUNG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami selaku penulis alhamdulillah dapat
menyelesaikan makalah sejarah tentang kerajaan-kerajaan hindu Buddha di
Indonesia.

Kebudayaan, hasil budaya dan kepercayaan yang selama ini kita masih
lestarikan dan kita anut adlah hasil dari warisan dari pendahulu kita yang mampu
memperjuangkan dalam masa awal perkembangan masuknya budaya dan agama.
Bahkan pemerintahan di Negara kita,tidak lepas dari sejarah yang awal mulanya
berasal dari pengaruh pemerintahan yang bersifat tradisional yaitu kerajaan.

Suatu Negara tidak akan maju apabila tidak mau mempelajari sejarahnya.
Dengan sejarah kita mampu mengenal jati diri kita khususnya bangsa Indonesia.

Semoga makalah yang kami susun dapat memenuhi tugas yang telah diberikan
oleh Bapak Amal selaku guru pelajaran sejarah kami. Serta semoga makalah ini
dapat berguna bagi para pembaca dalam belajar sejarah, khususnya
Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Hindu Buddha di Indonesia .

Atas nama penulis, kami mohon maaf apabila ada kekurangan-kekurangan


dan kesalahan-kesalahan yang ada dalam makalah ini baik yang kami sengaja
maupun tidak. Kesempurnaan hanyalah milik-Nya bukan milik kami sebagai
makhluk ciptaann-Nya.

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................3
D. Manfaat ......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................5
A. Penyiaran Agama Buddha .............................................................................5
B. Penyiaran Agama Hindu ................................................................................6
1. Teori Sudra.................................................................................................6
2. Teori Waisya ..............................................................................................6
3. Teori Ksatria ...............................................................................................6
4. Teori Brahmana ..........................................................................................6
5. Teori Arus Balik ..........................................................................................6
a) Kerajaan Kutai ............................................................................................6
b) Kerajaan Tarumanegara .............................................................................9
Raja-rajaTarumanegara: .....................................................................................12
c) Kerajaan Kalingga ....................................................................................14
d) Kerajaan Sriwijaya ....................................................................................17
BAB III PENUTUP ..................................................................................................23
A. Kesimpulan ..................................................................................................23
B. Saran ...........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................24
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada permulaan tarikh masehi, di Benua Asia terdapat dua negeri besar yang
tingkat peradabannya dianggap sudah tinggi, yaitu India dan Cina. Kedua negeri
ini menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan yang baik. Arus lalu lintas
perdagangan dan pelayaran berlangsung melalui jalan darat dan laut. Salah satu
jalur lalu lintas laut yang dilewati India-Cina adalah Selat Malaka. Indonesia yang
terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua samudera, serta berada di dekat
Selat Malaka memiliki keuntungan, yaitu:

a. Sering dikunjungi bangsa-bangsa asing, seperti India, Cina, Arab, dan


Persia,
b. Kesempatan melakukan hubungan perdagangan internasional terbuka
lebar,
c. Pergaulan dengan bangsa-bangsa lain semakin luas, dan
d. Pengaruh asing masuk ke Indonesia, seperti Hindu-Budha.

Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran


internasional menyebabkan timbulnya percampuran budaya. India merupakan
negara pertama yang memberikan pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam
bentuk budaya Hindu. Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan para ahli
tentang proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke Indonesia.
1. Hipotesis Brahmana

Hipotesis ini mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam


upaya penyebaran budaya Hindu di Indonesia. Para brahmana mendapat
undangan dari penguasa Indonesia untuk menobatkan raja dan memimpin
upacara-upacara keagamaan. Pendukung hipotesis ini adalah Van Leur.

2. Hipotesis Ksatria

Pada hipotesis ksatria, peranan penyebaran agama dan budaya Hindu


dilakukan oleh kaum ksatria. Menurut hipotesis ini, di masa lampau di India sering
terjadi peperangan antargolongan di dalam masyarakat. Para prajurit yang kalah
atau jenuh menghadapi perang, lantas meninggalkan India. Rupanya, diantara
mereka ada pula yang sampai ke wilayah Indonesia. Mereka inilah yang kemudian
berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di tempat itu
pula terjadi proses penyebaran agama dan budaya Hindu. F.D.K. Bosch adalah
salah seorang pendukung hipotesis ksatria.

3. Hipotesis Waisya

Menurut para pendukung hipotesis waisya, kaum waisya yang berasal dari
kelompok pedagang telah berperan dalam menyebarkan budaya Hindu ke
Nusantara. Para pedagang banyak berhubungan dengan para penguasa beserta
rakyatnya. Jalinan hubungan itu telah membuka peluang bagi terjadinya proses
penyebaran budaya Hindu. N.J. Krom adalah salah satu pendukung dari hipotesis
waisya

4. Hipotesis Sudra

Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah
menyebabkan golongan sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian
meninggalkan India dengan mengikuti kaum waisya. Dengan jumlah yang besar,
diduga golongan sudralah yang memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu
ke Nusantara.
Selain pendapat di atas,ada pendapat yang Dikemukakan oleh F. D. K.
Bosch. menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar agama Hindu
dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang disebut
Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk
menyebarkannya. Hal ini berdasarkan hubungan maritim dan perda-gangan antara
Indonesia dengan India. Melalui hubungan itulah bahasa Sanskerta, hu-ruf
Pallawa, dan agama Hindu masuk ke Indonesia. Para Raja Nusantara
mendatangkan para Brahmana agar para Raja Nusantara mendapat investiture
(pengesahan atau penga-kuan) dari para Raja India.Pendapat semacam ini
disebut Teori Arus Balik.

Pada umumnya para ahli cenderung kepada pendapat yang menyatakan


bahwa masuknya budaya Hindu ke Indonesia itu dibawa dan disebarluaskan oleh
orang-orang Indonesia sendiri. Bukti tertua pengaruh budaya India di Indonesia
adalah penemuan arca perunggu Buddha di daerah Sempaga (Sulawesi Selatan).
Dilihat dari bentuknya, arca ini mempunyai langgam yang sama dengan arca yang
dibuat di Amarawati (India). Para ahli memperkirakan, arca Buddha tersebut
merupakan barang dagangan atau barang persembahan untuk bangunan suci
agama Buddha. Selain itu, banyak pula ditemukan prasasti tertua dalam bahasa
Sanskerta dan Malayu kuno. Berita yang disampaikan prasasti-prasasti itu
memberi petunjuk bahwa budaya Hindu menyebar di Kerajaan Sriwijaya pada
abad ke-7 Masehi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah agama Hindu dan Buddha ?


2. Bagaimana pengaruh agama ini dalam kehidupan masyarakat ?
3. Kerajaan apa saja yang dihasilkan dari agama ini ?

C. Tujuan Penulisan

Secara umum makalah in betujuan untuk memberi pengetahuan dan informasi


kepada pembaca lebih luas mengenai perkembangan tradisional agama Hindu
dan Buddha di Indonesia.
Penulisan ini juga memiliki tujuan khusus yaitu:
1. Memberi pengetahuan tentang perkembangan agama hindhu dan budha di
Indonesia.
2. Mengetahui peninggalan-peninggalan sejarah berupa kerajaan yang
tersebar di seluruh nusantara, khususnya kerajaan yang bercorak Hindhu dan
Buddha.
3. Mengetahui Sejarah masuknya agama hindu dan Buddha serta kaitannya
dengan kehidupan masyarakat.

D. Manfaat

Makalah ini dapt bermanfaat bagi pembaca untuk lebih bisa mengetahui
bagaimana perkembangan agama Hindhu da Budha di Indonesia beserta
peninggalanya. Dan semoga bisa mendorong para pembaca untuk melestarikan
budaya dan kesenian yang telah diwariskan kepada kita semua sebagai jati diri
bangsa kita dengan cara memelihara dan membangun hasil-hasil karya pendahulu
kita supaya berguna bagi kesatuan dan kemakmuran bangsa Indonesia.
BAB II PEMBAHASAN

Indonesia telah terpengaruh kebudayaan india, misalnya ditemukanya arca


Buddha yang terbuat dari perunggu di daerah Sempaga (sulsel). Arca tersebut
merupakan langggam Amarawati dari India selatan. Arca sejenis ini juga
ditemukan di Jember dan Bukit Siguntang (SumSel). Berarti dapat diambil
kesimpulan bahwa pengaruh India sudah lama masuk di Indonesia. Proses
masuknya pengaruh india di Indonesia disebut juga Hinduisasi. Masuknya
pengaruh India ini bisa disebabkan dari kegiatan dagang India-Cina, lewat
perdagangan ini mereka bisa memberikan informasi bahkan menyebarkan agama
dan kebudayaan masing-masing.
Dari kegiatan dagang ini India dan Indonesia terjadi hubungan arus
balikdalam penyebaran agama Hindu, Buddha. Di Indonesia sendiri agama
Buddha sudah lebih dahulu masuk tetapi belum berkembang pada saat agama
Hindu masuk. Setelah masuknya agam Hindu Buddha, budaya Indonesia
mengalami perubahan, dan lahir budaya akulturasi antara budaya Indonesia
sendiri dengna budaya hindu Buddha. Berikut diantaranya penyebaran agama
Hindu dan Buddha :

A. Penyiaran Agama Buddha


Penyebaran Agama Budha lebih awal dari Agama Hindu. Karena Agama
Budha bersifat terbuka bagi semua orang. Penyebaran Agama Budha ini disebut
Dharmaduta. Dharma adalah apa yang menjadi kewajiban dan beban manusia
sebagai anggota masyarakat. Sedangkan duta berarti orang yang menyebarkan.
Diperkirakan Agama Budha di Indonesia sudah ada sejak abad kedua. Buktinya
adalah sebagai berikut:
 Ditemukannya Arca Budha Perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan, dan
di Jember. Keduanya berlanggam Amarawati, berasal dari India Selatan.
 Ditemukannya Arca Budha Batu di Palembang.
B. Penyiaran Agama Hindu
Beberapa teori tentang penyebaran Agama Hindu :

1. Teori Sudra

Dikemukakan olehVan Faber. Menyatakan bahwa penyebar Agama Hindu di


Indonesia adalah orang-orang India yang berkasta Sudra.

2. Teori Waisya

Dikemukakan oleh N. J. Krom. Menyatakan bahwa orang-orang kasta Waisya-


lah yang menyebarkan Agama Hindu ke Indonesia.

3. Teori Ksatria

Dikemukakan oleh C. C. Berg, J. L. Moens, dan Mookerdji. Menyatakan


bahwa orang-orang kasta Ksatri yang menyebarkan Agama Hindu ke Indonesia.

4. Teori Brahmana

Dikemukakan oleh J. C. van Leur dan Nilakantha Shastri. Menyatakan bahwa


kaum Brahmana yang telah menyebarkan Agama Hindu ke Indonesia.

5. Teori Arus Balik

Dikemukakan oleh F. D. K. Bosch. Hal ini berdasarkan hubungan maritim dan


perda-gangan antara Indonesia dengan India. Melalui hubungan itulah bahasa
Sanskerta, hu-ruf Pallawa, dan agama Hindu masuk ke Indonesia. Para Raja
Nusantara mendatangkan para Brahmana agar para Raja Nusantara mendapat
investiture (pengesahan atau penga-kuan) dari para Raja India.

a) Kerajaan Kutai

Kerajaan kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan ini terletak ditepi
sungai Mahakam di Muarakaman, Kalimantan Timur, dekat kota Tenggarong.
Diperkirakan Kerajaan Kutai berdiri pada abad 4 M. prasasti yang ditemukan
merupakan prasasti yang didirikan oleh Raja Mulawarman. Bukti sejarah tentang
kerajaan Kutai adalah ditemukannya tujuh prasasti yang berbentuk yupa (tiang
batu). Tulisan yupa itu menggunakan huruf pallawa dan bahasa sansekerta.

Adapun isi prasati tersebut menyatakan bahwa raja pertama Kerajaan Kutai
bernama Kudungga. Ia mempunyai seorang putra bernama Asmawarman yang
disebut sebagai wamsakerta (pembentuk keluarga). Setelah meninggal,
Asawarman digantikan oleh Mulawarman. pada masa pemerintahan Mulawarman,
Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi
hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan
makmur. Penggunaan nama Asawarman dan nama-nama raja pada generasi
berikutnya menunjukkan telah masuknya pengaruh ajaran Hindu dalam kerajaan
Kutai dan hal tersebut membuktikan bahwa raja-raja Kutai adalah orang Indonesia
asli yang telah memeluk agama Hindu.

Kehidupan sosial di Kerajaan Kutai merupakan terjemahan dari prasasti-


prasasti yang ditemukan oleh para ahli. Diantara terjemahan tersebut adalah
sebagai berikut :
 Masyarakat di Kerajaan Kutai tertata, tertib dan teratur
 Masyarakat di Kerajaan Kutai memiliki kemampuan beradaptasi dengan
budaya luar (India), mengikuti pola perubahan zaman dengan tetap memelihara
dan melestarikan budayanya sendiri.
Kehidupan ekonomi di Kerajaan Kutai dapat diketahui dari dua hal berikut ini :
 Letak geografis Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina
dan India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para
pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping pertanian.
 Keterangan tertulis pada prasasti yang mengatakan bahwa Raja
Mulawarman pernah memberikan hartanya berupa minyak dan 20.000 ekor sapi
kepada para Brahmana.
Kehidupan budaya masyarakat Kutai sebagai berikut :
 Masyarakat Kutai adalah masyarakat yang menjaga akar tradisi budaya
nenek moyangnya.
 Masyarakat yang sangat tanggap terhadap perubahan dan kemajuan
kebudayaan.
 Menjunjung tingi semangat keagamaan dalam kehidupan kebudayaannya.

Masuknya pengaruh budaya India ke Nusantara, menyebabkan budaya


Indonesia mengalami perubahan. Perubahan yang terpenting adalah timbulnya
suatu sistem pemerintahan dengan raja sebagai kepalanya. Sebelum budaya India
masuk, pemerintahan hanya dipimpin oleh seorang kepala suku.
Selain itu, percampuran lainnya adalah kehidupan nenek moyang bangsa
Indonesia mendirikan tugu batu. Kebiasaan ini menunjukkan bahwa dalam
menerima unsur-unsur budaya asing, bangsa Indonesia bersikap aktif. Artinya
bangsa Indonesia berusaha mencari dan menyesuaikan unsur-unsur kebudayaan
asing tersebut dengan kebudayaan sendiri.Bangsa Indonesia mempunyai
kebiasaan mendirikan tugu batu yang disebut menhir, untuk pemujaan roh nenek
moyang, sedangkan tugu batu (Yupa) yang didirikan oleh raja Mulawarman
digunakan untuk menambatkan hewan kurban.
Pada prasasti itu juga diceritakan bahwa Raja Mulawaraman memerintah
dengan bijaksna. Ia pernah menghadiahkan ± 20.000 ekor sapi untuk korban
kepada para brahmana / pendeta. Dan dalam prasasti itu pun menyatakan bahwa
Raja Aswawarman merupakan pendiri dinasti, mengapa bukan ayahnya Kudungga
yang menjadi pendiri dinasti tetapi anaknya Aswawarman? Hal itu karena pada
saat itu Raja Kudungga belum memeluk agama Hindu, sehingga ia tidak bisa
menjadi pendiri dinasti Hindu.
Dari Raja Aswawarman menurunlah sampai Mulawarman, karena
Mulawarman pun memeluk agama Hindu. Hal itu diketahui dari penyebutan
bangunan suci untuk Dewa Trimurti. Bangunan itu disebut bangunan
Wapraskewara dan di Gua Kembeng di Pedalaman Kutai ada sejumlah arca-arca
agama Hindu seperti Siwa dan Ganesa.
Bukti sejarah Kerajaan Kutai ini adalah ditemukannya tujuh buah prasasti
yang berbentuk Yupa (tiang batu)
b) Kerajaan Tarumanegara

Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui melalui sumber-sumber yang


berasal dari dalam maupun luar negeri. Sumber dari dalam negeri berupa tujuh
buah prasasti batu yang ditemukan empat di Bogor, satu di Jakarta dan satu di
Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh
Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M dan beliau memerintah
sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar
sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari
Kerajaan Salakanagara. Sedangkan sumber-sumber dari luar negeri yang berasal
dari berita Tiongkok antara lain:

1. Berita Fa-Hsien, tahun 414 M dalam bukunya yang berjudul Fa-Kao-Chi


menceritakan bahwa di Ye-po-ti hanya sedikit dijumpai orang-orang yang
beragama Buddha, yang banyak adalah orang-orang yang beragama Hindu dan
sebagian masih animisme.
2. Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang
utusan dari To- lo-mo yang terletak di sebelah selatan.
3. Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah
datang utusaan dari To-lo-mo.

Berdasarkan tiga berita di atas para ahli menyimpulkan bahwa istilah To-lo-mo
secara fonetis penyesuaian kata-katanya sama dengan Tarumanegara. Maka
berdasarkan sumber-sumber yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat
diketahui beberapa aspek kehidupan tentang kerajaan Tarumanegara. Kerajaan
Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-600 M. Berdasarkan
prasast-prasati tersebut diketahui raja yang memerintah pada waktu itu adalah
Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman menurut prasasti Tugu, meliputi
hampir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten, Jakarta, Bogor dan
Cirebon.

Kerajaan Tarumanegara atau Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah


berkuasa di wilayah pulau Jawa bagian barat pada abad ke-4 hingga abad ke-7 m,
yang merupakan salah satu kerajaan tertua di nusantara yang diketahui. Dalam
catatan, kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan hindu beraliran wisnu.

Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada


tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382-395).
Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali gomati, sedangkan putranya di tepi kali
Candrabaga. Maharaja Purnawarman adalah raja Kerajaan Tarumanegara yang
ketiga (395-434 m). Ia membangun ibukota kerajaan baru pada tahun 397 yang
terletak lebih dekat ke pantai. Kota itu diberi nama Sundapura pertama kalinya
nama Sunda digunakan. Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai
Gomati dan Candrabaga sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai
penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000
ekor sapi kepada kaum Brahmana.

Prasasti Pasir Muara yang menyebutkan peristiwa pengembalian


pemerintahan kepada raja Sunda itu dibuat tahun 536 M. Dalam tahun tersebut
yang menjadi penguasa Kerajaan Tarumanegara adalah Suryawarman (535 - 561
M) raja Kerajaan Tarumanegara ke-7. Dalam masa pemerintahan Candrawarman
(515-535 M), ayah Suryawarman, banyak penguasa daerah yang menerima
kembali kekuasaan pemerintahan atas daerahnya sebagai hadiah atas
kesetiaannya terhadap Kerajaan Tarumanegara..

Kehadiran prasasti Purnawarman di pasir muara, yang memberitakan raja


Sunda dalam tahun 536 M, merupakan gejala bahwa ibukota sundapura telah
berubah status menjadi sebuah kerajaan daerah. sehingga, pusat pemerintahan
Kerajaan Tarumanegara telah bergeser ke tempat lain. Contoh serupa dapat
dilihat dari kedudukaan rajatapura atau salakanagara (kota perak), yang disebut
argyre oleh ptolemeus dalam tahun 150 M. Kota ini sampai tahun 362 menjadi
pusat pemerintahan raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII). Ketika
pusat pemerintahan beralih dari rajatapura ke Tarumanegara, maka salakanagara
berubah status menjadi kerajaan daerah. Jayasingawarman pendiri Kerajaan
Tarumanegara adalah menantu raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang
maharesi dari salankayana di India yang mengungsi ke nusantara karena
daerahnya diserang dan ditaklukkan maharaja samudragupta dari kerajaan
magada.

Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang


memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus
pemerintahan sendiri, melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian
timur. Dalam tahun 526 M Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan
kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut.
Putera tokoh manikmaya ini tinggal bersama kakeknya di ibukota tarumangara dan
kemudian menjadi panglima angkatan perang Kerajaan Tarumanegara.
Perkembangan daerah timur menjadi lebih Berkembang Ketika Cicit Manikmaya
Mendirikan Kerajaan Galuh Dalam Tahun 612 M.

Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja.


Pada tahun 669 M, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan
menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri,
yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dari Sunda dan yang
kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri
Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh
kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa. Kekuasaan
Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena
Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu
Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas
pengalihan kekuasaan ke Sunda ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan
memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanagara.
Raja-rajaTarumanegara:

1. Jayasingawarman 358-382 M
2. Dharmayawarman 382-395 M
3. Purnawarman 395-434 M
4. Wisnuwarman 434-455 M
5. Indrawarman 455-515 M
6. Candrawarman 515-535 M
7. Suryawarman 535-561 M
8. Kertawarman 561-628 M
9. Sudhawarman 628-639 M
10. Hariwangsawarman 639-640 M
11. Nagajayawarman 640-666 M
12. Linggawarman 666-669 M
Kehidupan pada masa pemerintahan kerajaan tarumanegara :
1. Kehidupan Politik
Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan kehidupan
rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti Tugu yang menyatakan raja
Purnawarman telah memerintah untuk menggali sebuah kali. Penggalian sebuah
kali ini sangat besar artinya, karena pembuatan kali ini merupakan pembuatan
saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat.

2. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari
upaya raja Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan
kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga sangat memperhatikan kedudukan
kaum brahmana yang dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara
korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para
dewa.

3. Kehidupan Ekonomi
Prasasti tugu menyatakan bahwavraja Purnawarman memerintahkan rakyatnya
untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak. Pembangunan terusan
ini mempunyai arti ekonomis yang besar nagi masyarakat, Karena dapat
dipergunakan sebagai sarana untuk mencegah banjir serta sarana lalu-lintas
pelayaran perdagangan antardaerah di Kerajaan Tarumanegara dengan dunia
luar. Juga perdagangan dengan daera-daerah di sekitarnya. Akibatnya, kehidupan
perekonomian masyarakat Kerajaan Tarumanegara sudah berjalan teratur.

4. Kehidupan Budaya
Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti yang
ditemukan sebagai bukti kebesaran Kerajaan Tarumanegara, dapat diketahui
bahwa tingkat kebudayaan masyarakat pada saat itu sudah tinggi. Selain sebagai
peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti tersebut menunjukkan telah
berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan Tarumanegara.

Peninggalan berupa prasasti:

 Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai


Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut menggunakan
huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang terdiri dari 4 baris disusun ke dalam
bentuk Sloka dengan metrum Anustubh. Di samping itu terdapat lukisan semacam
laba-laba serta sepasang telapak kaki Raja Purnawarman. Gambar telapak kaki
pada prasasti Ciarunteun mempunyai 2 arti yaitu:

a. Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut


(tempat ditemukannya prasasti tersebut).
b. Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan dan eksistensi seseorang
(biasanya penguasa) sekaligus penghormatan sebagai dewa. Hal ini berarti
menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu maka
dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat.
 Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit
Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti ini
juga menggunakan bahwa Sansekerta dan huruf Pallawa serta terdapat gambar
telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan raja Mulawarman
 Prasasti Kebon Kopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan
Cibungbulang Bogor . Yang menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak
kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah
tunggangan dewa Wisnu.
 Prasasti Muara Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara ikal
yang belum dapat dibaca. Di samping tulisan terdapat lukisan telapak kaki.
 Prasasti Pasir Awi ditemukan di daerah Leuwiliang, juga tertulis dalam
aksara ikal yang belum dapat dibaca.
 Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak di
tepi sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten.
Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi
dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Isi prasasti tersebut
mengagungkan keberanian raja Purnawarman.
 Prasasti Tugu di temukan di daerah Tugu, kecamatan Cilincing Jakarta
Utara. Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang melingkar dan
isinya paling panjang dibanding dengan prasasti Tarumanegara yang lain,
sehingga ada beberapa hal yang dapat diketahui dari prasasti tersebut.
Hal-hal yang dapat diketahui dari prasasti Tugu adalah:

a. Prasasti Tugu menyebutkan nama dua buah sungai yang terkenal di


Punjab yaitu sungai Chandrabaga dan Gomati. Dengan adanya keterangan dua
buah sungai tersebut menimbulkan tafsiran dari para sarjana salah satunya
menurut Poerbatjaraka. Sehingga secara Etimologi (ilmu yang mempelajari
tentang istilah) sungai Chandrabaga diartikan sebagai kali Bekasi.
b. Prasasti Tugu juga menyebutkan anasir penanggalan walaupun tidak
lengkap dengan angka tahunnya yang disebutkan adalah bulan phalguna dan
caitra yang diduga sama dengan bulan Februari dan April.
c. Prasasti Tugu yang menyebutkan dilaksanakannya upacara selamatan
oleh Brahmana disertai dengan seribu ekor sapi yang dihadiahkan raja.

c) Kerajaan Kalingga

Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah


kerajaan bercorak Hindu yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 masehi.
Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat
antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Sumber sejarah
kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari sumber
catatan China, tradisi kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang
disusun berabad-abad kemudian pada abad ke-16 menyinggung secara singkat
mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada
pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber
Tiongkok. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki
peraturan barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya.
Kisah lokal
Terdapat kisah yang berkembang di Jawa Tengah utara mengenai seorang
Maharani legendaris yang menjunjung tinggi prinsip keadilan dan kebenaran
dengan keras tanpa pandang bulu. Kisah legenda ini bercerita mengenai Ratu
Shima yang mendidik rakyatnya agar selalu berlaku jujur dan menindak keras
kejahatan pencurian. Ia menerapkan hukuman yang keras yaitu pemotongan
tangan bagi siapa saja yang mencuri. Pada suatu ketika seorang raja dari
seberang lautan mendengar mengenai kemashuran rakyat kerajaan Kalingga yang
terkenal jujur dan taat hukum. Untuk mengujinya ia meletakkan sekantung uang
emas di persimpangan jalan dekat pasar. Tak ada sorang pun rakyat Kalingga
yang berani menyentuh apalagi mengambil barang yang bukan miliknya. Hingga
tiga tahun kemudian kantung itu disentuh oleh putra mahkota dengan kakinya.
Ratu Shima demi menjunjung hukum menjatuhkan hukuman mati kepada
putranya, dewan menteri memohon agar Ratu mengampuni kesalahan putranya.
Karena kaki sang pangeranlah yang menyentuh barang yang bukan miliknya,
maka sang pangeran dijatuhi hukuman dipotong kakinya.
Carita Parahyangan
Berdasarkan naskah Carita Parahyangan yang berasal dari abad ke-16, putri
Maharani Shima, Parwati, menikah dengan putera mahkota Kerajaan Galuh yang
bernama Mandiminyak, yang kemudian menjadi raja kedua dari Kerajaan Galuh.
Maharani Shima memiliki cucu yang bernama Sanaha yang menikah dengan raja
ketiga dari Kerajaan Galuh, yaitu Brantasenawa. Sanaha dan Bratasenawa
memiliki anak yang bernama Sanjaya yang kelak menjadi raja Kerajaan Sunda
dan Kerajaan Galuh (723-732 M).
Setelah Maharani Shima meninggal di tahun 732 M, Sanjaya menggantikan
buyutnya dan menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi
Mataram, dan kemudian mendirikan Dinasti/Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram
Kuno.
Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada putranya dari Tejakencana,
yaitu Tamperan Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban. Kemudian Raja Sanjaya
menikahi Sudiwara puteri Dewasinga, Raja Kalingga Selatan atau Bumi Sambara,
dan memiliki putra yaitu Rakai Panangkaran.
Pada abad ke-5 muncul Kerajaan Ho-ling (atau Kalingga) yang diperkirakan
terletak di utara Jawa Tengah. Keterangan tentang Kerajaan Ho-ling didapat dari
prasasti dan catatan dari negeri Cina. Pada tahun 752, Kerajaan Ho-ling menjadi
wilayah taklukan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan
perdagangan Hindu, bersama Malayu dan Tarumanagara yang sebelumnya telah
ditaklukan Sriwijaya. Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing kuat jaringan
perdagangan Sriwijaya-Buddha.
Berita Cina
Berita keberadaan Ho-ling juga dapat diperoleh dari berita yang berasal dari
zaman Dinasti Tang dan catatan I-Tsing. Cerita Cina pada zaman Dinasti Tang
(618 M - 906 M) memberikan tentang keterangan Ho-ling sebagai berikut.
Ho-ling atau disebut Jawa terletak di Lautan Selatan. Di sebelah utaranya
terletak Ta Hen La (Kamboja), di sebelah timurnya terletak Po-Li (Pulau Bali) dan
di sebelah barat terletak Pulau Sumatera. Ibukota Ho-ling dikelilingi oleh tembok
yang terbuat dari tonggak kayu. Raja tinggal di suatu bangunan besar bertingkat,
beratap daun palem, dan singgasananya terbuat dari gading. Penduduk Kerajaan
Ho-ling sudah pandai membuat minuman keras dari bunga kelapa. Daerah Ho-ling
menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading gajah.
Catatan dari berita Cina ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun 674, rakyat
Ho-ling diperintah oleh Ratu Hsi-mo (Shima). Ia adalah seorang ratu yang sangat
adil dan bijaksana. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Ho-ling sangat aman
dan tentram.
Catatan I-Tsing
Catatan I-Tsing (tahun 664/665 M) menyebutkan bahwa pada abad ke-7
tanah Jawa telah menjadi salah satu pusat pengetahuan agama Buddha
Hinayana. Di Ho-ling ada pendeta Cina bernama Hwining, yang menerjemahkan
salah satu kitab agama Buddha ke dalam Bahasa Cina. Ia bekerjasama dengan
pendeta Jawa bernama Janabadra. Kitab terjemahan itu antara lain memuat cerita
tentang Nirwana, tetapi cerita ini berbeda dengan cerita Nirwana dalam agama
Buddha Hinayana.
Prasasti
Prasasti peninggalan Kerajaan Ho-ling adalah Prasasti Tukmas. Prasasti ini
ditemukan di ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun
Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang di Jawa Tengah. Prasasti
bertuliskan huruf Pallawa yang berbahasa Sanskerta. Prasasti menyebutkan
tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air
tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu ada
gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai
yang merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu.
Sementara di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa
Tengah, ditemukan Prasasti Sojomerto. Prasasti ini beraksara Kawi dan
berbahasa Melayu Kuna dan berasal dari sekitar abad ke-7 masehi. Prasasti ini
bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya,
Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati,
sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa
tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan
Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.
Kedua temuan prasasti ini menunjukkan bahwa kawasan pantai utara Jawa
Tengah dahulu berkembang kerajaan yang bercorak Hindu Siwais. Catatan ini
menunjukkan kemungkinan adanya hubungan dengan Wangsa Sailendra atau
kerajaan Medang yang berkembang kemudian di Jawa Tengah Selatan.

d) Kerajaan Sriwijaya

Sejarah sriwijaya dalam bahasa Sansekerta sri berarti “bercahaya” danwijaya


berarti “kemenangan”. Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari
abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok I-tsing menulis bahwa ia mengunjungi
Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan. Prasasti paling tua mengenai
Sriwijaya juga berada pada abad ke-7 yaitu Prasasti Kedukan Bukit di Palembang
bertarikh 682.
Sriwijaya (Srivijaya) adl kerajaan maritim yg kuat di pulau Sumatera dan
berpengaruh di Nusantara daerah kekuasaan Sriwijaya meliputi Kamboja Thailand
Semenanjung Malaya Sumatera Jawa Kalimantan dan Sulawesi.
Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahan mulai menyusut
dikarenakan beberapa peperangandiantara serangan dari raja Dharmawangsa
dari Jawa ditahun 990 dan tahun 1025 serangan Rajendra Coladewa dari
Koromandel selanjut tahun 1183 Sriwijaya dibawah kendali kerajaan
Dharmasraya. Dan di akhir masa kerajaan ini takluk di bawah kerajaan Majapahit.
Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatera awal dan kerajaan besar
Nusantara selain Majapahit di Jawa Timur. Pada abad ke-20 kedua kerajaan
tersebut menjadi referensi olehkaum nasionalis utk menunjukkan bahwa Indonesia
merupakan satu kesatuan negara sebelelum kolonialisme Belanda.
Sriwijaya disebut dgn berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebut
Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts’i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sansekerta dan Pali
kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebut Zabaj
dan Khmer menyebut Malayu.Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan
keterangan tentang ada 3 pulau Sabadeibei yg berkaitan dgn Sriwijaya.
Eksistensi Sriwijaya diketahui secara resmi tahun 1918 oleh sejarawan
Perancis George Cœdès dari École française d’Extrême-Orient. Sekitar tahun
1992 hingga 1993 Pierre-Yves Manguin membuktikan bahwa pusat Sriwijaya
berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking (terletak di
provinsi Sumatra Selatan Indonesia). Namun Soekmono berpendapat bahwa
pusat Sriwijaya terletak di provinsi Jambi sekarang yaitu pada kawasan sehiliran
Batang Hari antara Muara Sabak sampai ke Muara Tembesi.
Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara
maritim. Negara ini tak memperluas kekuasaan diluar wilayah kepulauan Asia
Tenggara dgn pengecualian berkontribusi utk populasi Madagaskar sejauh 3.300
mil di barat. Sekitar tahun 500 akar Sriwijaya mulai berkembang di wilayah sekitar
Palembang Sumatera. Kerajaan ini terdiri atas tiga zona utama daerah ibukota
muara yg berpusatkan Palembang lembah Sungai Musi yg berfungsi sebagai
daerah pendukung dan daerah-daerah muara saingan yg mampu menjadi pusat
kekuasan saingan. Wilayah hulu sungai Musi kaya akan berbagai komoditas yg
berharga utk pedagang Tiongkok Ibukota diperintah secara langsung oleh
penguasa sementara daerah pendukung tetap diperintah oleh datu setempat.
Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya menjadikan
Sriwijaya mengontrol dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara.
Berdasarkan observasi ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Thailand
dan Kamboja. Di abad ke-7 pelabuhan Cham di sebelah timur Indochina mulai
mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal tersebut
Maharaja Dharmasetu melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai di
Indochina. Kota Indrapura di tepi sungai Mekong di awal abad ke-8 berada di
bawah kendali Sriwijaya. Sriwijaya meneruskan dominasi atas Kamboja sampai
raja Khmer Jayawarman II pendiri imperium Khmer memutuskan hubungan dgn
kerajaan di abad yg sama.
DariPrasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di bawah kepemimpinan Dapunta
Hyang Jayanasa Kerajaan Minanga takluk di bawah imperium Sriwijaya.
Penguasaan atas Malayu yg kaya emas telah meningkatkan prestise kerajaan.
BerdasarkanPrasasti Kota Kapur yg yg berangka tahun 682 dan ditemukan di
pulau Bangka Pada akhir abad ke-7 kemaharajaan ini telah menguasai bagian
selatan Sumatera pulau Bangka dan Belitung hingga Lampung. Prasasti ini juga
menyebutkan bahwa Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer utk
menghukum Bhumi Jawa yg tak berbakti kepada Sriwijaya peristiwa ini bersamaan
dgn runtuh Tarumanagara di Jawa Barat dan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yg
kemungkinan besar akibat serangan Sriwijaya. Sriwijaya tumbuh dan berhasil
mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka Selat Sunda Laut China
Selatan Laut Jawa dan Selat Karimata.
Abad ke-7 orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan di
Sumatera yaitu Malayu dan Kedah dan tiga kerajaan di Jawa menjadi bagian
kemaharajaan Sriwijaya. Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa antara lain
Tarumanegara dan Holing berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan
pada masa ini pula wangsa Melayu-Budha Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah
dan berkuasa disana. Di abad ini pula Langkasuka di semenanjung Melayu
menjadi bagian kerajaan. Di masa berikut Pan Pan dan Trambralinga yg terletak di
sebelah utara Langkasuka juga berada di bawah pengaruh Sriwijaya. Di abad ke-9
wilayah kemaharajaan Sriwijaya meliputi Sumatera Sri Lanka Semenanjung
Malaya Jawa Barat Sulawesi Maluku Kalimantan dan Filipina. Dengan
penguasaan tersebut kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan maritim yg hebat hingga
abad ke-13.
Setelah Dharmasetu Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa
pada periode 792 sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yg ekspansionis
Samaratungga tak melakukan ekspansi militer tetapi lbh memilih utk memperkuat
penguasaan Sriwijaya di Jawa. Selama masa kepemimpinan ia membangun candi
Borobudur di Jawa Tengah yg selesai pada tahun 825.
Sebagaipusat pengajaran Budha Vajrayana Sriwijaya menarik banyak
peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari
Tiongkok I-tsing yg melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studi di
Universitas Nalanda India pada tahun 671 dan 695 serta di abad ke-11 Atisha
seorang sarjana Budha asal Benggala yg berperan dalam mengembangkan
Budha Vajrayana di Tibet. I-tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi
ribuan sarjana Budha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha.
Pengunjung yg datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah
digunakan di pesisir kerajaan. Ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan
Buddha Mahayana juga turut berkembang di Sriwijaya.
Pada paruh pertama abad ke-10 diantara kejatuhan dinasti Tang dan naik
dinasti Song perdagangan dgn luar negeri cukup marak terutama Fujian kerajaan
Min dan negeri kaya Guangdong kerajaan Nan Han. Tak diragukan lagi Sriwijaya
mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini. Pada tahun 903 penulis Muslim
Ibnu Batutah sangat terkesan dgn kemakmuran Sriwijaya. Daerah urban kerajaan
meliputi Palembang (khusus Bukit Seguntang) Muara Jambi dan Kedah. Di tahun
902 Sriwijaya mengirimkan upeti ke China. Dua tahun kemudian raja terakhir
dinasti Tang menganugerahkan gelar kepada utusan Sriwijaya. Dari literatur
Tiongkok utusan itu mempunyai nama Arab hal ini memberikan informasi bahwa
pada masa-masa itu Sriwijaya sudah berhubungan dgn Arab yg memungkinkan
Sriwijaya sudah masuk pengaruh Islam di dalam kerajaan.
Rajendra Coladewa pada tahun 1025 raja Chola dari Koromandel India
selatan menaklukkan Kedah dan merampas dari Sriwijaya. Kemudian Kerajaan
Chola meneruskan penyerangan dan berhasil penaklukan Sriwijaya selama
beberapa dekade berikut keseluruh imperium Sriwijaya berada dalam pengaruh
Rajendra Coladewa. Meskipun demikian Rajendra Coladewa tetap memberikan
peluang kepada raja-raja yg ditaklukan utk tetap berkuasa selama tetap tunduk
kepadanya. Setelah invasi tersebut akhir mengakibatkan melemah hegemoni
Sriwijaya dan kemudian beberapa daerah bawahan membentuk kerajaan sendiri
dan kemudian muncul Kerajaan Dharmasraya sebagai kekuatan baru dan
kemudian mencaplok kawasan semenanjung malaya dan sumatera termasuk
Sriwijaya itu sendiri.
Istilah San-fo-tsi terutama pada tahun 1225 tak lagi identik dgn Sriwijaya
melainkan telah identik dgn Dharmasraya dimana pusat pemerintahan dari San-fo-
tsi telah berpindah jadi dari daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi tersebut
merupakan daftar jajahan kerajaan Dharmasraya yg sebelum merupakan daerah
bawahan dari Sriwijaya dan berbalik menguasai Sriwijaya beserta daerah jajahan
lainnya.
Antara tahun 1079 - 1088 kronik Tionghoa masih mencatat bahwaSan-fo-ts’i
masih mengirimkan utusan dari Jambi dan Palembang. Dalam berita Cina yg
berjudul Sung Hui Yao disebutkan bahwa kerajaan San-fo-tsi pada tahun 1082
mengirim utusan dimana pada masa itu Cina di bawah pemerintahan Kaisar Yuan
Fong. Duta besar tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi bawahan San-fo-
tsi yg merupakan surat dari putri raja yg diserahi urusan negara San-fo-tsi serta
menyerahkan pula 227 tahil perhiasan rumbia dan 13 potong pakaian. Dan
kemudian dilanjutkan dgn pengiriman utusan selanjut di tahun 1088.
Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi yg ditulis pada tahun
1178 Chou-Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara terdapat dua
kerajaan yg sangat kuat dan kaya yakni San-fo-ts’i dan Cho-po (Jawa). Di Jawa
dia menemukan bahwa rakyat memeluk agama Budha dan Hindu sedangkan
rakyat San-fo-ts’i memeluk Budha dan memiliki 15 daerah bawahan yg meliputi;
Pong-fong (Pahang) Tong-ya-nong (Terengganu) Ling-ya-si-kia (Langkasuka)
Kilantan (Kelantan) Fo-lo-an (muara sungai Dungun daerah Terengganu
sekarang) Ji-lo-t’ing (Cherating pantai timur semenanjung malaya) Ts’ien-mai
(Semawe pantai timur semenanjung malaya) Pa-t’a (Sungai Paka pantai timur
semenanjung malaya) Tan-ma-ling (Tambralingga Ligor selatan Thailand) Kia-lo-hi
(Grahi Chaiya sekarang selatan Thailand) Pa-lin-fong (Palembang) Kien-pi (Jambi)
Sin-t’o (Sunda) Lan-wu-li (Lamuri di Aceh) and Si-lan (Kamboja).
DalamKidung Pamacangah dan Babad Arya Tabanan juga disebut ‘Arya
Damar’ sebagai bupati Palembang yg berjasa membantu Gajah Mada dalam
menaklukkan Bali pada tahun 1343 Prof. C.C. Berg menganggap identik dgn
Adityawarman. Dan kemudian pada tahun 1347 Adityawarman memproklamirkan
diri menjadi raja di Malayapura sesuai dgn manuskrip yg terdapat pada bagian
belakang Arca Amoghapasa. Kemudian dari Kitab Undang-Undang Tanjung
Tanah yg kemungkinan ditulis sebelum pada tahun 1377 juga terdapat kata-kata
bumi palimbang.
Pada tahun 1275 Singhasari penerus kerajaan Kediri di Jawa melakukan
suatu ekspedisi dalam Pararaton disebut semacam ekspansi dan menaklukan
bhumi malayu yg dikenal dgn nama Ekspedisi Pamalayu yg kemudian
Kertanagara raja Singhasari menghadiahkan Arca Amoghapasa kepada Srimat
Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa raja Melayu di Dharmasraya seperti yg
tersebut dalam Prasasti Padang Roco. Dan selanjut pada tahun 1293 muncul
Majapahit sebagai pengganti Singhasari dan setelah Ratu Tribhuwana
Wijayatunggadewi naik tahta memberikan tanggung jawab kepada Adityawarman
seorang peranakan Melayu dan Jawa utk kembali menaklukkan Swarnnabhumi
pada tahun 1339. Dan dimasa itu nama Sriwijaya sudah tak ada disebut lagi tapi
telah diganti dgn nama Palembang hal ini sesuai dgn Nagarakretagama yg
menguraikan tentang daerah jajahan Majapahit.
BAB III PENUTUP

Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi para
pembaca.Dengan berbagai tahap dan berkat upaya serta partisipasi dari berbagai
pihak yang telah membantu kami dalam mengerjakan dan menyelesaikan makalah
ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Bila ada kesalahan-kesalahan yang kami buat dengan sengaja atau tidak
sengaja, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, dan tidak lupa pula kami
membuka diri untuk menerima saran dan kritik yang membangun sehingga
makalah yang kami buat ini lebih mendekati pada kesempurnaan.

A. Kesimpulan
Dari apa yang telah dipaparkan oleh penulis, dapat disimpulkan bahwa:
1. kebudayaan di Indonesia yang berkembang saat ini di pelopori oleh
akulturasi kebudayaan hindu Buddha dan kebudayaan Indonesia dengan tidak
meninggalkan kebudayaan sendiri dan di temukanya arca merupakan hasil bahwa
bangsa indonesia juga dapat mengikuti kebudayaan asing.
2. Dengan adanya perkembangan dari masa ke masa terbentuknya kerajaan
di seluruh nusantara membawa peran aktif di bagian pemerintahan Indonesia saat
ini yaitu dengan adanya system pemerintahan, yang dulunya merupakan system
pemerinthan yang tradisional yaitu kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja.

B. Saran
Bangsa Indonesia harus bersyukur atas benda-benda yang telah ditinggalkan
oleh nenek moyang kita dalam masa masuknya dan berkembangnya agama hindu
budhha. Karena pada masa ini kebudayaan asing masuk ke Indonesia dan bangsa
Indonesia pada masa itu mampu mengikuti kebudayaan asing dengan tidak
meninggalkan kebudayaan sendiri. Pada saat ini bangsa Indonesia dapat
mencontoh dan bertindak seperti bangsa Indonesia pada zaman kerajaan dalam
mengambil menyikapi kebudayaan asing yang masuk. Sehingga antara budaya
sendiri akan tetap lestari sebagai jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya
dan mampu mengikuti serta memilah milih perkembangan budaya asing yang baik
untuk kita tiru dan ikuti. Karena tidak semua kebudayaan asing yang masuk
sesuai denagn karakter bangsa Indonesia yang telah dipertahankan sekian tahun
oleh pendahulu kita.
DAFTAR PUSTAKA

Soekmono,R.1984.Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta:


Yayasan Kanisius.

Bosch, F.D.K. 1983. Masalah Penyebaran Kebudayaan Hindu di Kepulauan


Indonesia. Jakarta: Bharata Karya Aksara.

Andayani, Sri dkk.2012. Sejarah Untuk Kelas XI IPA.Pati: MGMP Pendidikan


Sejarah Kabupaten Pati.

Ayatrohaedi (Penyunting). 1985. Kepribadian Budaya Bangsa(Local Genius).


Jakarta : PT Pustaka Jaya.

http://blog.re.or.id/sejarah-kerajaan-sriwijaya.htm
http://campusnancy.blogspot.com/2012/02/agama-hindu-budha-di-indonesia-
part-1.html
http://sugionosejarah.wordpress.com/2012/03/07/kerajaan-kalingga
http://kertamura.blogspot.com/2012/03/kerajaan-kalingga.html
http://nesaci.com/sejarah-kerajaan-kutai-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai