Disusun oleh:
Kelompok 1
Kelas :
X MIPA 2
Nama Anggota Kelompok :
1. Alifiana Ananda Pradana (04)
2. Aprilia Dwi Cahyaningtyas (08)
3. Dian Pramatya Setiabudi (12)
4. Maulana Adriansyah (24)
5. Naurah Salsabila (28)
6. Reza Rifqi Kurniawan (32)
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Kesimpulan..............................................................................................20
B. Saran........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Hindu masuk ke Nusantara diperkirakan pada awal tarikh Masehi,
dibawa oleh para musafir dari India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa
terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari
Tiongkok yakni musafir Budha Pahyien.
Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-
Buddha, yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda
sampai abad ke-16.
Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan
Majapahit. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya
berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I-Tsing mengunjungi
ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya
menguasai daerah sejauh Jawa Tengah dan Kamboja. Abad ke-14 juga menjadi
saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih
Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh
kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta
hampir seluruh Semenanjung Melayu.
Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-
kerajaan bercorak Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatera
dan Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan
mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era
ini.
Jadi makalah ini ditulis untuk menambah wawasan sejarah tentang
bagaimana proses masuknya agama Hindu-Budha di Nusantara sampai
munculnya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Budha, serta kebudayaan-
kebudayaan yang timbul setelahnya dan dijadikan sebagai kebudayaan Nusantara
hingga menjadi Indonesia seperti sekarang. Selain itu kami juga akan membahas
1
2
sumber sejarah yang dipakai para sejarawan untuk menemukan berbagai teori
tentang masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa saja teori tentang masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara?
2. Apa saja kerajaan bercorak Hindu-Buddha ke Nusantara?
3. Apa saja pengaruh dan warisan kebudayaan Hindu-Buddha?
4. Sumber-sumber sejarah apa saja yang digunakan untuk mengetahui masuknya
Hindu-Buddha ke Nusantara?
5. Melalui jalur apa agama Hindu-Buddha masuk ke Nusantara?
C. Tujuan
Berkaitan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan penyusun
diatas maka makalah ini bertujuan sebagai berikut:
“Mengetahui proses masuknya agama Hindu-Buddha ke Nusantara”
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
b. Golongan kesatria tidak menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa yang
terdapat pada kitab Weda
c. Tidak mungkin pelarian kesatria dari India mendapat kedudukan mula
sebagai raja di wilayah lain
d. Tidak ada bukti prasasti yang menggambarkan penaklukan golongan kesatria
di wilayah lain
2. Teori Waisya
Teori Waisya dikemukakan oleh
N.J. Krom. Menurut N.J. Krom, kaum
pedagang atau waisya berperan terhadap
penyebaran budaya India di Nusantara.
Mereka menetap di Nusantara dan
menjalin hubungan dengan para penguasa
Nusantara untuk menyebarkan pengaruh
budaya India. Selain itu, perkawinan
antara pedagang India dan wanita lokal
menjadi salah satu cara penyebaran
budaya. Menurut N.J. Krom, unsur
Nusantara pada budaya baru itu masih sangat jelas. Oleh karena itu, ia
berkesimpulan bahwa peranan budaya Nusantara dalam proses pembentukan
budaya baru itu sangat penting. Pembentukan budaya baru tidak mungkin terjadi
apabila bangsa Nusantara hidup di bawah tekanan seperti yang digambarkan pada
teori Kesatria.
Teori memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut :
a. Golongan waisya tidak menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa pada
kitab Weda yang umumnya hanya dikuasai oleh golongan brahmana.
b. Kedatangan golongan waisya ke Nusantara hanya untuk berdagang bukan
untuk menyebarkan agama Hindu-Buddha.
c. Sebagian besar kerajaan Hindu-Buddha terletak di pedalaman. Jadi, jika
pengaruh Hindu-Buddha dibawa dibawa kaum pedagang, tentunya kerajaan-
kerajaan tersebut terletak di daerah pesisir.
5
3. Teori Brahmana
Teori Brahmana dikemukakan oleh J.C. van Leur. Ia berpendapat bahwa
agama Hindu masuk di Nusantara dibawa oleh golongan brahmana karena hanya
golongan brahmana yang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda.
Kedatangan golongan brahmana diduga karena undangan para penguasa lokal di
Nusantara yang tertarik dengan agama Hindu atau sengaja datang untuk
menyebarkan agama Hindu di Nusantara.
Pendapat J.C. van Leur ini mematahkan teori-teori sebelumnya. Akan
tetapi, menurut ajaran Hindu Kuno, seorang
brahmana dilarang menyeberangi lautan
apalagi meninggalkan tanah airnya. Jika ia
melakukan tindakan tersebut, ia akan
kehilangan hak atas kastanya. Dengan
demikian, mendatangkan para brahmana ke
Nusantara bukan tindakan wajar.
4. Teori Sudra
Hanya sedikit ahli yang setuju terhadap teori Sudra, salah satunya Von van
Feber. Inti teori ini adalah masuknya agatma Hindu di Nusantara dibawa oleh
orang-orang India berkasta sudra. Golongan sudra sering dianggap orang
buangan. Oleh karena itu, golongan ini meninggalkan daerahnya dan pergi ke
daerah lain, bahkan keluar dari India termasuk Nusantara untuk mendapat
kedudukan lebih baik dan dihargai. Teori ini menimbulkan kontroversi karena
golongan sudra dianggap tidak layak menyebarkan agama Hindu. Golongan ini
merupakan kelompok bawah, kaum budak, dan memiliki derajat terendah dalam
struktur sosial masyarakat. Oleh karena itu, dalam urusan keagamaan, kaum sudra
tidak mungkin menyebarkan agama Hindu
6
Istilah sangga berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti kumpulan atau
perseintuan para rahib (biksu dan biksuni). Biksu atau biksuni adalah orang-orang
yang meninggalkan keramaian duniawi demi kepentingan hidup kerohanian.
Dalam agama Buddha, kehidupan para biksu atau biksuni ini diatur dengan
peraturan yang sangat ketat dan sifatnya eksklusif. Sebagai contoh, mereka hidup
dalam penderitaan, hidup di tempat ibadah (wihara), dan selibat (hidup tanpa
menikah).
hulu sungai Mahakam. Adanya kerajaan Kutai ditunjukkan oleh adanya jenis
huruf pranagri yang berasal dari India Selatan dan juga adanya tujuh buah Yupa
atau prasasti berbentuk tiang batu yang ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa
Sansekerta.
2. Kerajaan Tarumanegara
3. Kerajaan Kalingga
Kerjaaan Kalingga atau yang disebut juga dengan Kerajaan Holing terletak
di wilayah pesisir utara Jawa Tengah, dengan pusat pemerintah berada di wilayah
Pekalongan dan Jepara. Mayoritas masyarakat Kerajaan Kalingga beragama
Hindu dan Budha serta menggunakan bahasa Sansekerta dan Melayu Kuno.
Puncak kejayaan Kalingga adalah saat berada dalam kepemimpinan Ratu Shima
yang memerintah sekitar tahun 674 masehi hingga 732 masehi.
4. Kerajaan Mataram Kuno
taat. Candi perambanan merupakan salah satu peninggalan dari adanya kerajaan
hindu dan budha yang ada di Nusantara.
5. Kerajaan Melayu
Kerjaan Kadiri atau Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan yang
bercorak Hindu dan terletak di Kediri, Jawa Timur sekitar tahun 1042 hingga
1222. Pusat kerajaan Kadiri teretak di daerah Daha (sekarang Kediri). Hal ini
ditunjukkan dari adanya prasasti Pamwatan dari Airlangga.
Kerajaan Kadiri, untuk diberikan kepada kedua putranya yang saling berselisih.
Kerajaan Jenggala beribu kota di Kahirapan, diserahkan kepada Mapanji
Garasakan, sedangkan Kerajaan Kadiri beribukota di Daha, diserahkan kepada Sri
Samarawijaya. Sejak awal pemisahan dua kerajaan ini, hubungan antara Janggala
dan Kadiri tidak pernah akur dan selalu terlibat dalam konflik.
13. Kerajaan Singosari
kemudian mempengaruh cara pandang para raja-raja saat itu untuk mengadopsi
konsep-konsep Hindu dengan cara mengundang para ahli dan para pendeta dari
golongan Brahmana (pendeta) di India Selatan yang beragama Wisnu atau
Brahma.
Seorang kepala suku merupakan orang pilihan yang mengetahui tentang adat
istiadat dan upacara pemujaan roh nenek moyangnya dengan baik la juga
dianggap sebagai wakil nenek moyangnya. Ia harus dapat melindungi
keselamatan dan kesejahteraan rakyatnya. Karena itulah larangan dan perintahnya
dipatuhi oleh warganya.
Hubungan dagang antara India dan Cina semula dilakukan melalui jalur
darat yang dikenal dengan jalur sutera. Jalur ini membentang dari Cina melewati
Asia Tengah, sampai ke Eropa. Komoditi utama yang diperdagangkan adalah kain
sutera dari Cina, itulah mengapa jalur tersebut dinamakan sebagai Jalur Sutera.
Selain kain sutera, wawangian dan rempah-rempah juga menjadi komoditas yang
sangat laris di Eropa. Akan tetapi sejak awal abad Maschi jalur itu dialihkan
melalui laut karena situasi jalan darat di Asia Tengah sudah tidak aman. Jalan laut
yang terdekat dari India ke Cina, yaitu melalui Selat Malaka.
kepercayaan terhadap roh halus yang sudah berkembang sejak masa praaksara
tidak punah.
5. Bidang Kebudayaan
Tingkat paling atas adalah tempat persemayaman nenek moyang Punden berundak
menjadi sarana khusus untuk pemujaan terhadap rob nenek moyang.
b. Seni Rupa dan Seni Ukir
Sumber dari dalam negeri merupakan sumber sejarah yang berasal dari
berbagai daerah di wilayah Kepulauan Nusantara. Sumber tersebut dapat
menjelaskan bukti awal kedatangan agama Hindu-Buddha di Nusantara. Beberapa
sumber tersebut sebagai berikut:
a. Prasasti
Sumber dari luar negeri merupakan sumber sejarah yang berasal dari
catatan perjalanan bangsa asing. Catatan tersebut memuat berita-berita mengenai
kepulauan Nusantara pada masa kuno. Adapun sumber-sumber kedatangan agama
Hindu-Buddha di Nusantara dari luar negeri sebagai berikut.
a. Sumber dari Tiongkok
Kronik Vietnam dari abad VIII Masehi mencatat serangan dari Jawa dan
"Pulau-pulau Selatan" yang dilakukan pasukan Syailendra dari Sriwijaya
terhadap pusat kerajaan maritim Kerajaan Chenla di Vyadhapura, Kamboja.
Berita tersebut diperkuat oleh catatan dari Champa pada abad VIII Masehi
mengenal pasukan Jawa yang menghancurkan kuil-kuil dan berkuasa di sebagian
wilayah Kamboja.
d. Sumber dari Yunani
PENUTUP
A. Kesimpulan
Brahmana, Teori Sudra, dan Teori Arus Balik. Teori-teori tersebut memiliki
22
23
bidang sosial, bidang ekonomi, bidang agama, dan bidang kebudayaan (seni
Nusantara dikategorikan menjadi sumber dari dalam negeri dan sumber dari
luar negeri.
perdagangan dengan dua jalur, yaitu jalur laut dan jalur darat.
B. Saran
kekeliruan.
mungkin.
Rohmah, Eny Fatkhur, Danik Isnaini, dan Siti Munawaroh. 2021. Buku Interaktif
Sejarah Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta : PT. Penerbit Intan
Pariwara
Setiawan, Iwan, Dedi, Suciati, dan A. Mushlih. 2016. Ilmu Pengetahuan Sosial.
Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
iii