Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Konsep Dasar IPS SD 2

SEJARAH PERKEMBANGAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA

Dosen Pembimbing :
Drs.M.Husin,M.Pd

Disusun Oleh kelompok 3:


1. Rifki Aufal (2206104040104)
2. Arlida Yanti (2206104040004)
3. Prety c Mahareta (2206104040026)
4. Intan Utami (2206104040103)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang "Sejarah
Perkembangan Budha di Indonesia"

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan kepada para
pembaca.Namun terlepas dari itu, semua kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik.

Aceh Besar, 4 Februari 2023.

Penulis
Seluruh Anggota

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii

BAB 1.........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. Kedatangan Awal Agama Hindu Buddha di Indonesia dan Pembawanya.......................................3
BAB III......................................................................................................................................................15
PENUTUP.................................................................................................................................................15
A. Kesimpulan....................................................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................17

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masuknya pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia meliputi berbagai bidang, terutama bidang


politik, bidang ekonomi, bidang sosial, dan bidang kebudayaan. Pengaruh bidang politik
terutama tampak timbulnya golongan baru dalam masyarakat Indonesia yaitu kaum pedagang
dengan hasil bumi yang khas Indonesia. Pengaruh bidang sosial sangat menonjol yaitu perbedaan
masyarakat menjadi empat golongan (catur varna) yaitu brahmana, ksatriya, vaisya, dan sudra
(Hasan, 1995:336-347).Dalam bidang kebudayaan, masuknya pengaruh Hindu-Budha banyak
memberikan perkembangan terhadap kebudayaan Indonesia.

Hal ini dapat dilihat dari bertambah kayanya kebudayaan Indonesia, seperti dalam hal seni
bangunan atau arsitektur, seni patung, seni ukir, dan seni sastra atau tulisan. Bidang ini dapat
diamati melalui benda-benda arkeologi. Benda-benda peninggalan pengaruh Hindu-Budha yang
memberipetunjuk pengaruh di bidang politik yaitu ditemukannya prasasti-prasasti, seperti
prasasti Yupa, Pasir Kolengkak, Tugu, Kota Kapur, Kedukan Bukit, Tuk Mas, Dinaya, Canggal,
dan lain-lain. Prasasti-prasasti tersebut menunjukan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-
Budha, Tarumanegara, Sriwijaya, Mataram Kuno, dan Majapahit.

Prasasti ditulis dengan menggunakan bahasa Sansekerta, Malayu Kuna, dengan


menggunakan huruf Pallawa.Pengaruh Hindu-Budha di bidang seni bangunan atau arsitektur
dapat dilihat dari bangunan kuna yang berupa candi, baik yang bercorak Hindu maupun Budha.
Candi adalah bangunan kuna yang dibuat dari batu dan ada pula yang dibuat dari batu bata, yang
berfungsi sebagai tempat pemujaan, tempat penyimpanan abu jenazah Raja-raja atau para
pendeta Hindu-Budhapada zaman dahulu, semasa Indonesia masih dibawah pengaruh Hindu-
Budha, kira-kira abad ke-4 Masehi sampai abad ke-15 Masehi.

Candi Induk adalah candi besar yang dikelilingi sejumlah candi kecil. Kebalikannya adalah
candi perwara, yaitu candi kecil yang mengelilingi candi induk. Percandian berarti daerah tempat
candi-candi (Hasan, 1995:346-350). Sumber yang lain memaparkan bahwa di kalangan

3
masyarakat luas khususnya di Pulau Jawa, bangunan peninggalan sejarah dan purbakala dari
zaman Hindu-Budha dinamakan candi. Perkataan candi berasal dari salah satu nama untuk Durga
sebagai Dewi Maut, yaitu Candika. Di luar Jawa, yaitu Sumatra istilah candi dikenal pula. Di
Lampung ada candi Jepara, di gugusan Muara Takus ada Candi Bongsu. Di Kalimantan selatan
dijumpai pula istilah candi, yaitu candi Agung dekat Amuntai. Di Jawa Timur masyarakat
setempat lebih lazim menyebut cungkup daripada candi, sedangkan di Sumatera Utara istilah
yang layak adalah Biaro.

B. Rumusan masalah

1. Kerajaan apa-apa saja yang di warisi oleh Hindu-Buddha di Indonesia?

C. Tujuan

1. Mengetahui kerajaan yang di warisi Hindu Budha di Indonesia.

4
5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kedatangan Awal Agama Hindu Buddha di Indonesia dan Pembawanya

Negara India Dan Cina menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan yang baik dengan
negara tetangga lainnya. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung melalui jalan
darat dan laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilalui India-Cina adalah Selat Malaka. Dan
Indonesia terletak di jalur dua benua dan dua samudra, serta berada di dekat Selat Malaka. Proses
masuknya Agama Hindu-Buddha ke Indonesia. Agama Hindu-Budha berasal dari India, yang
kemudian menyebar ke Asia Timur dan AsiaTenggara termasuk Indonesia. Indonesia sebagai
negara kepulauan letaknya sangat strategis, yaitu terletak di antara dua benua Asia dan Australia
dan dua samudra Indonesia dan Pasifik yang merupakan daerah perempatan lalu lintas
perdagangan dunia.

Awal abad Masehi, jalur perdagangan tidak lagi melewati jalur darat (jalur sutera) tetapi
beralih ke jalur laut, sehingga secara tidak langsung perdagangan antara Cina dan India melewati
selat Malaka. Untuk itu Indonesia ikut berperan aktif dalam perdagangan tersebut. Akibat
hubungan dagang tersebut, maka terjadilah kontak hubungan antara Indonesia dengan India, dan
Indonesia dengan Cina. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab masuknya budaya India
atau pun budaya Cina ke Indonesia. Mengenai siapa yang membawa atau menyebarkan agama
Hindu-Budha ke Indonesia, tidak dapat diketahui secara pasti, meskipun demikian para ahli
memberikan pendapat tentang proses masuknya agama Hindu – Budha atau Kebudayaan India
keIndonesia. Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran
internasional tersebut menyebabkan timbulnya percampuran.

B. Penyebaran Agama Budha

Melihat bukti-bukti antropologi yang ada, agama Budha diperkirakan Masuk ke


Nusantara sejak abad ke-2 M. Hal ini dapat dinyatakan dengan penemuan patung Buddha dari
perunggu di Jember dan Sulawesi Selatan.Salah satu catatan awal mengenai agama Buddha di
Nusantara berasal dari laporan Fa Hein pada awal abad ke-5 Masehi. Ia menceritakan bahwa
selama bermukim di Jawa, Ia mencatat adanya komunitas Buddha yang tidak begitu besar di

3
kalangan penduduk pribumi.Dalam catatan lain, mengenai seorang biksu Buddha bernama
Gunawarman, seorang pangeran dari Kashmir yang datang ke Cho-po terletak di Jawa atau
Sumatra. Dalam upaya menyebarkan agama Buddha dia didukung oleh ibu suri negeri tersebut.
Alhasil agama Buddha berkembang pesat di negeri tersebut.

Di Kutai-Kalimantan ditemukan tujuh prasasti dan diperkirakan berasal dari sekitar tahun
400 Masehi dan dibuat atas perintah Raja Mulawarman, anak Aswawarman, cucu Ku-
dungga.1Prasasti-prasasti tersebut menceritakan mengenai sebuah tempat pemujaan yang
bernama Wapakeswara yang diduga sebagai Siva ataupun dewa local setempat. Di beberapa
tempat lain di Kalimantan seperti di sepanjang sungai Kapuas, Mahakam dan Rata ditemukan
arca Buddha yang terbuat dari perunggu dan di dalam gua di Gunung Kombeng ditemukan arca-
arca Brahmanis dan Buddhis yang belum diketahui waktu pembuatannya.Sedangkan prasasti
yang ditemukan di Bogor-Jawa Barat ditulis kira-kira tahun 450 atas perintah Purnawarman, raja
Taruma, yang digambarkan sebagai panglima besar.

Pada prasasti tersebut terdapat lukisan dua telapak kaki gajah. Prasasti-prasasti tersebut
ditulis dalam huruf Pallawa dengan bahasa Sanskerta.3Penemuan tersebut menurut Hall belum
bisa dipastikan bahwa di daerah-daerag tersebut terdapat kerajaan-kerajaan bercorak Buddha, hal
itu hanya menunjukkan bahwa agam Buddha sudah ada namun belum dalam bentuk
kerajaan.4Berita cukup jelas mengenai perkembangan agama Buddha di Indonesia terdapat dari
laporan seorang Cina yang berasal dari abad ke-4 Fa Hsien (+/-337 – 422 M), yang sekembalinya
dari Ceylon (Sri Lanka) ke China pada tahun 414 Masehi terpaksa mendarat di negeri yang
bernama Ye-Po-Ti karena kapalnya rusak.

Sekarang tidak terlalu jelas apakah Ye-Po-Ti itu Jawa atau Sumatera. Beberapa ahli
mengatakan bahwa Ye-Po-Ti adalah Jawa (Javadvipa). Fa Hsien menyebutkan dalam catatannya
bahwa hanya sedikit umat Buddha yang dijumpai di Ye-Po-Ti, yang banyak adalah orang-orang
yang beragama Hindu.Laporan orang-orang Cina lainnya adalah bahwa antara tahun 454-464
terdapat sebuah kerajaan yang disebut "Kan-to-li" -diperkirakan di Sumatra- diperintah oleh raja
Warunarendra di mana ia mengirim patung Rudra Hindu ke Cina. Namun pada tahun 502 raja
beragama Buddha memerintah di sana dan tahun 519 digantikan oleh putranya yang bernama
Wijayawarman.

4
Seperti yang sudah disebutkan di awal, beberapa penemuan tersebut tidaklah memberikan
petunjuk kapan tepatnya agama Buddha masuk ke wilayah Indonesia. Tampaknya dari berbagai
penemuan tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa agama Buddha sudah eksis di Indonesia pada
masa itu. Hal ini sesuai dengan kesimpulan Abdul Syukur6bahwa sekalipun kerajaan-kerajaan
yang beragama Buddha muncul setelah abad V atau VI Masehi, tetapi proses penyebara agama
Buddha itu sendiri telah berlangsung pada masa-masa sebelumnya. Dengan kata lain, masuknya
agama Buddha ke Indonesia boleh jadi terjadi sebelum abad V namun muncul dalam bentuk
institusi kerajaan-kerajaan Buddha setelah abad V Masehi.

MASA SRIWIJAYA
Berita mengenai kerajaan Sriwijaya lagi-lagi berasal dari catatan perjalanan orang Cina.
Pada tahun 671 peziarah Cina I-ching singgah di Fo-shih dalam perjalanannya dari Cina ke
India. I-ching menetap di Fo-shih selama 6 bulan untuk belajar bahasa Sanskerta. I-Ching
menulis:Ada lebih dari seribu agamawan Buddhis yang sepenuhnya menekuni pengkajian dan
amal baik. Dengan seksama mereka periksa dan pelajari semua pokok pemikiran yang mungkin
ada, persis seperti di Madhyadesa (India); aturan dan upacaranya sama. Jika seorang agamawan
Cina hendak ke Barat untuk mendengar dan membaca (teks-teks Buddhis yang asli), sebaiknya
tinggal di Fo-shih selama setahun atau dua tahun dan di sana menerapkan

5
aturan-aturan yang sesuai; kemudian ia dapat pergi ke India tengah.7Sepulang dari India
I-ching kembali menetap di Fo-shih selama empat tahun untuk menyalin dan menerjemahkan
buku-buku berbahasa Sanskerta ke dalam bahasa Cina. Setelah itu melanjutkan perjalanan ke
Guangzhou untuk mencari asisten untuk kemudian kembali lagi ke Fo-shih dan di sana belian
menyelesaikan kedua karyanya “tentang agamawan-agamawan terkemuka yang pergi
mempelajari agama Buddha di negeri-negeri Barat” dan “tentang ajaran kebatinan yang
disampaikan dari laut-laut Selatan”.8Fo-shih adalah transkrip Cina untuk Sriwijaya, lengkapnya
yaitu Shi-li-fo-shih.

Jadi Foshih yangdisebutkan oleh I-ching di atas adalah merujuk pada kerajaan
Sriwijaya.Bukti lain adanya kerjaan Sriwijaya yang beragama Buddha berupa prasasti-prasasti
yang banyak ditemukan di Sumatra dan Pulau Bangka menunjukkan bahwa pada tahun 683-686
M di Palembang terdapat kerajaan Buddhis yang baru saja menaklukkan daerah pedalaman
Jambi dan Pulau Bangka dan sedang menyiapkan ekspedisi militer terhadap Jawa. Sumber lain
yang juga berasal dari Cina, Fa-Hien melaporkan bahwa agama Buddha di Java-dvipa tidak
banyak berkembang sementara agama Hindu (Brahmanisme) tumbuh subur.Keterangan ini
diperdebatkan para ahli karena istilah yang dipakai adalah Java-dvipa yang sangat multi
interpretatif sehingga sulit diidentifikasi apa yang dimaksud dengan java-dvipa. Di pulau
Sumatra sebagai tempat lalu lintas yang strategis dan pusat perdagangan di Selat Malaka pada
waktu itu.

JAMAN KERAJAAN SAILENDRA


Informasi mengenai keadaan Agama Buddha pada masa Kerajaan Sailendra nampaknya
lebih jelas dibanding pada masa Kerajaan Sriwijaya. Hal ini dikarenakan sumber-sumber yang
memberi informasi mengenai Agama Buddha lebih banyak, misalnya dengan keberadaan
prasasi-prasasti dan bangunan-bangunan seperti candi.Mengenai Sailendra ini ada beberapa teori.
Majumdar dan Nilakanta Sastri mengatakan bahwa Sailendra adalah orang India yang datang
langsung ke tanah Jawa. Sekalipun begitu, keduanya berbeda pendapat dalam hal dari India
bagian mana Sailendra berasal.

6
Sailendra: From Shaivism to Mahayana Buddhism | What an Amazing World! by Unknown
Author is licensed under CC BY-NC-ND

Majumdamenghubungkan Sailendra dengan raja Sailodbhawa dari Kalingga di sebelah


barat daya india; sementara Nilakanta Sastri menghubungkan Sailendra dengan wangsa Pandya
di India Selatan. Namun di pihak lain, Przyluski dan Coedes menyatakan bahwa Sailendra adalah
asli orang Jawa.11Teori lain mengatakan bahwa Sailendra berasal dari keturunan raja Funan. Hal
ini berdasarkan prasasti yang ditemukan di Cina dan Vietnam. Kerajaan Funan mengalami
kehancuran oleh serangan musuh dan keturunannya kemudian bangkit kembali serta menuntut
kekuasaan politik dan teritorialnya kembali. Persoalannya, mengapa orang Funan menuntut
kekuasaan kembali di tanah Jawa

Oleh karena itu, Coedes tidak bisa lain untuk menyimpulkan bahwa Sailendra adalah asli
orang JawaKemudian ditemukan prasasti Sanskerta di candi Siva di Canggal, sebelah tenggara
Borobudur. Pada prasasti tersebut terdapat serangkaian daftar raja-raja di mana nama setelah
Sanjaya kemu-dian diikuti oleh nama Pancapana Panangkaran pada tahun 778. Sedangkan
Pancapana Panang-karan sendiri digambarkan sebagai Sailendra pada prasasti Kalasan, sebelah
timur Yogya-karta.Akan tetapi yang jelas harus diingat lagi adalah bahwa, pertama, Sanjaya
bukanlah Sailendra; kedua, dalam sejarah diketahui bahwa Sanjaya adalah raja yang beragama
Hindu sedangkan Sailendra dikenal beragama Buddha.

7
Oleh karena itu, kemungkinannya adalah bahwa Pancapana Panangkaran identik dengan
Sailendra seperti yang terdapat dalam prasasti candi Kalasan sedangkan Sanjaya adalah raja
Hindu yang mendirikan candi Siva di Canggal tersebut. Ada pun hubungan antara Pancapana
dengan Sanjaya bukanlah hubungan darah atau pun tahta kekuasaan, melainkan dua orang raja
yang masing-masing sebagai penguasa dari kerajaan-kerajaan yang berbeda yang terdapat di
Jawa Tengah sebagaimana yang diisyaratkan dalam prasasti Balitung.

Dengan demikian maka dapat ditambahkan bahwa Pancapana adalah raja Sailendr yan
pertama yang mendesak Sanjaya sehingga Sanjaya lari ke Jawa TimurPada masa Sailendra inilah
agama Buddha mengalami perkembangan yang sangat pesat di pulau Jawa khususnya dan
mencapai puncak kejayaannya yang terkenal dalam sejarah kebudayaan Indonesia. Secara
historis, terdapat banyak warisan kebudayaan peninggalan dari masa Sailendra, baik berupa
bangunan-bangunan yang monumental seperti candi-candi, dan candi Borobudur adalah salah
satu peninggalan bersejarah yang sangat populer yang secara historis didirikan pada masa
wangsa SailendrKejayaan dinasti Sailendra tampaknya mulai tergeser oleh adanya kebangkitan
kembali agama Hindu-Siva pada abad IX Masehi.

Hal ini didasarkan pada prasasti Prambanan tahun 863 -yang menunjukkan daftar raja-
raja yang bukan lagi wangsa Sailendra- dan laporan-laporan orangorang Cina yang mulai tahun
820 menyebut-nyebut Cho-p'o (identik dengan 'Jawa' yang Hindu dalam laporan-laporan yang
berasal dari abad V), serta berita tentang kembalinya seorang putri ke Jawa Tengah yang
ditafsirkan sebagai kembalinya keturunan Sanjaya ke Jawa Tengah setelah tersingkir ke Jawa
Timur oleh kekuasaan Sailendra.13Setelah dinasti Sailendra lenyap dari bumi Jawa dan
kemudian diketahui muncul kembali di Sriwijaya Sumatra, kerajaan-kerajaan Hindu Jawa
memperlihatkan kecenderungan ke arah 'sinkritisme' antara agama Hindu dan Buddha.14

Hal ini terlihat dalam patung-patung raja-raja yang selalu diabadikan bukan saja dalam
bentuk patung Siva tetapi juga patung-patung Buddha Dalam bidang kepercayaan lahir konsep
Siva-Buddha yang menganggap bahwa Buddha maupun Siva adalah 'Pengertian Tertinggi yang
tunggal', sedangkan dalam bidang sosial lahir konsep Bhinneka Tunggal Ika dalam kitab
Sutasoma karya Mpu Tantular yang menjadi landasan kerukunan hidup beragama pada waktu itu
bahwa apa pun agamanya tetapi tetap menuju Yang Satu.Kerajaan-kerajaan Hindu yang datang
silih berganti pada abad-abad pertengahan sampai dengan runtuhnya Majapahit sebagai kerajaan

8
Hindu tersakhir memperlihatkan bahwa pergeseran dan perebutan kekuasaan terjadi bukan lagi
karena keyakinan agama, melainkan karena kekuasaan semata. Oleh karena itu dengan
runtuhnya Majapahit maka otomatis lenyap pula dominasi agama Hindu dan agama Buddha
masa klasik.

KEMUNDURAN AGAMA BUDDHA

Kemunduran Agama Buddha di Jawa dimulai dengan kemerosotan kekuasaan wangsa


Sailendra yang beragama Buddha di Jawa Tengah. Hal ini dibuktikan oleh prasasti Siva dari
tahun 863 di dekat Prambanan dan adanya monument-monumen Hindu di Prambanan pada awal
abad ke 10. Kenyataan kembalinya agama Hindu ini janganlah lalu disimpulkan bahwa
Buddhisme hilang, tapi banyak petunjuk menunjukkan adanya toleransi antara Buddhisme dan
Hindu dan dalam beberapa hal tertentu sinkretis. Kekuasaan kemudian digantikan oleh kerajaan
Mataram Hindu dengan rajanya Balitung,

kemudian dilanjutkan oleh Raja Daksa, Tulodong, Wawa, dan Sindok. Pada masa
pemerintahan Sindok disusun kitab Ramayana versi Jawa dan kitab Sang Hyang Kamahayanikan
sebuah kitab yang berisi mengenai Buddhisme aliran Tantrinisme yang disusun oleh
Sambharasuryawarana.Kemunduran agama Buddha di Sumatra disebabkan masuknya agama
Islam, sumber pertama dari Ibn Batuta seorang utusan Sultan Delhi yang singgah di Sumutra
(Sumatra). Menurutnya ia diterima oleh Sultan Malik al-Zahir yang merupakan penganut Islam
madzhab Syafii yang dikelilingi oleh orang kafir.

JEJAK SEJARAH AGAMA BUDDHA


Agama Buddha di Indonesia meninggalkan jejak-jejak yang sampai sekarang masih bisa
disaksikan. Selain candi Borobudur yang sangat terkenal, kita juga mengetahui candi-candi
lainnya yang memper-lihatkan ciri-ciri agama Buddha, baik dari segi arsitektur, patung-patung,
maupun seni pahat-nya. Begitu pun dalam karya sastra. Beberapa karya sastra klasik
menunjukkan adanya keterkaitan dan pengaruh kepercayaan agama Buddha dalam karya-karya
tersebut.

Candi Borobudur, didirikan oleh dinasti Sailendra yang berkuasa antara pertengahan abad VIII
hingga sekitar tahun 830. Bangunan Borobudur merupakan punden berundak terdiri dari lima

9
teras persegi dan empat teras melingkar dengan relief ukiran pahat pada dindingnya yang
mencerminkan ajaran agama Buddha Mahayana dan kehidupan rakyat pada abad-abad
tersebut.24Candi Mendut, terletak kurang lebih 3 km di sebelah timur candi Borobudur,
didirikan tahun800 dan lebih tua dari candi Borobudur.

File:Borobudur 2008.JPG - Wikimedia Commons by Unknown Author is licensed under


CC BY-SA

Candi Mendut berbentuk empat persegi dengan ruang masuk di atas teras bertangga. Di atas
ruang persegi terdapat atap bertingkat dengan stupa-stupa di atasnya. Sedangkan di dalam
ruangan tersebut terdapat tiga patung besar, yaitupatung Buddha yangdiapit oleh Padmapani dan
Wajrapani. Patung-patung tersebut juga memberi nuansa bahwa candiMendut dibangun
berdasarkan ajaran aliran Mahayana.25Candi Kalasan terletak di desa Kalasan, didirikan tahun
778 berbentuk silang Yunani dengan ruangan segi empat di dalamnya dan stupa-stupa di atasnya
serta pahatan-pahatan. Di dalamruangan tersebut terdapat patung perunggu setinggi 6 meter
namun kini patung tersebut telah hilang.

Ancient Mendut Vihara near Borobudur by Unknown Author is licensed under CC BY-SA

10
Candi Kalasan didirikan oleh Pancapana Panangkaran sebagai peringatan untuk mengenang
Dewi Tara. Tara adalah dewi yang sangat populer di kalangan penganut Tantrayana
Tibet.26Candi Sewu, terletak di dekat candi Prambanan, merupakan sebuah kompleks yang
terdiri dari sebuah candi induk dan dikelilingi kurang lebih 250 buah candi perwara yang
tersusun dalam 4 baris.

Candi Kālasan in the Prambanan Plain by Unknown Author is licensed under CC BY-SA

Candi Muara Takus terletak antara sungai Kampar kanan dan sungai Kampar kiri, atau
di wilayah Kecamatan XIII Kotokampar Kabu-paten Kampar, Riau. Candi Muara Takus
merupakan kompleks candi berpagar batu dengan gerbang di sebelah utara dan merupakan
peninggalan sejarahperadaban agama Buddha abad XI dan XIV. Dalam kompleks candi Muara
Takus terdapat empat bangunan terdiri dari stupa-stupa : mahligai Stupa, candi Bungsu, candi
Tua, dan candi Palangka. Di samping itu, juga terdapat bekas-bekas fondasi bangunan teras yang
lain.

11
Penetapan Candi Muara Takus sebagai Kawasan Cagar Budaya | Riau Magazine by Unknown
Author is licensed under CC BY-NC

Candi Plaosan berlokasi di sebelah timur candi Sewu, terdiri dari dua buah candi
indukyang dikelilingi dua baris stupa dan dua baris candi perwara.Selain karya-karya bangunan
yang monumental dan seni pahat, agama Buddha juga meninggalkan jejaknya dalam seni sastra
khususnya sastra Jawa kuno (Kawi) seperti Sanghyang Kamahayanikan, Sutasoma, dan
Kunjarakarna.

12
Kitab Sanghyang Kamahayanikan adalah naskah kuno yang berisi uraian tentang
ajaran dan ritus agama Buddha Mahayana yang mengarah kepada bentuk Tantrayana, ditulis
pada masa mpu Sindok (929-947) yang beragama Hindu. Dalam kitab tersebut terdapat berbagai
konsepsi ajaran agama Buddha seperti trikaya, dasaparamita, caturarya, panca tathagata,
triparartha, trimala, mahaguhya, dan sebagainya. Konsep tentang dasaparamita tersebut sangat
khas dan berbeda dengan yang terdapat pada aliran Mahayana maupun Theravada, karena dasa-
paramita dalam Sanghyang Kamahayanikan terdiri dari sadparamita dan caturparamita di mana
yang terakhir ini merupakan konsep brahma-vihara.29Sutasoma ditulis oleh mpu Tantular pada
zaman Hayam Wuruk - Majapahit (1350-1389 Masehi).

Kitab Sutasoma berisi cerita tentang Buddha yang menitis kepada Raden Sutasoma -
seorang pangeran putra Prabu Mahaketu dari Hastina- yang tidak ingin dikawinkan dan tidak
pula ingin dinobatkan menjadi raja. Kemudian ia meninggalkan kerajaan karena mengikuti
ajaran Sang Buddha. Dalam pengembaraannya ia berprinsip siap dan bersedia mengorbankan
dirinya untuk kepentingan sesama mahluk, hatta ketika seorang raksasa pemangsa manusia ingin
memangsanya ia merelakan dirinya. Namun akhirnya raksasa tersebut menyadari kesalahan-nya

13
yang telah memakan sesama mahluk hidup dan kemudian bertobat serta menjadi pengikut agama
Buddha.

Kunjarakarna merupakan naskah yang berbentuk gancaran (diperkirakan berasal dari


zaman Mataram kuno) dan ada pula yang berbentuk kakawin (zaman Majapahit). Naskah
iniberkisah tentang seorang raksasa bernama Kunjarakarna yang ingin menjelma menjadi
manusia. Ia menghadap Wairocana dan kemudian diizinkan melihat neraka. Dan karena ia taat
kepada ajaranagama Buddha maka cita-citanya pun akhirnya terkabul.Demikian beberapa jejak
sejarah agama Buddha di Indonesia yang sedikit banyak memberikan gambaran tentang agama
Buddha yang pernah berkembang di Nusantara pada masa lampau sejauh berkenaan dengan
fakta-fakta yang telah ditemukan.

Kuñjarakarna - Wikipedia

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Agama Hindu dan Budha memiliki beberapa kesamaan yang cukup banyak, diantaranya
fakta bahwa kedua agama ini tumbuh dan berkembang pertama kali di India. Selain itu agama
Hindu dan Budha merupakan agama tertua di dunia. Samadhi dalam kedua agama ini adalah
merupakan sebuah ibadah yang harus dijalani setiap pemeluk agama tersebut. Samadhi dilakukan
dalam rangka mendekatkan diri kepada sang pencipta, melakukan pembersihan terhadap jiwa
serta pikiran dari semua hal yang sifatnya negatif dan kemudian mengarahkannya menuju
kebaikan. Samadhi baik dalam agama Hindu maupun Budha memiliki kesamaan dalam hal
definisi. Berasal dari bahasa sanskerta yaitu “sam” yang berarti kumpulan, persamaan,
gundukan, timbunan. Sedangkan “dhi” yang berarti pikiran, ide-ide atau budhi. Secara etimologi
samadhi berarti pemusatan atau kumpulan pikiran yang ditujukan pada objek tertentu. Sehingga
samadhi atau meditasi berarti pemusatan pikiran atau konsentrasi pada suatu objek. Pikiran
benar-benar dikendalikan dan diarahkan pada satu sasaran keterpusatan pada satu titik yang baik.
Yang merupakan sebuah objek yang mudah untuk dipegang.

Dalam hal tujuan, samadhi dalam agama Budha ditujukan untuk membebaskan diri dari
dukkha atau penderitaan, menghapuskan sifat sifat negatif, mencapai ketenangan batin (samatha
bhavana), mendapatkan pandangan terang (vipassana bhavana), menghancurkan kekotoran batin
serta untuk mencapai arahat. Sedangkan dalam agama Hindu samadhi ditujukan untuk mencapai
moksha (kebebasan abadi), menyatu dengan Tuhan. Selain itu juga ditujukan untuk mengikis
sifat-sifat buruk, menumbuhkan kemurnian hati, membebaskan diri dari keterikatan keduniawian
dan karma buruk serta ketenangan atau hening dalam kesadaran atma. Disini dapat kita
perhatikan bahwa secara garis besar keduanya memiliki kesamaan seperti tujuan untuk
mendapatkan ketenangan batin, menghapuskan sifat negatif atau pikiran negatif dan menumbuh
kembangkan sifat dan pikiran yang positif, memurnikan hati, membebaskan diri dari hal-hal
yang bersifat keduniawian, memutus rantai karma buruk, menghapuskan penderitaan dan yang
terpenting adalah mendekatkan diri kepada sang pencipta sebagaimana yang dipaparkan pada
bab-bab diatas. Selain itu persamaan lainnya juga ada pada tujuan praktis atau tujuan yang
langsung dapat dirasakan oleh meditator seperti menghilangkan kepenatan, tekanan pikiran,

15
kelelahan, mendapatkan ketenangan, meredakan amarah, menguatkan jasmani, mempersiapkan
diri dalam menghadapi kegiatan yang akan dikerjakan.

Dalam hal waktu samadhi, baik agama Hindu maupun Budhha membebaskan
pemeluknya kapan saja untuk melakukan meditasi namun waktu-waktu yang dipilih untuk
samadhi disarankan agar tetap pada waktu yang sama dilakukan pada setiap harinya. Waktu-
waktu tertentu yang dianjurkan untuk melakukan samadhi yaitu pagi pada pukul 03.00 sampai
sekitar jam 07.00, disebabkan kondisi lingkungan yang tenang sehingga memudahkan untuk
berkonsentrasi dalam melakukan samadhi. selanjutnya pada sore hari dimulai dari pukul 17.00.
Bedanya untuk agama Hindu samadhi sore hari ini batasnya hanya sampai pukul 20.00,
sedangkan untuk agama Budha batas waktunya hingga pukul 22.00 malam. Selain itu terdapat
perbedaan lain dimana agama Hindu menyarankan samadhi disiang hari pada jam 12.00 sampai
pukul 14.00 sedangkan agama Budha tidak ada menyarankan samadhi selain dari dua waktu
yang telah disebutkan diatas yaitu pagi dan sore hari. Demikian halnya dengan syarat samadhi
baik agama Hindu maupun Budha menyarankan sebaiknya sebelum melakukan samadhi agar
mandi terlebih dahulu, menggunakan pakaian yang sopan, bersih, rapi, longgar dan nyaman.
Melakukan samadhi ditempat yang sama, tenang, nyaman dan bebas dari gangguan. Menyiapkan
peralatan yang mendukung samadhi seperti tikar sebagai alas duduk serta membaca doa untuk
perlindungan selama samadhi dan memiliki pembimbing untuk menuntun samadhi (bagi yang
melakukan meditasi secara intensif). sedangkan perbedaannya terletak pada mantra atau doa
yang dipanjatkan serta berpedoman sesuai dengan ajarannya masing-masing. Persamaan tata cara
melakukan samadhi Hindu dan Budha ada pada samadhi duduk yaitu posisi duduk,
menggunakan mudra (sikap tangan), berkonsentrasi pada keluar masuknya nafas selama meditasi
berlangsung. Perbedaannya dalam agama Budha terdapat 3 cara samadhi lain selain samadhi
duduk yaitu samadhi berdiri, berjalan dan berbaring.

B. Saran

Saran saya sebagai penulis, pemerintah Indonesia lebih memperhatikan warisan dari
budaya hindu buddha, karna peninggalan tersebut tidak dapat di pembaharui/ di buat kembali
jika rusak, dan banyak anak bangsa mewariskan budaya lokal.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Syukur, Kebangkitan Agama Buddha: Analisis Historis tentang Latar Belakang
Kebangkitan Agama Buddha di Indonesia, Bandung: Gunung Djati Press, 2009

George Coedes, Asia Tenggara Masa Hindu-Buddha, Jakarta: KepustakaanPopulerGramedia,


2010

Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Buddha, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982

Widyadharma, Agama Buddha dan Perkembangannya di Indonesia, Tangerang: PC


MAPANBUDHI,1989

https://www.kompas.com/skola/read/2020/05/22/143000569/perkembangan-agama-hindu-
buddha-di-nusantara?page=all

https://www.kompas.com/skola/read/2020/05/22/143000569/perkembangan-agama-hindu-
buddha-di-nusantara?page=all

17

Anda mungkin juga menyukai